• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yaitu meningkatkan kualitas pengajar itu sendiri karena peran seorang guru sangat diperlukan untuk mengembangkan potensi dan kemampuan masing-masing siswa.

Seorang guru harus dapat menciptakan suasana gembira atau menyenangkan di lingkungan kelas yang dapat menimbulkan semangat belajar yang individual, dengan cara memberikan kebebasan ke semua siswa agar lebih mudah untuk mendorong dan memotivasi siswa untuk lebih mudah mengembangkan kemampuan berpikir inisiatif dan kreatif dalam belajar (Susilo, 2020). Guru adalah salah satu penyelenggara pembelajaran hendaknya memikirkan dan mengupayakan terjadinya interaksi siswa dengan komponen lainnya secara optimal, sehingga akan mengaktifkan proses pembelajaran tersebut. Keberhasilan pendidikan bergantung pada kontribusi kinerja guru, kualitas guru (Pongkendek & Marpaung, 2020).

Pembelajaran diarahkan untuk mampu merumuskan masalah (menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah (menjawab). Pembelajaran juga diarahkan untuk melatih berpikir analitis/pengambilan keputusan, bukan berpikir mekanitis (rutin).

Untuk meningkatkan keaktifan dan kreatifitas siswa dalam proses pembelajaran maka guru diharapkan dapat mengembangkan model pembelajaran yang mengubah model mengajar guru bukan lagi sebagai pemberi informasi (transfer of knowledge), tetapi sebagai pendorong siswa belajar (stimulation of learning) agar dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan melalui berbagai aktivitas seperti pemecahan masalah, penalaran dan berkomunikasi (Purba & Fitri, 2021).

Berbicara mengenai masalah pendidikan, berkaitan dengan hasil belajar yang diperoleh siswa selama menempuh proses pembelajaran. Keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai siswa selama proses pembelajaran. Jadi hasil belajar mencerminkan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pembelajaran. Pengembangan kurikulum 2013 melalui beberapa pertimbangan yaitu assesment internasional yang menunjukan kemampuan peserta

(2)

didik Indonesia berada diperingkat bahwa dibandingkan negara-negara di kawasan Asia. Pengukuran dilakukan oleh Trends in International Mathermatics and Science Studies (TIMSS) yaitu 95% siswa indonesia hanya mampu sampai level menengah, sementara taiwan 50% siswanya mampu mencapai level tinggi dan advance

(Sinta et al., 2013).

Untuk memperoleh hasil belajar maka dilakukan evaluasi yang merupakan tindakan lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Hasil belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan keterampilan. Faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa SMA, di antaranya bisa berasal dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa itu sendiri.

Faktor yang bersal dari dalam diri siswa (faktor internal) seperti minat, bakat dan motivasi dari dalam diri, sedangkan faktor dari luar diri siswa (faktor eksternal) seperti keadaan keluarga, lingkungan, fasilitas belajar maupun guru. Hal lain yang dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar adalah kesulitan belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari nilai siswa terkhusus dalam mata pelajaran kimia (Sormin, 2016).

Beberapa permasalahan tersebut antara lain adalah: Penyajian materi masih sering dilakukan dengan metode ceramah dan diskusi yang menjadikan guru sebagai pusat belajar (teacher centered), Keterlibatan siswa yang masih rendah dalam kegiatan belajar, dimana siswa terbiasa hanya mencatat dan mendengarkan guru, Kurangnya pemanfaatan model dan Kurangnya referensi dan sumber belajar yang baik bagi siswa.

Pendidikan IPA memiliki peranan penting dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Kimia adalah bagian dari IPA yang pada hakekatnya Belajar kimia pada dasarnya berangkat dari fakta yang ditemukan menuju konsep mikroskopik dan submikroskopik yang kemudian disimbolkan sehingga cenderung lebih sulit memahami mikroskopik dan submikroskopik tersebut (Purba & Fitri, 2021).

Kimia merupakan ilmu yang mencari jawaban atas pertanya apa, mengapa dan bagaimana gejala-gejala yang berkaitan dengan sifat, struktur, komposisi, dan perubahan. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia berupa fakta, sifat, konsep, hukum, dan teori) temuan ilmuwan dan kimia sebagai proses (kerja ilmia). Adanya perhitungan matematis, berisi

(3)

hafalan,pemahaman dan abstrak yang membuat mata pelajaran kimia menjadi hal yang dianggap sulit oleh siswa. Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia di sekolah melibatkan keterampilan serta penalaran yang membuhtuhkan banyak waktu untuk penyampaian materi pelajaran. Dengan demikian, Kimia juga merupakan salah satu pelajaran yang membutuhkan strategi pembelajaran yang baik selain ilmu pengetahuan alam lainnya (Rosmalinda, 2019). Salah satu materi kimia yang dianggap sulit untuk dipelajari adalah materi ikatan kimia. Pemilihan materi Ikatan Kimia yang dimana dalam ikatan kimia berisis tentang hafalan seperti konfigurasi, nomor atom, pembentukan, sifat dan hitungan yang dapat membuat siswa bosan dan kurang minat untuk mempelajarinya. Ikatan kimia adalah sebuah proses fisika yang bertanggung jawab dalam interaksi gaya tarik menarik antara dua atom atau molekul yang menyebabkan suatu senyawa diatomik atau poliatomik menjadi stabil.

Dalam ikatan kimia membahas berbagai materi dan pada penelitian ini membahas sub materi tentang ikatan ion dan kovalen. Ikatan ion terjadi karena adanya gaya tarik-menarik elektrostatis antara ion positif dan ion negatif. sedangkan Ikatan kovalen terjadi antara sesama atom logam. Ikatan kovalen akan membahas tentang ikatan kovalen rangkap tunggal, rangkap dua dan rangkap tiga. Ikatan kovalen koordinasi dan kovalen polar dan non polar. Dari Materi diatas ikatan kimia memiliki tingkat keabstrakkan yang tinggi, sehingga jika guru menggunakan metode pembelajaran yang tidak tepat, maka peserta didik akan mengalami miskonsepsi. Dari Sifat keabstrakannya yang membuat materi ikatan kimia sering dianggap sulit untuk dipelajari oleh peserta didik.

Dari hasil observasi awal di MIPA SMA Swasta Free Methodist Medan bahwa rata-rata hasil ujian mata pelajaran kimia kelas X MIPA masih belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Oleh karena itu mata pelajaran kimia belum optimal. Dalam proses pembelajaran guru mengunakan buku paket dan LKS.

Mengunakan buku paket dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dan tidak semua siswa dapat memahami materi atau pembelajaran dengan menggunakan buku paket dan LKS. Oleh karena itu banyak siswa yang merasa bosan, jenuh, kurang tertarik, dan sulit mengerti tentang pembelajaran kimia. Buku Kimia yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran di SMA Swasta Free Methodist Medan Kelas X MIPA

(4)

belum ada menggunakan langkah-langkah atau tahapan-tahapan dari model pembelajaran Project Based Learning. Dalam kegiatan belajar mengajar, interaksi guru dan siswa hanya berjalan dari satu arah, yakni dari guru saja. Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran kimia yaitu metode konvensional atau ceramah dan pemberian tugas. Metode ceramah kurang efektif dalam memicu keaktifan siswa, yang mengakibatkan kebosanan dan kejenuhan terhadap siswa untuk menumbuhkan keaktifan dan kreatifitas siswa dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan pertimbangan masalah, sebagai upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah, sehingga dapat meningkatkan siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran dan mengembangan kereatif siswa. Maka pengunaan bahan ajar yang tepat, yaitu bahan ajar yang melatih siswa dalam pengetahuan dan keterampilan dalam mengerjakan tugas proyek dengan kreatif, semua bahan ajar atau pun buku paket sudah bagus dingunakan, tetapi dari jenis-jenis bahan ajar atau buku paket memiliki sifat atau tujuan yang berbeda. Untuk meningkatkan kopetensi dan kreatif dan keterampilan siswa untuk meyelesaikan suatu masalah maka bahan ajar yang sejalan dengan hal tersebut yaitu bahan ajar yang berbasis proyek. Maka peneliti bermaksud membuat bahan ajar yang dikembangkan dengan model PjBL pada materi ikatan ion dan kovalen.

Proses pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa tidak akan terlepas dari bahan ajar, meskipun guru dapat menjelaskan materi dengan jelas dan lengkap, kebutuhan akan bahan ajar tetap menjadi prioritas (Situmorang, 2013). Bahan Ajar juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Bahan ajar akan memacu proses pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dibuat atau yang diharapkan. Dari bahan ajar guru akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar (Andi Achmad, 2017). Zakaria,(2020) telah mengembangkan bahan ajar kimia berbasis masalah dengan pendekatan brain based learning pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang valid dan reliabel untuk meingkatkan kemampuan berfikir kritis dan literasi sains peserta didik. Bahan ajar kimia berbasis masalah dengan pendekatan brain based learning yang dikembangkan disimpulkan valid dan reliabel. Efrahim, (2020) telah mengembangkan bahan ajar berbasis PjBL

(5)

pada materi laju reaksi untuk kelas Xl SMA. Hasil validasi dan respon yang diperoleh maka bahan ajar berbasis PjBL valid dan layak digunakan.

Selain bahan ajar yang sudah dijelaskan sebelumnya, model pembelajaran harus dipertimbangkan dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dianggap dapat mengubah keabstrakan dalam pembelajaran Kimia adalah PjBL atau pembelajaran berbasis proyek. Dalam ikatan kimia menjelaskan sifat, dan pembentukan, dalam sub materi ini bisa digunakan model pembelajaran yang berbentuk praktikum yang dapat membantu siswa lebih paham lagi atau lebih mengerti tentang sifat-sifat ikatan ion dan kovalen, pembentuk ikatan ion dan kovalen dan membedakan ikatan kovalen polar dan non-polar. Pratikum atau kerja proyek dapat dilakukan atau melibatkan bahan-bahan atau alat-alat yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga yang dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dengan PjBL adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Pembelajaran berbasis PjBL merupakan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan menepatkan guru menjadi motivator dan fasilitator, yang dimana siswa dituntut mandiri dalam pembelajaran (Purba & Fitri, 2021). Penerapan pembelajaran berebasi proyek memberikan dampak yaitu: meningkatkan prestasi siswa,meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, meningkatkan pemahaman siswa tentang subjek materi, meningkatkan pemahaman terkait skil tertentu dan strategi yang dimunculkan dalam suatu proyek, dan mengembangkan kerja kelompok dan budaya kerja (Astawa et al., 2015).

Purba, (2020) telah mengembangkan bahan ajar kimia berbasis proyek dan peningkatannya hasil belajar siswa pada materi asam basa menggunakan bahan ajar berbasis proyek dan adobe flash multimedia di SMA Negeri 2 Lintongnihuta.

Berdasarkan hasil coba bawah bahan ajar berbasis proyek dengan multimedia adobe flash yang telah dikembangkan pada materi asam dan basa sudah memenuhi kriteria dan dapat meningkatkan hasil belajar. Suryaningsih (2021), telah mengembangkan keterampilan proses sains dan keterampilan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran kimia materi titrasi asam-basa dengan integrasi STEAM project dari hasil coba menunjukan bahwa pengunanan atau penerapan model PjBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berikut beberapan penelitian yang relevan

(6)

tentang pengembang bahan ajar dalam meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam ikatan kimia: Minarni (2019), telah mengembangkan bahan ajar dalam bentuk media komik untuk menggunakan program 3D Page Flip pada materi Ikatan Kimia dan mengetahui respon mahasiswa terhadap media pembelajaran yang dikembangkan. Dari hasil uji coba menunjukan bahwa media komik kimia menggunakan 3D Page Flip pada materi Ikatan Kimia adalah baik bila digunakan sebagai bahan ajar kimia dan dapat meningkatkan hasil belajar.

Berdasarkan latar belakang diatas, perlu dilakukan penelitian dengan Judul

“Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Project Based Learning (PjBL) Pada Materi Ikatan Ion Dan Kovalen Untuk Kelas X”.

1.2 Ruang Lingkup Penelitian

Dari uraian latar belakang masalah, maka indetifikasi masalah dalam penelitian yaitu:

1. Pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran

2. Kesulitan siswa dalam pembelajaran kimia

3. Guru masih sulit menentukan bahan Ajar yang tepat untuk membantu siswa mencapai kompetensi

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah bahan Ajar pembelajaran berbasis PjBL pada materi ikatan Ion dan Kovalen yang akan dikembangkan telah memenuhui Standar BSNP?

2. Bagaimana respon peserta didik terhadap Bahan Ajar pembelajaran berbasis PjBL pada materi ikatan Ion dan ikatan Kovalen?

3. Berapa persen peningkatan hasil belajar siswa menggunakan bahan Ajar pembelajaran berbasis projek pada materi ikatan Ion dan Kovalen?

4. Apakah hasil belajar siswa menggunakan bahan Ajar Pembelajaran berbasis PjBL lebih tinggi dari nilai KKM pada materi ikatan Ion dan Kovalen?

(7)

1.4 Batas Masalah

Agar implementasi dari penelitian ini lebih terarah dan terkait dengan konsep- konsep dalam penelitian, perlu dibuatkan sebuah batasan-batasan tertentu. Oleh karena itu, peneliti memberikan batasan masalah berupa :

1. Materi yang dikembangkan adalah ikatan ion dan Ikatan Kovalen

2. Media pembelajaran yang dikembangkan berbentuk Bahan Ajar yang disusun dan dikembangkan dari beberapa buku yang mengacu pada standar BSNP.

3. Model pembelajaran yang digunakan Project Based Learning.

1.5 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bahan Ajar pembelajaran berbasis PjBL pada materi ikatan Ion dan Kovalen yang akan dikembangkan telah memenuhui Standar BSNP 2. Untuk mengetahui respon peserta didik terhadap bahan Ajar pembelajaran

berbasis PjBL pada materi ikatan ion dan ikatan kovalen

3. Untuk mengetahui berapa persen peningkatan hasil belajar siswa menggunakan bahan Ajar pembelajaran berbasis PjBL pada materi ikatan Ion dan Kovalen 4. Untuk mengetahui hasil belajar siswa menggunakan bahan ajar pembelajaran

berbasis PjBL lebih tinggi dari nilai KKM pada materi ikatan Ion dan Kovalen 1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Bagi guru, dapat menambah wawasan pengetahuan tentang Bahan Ajar dan model pembelajaran dalam membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa pada materi ikatan ion dan kovalen.

2. Bagi sekolah, dapat memberi manfaat dalam meningkatkan hasil belajar dan kualitas belajar kimia siswa.

3. Bagi siswa dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan hasil belajar kimia siswa dalam pembelajaran ikatan ion dan kovalen.

4. Bagi peneliti, memperoleh pengalaman dalam menganalisis buku dan mampu mengembangkan Bahan Ajar kimia berbasis Project Based Learning.

(8)

1.7 Defenisi Operasional

1. Bahan ajar adalah suatu komponen yang memegang peranan penting dalam suatu pembelajaran. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam transformasi ilmu melalui bahan ajar yaitu sejauh mana materi dalam bahan ajar tersebut dapat ditangkap, dimengerti, dan dipahami oleh siswa.

2. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL) adalah sebuah model pembelajaran yang menekankan aktivitas siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang bersifat open-ended dan mengaplikasi pengetahuan mereka dalam mengerjakan sebuah proyek untuk menghasilkan sebuah produk otentik tertentu.

3. Hasil belajar adalah suatu proses belajar yang ditandai denagn adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan ini di tunjukan dalam berbagi bentuk serta pengetahuan, kemampuan daya kreasi dan lain sebagainya, perubahan yang terjadi disebut hasil belajar.

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan pembiasaan adalah kegiatan penumbuhan minat baca yang dilakukan dengan cara membaca teks atau teks multimodal selain buku teks pelajaran selama 15 menit yang dapat

Data yang tercantum dalam Lembaran Data Keselamatan Bahan didasarkan pada pengetahuan terkini kami dan pengalaman dan menggambarkan produk hanya berkaitan dengan

Hasil penelitian seperti yang telah dikemukakan di atas dapat diketahui bahwa pendekatan pembelajaran Open Ended dan Contextual Teaching And Learning (CTL)

 Pada bulan Desember 2015 Nusa Tenggara Barat mengalami inflasi sebesar 0,92 persen. Angka inflasi ini berada dibawah angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,96 persen. Untuk

7.2 Kondisi untuk penyimpanan yang aman, termasuk ketidakcocokan Bahan atau campuran tidak cocok.. Pertimbangan untuk

Berdasarkan hasil pengujian dan analisis pada jaringan syaraf tiruan menggunakan Particle Swarm Optimization untuk prediksi tinggi pasang surut air laut didapatkan nilai

Dengan penerapan model kontekstual dalam pembelajaran IPA materi batuan dan tanah dapat meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa dan meningkatkan

Kabupaten Sidoarjo merupakan salah satu daerah di Jawa Timur yang menaruh perhatian besar terhadap layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (abk), terutama