• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA KELAS X PADA MATERI MEMPERTAHANKAN KEJUJURAN SEBAGAI CERMIN KEPERIBADIAN DI SMA NEGERI 2 BANJARMASIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA KELAS X PADA MATERI MEMPERTAHANKAN KEJUJURAN SEBAGAI CERMIN KEPERIBADIAN DI SMA NEGERI 2 BANJARMASIN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA KELAS X PADA

MATERI MEMPERTAHANKAN KEJUJURAN SEBAGAI CERMIN KEPERIBADIAN DI SMA NEGERI 2 BANJARMASIN

Fazrin Rifani

Pendidikan Profesi Guru, IAIN Palangka Raya Email : fazrin.rockz@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh hasil observasi pada siswa kelas X pada tanggal 3 Desember 2022, bahwa terdapat rendahnya pemahaman siswa terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi Mempertahankan Kejujuran Sebagai Cermin Keperibadian. Mereka ada yang masih belum memahami tentang bagaimana menerapkan materi Mempertahankan Kejujuran Sebagai Cermin Keperibadian dalam keseharian.

Jadi sangat perlu untuk menerapkan model Problem Based Learning pada materi ini.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas X pada materi Mempertahankan Kejujuran Sebagai Cermin Keperibadian di SMAN 2 Banjarmasin. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dan Subyek penelitian ini adalah siswa di kelas X SMAN 2 Banjarmasin yang berjumlah 31 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan rumus rata-rata nilai, presentase ketuntasan belajar dan data observasi. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model problem based learning dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas X pada materi Mempertahankan Kejujuran Sebagai Cermin Keperibadian di SMAN 2 Banjarmasin. Hal ini dapat dibuktikan dari rata-rata siswa yang sebelum diterapkan model pembelajaran problem based learning adalah 59, siswa yang mendapat nilai diatas 70 adalah 29%. Dari hasil siklus 1 rata-rata nilai memperoleh 69, siswa yang mendapat nilai diatas 70 adalah 54,83%. Setelah siklus II diperoleh rata-rata nilai 80,32 , siswa yang mendapat nilai diatas 70 adalah 83,87% menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.

(2)

Kata Kunci : Model Problem Based Learning, Pemahaman Siswa, Materi Mempertahankan Kejujuran Sebagai Cermin Keperibadian

PENDAHULUAN

Pendidikan dapat didefinisikan sebagai humanisasi atau upaya memanusiakan manusia. Pendidikan adalah upaya membantu manusia untuk dapat bereksistensi sesuai dengan martabatnya sebagai manusia yang sebenarnya, karena dengan itu manusia dapat terus meningkatkan kemandiriannya sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat. Jika ia mampu merealisasikan hakikatnya secara total, pendidikan hendaknya merupakan upaya yang dilaksanakan secara sadar dengan bertitik tolak pada asumsi tentang hakikat manusia. (Damayanti, 2016: 10) Berdasarkan pengertian diatas bahwa arti pendidikan sejalan dengan Undang-Undang No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tetang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (undang-undang sistem pendidikan nasional (sisdiknas) 2011: 10)

Pendidikan tidak terlepas dari proses pembelajaran. Oleh karena itu proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan rasa tanggung jawab untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang berakhlak mulia dan berkarakter, karena pada dasarnya manusia diutus sebagai khalifah di muka bumi ini, untuk menjalankan tugas dan kewajibannya maka harus diimbangi dengan ilmu pengetahuan. Untuk mewujudkan pendidikan yang bagus, maka yang paling berperan adalah seorang guru. Guru dalam pengertian yang sederhana adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik melalui proses pembelajaran. (Djamarah, 2000: 31).

Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. (Trianto, 2012: 17)

(3)

Peran dan fungsi guru dalam proses pembelajaran sangat menentukan terhadap berhasil tidaknya pembelajaran tersebut.

Salah satu aspek penting yang harus dilakukan dalam konteks pembaharuan pendidikan adalah pembaharuan dalam efektivitas metode pembelajaran, di samping pembaharuan kurikulum dan kualitas pembelajaran.

Pembaharuan efektivitas model pembelajaran dimaksudkan bahwa harus ada upaya terobosan untuk mencari strategi dan metode pembelajaran yang efektif oleh guru di kelas, yang lebih memberdayakan potensi siswa. (Nasih dan Kholidah, 2013: 115-116).

Guru harus mencari dan menguasai berbagai macam strategi untuk membuat peserta didik mengerti dengan apa yang diajarkan sehingga tujuan yang diharapkan tercapai. Strategi dalam proses belajar-mengajar adalah merupakan suatu rencana (mengandung serangkaian aktifitas yang dipersiapkan secara seksama untuk mencapai tujuan-tujuan belajar.

(Mufarrokah, 2009: 38). Oleh karena itu seorang guru harus faham apa saja strategi yang dapat membuat pembelajaran berjalan dengan lancar.

Peneliti memilih SMAN 2 Banjarmasin untuk diteliti dengan alasan apakah guru disana sudah menerapkan model-model yang sesuai dengan kurikulum 2013. Banyak model yang sesuai dengan kurikulum 2013 salah satunya yaitu Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang ingin peneliti akan teliti.

Adapun masalah lain yang dihadapi siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMAN 2 Banjarmasin adalah siswa masih kurang dalam mengaplikasikan pengetahuan yang diperolehnya dikelas dengan kehidupan nyata, seperti dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti materi Mempertahankan Kejujuran Sebagai Cermin Keperibadian. Misalnya, dalam proses pembelajaran siswa mungkin sudah memahami konsep tentang perilaku jujur namun ketika dalam kehidupan nyata siswa tersebut tidak jujur ketika diberikan amanah. Tidak sedikit siswa yang tidak jujur ketika ditanya tentang sebuah permasalahan didalam kelas maupun diluar kelas yaitu dilingkungan keluarga dan masyarakat karena apabila sifat jujur tidak diaplikasikan dalam kehidupan nyata maka kemungkinan seterusnya akan tidak jujur apabila diberikan suatu amanah, inilah yang menjadi permasalahan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Selama ini kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah masih kurang diperhatikan oleh setiap guru. (Mudhofir, 2011:64) Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tersebut menuntut adanya model pembelajaran Problem Based Learning yang diharapkan dapat meningkatkan keaktifan karena pembelajaran berbasis masalah ini juga tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi

(4)

pelajaran, akan tetapi melalui pembelajaran berbasis masalah ini siswa didorong untuk berfikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. (Mudhofir, 2011: 64) Selanjutnya aktifitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah yang nyata dan autentik. Dengan model aktif Problem Based Learning, diharapkan siswa mampu mengontekstualkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi, khususnya pada pokok bahasan Mempertahankan Kejujuran Sebagai Cermin Keperibadian karena materi ini terdapat banyak permasalahan yang autentik dan nyata sehingga permasalahan tersebut perlu dipecahkan agar mereka bisa mengatasi permasalahan yang terkait dengan materi tersebut.

Siswa yang akan dijadikan sebagai sasaran penelitian adalah siswa kelas X karena dilihat dari kesesuaian antara materi pelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning yang nanti akan diterapkan pada kelas yang diberikan perlakuan. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat sebuah judul penelitian tindakan kelas yaitu tentang

“PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA KELAS X PADA MATERI MEMPERTAHANKAN KEJUJURAN SEBAGAI CERMIN KEPERIBADIAN DI SMA NEGERI 2 BANJARMASIN”.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatatan dengan metode deskriptif. Desain penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi objek alamiah, di mana peneliti merupakan instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil peneitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. (Afifuddin, 2012:58-59) Pendekatan kualitatif juga dimaksudkan bahwa dalam melakukan penelitian ini peneliti berpedoman dengan cara kerja penilaian subjektif non statistik atau non matematis. Artinya, bahwa ukuran nilai yang digunakan dalam penelitian ini bukanlah angka-angka atau skor melainkan kategorisasi nilai atau kualitasnya.

Hal ini sejalan dengan karakteristik metode deskriptif yang dipilih dalam penelitian ini dengan maksud menggambarkan, atau memaparkan keadaan suatu objek (realitas atau fenomena) yang diteliti sebagaimana adanya yang terjadi ketika penelitian dilangsungkan.

Penelitian kualitatif dipilih karena kemantapan peneliti berdasarkan pengalaman penelitiannya dan metode kualitatif dapat memberikan rincian yang lebih kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh peneliti.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian Tindakan

(5)

kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Penelitian ini mengambil tempat di SMA Negeri 2 Banjarmasin, yang beralamat di jalan Mulawarman No.21 Kecamatan Banjarmasin Tengah dan sekarang kepala sekolahnya adalah Bapak H. Mukeniansyah, S.Pd., M.I.Kom.

Subjek yang akan diteliti adalah saya sendiri yang bernama Fazrin Rifani, S.Pd.I. Saya mengajar pada di kelas X. Jadi penelitian saya mengambil di kelas X. Dengan jumlah siswa yang ada di kelas X yaitu 31 siswa, sebagai subjek penelitian pada PTK ini.

Penelitian tindalan kelas ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun 2022/2023, penelitian ini dilakukan di kelas X di SMA Negeri 2 Banjarmasin dengan jumlah siswa sebanayak 31 siswa, terdiri dari laki-laki 15 Orang dan perempuan 16 Orang. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan pada dua siklus dilakukan mulai 5 Desember sampai 26 Desember tahun 2022. Pendekatan pada penelitian tindakan kelas meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Data berupa informasi yang peneliti dapatkan, diuraikan sebagai berikut:

a. Metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih berupa metode ceramah, tanya jawab dan penugasan yang menyebabkan peserta didik kurang fokus pada proses pembelajaran yang dilakukan.

b. Siswa masih banyak yang sibuk dengan kegiatan pribadi yang tidak ada kaitannya dengan pelajaran, tidak memperhatikan materi ajar yang disampaikan oleh guru.

c. Siswa tidak berani bertanya dan menyampaikan pendapatnya berkaitan dengan materi ajar yang disampaikan.

d. Siswa masih banyak yang tidak mampu mengulangi kembali materi ajar yang disampaikan oleh guru.

Berdasarkan hasil penggalian data dilakukan oleh peneliti terungkap bahwa masih banyak siswa yang pasif dalam kegiatan belajar, hanya sedikit yang aktif dalam proses pembelajaran. Ketika guru mengajukan pertanyaan yang menjawab pertanyaan hanya beberapa orang saja.

Berdasarkan pengamatan terhadap pembelajaran PAI pada materi Mempertahankan Kejujuran Sebagai Cermin Keperibadian kelas X yang telah dijelaskan diatas, bahwa dalam pembelajaran PAI kelas X masih banyak kekurangan, hal tersebut karena dalam mengajar masih menggunakan metode konvensional yaitu ceramah dalam proses pembelajaran, sehingga siswa masih sibuk dengan kegiatan pribadinya, kurang aktifnya siswa dalam menjawab dan

(6)

bertanya dan hasil pelajaran PAI pada materi Mempertahankan Kejujuran Sebagai Cermin Keperibadian masih kurang baik, dapat dilihat dari hasil tes kemampuan awal yang telah dilakukan.

Berdasarkan masalah-masalah yang timbul maka direncanakan sesuatu tindakan dalam proses pembelajaran. Dari tindakan yang diberikan, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam pada materi Mempertahankan Kejujuran Sebagai Cermin Keperibadian. Tindakan siklus I dilaksanakan pada tanggal 6 Desember 2022 yang terdiri dari beberapa tahap yaitu: Perencanaan, Pelaksaan, Tindakan, Pengamatan dan Refleksi.

A. Perencanaan

Beberapa persiapan yang diperlukan untuk melaksanakan siklus antara lain :

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajran (RPP) dengan

menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) pada materi Mempertahankan Kejujuran Sebagai Cermin

Keperibadian.

2) Mempersiapkan alat evaluasi (tes) yaitu berupa tes yang dilakukan pada setiap akhir tindakan tiap siklus sesuai dengan ruang lingkup permasalahan dalam pembelajaran.

3) Membuat lembar observasi guru dan lembar observasi siswa yang digunakan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

B. Tahap Pelaksanaan 1. Tahap Pendahuluan

a) Guru memulai pelajaran dengan salam dan doa b) Guru menanyakan kehadiran siswa (absensi) c) Membaca ayat pendek

d) Guru menyampaikan topik materi yang akan disampaikan e) Guru bertanya pengalaman mereka terkait dengan materi.

2. Tahap Inti

a) Guru membagi siswa dalam 6 kelompok yang terdiri dari 4-5 orang

b) Guru membagikan pertanyaan (masalah) untuk didiskusikan c) Setiap kelompok yang telah ditugaskan mempresentasikan

hasil diskusinya, dan kelompok lain bertugas bertanya atau menanggapi

d) Guru memberikan kesimpulan dan menekankan poin-poin penting hasil diskusi

e) Siswa dimintai mengisi lembar refleksi terkait materi 3. Tahap Penutup

a) Guru menjelaskan kembali materi yang belum jelas

(7)

b) Guru memberikan kesimpulan dari materi yang diberikan Doa dan salam

4. Tahap Evaluasi

Pada tahap ini peneliti membagikan soal tes siklus I untuk dikerjakan oleh siswa dengan soal pilihan ganda sebanyak 10 soal.

HASIL PENELITIAN

Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus I menggunakan model pembelajaran problem based learning masih belum optimal, hal tersebut ditunjukkan Masih kurangnya partisipasi siswa untuk mendengarkan dan mencari pertanyaan karena masih banyak siswa yang sibuk dan asyik mengobrol dengan teman lainnya, ada beberapa siswa yang belum mampu menjawab pertanyaan yang diberikan temannya karena kurangnya membaca materi yang telah disediakan sehingga kurangnya pemahaman terhadap materi yang sedang dipelajari dan masih ada beberapa siswa yang ragu-ragu dalam menyampaikan dan menjawab pertanyaan karena masih kurangnya percaya diri dan takut salah.

Model pembelajaran problem based learning menekankan keaktifan siswa, siswa dituntut aktif dalam memecahkan suatu masalah (problem), model tersebut bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari oleh siswa untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berfikir kritis sekaligus pemecahan masalah, serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting. Guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri, dengan model pembelajaran

problem based learning, akan lebih mudah menangkap materi belajar mengajar yang disampaikan guru yang akan membentuk penguasaan materi belajar akan menjadi lebih baik.

Karena masih adanya beberapa kekurangan dalam proses pembelajaran pada siklus I, maka berdampak pada kurangnya tingkat pemahaman siswa, hal tersebut bisa dilihat dari hasil data belajar pada siklus I yang baru mencapai 54,83% yang artinya baru 17 orang yang mendapatkan nilai tuntas dari 31 siswa yang ada, namun data sudah ada peningkatan prestasi siswa pada siklus I dibandingkan sebelum perbaikan/pra siklus.

Pada siklus II siswa sudah aktif dalam kegiatan pembelajaran dan bisa mengikuti model pembelajaran problem based learning secara keseluruhan baik dari pertanyaan dan jawaban yang diberikan serta mampu memberikan tambahan informasi terhadap pertanyaan maupun jawaban. Guru dalam hal ini hanya memberikan dan mengawasi terhadap jalannya proses diskusi yang dilakukan oleh siswa.

(8)

Ada peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, semua siswa berusaha memahami materi yang diberikan oleh guru, siswa juga sangat antusias sehingga menyimak jalannya tanya jawab yang dilakukan oleh teman yang lainnya. Setelah dilakukan tes atau penilain diakhir pembelajaran pada siklus II, ternyata hasil belajar siswa sudah mengalami peningkatan dalam proses pembelajaran, hal tersebut bisa dilihat dengan adanya perolehan niali yang lebih baik bila dibandingkan siklus I jumlah siswa yang tuntas 17 siswa mencapai ketuntasan 54,83%. Pada siklus II jumlah siswa yang tuntas 26 siswa sehingga ketuntasan belajar meningkat menjadi 83,87% dan hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran akhlak dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan. Berikut dapat dilihat perbandingan kedua siklus sebagai berikut:

Perbandingan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus II

No Aspek Hasil Belajar Jumlah Siswa

Pra Siklus Siklus I Siklus II

1 Tuntas 7 17 26

2 Belum tuntas 24 14 5

3 Rata-rata hasil 59 69 80,32

4 Persentase ketuntasan 29% 54,83% 83,87%

Pemberian tugas merupakan salah satu alternatif untuk lebih menyempurnakan penyampaian tujuan pembelajaran khusus. Hal tersebut disebabkan karena padatnya materi pelajaran yang harus disampaikan sementara waktu belajar sangat terbatas di dalam kelas.

Beberapa hal yang masih perlu diperbaiki pada penerapan model pembelajaran problem based learning adaalah pada saat pelaksaan penerapan problem based learning pada awal pembelajaran masih terdspst siswa yangkurang menyimak materi yang disampaikan guru. Setelah dilakukan refleksi maka bermacam persoalan yang ditemukan tersebut akhirnya dapat diperbaiki dan memperoleh hasil yang lebih baik.

Problem based learning didefinisikan sebagai lingkungan belajar yang didalamnya menggunakan masalah untuk bealajar, siswa diharuskan mengidentifikasi satu masalah nyata. PBL juga dapat didefinisikan sebagai sebuah metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsif bahwa masalah kita dijadikan sebagai titik awal untuk mendapatkan ataupun mengintegrasikan ilmu baru.

(9)

Hasil belajar dari pembelajaran problem based learning peserta didik memiliki keterampilan penyelidikan, peserta didik memiliki keterampilan mengatasi masalah, peserta didik mempunyai kemampuan mempelajari peran orang dewasa, dan peserta didik dapat menjadi pembelajar yang mandiri.

KESIMPULAN

Pembelajaran menggunakan problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X pada bidang studi PAI materi Mempertahan Kejujuran Sebagai Cermin Keperibadian di SMA Negeri 2 Banjarmasin. Hasil belajar siswa yang sebelum diterapkannya model problem based learning belum memenuhi kriteria standar ketuntasan minimal (KKM) namun setelah diterapkan model Pembelajaran problem based learning hasil belajar siswa meningkat, terlihat pada peningkatan ketuntasan belajar pada setiap siklus yang dilalui. Penggunaan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI.

DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin, Beni Ahmad Saebani, 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung: Pustaka Setia.

Ahmadi, Iif Khoiru, 2011. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Ahmadi, Khoiru, dkk, 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP. Jakarta: Prestasi Pustaka.

An-nawawi, Imam, 2011. Syarah Shahih Muslim. Jakarta: Pustaka Azzam.

Damayanti, 2016. Sukses Menjadi Guru Humoris dan Idola yang Akan Dikenang Sepanjang Masa. Yogyakarta: Araska.

Darmansyah, 2012. Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor.

Jakarta: Bumi Aksara.

Dib al-Bugha, Musthafa, dkk, 2010. Syarah Riyadhush Shalihin Imam an- Nawawi.

Jakarta: Gema Insani.

Djamarah, Syaiful Bahri, 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Fahmi. 2017. Pedoman Penulisan Skripsi. Palangka Raya: FTIK IAIN.

Fathurrohman, Pupuh dan Sobry Sutikno, 2011. Staretgi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami. Bandung: PT Refika Aditama.

(10)

Ibrahim, 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

J.Moleong, Lexy, 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Kementerian Agama RI. 2002. Mushaf Al-QUr’an Terjemah. Jakarta: CV Pustaka Jaya Ilmu

Mudhofir, Ali, 2011. Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Bahan Ajar dalam Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers.

Munjin, Ahmad dan Lilik Nur Kholidah, 2013. Metode dan Teknik Pembelajaran Penddidikan Agama Islam. Bandung: PT Refika Aditama.

Rohman, Muhammad dan Sofan Amri, 2013. Strategi & Desain Pengembangan Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Sanjaya, Wina, 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Shonhaji, Abdullah, dkk, 1993. Terjemah Sunan Ibnu Majah. Semarang: CV Asy Syifa.

Siregar, Eveline dan Hartini Nara, 2010. Teori Belejar dan Pembelajar. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sugiyono, 2013. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait

al-Qaari’ah dan az-Zalzalah sama-sama menjelaskan tentang fenomena hancurnya alam semesta al-Qaari’ah pada ayat ke 5 (Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan)

Biasanya terdapat riwayat cedera, diikuti dengan ketidakmampuan menggunakan tungkai yang mengalami cedera, fraktur tidak selalu dari tempat yang cedera suatu pukulan dapat

Peserta didik melalui kegiatan pembelajaran pendekatan saintifik dan model Problem Based Learning serta metode ceramah, diskusi, tanya jawab dengan memadukan unsur TPACK

Under : jika batas bawah dari sebuah simbol lebih kecil dari batas bawah simbol setelahnya dan kedua simbol tidak beririsan serta simbol setelahnya terletak pada baseline yang

Melalui pembelajaran dengan pendekatan saintifik, dengan model Problem Based Learning, melalui media modul serta metode diskusi, tanya jawab dan penugasan, peserta

Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan analisis proses pelaksanaan treatment serta hasil yang dicapai oleh anggota kelompok membuktikan bahwa layanan penguasaan konten

Metode pembelajaran menggunakan metode ceramah, diskusi serta metode Tanya jawab, penugasan, dan praktik. Dalam metode ceramah guru menjelaskan materi sedangkan para

Berdasarkan latar belakang di atas, maka pada penelitian ini akan dilakukan evaluasi keandalan manusia terhadap ruang kemudi mobil listrik Ezzy dengan menggunakan