commit to user
ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO)
REFINERY UNIT. V BALIKPAPAN
(APLIKASI BENEFIT COST RATIO)
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan
Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh :
Risma Intan Pertiwi
F.1109022
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
MOTTO
“Dan jikalau Kami menghendaki pastilah Kami rubah mereka di tempat mereka
berada; maka mereka tidak sanggup berjalan lagi dan tidak (pula) sanggup kembali”
(Qs. Yasin (36):67)
“Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugrah. Tetap jalani hidup ini tuk melakukan
yang terbaik. Jangan menyerah.. Jangan menyerrah..!”
(D’masiv)
“Apapun masalah kita, jika kita membaikkan hati maka Tuhan akan membaikkan
hidup kita”
(Mario Teguh)
“Jangan menunggu menjadi sempurna untuk menjadi seorang yang sukses, tapi
lihatlah kesempatan dan peluang, maka kamu akan tahu bagaimana memutuskan
untuk menjadi orang yang sukses!”
commit to user
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
“Allah SWT yang Maha Penyayang, Maha Dahsyat, Maha Pemberi Kekuatan.
Tempatku Segala Bergantung”
“Baginda Rasulullah SAW, Panutan dan Kebanggaanku”
Karya ini kuhadiahkan untuk
:
“
Ayahanda H. Sukriyani dan Ibunda Hj. Halimas yang Teramat Kucinta”
commit to user
KATA PENGANTAR
Segala puji dan sujud syukur terpanjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat dan ridhoNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Manfaat Biaya pada PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan (Aplikasi Benefit Cost Ratio)”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan serta kerja sama yang baik dari berbagai pihak tidak dapat mewujudkan skripsi ini, maka penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Evi Gravitiani,S.E.,M.Si selaku pembimbing skripsi yang dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan dengan baik. Semoga Allah SWT membalas kebaikannya dan menjadikan kehidupannya lebih baik.
2. Dr. Wisnu Untoro,M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
3. Drs. Supriyono,M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan.
commit to user
5. Ibu Dwi Prasetyani,S.E,M.Si dan Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi.,M.Si selaku dosen pengampu di semester terakhir yang telah banyak membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi dan studi di Fakultas Ekonomi.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
7. Seluruh Staf Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
8. Bapak Wali Kota Balikpapan a/q Kepala Bappeda Kota Balikpapan, BPS Kota Balikpapan dan Dispenda Kota Balikpapan. Terima kasih yang tak terhingga atas bantuannya.
9. PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan, Environmental HSE Section dan Financial Section RU. V Balikpapan. Terima kasih atas kerjasamanya dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
10. Ayahanda H. Sukriyani dan Ibunda Hj. Halimas.,Amd.Keb, inspirasiku dan belahan jiwaku. Terima kasih atas segala do’a yang tercurah, dukungan serta limpahan kasih sayang yang tiada terhenti untuk putri kecilnya.
11. Abangku Odi, Kak Yuli, Kak Ina, Kak QQ dan Kak Adan yang senantiasa mendukung dan mendoakan adik kecilnya ini, serta keponakan-keponakanku yang lucu-lucu. Kalian selalu kurindukan.
12. Ibu Nurjana yang telah membantu pengadaan data di Pemkot Balikpapan. 13. Teman-teman EP Non Reguler Angkatan 2009.
commit to user
you should know that you never away from this heart. Keep optimistic to face all problems and believe what heart says. J
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam rangka kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat dan sumbangan pikiran untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Surakarta, Juni 2011
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii A.Latar Belakang Masalah... 1
B.Rumusan Masalah... 9
C.Tujuan Penelitian... 9
D.Manfaat Penelitian... 10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A.Pengertian Sumber Daya Alam... 11
B.Pengertian Industri... 14
C.Pengertian Eksternalitas dan Biaya Sosial... 20
D.Analisis Manfaat Biaya... 26
E. Manfaat dan Biaya... 29
1. Manfaat... 29
2. Biaya... 30
F. Rasio Benefit Cost... 30
commit to user
H.Penelitian Terdahulu... 34
I. Kerangka Pemikiran... 36
J. Hipotesis Penelitian... 38
BAB III. METODE PENELITIAN A.Ruang Lingkup Penelitian... 39
B.Metode Pengumpulan Data... 41
C.Jenis dan Sumber Data... 42
D.Definisi Operasional Variabel... 43
1.Manfaat... 43
2.Biaya... 45
3.Tingkat Bunga... 45
E.Metode Analisis Penelitian... 45
1.Rasio Benefit Cost... 46
2.Nilai Imbangan Manfaat Biaya... 47
BAB IV. HASIL DAN ANALISIS DATA A.Gambaran Umum Wilayah Penelitian... 48
1.Letak geografis dan Wilayah... 48
2.Penduduk dan Tenaga Kerja... 51
a. Penduduk... 51
b. Ketenagakerjaan... 53
3.Pendidikan... 54
4.Kesehatan... 55
5.Industri dan Pertambangan... 57
a. Industri... 57
b. Pertambangan... 57
6.Perdagangan... 57
commit to user
B.Deskripsi Lokasi Penelitian... 59
C.Profil PT. Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan... 61
1.Sejarah Umum... 61
2.Sejarah Perusahaan... 63
3.Visi Misi... 70
4.Logo Pertamina... 71
5.Tata Niai Perusahaan... 71
D.Analisis Data... 73
1.Manfaat Langsung... 73
a. Corporate Social Responsibility... 73
b. Pendapatan Karyawan... 74
c. Pendapatan Penjualan Pertamina... 75
2.Manfaat Tidak Langsung... 76
a. Pendapatan Masyarakat (Multiplier Effect)... 76
b. Pendapatan Daerah... 77
3.Biaya Langsung... 79
a. Biaya Operasional... 79
b. Biaya Produksi... 80
4.Biaya Tidak Langsung... 81
a. Biaya Penanganan Pencemaran... 81
E.Rasio Benefit Cost... 83
F. Nilai Imbangan Manfaat Biaya... 85
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan... 90
B.Saran... 91
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kegiatan Observasi Lapangan... 39
Tabel 2. Pertumbuhan Penduduk Kota Balikpapan 2005-2009... 52
Tabel 3. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga... 52
Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan... 54
Tabel 5. Prevalensi Penyakit di Sekitar Pertamina RU. V Balikpapan 2009 & 2010... 56
Tabel 6. Perkembangan PDRB dengan Migas Kota Balikpapan 2001-2009.... 59
Tabel 7. Sejarah Pertamina RU. V Balikpapan... 63
Tabel 8. Perkembangan Kilang Pertamina RU.V Balikpapan... 64
Tabel 9. Perkembangan Pertamina RU. V Balikpapan... 66
Tabel 10. CSR PT. Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan 2005-2009... 73
Tabel 11. Pendapatan Karyawan Pertamina 2005-2009... 74
Tabel 12. Pendapatan Penjualan Pertamina 2005-2009... 75
Tabel 13. Pendapatan Masyarakat sebagai Multiplier Effect... 77
Tabel 14. Kontribusi Pertamina kepada Daerah... 78
Tabel 15. Biaya Operasional Pertamina diluar Pendapatan Karyawan 2005-2009... 79
Tabel 16. Biaya Produksi Pertamina RU. V 2005-2009... 80
Tabel 17. Biaya Penanganan Pencemaran 2005-2009... 82
Tabel 18. Perhitungan Net B/C R Tahun 2005... 84
commit to user
Tabel 20. Perhitungan Nilai Imbangan Manfaat Biaya Tahun 2005 Tanpa
Eksternalitas... 87 Tabel 21. Perhitungan Nilai Imbangan Manfaat Biaya Tahun 2005 Dengan
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan
Barang Sumber Daya Alam... 13
Gambar 2. Keseimbangan Pasar, Eksternalitas Negatif dan Efisiensi Harga, Manfaat, Biaya... 22
Gambar 3. Keseimbangan Pasar, Eksternalitas Positif dan Efisiensi Harga, Manfaat, Biaya... 23
Gambar 4. Situasi Program Pengurangan Polusi... 28
Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran... 37
Gambar 6. Lokasi Kilang Pertamina di Seluruh Wilayah Indonesia... 60
Gambar 7. Denah Kilang PT. PERTAMINA RU. V Balikpapan... 69
commit to user Abstraksi
“Analisis Manfaat Biaya pada PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit. V Balikpapan (Aplikasi Benefit Cost Ratio)
RISMA INTAN PERTIWI F.1109022
Penelitian ini memiliki tujuan untuk menilai tingkat kelayakan suatu kegiatan industri khususnya indusri pengolahan migas PT. Pertamina (Persero) RU.V yang ada di Kota Balikpapan baik secara ekonomi dan lingkungan. Kelayakan suatu industri dapat dinilai dari suau pendekatan benefit cost ratio, yaitu dengan membandingkan nilai manfaat dan biaya dari berlangsungnya kegiatan suatu industri. Kegiatan indsutrialisasi selain untuk memperoleh keuntungan, diharapkan juga dapat memajukan perekonomian suatu negara atau daerah serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kelayakan ekonomi adalah bagaimana suatu industri dapat meningkatkan struktur masyarakat dan perekonomian. Peningkatan perekonomian suatu daerah yang ditunjang dengan adanya kegiatan industrialisasi dilihat dari pergeseran struktur ekonomi, dari berkembangnya sektor pertanian dan perdagangan dengan adanya industrialisasi maka sektor tersebut berubah menjadi kota industri yang maju akan teknologi dan sumber daya manusianya. Mengukur kelayakan ekonomi dan lingkungan suatu industri dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu Net B/C R dan Nilai imbangan manfaat biaya. Nilai Net B/C R diperoleh dari total NPV1 dibagi NPV2; nilai imbangan manfaat diperoleh dari perbandingan total manfaat dan biaya ditambah dengan nilai valuasi lingkungan atau nilai eksternalitas. Nilai eksternalitas digunakan untuk menilai seberapa besar pengaruhnya dalam mengurangi tingkat kelayakannya.
Sasaran penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kelayakan ekonomi dan lingkungannya sehingga dapat diketahui pula apa dampak positif dan negatif dari adanya industri pengolahan migas oleh Pertamina RU. V Balikpapan terhadap masyarakat dan daerah Kota Balikpapan. Berdasarkan hasil analisis, diketahui nilai kelayakan ekonominya adalah sebesar 1,058. B/C Ratio > 1 yang artinya bahwa Pertamina layak secara ekonomi dan dapat meningkatkan perekonomian secara positif baik kepada masyarakat dan perekonomian daerah. Nilai imbangan manfaat biaya diketahui sebesar 1,657 dengan memasukkan komponen eksternalitas yaitu dari nilai valuasi lingkungan, sedangkan nilai imbangan manfaat biaya tanpa memasukkan komponen eksternalitas adalah sebesar 1,660. Rasio nilai imbangan tersebut >1 yang artinya secara lingkungan, kegiatan industri yang dikelola oleh Pertamina adalah layak.
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam.
Indonesia yang kaya dengan sumber daya alam memiliki keuntungan yaitu
kemampuan untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakatnya tanpa harus
melakukan kegiatan import dari negara lain. Sumber daya alam dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan sebuah barang dan jasa sesuai dengan apa
yang dibutuhkan masyarakat dengan tingkat value tertentu.
Pemanfaatan sumber daya alam berupa barang dan jasa dapat
dilakukan melalui suatu proses pengolahan. Suatu proses pengolahan dikelola
oleh sebuah industri/pabrik yang dihasilkan dari berbagai sektor. Misalnya
sumber daya alam dari sektor pertanian seperti tanaman padi dapat diolah
menjadi gabah, tembakau dapat diolah menjadi rokok oleh industri rokok, teh
dapat diolah menjadi minuman teh dan lain sebagainya. Sektor lainnya yang
memanfaatkan sumber daya alam adalah sektor pertambangan. Pemanfaatan
sektor pertambangan dapat dilihat dari hasil olahannya, namun pemanfaatan
tergantung pada potensi masing-masing daerah, karena ada daerah sebagai
daerah penghasil tambang baik migas maupun non migas serta daerah
pengolah yang ditinjau dari letak geografis daerah dan pertimbangan lainnya.
Sumber daya alam dari sektor pertambangan merupakan sumber daya
commit to user
2 krusial terhadap lingkungan hidup sehingga pengolahannya membutuhkan
keahlian khusus agar dalam menggunakannya tidak hanya dapat merusak
lingkungan oleh proses pengerukkannya, tetapi juga keahlian dalam
mengolah hasil limbah industrinya. Limbah hasil pengolahan minyak bumi
memiliki efek yang sangat kuat terhadap kesehatan. Pada umumnya, limbah
dibuang bebas dilepas pantai melalui proses pengilangan minyak dan sistem
pengolahan limbah melalui Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL). Meskipun telah diolah melalui beberapa tahapan yang telah
distandarisasikan, namun tak dapat dihindari hal ini dapat menurunkan
kualitas lingkungan terutama terhadap masyarakat sekitar lokasi industri.
Industri merupakan suatu sektor kegiatan yang sering dikaitkan
dengan kemajuan dan kecepatan pertumbuhan ekonomi suatu negara, serta
pencemaran lingkungan. Namun kemajuan industri suatu negara tidak hanya
ditunjukkan oleh banyaknya pabrik atau industri yang didirikan, tetapi juga
oleh kesehatan pabriknya. Salah satu parameter kesehatan pabrik adalah dari
seberapa banyak limbah yang dibuang. Pembangunan industri juga perlu
mempertimbangkan tempat pembuangan limbah karena bagaimanapun
bersihnya suatu kegiatan pasti akan membuang limbahnya. Peraturan tentang
ambang batas limbah sering dikaitkan dengan badan penerima limbah, untuk
limbah cari menggunakan sungai atau laut. Peraturan akan semakin longgar
untuk badan penerima limbah yang mempunyai daya dukung makin besar dan
peruntukan perairan yang makin rendah, sedangkan mengolah limbah yang
commit to user
3 Industri yang sangat krusial letak, pengolahan serta value nya adalah
industri migas maupun industri pengolahan migas, meskipun industri
pertanian adalah industri yang paling banyak dalam memberikan kontribusi
dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, tetapi proses pengolahannya tidak
memiliki tingkat riskan yang sama dengan industri pertambangan dan migas
ataupun pengolahan migas yang dapat mengurangi kualitas lingkungan.
Industri pengolahan migas tersebar di seluruh daerah di Indonesia
khususnya daerah-daerah yang memiliki sektor unggulan dalam mengolah
minyak mentah menjadi bahan bakar minyak maupun non bahan bakar
minyak. PT. Pertamina (Persero) adalah perusahaan yang bergerak di bidang
industri pengolahan migas dan telah berdiri sejak banyak ditemukannya
sumur-sumur minyak bumi dan gas alam di wilayah Indonesia yang kaya
akan sumber daya alam migas. PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V
Balikpapan merupakan salah satu unit pengolahan dari beberapa unit
pengolahan Pertamina yang ada di Indonesia. Unit pengolahan minyak dan
gas bumi sangat berpotensi menimbulkan polutan, oleh karena itu PT.
Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan memiliki unit-unit untuk melindungi
lingkungan dari pencemaran limbah yang dihasilkan. Unit-unit tersebut dapat
berupa sarana untuk meminimalisasikan limbah yang telah dihasilkan. Tujuan
lainnya agar limbah yang dihasilkan baik berupa cair, padat maupun gas
memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah sehingga aman
commit to user
4 Kilang minyak RU. V adalah salah satu dari tujuh kilang minyak PT.
Pertamina (Persero) yang ada di Indonesia. Kilang RU. V Balikpapan berawal
dari ditemukannya sumber minyak di Sanga-sanga pada tahun 1897,
kemudian ditemukan sumber minyak di Tarakan (1899), Samboja (1911) dan
Bunyu (1922). Kilang Balikpapan dibangun oleh Shell Transport & Trading
Ltd pada tahun 1899 dan mengalami perbaikan guna meningkatkan kapasitas
produksi. Perbaikan pertama dilakukan pada tahun 1922 guna meningkatkan
kapasitas produksi dari 5.000 barrel/hari dan sebagai cikal bakal Kilang
Balikpapan I.
Bertambahnya penemuan sumber-sumber minyak di Kalimantan
Timur oleh Kontraktor Production Sharing (KPS) CHEVRON, VICO, dan
TOTAL E&P dan meningkatnya kebutuhan BBM Dalam Negeri, pada tahun
1980 dibangun Kilang Balikpapan II berkapasitas produksi 200.000
barrel/hari yang resmi dioperasikan 1 November 1983. Pada tahun 1995
dilakukan pembaharuan dan peningkatan Kilang Balikpapan I berkapasitas
produksi 60.000 barrel/hari yang mulai dioperasikan tahun 1997.
PT. Pertamina RU. V Balikpapan mempekerjakan lebih kurang
sebanyak 1.166 orang dengan produk utama BBM tentu akan memberi
dampak positif maupun negatif bagi daerah sekitarnya baik secara langsung
maupun tidak langsung. Menurut beberapa survei Pertamina mengenai sosial,
ekonomi dan budaya masyarakat, dampak positif yang diberikan dari adanya
industri pengolahan migas meliputi dalam hal mengurangi angka
commit to user
5 multiplier effect, meningkatkan pendapatan daerah dan meningkatkan taraf
hidup masyarakat Kota Balikpapan melalui program-program tanggung
jawab sosial perusahaan. Dampak negatif yang mungkin diterima masyarakat
dan lingkungan seperti kebisingan, debu, ketidaknyamanan suhu udara,
penurunan kualitas udara dan kualitas perairan, terganggunya keseimbangan
kehidupan, kekurangan debit air, kepadatan lalu lintas dan kesehatan.
Salah satu dampak negatif yang berpengaruh besar terhadap pola
kehidupan masyarakat maupun lingkungan adalah pencemaran akibat adanya
industri pengolahan migas. Pencemaran mengakibatkan dampak negatif
terhadap manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, harta benda, atau dengan kata
lain terhadap kehidupan bersama (sosial). Dampak pencemaran sosial
ekonomi dapat diartikan dampak terhadap individu-individu dalam kehidupan
bersama yang dinilai dengan satuan moneter (ekonomi). Suatu produk yang
dihasilkan melalui proses produksi di suatu industri yang menimbulkan
pencemaran dijual dengan harga yang relatif murah dibanding dengan harga
produk yang sama dengan teknologi yang sama, tetapi tidak mencemari
karena sudah memakai alat pengolah limbah (Brodjonegoro, 1996).
Pengolahan minyak dan gas alam ini menghasilkan limbah yang tidak
sedikit. Air limbah yang dihasilkan dalam pengolahan minyak di PT.
Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan berupa limbah cair dan non cair.
commit to user
6 1. Pengelolaan Air Limbah
RU. V melaksanakan pemantauan kualitas air limbah yang terdiri dari:
air limbah proses, air limbah drainase dan air pendingin dan dari unit
pengolahan melaporkan setiap bulan dan memastikan seluruh parameter
di seluruh titik outlet kurang dari standar baku mutu air limbah (<
BMAL). Upaya pengembangan dilakukan secara terus menerus baik dari
metode, kehandalan peralatan maupun desain sistem sehingga
persyaratan baku mutu terpenuhi.
2. Pengelolaan Limbah Emisi Udara
Limbah emisi udara dari seluruh cerobong dan flare stak dipantau dan
dilaporkan secara periodik untuk memastikan seluruh parameter kurang
dari baku mutu emisi (< BME).
3. Pengelolaan Limbah B3
Pengelolaan seluruh jenis limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
yang dihasilkan RU. V dikendalikan secara kualitatif (dengan perijinan)
dan kuantitatif (dengan neraca limbah). Kegiatan pengelolaan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan pada ijin.
Pengelolaan limbah B3 diarahkan kepada penerapan prinsip 3 R
(Reuse-Recycle-Recovery).
4. Flare Gas Recovery System
Tujuan proyek Flare Gas Recovery System adalah untuk memberikan
commit to user
7 lingkungan atau lindungan lingkungan di Indonesia khususnya Kota
Balikpapan. Manfaat proyek Flare Gas Recovery System adalah :
a. Mengurangi emisi CO2.
b. Penghematan energi hijau Fuel Gas yang berhasil direcovery.
c. Recovered Hydrocarbon Liquid (LPG komponen).
Suatu kebijakan lingkungan mengacu pada dasar undang-undang
regulasi, yaitu diukur dalam UU No. 23 Tahun 1997 lalu pada tahun 2009
menjadi UU No. 32 Tahun 2009. Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa setiap
rencana kegiatan yang akan diperkirakan akan menimbulkan dampak penting
terhadap lingkungan hidup, wajib dilengkapi dengan studi Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Undang-undang yang mengatur
tentang lingkungan hidup khususnya untuk hal limbah adalah Permen
Lingkungan Hidup (LH) No.19 Tahun 2010, sedangkan untuk hal emisi udara
terdapat pada Permen LH No. 13 Tahun 2009. Limbah B3 pada PP RI No. 18
dan 85 Tahun 1999.
Seiring dengan berkembangnya peraturan di bidang pengelolaan
lingkungan hidup, maka PT. Pertamina (Persero) juga telah melengkapi
kegiatan kilang RU.V Balikpapan dengan berbagai dokumen (ANDAL, RKL,
RPL, UKL & UPL) sebagai bukti kegiatan terhadap peraturan perundangan
yang berlaku. Selain itu PT. Pertamina (Persero) melengkapi Kilang RU. V
Balikpapan dengan Sistem Manajemen Lingkungan – ISO 14001 yang
commit to user
8 sertifikasi tahap II tahun 1999-2001, kemudian tahun 2002 dilanjutkan
dengan audit (audit internal, consultant audit, preliminary audit dan certified
audit) dan memperoleh sertifikat ISO 14001 tahun 2002, kemudian
dilanjutkan dengan penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001.
Sehubungan dengan adanya peraturan dan perundangan tersebut diharapkan
pembangunan sektor migas dapat terlaksana secara berwawasan lingkungan
dan berkesinambungan.
Ilmu ekonomi mengenal suatu analisis yaitu analisis rasio manfaat dan
biaya (B/C Ratio). Apabila rasio manfaat biaya industri pengolahan migas
lebih besar atau sama dengan 1 (satu) maka kesejahteraan masyarakat lebih
tinggi dan sebaliknya, jika kurang dari 1 (satu), maka kesejahteraan
masyarakat menurun. Analisis manfaat biaya dikembangkan untuk memberi
sebuah cara sistematik untuk membandingkan keuntungan serta kerugian
ekonomi dari berbagai alternatif proyek. Pada umumnya, para penganalisa
dan perencana hanya tertarik pada alternatif yang mempunyai rasio lebih dari
1 (satu). Dengan kata lain, agar ekonomi layak, sebuah proyek diharapkan
dapat memberikan lebih banyak untung daripada rugi (Pareglio, 1996).
Berdasarkan dampak positif dan negatif yang timbul akibat industri
pengolahan migas oleh Pertamina perlu dilakukan penghitungan tingkat
keuntungan dan kerugian agar diketahui tingkat kelayakan keberadaan
industri ini di kota Balikpapan. Bertitik tolak dari permasalahan tersebut,
maka penelitian ini mengambil judul Analisis Manfaat Biaya pada PT.
commit to user
9 Penelitian lebih dikonsentrasikan pada dampak yang diterima oleh
masyarakat pada khususnya dan Kota Balikpapan pada umumnya ditinjau
dari aspek ekonomi dan lingkungan yang ditimbulkan oleh adanya industri
pengolahan migas PT. Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah yang akan
dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kelayakan ekonomi dari PT. Pertamina (Persero) RU. V
Balikpapan dengan menggunakan pendekatan Benefit Cost Ratio?
2. Bagaimana nilai imbangan manfaat biaya dengan metode imbangan
manfaat-biaya lingkungan dari PT. Pertamina (Persero) RU. V
Balikpapan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain:
1. Mengetahui dampak positif dan negatif dengan rasio manfaat biaya yang
diakibatkan oleh adanya industri pengolahan migas di PT. Pertamina
(Persero) RU. V terhadap masyarakat dan perekonomian daerah kota
Balikpapan.
2. Mengetahui nilai imbangan manfaat biaya di PT. Pertamina (Persero) RU.
V terhadap masyarakat dan perekonomian daerah kota Balikpapan
commit to user
10 D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pemerintah Daerah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana
suatu kegiatan ekonomi di PT. Pertamina (Persero) RU. V berlangsung
dengan memasukkan aspek lingkungan didalamnya, serta
dampak-dampak baik itu dampak-dampak positif maupun negatif terhadap kesejahteraan
masyarakat dan majunya perekonomian daerah.
2. Bagi Ilmu Pengetahuan
Bagi ilmu pengetahuan, khususnya bidang Ekonomi Sumber Daya
Alam dan Lingkungan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan empiris tentang aspek lingkungan yang mempengaruhi
jalannya kegiatan ekonomi suatu perusahaan melalui rasio manfaat dan
biaya serta nilai valuasi lingkungan dan pengetahuan tentang kelayakan
ekonomis suatu lingkungan dari adanya industri pengolahan migas secara
ekonomi dan sosial.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan empiris
dan dapat memberikan pengetahuan praktis tentang ekonomi sumber daya
alam dan lingkungan, khususnya mengenai analisis manfaat biaya dari
adanya industri pengolahan migas secara ekonomi dan sosial bagi
commit to user
11 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sumber Daya Alam
Sumber daya alam merupakan komponen penting dalam setiap
kegiatan ekonomi dan industri. Sumber daya alam yang melimpah sangat
menunjang majunya perekonomian suatu daerah namun dalam pemakaiannya
memerlukan efisiensi agar penggunaan sumber daya tersebut dapat digunakan
sesuai dengan kebutuhan saja. Salah satu cabang ilmu ekonomi mengenal
ekonomi sumber daya alam. Ekonomi sumber daya alam merupakan salah
satu cabang ilmu ekonomi yang mencoba menerapkan teori ekonomi,
khususnya teori ekonomi mikro dalam pengelolaan sumber daya alam dan
energi untuk memenuhi kebutuhan manusia secara efisien, efektif dan lestari.
Pertumbuhan ekonomi agregat sering diartikan sebagai kenaikan
produksi nasional. Fungsi Produksi menunjukkan hubungan antara keluaran
(output) dengan jumlah masukan (input). Fungsi produksi berikut
sumberdaya alam dengan masukan (input) lainnya menjadi pendorong bagi
pertumbuhan ekonomi dan secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut:
Y = f (L , K , R , T)
Dimana:
Y = Jumlah produksi
L = Jumlah tenaga kerja
commit to user
12 T = Teknologi
R = Jumlah barang sumberdaya alam
Sejarah menunjukkan masyarakat dapat mencapai kemakmuran
karena berhasil memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Adam Smith
dengan teori Absolute Comparative Advantage menyarankan agar setiap
masyarakat berproduksi sesuai dengan keunggulan komparatif yang dimiliki.
Jadi masyarakat yang kaya akan sumber daya akan lebih banyak berproduksi.
Jumlah sumber daya alam yang terbatas sedangkan pemenuhan
kebutuhan manusia yang tidak terbatas seringkali membuat pemanfaatan dan
pengelolaan sumber daya alam tidak lagi bijaksana dan berpandangan jangka
pendek. Isu lainnya mengenai pengelolaan sumber daya manusia yaitu belum
adanya pertimbangan lingkungan. Semakin terbatasnya kondisi lingkungan
global dan adanya pergeseran para pengguna dari yang semula memakai SDA
yang renewable menjadi non renewable. Tujuan pengelolaan SDA untuk
mencapai tingkat penggunaan yang optimal dan lestari dan tergantung pada
pemanfaatan.
Sumber daya alam terbagi menjadi 2 (dua), yaitu sumber daya alam
terbaharui dan tak terbaharui. Pemakaian sumber daya alam yang salah dapat
menyebabkan beberapa hal yang merugikan pihak-pihak terutama pihak
ketiga dari jalannya suatu kegiatan industri/usaha. Salah satunya yang
dipermasalahkan adalah timbulnya biaya sosial dan eksternalitas. Bentuk
eksternalitas yang berhubungan dengan penelitian ini adalah mengenai
commit to user
13 meminimalisasikan dampak limbah terendah terhadap masyarakat sebagai
penanggung dari eksternalitas negatif. Hal ini merupakan biaya eksternal
perusahaan yang juga sebagai biaya sosial yang harus ditanggung oleh
perusahaan.
Ada hubungan yang positif antara jumlah dan kuantitas barang
sumberdaya dan pertumbuhan ekonomi, tetapi sebaliknya ada hubungan
negatif antara pertumbuhan ekonomi dan tersedianya sumberdaya alam yang
ada di dalam bumi. Pembangunan ekonomi yang cepat yang bersamaan
dengan pembangunan pabrik akan meningkatkan pencemaran lingkungan.
Y (y1)
Y=f(R)
Y0
0
R0 R1 R Sumber: Suparmoko dkk, 2011
Gambar 1. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Barang Sumber Daya
Alam
Berkembangnya jumlah penduduk, perekonomian harus lebih banyak
menyediakan barang dan jasa. Peningkatan produksi barang dan jasa
menuntut lebih banyak produksi barang SDA yang harus digali dan semakin
menipisnya SDA dan pencemaran lingkungan semakin meningkat. Menurut
commit to user
14 menyatakan peningkatan biaya produksi berhubungan dengan semakin
berkurangnya persediaan SDA. Penyebab SDA menjadi langka apabila:
1. Biaya riil per satuan output naik terus selama periode pengambilan.
2. Biaya komoditi yang diambil relatif lebih tinggi dari biaya produksi
komoditi lain.
3. Harga komoditi yang diambil relatif lebih tinggi dari harga komoditi lain
SDA dapat menjadi tidak langka disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
1. Adanya barang substitusi, contoh: plastik mengganti kulit.
2. Adanya penemuan baru dengan metoda eksplorasi baru.
3. Adanya peningkatan dalam impor mineral dan metal dari negara lain.
4. Adanya peningkatan pengetahuan teknik .
5. Adanya pemakaian ulang (recycle).
Kelangkaan dapat dilihat dari harga barang SDA yang semakin naik
maupun dilihat dari royalti atau rent. Rent adalah harga bayangan satu satuan
barang SDA dalam persediaan. Bila seseorang tertarik pada kelangkaan maka
rent lebih tepat, tetapi bila ingin mengetahui banyaknya pengorbanan dalam
memperoleh barang SDA maka yang tepat adalah harga karena sudah
mencakup biaya produksi dan sewa.
B. Pengertian Industri
Industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,
bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi menjadi barang dengan
commit to user
15 added) dan keuntungan. Kegiatan industri menyangkut semua kegiatan
manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial.
Semakin maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu negara
atau daerah, makin banyak jumlah dan macam industri, dan makin kompleks
pula sifat kegiatan dan usaha tersebut. Cara penggolongan atau
pengklasifikasian industri pun berbeda-beda, tetapi pada dasarnya
pengklasifikasian industri didasarkan pada kriteria yaitu menurut tempat
bahan baku, besar kecilnya modal, klasifikasi, jumlah tenaga kerja, pemilihan
lokasi dan produktivitas perseorangan. Perkembangan dan pertumbuhan
ekonomi suatu negara juga turut menentukan keanekaragaman industri negara
tersebut. Semakin besar dan kompleks kebutuhan masyarakat yang harus
dipenuhi, maka semakin beranekaragam jenis industrinya (Anonim, 2011).
1. Jenis industri berdasarkan tempat bahan baku:
a. Industri ekstraktif. Industri ekstraktif adalah industri yang bahan baku
diambil langsung dari alam sekitar. Contoh: pertanian, perkebunan,
perhutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, dan lain-lain.
b. Industri non ekstraktif. Industri non ekstraktif adalah industri yang
bahan bakunya didapat dari tempat lain selain alam sekitar.
c. Industri fasilitatif. Industri fasilitatif adalah industri yang produk
utamanya adalah berbentuk jasa yang dijual kepada para konsumennya.
Contoh: Asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi, dan lain
commit to user
16 2. Jenis industri berdasarkan besar kecil modal:
a. Industri padat modal, yaitu industri yang dibangun dengan modal yang
jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun
pembangunannya.
b. Industri padat karya, yaitu industri yang lebih dititikberatkan pada
sejumlah besar tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan serta
pengoperasiannya.
3. Jenis industri berdasarkan klasifikasi (SK Menteri Perindustrian
No.19/M/I/1986):
a. Industri kimia dasar. Contoh: industri semen, obat-obatan, kertas,
pupuk.
b. Industri mesin dan logam dasar. Contoh: industri pesawat terbang,
kendaraan bermotor, tekstil.
c. Industri kecil. Contoh: industri roti, kompor minyak, makanan ringan,
es, minyak goreng curah.
d. Aneka industri. Contoh: industri pakaian, industri makanan dan
minuman.
4. Jenis industri berdasarkan jumlah tenaga kerja:
a. Industri rumah tangga, yaitu industri yang jumlah tenaga kerjanya
berjumlah antara 1-4 orang.
b. Industri kecil, yaitu industri yang jumlah tenaga kerjanya berjumlah
commit to user
17 c. Industri sedang atau industri menengah, yaitu industri yang jumlah
tenaga kerjanya berjumlah antara 20-99 orang.
d. Industri besar, yaitu industri yang jumlah tenaga kerjanya berjumlah
antara 100 orang atau lebih.
5. Jenis industri berdasakan pemilihan lokasi:
a. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar (market
oriented industry), yaitu industri yang didirikan sesuai dengan lokasi
potensi target konsumen. Industri jenis ini akan mendekati
kantong-kantong dimana konsumen potensial berada. Semakin dekat ke pasar
akan semakin menjadi lebih baik.
b. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja /
labor (manpower oriented industry), yaitu industri yang berada pada
lokasi di pusat pemukiman penduduk karena bisanya jenis industri
tersebut membutuhkan banyak pekerja untuk lebih efektif dan efisien.
c. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan baku
(supply oriented industry), yaitu jenis industri yang mendekati lokasi di
mana bahan baku berada untuk memangkas atau memotong biaya
transportasi yang besar.
6. Jenis industri berdasarkan produktifitas perorangan:
a. Industri primer, yaitu industri yang barang-barang produksinya bukan
hasil olahan langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu. Contoh: hasil
produksi pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan
commit to user
18 b. Industri sekunder, yaitu industri yang mengolah bahan mentah
sehingga menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali. Misalnya
pemintalan benang sutra, komponen elektronik, pengolahan migas dan
sebagainya.
c. Industri tersier, yaitu industri yang produk atau barangnya berupa
layanan jasa. Contoh: telekomunikasi, transportasi, perawatan
kesehatan, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Industrialisasi sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat yang lebih maju
maupun taraf hidup yang lebih bermutu. Pembangunan industri merupakan
suatu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat, bukan merupakan
kegiatan yang mandiri untuk hanya sekedar mencapai fisik saja.
Industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan
mutu sumber daya manusia dan kemampuannya memanfaatkan secara
optimal sumber daya alam dan sumber daya lainya. Hal ini berarti pula
sebagai suatu usaha untuk meningkatkan produktivitas tenaga manusia
disertai usaha untuk meluaskan ruang lingkup kegiatan manusia. Dengan
demikian dapat diusahakan secara vertikal semakin besarnya nilai tambah
pada kegiatan ekonomi dan sekaligus secara horisontal semakin luasnya
lapangan kerja produktif bagi penduduk yang semakin bertambah.
Berbagai pendapat muncul bahwa industri itu mempunyai peranan
penting sebagai sektor pemimpin (leading sector). Sektor pemimpin ini
commit to user
19 dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainya seperti sektor pertanian,
sektor perdagangan dan sektor jasa. Pertumbuhan industri yang pesat akan
merangsang pertumbuhan sektor pertanian untuk menyediakan bahan-bahan
baku bagi industri, akibatnya sektor jasapun berkembang dengan adanya
industrialisasi tersebut, misalnya dengan berdirinya lembaga-lembaga
keuangan, lembaga-lembaga pemasaran atau periklanan dan sebagainya yang
keseluruhan tersebut akan mendukung lajunya pertumbuhan industri.
Keadaan menyebabkan meluasnya peluang kerja yang pada akhirnya akan
meningkatkan pendapatan dan permintaan daya beli masyarakat. Kenaikan
pendapatan dan peningkatan permintaan daya beli tersebut menunjukkan
bahwa perekonomian itu tumbuh sehat. United Nations for Industrial
Development Organization (UNIDO) mengelompokkan negara-negara
sebagai berikut (Muhammad, 1992) :
a. Kelompok negara non-industri apabila sumbangan sektor industri terhadap
PDB kurang dari 10 persen.
b. Kelompok negara dalam proses industrialisasi apabila sumbangan tersebut
antara 10-20 persen.
c. Kelompok negara semi industrialisasi jika sumbangan tersebut antara
20-30 persen.
commit to user
20 Perroux (1992) mengatakan, pertumbuhan tidak muncul di berbagai
daerah pada waktu yang sama. Pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat
yang disebut pusat pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda. Inti
pendapat Perroux (dalam Muhammad, 1992) adalah sebagai berikut :
a. Suatu proses pembangunan akan timbul industri pemimpin yang
merupakan industri penggerak utama dalam pembangunan suatu daerah.
Keterkaitan antar industri sangat erat, maka perkembangan industri
pemimpin akan mempengaruhi perkembangan industri lain yang
berhubungan erat dengan industri pemimpin tersebut.
b. Pemusatan industri pada suatu daerah akan mempercepat pertumbuhan
perekonomian, karena pemusatan industri akan menciptakan pola
konsumsi yang berbeda antar daerah sehingga perkembangan industri di
daerah tersebut akan mempengaruhi perkembangan daerah-daerah lainnya.
c. Perekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif aktif
dengan industri-industri yang relatif pasif yaitu industri yang tergantung
dari industri pemimpin atau pusat pertumbuhan. Daerah yang relatif maju
atau aktif akan mempengaruhi daerah-daerah yang relatif pasif.
C. Pengertian Eksternalitas dan Biaya Sosial
Eksternalitas merupakan manfaat (benefit) dan biaya (cost) yang tidak
dapat diperhitungkan secara langsung dalam proses produksi barang atau jasa.
Apabila ada eksternalitas, maka ada pihak ketiga di luar pembeli dan penjual
commit to user
21 ketiga tidak diperhitungkan baik oleh pembeli ataupun penjual barang yang
diproduksi atau dikonsumsi sehingga menghasilkan eksternalitas. Harga pasar
tidak secara tepat mencerminkan manfaat sosial marginal atau biaya sosial
marginal yang diperdagangkan apabila terdapat eksternalitas.
Eksternalitas memunculkan situasi penyimpangan di dalam biaya dan
manfaat marginal dari biaya atau manfaat sosial marginal. Penyimpangan
tersebut memiliki arti bahwa produsen maupun konsumen tidak peduli
apakah yang diproduksi atau dikonsumsi itu bermanfaat atau merugikan
pihak ketiga. Hal ini menyebabkan inefisiensi terjadi di suatu kegiatan
produksi. misalnya produsen memproduksi produk yang menghasilkan
eksternalitas negatif. Produsen tidak peduli terhadap biaya yang ditanggung
oleh pihak ketiga, begitu pula ketika terjadi eksternalitas positif, pembeli
ataupun penjual tidak mempertimbangkan fakta bahwa konsumsi ataupun
produksi mereka memiliki dampak positif terhadap pihak ketiga. Kenyataan
terciptanya eksternalitas positif atau negatif ini tidak tercermin dalam
penentuan harga barang dan jasa.
Eksternalitas negatif atau disebut biaya eksternal adalah biaya yang
ditanggung pihak ketiga diluar pembeli dan penjual yang tidak tercermin
dalam harga pasar. Sebagai contoh adalah kerusakan yang disebabkan oleh
polusi industri terhadap masyarakat dan lingkungan. Dampak merugikan
terhadap kesehatan ini tentu saja akan mengurangi nilai hak miliki pribadi
commit to user
22 P
MPC+MEC=MSC
P3 c
MEC
P2 b S=MPC
P1 a
D=MSB
0 Q2 Q1 Q
Sumber : Amirullah, 2010
Gambar 2. Keseimbangan Pasar, Eksternalitas Negatif dan Efisiensi
Harga, Manfaat, Biaya
Equilibrium pasar pada gambar 2 terjadi di titik A ketika output Q1
dan kondisi tersebut inefisien kareena MSC > MSB. Output efisien terjadi di
tiik B, dimana output Q2 dan harga produk meningkat menjadi P2 bergerak
menuju output yang efisien. Hal ini akan mengurangi biaya sosial marginal
dari P3 menuju P2 dan diperoleh keseimbangan sebesar daerah ABG. Kondisi
efisien tercapai apabila MPC + MEC = MSC karena MPC = MSB, maka
commit to user
23 Eksternalitas positif merupakan manfaat yang diperoleh pihak ketiga
diluar penjual dan pembeli yang tidak tercermin dalam harga pasar. Penjual
dan pembeli tidak pernah mempertimbangkan fakta bahwa setiap unit
produksi menghasilkan manfaat terhadap yang lain. Sebagai contoh dari
adanya eksternalitas positif adalah adanya alat pencegah kebakaran.
Pembelian alat pencegah kebakaran seperti alarm asap atau material tahan
bakar bermanfaat bagi pihak ketiga diluar penjual dan pembeli dengan
mengurangi resiko menyebarnya kebakaran. Penjual dan pembeli tidak
pernah mempertimbangkan fakta bahwa alat pencegah kebakaran
menurunkan kemungkinan kerusakan property yang dimiliki oleh pihak
ketiga.
P
P3 V S=MSC
P2 V
P1 U
P4 MPB+MEB = MSB
D=MPB
0 Q1 Q2 Q
Sumber : Amirullah, 2010
Gambar 3. Keseimbangan Pasar, Eksternalitas Positif dan Efisiensi Harga,
commit to user
24 Equilibrium pasar pada gambar 3 terjadi di titik U saat output yang
dikonsumsi sebesar Q1, dimana MPB = MSC. Kondisi tersebut tidak efisien
karena MSB > MSC. Kondisi efisien terjadi di titik V dimana output yang
dikonsumsi sebesar Q2. Kondisi efisien terjadi ketika MPB + MEB = MSB,
maka MPB + MEB = MSB = MSC.
Bentuk eksternalitas meliputi eksternalitas manfaat maupun
eksternalitas biaya. Eksternalitas terjadi bila suatu kegiatan menimbulkan
manfaat dan atau biaya bagi kegiatan atau pihak di luar pelaksana kegiatan
tersebut. Eksternalitas dalam biaya inilah yang disebut pula sebagai biaya
sosial. Permasalahan biaya sosial ini sesungguhnya berkaitan dengan masalah
pencemaran lingkungan yang sebagai akibatnya adalah kerusakan lingkungan
hidup yang dapat dianggap sebagai biaya pembangunan ekonomi
(Suparmoko, 1989:237).
Masalah yang terjadi adalah siapa yang harus menanggung biaya
sosial tersebut dan apakah biaya itu harus ditanggung oleh pihak yang
menimbulkan korban atau biaya itu, ataukah pihak yang dirugikan atau
pemerintah. Studi Coase (1989) mengambil contoh kegiatan usaha yang
menimbulkan dampak yang merugikan bagi pihak lain, sebagai contoh pabrik
yang menimbulkan asap yang mengotori dan menganggu lingkungan hidup
sekitar pabrik tersebut. Pada umumnya, para ekonomi menyetujui agar pabrik
yang menyebabkan polusi asap itulah yang harus dikenai kewajiban untuk
mencegah pencemaran itu atau ia diwajibkan membayar pajak sebesar
commit to user
25 pemukiman. Namun Coase menyatakan bahwa upaya pemecahan masalah
seperti tersebut diatas kurang tepat.
Sesungguhnya ada hubungan timbal balik dalam penciptaan dampak
yang sifatnya merugikan itu. Apabila suatu perusahaan A menimbulkan
pencemaran dan merugikan perusahaan B, maka biasanya masyarakat
cenderung menginginkan agar perusahaan yang merugikan perusahaan lain
itu (A) yang dikenai suatu beban atau semacam hukuman. Hal ini sebenarnya
adalah keliru karena dengan mencegah terjadinya kerugian pada B,
sesungguhnya masyarakat juga merugikan A. Permasalahannya adalah
bagaimana agar kerugian tersebut tidak semakin serius, sebagai contoh
apabila terdapat sebuah perusahaan kontraktor yang mendirikan bangunan
untuk hotel, maka secara langsung kontraktor tersebut membuat kebisingan
atau menimbulkan polusi suara. Hal ini akan mengganggu seorang dokter
yang praktek didekat lokasi bangunan tersebut dalam memberikan
pengobatan kepada pasiennya dan untuk mengurangi kerugian dokter
tersebut, ia akan membebankan kerugian yang harus diderita kepada
kontraktor.
Soemarwoto (1989) menyatakan bahwa dalam dunia ini tidak ada
sesuatu yang gratis. Apabila seseorang ingin memperoleh sesuatu tanpa
membayar, mungkin ada orang lain yang harus membayar biaya yang
diperlukan untuk memperoleh sesuatu yang dianggap menguntungkan tadi.
Apabila ada orang yang membuang limbah ke sungai, pada hakikatnya ia
commit to user
26 gratis, namun orang lain harus memikul biaya pengangkutan dalam bentuk
penurunan hasil ikan atau biaya penjernihan air untuk minum yang lebih
tinggi oleh Perusahaan Air Minum. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
sektor pertanian, sektor pariwisata dan masyarakat umum seringkali harus
menderita dan membayar biaya yang seharusnya dipikul oleh para
industriawan dan para pengendara mobil atau motor. Hal ini disebut dengan
biaya eksternal atau biaya sosial oleh para pakar ekonomi.
Kegiatan-kegiatan tersebut memiliki biaya yang harus dibayar sendiri
(internal cost) dan ternyata perusahaan juga menciptakan biaya yang harus
dipikul orang lain (external cost) atau eksternalitas negatif. Oleh karena itu,
biaya lingkungan itu adalah riil atau nyata dan harus diperhitungkan dalam
kegiatan pembangunan.
D. Analisis Manfaat dan Biaya
Manfaat merupakan nilai barang dan jasa bagi konsumen sedangkan
biaya merupakan manfaat yang tidak diambil atau lepas dan hilang
(opportunity cost). Menentukan manfaat serta biaya yang berhubungan
dengan aspek lingkungan seringkali mengalami kesulitan sehingga beberapa
peneliti terdahulu telah mencoba untuk menentukan biaya pembuangan
sampah atau limbah buangan perusahaan-perusahaan maupun rumah tangga.
Biaya tersebut adalah biaya mencegah polusi dan biaya polusi.
Biaya pencegahan polusi adalah biaya yang dikeluarkan baik oleh
commit to user
27 keseluruhan polusi sebagai akibat kegiatan produksi dan konsumsi. Biaya
polusi dibagi menjadi 2 (dua), antara lain:
1. Biaya yang dikeluarkan pemerintah atau swasta untuk menghindari
kerusakan akibat polusi
2. Kerusakan kesejahteraan masyarakat sebagai akibat polusi. Biaya pertama,
yaitu biaya yang dikeluarkan pemerintah atau swasta untuk menghindari
kerusakan akibat polusi relatif mudah untuk mengukurnya, akan tetapi
biaya yang kedua sangatlah sulit untuk mengukurnya. Apabila analisis
manfaat serta biaya diterapkan pada masalah lingkungan, khususnya
untuk menanggulangi pencemaran lingkungan, maka hal tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Analisis manfaat biaya pada hakikatnya merupakan penilaian
sistematika terhadap keuntungan serta kerugian segala perubahan dalam
produksi dan konsumsi masyarakat. Analisis diterapkan pada program
penanggulangan atau pencegahan polusi. Manfaat program tersebut adalah
pengurangan biaya polusi baik biaya menghindari kerusakan karena polusi
maupun biaya merusak kesejahteraan akibat polusi.
Biaya program adalah segala pengeluaran pemerintah dan ini dapat
diukur dengan nilai pemanfaatan lain sumber daya yang diperlukan untuk
pelaksanaan program. Asumsi yang diajukan untuk mempermudah analisis,
commit to user
28 1. Setiap tambahan pengeluaran pada program ini menghasilkan
pengurangan dalam hasil polusi, yaitu sebagai akibat usaha pengurangan
polusi.
2. Masyarakat biasanya menilai usaha-usaha permulaan pengurangan polusi
itu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan penilaian usaha-usaha
berikutnya. Apabila digambarkan maka asumsi tersebut menghasilkan
situasi seperti terlihat pada gambar berikut.
Rp/Satuan
R
Biaya sosial marjinal (MSC)
E* E
Manfaat sosial marjinal (MSB)
O P* P Satuan Hasil Polusi
Sumber : Suparmoko, 1989
Gambar 4. Situasi Program Pengurangan Polusi
Garis horisontal MSC menunjukkan bahwa setiap rupiah pengeluaran
commit to user
29 MSB menunjukkan manfaat bagi rumah tangga pada setiap satuan hasil
polusi, jadi semakin banyak satuan hasil polusi maka semakin berkurang
manfaat sosial marjinal.
Jika pemerintah mengetahui dimensi kuantitatif manfaat dan biaya per
satuan, maka program pemerintah sangatlah baik untuk dilaksanakan bila
manfaat total (daerah dibawah garis MSB) lebih besar daripada biaya total
(daerah dibawah garis MSC). Tingkat hasil optimal adalah OP*, karena untuk
tingkat hasil yang lebih kecil, tambahan manfaat per satuan hasil melebihi
biaya tambahan per satuan dan untuk tingkat hasil yang lebih besar
sumbangan biaya per satuan melebihi tambahan manfaat per satuan. Dengan
demikian bila tingkat optimal pengurangan polusi OP* dipilih maka
biaya-biaya adalah OP* EE* sedang keuntungan adalah OP* ER.
E. Manfaat dan Biaya
1. Manfaat
Manfaat (benefit) dalam penelitian ini bersifat evaluasi yang berarti
menitikberatkan pada social benefit dan diukur dalam satuan rupiah.
Penilaian benefit pada evaluasi ini menyangkut manfaat langsung yang
diterima dan penilaian secara kualitatif terhadap perekonomian masyarakat
secara keseluruhan (multiplier effect). Besar kecilnya dampak
proyek/kegiatan perusahaan terhadap perekonomian masyarakat secara
commit to user
30 sebuah proyek/perusahaan. Manfaat terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu
manfaat langsung dan manfaat tidak langsung.
Manfaat langsung adalah manfaat yang diterima sebagai akibat
adanya proyek. Seperti naiknya hasil produksi barang atau jasa, perubahan
bentuk, turunan biaya dan lain sebagainya (Harmoni, 2011). Kenaikan
hasil produksi dapat disebabkan karena meningkatnya jumlah produk dan
kualitas dari produk akibat adanya kegiatan perusahaan. Manfaat langsung
merupakan manfaat (keuntungan) yang dapat langsung dirasakan oleh
pihak-pihak yang berkepentingan ataupun pihak ketiga sebagai multiplier
effect. Manfaat tidak langsung merupakan manfaat yang timbul sebagai
dampak yang bersifat multiplier effect dari proyek yang dibangun terhadap
kegiatan pembangunan lainnya.
2. Biaya
Biaya adalah pengeluaran dan pengorbanan yang dapat mengurangi
pengurangan terhadap manfaat yang diterima. Biaya langsung merupakan
biaya yang berhubungan langsung dengan kepentingan perusahaan. Biaya
tidak langsung adalah biaya yang perlu diperhitungkan dalam
menganalisis kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.
F. Rasio Net Benefit Cost
Rasio Benefit Cost (B/C Ratio) merupakan perbandingan antara
benefit yang telah di present value kan dengan biaya yang telah di present
commit to user
31 benefit dengan biaya, yang berarti proyek relatif semakin menguntungkan.
Suatu proyek akan dipilih apabila B/C Ratio > 1, apabila B/C Ratio < 1 maka
usulan proyek akan ditolak. Berikut adalah rumus untuk menghitung B/C
Ratio (Gray, 2005:76):
B/C =
Dimana :
B/C Ratio = Benefit-Cost Ratio
Bt = Benefit sosial bruto proyek pada tahun t.
Ct = Biaya sosial bruto proyek pada tahun t.
n = Umur ekonomis proyek.
i = Social discount rate.
t = Tahun bersangkutan.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ratio) adalah rasio antara manfaat
bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif.
Suatu proyek atau kegiatan investasi dapat dikatakan layak bila diperoleh Net
B/C ≥ 1 dan dikatakan tidak layak bila diperoleh Net B/C ≤ 1.
Rasio Benefit Cost (B/C R) disebut juga analisis manfaat dan biaya
merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui besaran
keuntungan/kerugian dalam suatu proyek. Analisis ini memperhitungkan
commit to user
32 Perhitungan manfaat serta biaya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan.
Analisis ini mempunyai banyak bidang penerapan. Salah satu bidang
penerapan yang umum menggunakan rasio ini adalah dalam bidang investasi.
Sesuai dengan dengan makna tekstualnya yaitu benefit cost (manfaat-biaya),
maka analisis ini mempunyai penekanan dalam perhitungan tingkat
keuntungan dan kerugian suatu program atau suatu rencana dengan
mempertimbangkan biaya yang akan dikeluarkan serta manfaat yang akan
dicapai. Penerapan analisis ini banyak digunakan oleh para investor dalam
upaya mengembangkan bisnisnya. Terkait dengan hal ini maka analisis
manfaat dan biaya dalam pengembangan investasi hanya didasarkan pada
rasio tingkat keuntungan dan biaya yang akan dikeluarkan atau dalam kata
lain penekanan yang digunakan adalah pada rasio finansial atau keuangan.
Penerapan rasio benefit cost (B/C R) jika dibandingkan penerapannya
dalam bidang investasi telah banyak mengalami perkembangan. Salah satu
perkembangan analisis B/C R antara lain yaitu penerapannya dalam bidang
pengembangan ekonomi daerah. Analisis ini umum digunakan pemerintah
daerah untuk menentukan kelayakan pengembangan suatu proyek.
Relatif berbeda dengan penerapan B/C R di bidang investasi,
penerapan B/C R dalam proses pemilihan suatu proyek terkait upaya
pengembangan ekonomi daerah relatif lebih sulit. Hal ini dikarenakan
aplikasi B/C R dalam sektor publik harus mempertimbangkan beberapa aspek
commit to user
33 penting adalah faktor efisiensi. Faktor efisiensi mutlak menjadi perhatian
menimbang terbatasnya dana dan kemampuan pemerintah daerah sendiri.
G. Nilai Imbangan Manfaat Biaya
Imbangan manfaat-biaya merupakan salah satu indikator yang
digunakan untuk menilai kelayakan dari suatu kegiatan industri/usaha apakah
kegiatan tersebut layak atau tidak layak untuk dikelola/diusahakan. Nilai
imbangan ini diperoleh dengan cara membandingkan manfaat dan biaya
industri yang telah di present value kan setelah ditambahkan nilai
eksternalitas lingkungan. Perhitungan nilai imbangan dihitung dengan
menambahkan nilai eksternalitas sebagai biaya dan tanpa menambahkan nilai
eksternalitas. Hal ini dilakukan untuk membandingkan dan menguji pengaruh
komponen eksternalitas terhadap kelayakan suatu industri atau usaha.
PV Manfaat Nilai Imbangan =
PV Biaya (+ Eksternalitas)
Konsep imbangan manfaat-biaya lingkungan sesungguhnya
merupakan deviasi dari konsep rasio B/C konvensional yang selama ini
banyak digunakan untuk melihat kelayakan industri atau usaha. Realita di
lapangan menyatakan kelayakan suatu kegiatan industri atau usaha tidak saja
ditentukan oleh kelayakan teknis finansial, tetapi juga dipengaruhi oleh
kondisi ekologis dan lingkungan sekitarnya. Memadukan konsep ekonomis
commit to user
34 diharapkan paling tidak akan diperoleh nilai kelayakan yang lebih mendekati
dan lebih komprehensif.
Imbangan manfaat-biaya lingkungan adalah besarnya nilai
perbandingan antara manfaat dan biaya ekonomis-ekologi. Menentukan
besarnya imbangan manfaat-biaya lingkungan, disamping dilakukan valuasi
terhadap manfaat ekonomis dan ekologis, juga di evaluasi biaya ekonomis
dan ekologis industri tersebut. Apabila imbangan keduanya menunjukkan
nilai lebih besar atau sama dengan 1 (satu), maka kegiatan industri tersebut
dapat dikatakan layak secara ekonomi dan ekologi untuk dikelola.
H. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Lukmiyatun (2010) menyebutkan bahwa dengan
adanya industri tahu di kelurahan Jomblang memberikan dampak positif
dalam hal mengurangi angka pengangguran dan menambah penghasilan
masyarakat sekitar industri tahu yang ikut serta memperdagangkan produk
tahu dari industri tersebut. Dampak negatif yang dirasakan masyarakat yaitu:
kondisi air bersih di sekitar industri tahu mengalami pencemaran, penurunan
kualitas udara yang diidentifikasi dengan bau menyengat akibat limbah tahu
yang dibuang langsung ke sungai dan suara bising yang berasal dari operasi
mesin diesel yang mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar industri tahu.
Setelah dilakukan penghitungan rasio benefit cost (B/C R), diperoleh angka
commit to user
35 Lestari memberikan keuntungan pada masyarakat sebanyak 10% sehingga
dinyatakan layak secara ekonomi bagi masyarakat Jomblang.
Penelitian Gumilar dkk (2002) menyebutkan bahwa secara
keseluruhan usaha budidaya perikanan jaring apung di Waduk Saguling
masih layak dilakukan. Berdasarkan skala usaha unit jaring, terdapat
kecenderungan bahwa semakin meningkat jumlah jaring yang dioperasikan
dalam 1 (satu) unit kolam, semakin meningkat kelayakan usahanya ditinjau
dari segi aspek ekonomi. Jumlah pakan sisa rata-rata yang terbuang secara
bebas ke perairan waduk Saguling per unit jaring diperkirakan sekitar 0,78 kg
per hari atau sekitar 280,8 kg per tahun. Berdasarkan actual market price nilai
valuasi limbah pakan per unit jaring diperkirakan sekitar Rp. 617.760 per
tahun atau sekitar Rp. 1.721 per hari. Dalam skala waduk, nilai valuasi
limbah pakan diperkirakan sebesar Rp. 2.733.984.000 per tahun atau sebesar
Rp. 7.615.425 per hari. Imbangan manfaat-biaya antara tanpa eksternalitas
dan dengan eksternalitas maisng-masing sebesar 1,2 dan 1,10. Hal ini
mengindikasikan bahwa komponen eksternalitas lingkungan menyebabkan
nilai kelayakan usaha semakin rendah walaupun kegiatan usaha Kolam Jaring
Apung (KJA) tersebut masih dalam kategori layak, B/C R masih diatas 1
(satu). B/C R usaha budidaya dengan memperimbangkan komponen
eksternalitas hampir mendekati 1 (satu), yaitu sebesar 1,08 per unit jaringnya.
Penelitian Sidarto (2010) menyatakan bahwa manfaat langsung dalam
penelitiannya adalah total pembayaran yang berasal dari masyarakat yang
commit to user
36 langsung di lapangan dari 293 Kepala Keluarga (KK) dengan biaya
pembuangan sampah sebesar Rp. 15.000 per bulan. Manfaat tidak langsung
meliputi penghasilan dari penjualan kompos dan hasil penjualan sampah yang
dijual tanpa proses kepada pengepul. Setiap tempat proses dari hasil
pengolahan membutuhkan hasil pengumpulan sampah selama 15 kali.
Pengumpulan sampah dilakukan 2 (dua) kali sehari, maka untuk setiap tempat
pemrosesan mebutuhkan hasil pengumpulan selama 1 (satu) bulan. Sampah
menjadi kompos setiap 3 (tiga) dan setiap tempat pemrosesan menghasilkan
kompos rata-rata sebanyak 150 pak/bagor dengan harga Rp. 5.000 per bagor.
Sedangkan hasil penjualan sampah tanpa proses rata-rata per bulan sebesar
Rp. 50.000. Biaya yang dimasukkan dalam pendekatan ini adalah biaya
operasional, yang terdiri dari: biaya tenaga kerja, listrik dan lain-lain pada
tahun pertama, kedua dan ketiga.
Hasil penelitian Sidarto (2010) tersebut menyebutkan bahwa
membuka usaha proses pengelolaan sampah rumah tangga ternyata akan
mendapatkan keuntungan. Hal ini dapat dibuktikan dengan analisa data
menggunakan metode NPV yang hasilnya positif Rp. 1.046.900 begitu juga
dengan menggunakan metode IRR yang hasilnya 17,4% serta dengan PI yang
hasilnya 1,05.
I. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian dan teori yang dikemukakan di atas mengenai
commit to user
37 (Aplikasi Benefit Cost Ratio)” dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai
berikut:
Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran Pertamina
Eksternalitas / Biaya Sosial
Rasio Manfaat Biaya Nilai Imbangan Manfaat
Dampak Positif dan Negatif Terhadap Masyarakat – Kelayakan Ekonomis dan Lingkungan
Manfaat Langsung
-CSR
-Pendapatan karyawan -Pendapatan penjualan
perusahaan
Manfaat Tidak Langsung -Pendapatan masyarakat
(multiplier effect) -Pendapatan Daerah
Biaya Langsung -Biaya operasional -Biaya produksi
Biaya Tidak Langsung -Biaya penanganan
commit to user
38 Kerangka pemikiran diatas diasumsikan bahwa kegiatan industrialisasi
oleh Pertamina memiliki pengaruh yang kuat terhadap masyarakat yang
tercermin dari berbagai dampak yang muncul akibat kegiatan operasionalnya.
Dampak tersebut adalah dampak positif dan negatif yang diklasifikasikan ke
dalam manfaat dan biaya lalu dihitung dengan menggunakan rasio net benefit
cost ratio untuk mengetahui tingkat kelayakan ekonomisnya dan nilai
imbangan manfaat biaya untuk mengetahui tingkat kelayakan ekologis dari
adanya industri pengolahan migas yang dikelola oleh PT. Pertamina (Persero)
RU. V Balikpapan.
J. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian teori yang dikemukakan di atas dan studi yang
pernah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sementara untuk dijadikan
hipotesis, yaitu:
1. Diduga bahwa adanya industri pengolahan migas yaitu PT. Pertamina
(Persero) RU. V Balikpapan memberikan dampak ekonomi yaitu dampak
positif dan dampak negatif yang diperoleh masyarakat dan memiliki
kelayakan ekonomi atau tingkat keuntungan industri terhadap masyarakat
dan perekonomian daerah Kota Balikpapan.
2. Diduga bahwa adanya industri pengolahan migas yaitu PT. Pertamina
(Persero) RU. V Balikpapan memiliki tingkat keuntungan dan memiliki
kelayakan lingkungan terhadap lingkungan dan masyarakat Kota
commit to user
39 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan dengan observasi lapangan, wawancara dan studi
pustaka pada tanggal 16 Mei 2011 sampai dengan tanggal 6 Juni 2011 di BPS
Kota Balikpapan, Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Balikpapan,
Environmental Health Safety Environmental (HSE) Section RU. V dan
Keuangan RU. V Balikpapan.
Tabel 1. Kegiatan Observasi Lapangan
No Hari dan Tanggal Kegiatan
1. Senin/ 16 Mei 2011 a. BPS Kota Balikpapan.
b. Data yang diperlukan meliputi - biaya produksi Pertamina - pendapatan masyarakat - jumlah penduduk
- pengeluaran rutin masyarakat per bulan menurut golongan
- PDRB Migas Kota Balikpapan. 2. Rabu-Kamis/
18-19 Mei 2011
a. Dispenda Kota Balikpapan.
b. Data yang diperlukan adalah pendapatan daerah.
3. Kamis-Jumat/ 19-20 Mei 2011
a. Kantor Besar PT. Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan di Jalan Yos Sudarso (Jalan Minyak).
b. Divisi Hubungan Masyarakat (Hubmas) untuk menanyakan kelanjutan dari proposal penelitian.