• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Modal Sosial Dalam Produksi Tikar Mendong Pada Kelompok Umkm “Bangun Mandiri” Desa Blayu Kecamatan Wajak Kabupaten Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Peran Modal Sosial Dalam Produksi Tikar Mendong Pada Kelompok Umkm “Bangun Mandiri” Desa Blayu Kecamatan Wajak Kabupaten Malang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN MODAL SOSIAL DALAM PRODUKSI TIKAR MENDONG PADA KELOMPOK UMKM “BANGUN

MANDIRI” DESA BLAYU KECAMATAN WAJAK KABUPATEN MALANG

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Nazhifatul Mujahidah 145020100111008

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2022

(2)

Peran Modal Sosial Dalam Produksi Tikar Mendong Pada Kelompok Umkm

“Bangun Mandiri” Desa Blayu Kecamatan Wajak Kabupaten Malang

Nazhifatul Mujahidah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: nadzifamujahida@student.ub.ac.id

ABSTRAK

UMKM merupakan tulang punggung perekonomian negara Indonesia yang membutuhkan peran strategis pemerintah dalam pengembangannya. Pemerintah melalui Kemenkop UKM berupaya mendukung UMKM untuk mendorong tumbuh kembangnya dengan menyuarakan kampanye Gerakan Nasional Bangsa Buatan Indonesia dan program UMKM Kelas. Di Kabupaten Malang, sektor UMKM memiliki kontribusi yang cukup tinggi terhadap pertumbuhan perekonomian masyarakat, hal ini dibuktikan besarnya jumlah sumbangan UMKM terhadap PDRB Kabupaten Malang yakni sebesar Rp 49 Trilyun dari total Rp 82 Trilyun PDRB Kabupaten Malang. Dalam mengembangkan UMKM yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kinerja bisnis nya. Kinerja bisnis dipengaruhi oleh banyak faktor, dan salah satu nya yakni modal sosial. Modal sosial adalah sebuah potensi yang dimiliki oleh kelompok masyarakat berupa, norma, jaringan sosial, nilai dan kepercayaan yang dianut kelompok masyarakat. UMKM Mendong “Bangun Mandiri”

Desa Blayu merupakan umkm yang sudah lama ada di Desa Blayu yang memproduksi kerajinan Tikar Mendong. Dalam pengembangannya, UMKM Mendong Desa Blayu tidak lepas dari modal sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis modal sosial dalam proses produksi UMKM Mendong “Bangun Mandiri”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa modal sosial kepercayaan, norma, jaringan berpengaruh dalam kelangsungan UMKM Mendong “Bangun Mandiri”. Kepercayaan yang ada antara pengepul dengan pengrajin dalam bentuk peminjaman alat dan bahan baku mendong. Norma yang adalah norma tidak tertulis yang disepakati pengrajin. Jaringan terbentuk dari interaksi sosial pengrajin kepada pengrajin, pengepul kepada pengrajin dan pengepul (penjual) terhadap konsumen.

Kata kunci: Modal Sosial, UMKM, Mendong, Kabupaten Malang.

A. PENDAHULUAN

Usaha Kecil dan Menengah atau disingkat UMKM merupakan..salah..satu prioritas pembangunan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) (Ariani & Utomo , 2017) sektor UMKM memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi (Wulansari, Wahyu, &

Kurniawan, 2017). Adamya sektor UMKM turut membantu pemerintah mengurangi angka pengangguran..dengan terserapnya tenaga kerja di bidang UMKM. Selain itu UMKM juga berperan dalam meningkatkan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional yang mengalami peningkatan tiap tahunnya, hal ini dapat dilihat melalui data pada tabel berikut.

Tabel 1.1..Perkembangan..UMKM..Nasional..Tahun 2016 – 2019

Sumber: Data diolah dari Kemenkop UKM, 2022

No. Indikator Satuan Tabel Perkembangan UMKM

2016 2017 2018 2019

1. Jumlah UMKM ..Unit.. 61 651 177 62 922 617 64 194 057 65 465 497 2. Jumlah..Tenaga..

Kerja.. UMKM ..Orang.. 112 828 610 116 673 416 116 978 631 119 562 843 3.

Sumbangan ..PDB..UMKM (harga konstan)

Miliar

Rupiah 5 171 063,6 5 425 414,7 5 721 148,1 7 034 146,7

(3)

Berdasarkan data pada tabel 1.1 dapat diketahui bahwa dari tahun 2016 hingga 2019 di Indonesia tiap tahun mengalami peningkatan jumlah unit UMKM, diikuti dengan peningkatan jumlah tenaga kerja terserap yang memberi dampak positif terhadap kenaikan jumlah kontribusi UMKM terhadap PDB Nasional. Perkembangan UMKM menjadi salah satu barometer dari pertumbuhan perekonomian di suatu wilayah (Hadi & Purwati, 2020) tidak terkecuali di Provinsi Jawa Timur. Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang perekonomiannya ditopang oleh UMKM. Lebih dari 50% sektor UMKM berkontribusi terhadap perekonomian Jawa Timur (DiskopUKM Jawa Timur, 2020).

Meskipun sektor UMKM memiliki kontribusi yang bagus terhadap perekonomian namun tidak menutup fakta bahwa sebenarnya masih banyak permasalahan yang dihadapi UMKM.

Berdasarkan data infografis dari DiskopUKM tahun 2020, dapat diketahui bahwa terdapat 5 permasalahan yang menjadi kendala dalam pengembangan UMKM diantaranya; (1) masalah permodalan sebanyak 37% UMKM mengalami masalah permodalan. Permodalan menjadi penting untuk diperhatikan dikarenakan modal merupakan faktor utama dalam keberlangsungan suatu usaha. (2) Masalah pemasaran, sebesar 35% UMKM mengalami kendala dalam permasalahan. (3) Masalah Sumber Daya Manusia (SDM), masalah SDM ini berkaitan dengan produktivitas tenaga kerja. (4) Masalah bahan baku sebesar 11% UMKM mengalami kendala dalam pemenuhan bahan baku. (5) Masalah distribusi/transportasi sebesar 4%.

Dalam mengembangkan UMKM yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kinerja bisnis nya.

Kinerja bisnis dipengaruhi oleh bannyak faktor, dan salah satu faktor yang mempengaruhi nya yakni modal sosial (Hadi & Purwati, 2020). Modal sosial adalah sebuah potensi yang dimiliki oleh kelompok masyarakat berupa, norma, jaringan sosial, nilai dan kepercayaan yang dianut kelompok masyarakat (koentjaraningrat Pontoh, 2010).

Mengenai modal sosial dan pengembangan UMKM, dewasa ini telah banyak dilakukan penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Firmando (2021) menunjukkan hasil bahwa adanya modal sosial pada pengembangan UMKM menjadikan..usaha..tersebut..tangguh dan mandiri dan memiliki daya saing tinggi. Kemudian Effendy (2018) menunjukkan hasil peran modal sosial trust atau kepercayaan memiliki peran penting dalam pengembangan UMKM. Sikap saling percaya antar pedagang menimbulkan adanya keterbukaan informasi antar pedagang, saling jujur sehingga terwujud pencapaian bersama para pelaku UMKM. Kemudian Fanani dan Fitriyati (2021) yang menunjukkan hasil bahwa modal sosial berpengaruh positif terhadap kinerja UMKM, modal sosial berperan penting dalam membangun aktivitas wirausaha. Pelaku usaha mampu menciptakan rasa saling percaya, sehingga pelanggan menjadi loyal dampak positifnya yakni terbentuk jaringan yang luas yang dapat menunjang pengembangan usaha.

Hasil dari penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa dalam pengembangan usaha selain modal ekonomi, modal sosial juga penting untuk diperhatikan. Modal sosial mampu berperan untuk menumbuhkan hubungan dan kerjasama agar mendapatkan hasil yang lebih baik. Peneliti melihat UMKM Mendong Desa Blayu Kecamatan Wajak sebagai salah satu UMKM yang berpotensi untuk dikembangkan dan mampu mendukung perekonomian di masa depan. Namun disisi lain masih banyak kendala/ permasalahan yang harus segera ditangani UMKM Mendong Desa Blayu. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan..sebagai bahasan evaluasi bagi pemangku kepentingan untuk mengembangkan UMKM Mendong di masa depan.

B. KAJIAN PUSTAKA Modal Sosial

Modal sosial bukan merupakan suatu konsep yang baru, beberapa studi terdahulu telah mengemukakan bahwa terdapat lima bentuk modal yaitu: modal fisik modal manusia modal alam dan modal sosial (Soulard, Knollenberg, Boley, Perdue, & McGehee, 2018). Tiga elemen pokok modal sosial menurut Yustika (2013): 1) Kepercayaan (Trust); 2) Norma (Norm); 3) Jaringan Sosial (Social Network).

Untuk mencapai keberlangsungan usaha modal sosial memiliki peran penting. Menurut Koput dalam Nurhadiyono (2019) modal sosial dalam usaha memiliki peran, diantaranya:

1. Jaringan sosial membentuk relasi sosial yang mampu memfasilitasi informasi tentang kebutuhan dan ancaman ..ingkungan. Semakin luas relasi sosial maka semakin..banyak..informasi..yang diperoleh.

(4)

2. Modal sosial mampu menanamkan kepercayaan antar individu, sehingga menumbuhkan hubungan kerjasama yang saling menguntungkan.

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Menurut Undang-Undang nomor 20 Tahun 2008, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), didefinisikan sebagai berikut:

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang Undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, ataupun menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (Sarfiah, Atmaja , &

Verawati , 2019).

C. METODE

Peneitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dalam penelitian ini lebih sesuai untuk digunakan karena dalam penelitian ini membutuhkan informasi seacara langsung dengan memahami interaksi sosial di masyarakat. Data kualitatif merupakan data yang terperinci “thick description” dan merupakan kontak pribadi pendalaman: penelitian haris dekat pada kelompok, individu, situasi, gejala yang dipelajari (Manzilati, 2017). Teknik pengumpulan data dalam penlitian ini, diantaranya: wawancara, observasi, dan dokumentasi.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Modal Sosial dalam Produksi Tikar Mendong pada UMKM Mendong “Bangun Mandiri Pada awal awal perkembangan UMKM Bangun Mandiri Desa Blayu memiliki jumlah pengrajin sekitar 300 an orang pada tahun ’90 an. Dapat dikatakan bahwa pada tahun tersebut yakni tahun 1990 an hingga 2000 an merupakan tahun kejayaan produuk kerajinan mendong.

Namun dari waktu ke waktu jumlah pengrajin mengalami penurunan dari yang awalnya berumlah sekitar 300 orang, pada saat ini, tahun 2022 tersisa sekitar 50 orang pengrajin.

“… kalo satu kampung itu mungkin hanya sekitar 5 kelompok, 1 kelompok nya 10, jadi 50 orang. Sekarang mungkin ya tinggal, tinggal 50 an itu, kalo dulu hampir 300, hampir setiap rumah itu punya 2 – 3 pengrajin..”

(Pak Gianto, Ketua Kelompok UMKM Mendong Desa Blayu)

Ada 2 jenis tikar mendong yang ada di Wajak, tikar mendong tenun dan tikar mendong anyam.

Tikar mendong yang diproduksi di UMKM Mendong “Bangun Mandiri” merupakan tikar mendong tenun, cara membuatnya membutuhkan alat tenun tradisional.

Meskipun dalam pengembangan UMKM mendong mengalami penurunan, UMKM mendong

“Bangun Mandiri” Desa Blayu masih mampu bertahan hingga saat ini. Menurut Hasbullah dalam Effendy (2018) inti dari sebuah modal sosial adalah terletak pada bagaimana kemampuan masyarakat untuk bekerja sama dalam membangun jaringan. Kepercayaan, norma, dan jaringan sebagai unsur modal sosial disini berperan sebagai perekat antar individu sehingga terbentuk kerjasama yang saling menguntungkan agar tujuan bersama dapat tercapai.

Kepercayaan (Trust)

Menurut Casson dan Godley dalam Viprianti (2011) rasa percaya merupakan sikap menerima dan menolak ketidakbenaran akan sesuatu, rasa percaya dapat digunakan sebagai media dalam membangun hubungan. Dalam pengembangan usaha, kepercayaan (trust) tidak bisa tiba-tiba muncul akan tetapi dibutuhkan waktu dan proses dalam hubungan antar pelaku yang sudah terlibat didalamnya.

(5)

Kepercayaan yang tumbuh antara pengepul dan pengrajin dalam UMKM Mendong “Bangun Mandiri” merupakan sebuah aspek yang sangat penting, kepercayaan menjadi dasar dalam terjalinnya hubungan kerja yang baik. Hal tersebut terjadi pada UMKM Mendong Desa Blayu kepercayaan yang terjalin adaah kepercayaan antara pengepul kepada pengrajin dalam hal peminjaman modal bahan baku dan alat kepada pengrajin menjadi dasar munculnya hubungan kerjasama. Hal ini sesuai dengan penuturan Bu Watimah selaku pengepul kerajinan mendong.

”.. sedanten pengrajin sakniki nggih ngoten, kados utang mendong riyen, lek kloso ne pun dados kulo tumbas, mangke mantun dibayar, baru tiange bayar mendonge.”

(Mak Wat, Pengepul Tikar Mendong)

Menurut penuturan Bu Watimah, hal hal yang mendasari munculnya rasa percaya terhadap pengrajin dikarenakan beberapa hal, yakni: pengepul yang telah kenal baik dengan pengrajin, kemudian pengrajin tikar mendong umumnya tetangga dekat pengepul atau yang masih satu kampung, sehingga rasa percaya itu muncul dari rasa memiliki latar belakang yang sama. Selain itu, adanya sikap jujur dari pengrajin mendong yang membuat pengepul terus mempercayakan produksi tikar mendong kepada pengrajin tersebut.

Tikar hasil kerajinan pengrajin mendong di Desa Blayu dipasarkan di pasar tradisional di Wajak. Selain itu terdapat konsumen dari luar daerah yang sudah biasa membeli tikar mendong.

Pembeli langganan dari luar daerah biasanya tinggal menelepon kepada pengepul dan tikar langsung dikirim sesuai permintaan konsumen. Dapat dilihat bahwa ada nya kejujuran dari penjual (pengepul) terhadap kualitas barang yang dibeli oleh konsumen menumbuhkan sikap saling percaya sehingga pelanggan tetap terus membeli di tempat yang sama tanpa harus mendatangi langsung, dan rasa takut ada nya kecurangan salah satu pihak sudah hilang.

“Ada penjual dari luar mbak, biasanya dari Bali, Banyuwangi, Tasikmalaya, Yogyakarta dll. Mendong di Desa Blayu ini dari dulu terkenal dengan kualitas nya yang bagus, jadi banyak konsumen dari luar daerah membeli bahan baku mendong dari Blayu. Biasanya dari Yogyakarta kalo nyari bahan baku kerajinan mendong kesini..”

(Pak Wiwin, Balai Penyuluh Pertanian/ Pendamping UMKM Desa Blayu)

“.. kalo di kulo, pembeli luar daerah biasane nggih dugi Lamongan, Bali. Pun biasa niku mbak , lek pesen lewat telpon mawon langsung sanjang butuh e, mangke kulo kirimaken..”

(Bu Watimah, Pengepul Tikar Mendong) Norma (Norm)

Norma merupakan nilai kebersamaan dalam kelompok masyarakat dan sebuah pengimplementasian dalam memahami dan mengetahui aturan/ norma, tata krama, serta penerimaan sanksi atas perbuatan yang dilakukan (Syahriar & Dewanto, 2015). Dalam kelompok masyarakat nilai, norma dan adalah suatu hal yang sangat diperhatikan. Hal ini lah yang mempengaruhi kinerja dan produktivitas pengrajin dalam memproduksi tikar mendong.

Norma tidak tertulis ada diantara pengepul dengan pengrajin tikar mendong, yakni terkait alat yang dipinjamkan, dan target produksi tikar. Jadi selama pengrajin menggunakan alat tenun pinjaman dari pengepul maka selama itu lah pengrajin memproduksi tikar jadi apabila pengrajin sudah tidak mau atau berhenti membuat tikar maka mesin akan ditarik/ diminta kembali oleh pengepul.

“ ..alat ini ya punya e Bu Wat mbak. Alat niki dipinjami selama tasek damel kloso mbak, jadi misal mandeg ndamel kloso nggih diambil alat e. Engken dipinjamaken ke pengrajin lain.”

(Bu Badriyah, Pengrajin Tikar Medong)

Dari pihak pengepul, untuk menghasilkan tikar mendong ada target yang diberikan kepada pengrajin. Aturan ini disampaikan secara lisan kepada pengrajin dan tidak tertulis. Namun dalam pelaksanaannya, ketika ada pengrajin yang menghasilkan mendong tidak sesuai target masih belum ada sanksi yang diberikan secara tegas. Apabila pengrajin menghasilkan tikar tidak sesuai target pengepul hanya akan menegur dan memberitahu agar bisa lebih produktif lagi.

“.. sebener e wonten mbak aturan, aturan damel pengrajin. Kulo masang target kloso ne kudu dados sakmenten selama seminggu lek mboten ngoten nggih kadang selama 5 hari utawi 2 minggu. Ngoten niku tergantung pesanan mbak dados mboten mesti target e….

.. mboten wonten hukuman mbak, mung di sanjangi mawon, soal e nggih kadang tiang niku mboten mesti. Lek pas wonten sing sakit ngoten niku nggih yoknopo..”

(6)

(Bu Watimah (Pengepul Tikar Mendong) Jaringan Sosial (Social Network)

Salah satu aspek penting dalam menjaga keberlangsungan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah dengan adanya jaringan sosial (Amalia, Syaukat, Fauzi, & Rustiadi, 2019).

Bourdieu dalam Nurhadiyono (2019) menekankan bahwa jaringan sosial dalam yang ada tidak muncul begitu saja secara alami dalam masyarakat namun berlangsung bertahap secara terus menerus (Nurhadiyono, 2019) hingga menumbuhkan kepercaayaan untuk memelihara hubungan dalam jaringan sosial.

Jaringan sosial dalam UMKM Mendong Desa Blayu tidak terbatas hanya antara pengrajin dengan pengrajin, namun ada juga antar pengrajin dengan pengepul yang melakukan interaksi terus menerus. Interaksi ini ada karena pengrajin hanya membuat produk kemudian tikar mendong yang sudah jadi akan diambil oleh pengepul untuk dipasarkan, kemudian untuk bahan baku dari terkadang pengepul juga langsung mengantarkan ke pengrajin atau di ambil sendiri oleh pengrajin ditempat pengepul.

“.. aku ini wes mek bikin kan orang ngunu lho mbak, kalo wes jadi kloso diambil mak wat (pengepul). Nek mendonge habis ya mak watt ngantar (bahan baku) mendong kesini mbak..”

(Bu Ponimi, Pengrajin Tikar Mendong)

Dalam memasarkan tikar mendong hasil pengrajin, oleh pengepul biasanya dijual di pasar tradisional di Kecamatan Wajak. Di Pasar ini untuk menjual semua hasil mendong baik berupa bahan baku ataupun barang jadi ada di hari khusus yang sudah ditetapkan sejak dulu, yakni tiap hari Senin pagi. Di pasar inilah ajang pertemuan antara pedagang dan pembeli, ada banyak pembeli yang tidak hanya dari dalam wilayah Kecamatan saja tapi dari luar Kecamatan juga ada, bahkan dari luar daerah, meskipun jumlah nya tidak sebanyak dulu. Dari sini lah penjual (pengepul) bertemu dengan konsumen.

“.. nggih mbak, kulo awal e nggih sadean ten peken, pasar mendong, tiap senin pagi niku mbak. Singen nggih dugi mriku awal e tepang kaleh katah konsumen dugi luar wajak. Wonten dugi pundi pundi pun lek singen, Bandung, Tasikmalaya, Yogyakarta, Bali. Sakniki nggowh wonten tapi pun berkurang jumlahe mbak.”

(Bu Watimah, Pengepul Tikar Mendong)

Dari awalnya konsumen hanya bertemu dipasar ketika produk yang diinginkan sesuai dengan permintaan akan menimbulkan sebuah rasa percaya kepada pedagang. Berawal dari kepercayaan dan kepuasan konsumen ke produsen ini jaringan dapat terbentuk.

E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai peran modal sosial di UMKM Mendong Desa Blayu secara kualitatif diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. UMKM mendong “Bangun Mandiri” Desa Blayu sudah ada sejak tahun 1990 an berawal dari banyaknya masyarakat yang memanfaatkan tanaman mendong untuk dijadikan bahan kerajinan. Mayoritas pengrajin mendong di Desa Blayu memproduksi tikar mendong tenun.

2. Modal sosial yang terdiri atas kepercayaan, norma dan jaringan dapat ditemukan di UMKM mendong “Bangun Mandiri” Desa Blayu. Kepercayaan terjalin antara pengepul dengan pengrajin dalam bentuk peminjaman alat tenun dan bahan baku tikar mendong oleh pengepul kepada pengrajin tikar mendong. Kemudian kepercayaan konsumen dalam bentuk terjaminnya kualitas tikar mendong UMKM Mendong Desa Blayu.

3. Norma yang ada dan disepakati dalam bentuk aturan tidak tertulis yang dalam hal peminjaman alat dan target produksi tikar mendong oleh pengepul kepada pengrajin. Jaringan yang ada terjalin antar pengrajin dengan pengepul dalam hal interaksi sosial yang terus terjalin antar pengrajin dengan pengepul, kemudin pengepul dengan konsumen dalam hal pemasaran produk.

Saran

Setelah peneliti melaksanakan penilitian di UMKM Mendong Desa Blayu dan mengetahui kondisi UMKM Mendong Desa Blayu terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan saran dalam mengembangkan UMKM Mendong Desa Blayu, yakni sebagai berikut:

(7)

1. Perlu diadakannya pelatihan inovasi produk yang diberikan kepada pengrajin mendong agar produk yang dihasilkan lebih beragam dan tidak hanya memproduksi tikar mendong, bisa berupa tas mendong, souvenir, dll. Sehingga harapannya dpat membuka peluang pasar yang lebih besar.

2. Mengingat saat ini memasuki era digital, perlu diadakannya pelatihan mengenai pemasaran melalui platform digital, seerpti media sosial, website, marketplace sehingga jangkauan pasar lebih luas tidak hanya di dalam daerah namub bisa lebih dikenal diluar daerah hingga luar negeri.

3. Peran pemerintah daerah setempat diperlukan untuk mendukung adanya regenerasi penerus pengrajin mendong, karena mayoritas pengrajin mendong sekarang adalah usia tua, agar produk unggulan daerah tetap dapat dilestarikan. Upaya tersebut dapat berupa pembentukan komunitas pemuda untuk mengenalkan produk kerajinan mendong. Peran pemerintah dapat sebagai fasilitator, regulator, dan katalisator diperlukan untuk menunjang perkembangan UMKM mendong.

(8)

UCAPANTERIMAKASIH

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga panduan ini dapat terselesaikan.Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Asosiasi Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, D., Syaukat, Y., Fauzi, A., & Rustiadi, E. (2019). Modal Sosial (Network) Upaya Meningkatkan Kinerja Usaha Mikro Kecil (UMK) di Kota Padang Sumatera Barat. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (JEPA), Vol.3 No.1 PP108-117.

Ariani, & Utomo , M. N. (2017). Kajian Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Tarakan. Jurnal Organisasi dan Manajemen, Vol.13 No.2 PP 99-118.

Effendy, J. (2018). Peran Modal Sosial Sebagai Upaya Pengembangan UMKM di Desa Batu Merah Kota Ambon. Cita Ekonomika, Jurnal Ekonomi, Vol.XII No.2 PP 103-108.

Fanani, Y. K., & Fitrayati, D. (2021). Pengaruh Modal Insani dan Modal Sosial Terhadap Kinerja UMKM Makanan dan Minuman di Surabaya. Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE), Vol.9 No.3 PP 84-89.

Firmando, H. B. (2021). Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Pengembangan Sektor Perdagangan Pada Usaha Mikto Kecil dan Menengah (Studi di Tapanuli Utara). AT-TAWASSUTH:

Jurnal Ekonomi Islam , Vol.VI No.1 PP 107-131.

Hadi , S., & Purwati, A. A. (2020). Modal Sosial dan Inovasi terhadap Kinerja Bisnis UMKM.

COSTING:Journal of Economic, Business and Accounting , Vol.4 No.1 PP 255-262.

Manzilati, A. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma, Metode, Dan Aplikasi. Malang : Universitas Brawijaya Press (UB Press).

Nurhadiyono. (2019). Modal Sosial dan Keberlangsungan Usaha Pedagang Sayuran di Pasar Bersehati Manado. HOLISTIK, Journal of Social and Culture, Vol.12 No.4 PP 1-20.

Pontoh, O. (2010). Identifikasi dan Analisis Modal Sosial Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Desa Gangga Dua Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis , Vol. VI-3 PP 125-133.

Sarfiah, S. N., Atmaja , H. E., & Verawati , D. M. (2019). UMKM Sebagai Pilar Membangun Ekonomi Bangsa. Jurnal REP (Riset Ekonomi Pembangunan), Vol.4 No. 1 PP 137-146.

Soulard, J., Knollenberg, W., Boley, B. B., Perdue, R. R., & McGehee, N. G. (2018). Social Capital and Destination Strategic Planning. Tourism Management, PP 189-200.

Syahriar, G., & Dewanto. (2015). Modal Sosial Dalam Pengembangan Ekonomi Pariwisata (Kasus Daerah Obyek Wisata Colo Kabupaten Kudus). Jurnal Ekonomi Regional, 26-38.

Viprianti, N. U. (2011). Modal Sosial dan Pembangunan Wilayah . Malang : Universitas Brawijaya Press (UB Press).

Wulansari, N., Wahyu, & Kurniawan, Y. (2017). Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Melalui Sinergi UMKM dan Good Governance di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional dan Call For Paper Ekonomi dan Bisnis (SNAPER-EBIS 2017), (pp. 262-268). Jember . Yustika, A. E. (2013). Ekonomi Kelembagaan Paradigma, Teori, dan Kebijakan. Jakarta: Penerbit

Erlangga.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol dilakukan melalui tes kemampuan berpikir kritis sebanyak dua kali, yaitu tes awal (pretest) berpikir

Penelitian yang dilakukan oleh Menurut penelitian aryadi (2011) pada perilaku konsumen GIANT supermarket dinoyo Malang menyatakan bahwa dengan memberikan kualitas

Pewarnaan mukosa mulut, dorsum lidah, gigi terjadi karena adanya ikatan antara khlorheksidin dengan protein pada jaringan mulut, mukosa oral dan permukaan gigi yang kasar serta

berinteraksi dengan seorang atlet Metode Kepelatihan merupakan langkah-langkah yang diambil pelatih dalam proses latihan, langkah langkah tersebut berkaitan dengan

Analyysin  perusteella  Vihreiden  kansanedustajille  oli  tärkeää  institutionalisoida  kansal-­‐ linen  ilmastopolitiikka  ilmastolain  avulla,  jolloin

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan pada penyulang IS.03 didapatkan kondisi paling optimum dengan jumlah kapasitor bank sebesar 6 x 150 kVAr