• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Belajar Behavioristik Dalam Pembelajaran

N/A
N/A
ravi vico

Academic year: 2024

Membagikan "Teori Belajar Behavioristik Dalam Pembelajaran"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Teori Belajar Behavioristik Dalam Pembelajaran

P. Indra Murthi Suputraa

aTeknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, xindra64@gmail.com Abstract

Behavioristic learning theory is a learning theory that focuses on changes in behavior that produce stimulus and response. In other words, learning is a form of behavior change with the interaction between stimulus and response. According to Thronedike, learning is a process of interaction between stimulus and response, it is clear that changes in behavior can be tangible or concrete, and non-concrete (cannot be observed). And according to Skinner, the relationship between stimulus and response occurs because through interaction with the environment it causes changes in behavior. behavior. Thus, this behavioristic communication theory focuses more on improving individual behavior for the better.

Abstrak

Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang menitikberatkan pada perubahan tingkah laku yang menghasilkan stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar adalah suatu bentuk perubahan tingkah laku dengan adanya interaksi antara stimulus dan respon. Menurut Thronedike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, jelas bahwa perubahan tingkah laku dapat berwujud atau konkrit, dan non konkrit (tidak dapat diamati). Dan menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan respon terjadi karena melalui interaksi dengan lingkungan menyebabkan perubahan tingkah laku. perilaku. Dengan demikian, teori komunikasi behavioristik ini lebih menitikberatkan pada perbaikan perilaku individu menjadi lebih baik.

This work is licensed under Creative Commons Attribution License 4.0 CC-BY International license

PENDAHULUAN

Teori belajar merupakan gabungan dari prinsip-prinsip yang saling berkaitan dan penjelasan dari sejumlah fakta dan temuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Penggunaan teori pembelajaran dengan langkah-langkah pengembangan dan pemilihan mata pelajaran yang tepat serta penggunaan elemen desain pesan yang baik dapat memudahkan siswa dalam memahami sesuatu yang dipelajari. Selain itu, suasana belajar akan terasa lebih santai dan menyenangkan. Proses belajar pada hakekatnya adalah aktivitas mental yang tidak terlihat.

Artinya, proses perubahan yang terjadi pada seseorang yang sedang belajar tetapi tidak dapat dilihat secara jelas tetapi dapat dilihat dari perubahan tingkah laku. Pendidikan tidak hanya sekedar mentransferkan pengetahuan atau nilai-nilai serta melatih keterampilan saja, akan tetapi pendidikan memiliki fungsi membangun peserta didik dalam mengembangkan potensi dan aktual yang telah dimiliki peserta didik tersebut (Gina F, 2023)

Teori belajar yang mempengaruhi perubahan perilaku siswa adalah teori belajar behavioristik. Dilihat dari pengertiannya teori belajar behavioristik adalah teori psikologi yang menitikberatkan pada perilaku nyata dan tidak nyata yang berkaitan dengan hubungan sadar atau konstruksi mental. Ciri utama teori belajar behavioristik adalah guru bersifat otoriter dan bertindak sebagai agen persuasi dan propaganda serta mengontrol input perilaku.

Hal ini karena teori behavioristik menganggap manusia sebagai sesuatu yang pasif dan semua bergantung pada stimulus yang diterima. Sasaran yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mengubah perilaku siswa ke arah yang lebih baik. Selain memberikan poin atas pelanggaran tata tertib sekolah, teori belajar behavioristik juga diterapkan dalam pembelajaran.

Teori belajar behaviorisme diarahkan pada hasil yang dapat diukur, diamati, dianalisis, dan diuji secara objektif. Pendekatan ini memiliki kontribusi dalam mencapai perubahan pemikiran, perasaan dan pola perilaku bagi individu (Sanyata, 2012). Teori behavioristik adalah perubahan perilaku. Seseorang dianggap telah belajar jika ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Pandangan behavioristik mengakui pentingnya input atau masukan berupa stimulus, dan output atau keluaran berupa respon. Teori belajar behavioristik bertolak belakang dengan teori kognitif yang menunjukkan bahwa proses belajar merupakan proses mental yang tidak dapat diamati dengan mata saja.

Keywords: Behavioristic learning theory, Learning, Changes in behavior

Kata kunci : Teori belajar behavioristik, Pembelajaran, Perubahan tingkah laku

(2)

Teori belajar behavioristik menekankan pada hasil belajar yaitu perubahan tingkah laku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkrit. Hasil belajar diperoleh dari proses penguatan respon yang muncul dengan lingkungan belajar, baik internal maupun eksternal. Belajar berarti memperkuat ikatan, pergaulan, sifat dan kecenderungan untuk mengubah perilaku. Teori behavioristik dalam belajar merupakan upaya untuk membentuk tingkah laku yang diinginkan. Teori behavioristik sering disebut sebagai pembelajaran respons stimulus. Tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan semua tingkah laku merupakan hasil belajar. Pembelajaran behavioristik meningkatkan kualitas pembelajaran jika diperkenalkan kembali penerapannya dalam pembelajaran. Berdasarkan komponen-komponennya, teori ini relevan digunakan dalam pembelajaran akhir-akhir ini. Penerapan teori belajar behavioristik mudah ditemukan di sekolah. Hal ini disebabkan kemudahan penerapan teori ini untuk meningkatkan kualitas siswa.

METODE PENELITIAN

Penulisan artikel ini menggunakan metode literature review, yang bertujuan untuk menemukan teori- teori yang dijadikan sumber referensi dan dijadikan referensi. Menurut (Bungin, 2008) Metode literatur adalah metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial untuk menggali data yang ada.

Langkah pertama yang penulis lakukan adalah mencari referensi dengan menggunakan kata kunci dari judul artikel, setelah menemukan referensi yang sesuai penulis mengkaji teori kemudian mendeskripsikannya dengan kata-katanya sendiri.

PEMBAHASAN

Temuan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan teori belajar Behavioristik dalam pembelajaran. Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang memperlajari tingkah laku manusia. Menurut (Desmita, 2009) Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang memahami perilaku manusia dengan menggunakan pendekatan objektif, mekanistik, dan materialistik, sehingga perubahan perilaku seseorang dapat dilakukan melalui upaya pengkondisian. Dengan kata lain, mempelajari tingkah laku seseorang harus dilakukan melalui pengujian dan pengamatan tingkah laku yang dilihat, bukan dengan mengamati kegiatan bagian-bagian tubuhnya. Teori ini mengutamakan observasi, karena observasi penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku. Belajar merupakan hasil interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap belajar jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah laku. Menurut teori ini, yang sangat penting dalam belajar adalah input berupa stimulus dan output berupa respon. Stimulus adalah sesuatu yang diberikan oleh guru kepada siswa, sedangkan respon adalah reaksi atau respon siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru.

Proses terjadinya stimulus dan respon penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Apa yang diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur (Putrayasa, 2013).

Peristiwa dalam pelaksanaan pembelajaran hanya karena adanya stimulus dan respon yang diberikan kemudian menjadi kebiasaan yang dikendalikan oleh individu tersebut. Belajar jika dilihat dari pandangan behavioristik, dapat disederhanakan lebih lanjut, adalah suatu bentuk perubahan yang dialami oleh individu berupa kemampuan untuk mengubah tingkah laku dengan cara yang baru sebagai akibat adanya stimulus dan respon. Menurut Sugiyono & Hariyanto dalam (Wiyani & Irham, 2015) perhatian utama teori belajar behavioristik adalah bahwa belajar akan terjadi sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon atau output yang dapat diamati dan dapat diukur. Selain itu, menurut teori belajar perilaku, meskipun terjadi perubahan mental pada individu setelah belajar, faktor-faktor tersebut tidak diperhatikan dan tidak dianggap sebagai hasil belajar karena dianggap tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur.

Teori behavioristik menekankan dalam berbagai studi ilmiah respons perilaku yang dapat diamati dan faktor penentu lingkungan. Dengan kata lain, perilaku berfokus pada interaksi dengan lingkungan yang terlihat dan terukur. Prinsip-prinsip perilaku diterapkan secara luas untuk membantu orang berubah menjadi lebih baik rangsangan dan tanggapan (King, 2010). Oleh karena itu, pengukuran sangat penting untuk melihat bentuk-bentuk perubahan yang terjadi atau tidak adanya perubahan tingkah laku, dan dalam penerapan teori belajar behavioristik lebih ditekankan pada aspek penguatan.

Teori belajar behavioristik memiliki ciri-ciri khusus menurut Rusuli dalam (Sumarsono, 2018) antara lain:

(1) menekankan faktor lingkungan, (2) perkembangan perilaku seseorang tergantung pada belajar, (3) menekankan faktor bagian (elemen-elemen dan bukan secara keseluruhan), (4) bersifat mekanis atau berkaitan

(3)

dengan reaksi kebiasaan, (5) berkaitan dengan masa lalu atau dalam istilah sejarah, artinya semua perilaku terbentuk karena pengalaman dan praktik.

Penerapan Teori Belajar Behavioristik dalam Pembelajaran

Wujud pembelajaran behavioristik dapat dilihat dari berbagai hal yang dilakukan selama proses berlangsung dan berupa pembelajaran. (Wiyani & Irham, 2015) menyatakan bahwa hal-hal penting yang merupakan bentuk atau ciri dari proses pembelajaran behavioristik dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain (1) memposisikan siswa sebagai individu yang pasif; (2) memunculkan perilaku yang diharapkan dengan metode pembiasaan atau drill;

(3) memandang sains sebagai sesuatu yang stagnan dan tidak pernah berubah sehingga disajikan sama setiap tahun; (4) memandang mengajar hanya sebagai transfer ilmu dan belajar sebagai proses memperoleh ilmu; (5) kurikulum dikembangkan secara terstruktur dan ilmunya sudah ada sehingga siswa tinggal mempelajarinya.

Sedangkan menurut (Sugihartono, 2007) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan teori belajar behavioristik dalam proses pembelajaran sebagai berikut: (1) mengutamakan dan mempengaruhi lingkungan; (2) mengutamakan mekanisme pembentukan hasil belajar melalui mekanisme stimulus-respons (S-R); (3) cantumkan dan perhatikan kemampuan yang telah dimiliki dan dibentuk pada waktu sebelumnya; (4) pembentukan perilaku pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan; (5) hasil belajar yang dicapai diwujudkan dalam bentuk perilaku yang diinginkan.

Aliran ini menekankan pada pembentukan tingkah laku yang muncul sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-respons menempatkan siswa yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tersebut menggunakan metode latihan tertentu atau hanya pembiasaan. Munculnya tingkah laku akan semakin kuat bila diberi penguatan dan akan hilang bila dikenai hukuman (Rusli & Kholik, 2013 ). Aliran psikologi pembelajaran yang paling besar pengaruhnya terhadap arah perkembangan pendidikan dan teori serta praktik pembelajaran sampai saat ini adalah mazhab behavioristik. Aliran ini menekankan pada pembentukan tingkah laku yang muncul sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responsnya menempatkan pembelajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau hanya pembiasaan. Behaviorisme dapat menjelaskan perilaku manusia secara utuh dan memberikan program yang efektif (Hamalik, 2008)

Implikasi teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan tidak memberikan ruang yang luas bagi siswa untuk berkreasi, bereksperimen dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga menyerupai kinerja mesin atau robot. Akibatnya, siswa kurang mampu berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya. Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan itu tersusun rapi dan teratur, maka siswa atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang telah ditetapkan secara jelas dan tegas. Kebiasaan dan kedisiplinan menjadi sangat penting dalam belajar, sehingga belajar lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin.

Kegagalan atau ketidakmampuan untuk menambah pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan atau kemampuan belajar dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas mendapatkan penghargaan. Demikian juga ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar.

Peserta didik adalah objek yang berperilaku menurut aturan, sehingga kendali belajar harus dipegang oleh suatu sistem yang berada di luar diri peserta didik. Metode penguatan behavioristik sangat efektif dalam menciptakan perilaku positif di lingkungan belajar. Metode seperti itu berpengaruh positif terhadap pembelajaran siswa (faryadi, 2007)

Teori belajar perilaku menekankan pada perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon, sedangkan belajar sebagai aktivitas menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang telah dipelajarinya. Menurut (Mukinan, 1997) beberapa prinsip tersebut, yaitu: (1) teori belajar behavioristik menganggap bahwa yang disebut belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dikatakan telah belajar jika yang bersangkutan dapat menunjukkan perubahan tingkah laku, (2) teori ini menyimpulkan bahwa yang terpenting dalam belajar adalah adanya stimulus dan respon, karena hal tersebut dapat diamati, sedangkan yang dianggap adalah tidak penting karena tidak dapat dipertahankan, dan (3) penguatan adalah segala sesuatu yang dapat memperkuat timbulnya respon merupakan faktor penting dalam pembelajaran. Pendidikan adalah mengembangkan perilaku siswa ke arah yang lebih baik. Pendidik berusaha untuk dapat memahami siswa yang sedang beranjak dewasa. Perkembangan tingkah laku menjadi obyek pengamatan dari aliran behavioris. Perilaku dapat berupa sikap, ucapan, dan tindakan seseorang sehingga perilaku ini merupakan bagian dari psikologi. Oleh

(4)

karena itu, psikologi pendidikan mengkaji masalah-masalah yang mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok dalam proses pembelajaran.

Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik menekankan pada penambahan pengetahuan dan peningkatan kreativitas, kreativitas seringkali diremehkan namun kreativitas dapat dihubungkan dengan kemampuan yang dimiliki oleh orang berbakat, padahal kreativitas dapat tumbuh dari dalam diri setiap orang jika merangsangnya dengan baik (Meta Octa Riany, 2023). Menurut Frome dalam (Abdussalam, 2005) kreativitas adalah menghasilkan sesuatu yang baru dan dapat dilihat atau didengar oleh orang lain. Sedangkan pembelajaran merupakan kegiatan “mimetik”, yang menuntut siswa mengungkapkan kembali pengetahuan yang telah dipelajarinya dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran dengan penekanan pada keterampilan individu atau akumulasi fakta yang mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga kegiatan pembelajaran lebih banyak bertumpu pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada keterampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib.

Tekanan belajar dan evaluasi hasil belajar.

Evaluasi penekanan pada respons pasif, keterampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan tes kertas dan pensil. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Artinya, jika siswa menjawab “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi pembelajaran dipandang sebagai bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesainya kegiatan pembelajaran.

BENTUK IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN BEHAVIORISTIK

Penerapan teori belajar behavioristik dalam pendidikan menurut (Wiyani & Irham, 2015) dapat dilihat dalam beberapa hal, antara lain: (1) bahan ajar siap pakai; (2) bahan ajar disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang kompleks dan kompleks; (3) pembelajaran diarahkan pada hasil yang terukur dan dapat diamati berupa perilaku yang diinginkan; (4) pengulangan dan latihan digunakan untuk membentuk kebiasaan;

(5) ketika perilaku yang diinginkan muncul, diberikan penguatan positif dan yang kurang diinginkan menerima penguatan negatif. Penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran bergantung pada beberapa komponen seperti: tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, karakteristik siswa, media, fasilitas pembelajaran, lingkungan, dan penguatan (Sugandi, 2007). Teori belajar behavioristik cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir. Pandangan teori belajar behavioristik adalah proses pembentukan yaitu membawa siswa untuk mencapai target tertentu, sehingga siswa tidak bebas berkreasi dan imajinatif. Pembelajaran yang diarahkan pada teori belajar behavioristik memandang pengetahuan sebagai tujuan, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah mentransfer pengetahuan kepada siswa. Oleh karena itu siswa diharapkan memiliki pemahaman yang sama terhadap ilmu yang diajarkan. Artinya, apa yang dijelaskan oleh guru itulah yang harus dipahami siswa. Metode pembelajaran behavioristik tidak cocok untuk semua mata pelajaran karena pada dasarnya metode pembelajaran behavioristik memerlukan latihan dan pembiasaan, misalnya percakapan dalam bahasa asing, olahraga, penggunaan komputer dan sebagainya yang memerlukan latihan dan pembiasaan. Menurut Sanyata (2012) Perkembangan pendekatan Behavioristik telah memberikan kontribusi yang besar terhadap keinginan konseling sasaran untuk mencapai tujuan perubahan pikiran, perasaan dan perilaku. Metode pembelajaran behavioristik diterapkan untuk melatih dan membimbing anak yang membutuhkan dorongan dari orang tua, suka meniru, dan suka mengulangi perilaku setelah mendapatkan reward atau hadiah, dan dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep belajar dalam teori belajar behavioristik merupakan tempat latihan agar perilaku terbentuk akibat adanya hubungan stimulus-respons yang terjadi berulang-ulang dengan dukungan hadiah dan hukuman.

KESIMPULAN

Teori belajar behavioristik adalah suatu bentuk perubahan yang dialami oleh individu berupa kemampuan untuk mengubah tingkah laku dengan cara yang baru sebagai akibat adanya stimulus dan respon.

Teori belajar behavioristik memiliki ciri-ciri antara lain menekankan pada faktor lingkungan, perilaku seseorang tergantung pada belajar, tekanan pada faktor bagian (elemen dan bukan secara keseluruhan), sifat mekanik atau menekankan reaksi terhadap kebiasaan, mengutamakan masa lalu atau sejarah, artinya semua perilaku adalah terbentuk karena pengalaman dan latihan. Fokus utama dalam teori belajar behavioristik adalah perilaku yang dapat diamati dan penyebab eksternal yang merangsangnya. Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil

(5)

dari pengalaman. Pembelajaran berbasis perilaku diperoleh dari pengkondisian lingkungan. Pengondisian terjadi melalui interaksi dengan lingkungan. Dengan demikian dalam perilaku belajar terdapat hubungan yang erat antara reaksi behavioristik dan stimulus. Teori belajar perilaku memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Pertama, aliran ini mempelajari tindakan manusia bukan dari kesadaran, tetapi hanya mengamati tindakan dan perilaku berdasarkan realitas. Pengalaman batin dikesampingkan dan hanya perubahan dan gerakan tubuh yang dipelajari. Oleh karena itu, behaviorisme adalah ilmu jiwa tanpa jiwa.

Penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung pada beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pembelajaran, media dan fasilitas belajar yang tersedia.

Pembelajaran yang dirancang dan didasarkan pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah tujuan, pasti, tetap, tidak berubah. Implikasi teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang yang leluasa bagi siswa untuk berkreasi, bereksperimen dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Metode pembelajaran behavioristik diterapkan untuk melatih dan membimbing anak yang membutuhkan dorongan dari orang tua, suka meniru, dan suka mengulangi perilaku setelah mendapatkan reward atau hadiah, dan dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep belajar dalam teori belajar behavioristik merupakan tempat latihan agar perilaku terbentuk sebagai hasil hubungan stimulus-respons yang terjadi secara berulang- ulang dengan adanya dukungan reward dan punishment.

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan artikel yang berjudul “Teori Belajar Behavioristik Dalam Pembelajaran.”

dengan baik. Menulis artikel ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Penulisan ini tidak terlepas dari peran serta dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada bapak Ahmad Fu’adin S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia. Penulis menyadari bahwa penulisan artikel ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga artikel ini bermanfaat bagi semua pihak.

Daftar Pustaka

Abdussalam, A. (2005). Mengembangkan Kreatifitas Anak. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Bungin, B. (2008). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

faryadi, Q. (2007). . Retrieved from Behaviorism and Construction of Knowledge:

https://eric.ed.gov/?q=behaviorist+learning&ft=on&id=ED495301.

Gina F, M. D. (2023). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Proses Belajar Siswa Jenjang SMA/K. Jurnal Pendidikan, Sains, dan Teknologi, Vol. 2 Hal.231-238.

Hamalik, O. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

King, L. A. (2010). Psikologi Umum. Jakarta: salemba Humabika.

Meta Octa Riany, R. W. (2023). Penggunaan Media Bahan Alam Untuk Meningkatkan Kreativitas Anak. Jurnal Pendidikan, Sains dan Teknologi, Vol. 2 Hal. 176-178.

Mukinan. (1997). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: P3G IKIP.

Putrayasa, I. B. (2013). Landasan Pembelajaran. Bali: Undiksha Press.

Rusli & Kholik. (2013 ). Theory of Learning According to Educational Psychology. Jurnal Sosial Humaniora, hal 62-67.

Sanyata, S. (2012). Teori dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik dalam Konseling. Jurnal Paradigma, 14 Th VII.

Slavin, R. E. (2000). Educational Psychology: Theory and Practice. Massachusetts: Ally and Bacon.

Sugandi, A. (2007). teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES.

Sugihartono. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Sumarsono, R. H. (2018). Belajar & Pembelajaran. Malang: UMM Press.

Wiyani & Irham. (2015). Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran. Jogjakarta: Arr-Ruzz Media.

Referensi

Dokumen terkait

Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku..  Misalnya: seorang siswa belum

Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Perubahan perilaku dapat berujud sesuatu yang konkret.. atau yang non

Hal ini didasari pada asumsi-asumsi: Belajar itu adalah tingkah laku; Perubahan tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya perubahan dalam

Hal ini didasari pada asumsi-asumsi: Belajar itu adalah tingkah laku; Perubahan tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya perubahan dalam

1) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior). Ini berarti bahwa, hasil dari belajar hanya dapat diamati.. dari tingkah laku, yaitu adanya

 Prinsip2 teori kognitif: belajar adalah perubahan persepsi & pemahaman yg tdk selalu dpt dilihat sbg tingkah laku; menekankan pd gagasan bhw bagian2 suatu

Hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku siswa setelah proses belajar mengajar, tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas

Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat adanya interaksi