• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVIEW BUKU KELOMPOK 8

N/A
N/A
Cicilia

Academic year: 2023

Membagikan "REVIEW BUKU KELOMPOK 8"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

REVIEW BUKU

A THEORY OF JUSTICE REVISED EDITION OLEH JOHN RAWLS Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perundang - undangan Sosial

Dosen Pengampu : Dr. Hairani Siregar, MSP.

Oleh : Kelompok 8

Vivi Rahmadani Siregar (210902027) Juventus Simangunsong (210902039) Gracia Yosefine Sidabutar (210902047) Cindy Silviana Br Sihotang (210902051) Cicilia Kimberly Oldy Saragih (210902083)

PROGRAM STUDI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2023

(2)

BAB I

KEADILAN SEBAGAI KESETARAAN 1. PERAN KEADILAN

Keadilan adalah kebajikan pertama dari institusi sosial, sebagaimana kebenaran dari system pemikiran. Sebuah teori betapapun elegan dan ekonomisnya harus ditolak atau direvisi jika tidak benar; demikian pula hukum dan institusi betapapun efisien dan tertata baik harus direformasi atau dihapuskan jika tidak adil. Menurut Penulis Ada konflik kepentingan karena orang-orang tidak peduli tentang bagaimana keuntungan yang lebih besar yang dihasilkan oleh kerja sama mereka didistribusikan, karena untuk mencapai tujuan mereka masing-masing lebih memilih bagian yang lebih besar daripada bagian yang lebih kecil.

Serangkaian prinsip diperlukan untuk memilih di antara berbagai pengaturan sosial yang menentukan pembagian keuntungan ini dan untuk menjamin kesepakatan tentang bagian distributif yang tepat.

Penulis menjelaskan bahwa suatu masyarakat tertata dengan baik ketika ia tidak hanya dirancang untuk memajukan kebaikan para anggotanya tetapi juga ketika ia diatur secara efektif oleh konsepsi publik tentang keadilan. Artinya, itu adalah masyarakat di mana (1) setiap orang menerima dan mengetahui bahwa yang lain menerima prinsip-prinsip keadilan yang sama, dan (2) lembaga lembaga sosial dasar umumnya memenuhi dan umumnya dikenal untuk memenuhi prinsip-prinsip ini.

Menurut Penulis ukuran kesepakatan dalam konsepsi keadilan bukanlah satu- satunya prasyarat untuk komunitas manusia yang layak. Ada masalah sosial mendasar lainnya, khususnya masalah koordinasi, efisiensi, dan stabilitas. Dengan demikian, rencana individu perlu disesuaikan bersama sehingga aktivitas mereka sesuai satu sama lain dan semuanya dapat dilaksanakan tanpa harapan sah siapa pun dikecewakan. Selain itu, pelaksanaan rencana ini harus mengarah pada pencapaian tujuan sosial dengan cara yang efisien dan konsisten dengan keadilan. Dan akhirnya, skema kerja sama sosial harus stabil: harus dipatuhi secara kurang lebih teratur dan aturan dasarnya harus dengan sukarela ditindaklanjuti; dan ketika pelanggaran terjadi, kekuatan penstabil harus ada yang mencegah pelanggaran lebih lanjut dan cenderung memulihkan pengaturan.

2. SUBYEK KEADILAN

Penulis menjelaskan banyak hal berbeda yang dikatakan adil dan tidak adil: tidak hanya hukum, institusi, dan sistem sosial, tetapi juga berbagai tindakan tertentu, termasuk

(3)

keputusan, penilaian, dan imputasi. Penulis juga menyebut sikap dan watak orang, dan orang itu sendiri, adil dan tidak adil, adalah tentang keadilan sosial. Menurut Penulis subjek utama keadilan adalah struktur dasar masyarakat, atau lebih tepatnya, cara lembaga-lembaga sosial utama mendistribusikan hak dan kewajiban mendasar dan menentukan pembagian keuntungan dari kerja sama sosial.

Penulis membedakan konsep keadilan sebagai suatu keseimbangan yang tepat antara tuntutan-tuntutan yang bersaing dari suatu konsepsi keadilan sebagai seperangkat prinsip- prinsip terkait untuk mengidentifikasi pertimbangan-pertimbangan relevan yang menentukan keseimbangan ini. Penulis juga telah berkarakter keadilan hanya sebagai salah satu bagian dari cita-cita sosial, Teori ini tidak ditawarkan sebagai penjelasan tentang makna-makna biasa, tetapi sebagai penjelasan tentang prinsip-prinsip distributif tertentu untuk struktur dasar masyarakat.

Penulis berasumsi bahwa setiap teori etika yang cukup lengkap harus mencakup prinsip-prinsip untuk masalah fundamental ini dan bahwa prinsip-prinsip ini, apa pun itu, merupakan doktrin keadilannya. Penulis mengambil Konsep keadilan untuk didefinisikan, kemudian, dengan peran prinsip-prinsipnya dalam menetapkan hak dan kewajiban dan dalam menentukan pembagian keuntungan sosial yang tepat. Konsepsi keadilan adalah interpretasi dari peran ini.

3. GAGASAN UTAMA TEORI KEADILAN

Menurut Penulis prinsip-prinsip keadilan dipilih di balik selubung ketidaktahuan. Hal ini memastikan bahwa tidak seorang pun diuntungkan atau dirugikan dalam pemilihan prinsip-prinsip oleh hasil dari kebetulan alami atau kontinjensi keadaan sosial. Karena semua berada pada posisi yang sama dan tidak seorang pun dapat merancang prinsip-prinsip untuk mendukung kondisi khususnya, prinsip-prinsip keadilan adalah hasil kesepakatan atau tawar- menawar yang adil. Mengingat keadaan posisi asli, simetri hubungan setiap orang satu sama lain, situasi awal ini adil antara individu sebagai orang bermoral, yaitu, sebagai makhluk rasional dengan tujuan mereka sendiri.

Penulis ingin mempertahankan konsepsi yang paling tepat dari situasi ini mengarah pada prinsip-prinsip keadilan yang bertentangan dengan utilitarianisme dan perfeksionisme, dan oleh karena itu doktrin kontrak memberikan perubahan asli pada pandangan-pandangan ini. Namun, orang mungkin membantah anggapan ini meskipun orang mengakui bahwa metode kontrak adalah cara yang berguna untuk mempelajari teori etika dan menetapkan asumsi yang mendasarinya.

(4)

Menurut Penulis Secara khusus, isi dari kesepakatan yang relevan bukanlah untuk memasuki masyarakat tertentu atau mengadopsi bentuk pemerintahan tertentu, tetapi untuk menerima prinsip-prinsip moral tertentu. Selain itu, usaha yang dimaksud adalah murni hipotetis: pandangan kontrak menyatakan bahwa prinsip-prinsip tertentu akan diterima dalam situasi awal yang terdefinisi dengan baik. Manfaat dari terminologi kontrak adalah menyampaikan gagasan prinsip-prinsip keadilan dapat dipahami sebagai prinsip-prinsip yang akan dipilih oleh orang-orang rasional, dan dengan cara ini konsepsi keadilan dapat dibuat.

4. POSISI ASLI DAN JUSTIFIKASI

Penulis menjelaskan semua memiliki hak yang sama dalam tata cara memilih asas;

masing- masing dapat membuat proposal, menyampaikan alasan penerimaannya, dan sebagainya. Jelas tujuan dari kondisi ini adalah untuk merepresentasikan kesetaraan antara manusia sebagai pribadi yang bermoral, sebagai makhluk yang memiliki konsepsi tentang kebaikannya dan mampu merasakan keadilan. Dasar kesetaraan dianggap kesamaan dalam dua hal ini. Sistem tujuan tidak diberi peringkat dalam nilai; dan setiap orang dianggap memiliki kemampuan yang diperlukan untuk memahami dan bertindak berdasarkan prinsip apa pun yang diadopsi. Namun, Penulis menegaskan bahwa ada sisi lain untuk membenarkan deskripsi tertentu dari posisi asli. Ini untuk melihat apakah prinsip-prinsip yang akan dipilih cocok dengan keyakinan tentang keadilan atau memperluasnya dengan cara yang dapat diterima.

Penulis menekankan bahwa salah satu cara untuk melihat gagasan tentang posisi asli adalah dengan melihatnya sebagai alat ekspositori yang merangkum makna dari kondisi- kondisi ini dan membantu kita mengekstrak konsekuensinya. Disisi lain, konsepsi ini juga merupakan gagasan intuitif yang menyarankan elaborasinya sendiri, sehingga berdasarkan itu kita ditarik untuk mendefinisikan lebih jelas sudut pandang dari mana kita dapat menafsirkan hubungan moral dengan sebaik-baiknya.

5. UTILITARIANISME KLASIK

Penulis menjelaskan Ciri mencolok dari pandangan utilitarian tentang keadilan adalah bahwa tidak masalah, kecuali secara tidak langsung, bagaimana jumlah kepuasan ini didistribusikan di antara individu-individu lebih penting, kecuali secara tidak langsung, bagaimana seseorang mendistribusikan kepuasannya dari waktu ke waktu. Dalam SubBab ini ditekankan bahwa Pembagian yang benar di kedua kasus adalah yang menghasilkan pemenuhan maksimum. Masyarakat harus mengalokasikan sarana kepuasannya apa pun itu,

(5)

hak dan kewajiban, peluang dan hak istimewa, dan berbagai bentuk kekayaan, untuk mencapai maksimum ini jika bisa.

Menurut Penulis sifat keputusan yang dibuat oleh pembuat undang-undang yang ideal tidak berbeda secara material dengan seorang pengusaha yang memutuskan bagaimana memaksimalkan keuntungannya dengan memproduksi komoditas ini atau itu, atau seorang konsumen yang memutuskan bagaimana memaksimalkan kepuasannya dengan membeli barang- barang. koleksi barang ini atau itu. Dalam setiap kasus ada satu orang yang sistem keinginannya menentukan alokasi terbaik dari sarana terbatas. Dijelaskan Keputusan yang tepat pada dasarnya adalah masalah administrasi yang efisien. Pandangan tentang kerja sama sosial ini adalah konsekuensi dari perluasan prinsip pilihan untuk satu orang kepada masyarakat, dan kemudian, untuk membuat perluasan ini berhasil, menyatukan semua orang menjadi satu melalui tindakan imajinatif dari penonton simpatik yang tidak memihak.

Utilitarianisme tidak menganggap serius perbedaan antar pribadi.

6. BEBERAPA KONTRAS TERKAIT

Dijelaskan bahwa dalam utilitarianisme, faksi kepuasan dari keinginan apa pun memiliki nilai tersendiri yang harus diperhitungkan dalam memutuskan apa yang benar.

Dalam menghitung keseimbangan kepuasan terbesar, tidak masalah, kecuali secara tidak langsung, untuk apa keinginan itu. Kita harus mengatur institusi sedemikian rupa untuk mendapatkan jumlah kepuasan terbesar. Kesejahteraan sosial tergantung secara langsung dan semata-mata pada tingkat kepuasan atau ketidakpuasan individu. Jadi, jika orang senang mendiskriminasi satu sama lain, menundukkan orang lain pada kebebasan yang lebih rendah sebagai sarana untuk meningkatkan harga diri mereka, maka kepuasan keinginan ini harus ditimbang dalam pertimbangan kita sesuai dengan intensitasnya, atau apa pun, bersama dengan keinginan lainnya. Jika masyarakat memutuskan untuk menolak pemenuhannya, atau menekannya, itu karena mereka cenderung merusak secara sosial dan kesejahteraan yang lebih besar dapat dicapai dengan cara lain.

Keunggulan pandangan klasik seperti yang dirumuskan oleh Bentham, Edgeworth, dan Sidgwick adalah bahwa ia dengan jelas mengakui apa yang dipertaruhkan, yaitu prioritas relatif dari prinsip-prinsip keadilan dan hak-hak yang diperoleh dari prinsip-prinsip tersebut.

7.INTUISIISME

(6)

Penulis menjabarkan teori intuisionis memiliki dua ciri: pertama, terdiri dari pluralitas prinsip-prinsip pertama yang mungkin bertentangan untuk memberikan arahan yang bertentangan dalam jenis kasus tertentu; dan kedua, mereka tidak menyertakan metode eksplisit, tidak ada aturan prioritas, untuk menimbang prinsip-prinsip ini satu sama lain:

menurut penulis kita hanya perlu mencapai keseimbangan dengan intuisi, dengan apa yang menurut kita paling benar.

Menurut Penulis prinsip-prinsip konsepsi filosofis adalah jenis yang paling umum.

Prinsip-prinsip ini tidak hanya dimaksudkan untuk menjelaskan tujuan kebijakan sosial, tetapi penekanan yang diberikan pada prinsip-prinsip ini juga harus menentukan keseimbangan dari tujuan- tujuan ini. Penulis menekankan bahwa Sangat penting untuk mengamati bahwa intuisionis tidak menyangkal kita dapat menjelaskan bagaimana kita menyeimbangkan prinsip-prinsip yang bersaing, atau bagaimana seseorang melakukannya, seandainya kita menimbangnya secara berbeda. Penganut intuisi memberikan kemungkinan bahwa bobot ini dapat digambarkan oleh kurva indiferen. Mengetahui gambaran bobot ini, penilaian yang akan dibuat dapat diramalkan. Dalam pengertian ini penilaian ini memiliki struktur yang konsisten dan pasti.

8. MASALAH PRIORITAS

Menurut Penulis Dalam mengatasi masalah prioritas, tugasnya adalah mengurangi dan bukan menghilangkan sepenuhnya ketergantungan pada penilaian intuitif. Tidak ada alasan untuk menganggap bahwa kita dapat menghindari semua banding ke intuisi, apa pun jenisnya, atau yang harus kita coba. Tujuan praktisnya adalah untuk mencapai kesepakatan yang cukup andal dalam penilaian untukmemberikan konsepsi umum tentang keadilan. Jika penilaian prioritas intuitif pria serupa, tidak masalah, secara praktis, mereka tidak dapat merumuskan prinsip-prinsip yang menjelaskan keyakinan ini, atau bahkan apakah prinsip- prinsip semacam itu ada. Akan tetapi, penilaian yang bertentangan menimbulkan kesulitan, karena dasar untuk mengadili klaim sejauh itu tidak jelas.

Penulis telah mengulas dua cara yang jelas dan sederhana untuk menangani masalah prioritas secara konstruktif: yaitu, baik dengan satu prinsip keseluruhan, atau dengan pluralitas prinsip dalam urutan leksikal. Cara lain tidak diragukan lagi ada, tetapi saya tidak akan mempertimbangkan apa yang mungkin terjadi. Teori-teori moral tradisional sebagian besar berprinsip tunggal atau intuisionistik, sehingga pengerjaan urutan serial cukup baru untuk langkah pertama. Meskipun tampak jelas bahwa, secara umum, suatu tatanan leksikal

(7)

tidak dapat sepenuhnya benar, itu mungkin merupakan perkiraan yang mencerahkan di bawah kondisi khusus tertentu meskipun kondisi signifikan. Dengan cara ini dapat menunjukkan struktur konsepsi keadilan yang lebih besar dan menyarankan arah di mana kesesuaian yang lebih dekat dapat ditemukan.

9. BEBERAPA CATATAN TENTANG TEORI MORAL

Perbandingan yang berguna di sini adalah dengan masalah mendeskripsikan rasa gramatikal yang kita miliki untuk kalimat bahasa asli kita. Upaya ini diketahui membutuhkan konstruksi teoretis yang jauh melampaui aturan ad hoc dari pengetahuan gramatikal eksplisit kita. Situasi serupa diduga berlaku dalam teori moral. Penulis menekankan bahwa pada tahap awalnya paling tidak sebuah teori keadilan justru adalah sebuah teori. Ini adalah teori sentimen moral (mengingat judul abad kedelapan belas) yang menetapkan prinsip-prinsip yang mengatur kekuatan moral kita, atau, lebih khusus lagi, rasa keadilan kita. Ada kelas fakta yang pasti, jika terbatas, yang dengannya prinsip dugaan dapat diperiksa, yaitu, penilaian kita yang dipertimbangkan dalam keseimbangan reflektif. Sebuah teori keadilan tunduk pada aturan metode yang sama dengan teori lainnya.

Selanjutnya Penulis memberikan definisi dan analisis makna tidak memiliki tempat khusus: definisi hanyalah salah satu perangkat yang digunakan dalam menyusun struktur umum teori. Setelah seluruh kerangka bekerja, definisi tidak memiliki status yang berbeda dan berdiri atau jatuh dengan teori itu sendiri. Bagaimanapun, jelas tidak mungkin untuk mengembangkan teori keadilan substantif yang hanya didasarkan pada kebenaran logika dan definisi. Analisis konsep-konsep moral dan apriori, betapapun dipahami secara tradisional, merupakan landasan yang terlalu tipis.

Menurut Penulis Prinsip-prinsip keadilan mengidentifikasi pertimbangan tertentu sebagai relevan secara moral dan aturan prioritas menunjukkan prioritas yang tepat ketika konflik ini, sementara konsepsi posisi asli mendefinisikan ide yang mendasari yang menginformasikan pertimbangan kita. Jika skema secara keseluruhan tampak pada refleksi untuk mengklarifikasi dan mengatur pemikiran kita, dan jika itu cenderung mengurangi ketidaksepakatan dan membawa keyakinan yang berbeda lebih sejalan, maka itu telah melakukan semua yang mungkin diminta secara masuk ak Dipahami sebagai bagian dari kerangka kerja yang tampaknya memang membantu, banyak penyederhanaan dapat dianggap dibenarkan untuk sementara.

(8)

BAB II

PRINSIP-PRINSIP KEADILAN

Menurut Penulis Teori keadilan dapat dibagi menjadi dua bagian utama:

(1) Interpretasi situasi awal dan formulasi berbagai prinsip yang tersedia untuk dipilih di sana (2) Argumen yang menetapkan prinsip-prinsip mana yang sebenarnya akan diadopsi.

Dalam bab ini dibahas dua prinsip keadilan bagi institusi dan beberapa prinsip bagi individu serta penjelasan maknanya.

10. LEMBAGA DAN PERADILAN FORMAL

Dalam subbab ini subyek utama dari prinsip keadilan sosial adalah struktur dasar masyarakat, penataan institusi sosial utama menjadi satu skema kerjasama. Sebuah institusi dapat dipikirkan dalam dua cara: pertama sebagai objek abstrak, yaitu sebagai bentuk perilaku yang mungkin diekspresikan oleh sistem aturan; dan kedua, sebagai perwujudan dalam pikiran dan tingkah laku orang- orang tertentu pada waktu dan tempat tertentu dari perbuatan-perbuatan yang ditentukan oleh aturan-aturan ini.

Menurut Penulis perbedaan antara aturan konstitutif sebuah institusi, yang menetapkan berbagai hak dan kewajibannya, dan seterusnya, dan strategi dan maksim untuk cara terbaik memanfaatkan institusi untuk tujuan tertentu. Strategi dan maksim rasional adalah berdasarkan analisis tindakan yang diperbolehkan individu dan kelompok akan memutuskan dalam pandangan kepentingan mereka, keyakinan, dan dugaan tentang rencana satu sama lain. Strategi dan maksim ini bukan bagian dari institusi itu sendiri. Melainkan milik teori itu, misalnya, teori politik parlementer.

11. DUA PRINSIP KEADILAN

Pertama: setiap orang memiliki hak yang sama atas skema paling luas dari kebebasan dasar yang sama yang sesuai dengan skema kebebasan yang serupa untuk orang lain.

Kedua: ketimpangan sosial dan ekonomi harus diatur sedemikian rupa sehingga keduanya

(a) secara wajar diharapkan menguntungkan semua orang.

(b) melekat pada posisi dan jabatan yang terbuka untuk semua.

Ada dua frase ambigu dalam prinsip kedua, yaitu “keuntungan setiap orang” dan “terbuka untuk semua”. Menentukan pengertian mereka secara lebih tepat akan mengarah pada

(9)

formulasi kedua dari prinsip dalam. Versi terakhir dari kedua prinsip tersebut diberikan dalam mempertimbangkan penyampaian prinsip pertama.

Fakta bahwa kedua prinsip tersebut berlaku pada institusi memiliki konsekuensi tertentu. Pertama-tama, hak dan kebebasan dasar yang dirujuk oleh prinsip-prinsip ini adalah yang ditentukan oleh aturan publik dari struktur dasar. Apakah manusia bebas ditentukan oleh hak dan kewajiban yang ditetapkan oleh lembaga-lembaga utama masyarakat. Kebebasan adalah pola tertentu dari bentuk-bentuk sosial. Prinsip pertama hanya mengharuskan jenis aturan tertentu, yang mendefinisikan kebebasan dasar, berlaku untuk semua orang secara setara dan memungkinkan kebebasan paling luas yang sesuai dengan kebebasan yang sama untuk semua. Satu-satunya alasan untuk membatasi kebebasan dasar dan membuatnya kurang luas adalah jika tidak, mereka akan mengganggu satu sama lain.

12. PENAFSIRAN PRINSIP KEDUA

Penulis menyebutkan bahwa karena frasa "keuntungan setiap orang" dan "sama- sama terbuka untuk semua" bersifat ambigu, kedua bagian dari prinsip kedua

memiliki dua pengertian alami. Karena indera-indera ini tidak tergantung satu sama lain, prinsip tersebut memiliki empat kemungkinan makna.

Penulis membuat sketsa pada gilirannya tiga interpretasi ini: sistem kebebasan alami, persamaan liberal, dan persamaan demokratis. Dalam beberapa hal, urutan ini lebih intuitif, tetapi urutan melalui interpretasi aristokrasi alami bukannya tanpa minat.

Penulis berasumsi dalam semua interpretasi bahwa prinsip pertama kebebasan yang sama terpenuhi dan ekonomi secara kasar adalah sistem pasar bebas, meskipun alat produksi mungkin dimiliki atau tidak dimiliki secara pribadi. Maka, sistem kebebasan alami menegaskan bahwa struktur dasar yang memenuhi prinsip efisiensi dan di mana posisi terbuka bagi mereka yang mampu dan mau berjuang untuknya akan mengarah pada distribusi yang adil. Menurut penulis pada titik ini perlu dilakukan penyimpangan singkat untuk menjelaskan prinsip efisiensi. Prinsip ini hanyalah bahwa optimalitas Pareto (seperti yang dirujuk oleh para ekonom) yang dirumuskan untuk diterapkan pada struktur dasar. Sekarang prinsip efisiensi dapat diterapkan pada struktur dasar dengan mengacu pada harapan orang- orang yang representatif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengaturan hak dan kewajiban dalam struktur dasar adalah efisien jika dan hanya jika aturan tidak mungkin diubah. Asumsi penulis banyak susunan struktur dasar yang efisien. Masing- masing menentukan pembagian keuntungan dari kerjasama sosial. Masalahnya adalah untuk memilih

(10)

di antara mereka, untuk menemukan konsepsi keadilan yang memilih salah satu dari distribusi efisien ini sebagai juga adil.

13. KESETARAAN DEMOKRASI DAN PRINSIP PERBEDAAN

Prinsip ini menghilangkan ketidakpastian prinsip efisiensi dengan memilih posisi tertentu dari mana ketidaksetaraan sosial dan ekonomi dari struktur dasar harus dinilai.

Dengan asumsi kerangka institusi yang dibutuhkan oleh kebebasan yang sama dan persamaan kesempatan yang adil, harapan yang lebih tinggi dari mereka yang berada lebih baik adalah adil jika dan hanya jika mereka bekerja sebagai bagian dari skema yang meningkatkan harapan dari anggota masyarakat yang paling tidak diuntungkan. Gagasan intuitifnya adalah bahwa tatanan sosial bukanlah untuk membangun dan mengamankan prospek yang lebih menarik dari mereka yang lebih kaya kecuali jika hal itu menguntungkan mereka yang kurang beruntung.

PRINSIP PERBEDAAN

Asumsikan bahwa kurva indiferen sekarang mewakili distribusi yang dinilai sama adilnya.

Maka prinsip perbedaan merupakan konsepsi egaliter yang kuat dalam artian kecuali ada pembagian yang menjadikan keduanya

orang yang lebih baik (membatasi diri kita pada kasus dua orang untuk kesederhanaan), distribusi yang setara lebih disukai.

KONEKSI RANTAI

Untuk penyederhanaan, asumsikan bahwa ada tiga perwakilan laki-laki. Biarkan x1 menjadi yang paling disukai dan x3 yang paling tidak disukai dengan x2 di antaranya. Biarkan ekspektasi x1 ditandai sepanjang sumbu horizontal, ekspektasi x2 dan x3 sepanjang sumbu vertikal. Kurva yang menunjukkan kontribusi kelompok yang paling diunggulkan kepada kelompok lain dimulai dari titik awal sebagai posisi persamaan hipotetik.

14. KESETARAAN KESEMPATAN YANG ADIL DAN KEADILAN PROSEDUR MURNI Penulis berpendapat bahwa kantor tidak harus terbuka jika sebenarnya setiap orang mendapat manfaat dari pengaturan. Karena mungkin untuk memperbaiki situasi setiap orang dengan menetapkan kekuasaan dan keuntungan tertentu pada posisi- posisi terlepas dari kenyataan bahwa kelompok-kelompok tertentu dikecualikan dari mereka. Meski akses dibatasi, mungkin kantor-kantor ini masih dapat menarik talenta unggul dan mendorong

(11)

kinerja yang lebih baik. Penulis mengatakan bahwa struktur dasar adalah subjek utama dari keadilan. Tentu saja, setiap teori etika mengakui pentingnya struktur dasar sebagai subjek keadilan, tetapi tidak semua teori menganggap pentingnya dengan cara yang sama.

Menurut penulis Keadilan prosedural yang tidak sempurna dicontohkan oleh pengadilan pidana. Hasil yang diinginkan adalah bahwa terdakwa harus dinyatakan bersalah jika dan hanya jika ia telah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya. Prosedur persidangan dibingkai untuk mencari dan menetapkan kebenaran dalam hal ini. Sebaliknya, keadilan prosedural murni diperoleh ketika tidak ada kriteria independen untuk hasil yang benar: sebaliknya ada prosedur yang benar atau adil sehingga hasilnya juga benar atau adil, apa pun itu, asalkan prosedur tersebut diikuti dengan benar. Situasi ini diilustrasikan dengan perjudian. Jika sejumlah orang terlibat dalam serangkaian taruhan yang adil, pembagian uang tunai setelah taruhan terakhir adalah adil, atau setidaknya tidak adil, apapun distribusinya.

15. BARANG SOSIAL PRIMER SEBAGAI DASAR HARAPAN

Dalam subbab ini Penulis menjelaskan bahwa prinsip perbedaan mencoba menetapkan dasar objektif untuk perbandingan antar pribadi dalam dua cara. Pertama-tama, selama kita dapat mengidentifikasi orang perwakilan yang paling tidak diuntungkan, hanya penilaian kesejahteraan ordinal yang diperlukan sejak saat itu. Kita tahu dari posisi apa sistem sosial harus dinilai. Tidak peduli seberapa buruk individu perwakilan ini daripada yang lain.

Kesulitan lebih lanjut dari pengukuran kardinal tidak muncul karena tidak diperlukan perbandingan antar pribadi lainnya. Prinsip perbedaan, kemudian, meminta lebih sedikit penilaian kita tentang kesejahteraan. Kita tidak perlu menghitung sejumlah keuntungan yang melibatkan ukuran kardinal. Sementara perbandingan interpersonal kualitatif dibuat untuk menemukan posisi terbawah, untuk penilaian ordinal dari satu orang perwakilan sudah cukup.

Kedua, prinsip perbedaan memperkenalkan penyederhanaan sebagai dasar perbandingan antarpribadi. Perbandingan-perbandingan ini dibuat berdasarkan harapan akan barang-barang sosial primer.

16. POSISI SOSIAL YANG RELEVAN

Menurut Penulis dalam menerapkan dua prinsip keadilan pada struktur dasar masyarakat, seseorang mengambil posisi individu-individu perwakilan tertentu dan mempertimbangkan bagaimana sistem sosial memandang mereka. Perspektif orang-orang di dalamnya situasi mendefinisikan sudut pandang umum yang sesuai. Namun yang pasti tidak

(12)

semua posisi sosial itu relevan. Karena tidak hanya ada petani, katakanlah, tetapi petani susu, petani gandum, petani yang bekerja di sebidang tanah yang luas, dan seterusnya untuk pekerjaan dan kelompok lain tanpa batas waktu.

Penulis menjelaskan sebagian besar setiap orang memegang dua posisi yang relevan:

kewarganegaraan yang setara dan yang ditentukan oleh tempatnya dalam distribusi pendapatan dan kekayaan. Laki-laki perwakilan yang relevan, oleh karena itu, adalah warga negara yang representatif dan perwakilan dari mereka yang memiliki harapan berbeda untuk barang-barang primer yang tidak terdistribusi secara merata. Karena saya berasumsi bahwa pada umumnya posisi lain dilakukan secara sukarela, kita tidak perlu mempertimbangkan sudut pandang laki-laki dalam posisi ini dalam menilai struktur dasar.

Menurut prinsip ini, institusi diurutkan berdasarkan seberapa efektif mereka menjamin kondisi yang diperlukan bagi semua orang secara setara untuk memajukan tujuan mereka, atau berdasarkan seberapa efisien mereka memajukan tujuan bersama yang juga akan menguntungkan semua orang. Oleh karena itu, peraturan yang masuk akal untuk menjaga ketertiban dan keamanan publik, atau tindakan yang efisien untuk kesehatan dan keselamatan publik, mempromosikan kepentingan bersama dalam pengertian ini.

17. KECENDERUNGAN KESAMAAN

Menurut penulis kita dapat mengamati prinsip perbedaan memberi bobot pada pertimbangan yang dipilih oleh prinsip ganti rugi. Ini adalah prinsip bahwa ketidaksetaraan yang tidak layak menuntut ganti rugi; dan karena ketidaksetaraan kelahiran dan anugerah alam tidak layak, ketidaksetaraan ini entah bagaimana harus dikompensasi.

Prinsip perbedaan mewakili, pada dasarnya, kesepakatan untuk menganggap distribusi talenta alami dalam beberapa hal sebagai aset bersama dan untuk berbagi manfaat sosial dan ekonomi yang lebih besar yang dimungkinkan oleh saling melengkapi dari distribusi ini.

Penulis menekankan bahwa Mereka yang diuntungkan secara alami tidak memperoleh keuntungan hanya karena mereka lebih berbakat, tetapi hanya untuk menutupi biaya pelatihan dan pendidikan dan untuk menggunakan anugerah mereka dengan cara yang membantu mereka yang kurang beruntung juga. Tidak seorang pun berhak atas kapasitas alaminya yang lebih besar atau pantas mendapatkan tempat awal yang lebih baik dalam masyarakat. Tapi, tentu saja, ini bukan alasan untuk mengabaikan, apalagi menghilangkan perbedaan tersebut.

Sebaliknya, struktur dasar dapat diatur sedemikian rupa sehingga kemungkinan-kemungkinan ini bekerja demi kebaikan mereka yang kurang beruntung. Dengan demikian kita dituntun

(13)

pada prinsip perbedaan jika kita ingin mengatur sistem sosial sehingga tidak ada yang diuntungkan atau dirugikan dari posisinya yang sewenang-wenang dalam distribusi aset alam atau posisi awalnya dalam masyarakat tanpa memberi atau menerima kompensasi keuntungan sebagai imbalannya.

Oleh karena itu, tidak benar bahwa individu dengan anugerah alam yang lebih besar dan karakter unggul yang memungkinkan perkembangan mereka memiliki hak atas skema kerja sama yang memungkinkan mereka memperoleh manfaat lebih jauh dengan cara yang tidak berkontribusi pada keuntungan orang lain. Manfaat lebih lanjut dari prinsip perbedaan adalah bahwa ia memberikan interpretasi tentang prinsip persaudaraan. Dibandingkan dengan kebebasan dan kesetaraan, gagasan persaudaraan memiliki tempat yang lebih rendah dalam teori demokrasi.

18. PRINSIP UNTUK INDIVIDU: PRINSIP KEADILAN

Menurut penulis yang penting adalah bahwa berbagai prinsip harus diadopsi dalam urutan yang pasti dan alasan penataan ini dihubungkan dengan bagian yang lebih sulit dari teori keadilan. Untuk mengilustrasikan: sementara mungkin untuk memilih banyak tugas alam sebelum yang untuk struktur dasar tanpa mengubah prinsip-prinsip dengan cara yang substansial, urutan dalam kedua kasus mencerminkan fakta bahwa kewajiban mengandaikan prinsip-prinsip untuk bentuk-bentuk sosial.

Penulis menjabarkan prinsip keadilan memiliki dua bagian, yang pertama menyatakan bahwa institusi atau praktik yang bersangkutan harus adil, yang kedua mencirikan tindakan sukarela yang diperlukan. Bagian pertama merumuskan syarat-syarat yang diperlukan jika perbuatan sukarela itu menimbulkan kewajiban.

Dengan prinsip keadilan tidak mungkin terikat pada institusi yang tidak adil, atau setidaknya pada institusi yang melampaui batas ketidakadilan yang dapat ditolerir (sejauh ini belum terdefinisi). Secara khusus, tidak mungkin memiliki kewajiban terhadap bentuk pemerintahan yang otokratis dan sewenang-wenang. Tidak ada latar belakang yang diperlukan untuk kewajiban yang timbul dari persetujuan atau tindakan lain, bagaimanapun dinyatakan. Ikatan wajib mengandaikan institusi yang adil, atau yang cukup adil mengingat keadaan.

19. PRINSIP UNTUK INDIVIDU: TUGAS ALAM

(14)

Penulis menjabarkan Berikut ini adalah contoh kewajiban alami: kewajiban membantu orang lain ketika dia membutuhkan atau dalam bahaya, asalkan seseorang dapat melakukannya tanpa risiko atau kerugian yang berlebihan pada diri sendiri; kewajiban untuk tidak menyakiti atau melukai orang lain; dan kewajiban untuk tidak menyebabkan penderitaan yang tidak perlu. Kewajiban pertama, kewajiban saling membantu, adalah kewajiban positif karena merupakan kewajiban untuk melakukan sesuatu yang baik bagi orang lain; sedangkan dua tugas terakhir bersifat negatif karena mengharuskan kita untuk tidak melakukan sesuatu yang buruk. Perbedaan antara tugas positif dan negatif secara intuitif jelas dalam banyak kasus, tetapi sering kali memberi jalan. Perbedaan itu penting hanya dalam kaitannya dengan masalah prioritas, karena tampaknya masuk akal untuk menyatakan bahwa, ketika perbedaannya jelas, tugas-tugas negatif lebih berbobot daripada tugas-tugas positif.

Penulis menjelaskan bahwa kewajiban-kewajiban kodrati tidak hanya diberikan kepada individu-individu tertentu, katakanlah kepada mereka yang bekerja sama dalam tatanan sosial tertentu, tetapi kepada orang-orang pada umumnya. Fitur ini secara khusus menunjukkan kepatutan kata sifat "alami". Salah satu tujuan hukum bangsa-bangsa adalah untuk menjamin pengakuan kewajiban-kewajiban ini dalam menjalankan negara.

Dari sudut pandang keadilan sebagai fairness, kewajiban kodrati yang mendasar adalah kewajiban keadilan. Tugas ini menuntut kita untuk mendukung dan mematuhi institusi adil yang ada dan berlaku bagi kita. Itu juga membatasi kita untuk melanjutkan pengaturan yang belum ditetapkan, setidaknya ketika ini dapat dilakukan tanpa terlalu banyak biaya untuk diri kita sendiri. Menurut Penulis Hal yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa ada beberapa cara seseorang dapat terikat pada institusi politik. Untuk sebagian besar kewajiban kodrati dari keadilan adalah yang lebih mendasar, karena mengikat warga negara secara umum dan tidak memerlukan tindakan sukarela untuk dapat diterapkan. Prinsip keadilan, di sisi lain, hanya mengikat mereka yang memangku jabatan publik, katakanlah, atau mereka yang, karena situasinya lebih baik, telah mencapai tujuan mereka dalam sistem. Maka, ada rasa lain dari kewajiban bangsawan: yaitu, mereka yang lebih diistimewakan cenderung memperoleh kewajiban yang mengikat mereka lebih kuat pada skema yang adil.

(15)

BAB III POSISI ASLI SIFAT ARGUMEN UNTUK KONSEP KEADILAN

Gagasan intuitif tentang keadilan sebagai keadilan adalah memikirkan prinsipprinsip pertama keadilan sebagai objek kesepakatan awal dalam situasi awal yang ditentukan dengan tepat. Prinsip-prinsip ini adalah prinsip-prinsip yang akan diterima oleh orang-orang rasional yang berkepentingan untuk memajukan kepentingan mereka dalam posisi kesetaraan ini untuk menyelesaikan persyaratan dasar asosiasi mereka.

Penilaian moral terhadap situasi ekuilibrium bergantung pada latar belakang keadaan yang menentukannya. Pada titik inilah konsepsi tentang posisi asli mewujudkan ciri-ciri yang khas dari teori moral. Untuk sementara teori harga, katakanlah, mencoba untuk menjelaskan pergerakan pasar dengan asumsi tentang kecenderungan aktual yang bekerja, interpretasi yang disukai secara filosofis dari situasi awal memasukkan kondisi tingkat yang dianggap masuk akal untuk dikenakan pada pilihan pasar. prinsip. Berbeda dengan teori sosial,

tujuannya adalah untuk mencirikan situasi ini sehingga prinsip-prinsip yang akan dipilih, apa pun bentuknya, dapat diterima dari sudut pandang moral. Posisi asli didefinisikan sedemikian rupa sehingga menjadi status quo di mana setiap kesepakatan yang dicapai adalah adil.

Rawls menekankan pentingnya prinsip-prinsip utama keadilan sebagai bagian mendasar dalam melakukan suatu kerja sama sosial. Itu berarti prinsip keadilan harus mampu menjadi landasan pengaturan struktur sosial yang menjamin kepentingan semua warga.

Dalam tujuan itu prinsip keadilan diharapkan mendukung suatu distribusi yang adil atas barang dan nilai-nilai sosial (primary social goods), seperti pendapatan dan kekayaan, kebebasan dan kesempatan, serta peluang bagi perlindungan dan peningkatan harga diri.

Prinsip demikian hanya dapat dicapai melalui prosedur yang fair. Dengan demikian, proses bernegara dengan sendirinya menjadi prosedural.

Jhon Rawls membatasi seluruh argumen pada argumen yang lebih lemah bahwa dua prinsip akan dipilih dari konsepsi keadilan pada daftar berikut.

A. Dua Prinsip Keadilan (berurutan) 1. Prinsip kebebasan setara terbesar

2. (a) Prinsip persamaan kesempatan (adil).

(16)

(b) Prinsip perbedaan

B. Konsepsi Campuran. Gantikan satu untuk A2 di atas 1. Prinsip utilitas rata-rata; atau

2. Prinsip utilitas rata-rata, tunduk pada kendala, baik:

(a) Bahwa minimum sosial tertentu dipertahankan, atau (b) agar distribusi keseluruhan tidak terlalu luas; atau 3. Prinsip utilitas rata-rata tunduk pada salah satu kendala di

B2 ditambah persamaan kesempatan yang adil C. Konsepsi Teleologis Klasik

1. Prinsip utilitas klasik 2. Prinsip utilitas rata-rata 3. Prinsip kesempurnaan D. Konsepsi Intuisionistis

1. Menyeimbangkan utilitas total dengan prinsip persamaan distribusi 2. Untuk menyeimbangkan utilitas rata-rata dengan prinsip ganti rugi

3. Untuk menyeimbangkan daftar prinsip prima facie (sebagaimana mestinya)

E. Konsepsi Egoistik (dijelaskan mengapa dengan tegas berbicara konsepsi egois bukanlah alternatif.)

1. Kediktatoran orang pertama: Setiap orang harus melayani kepentingan saya

2. Penunggang bebas: Setiap orang harus bertindak adil kecuali diri saya sendiri, jika saya memilih untuk tidak

3. Umum : Setiap orang diperbolehkan untuk memajukan kepentingannya sebagai dia menyenangkan

Rasionalitas fairness dijamin oleh kondisi awal yang disebut Rawls dengan the original position. Artinya kondisi awal dimana kondisi rasionalitas, kebebasan (freedom) dan kesamaan hak (equality) merupakan prinsip-prinsip pokok yang diandaikan dianut dan sekaligus menjadi sikap dasar dari semua pihak yang terkait dalam proses pemilihan prinsip- prinsip keadilan. Adalah sebuah tujuan untuk menghindari distorsi serta menjamin rasionalitas prinsip keadilan. Dan bersamaan dengan itu kepentingan minimal setiap masyarakat terpenuhi. Itu terjadi dengan pengandaian yang ada pada situasi berikut:

1. Tidak terpengaruh oleh kepentingan atau situasi individual (a veil of ignorance) dan hanya memiliki pengetahuan umum seperti psikologi, sosiologi, serta politik, dan ekonomi.

(17)

2. Menjadikan primary social goods yaitu kondisi-kondisi sosial yang memang pantas dikejar oleh setiap manusia sebagai satu-satunya motivasi dalam bertindak

3. Menerapkan maximum strategy sebagai pendekatan dalam prinsip-prinsip keadilan.

Seperti posisi asali yang dijelaskan di atas, Rawls percaya bahwa semua pihak akan memilih, pertama, prinsip kebebasan yang paling besar dan sama bagi semua orang (setiap orang hendaknya memiliki hak setara atas kebebasan dasar terluas yang berkesesuain dengan kebebasan serupa orang-orang lain.). Kedua, prinsip diferensiasi sebagai prinsip utama keadilan (ketidaksetaraan-ketidaksetaraan sosial ekonomi harus diatur sedemikian rupa)

Ada dua hal yang pantas dicatat perihal kedua prinsip itu: pertama, keduanya diatur secara bertingkat. Artinya prinsip kebebasan menempati posisi yang lebih utama ketimbang prinsip differensiasi. Dan keduanya dipilih berdasarkan maximum strategy. Kedua, bahwa prinsip keadilan itu haruslah mampu melindungi hak serta menjamin terpenuhinya tingkat kepentingan maximum dari kelompok masyarakat yang tidak beruntung (the least adventaged).

(18)

BAB IV

KEBEBASAN YANG KONSTITUTIF

Demi mewujudkan hal tersebut, Rawls juga mengemukakan pentingnya prinsip kebebasan dalam aktualisasi keadilan. Meskipun memberikan kedudukan istimewa pada prinsip kebebasan, menurut Rawls, kebebasan harus dan dapat dibatasi lewat konstitusi. Dan oleh karenanya, diperlukan konstitusi yang adil. Konstitusi yg adil dan netral ini hanya ditemukan di negara-negara demokratis.

Akan tetapi pembatasan ini hanya dapat dibenarkan, pertama, apabila pelaksananan kebebasan tertentu justru mengancam seluruh kebebasan sebagai sebuah sistem, dan kedua, apabila pembatasan itu dipandang penting bagi kemaslahatan bersama (common good). Ketiga, apabila pembatasan itu digunakan demi terpenuhinya kepentingan minimum dari kelompok masyarakat yang tidak beruntung.

Maka ia menambahkan bahwa liberty harus dibedakan dengan the worth of liberty.

Artinya kendati setiap orang memiliki hak yang sama atas kebebasan, harga dari kebebasan itu tidak begitu sama untuk semua orang. Rawls juga mengamini konsep Utilitarian Klasik, dalam artian bahwa kelompok yang kurang atau yang paling tidak beruntung seperti kurang cerdas dan kurang kreatif di masyarakat, sudah seharusnya tidak menuntut harga kebebasan yang sama tingkatannya dengan yang dimiliki oleh mereka yang relatif lebih cerdas. Itu berarti, peluang terbuka bagi mereka yang relatif lebih cerdas juga pantas lebih besar dan karenanya meraka berhak mendapat manfaat yang lebih besar, dengan catatan, asalkan

“keistimewaan” itu tidak merugikan mereka yang kurang cerdas dan tidak beruntung.

Pembedaan seperti ini sesungguhnya merefleksikan prinsip keadilan differensia.

Dengan prinsip keadilan differensia, Rawls ingin membuka peluang sebesar-besarnya bagi semua orang yang mengejar apa yang dianggapnya pantas bagi dirinya sebagai manusia, juga menjamin bahwa meraka yang langsung beruntung tetap mendapat kesempatan untuk memenuhi kepentingan minimumnya tanpa merugikan mereka agar lebih beruntung dan membuka peluang juga terjadinya perbedaan dalam tingkat pemenuhan kepentingan- kepentingan setiap orang persis karena adanya perbedaan-perbedaan mendasar pada setiap orang yang memang tidak dapat dihindarkan.

Dengan demikian keadilan bukan berarti kesamaan (tingkat pemenuhan kepentingan), melainkan fairness di mana setiap pihak berusaha untuk saling menguntungkan. Dengan kata lain, Rawls ingin mengatakan prinsip differensia memberi tempat adanya ketidaksamaan, sekaligus juga menegaskan bahwa ketidaksamaan tidak selalu berarti ketidakadilan.

(19)

Pernikiran-pemikiran Rawls dalam A Theory of Justice tak dapat disangkal memiliki basis kuat pada etika sentral Immanuel Kant mengenai otonomi manusia. Oleh Rawls hak- hak dasar dan politik masyarakat ditempatkan pada jantung sistem pemikiran etika politiknya yang tak boleh diganggu-gugat. Mengafirmasi Kant, Rawls percaya bahwa ciri yang paling membedakan manusia dengan makhluk lain adalah kemampuannya untuk secara bebas memilih apa yang menjadi pilihan dan kehendaknya. Gagasan Kant tentang otonomi (rasionalitas) manusia memang oleh Rawls dijadikan sebagai salah satu basis kebenaran tesisnya.[2]

Bagi Rawls pelaku yang otonom adalah seseorang yang tindakannya ditentukan oleh prinsip-prinsip rasional, bukan oleh dorongan-dorongan sementara. Gagasan ini ia merujuk pada Kant. Katanya, kita bertindak secara otonom (rasional) jika kita menerima prinsip- prinsip yang dipilih dalam posisi asali (original position), sebab otonomi atau rasionalitas (Kant mengidentikkan keduanya) adalah unsur penting dalam posisi asali. Posisi asali menurut Rawls adalah murni situasi hipotesis yang diandaikan ada untuk menentukan prinsip-prinsip keadilan.[3]

Ada tiga ciri dasar posisi asali: rasionalitas (rationalitiy), kebebasan (freedom), dan kesetaraan (equality). Ketiga ciri dasar tersebut memerlukan dua hal: pertama, selubung ketidaktahuan (veil of ignorance), dan kedua, sikap saling tak memihak-berkepentingan (mutually disinterested attitude). Veil of ignorance adalah sikap yang membebaskan diri dari segala bias yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Sedangkan mutually disinterested attitude adalah sikap yang melepaskan diri dari sifat cemburu terhadap keuntungan yang akan diperoleh orang lain.

Gagasan tentang keadilan Rawls dalam A Theory of Justice memang memiliki kedalaman perspektif. A Theory of Justice mengurai panjang tema-tema sekitar keadilan:

prinsip-prinsip keadilan (principles of justice), posisi asali (original position), kebebasan (freedom), kesetaraan (equality).

Apa yang digagas Rawls dalam pandangan-pandangannya mengenai keadilan sebagai fairness adalah satu upaya mewujudkan semangat egalitarian pada struktur masyarakat. Tentu egalitarianisme itu tidak boleh dimengerti dalam arti secara radikal. Rawls berpendapat soal sikap adil, yaitu bahwa pembagian nilai-nilai sosial yang primer (primary social good) disebut adil jika pembagiannya dilakukan secara merata, kecuali jika pembagian yang tidak merata merupakan keuntungan bagi setiap orang. Nilai-nilai sosial yang primer yang dimaksud adalah kebutuhan dasar yang sangat kita butuhkan untuk bisa hidup pantas sebagai manusia dan warga masyarakat. Kebutuhan dasar itu antara lain hak-hak dasar, kebebasan, kesejahteraan, dan kesempurnaan.

(20)

Egalitarianisnie di atas, kata Rawls, akan dicapai jika struktur dasar masyarakat (basic structure of society) yang disepakati dalam situasi kontrak menguntungkan semua pihak.

Pandangannya mengenai situasi kontraktarian dalam membangun masyarakat memang bukanlah gagasan baru. Hal itu telah banyak ditawarkan oleh para pemikir pendahulunya, seperti Hobbes, Locke, Rousseau. Hanya saja situasi kontraktarian masyarakat ala Rawls adalah „sintesis‟ dan teori kontrak sosial sebelumnya yang cenderung utilitarianistik di satu sisi dan intuisionistik di lain sisi di mana masing-masing memiliki cacat mendasar. Menurut Rawls utilitarianisme telah memunculkan sikap-sikap pembenaran orang kuat yang tak adil terhadap orang lemah, dan mengancarn hak-hak individu, sedangkan pandangan intuisionisme terjebak dalam subjektivisme moral, dan karenanya mengancam rasionalitas keadilan.

Bidang utama prinsip keadilan menurut Rawls, adalah struktur dasar masyarakat (basic structure of society) yang meliputi institusi sosial, politik, hukum, ekonomi, karena struktur institusi itu mempunyai pengaruh mendasar terhadap prospek kehidupan individu.

Maka problem utama keadilan ialah merumuskan dan memberikan alasan pada sejumlah prinsip-prinsip yang harus dipenuhi oleh sebuah struktur dasar masyarakat yang adil, yaitu bagaimana prosedur pendistribusian pendapatan yang adil kepada masyarakat.

Prinsip keadilan, Rawls menyatakan, haruslah berdasar pada asas hak, bukan manfaat.

Jika asas manfaat yang menjadi dasar maka ia akan mengabaikan prosedur yang fair: hal yang dianggap utama adalah hasil akhirnya yang memiliki banyak manfaat untuk sebanyak mungkin orang tanpa mengindahkan cara dan prosedurnya (the greatest good for the greatest number). Sebaliknya, prinsip keadilan yang berdasarkan pada asas hak akan melahirkan prosedur yang fair karena berdasar pada hak-hak (individu) yang tak boleh dilanggar (hak- hak individu memang hal yang dengan gigih diperjuangkan Rawls untuk melawan kaum utilitarian). Maka dengan menghindari pelanggaran terhadap hak semua orang sesungguhnya juga akan menciptakan prosedur yang adil (fair), apapun manfaat yang dihasilkannya. Lantas yang menjadi pertanyaan adalah: mekanisme yang bagaimanakah yang kondusif untuk menciptakan prosedur yang fair tersebut?

Rawls menjawab: prosedur harus dibuat pada posisi asali yang diandaikan ada oleh orang-orang yang tak memihak, yang berada di balik selubung ketidaktahuan. Menurut Rawls, sambil berada dalam posisi asali kita dapat menyetujui prinsip-prinsip keadilan berikut ini.

1. Setiap orang mempunyai hak yang sama atas kebebasan-kebebasan dasar yang paling luas yang dapat dicocokkan dengan kebebasan-kebebasan yang sejenis untuk semua orang, dan

(21)

2. Ketidaksamaan sosial dan ekonomis diatur sedemikian rupa sehingga menguntungkan terutama orang-orang yang minimal beruntung, dan serentak juga melekat pada jabatan-jabatan dan posisi-posisi yang terbuka bagi semua orang dalam keadaan yang menjamin persamaan peluang yang fair.

BAB V

SAHAM DISTRIBUTIF

Pada bab ini mengambil prinsip keadilan yang kedua menjelaskan pengaturan institusi yang memenuhi persyaratannya dalam pengaturan negara modern.

41. Konsep Keadilan dalam Ekonomi Politik

Tujuan dari bab ini adalah untuk melihat bagaimana kedua prinsip bekerja sebagai konsepsi ekonomi politik yaitu, sebagai standar untuk menilai pengaturan dan kebijakan ekonomi dan institusi latar belakang mereka. Keadilan sebagai fairnsess berlaku pada struktur dasar masyarakat. Sistem sosial membentuk keinginan dan aspirasi yang dimiliki warganya. Sistem ekonomi bukan hanya perangkat institusional untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan yang ada, tetapi juga cara menciptakan dan membentuk keinginan di masa depan. Terlepas dari fitur keadilan individualistic sebagai keadilan, kedua prinsip keadilan tidak bergantung pada keinginan yang ada atau kondisi sosial saat ini. Dengan demikian kita dapat memperoleh konsepsi tentang struktur dasar yang adil dan cita-cita orang yang sesuai dengannya yang dapat berfungsi sebagai standar untuk menilai institusi dan untuk memandu keseluruhan arag perubahan sosial. Keadilan sebagai kewajaran memiliki tempat sentral untuk nilai komunitas dan bagaimana hal ini terjadi bergantung pada interpretasi Kantian.

4.2 Beberapa Catatan Tentang Sistem Ekonomi

Ekonomi politik sangat berkaitan dengan sektor publik dan bentuk yang tepat dari institusi latar belakang yang mengatur kegiatan ekonomi, dengan perpajakan dan hak milik, sttruktur pasar, dan sebagainya. Suatu sistem ekonomi mengatur barang-barang apa yang diproduksi dan dengan cara apa, siapa yang menerimanya dan sebagai imbalan atas kontribusi apa, dan seberapa besar bagian kecil dari sumber daya sosial dikhususkan untuk tabungan dan penyediaan barang-barang publik. Idealnya semua harus diatur dengan cara memenuhi dua prinsip keadilan. Ada dua perbedaan sektor publik yaitu pertama berkaitan dengan kepemilikan alat-alat produksi. Perbedaannya adalah bahwa ukuran sektor publik dibawah sosialisme (diukur dengan

(22)

fraksi dari output total yang dihasilkan oleh perusahaan milik negara dan dikelola baik oleh pejaabat negara atau dewan pekerja) jauh lebih besar. Kedua adaalah proporsi total sumber daya sosial yang dikhususkan untuk barang publik. Pembedaan antara barang publik dan swasta memunculkan sejumlah poin yang rumit tetapi gagasan utamanya adalah bahwa barang publik memiliki dua ciri khas yaitu keterpisahan dan kepublikan.

43. Latar Belakang Lembaga Keadilan Distibutif

Masalah utama keadilan disttributi adalah pilihan sistem sosial. Prinsip-prinsip keadilan berlaku untuk struktur dasar dan mengatur bagaimana institusi utamanya digabungkan menjadi satu skema. Sistem sosial harus dirancang sedemikian rupa sehingga distibusi yang dihasilkan sesuai dengan apa yang terjadi. Untuk mencapai tujuan ini perlu mengatur proses sosial dan ekonomi dalam lingkungan institusi politik dan hukum yang sesuai . Struktur dasar diatur oleh konstitusi yang adil yang menjamin kebebasan warga negara yang setara. Dalam mendirikan lembaga-lembaga latar belakang ini, pemerintar dapat dianggap terbagi menjadi empat cabang.

Setiap cabang terdiri dari berbagai lembaga atau kegiatannya yang bertugas menjaga kondisi sosial dan ekonomi tertentu. Pembagian ini tidak tumpang tindih dengan organisasi pemerintahan yang biasa tetapu harus dipahami sebagai fungsi yang berbeda. Cabang alokasi misalnya adalah menjaga agar sistem harga tetap kompetitif dan mencegah pembentukan kekuatan pasar yang tidak masuk akal. Cabang alokasi bertanggungjawab untuk mengidektifikasi dan mengoreksi pajak dan subsidi yang sesuai dengan perubahan definisi hak properti, penyimpangan yang lebih jelas dari efisiensi yang disebabkan oleh kegagalan harga untuk mengukur manfaat dan biaya yang disebabkan oleh kegagalan harga untuk mengukur manfaat dan biaya sosial secara akurat.

Cabang stabilisasi disisi lain berusaha untuk menghasilkan lapangan kerja penuh yang wajar dalam arti bahwa mereka yang menginginkan pekerjaan dapat menemukannya dan pilihan pekerjaan yang bebas serta penyebaran keuangan didukung oleh permintaan efektif yang kuat.

Kedua cabang ini bersama-sama menjaga efisiensi ekonomi pasar secara umum. Minimum sosial adalah tanggungjawab cabang transfer. Cara kerja cabang ini mempertimbangkan kebutuhan dan memberi mereka bobot yang sesuai sehubungan dengan klaim lainnya. Sistem harga yang kompetitif tidak mempertimbangkan kebutuhan dan karena itu tidak dapat menjadi satu-satunya alat distribusi. Prinsip keadilan mengatur seluruh struktur mereka unuk mengatur keseimbangan aturan. Keadilam pembagian distributif pada latar belakang institusi dan bagaimana mereka mengalokasikan total pendapatan, upah dan pendapatan lainnya ditambah transfer. Konsep latar

(23)

belakang institusi adalah untuk membantu kita mengatur pertimbangan keadilan kita, tabir ketidaktahuan berlaku untuk tahap legislative.

44. Masalah Keadilan Antar Generasi

Harapan yang tepat dalam meneraapkan primsip perbedaan adalah prospek jangka panjang dari yang paling tidak disukai hingga generasi mendatang. Setiap generasi tidak harus melestarikan pencapaiam budaya dan peradaban dan mempertahankan keutuhan institusi-institusi adil yang telah didirikan tetapi juga harus menyisihkan sejumlah akumulasi modal rill dalam setiap periode waktu. Dengan asumsi bahwa prinsip tabungan yang adil tersedia yang memberi tahu kita seberapa besar investasi seharusnya tingkat minimum sosial ditentukan. Merupakan fakta alami bahwa generasi tersebar dalam waktu dan manfaat ekonomi aktual hanya mengalir ke satu arah. Situasi ini tidak dapat diubah sehingga penyataan tentang keadilan tidak muncul. Apa yang adil atau tidak adil adalah bagaimana institusi menangani keterbatasan alam dan cara mereka dibentuk untuk mengambil keuntungan dari kemungkinan sejarah. Satu-satunya pertukaran ekonomi antar generasi bisa dikatakan virtual yaitu penyesuaian kompensisasi yang dapat dilakukan pada posisi semual ketika prinsip penghematan yang adil diadopsi.

45. Preferensi Waktu

Sidgwick berpikir gagasan tentang kebaikan universal dan kebaikan individu dalam hal yang esensial serupa. Dia berpendapat sama seperti kebaikan satu orang dibangun dengan perbandingan dan integrasi barang-barang yang berbeda setiap saat ketika mereka mengikuti satu sama lain dalam waktu, maka kebaikan universal dibangun oleh perbandingan dan integrasi kebaikan dari banyak individu yang berbeda.

46. Kasus Prioritas Lanjut

Masalah penghematan yang adil dapat digunakan untuk mengilustrasikan kasus-kasus lebih lanjut tentang prioritas keadilan. Salah satu ciri dari doktrin kontrak adalah bahwa ia menempatkan batas atas berapa banyak generasi dapat diminta untuk menabung demi kesejahteraan generasi selanjutnya. Prinsip tabungan yang adil bertindak sebagai kendala pada tingkat akumulasi. Setiap zaman harus melakukan bagiannya secara adil dalam mencapai kondisi yang diperlukan untuk institusi yang adil dan nilai kebebasan yang adil; tetapi di luar ini lebih banyak tidak dapat diminta. Sekarang mungkin keberatan terutama ketika jumlah keuntungan sangat besar dan mewakili perkembangan jangka panjang, tingkat tabungan yang lebih tinggi mungkin diminta. Beberapa orang mungkin melangkah lebih jauh dan berpendapat bahwa

(24)

ketidaksetaraan kekayaan dan otoritas yang melanggar prinsip kedua keadilan dapat dibenarkan jika keuntungan ekonomi dan sosial selanjutnya cukup besar. ketidaksetaraan yang dimaksud Keynes juga melanggar prinsip persamaan kesempatan yang adil. Dengan demikian kita dituntun untuk mempertimbangkan apa yang harus diperdebatkan untuk memaafkan pelanggaran kriteria ini dan bagaimana merumuskan aturan prioritas yang tepat. Banyak penulis berpendapat bahwa persamaan kesempatan yang adil akan memiliki konsekuensi yang serius. Mereka percaya bahwa semacam struktur sosial hierarkis dan kelas yang mengatur dengan ciri-ciri turun-temurun yang meresap sangat penting untuk kebaikan publik. Kekuasaan politik harus dijalankan oleh laki-laki yang berpengalaman, dan dididik sejak masa kanak-kanak untuk menerima, tradisi konstitusional masyarakat mereka, laki-laki yang ambisinya dimoderasi oleh hak istimewa dan fasilitas dari posisi terjamin mereka. Kalau tidak, taruhannya menjadi terlalu tinggi dan mereka yang kurang budaya dan keyakinan bersaing satu sama lain untuk mengontrol kekuasaan negara demi tujuan sempit mereka.

Sekarang untuk konsisten dengan prioritas peluang yang adil di atas prinsip perbedaan, tidaklah cukup untuk berargumen, seperti yang tampak oleh Burke dan Hegel, bahwa seluruh masyarakat termasuk yang paling tidak disukai mendapat manfaat dari pembatasan tertentu atas kesetaraan peluang. Kita juga harus mengklaim bahwa upaya untuk menghilangkan ketidaksetaraan ini akan sangat mengganggu sistem sosial dan operasi ekonomi sehingga dalam jangka panjang kesempatan bagi mereka yang kurang beruntung akan semakin terbatas. Prioritas kesempatan yang adil, seperti dalam kasus prioritas kebebasan yang paralel, berarti bahwa kita harus menarik kesempatan yang diberikan kepada mereka yang memiliki kesempatan lebih kecil.

Kita harus berpendapat bahwa rentang yang lebih luas dari alternatif yang lebih diinginkan terbuka bagi mereka daripada yang akan terjadi. Setelah memperhatikan kasus-kasus prioritas ini, sekarang saya ingin memberikan pernyataan terakhir tentang dua prinsip keadilan

Prinsip pertama prinsip-prinsip keadilan harus diurutkan dalam urutan leksikal dan oleh karena itu kebebasan dasar hanya dapat dibatasi demi kebebasan. Prinsip keadilan kedua secara leksikal mendahului prinsip efisiensi dan prinsip memaksimalkan jumlah keuntungan; dan kesempatan yang adil mendahului prinsip perbedaan. Ada dua kasus: mereka yang memiliki peluang lebih kecil; Setelah memperhatikan kasus-kasus prioritas ini, sekarang saya ingin memberikan pernyataan terakhir tentang dua prinsip keadilan bagi institusi. Demi kelengkapan, saya akan memberikan pernyataan lengkap termasuk formulasi sebelumnya. (a) kebebasan yang kurang luas harus memperkuat sistem total ikatan kebebasan yang dimiliki oleh semua; (b) kebebasan yang kurang setara harus dapat diterima oleh mereka yang memiliki kebebasan lebih rendah. Ketimpangan sosial dan ekonomi harus diatur sedemikian rupa sehingga keduanya: (a)

(25)

untuk keuntungan terbesar dari yang paling tidak diuntungkan, konsisten dengan prinsip penghematan yang adil, dan (b) melekat pada jabatan dan jabatan yang terbuka bagi semua orang di bawah kondisi kesetaraan yang adil. kesempatan. (a) ketidaksetaraan kesempatan harus meningkatkan kesempatan adalah dua kasus: Setiap orang memiliki hak yang sama atas sistem kebebasan dasar setara yang paling luas yang kompatibel dengan sistem kebebasan yang sama untuk semua stitusi. Sebagai komentar, prinsip dan aturan prioritas ini tidak diragukan lagi tidak lengkap. Modifikasi lain pasti harus dilakukan, tetapi saya tidak akan memperumit pernyataan prinsip lebih lanjut. Cukuplah untuk mengamati ketika kita sampai pada teori nonideal, urutan leksikal dari dua prinsip, dan penilaian yang disiratkan oleh urutan ini, menyarankan aturan prioritas yang tampaknya cukup masuk akal dalam banyak kasus. Dengan berbagai contoh saya telah mencoba mengilustrasikan bagaimana aturan ini dapat digunakan dan untuk menunjukkan kemungkinannya. Dengan demikian peringkat prinsip-prinsip keadilan dalam teori ideal mencerminkan kembali dan memandu penerapan prinsip-prinsip ini pada situasi-situasi yang tidak ideal. Ini mengidentifikasi batasan mana yang perlu ditangani terlebih dahulu. Dalam contoh teori nonideal yang lebih ekstrim dan kusut, prioritas aturan ini pasti akan gagal; dan memang, kita mungkin tidak dapat menemukan jawaban yang memuaskan sama sekali. Tetapi kita harus berusaha untuk menunda hari perhitungan selama mungkin, dan berusaha mengatur masyarakat agar tidak pernah datang.

47. Ajaran Keadilan

Ciri utama dari konsep keadilan distributif ini adalah bahwa ia mengandung unsur besar keadilan prosedural murni. Tidak ada upaya yang dilakukan untuk mendefinisikan distribusi barang dan jasa yang adil berdasarkan informasi tentang preferensi dan klaim individu tertentu.

Pengetahuan semacam ini dianggap tidak relevan dari sudut pandang umum yang sesuai; dan bagaimanapun juga, hal itu menimbulkan kerumitan yang tidak dapat ditangani oleh prinsip- prinsip kesederhanaan yang dapat ditolerir di mana laki-laki mungkin secara wajar diharapkan untuk setuju. Tetapi jika gagasan keadilan prosedural murni ingin berhasil, perlu, seperti yang telah saya katakan, untuk mengatur dan mengelola sistem yang adil dari lembaga-lebaga di sekitarnya secara tidak memihak. Ketergantungan pada keadilan procedural murni mengandalkan bahwa struktur dasar memenuhi kedua prinsip tersebut. Untuk satu hal, konsepsi keadilan yang berbeda cenderung menghasilkan banyak aturan akal sehat yang sama. Jadi dalam masyarakat yang diatur oleh prinsip utilitas, semua norma di atas kemungkinan besar akan diakui. Selama tujuan agen ekonomi cukup mirip, aturan-aturan ini harus dipatuhi, dan praktik pengupahan akan secara eksplisit mempertimbangkannya. Di sisi lain, bobot yang diberikan pada sila-sila ini pada

(26)

umumnya tidak akan sama. Di sinilah konsep keadilan berbeda. Tidak hanya akan ada kecenderungan untuk mengoperasikan praktik pengupahan dengan cara lain, tetapi tren peristiwa ekonomi jangka panjang hampir pasti akan mengambil jalan lain. Ketika keluarga institusi latar belakang diatur oleh konsepsi yang berbeda, kekuatan pasar yang harus disesuaikan oleh perusahaan dan pekerja tidak akan sama. Keseimbangan penawaran dan permintaan yang berbeda akan memastikan bahwa berbagai sila diseimbangkan secara berbeda. Dengan demikian kontras antara konsepsi keadilan tidak muncul pada tingkat norma akal sehat melainkan pada penekanan relatif dan perubahan yang diterima norma-norma ini dari waktu ke waktu.

48. Harapan Yang Sah dan Guru Moral

Poin penting adalah bahwa konsep nilai moral tidak memberikan prinsip pertama keadilan distributif. Hal ini karena tidak dapat diperkenalkan sampai prinsip-prinsip keadilan dan tugas alam dan kewajiban telah diakui. Begitu prinsip-prinsip ini ada, nilai moral dapat didefinisikan sebagai memiliki rasa keadilan; dan seperti yang akan saya bahas nanti, kebajikan dapat dicirikan sebagai keinginan atau kecenderungan untuk bertindak berdasarkan prinsip-prinsip yang sesuai. Dengan demikian konsep nilai moral adalah sekunder dari konsep hak dan keadilan, dan tidak memainkan peran dalam definisi substantif pembagian distributif. Kasus ini analog dengan hubungan antara aturan substantif properti dan hukum perampokan dan pencurian.

Pelanggaran-pelanggaran ini dan kerugian-kerugian yang ditimbulkannya mengandaikan lembaga kepemilikan yang ditetapkan untuk tujuantujuan sosial yang mendahului dan mandiri. Bagi sebuah masyarakat yang mengatur dirinya sendiri dengan tujuan memberikan penghargaan atas gurun moral sebagai prinsip pertama akan seperti memiliki institusi properti untuk menghukum pencuri. Kriteria untuk masing-masing menurut kebajikannya tidak akan dipilih pada posisi aslinya. Karena pihak-pihak ingin memajukan konsepsi mereka tentang kebaikan, mereka tidak memiliki alasan untuk mengatur institusi mereka sehingga pembagian distributif ditentukan oleh gurun moral, bahkan jika mereka dapat menemukan standar anteseden untuk definisinya. dak diragukan lagi beberapa orang mungkin masih berpendapat bahwa pembagian distributif harus sesuai dengan nilai moral setidaknya sejauh hal ini layak dilakukan.

49. Perbandingan dengan Konsep Campuran

Konsepsi campuran jauh lebih sulit untuk dibantah daripada prinsip utilitas. Banyak penulis yang tampaknya menganut varian pandangan utilitarian, bahkan jika itu diungkapkan secara samar sebagai penyeimbang dan penyelarasan kepentingan sosial, jelas mengandaikan sistem konstitusional tetap yang menjamin kebebasan dasar hingga tingkat minimum tertentu. Jadi

(27)

mereka sebenarnya memegang beberapa doktrin campuran, dan oleh karena itu argumen kuat dari kebebasan tidak dapat digunakan seperti sebelumnya. Masalah utama, kemudian, adalah apa yang masih dapat dikatakan mendukung prinsip kedua di atas prinsip utilitas ketika keduanya dibatasi oleh prinsip kebebasan yang sama. Kita perlu memeriksa alasan untuk menolak standar utilitas bahkan dalam hal ini, meskipun jelas bahwa alasan ini tidak akan sekuat alasan menolak doktrin klasik dan rata-rata. seseorang dapat memutuskan untuk membatasi prinsip rata-rata dengan menetapkan beberapa persyaratan distribusi baik dengan sendirinya atau bersama dengan beberapa minimum yang dipilih dengan baik. Misalnya, seseorang dapat mengganti prinsip perbedaan dengan kriteria untuk memaksimalkan utilitas rata-rata dikurangi sebagian (atau kelipatan) deviasi standar dari distribusi yang dihasilkan.Karena deviasi ini terkecil ketika setiap orang mencapai utilitas yang sama, kriteria ini menunjukkan perhatian yang lebih besar untuk kurang disukai daripada prinsip rata-rata. Sekarang fitur intuisi dari pandangan ini juga jelas, karena kita perlu bertanya bagaimana pecahan (atau kelipatan) dari standar deviasi akan dipilih dan bagaimana parameter ini bervariasi dengan rata-rata itu sendiri. Sekali lagi prinsip perbedaan mungkin berdiri di latar belakang. Pandangan campuran semacam ini setara dengan konsepsi intuisionistik lainnya yang mengarahkan kita untuk mengikuti pluralitas tujuan. Karena dianggap bahwa asalkan lantai tertentu dipertahankan, kesejahteraan rata-rata yang lebih besar dan distribusi yang lebih merata keduanya merupakan tujuan yang diinginkan. Satu institusi sangat disukai daripada yang lain jika lebih baik dalam setiap hitungan.

Jadi terlepas dari kenyataan prinsip perbedaan tampaknya begitu saja menjadi konsepsi yang agak khusus, itu mungkin masih menjadi kriteria yang ketika digabungkan dengan prinsip-prinsip keadilan lainnya berdiri di latar belakang dan mengontrol bobot yang dinyatakan dalam penilaian kita sehari-hari karena ini akan dicocokkan. dengan berbagai prinsip campuran.

Cara biasa kita mengandalkan intuisi yang dipandu oleh standar tingkat rendah dapat mengaburkan keberadaan prinsip yang lebih mendasar yang menjelaskan kekuatan kriteria ini.

Tentu saja, apakah dua prinsip keadilan, dan terutama prinsip perbedaan, menjelaskan penilaian kita tentang keadilan distributif hanya dapat diputuskan dengan mengembangkan konsekuensi dari prinsip-prinsip ini secara rinci dan mencatat seberapa jauh kita siap menerima bobot yang akan diterima. mereka memimpin. Mungkin tidak akan ada konflik antara konsekuensi ini dan pertimbangan keyakinan kita. Tentu saja seharusnya tidak ada satu pun dengan penilaian yang merupakan poin tetap, yang tampaknya tidak ingin kita revisi dalam keadaan yang dapat diperkirakan. Jika tidak, kedua prinsip tersebut tidak sepenuhnya dapat diterima dan beberapa revisi harus dilakukan.

(28)

50. Prinsip Kesempurnaan

Sejauh ini saya telah mengatakan sangat sedikit tentang prinsip kesempurnaan. Tetapi karena baru saja mempertimbangkan pandangan-pandangan campuran, sekarang saya ingin memeriksa konsepsi ini. Ada dua varian: yang pertama adalah satu-satunya prinsip teori teleologis yang mengarahkan masyarakat untuk mengatur institusi dan mendefinisikan tugas dan kewajiban individu untuk memaksimalkancapaian keunggulan manusia dalam seni, ilmu pengetahuan, dan budaya. Prinsipnya jelas lebih menuntut semakin tinggi cita-cita relevan yang diajukan. Bobot absolut yang terkadang diberikan Nietzsche pada kehidupan orang-orang hebat seperti Socrates dan Goethe tidaklah biasa. Di beberapa tempat ia mengatakan bahwa umat manusia harus terus berjuang untuk menghasilkan individu-individu hebat. Kami memberi nilai pada hidup kami dengan bekerja untuk kebaikan spesimen tertinggi. 50 Varian kedua yang ditemukan di Aristoteles antara lain memiliki klaim yang jauh lebih kuat.

BAB VI TUGAS DAN KEWAJIBAN

Dalam dua bab sebelumnya saya telah membahas prinsip-prinsip keadilan bagi institusi. Sekarang saya ingin mengambil prinsip-prinsip tugas dan kewajiban alami yang berlaku bagi individu. Dua bagian pertama menelaah alasan mengapa prinsip-prinsip ini dipilih pada posisi semula dan peranannya dalam membuat kerjasama sosial menjadi stabil. Pembahasan singkat tentang janji dan prinsip kesetiaan disertakan. Namun, sebagian besar, saya akan mempelajari implikasi dari prinsip-prinsip ini untuk teori tugas dan kewajiban politik dalam kerangka konstitusional. Ini sepertinya cara terbaik untuk menjelaskan pengertian dan isi mereka untuk tujuan teori keadilan.

Secara khusus, penjelasan tentang kasus khusus pembangkangan sipil diuraikan yang menghubungkannya dengan masalah kekuasaan mayoritas dan alasan untuk mematuhi hukum yang tidak adil. Pembangkangan sipil dikontraskan dengan bentuk-bentuk ketidakpatuhan lainnya seperti penolakan hati-hati untuk mengeluarkan peran khususnya dalam menstabilkan rezim demokrasi yang hampir adil.

51. Argumen Untuk Prinsip Kewajiban Alam

Dari sudut pandang teori keadilan, kewajiban alami yang paling penting adalah mendukung dan memajukan lembaga-lembaga yang adil. Kewajiban ini memiliki dua bagian: pertama, kita harus mematuhi dan melakukan bagian kita dalam lembaga-lembaga yang adil ketika lembaga-lembaga itu ada dan berlaku bagi kita; dan kedua, kita harus membantu dalam pembentukan pengaturan

Referensi

Dokumen terkait

Judul : Pemberdayaan Alat Peraga matematika bagi Guru-guru Madrasah Ibtidaiyah di ecamatan Grobogan Kabupaten Purwodadi dalam rangka Meningkatkan Kualitas Pengajaran. Program : Rutin

Buatlah algoritma dengan model fungsi dan tuliskan langsung dalam satu algoritma utama untuk mengetahui suatu bilangan bulat yang dimasukkan dari keyboard itu bilangan

Jika sekiranya kemudian dapat dibuktikan bahwa tuduhan suaminya tidak benar, dalam artian anak yang lahir dari isteri yang di li’an tersebut terbukti mempunyai hubungan darah

Untuk dapat mengetahui performa sistem pemantau polusi udara di area parkir tertutup berbasis FPGA Xilinx Spartan 3E dan menggunakan sensor MQ7 ini, maka dibutuhkan

Dari penelitian di kedua sekolah tersebut, ditemukan bahwa kendala guru dalam menggunakan sumber media pembelajaran siaran televisi yaitu kurangnya fasilitas

Penggunaan mobil – health dapat meningkatkan kualitas pelayanan home hospital di berbagai kontinum perawatan, sehingga penggunaan mobile – health dalam pelayanan keperawatan

Penulis melakukan pengamatan secara langsung, mencari data-data atau informasi yang berhubungan dengan objek PKLM untuk mengetahui Efektivitas Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran

jika terdapat komplain nilai, dapat menghubungi penanggung jawab praktikum PTLF.. Bekasi, 18 November 2015 Penanggung Jawab Praktikum Perancangan Tata