• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Konsistensi Pengamalan Ibadah Shalat Berjamaah Masyarakat Dusun Pondok Lalang Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember Tahun 2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Konsistensi Pengamalan Ibadah Shalat Berjamaah Masyarakat Dusun Pondok Lalang Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember Tahun 2014."

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

Pondok Lalang Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember Tahun 2014.

Pendidikan merupakan bekal utama bagi manusia untuk dapat menapaki kehidupan yang sementara ini. Pendidikan juga merupakan penuntun bagi seseorang untuk dapat menjadikan dirinya sebagai manusia yang sempurna, manusia yang senantiasa taat dan patuh kepada Tuhannya.Maka dari itu pendidikan akan selalu menjadi kebutuhan manusia di antara kebutuhan lainnya.

Kenyataan ini berlaku bagi semua manusia di seluruh dunia termasuk sebagian kecil diantaranya adalah masyarakat Dusun Pondok Lalang, Wonojati, Jenggawah, Jember.

Dusun Pondok Lalang adalah salah satu dusun yang terletak di Desa Wonojati, Kecamatan Jenggawah. Masyarakat di dusun ini termasuk dalam strata sosial menengah ke bawah. Ada fenomena yang menarik dan memerlukan perhatian di dusun ini. Hal yang dimaksud adalah keadaan Masjid-Masjid dan Surau-Surau di dusun tersebut yang seolah tak terjamah oleh masyarakat dusun tersebut, meski pendidikan penduduk dusun tersebut pada beberapa tahun terakhir sudah banyak yang bisa sampai ke perguruan tinggi.

Berdasar hal tersebut maka dapat dirumuskan suatu masalah, yaitu:

“Adakah hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat konsistensi pengamalan ibadah shalat berjamaah masyarakat Dusun Pondok Lalang Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember Tahun 2014”, dengan sub pokok masalah 1) Adakah hubungan tingkat pendidikan dasar dengan tingkat konsistensi pengamalan ibadah shalat berjamaah masyarakat Dusun Pondok Lalang Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember Tahun 2014. 2) Adakah hubungan tingkat pendidikan menengah dengan tingkat konsistensi pengamalan ibadah shalat berjamaah masyarakat Dusun Pondok Lalang Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember Tahun 2014. 3) Adakah hubungan tingkat pendidikan tinggi dengan tingkat konsistensi pengamalan ibadah shalat berjamaah masyarakat Dusun Pondok Lalang Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember Tahun 2014.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah “untuk mengetahui ada tidaknya hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat konsistensi pengamalan ibadah shalat berjamaah masyarakat Dusun Pondok Lalang Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember Tahun 2014”, dengan tujuan khusus 1) Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan tingkat pendidikan dasar dengan tingkat konsistensi pengamalan ibadah shalat berjamaah masyarakat Dusun Pondok Lalang Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember Tahun 2014. 2) Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan tingkat pendidikan menengah dengan tingkat konsistensi pengamalan ibadah shalat berjamaah masyarakat Dusun Pondok Lalang Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah

(2)

beberapa metode yaitu: angket, observasi, interview, dan dokumentasi. Sedangkan untuk menentukan responden penelitian ini menggunakan teknik stratified proporsional random sampling. Kemudian untuk menganalisis data dan menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan rumus Chi Kuadrat sebagai berikut:

Selanjutnya, apabila ditemukan sebuah hubungan, maka untuk mengetahui sejauh mana hubungan tersebut menggunakan rumus koefisien kontingensi (KK) sebagai berikut:

KK N

22

Setelah melalui beberapa teknik dan metode sebagai mana tersebut sebelumnya, secara umum dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang rendah antara tingkat pendidikan dengan tingkat konsistensi pengamalan ibadah shalat berjamaah masyarakat Dusun Pondok Lalang Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember Tahun 2014. Sedangkan secara khusus dapat disimpulkan bahwa, a) ada hubungan yang agak rendah antara tingkat pendidikan dasar dengan tingkat konsistensi pengamalan ibadah shalat berjamaah masyarakat Dusun Pondok Lalang Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember Tahun 2014, b) tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan menengah dengan tingkat konsistensi pengamalan ibadah shalat berjamaah masyarakat Dusun Pondok Lalang Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember Tahun 2014, c) tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan tinggi dengan tingkat konsistensi pengamalan ibadah shalat berjamaah masyarakat Dusun Pondok Lalang Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember Tahun 2014.

( fo - fh)2

fh

χ

2=

Σ

(3)

Pendidikan Terakhir : _____________________

A. Pelaksanaan Shalat.

1. Apakah anda selalu melaksanakan ibadah shalat shubuh secara berjamaah?

a. Ya, Selalu b. Kadang-Kadang c. Tidak

2. Apakah anda selalu melaksanakan ibadah shalat dzuhur secara berjamaah?

a. Ya, Selalu b. Kadang-Kadang c. Tidak

3. Apakah anda selalu melaksanakan ibadah shalat ashar secara berjamaah?

a. Ya, Selalu b. Kadang-Kadang c. Tidak

4. Apakah anda selalu melaksanakan ibadah shalat maghrib secara berjamaah?

a. Ya, Selalu b. Kadang-Kadang c. Tidak

5. Apakah saudara/i selalu melaksanakan ibadah shalat isya’ secara berjamaah?

a. Ya, Selalu b. Kadang-Kadang c. Tidak

6. Bagaimanakah saudara/i melaksanakan sholat wajib ketika saudara/i berada di rumah?

a. Berjamaah b. Kadang-kadang jamaah c. Sendiri

7. Apabila saudara/i sedang berada di tempat kerja, bagaimana saudara/i melaksanakan sholat wajib?

a. Berjamaah b. Kadang-kadang jamaah c. Sendiri

8. Apa yang saudara/i rasakan jika saudara/i tidak melaksanakan shalat dengan berjamaah?

a. Merasa bersalah b. Biasa saja c. Tidak peduli B. Tingkat Pendidikan Hubungannya dengan Pelajksanaan Shalat.

9. Dimanakah saudara/i dulu sekolah pada waktu di sekolah dasar?

a. Sekolah Islam b. Umum & Islam c. Sekolah Umum 10. Dimanakah saudara/i dulu sekolah pada waktu di sekolah menengah

pertama?

a. Sekolah Islam b. Sekolah Umum c. Tidak sekolah

(4)

a. Sekolah Islam b. Sekolah Umum c. Tidak sekolah 13. Selain di sekolah, dimanakah saudara/i belajar tentang pendidikan agama

Islam?

a. Pesantren b. Musholla/Surau c. Tidak ada

14. Pelajaran agama Islam di sekolah mengajarkan untuk senantiasa melaksanakan shalat berjamaah.

a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju

15. Pelajaran agama di sekolah membuat saya mengerti keutamaan shalat berjamaah.

a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju

16. Pelajaran tentang shalat yang ada di sekolah mampu meningkatkan istiqomah dalam melaksanakan shalat berjamaah.

a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju

17. Pelajaran agama di sekolah membuat saya menjadi orang yang istiqomah hingga sekarang.

a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak setuju

(5)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dan pertumbuhan manusia mulai dari lahir hingga mencapai kematangan seorang pribadi merupakan bentukan yang terjadi dengan adanya beberapa faktor, salah satunya ialah pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dalam rangka mewujudkan suasana belajar dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan di dalam dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam perkembangannya, pendidikan telah mengalami banyak kebijakan, khususnya pendidikan formal yang dilaksanakan oleh lembaga sekolah, salah satunya yaitu diwajibkannya belajar oleh pemerintah pada tanggal 2 Mei 1984 dengan tujuan agar seluruh warga negara indonesia memperoleh pendidikan sekurang-kurangnya pendidikan pada tingkat dasar sampai tamat.1

Sekolah sebagai pusat pendidikan formal, ia lahir dan berkembang dari pemikiran efisisensi dan efektifitas di dalam pemberian pendidikan kepada warga masyarakat. Lembaga pendidikan formal atau persekolahan, kelahiran dan pertumbuhannya dari dan untuk masyarakat bersangkutan.

Artinya, sekolah sebagai pendidikan formal merupakan perangkat masyarakat

1Ary H. Gunawan, Kebijakan-Kebijakan Pemerintah (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), 121.

(6)

yang diserahi kewajiban pemberian pendidikan. Perangkat ini ditata dan dikelola secara formal, mengikuti haluan yang pasti dan diberlakukan. Haluan tersebut bercermin di dalam falsafah dan tujuan perjenjangan, kurikulum pengadministrasian serta pengelolaannya.

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.2

Kebijakan pemerintah pun, dalam prosesnya, menjamah dalam ranah pendidikan agama termasuk pendidikan agama Islam. Pendidikan Agama Islam merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap tuhan yang maha Esa, sesuai dengan ajaran dalam Islam, bersikap rasional dan filosofis dalam rangka menghormati orang lain dalam hubungan kerukunan dan kerjasama antar ummat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.3

Dalam perkembangannya, dari masa ke masa, Pendidikan Agama Islam telah menjadi salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan pada siswa disetiap lembaga pendidikan mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan tingkat menengah, dan bahkan hingga di perguruan tinggi.

Oleh karena itu, Pendidikan Agama Islam merupakan bagian dari kurikulum,

2Abu Ahmadi, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), 125.

3Aminuddin, Membangun Karakter dan Kepribadian Melalui Pendidikan Agama Islam (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), 2.

(7)

meskipun sepanjang tahun kurikulum diubah, Pendidikan Agama Islam tetap menjadi salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan kepada peserta didik.4

Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk meningkatkan pendidikan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt., berahlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.5

Sementara itu, dalam Al-Qur’an juga telah dijelaskan mengenai tujuan pendidikan agama Islam. Allah swt. befirman:



























Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar- benarnya taqwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam beragama Islam”.6

Ayat tersebut menjelaskan bahwa tujuan pendidikan agama Islam erat sekali hubungannya dengan tujuan kaum muslimin yaitu membina manusia yang bertanggung jawab, yang senantiasa bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran Islam dan pada akhirnya tercipta tujuan penciptaan manusia itu sendiri. Sehingga terbentuklah kepribadian yang sejati yaitu benar-benar bertaqwa kepada Allah swt. dan perlu juga ditekankan dalam pendidikan agama Islam bahwa tujuan pendidikan itu tidak hanya untuk

4Herabudin, Administrasi & Supervisi Pendidikan (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009), 243.

5Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), 22.

6Al-Qur’an, 3:102

(8)

keduniaan samata-mata tetapi juga pada tujuan keakhiratan. Penjelasan ini menunjukkan bahwa pendidikan bukan hanya menghendaki manusia yang senantiasa bekerja untuk kebahagiaan di dunia, melainkan juga agar manusia senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dan mencapai kebahagiaan di akhirat.

Dengan diwajibkannya mata pelajaran pendidikan agama Islam disetiap tingkat pendidikan memberikan sebuah pemahaman bahwa dapat dipastikan setiap rakyat indonesia, yang mayoritas penduduknya beragama Islam, pernah mendapatkan sebuah materi agama Islam yang salah satu cakupannya adalah materi fiqih ibadah. Materi ini, yakni fiqih ibadah, sudah jelas dapat kita baca arah tujuannya yang tidak lain untuk membentuk sebuah pribadi yang taat dalam menjalankan ibadah, seperti shalat, baik itu shalat wajib ataupun shalat sunnah. Lebih-lebih bisa menjalankannya dengan berjama’ah di surau-surau atau pun masjid.

Pemaparan-pemaparan tersebut, sejatinya membuat kita mengasumsikan bahwa pendidikan agama Islam memiliki andil penting dalam membentuk pribadi yang senantiasa taat beribadah, dan senantiasa menjalankan segala hal yang dapat lebih mendekatkan seorangang hamba kepada Allah swt. Asumsi semacam ini pun yang kemudian memperkuat persepsi kita bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang pernah dikenyam seorang, maka tentulah makin tinggi pula tingkat ketaatannya dalam beribadah kepada Allah swt. Akan tetapi, pada keyataanya terdapat sebuah fenomena yang menarik, yang mana ada kesenjangan antara asumsi tersebut

(9)

dengan apa yang peneliti temukan di Dusun Pondok Lalang, Wonojati, Jenggawah, Jember.

Dusun Pondok Lalang merupakan sebuah dusun yang mayoritas masyarakatnya pernah mengenyam pendidikan di tingkat dasar dan menengah pertama, namun tak sedikit juga yang dapat menyelesaikan pendidikannya hingga di tingkat menengah atas, bahkan beberapa tahun terakhir ada beberapa dari mereka yang bisa menyelesaikan pendidikannya hingga di perguruan tinggi. Jika kita kaitkan dengan pemaparan-pemaparan sebelumnya, maka hal ini mengindikasikan bahwa dapat dipastikan mayoritas masyarakat dusun Pondok Lalang pernah mengenyam pendidikan di bangku sekolah yang mana termasuk didalamnya adalah Pendidikan Agama Islam.

Kondisi inilah yang kemudian membuat peneliti yang melihat keadaan tersebut berasumsi bahwa masyarakat dusun pondok lalang merupakan masyarakat yang seharusnya senantiasa melaksanakan ibadah-ibadah yang disukai Allah, salah satunya yaitu dengan melaksanakan ibadah shalat berjamaah.

Berpangkal pada kondisi tersebutlah, penulis merasa tertarik untuk membahas permasalahan yang berjudul “Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Konsistensi Pengamalan Ibadah Shalat Berjama’ah Masyarakat Dusun Pondok Lalang, Wonojati, Jenggawah, Jember”.

(10)

B. Rumusan Masalah

Pada dasarnya perumusan masalah dalam penelitian merupakan rumusan yang bertujuan untuk memperfokus sebuah penelitian. Pada bagian ini perumusan masalah tidak terpisahkan dengan paparan yang terdapat pada latar belakang.7

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pokok Masalah

Adakah hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat konsistensi pengamalan ibadah shalat berjama’ah masyarakat dusun pondok lalang, wonojati, jenggawah, jember?

2. Sub Pokok Masalah.

a. Adakah hubungan tingkat pendidikan dasar dengan tingkat konsistensi pengamalan ibadah shalat berjama’ah masyarakat dusun pondok lalang, wonojati, jenggawah, jember?

b. Adakah hubungan tingkat pendidikan menengah dengan tingkat konsistensi pengamalan ibadah shalat berjama’ah masyarakat dusun pondok lalang, wonojati, jenggawah, jember?

c. Adakah hubungan tingkat pendidikan tinggi dengan tingkat konsistensi pengamalan ibadah shalat berjama’ah masyarakat dusun pondok lalang, wonojati, jenggawah, jember?

7Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2008), 60.

(11)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan gambaran tentang arah yang akan dituju dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian harus mengacu dan konsisten dengan masalah-masalah yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah.8 Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum.

Untuk mengetahuai ada atau tidaknya hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat konsistensi pengamalan ibadah shalat berjama’ah masyarakat dusun pondok lalang, wonojati, jenggawah, jember.

2. Tujuan Khusus.

a. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan tingkat pendidikan dasar dengan tingkat konsistensi pengamalan ibadah shalat berjama’ah masyarakat dusun pondok lalang, wonojati, jenggawah, jember.

b. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan tingkat pendidikan menengah dengan tingkat konsistensi pengamalan ibadah shalat berjama’ah masyarakat dusun pondok lalang, wonojati, jenggawah, jember.

c. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan tingkat pendidikan tinggi dengan tingkat konsistensi pengamalan ibadah shalat berjama’ah masyarakat dusun pondok lalang, wonojati, jenggawah, jember.

8STAIN Jember, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: STAIN Jember Pers, 2010), 41.

(12)

D. Manfaat Penelitian

Dalam sebuah penelitian, disamping tujuan yang ingin dicapai sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, juga diharapkan adanya beberapa manfaat yang diperoleh dari penelitian tersebut sebagai bentuk aplikasi dari hasil penelitian yang dilakukan.

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti, sebagai bahan studi untuk bahan penyelesaian skripsi dan sekaligus dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya calon guru karena hal ini dapat menjadi bahan kajian dalam menyumbang pemikiran tentang pentingnya untuk lebih memperhatikan pendidikan agama Islam mulai dari sekolah dasar.

2. Bagi Masyarakat, dapat digunakan sebagai materi untuk lebih memahami substansi pendidikan agama Islam dan bisa menjadi sebuah gambaran bagi masyarakat sehingga masyarakat dapat lebih menyadari pentingnya sebuah pendidikan agama dalam rangka membentuk pribadi yang taat kepada Allah dan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah agar tujuan pendidikan agama Islam dapat dicapai secara maksimal.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Pada bagian ini peneliti menentukan variabel-variabel dalam penelitian ini. Variabel penelitian pada dasarnya adalah suatu sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang

(13)

diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.9

Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Penelitian.

a. Variabel bebas atau independent variable dengan menggunakan simbol X yaitu Tingkat Pendidikan Masyarakat yang terbagi menjadi 3 sub variabel, yaitu:

1) Tingkat Pendidikan Dasar,

2) Tingkat Pendidikan Menengah, dan 3) Tingkat Pendidikan Tinggi.

b. Variabel terikat atau dependent variable dengan menggunakan simbol Y yaitu Konsistensi Pengamalan Ibadah Shalat Berjamaah.

2. Indikator Variabel.

a. Indikator Tingkat Pendidikan Masyarakat.

1) Ijazah Lulusan Terakhir.

b. Indikator Konsistensi Pengamalan Ibadah Shalat Berjamaah.

1) Pelaksanaan ibadah shalat subuh.

2) Pelaksanaan ibadah shalat dzuhur.

3) Pelaksanaan ibadah shalat ashar.

4) Pelaksanaan ibadah shalat Maghrib.

5) Pelaksanaan ibadah shalat ‘Isya’.

9Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: CV. Alfabeta, 2008), 61.

(14)

F. Definisi Operational

1. Tingkat Pendidikan Masyarakat (X).

Pendidikan yang senantiasa mengalami banyak kebijakan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pengetahuan, sikap, dan keterampilan anak bangsa hingga saat ini selalu kita sepakati bahwa pendidikan harus senantiasa berpedoman pada perkembangan anak didik dan keberadaan mereka yang beragam, baik dari bakat, minat atau bahkan juga usia. Maka dari itulah, pendidikan selalu menggunakan batas-batas yang berguna untuk mengklasifikan anak didik, mulai dari tingkat taman kanak-kanak, dasar, menengah hingga perguruan tinggi.

Dalam kamus besar bahasa indonesia, tingkat diartikan sebagai susunan yang berlapis, tumpuan pada tangga (jenjang).10 Dari pengertian ini, bila kata tingkat dikaitkan dengan kata lain, maka akan ada sebuah gambaran dalam benak kita bahwa kata yang ditambahkan dan diawali dengan tingkat itu memiliki susunan yang berjenjang mulai dari yang rendah hingga pada jenjang yang tertinggi (puncak).

Sementara itu, pendidikan sudah sering kita bahas dan kita baca definisinya, baik itu yang tertera dalam UU seperti yang sudah dipaparkan pada uraian sebelumya. Namun dalam hal ini, pendidikan yang dimaksud oleh penulis bukanlah pendidikan yang diuraikan dengan definisi-definisi seperti itu, akan tetapi pendidikan yang dimaksud dalam hal ini adalah

10Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), 1197.

(15)

satuan lembaga pendidikan mulai dari pendidikan dasar, menengah pertama, dan menengah atas, hingga pendidikan tinggi.

Dengan demikian, yang dimaksudkan tingkat pendidikan dalam penelitian ini ialah jenjang pendidikan yang diawali oleh pendidikan dasar yang kemudian berlanjut pada pendidikan menengah hingga sampai pada jenjang pendidikan tinggi.

2. Konsistensi Pelaksanaan Ibadah Shalat Berjamaah (Y).

Dalam setiap urusan, kita senantiasa dianjurkan agar bisa konsisten dalam setiap menjalankan kegiatan atau pekerjaan kita.

Konsisten, dalam kamus besar bahasa indonesia, memiliki arti tetap (tidak berubah-ubah), selaras, sesuai.11

Bila penegertian tersebut dikembangkan dan dikontekskan dengan keseharian manusia, maka definisi konsisten adalah suatu kegiata secara terus menerus dengan tekun dan benar serta sesuai dengan apa yang menjadi batasan yang telah ditentukan. Konsisten merupakan salah satu sikap manusia yang sifatnya adalah untuk memegang teguh suatu prinsip atau pendirian dari segala hal yang telah ditetapkan. Sikap konsistensi seseorang pada setiap kegiatannya memiliki ukuran yang tidak sama, ada dari mereka yang benar-benar kuat dalam menjaga konsistensinya, ada pula yang hanya sedang-sedang saja, dan bahkan ada pula yang lemah atau dengan artian tidak konsisten.

11Ibid., 589.

(16)

Sementara itu, ibadah shalat merupakan ibadah yang wajib dilaksanakan oleh setiap orang yang menganut agama Islam. Ibadah shalat juga merupakan salah satu sarana yang bisa mendekatkan manusia dengan Tuhannya. Shalat yang diwajibkan bagi umat Islam ada 5 waktu, yaitu shalat subuh, dzuhur, asar, maghrib, dan isya’. Shalat bisa dilaksanakan secara sendiri dan bisa pula dengan bersama-sama atau yang disebut dengan shalat jama’ah.

Dari penjelasan-penjelasan tersebut, maka yang dimaksud dengan konsistensi pelaksanaan ibadah shalat berjamaah dalam penelitian ini ialah derajat atau tingkat ketekunan dan keajegan seseorang dalam mengamalkan ibadah shalat yang diwajibkan oleh agama Islam secara bersama-sama atau jamaah.

G. Asumsi Penelitian

Asumsi penelitian, yang juga biasa disebut dengan anggapan dasar, merupakan sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh peneliti. Asumsi penelitian selain berfungsi sebagai dasar berpijak yang kuat bagi masalah yang diteliti, juga berfungsi untuk mempertegas variabel yang menjadi pusat perhatian penelitian dan perumusan hipotesis.12

Di samping itu, asumsi juga merupakan salah satu syarat dalam peneletian yang bertujuan untuk mengantisipasi hal-hal tertentu yang tidak dapat dilakukan pembuktiannya. Dalam penelitian ini, peneliti memiliki asumsi sebagai berikut:

12STAIN Jember, Pedoman Penulisan, 43.

(17)

1. Pendidikan mulai dari tingkat pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi memilki peran dan hubungan yang sangat erat dalam pembentukan rohani seseorang yang istiqomah dalam melaksanakan ibadah shalat berjamaah.

2. Bila seseorang sejak masa kanak-kanak sudah memperoleh pendidikan, khususnya pendidikan agama Islam, maka ketika dia tumbuh dewasa dan mencapai kematangannya sebagai pribadi dia akan memiliki kesiapan dalam mengamalkan ibadah shalat berjamaah dengan penuh keyakinan.

3. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang pernah dialami seseorang, yang artinya semakin lama dan semakin banyak pendidikan yang diterima, maka semakin kuat ketaatan dan kapatuhan seseorang dalam menjalankan ibadah wajibnya.

H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis atau juga biasa disebut dengan hipotesa, menurut bahasa berasal dari dua kata, yaitu “hypo” yang artinya dibawah dan “thesa” yang artinya kebenaran, pendapat. Selanjutnya penulisannya menjadi hipotesa menurut ejaan bahasa yang telah disempurnakan. Sedangkan menurut istilah, hipotesa merupakan jawaban sementara atau kesimpulan yang diambil untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian.13

Maka dari itu, agar peoses penelitian bisa lebih terfokus, penulis menyusun dan mengusulkan alternatif pemecahan problema yang biasa disebut dengan istilah Hipotesis. Adapun rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut:

13Mardalis, Metode Penelitian; Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002), 47.

(18)

1. Hipotesis Kerja Mayor.

Ada hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat konsistensi pengamalan ibadah shalat berjama’ah masyarakat dusun pondok lalang, wonojati, jenggawah, jember.

2. Hipotesis Kerja Minor.

a. Ada hubungan tingkat pendidikan dasar dengan tingkat konsistensi pengamalan ibadah shalat berjama’ah masyarakat dusun pondok lalang, wonojati, jenggawah, jember.

b. Ada hubungan tingkat pendidikan menengah dengan tingkat konsistensi pengamalan ibadah shalat berjama’ah masyarakat dusun pondok lalang, wonojati, jenggawah, jember.

c. Ada hubungan tingkat pendidikan tinggi dengan tingkat konsistensi pengamalan ibadah shalat berjama’ah masyarakat dusun pondok lalang, wonojati, jenggawah, jember.

Berdasarkan hipotesis kerja yang diusulkan di atas, karena analisis data menggunakan pendekatan analisa statistik, maka hipotesis kerjanya (Ha) terlebih dahulu diubah menjadi hipotesis nihil (H0) sebagai berikut:

1. Hipotesis Nihil Mayor.

Tidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat konsistensi pengamalan ibadah shalat berjama’ah masyarakat dusun pondok lalang, wonojati, jenggawah, jember.

(19)

2. Hipotesis Nihil Minor.

a. Tidak ada hubungan tingkat pendidikan dasar dengan tingkat konsistensi pengamalan ibadah shalat berjama’ah masyarakat dusun pondok lalang, wonojati, jenggawah, jember.

b. Tidak ada hubungan tingkat pendidikan menengah dengan tingkat konsistensi pengamalan ibadah shalat berjama’ah masyarakat dusun pondok lalang, wonojati, jenggawah, jember.

c. Tidak ada hubungan tingkat pendidikan tinggi dengan tingkat konsistensi pengamalan ibadah shalat berjama’ah masyarakat dusun pondok lalang, wonojati, jenggawah, jember.

I. Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian, metode merupakan satu hal yang sangat penting, karena dengan metode yang baik dan benar akan memungkinkan tercapainya suatu tujuan penelitian.

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yakni penelitian yang membutuhkan responden untuk dijadikan objek pada penyebaran angket dan hasilnya akan dianalisis dengan menggunakan statistik. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah field research (penelitian lapangan).

(20)

2. Populasi dan Sampel.

Populasi adalah keseluruhan gejala atau satuan yang ingin diteliti.14 Sementara itu, Drs. Mardalis menyatakan bahwa Popolasi adalah keseluruhan individu yang menjadi sumber pengambilan sampel.15 Jadi, populasi adalah semua individu yang dijadikan subjek penelitian.

Penetapan populasi dimaksudkan agar suatu penelitian dapat mengukur sesuatu sesuai dengan masalah yang ada pada tempat tersebut dan agar proses penelitian tidak menjadi berlebihan dengan mengacu pada populasi yang telah ditetapkan. Disamping itu, penetapan sejauh mana populasi dalam penelitian ini juga dimaksudkan agar hasil penelitian lebih mendekati kebenaran sesuai sampel yang diambil dari populasi yang diteliti.

Sedangkan sampel, menurut Drs. Mardalis adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek penelitian. Penentuan sampel ini dimaksudkan untuk memperoleh kerangka mengenai objek penelitian dengan cara mengamati hanya sebagian dari populasi. Penentuan sampel juga dimaksudkan untuk mengemukakan dengan tepat sifat-sifat umum dari populasi yang diteliti dan untuk menarik generalisasi dari hasil penelitian.16

Dalam penelitian ini, populasi yang akan diteliti adalah seluruh masyarakat yang pernah menempuh pendidikan di lembaga pendidikan

14Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif, 60.

15Mardalis, Metode Penelitian, 53.

16Ibid., 53.

(21)

formal dan menetap di Dusun Pondok Lalang, Wonojati, Jenggawah, Jember, yang berjumlah 359 orang dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 1.1

Data Masyarakat Dusun Pondok Lalang yang Pernah Mengikuti Pendidikan Formal

No. Pendidikan Terakhir Jumlah

1 Sekolah Dasar 192

2 Sekolah Menengah Pertama 94

3 Sekolah Menengah Atas 57

4 Sarjana/ S1 16

Jumlah 359

Sumber : Dokumen Kantor Desa Wonojati, Jenggawah.

Dari rincian tersebut, untuk tamatan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama dikelompokkan menjadi satu dengan kategori tingkat pendidikan dasar, sedangkan untuk sekolah menengah atas menjadi kelompok dalam kategori tingkat pendidikan menengah dan untuk sarjana menjadi kelompok dalam kategori tingkat pendidikan tinggi. Dengan demikian, akan didapat rincian populasi baru yang ditentukan menurut tingkat pendidikan masing-masing sebagai berikut:

(22)

Tabel 1.2

Pengelompokan Tingkat Pendidikan Masyarakat Dusun Pondok Lalang

No. Pendidikan Terakhir Jumlah

1 Pendidikan Dasar 286

2 Pendidikan Menengah 57

3 Pendidikan Tinggi 16

Jumlah 359

Sementara itu, sampelnya adalah sebagian dari masing-masing kategori yang diambil dengan menggunakan Stratified Proporsional Random Sampling. Stratified Sampling adalah populasi yang terbagi atas tingkat-tingkat atau strata.17 Proporsional Sampling adalah teknik pengambilan sampel proporsi /sampel berimbang, teknik ini digunakan untuk menyempurnakan penggunaan teknik sampel berstrata.18 Sedangkan Random Sampling adalah teknik penelitian yang mana peneliti mencampur subjek-subjek didalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama.19

Dengan demikian, stratified proporsional random sampling adalah teknik penentuan sampel yang digunakan pada populasi dari

17Suharsimi Arikunto, Presedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 181.

18Ibid., 182.

19Ibid., 177.

(23)

λ2.N.P.Q d2 (N-1) + λ2.P.Q

beberapa sub populasi yang mempunyai susunan bertingkat dan tidak sama jumlahnya.

Untuk menentukan besaran sampel yang akan diambil, maka rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya adalah sebagai berikut:

s =

Keterangan:

λ2 : dk = 1

N : Jumlah populasi P : Q:0,5

d : Nilai presisi s : Jumlah sampel20

Berikut ini diberikan tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan Isaac dan Michael untuk tingkat kesalahan 1%, 5%, dan 10%.

Tabel 1.3

Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi Tertentu dengan Taraf Kesalahan 1%, 5%, dan 10%

N S

N S

1% 5% 10% 1% 5% 10%

10 10 10 10 280 197 155 138

15 15 14 14 290 202 158 140

20 19 19 19 300 207 161 143

25 24 23 23 320 216 167 147

30 29 28 27 340 225 172 151

20Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, 87.

(24)

35 33 32 31 360 234 177 155

40 38 36 35 380 242 182 158

45 42 40 39 400 250 186 162

50 47 44 42 420 257 191 165

55 51 48 46 440 265 195 168

60 55 51 49 460 272 198 171

65 59 55 53 480 279 202 173

70 63 58 56 500 285 205 176

75 67 62 59 550 301 213 182

80 71 65 62 600 315 221 187

85 75 68 65 650 329 227 191

90 79 72 68 700 341 233 195

95 83 75 71 750 352 238 199

100 87 78 73 800 363 243 202

110 94 84 78 850 373 247 205

120 102 89 83 900 382 251 208

130 109 95 88 950 391 255 211

140 116 100 92 1000 399 258 213

150 122 105 97 1100 414 265 217

160 129 110 101 1200 427 270 221

170 135 114 105 1300 440 275 224

180 142 119 108 1400 450 279 227

190 148 123 112 1500 460 283 229

200 154 127 115 1600 469 286 232

210 160 131 118 1700 477 289 234

220 165 135 122 1800 485 292 235

230 171 139 125 1900 492 294 237

240 176 142 127 2000 498 297 238

250 182 146 130 2200 510 301 241

260 187 149 133 2400 520 304 243

270 192 152 135 2600 529 307 245

Berdasarkan tabel tersebut, populasi masyarakat Dusun Pondok Lalang yang pernah menempuh pendidikan formal yang berjumlah 359 orang dapat diambil sampel sejumlah 155 responden, yaitu pada N = 360 dan taraf kesalahan 10%. Jadi, dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah sejumlah 155 responden dari total jumlah populasi.

(25)

Adapun hasil perimbangan jumlah sampel pada setiap tingkat kelas dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Sampel = Populasi/Total Populasi x Total Sampel

Tabel 1.4 Perimbangan Sampel

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Perimbangan

1. Pendidikan Dasar 286 286/359 x 155 = 123,48 dibulatkan 123 2. Pendidikan Menengah 57 57/359 x 155 = 24,61 dibulatkan 25 3. Pendidikan Tinggi 16 16/359 x 155 = 6,9 dibulatkan 7

Jumlah 359 155

3. Teknik dan Instrumen Penelitian.

a. Teknik Pengumpulan Data.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunan beberapa teknik untuk memperoleh data yaitu sebagai berikut:

1) Angket.

Metode angket atau kuesioner adalah suatu cara atau metode penelitian berupa daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh responden.21 Angket merupakan suatu kumpulan pertanyaan yang diajukan secara tertulis dan cara menjawabnya juga dilakukan dengan tertulis. Angket dalam penelitian ini digunakan untuk

21Ibid., 194.

(26)

mengungkapkan data tentang variabel yang akan diteliti dan angket ini digunakan sebagai metode pokok dikarenakan metode ini digunakan untuk mengungkapkan data-data primer dalam penelitian.

Dalam penelitian ini, angket yang digunakan adalah jenis angket pilihan ganda karena pertanyaan yang diajukan sudah disediakan agar responden lebih mudah dalam memberikan jawaban. Responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan dirinya (responden mencontreng jawaban yang telah disediakan oleh peneliti).

Adapun data yang ingin diperoleh melalui teknik ini adalah:

a) Tingkat Pendidikan Masyarakat

b) Keistiqomahan masyarakat dalam melaksanakan sholat dengan berjama’ah.

2) Observasi.

Metode observasi merupakan salah satu metode penelitian dengan cara mengamati dan melakukan pengamatan, pencatatan sistematis terhadap fenomena yang diselidiki. Observasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Dengan demikian inti dari sebuah observasi

(27)

sebenarnya adalah pengamatan langsung.22 Observasi dalam penelitian ini menggunakan jenis observasi partisipan.

Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data-data yang berupa kenyataan atau bahan-bahan keterangan tentang kondisi dari obyek penelitian. Adapun data yang ingin diperoleh melalui observasi adalah:

a) Kondisi masjid dan surau.

b) Kegiatan pelaksanan sholat berjama’ah di masjid dan surau.

3) Interview.

Interview merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan bertatap muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada peneliti.23 Jenis interview yang digunakan dalam penelitian ini adalah Focused Interview atau wawancara bebas. Teknik ini bermanafaat sebagai pelengkap data yang diperoleh melalui observasi.

Adapun data yang ingin diperoleh melalui teknik ini adalah:

a) Sejarah dan kondisi masyarakat.

b) Pandangan masyarakat terhadap pentingnya menjaga ibadah shalat jamaah.

22Ibid., 200

23Mardalis, Metode Penelitian, 66.

(28)

4) Dokumentasi

Metode dokumenter yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan lain sebagainya.24

Adapun data yang ingin diperoleh melalui teknik ini adalah:

a) Data penduduk dusun Pondok Lalang.

b) Peta dusun Pondok Lalang.

b. Instrumen Penelitian.

Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti di dalam menggunakan teknik pengumpulan data. Kualitas instrumen akan menentukan kualitas data yang terkumpul. Dengan demikian terdapat keterkaitan yang menentukan antara teknik dengan instrumen pengumpulan data.25 Disamping itu, instrumen juga berfungsi sebagai alat ukur, dengan artian instrumen dapat menjadi sebuah alat untuk menyatakan besaran atau persentase dalam bentuk kuantitatif atau kualitatif. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terlampir dalam lampiran II.

1) Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen. Suatu instrumen

24Ibid.,158.

25Sharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), 177.

(29)

dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Pengujian validitas pada penelitian ini dilakukan pada variabel X (tingkat pendidikan) dan variabel Y (tingkat konsistensi pengamalan ibadah shalat berjama’ah). Pada pengujian validitas ini, peneliti menggunakan bantuan software SPSS (Statistic Programe For Social Scient). Dari hasil pengujian maka diperoleh 17 item valid dari 17 item yang diuji.

2) Uji Reliabilitas

Uji realibilitas instrumen digunakan untuk menguji sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya tingkat kecocokan antara hasil ukur dengan keadaan sesungguhnya pada responden.

Reliabilitas ini berkaitan dengan konsistensi antara butir butir suatu alat ukur.

Pada pengujian reliabilitas ini, peneliti menggunakan bantuan software SPSS (Statistic Programe For Social Scient).

Dari hasil pengujian maka diperoleh hasil yang menyatakan bahwa dari 17 item yang diuji didapat 17 pernyataan yang reliabel pada taraf kepercayaan 95%. Untuk nilai reliabilitas item keseluruhan adalah 0, 584 dimana nilai tersebut termasuk kategori tinggi.

(30)

4. Analisis Data

Dalam penelitian ini analisa data yang digunakan adalah statistik. Penggunaan analisa statistik perlu memperhatikan dan menyesuaikan dengan jenis dan bentuk data yang terkumpul. Sementara itu, dalam mengolah dan menganalisa data yang diperoleh peneliti menggunakan analisa secara kuantitatif dengan teknik analisa statistik Chi Kuadrat (X2) untuk mencari signifikansi dua variabel yang diangkat dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

χ

2 = Chi Kuadrat signifikansi frekuensi yang diobservasi fo = Frekuensi yang diperoleh berdasarkan data

fh = Frekuensi yang diharapkan26

Pemilihan rumus tersebut disesuaikan dengan jenis variabel yang diteliti, yang mana dalam penelitian ini variabel yang dihubungkan berbentuk kategori (gejala ordinal) yakni rumus tersebut digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat konsistensi pengamalan ibadah shalat berjama’ah masyarakat dusun pondok lalang, wonojati, jenggawah, jember.

26Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, 333.

( fo - fh ) fh

χ

2 =

Σ

(31)

Untuk mengetahui besarnya nilai chi kuadrat yang diperoleh dapat kita konsultasikan dengan tabel nilai kritik chi kuadrat sebagai berikut:

Tabel 1.5

Nilai-nilai Chi Kuadrat

Dk Taraf signifikansi

10% 5% 1%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

2,706 4,605 6,251 7,779 9,236 10,645 12,017 13,362 14,684 15,987 17,275 18,549 19,812 21,064 22,307 23,542 24,769 25,989 27,204 28,412 29,615 30,813 32,007 33,196 34,382 35,563 36,741 37,916 39,087

3,841 5,991 7,815 9,488 11,070 12,592 14,062 15,507 16,919 18,307 19,675 21,026 22,362 23,685 24,996 26,296 27,587 28,869 30,144 31,410 32,671 33,924 35,172 35,415 37,652 38,885 40,113 41,337 42,557

6,635 9,210 11,341 13,277 15,086 16,812 18,475 20,090 21,666 23,209 24,725 26,217 27,688 29,141 30,578 32,000 33,409 34,805 36,191 37,566 38,932 40,289 41,638 42,980 44,314 45,642 46,963 48,278 49,588

(32)

30 40,256 43,773 50,892 Sumber: Sugiyono, 2008: 456

Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan kriteria pengujian berikutini:

“Jika rhitung ≥ rtabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.”

“Jika rhitung< rtabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.”

Untuk menentukan nilai t tabel, maka ditentukan dulu taraf signifikansinya α = 1%, selanjutnya ditetapkan derajat kebebasan (db) dengan rumus:

db = ( baris - 1) ( kolom - 1 )

= (2-1) (2-1)

= 1

Selanjutnya untuk mengetahui tentang hubungan tersebut, dilanjutkan dengan rumus koefisien kontingensi (KK) sebagai berikut:

KK N

22

Keterangan :

KK = Koefisien Kontingensi

χ

2 = Harga Chi Kuadrat yang diperoleh

N = Jumlah responden

Sedangkan untuk kategori hubungannya, maka hasil dari analisa dikonfirmasikan dengan kriteria penafsiran sebagai berikut:27

27Ibid., 319

(33)

Tabel 1.6 Interpretasi Nilai r

Besarnya Nilai r Interpretasi

Antara 0.800 – 1.00 Tinggi

Antara 0.600 – 0.800 Cukup

Antara 0.400 – 0.600 Agak rendah

Antara 0.200 – 0.400 Rendah

Antara 0.000 – 0.200 Sangat rendah Sumber: Arikunto, 2006: 276

J. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah memahami dan menelaah skripsi yang akan disusun nantinya, diperlukan adanya gambaran singkat sistematis dalam bentuk sistematika pembahasan skripsi secara keseluruhan. Disamping itu, sistematika pembahasan juga bertujuan untuk mengetahui secara global dan keseluruhan pembahasan yang akan dipaparkan dalam skripsi nantinya.

Berikut adalah sistematika pembahasan pada skripsi yang akan disusun nantinya.

Bab I : Merupakan bagian pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian (variabel dan indikator variabel), definisi operasional, asumsi penelitian, hipotesis, metode penelitian (pendekatan dan jenis penelitian, populasi dan sampel, teknik dan instrumen pengumpulan data, dan analisis data), kemudian diakhiri dengan sistematika pembahasan skripsi secara singkat.

(34)

Bab II : Dalam bab ini membahas tentang kajian kepustakaan yang meliputi penelitian terdahulu dan kajian teori. Pada bagian penelitian terdahulu dicantumkan berbagai hasil yang pernah dilakukan terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan.

Sedangkan pada kajian teori berisi paparan tentang teori yang dijadikan sebagai pijakan dalam melakukan penelitian.

Bab III : Bab ini berisi tentang hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan. Bagian ini memuat tentang latar belakang obyek penelitian, penyajian data, analisa data, pengujian hipotesis dan pembahasannya.

Bab IV : Bab ini merupakan kesimpulan akhir dari hasil penelitian dan analisa data, dilanjutkan dengan saran-saran yang bisa diberikan dan bisa memperjelas makna penelitian yang dilakukan, serta daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang ada.

Demikianlah sistematika skripsi yang akan dibuat, selanjutnya akan diuraikan dengan jelas dan lengkap pada bagian-bagian selajutnya.

(35)

31 A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini dilakukan dengan tujuan agar bisa dilihat sejauh mana orisinalitas dan posisi penelitian yang hendak dilakukan.

Beberapa penelitian yang memiliki hubungan dengan permasalahan yang dikembangkan peneliti antara lain sebagai berikut:

a. Ilmiyatul Khoiriyah, Skripsi Mahasiswi STAIN Jember tahun 2004 dengan judul “Korelasi Jenis Pendidikan Tukang Becak Dengan Pelaksanaan Ibadah Shalat Di Desa Ajung Kecamatan Ajung Kabupaten Jember Tahun 2003/2004”. Pokok masalah yang dikaji adalah tentang ada tidaknya korelasi jenis pendidikan tukang becak dengan pelaksanaan ibadah shalat.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan pengambilan sampelnya menggunakan teknik population research. Data yang yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis statistik dengan menggunakan rumus Yule’s Q. Dari hasil penelitinannya, ditemukan bahwa tidak ada korelasi antara jenis pendidikan dengan pelaksanaan ibadah shalat di Desa Ajung, Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember Tahun 2003/2004. 1

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah mengenai objek kajiannya yaitu sama-sama mengkaji tentang keterkaitan

1Ilmiyatul Khoiriyah, Korelasi Jenis Pendidikan Tukang Becak Dengan Pelaksanaan Ibadah Shalat Di Desa Ajung Kecamatan Ajung Kabupaten Jember Tahun 2003/2004 (Jember: Tanpa Penerbit, 2004), 13.

(36)

pendidikan dengan ibadah shalat. Adapun perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Terletak pada judul penelitian, dalam penelitian ini menggunakan judul hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat konsistensi pengamalan ibadah shalat berjama’ah masyarakat dusun pondok lalang, wonojati, jenggawah, jember.

2) Terletak pada variabel penelitian, dalam penelitian tersebut variabel bebasnya adalah jenis pendidikan, sedangkan dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah tingkat pendidikan. Begitu pula dengan variabel terikat, dalam penelitian tersebut adalah pelaksanaan ibadah shalat, sedangkan dalam penelitian ini meski juga seputar shalat, namun shalat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah shalat yang dilakukan secara berjamaah.

3) Terletak pada teknik pengambilan sampel, dalam penelitian tersebut menggunakan population research, sedangkan dalam penelitian ini dalam menentukan jumlah sampelnya menggunakan stratified proporsional random sampling.

4) Terletak pada analisis data, dalam penelitian tersebut menggunakan Yule’s Q, sedangkan dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah Chi Kuadrat.

b. Ika Wahyuni Ulfiyatun Ningtias, Skripsi Mahasiswi STAIN Jember 2007 dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan Orang Tua Terhadap Kedisiplinan Ibadah Shalat Siswa Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah

(37)

Mangli Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2006/2007”. Pokok masalah yang dikaji adalah tentang ada tidaknya pengaruh kepemimpinan orang tua terhadap kedisiplinan shalat siswa Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Mangli kecamatan Kaliwates kabupaten Jember tahun pelajaran 2006/2007. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan pengambilan sampelnya menggunakan teknik stratified proporsional random sampling. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis statistik dengan rumus chi kuadrat yang kemudian untuk mengetahui signifikansi pengaruhnya dilanjutkan dengan menggunakan rumus koefisien kontingensi (KK). Dari hasil penelitiannya, ditemukan bahwa ada pengaruh yang rendah antara kepemimpinan orang tua terhadap kedisiplinan ibadah shalat siswa madrasah tsanawiyah al- hidayah mangli kecamatan kaliwates kabupaten jember tahun pelajaran 2006/2007.2

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah mengenai objek kajiannya yaitu sama-sama mengkaji tentang pengamalan ibadah shalat. Adapun perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Terletak pada judul penelitian, dalam penelitian ini menggunakan judul hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat konsistensi pengamalan ibadah shalat berjama’ah masyarakat dusun pondok lalang, wonojati, jenggawah, jember.

2Ika Wahyuni Ulfiyatun Ningtias, Pengaruh Kepemimpinan Orang Tua Terhadap Kedisiplinan Ibadah Shalat Siswa Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Mangli Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2006/2007 (Jember: Tanpa Penerbit, 2007), 11

(38)

2) Terletak pada variabel penelitian, dalam penelitian tersebut variabel bebasnya adalah kepemimpinan orang tua, sedangkan dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan. Begitu pula dengan variabel terikatnya, dalam penelitian tersebut adalah kedisiplinan ibadah shalat siswa, sedangkan dalam penelitian ini adalah tingkat konsistensi pengamalan ibadah shalat berjamaah masyarakat.

c. Arina Urwatul Wutsqo, Skripsi Mahasiswi STAIN Jember 2008 dengan judul “Hubungan Antara Pendidikan Agama Islam Dengan Aktivitas Shalat Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Plus Darus Sholah Tegal Besar Jember Tahun Pelajaran 2007/2008”. Pokok masalah yang dikaji adalah tentang ada tidaknya hubungan antara Pendidikan Agama Islam dengan aktivitas shalat siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Plus Darus Sholah Tegal Besar Jember tahun pelajaran 2007/2008. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan pengambilan sampelnya menggunakan teknik stratified proporsional random sampling, kemudian untuk menganalisis data yang diperoleh menggunakan analisis statistik dengan rumus Yule’s Q. Dari hasil penelitiannya ditemukan bahwa ada hubungan positif yang sangat kuat antara pendidikan agama Islam dengan aktivitas shalat siswa sekolah menengah pertama (smp) plus darus sholah tegal besar jember tahun pelajaran 2007/2008.3

3Arina Urwatul Wutsqo, Hubungan Antara Pendidikan Agama Islam Dengan Aktivitas Shalat Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Plus Darus Sholah Tegal Besar Jember Tahun Pelajaran 2007/2008 (Jember: Tanpa Penerbit, 2008), 12

(39)

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah mengenai objek kajiannya yaitu sama-sama mengkaji tentang keterkaitan pendidikan dengan ibadah shalat. Adapun perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Terletak pada judul penelitian, dalam penelitian ini menggunakan judul hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat konsistensi pengamalan ibadah shalat berjama’ah masyarakat dusun pondok lalang, wonojati, jenggawah, jember.

2) Terletak pada variabel penelitian, dalam penelitian tersebut variabel bebasnya lebih kepada jenis mata pelajaran, yakni mata pelajaran pendidikan agama Islam, sedangkan dalam penelitian ini variabel bebasnya lebih pada tingkat pendidikan yang penah ditempuh masyarakat. Begitu pula dengan variabel terikatnya, dalam penelitian tersebut adalah aktivitas shalat siswa, sedangkan dalam penelitian ini adalah lebih kepada tingkat konsistensi masyarakat dalam mengamalkan ibadah shalat secara berjamaah.

3) Terletak pada analisis data, dalam penelitian tersebut menggunakan Yule’s Q, sedangkan dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah Chi Kuadrat.

(40)

B. Kajian Teori

1. Tingkat Pendidikan.

a. Pengertian Pendidikan.

Pendidikan memegang peran penting dalam membentuk karakter setiap individu, disamping itu pendidikan juga dijadikan sebagai hal yang dapat menjamin perkembangan dan pertumbuhan setiap individu. Pernyataan ini bukanlah sebuah pernyataan yang hanya mengada-ada, bila kita hayati apa sebenarnya pendidikan itu, maka akan terasa betapa vitalnya peran pendidikan dalam membentuk karakter setiap individu.

Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 1, telah dinyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.4

Sementara itu, Purwanto menyatakan bahwa pendidikan merupakan segala usaha orang dewasa yang dilakukan dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk meminpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.5 pengertian ini menyebut pendidikan dengan aktivitas pergaulan orang dewasa dengan anak-

4Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peranturan Pemerintah RI tentang Pendidikan (Jakarta: t.p., 2006), 5.

5M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan; Teoretis dan Praktis (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), 11.

(41)

anak. Pergaulan yang dimaksudkan adalah pergaulan yang dalam prosesnya pergaulan tersebut bersifat pendidikan (paedagogis). Harus kita ingat bahwa tidak setiap pergaulan antara orang dewasa dan anak- anak bersifat pendidikan, ada banyak pergaulan yang bersifat netral dan tidak bersifat paedagogis. Bahkan ada beberapa pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak yang berpengaruh tidak baik terhadap kembang tumbuhnya anak.

Dengan demikian, satu-satunya pengaruh yang dapat dikatakan pendidikan ialah pengaruh yang menuju kedewasaan anak, dengan artian menolong anak menjadi orang yang kelak dapat dan sanggup memenuhi tugas hidupnya atas tanggung jawab sendiri.6

Dari pemaparan-pemaparan tersebut, maka pergaulan dapat disebut dengan pergaulan pendidikan jika orang dewasa, yang dalam pergaulan dengan anak-anak, menyadari bahwa tindakannya yang dilakukan terhadap anak itu mengandung manfaat dan tujuan untuk menolong anak dalam membentuk dan mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

b. Pengertian Tingkat Pendidikan.

Dalam pemaparan sebelumnya telah dijelaskan bahwa tingkat adalah susunan yang berlapis, tumpuan pada tangga (jenjang).

6Ibid., 12.

(42)

Sedangkan yang dimaksud dengan jenjang pendidikan, adalah sebagaimana yang dinyatakan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 8:

“Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.”7

Sementara itu, Fuad Ihsan manyatakan bahwa jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkesinambungan, yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan bahan ajar dan cara menyajikan materi pelajaran.8

Jenjang pendidikan yang ada di sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

1) Pendidikan Dasar.

Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan dalam masyarakat, serta mebimbing dan mempersiapkan peserta didik agar peserta didik mampu untuk mengikuti pendidikan di tingkat menengah.9

Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI Pasal 17 Ayat 2 dinyatakan bahwa:

7Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peranturan Pemerintah RI, 6.

8Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), 22.

9Ibid., 22.

(43)

“Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat.”10

Dengan demikian, pendidikan dasar meliputi pendidikan yang diselenggarakan di tingkat sekolah dasar atau bentuk lain yang sederajat yang ditempuh selama 6 tahun dan pendidikan menengah pertama yang ditempuh selama 3 tahun.

2) Pendidikan Menengah.

Pendidikan menengah adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memilki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya, alam sekitar, serta mampu untuk mengembangkan potensi diri lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi.11

Pendidikan menengah merupakan kelanjutan dari pendidikan dasar yang terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah umum diselenggarakan selain untuk mempersiapkan peserta didik agar bisa mengikuti pendidikan tinggi, juga untuk memasuki lapangan kerja. Sedangkan pendidikan menengah kejuruan diselenggarakan

10Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peranturan Pemerintah RI, 14.

11Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, 23.

(44)

untuk membekali peserta didik untuk memasuki lapangan kerja atau mengikuti pendidikan keprofesian pada tingkat yang lebih tinggi.

Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI Pasal 18 Ayat 3 dinyatakan bahwa:

“Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.”12

Pendidikan menengah yang terdiri atas bentuk-bentuk tersebut diselenggarakan dan ditempuh selama 3 tahun.

3) Pendidikan Tinggi.

Pendidikan tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memilki tingkat kemampuan tinggi yang bersifat akademik dan profesional sehingga dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam rangka pembangunan nasional dan meningkatkan kesejahteraan manusia.13

Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI Pasal 19 Ayat 1 dinyatakan bahwa:

12Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peranturan Pemerintah RI, 15.

13Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, 24.

(45)

“Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.”14

2. Pelaksanaan Ibadah Shalat Berjama’ah.

a. Ibadah Shalat.

1) Pengertian Shalat.

Kata shalat secara etimologis berarti Do’a. Sedangkan secara terminologis berarti seperangkat perkataan dan perbuatan yang dilakukan dengan beberapa syarat tertentu, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.15 Pengertian shalat ini mencakup segala bentuk shalat yang diawali dengan takbirat al-ihram dan diakhiri dengan salam.

Dalam islam, shalat menempati kedudukan yang tidak dapat ditandingi oleh ibadah lainnya. Selain termasuk rukun Islam, shalat juga termasuk ibadah yang pertama diwajibkan Allah kepada Nabi Muhammad ketika Mi’raj.

Selain itu, shalat memiliki tujuan yang sangat tinggi drajatnya, yang mana tujuan hakiki shalat adalah tanda hati dalam rangka mengagungkan Allah sebagai pencipta dan sebagai bentuk bukti ketaqwaan manusia kepada khaliqnya.

14Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peranturan Pemerintah RI, 15.

15Supiana dan M. Karman, Materi Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), 23.

(46)

Dalam Islam, Jumhur ulama’ sepakat bahwa jumlah shalat yang wajib dilaksanakan oleh setiap orang Islam adalah lima waktu, yaitu Shalat Shubuh, Shalat Dzuhur, Shalat Asar, Shalat Maghrib, Shalat Isya’.

a) Sholat Shubuh.

Kata shubuh menurut tinjauan bahasa memilki arti permulaan siang hari. Oleh sebab itu, shalat ini disebut dengan nama shubuh karena waktu pelaksanaanya dikerjakan sewaktu tiba permulaan siang hari.16 Permulaan siang hari yang dimaksud dalam hal ini ialah ketika fajar shadiq terbit hingga sampai tampak sinar matahari.17

b) Shalat Dzuhur.

Shalat ini disebut dengan shalat dzuhur karena shalat itu tampak terang, dengan artian shalat ini dikerjakan pada waktu tengah siang hari (siang bolong). Adapun waktu mulainya shalat dzuhur adalah saat bergesernya matahari yaitu condongnya matahari dari tengah-tengahnya langit hingga bayang-bayang benda telah menajdi sepadan dengan benda tersebut.18

16Muhammad bin Qosim Al-Ghazy, Terjemah Fathul Qorib I, terj. Achmad Sunarto (Surabaya:

Al-Hidayah, 1991) 119

17Supiana dan M. Karman, Materi Pendidikan, 28.

18Muhammad bin Qosim Al-Ghazy, Terjemah Fathul Qorib I, 113.

(47)

c) Shalat Asar.

Dinamakannya shalat ini dengan shalat ashar adalah karena shalat ini menyongsong datangnya waktu terbenamnya matahari. Adapun permulaan waktu shalat ashar ialah pada saat bayang-bayang suatu benda sama atau sudah melebihi panjang benda tersebut hingga tiba waktu terbenamnya matahari.

d) Shalat Maghrib.

Shalat ini disebut dengan shalat maghrib karena shalat ini dilaksanakan pada waktu matahari tebenam.19 Adapun waktu pelaksanaa shalat maghrib ialah dimulai sejak matahari terbenam secara keseluruhan hingga hilangnya syafaq merah (cahaya merah di ufuk barat).20

e) Shalat Isya’.

Kata isya’ yang dalam penulisannya dengan dikasrah huruf ‘ainnya memiliki pengertian sebuah nama bagi permulaan munculnya gelap malam. Sedangkan dinamakannya shalat ini dengan nama isya’ karena waktu mengerjakannya dilaksanakan pada malam sedang gelap.21 Adapun waktu dimulainya shalat isya’ ialah mulai hilangnya sinar merah hingga sepertiga malam.22

19Ibid., 116.

20Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Shalat (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2000), 122.

21Muhammad bin Qosim Al-Ghazy, Terjemah Fathul Qorib I, 117.

22Supiana dan M. Karman, Materi Pendidikan, 28.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Sementara itu, Amerika dibawah pengaruh Bush yang masa jabatannya hampir habis akan kehilangan beberapa sekutu, sementara itu, senat dan parlemen Amerika

Mengingat dalam pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi di Kota Gorontalo sering mengalami keterlambatan yang akan berdampak buruk terhadap proyek, dengan itu tujuan dari

Saran yang perlu dilakukan dari penelitian ini yaitu identifikasi senyawa aktif dari ekstrak etanol daun keladi tikus (Typhonium flagelliforme), kemangi (Ocimum sanctum L), dan

Kronologis sebenarnya yang mengakibatkan 2 pemuda dibunuh oleh warga Dusun II yaitu sebelumnya, peristiwa tersebut terjadi karena kedua korban memaksa mengambil

materi inti tersebut, bagian ini juga diintegrasikan dengan bagian latihan empat aspek berbahasa. Penentuan dan perincian materi ini didasarkan pada kompetensi yang

Pengaruh Likuiditas, leverage, dan aktivitas Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Industri Sektor Pertanian yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia..

Penambahan 5%wt FeMo merupakan penambahan aditif optimum dengan nilai densitas 3,71 g/cm 3 sebelum proses kalsinasi dan memiliki sifat magnet paling baik setelah proses kalsinasi

Namun klindamisin lebih efektif dalam penggunaan terapi infeksi bakteri terutama yang disebabkan oleh bakteri anaerob dan dapat digunakan pula untuk terapi