i
FEE
AUDIT SEBAGAI PEMODERASI
PENGARUH KUALITAS AUDIT TERHADAP
INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN
SKRIPSI
Oleh:
MADE AYU PRILLA WINDA PUSPITA
NIM: 1215351061
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal:
Tim Penguji: Tanda Tangan
1. Ketua : Dr. I Gusti Ngurah Agung Suaryana, SE., M.Si. ………... 2. Sekretaris : I Made Karya Utama, SE, M.Com., Ak. ………
3. Anggota : Made Yenni Latrini, SE, M.Si, ………
Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi Pembimbing
iii PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, Mei 2016
Mahasiswa,
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Fee Audit sebagai Pemoderasi Pengaruh Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan” dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S., Pembantu Dekan I Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
3. Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., Ak dan Dr. I Gusti Ngurah Agung Suaryana, SE., M.Si, Ak masing-masing sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
4. Drs. I Ketut Suardhika Natha, M.Si., dan Drs. I Made Jember, M.Si masing-masing sebagai Ketua dan Sekretaris Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
5. Ni Gusti Putu Wirawati, SE., M.Si., sebagai Koordinator Jurusan Akuntansi Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
6. Ni Luh Sari Widhiyani SE., M.Si., sebagai Dosen Pembimbing Akademik. 7. I Made Kaya Utama, SE., M.Com., Ak sebagai Dosen Pembimbing skripsi
yang telah memberikan bimbingan, masukan serta motivasi selama penyelesaian skripsi ini.
8. Made Yenni Latrini, SE., M.Si., sebagai Dosen Pembahas skripsi atas masukan untuk penyempurnaan skripsi ini.
9. Orang tua tercinta Drs. Putu Ngurah Gede Wiarsana dan Dra. Luh Ketut Anggreni, M.Pd. yang telah memberikan dukungan baik moral maupun materi yang berlimpah serta Putu Gede Kharisma Winanda Putra, SH. yaitu kakak tercinta yang selalu memberi dukungan.
10. Sahabat-sahabat seperjuangan, Anak Agung Putri Rahayu, Ni Kadek Susi Adnyani, Indah Kusuma Sari, dan Putu Putrika Widhi Susmitha yang telah membantu, memberi dukungan dan motivasi selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang juga telah banyak membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab terhadap semua isi laporan. Penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.
v
Judul : Fee Audit sebagai Pemoderasi Pengaruh Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan
Nama : Made Ayu Prilla Winda Puspita NIM : 1215351061
Abstrak
Laporan keuangan merupakan gambaran keuangan dari sebuah perusahaan, oleh karena itu dalam proses pembuatan laporan keuangan harus dibuat dengan benar dan disajikan dengan jujur kepada pengguna laporan keuangan. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Integritas laporan keuangan dapat dipengaruhi oleh kualitas audit dan fee audit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empiris pengaruh kualitas audit dan fee audit terhadap integritas laporan keuangan serta fee audit dalam memoderasi pengaruh kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2014. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 61 perusahaan, dengan metode penentuan sampel purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi non partisipan. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda dan moderated regression analysis.
Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa kualitas audit berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. Penelitian ini mengindikasikan bahwa kualitas audit yang tinggi akan menghasilkan laporan keuangan yang berintegritas atau dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. Fee audit berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. Penelitian ini mengindikasikan bahwa fee audit yang besar dapat menghasilkan laporan keuangan yang berintegritas. Fee audit tidak memoderasi pengaruh kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan. Penelitian ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya fee audit tidak mempengaruhi pengaruh kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan.
vi DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii
KATA PENGANTAR ... iv 1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Kegunaan Penelitian ... 8
1.5 Sistematika Penulisan ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep ... 11
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ... 11
2.1.2 Pengertian Auditing ... 13
2.1.3 Integritas Laporan Keuangan ... 15
2.1.3.1 Pengertian Integritas ... 15
2.1.3.2 Integritas Laporan Keuangan ... 16
2.1.3.3 Konservatisme ... 18
2.1.4 Kualitas Audit ... 20
2.1.5 Fee Audit ... 23
2.2 Penelitian Terdahulu ... 26
2.3 Hipotesis Penelitian ... 28
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 33
3.2 Lokasi Penelitian atau Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ... 34
3.3 Obyek Penelitian ... 34
3.4 Identifikasi Variabel ... 34
3.5 Definisi Operasional Variabel ... 35
3.6 Jenis dan Sumber Data ... 37
3.6.1 Jenis Data ... 37
3.6.2 Sumber Data ... 37
3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 37
3.8 Metode Pengumpulan Data ... 38
vii
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Daerah atau Wilayah Penelitian ... 43
4.2 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 43
4.3 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 44
4.4 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 46
4.4.1 Hasil Uji Normalitas ... 46
4.4.2 Hasil Uji Autokorelasi... 47
4.4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 48
4.4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 48
4.5 Hasil Uji Hipotesis ... 49
4.5.1 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 49
4.5.2 Hasil Moderated Regression Analysis ... 51
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian ... 54
4.6.1 Pengaruh Kualitas Audit pada Integritas Laporan Keuangan ……….. 54
4.6.2 Pengaruh Fee Audit pada Integritas Laporan Keuangan ... 55
4.6.3 Fee Audit Memoderasi Pengaruh pada Integritas Laporan Keuangan ... 56
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 58
5.2 Saran ... 59
DAFTAR RUJUKAN ... 61
viii
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
2.1 Penelitian Sebelumnya ... 26
3.1 Klasifikasi Variabel Moderasi ... 40
4.1 Seleksi Jumlah Sampel Penelitian ... 44
4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian... 45
4.3 Hasil Uji Normalitas ... 46
4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 47
4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ... 48
4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 49
4.7 Ringkasan Koefisien Regresi Linear Berganda ... 49
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
x
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Halaman
1 Daftar Sampel Penelitian ... 66
2 Tabulasi Hasil Perhitungan Variabel Integritas Laporan Keuangan, Fee Audit, Kualitas Audit, LnFee Audit, Interaksi Antara Kualitas Audit dan Fee Audit………... 68
3 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 72
4 Hasil Uji Normalitas ... 73
5 Hasil Uji Autokorelasi ... 74
6 Hasil Uji Multikolinearitas ... 75
7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 76
8 Hasil Uji Regresi Linear Berganda ... 77
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan merupakan gambaran keuangan dari sebuah perusahaan, oleh karena itu
dalam proses pembuatan laporan keuangan harus dibuat dengan benar dan disajikan dengan jujur
kepada pengguna laporan keuangan. Setiap perusahaan menyajikan laporan keuangan sebagai
bentuk pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan laporan keuangan
adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi (PSAK, 2012). Informasi dalam laporan keuangan harus disajikan secara
benar dan jujur dengan mengungkap fakta sebenarnya yang menjadi kepentingan banyak pihak.
Dengan demikian, laporan keuangan dituntut untuk disajikan dengan integritas yang tinggi.
Financial Accounting Standar Board (FASB) dalam Statement of Financial Accounting
Concept No.2 (SFAC NO.2) mendefinisikan informasi akuntansi sebagai informasi yang
disediakan melalui pelaporan keuangan dan berbagai penjelasan yang digunakan sebagai
laporan. Informasi akuntansi merupakan informasi keuangan yang digunakan oleh pihak
eksternal perusahaan seperti pemegang saham, investor, kreditur, lembaga keuangan, pemerintah,
masyarakat umum dan pihak-pihak lainnya untuk menentukan kepentingan mereka terhadap
perusahaan.
Pengukuran integritas informasi laporan keuangan, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK, 2012) menetapkan karakteristik kualitatif yang harus dimiliki informasi akuntansi agar
dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Hedriksen and Van Breda (2000)
mengemukakan beberapa karakteristik kualitatif dalam laporan keuangan yaitu cost and benefit,
apabila dapat mempengaruhi keputusan dengan menguatkan atau mengubah pengharapan para
pengambil keputusan, dan informasi tersebut adalah reliabel apabila dapat dipercaya dan
menyebabkan pemakai informasi bergantung pada informasi tersebut.
Mayangsari (2003) mendefinisikan integritas laporan keuangan sebagai berikut: “Integritas
laporan keuangan adalah sejauh mana laporan keuangan yang disajikan menunjukkan informasi
yang benar dan jujur”. Sedangkan menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC)
No. 2 kualitas informasi yang menjamin bahwa informasi secara wajar bebas dari kesalahan dan
bias dan secara jujur menyajikan apa yang dimaksudkan untuk dinyatakan. Ukuran integritas
laporan keuangan secara intuitif diukur dengan konservatisme. Dalam penelitian ini menganalisis
pengaruh kualitas audit yang diukur dengan melihat KAP yang digunakan termasuk KAP
bigfour terhadap integritas laporan keuangan dan fee audit sebagai pemoderasi. Pengukuran
integritas laporan keuangan diukur dengan konservatisme akuntansi yaitu ditentukan dengan
menggunakan asumsi-asumsi metode perusahaan yang digunakan yaitu antara lain metode
penyusutan, metode depresiasi dan amortisasi, dan pengakuan biaya riset (Widya, 2005).
Konsep penggunaan konservatisme akuntansi dalam laporan keuangan bertujuan untuk
mengakui, mengukur dan melaporkan nilai aktiva dan pendapatan yang rendah, dan nilai yang
tinggi untuk kewajiban dan beban (Jamaan, 2008).
Mayangsari dan Wilopo (2002) dalam Widya (2005) menyatakan bahwa secara intuitif
prinsip konservatisme bermanfaat karena dapat digunakan untuk memprediksi kondisi
mendatang yang sesuai dengan tujuan laporan keuangan. Karakteristik informasi dalam prinsip
konservatisme ini dapat menjadi salah satu faktor untuk mengurangi manipulasi laporan
Namun, pada kenyataannya saat ini banyak sekali terjadi kasus-kasus hukum yang
melibatkan manipulasi akuntansi. Kasus-kasus ini telah meningkat beberapa tahun terakhir.
Banyak perusahaan menyajikan informasi dalam laporan keuangan dengan tidak adanya
integritas, dimana informasi yang disampaikan tidak benar dan tidak adil bagi beberapa pihak
pengguna laporan keuangan. Kasus manipulasi akuntansi ini melibatkan sejumlah perusahaan
besar di Amerika seperti Enron, Xerox, Tyco, Global Crossing, dan Worldcom maupun beberapa
perusahaan di Indonesia seperti Kimia Farma dan Bank Lippo yang dahulunya mempunyai
kualitas audit yang tinggi (Susiana dan Herawaty, 2007).
Setelah dilakukan sampel penelitian pada perusahaan Enron, ternyata kasus manipulasi data
akuntansi ini melibatkan banyak pihak, dan kebanyakan adalah pihak dari dalam perusahaan itu
sendiri, misalnya CEO, komisaris, komite audit, internal auditor, sampai kepada eksternal
auditor. Terungkapnya kasus seperti ini akan membuat kepercayaan masyarakat akan menurun,
khususnya masyarakat keuangan, yang ditandai dengan turunnya harga saham dari perusahaan
tersebut. Ini sebuah kerugian yang besar bagi perusahaan, karena masyarakat keuangan menjadi
ragu untuk ikut memiliki perusahaan tersebut (Susiana dan Herawaty, 2007).
Kasus manipulasi data keuangan yang banyak terjadi dapat membuktikan bahwa kurang
integritasnya laporan keuangan dalam penyajian infomasi bagi pengguna laporan keuangan. Jadi,
penyajian laba dalam laporan keuangan tidak menunjukkan kondisi ekonomi perusahaan yang
sebenarnya (Astria, 2011). Padahal seharusnya kejujuran dan kebenaran data yang disajikan pada
laporan keuangan sangat penting, karena sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan bagi
pengguna laporan keuangan. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No.
manajemen. Selain itu informasi laba juga membantu pemilik atau pihak lain dalam menaksir
earnings power perusahaan di masa yang akan datang.
Menurut Susiana dan Herawaty (2007), dalam kasus manipulasi data akuntansi ini
sebenarnya tidak hanya pihak dari dalam perusahaan saja yang bertanggung jawab, tetapi pihak
dari luar juga sangat berpengaruh. Seperti eksternal auditor juga harus ikut bertanggung jawab
terhadap banyaknya kasus-kasus manipulasi data akuntansi seperti ini. Posisi akuntan publik
yang dianggap sebagai pihak independen yang memberikan opini kewajaran terhadap laporan
keuangan serta profesi auditor yang merupakan profesi kepercayaan masyarakat sebagai
pengguna laporan keuangan juga mulai banyak dipertanyakan, apalagi setelah terbukti bahwa
semakin meningkatnya tuntutan hukum terhadap kantor akuntan. Sedangkan profesi akuntan
sendiri mempunyai peranan penting dalam penyediaan informasi keuangan yang dapat
diandalkan bagi pemerintah, investor, kreditor, pemegang saham, karyawan, debitur, serta bagi
masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Adanya hubungan positif antara kualitas audit dan ukuran KAP berdasarkan dua hal, yang
pertama adalah alasan reputasi dan yang kedua adalah alasan kekayaan (deep pocket) yang
dimiliki oleh KAP besar. Penelitian ini membuktikan kesesuaian dengan hipotesis reputasi yang
berargumen bahwa KAP besar mempunyai insentif yang lebih besar untuk mengaudit lebih
akurat karena mereka memiliki lebih banyak hubungan spesifik dengan klien yang akan hilang
jika mereka memberikan laporan yang tidak akurat. Selain itu karena KAP besar memiliki
sumber daya atau kekayaan yang lebih besar daripada KAP kecil, maka mereka terancam oleh
tuntutan hukum pihak ketiga yang lebih besar pula bila mereka tidak menghasilkan laporan audit
yang tidak akurat (Lennox 1999 dalam Astria 2011). Dengan adanya alasan-alasan tersebut maka
pelaksanaan tugasnya. KAP 4 besar yang disebutkan adalah price water house (PWC), Deloitte
Touche Tohmatsu, Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) International, dan Ernst and
Young (EY).
Akuntan publik selama melakukan pemeriksaan bertanggung jawab atas penyusunan laporan
keuangan yang integral, dapat dipahami, relevan dan handal, serta penyajian yang wajar
sehingga dapat digunakan oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan dalam
pengambilan keputusan. Studi yang pernah dilakukan oleh para peneliti terdahulu menjelaskan
bahwa betapa pentingnya bagi auditor untuk senantiasa memelihara dan meningkatkan kualitas
pekerjaannya. Hogan (1997) menjelaskan bahwa kantor auditor besar dapat memberikan kualitas
audit yang baik dimana dapat mengurangi terjadinya underpricing pada saat perusahaan
melakukan Initial public offering (IPO). Penelitian Teoh dan Wong (1993) juga memberikan
bukti bahwa ERC (Earning Response Coefficient) perusahaan yang menjadi klien pada kantor
audit besar, secara statistik signifikan lebih besar dibandingkan perusahaan yang menjadi klien
pada kantor audit kecil. Kantor auditor yang besar menunjukan kredibilitas auditor yang semakin
baik, yang berarti kualitas audit semakin baik pula. Sejalan dengan penelitian tersebut, penelitian
yang dilakukan oleh Wibowo et al. (2009:11) yang meneliti tentang faktor-faktor penentu
kualitas audit juga menyatakan KAP yang besar akan menghasilkan kualitas audit yang tinggi
jika dibandingkan dengan KAP yang kecil. Hal ini berdasarkan argumen bahwa KAP yang besar
memiliki kelebihan dalam empat hal, yaitu: (1) besarnya jumlah dan ragam klien yang ditangani,
(2) banyaknya ragam dan jasa yang ditawarkan, (3) luasnya cakupan geografis, termasuk adanya
afiliasi internasional, dan (4) banyaknya jumlah staf audit dalam KAP.
Akuntan publik merupakan jasa professional, sehingga dalam penggunaan jasa auditor
disebut dengan fee audit. Iskak (dalam Suharli, dkk, 2008) mendefinisikan fee audit adalah
honorarium yang dibebankan oleh akuntan publik kepada perusahaan audit atas jasa audit yang
dilakukan akuntan publik terhadap laporan keuangan. Pada tanggal 2 Juli 2008, Ketua Umum
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) menerbitkan penentuan Fee audit. Kebijakan tersebut
menjelaskan mengenai besarnya fee audit yang wajar dengan mempertimbangkan jasa audit yang
diberikan oleh anggota IAPI.
Biaya pokok pemeriksaan akan diperoleh dari tawar menawar yang dilakukan antara klien
dengan kantor akuntan publik (Iskak, 2009). Proses tawar-menawar tersebut menjelaskan bahwa
terjadi perbedaan besarnya fee audit di setiap perusahaan yang akan diauditnya maupun antar
kantor akuntan publik itu sendiri, sehingga akan berpengaruh pada penetapan fee audit yang
terlalu tinggi maupun rendah. Jadi fee audit dapat mempengaruhi kualitas audit yang diaudit oleh
akuntan publik yang dilihat dari berapa besarnya jumlah fee audit yang diberikan perusahaan
kepada akuntan publik tersebut, sehingga berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan yang
dihasilkan oleh perusahaan.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti melakukan penelitian yang berjudul fee audit
sebagai variabel pemoderasi pengaruh kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1) Apakahkualitas audit berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan?
2) Apakah fee audit berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan?
3) Apakah fee audit memoderasi pengaruh kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
2) Untuk menguji secara empiris pengaruh fee audit terhadap integritas laporan keuangan. 3) Untuk menguji secara empiris apakah fee audit memoderasi pengaruh kualitas audit terhadap
integritas laporan keuangan.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis
Penelitian ini membuktikan bahwa teori agensi dapat digunakan dalam penelitian ini, dimana
teori agensi menjelaskan hubungan prinsipal dan agen dengan dibutuhkan pihak ketiga yang
independen. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan tambahan
pengetahuan bagi peneliti sejenis maupun civitas akademika lainnya dalam rangka
mengembangkan ilmu pengetahuan untuk perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi perusahaan maupun
pengguna laporan untuk meningkatkan kualitas audit dari laporan keuangan yang dipublikasikan
maupun untuk pengambilan keputusan. Dan juga diharapkan dapat digunkan bagi peneliti
selanjutnya sebagai referensi terhadap penelitian yang sejenis.
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang saling berhubungan satu sama lain dan
disusun secara terperinci serta sistematis untuk memberikan gambaran dan mempermudah
pembahasan skripsi. Sistematika dari masing-masing bab dapat dirinci sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Bab ini menguraikan latar belakang masalah beserta pokok permasalahan, tujuan
Bab II : Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian
Bab ini menguraikan dasar-dasar teoritis yang mendasari penelitian dan berhubungan
dengan pembahasan di dalam penulisan skripsi ini serta hasil penelitian sebelumnya
yang akan digunakan untuk membangun rumusan hipotesis sebagai acuan dalam
memecahkan permasalahan penelitian.
Bab III: Metode Penelitian
Bab ini memuat cara pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ini
memaparkan desain penelitian, lokasi atau ruang lingkup wilayah penelitian, obyek
penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data,
populasi, sampel dan metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, serta teknik
analisis data.
Bab IV: Data dan Pembahasan Hasil Penelitian
Bab ini menguraikan hasil analisis penelitian dan pembahasan tentang permasalahan
yang diteliti melalui gambaran umum daerah atau wilayah penelitian, pengujian statistik,
dan analisis terhadap hasil penelitian. Pada bab ini juga diuraikan interpretasi dari hasil
penelitian yang memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti.
Bab V : Simpulan dan Saran
Bab ini merupakan bab penutup yang menguraikan tentang simpulan yang mencakup
seluruh hasil penelitian, dan berisi saran yang dipandang perlu atas kesimpulan yang
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HOPITESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Agency Theory atau teori keagenan menjelaskan tentang hubungan antara dua pihak yaitu
prinsipal dan agen. Teori Agensi pertama kali dicetuskan oleh Jensen dan Meckling pada tahun
1976. Menurut Jensen dan Meckling (1976), hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara
manajer (agent) dengan investor (principal). Jensen dan Meckling (1976) juga menyatakan
bahwa terdapat dua macam bentuk hubungan keagenan, yaitu antara manajer dan pemegang
saham (shareholders) dan antara manajer dan pemberi pinjaman (bondholders). Konflik
kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat
sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost).
Dengan adanya perkembangan perusahaan yang semakin besar maka sering terjadi konflik
antara prinsipal dalam hal ini adalah para pemegang saham (investor) dan pihak agent yang
diwakili oleh manajemen (direksi). Agen dikontrak melalui tugas tertentu bagi prinsipal serta
mempunyai tanggung jawab atas tugas yang diberikan oleh prinsipal. Prinsipal mempunyai
kewajiban untuk memberi imbalan kepada agen atas jasa yang telah diberikan oleh agen. Adanya
perbedaan kepentingan antara agen dan prinsipal inilah yang dapat menyebabkan terjadinya
konflik keagenan. Prinsipal dan agen sama-sama menginginkan keuntungan yang
sebesar-besarnya. Prinsipal dan agen juga sama-sama menghindari adanya risiko.
Eisenhardt (1989) menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia
yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia
memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3)
tersebut manajer sebagai manusia akan bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan
kepentingan pribadinya.
Sebagai pengelola perusahaan, manajer perusahaan tentu akan lebih banyak mengetahui
informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik
(pemegang saham). Oleh karena itu manajer sudah seharusnya selalu memberikan sinyal
mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang dapat diberikan oleh manajer yakni
melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan
merupakan hal yang sangat penting bagi para pengguna eksternal karena kelompok ini berada
dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya (Ali, 2002). Adanya ketidakseimbangan
penguasaan informasi dapat menjadi pemicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai
asimetri informasi (information asymmetry).
Adanya ketidakseimbangan penguasaan informasi ini akan memicu munculnya kondisi yang
disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Baik pemilik maupun agen
diasumsikan mempunyai rasionalisasi ekonomi dan semata-mata mementingkan kepentingannya
sendiri. Agen mungkin akan takut mengungkapkan informasi yang tidak diharapkan oleh pemilik
sehingga terdapat kecenderungan untuk memanipulasi laporan keuangan tersebut.
Berdasarkan asumsi tersebut, maka dibutuhkan pihak ketiga yang independen dalam hal ini
adalah akuntan publik. Tugas dari akuntan publik (auditor) memberikan jasa untuk menilai
laporan keuangan yang dibuat oleh agen, dengan hasil akhir adalah opini audit.
2.1.2 Pengertian Auditing
Menurut Arens and Loebbecke (2000:9), Audit adalah kegiatan mengumpulkan dan
kesesuaian antara informasi dengan kriteria yang telah ditetapkan. Proses audit harus dilakukan
oleh orang yang kompeten dan independent.
Menurut William F. Meisser (2003:8) audit adalah proses yang sistematik dengan tujuan
mengevaluasi bukti mengenai tindakan dan kejadian ekonomi untuk memastikan tingkat
kesesuaian antara penugasan dan kriteria yang telah ditetapkan, hasil dari penugasan tersebut
dikomunikasikan kepada pihak pengguna yang berkepentingan.
Menurut Whittington (2012) Audit adalah pemeriksaan laporan keuangan perusahaan oleh
perusahaan akuntan publik yang independen. Audit terdiri dari penyelidikan mencari catatan
akuntansi dan bukti lain yang mendukung laporan keuangan tersebut. Dengan memperoleh
pemahaman tentang pengendalian internal perusahaan, dan dengan memeriksa dokumen,
mengamati aset, membuat bertanya dalam dan di luar perusahaan, dan melakukan prosedur audit
lain, auditor akan mengumpulkan bukti yang diperlukan untuk menentukan apakah laporan
keuangan menyediakan adil dan cukup melengkapi gambaran posisi keuangan perusahaan dan
kegiatan selama periode yang diaudit.
Menurut Agoes (2014:4) auditing adalah Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan
sistematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan
untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Menurut Jusup (2014:14) pada umumnya pengauditan dikelompokkan menjadi tiga
golongan, yaitu:
1) Audit Laporan Keuangan
Audit laporan adalah jenis laporan audit yang digunakan untuk menentukan apakah
laporan keuangan sebagai informasi kuantitatif yang telah ditetapkan sesuai dengan
2) Audit Kepatuhan
Audit kepatuhan adalah jenis audit yang digunakan untuk menentukan apakah pihak yang
diaudit telah mengikuti aturan yang telah diberikan oleh pihak yang berwenang dalam
pelaksanaannya. 3) Audit operasional
Audit operasional adalah audit yang digunakan untuk mengkaji setiap bagian dari
prosedur dan metode yang telah dijalankan oleh suatu organisasi dengan tujuan untuk
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi dari penerapan prosedur tersebut.
2.1.3 Integritas Laporan Keuangan
2.1.3.1 Pengertian Integritas
Kata integritas berasal dari kata sifat Latin integer yang bermakna utuh atau lengkap.
Pengertian tersebut menjelaskan bahwa integritas adalah rasa suasana kebatinan dan keutuhan
yang berasal dari kualitas seperti kejujuran dan konsistensi karakter. Sumber lain menyebutkan
bahwa integrity atau integritas adalah suatu konsep yang menunjuk konsistensi antara tindakan
dengan nilai dan prinsip. Dalam etika, integritas diartikan sebagai kejujuran dan kebenaran dari
tindakan seseorang.
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan
bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas mengharuskan seorang auditor
untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam
melaksanakan audit. Keempat unsur itu diperlukan untuk membangun kepercayaan dan
memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang andal (Sukriah, 2009).
Menurut Anitaria (2011), integritas merupakan suatu elemen karakter yang mendasari
timbulnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan
publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya.
mengorbankan rahasia penerima jasa, pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan
oleh keuntungan pribadi. Kemudian menurut Mulyadi (2002), integritas dapat menerima
kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima
kecurangan atau peniadaan prinsip.
2.1.3.2 Integritas Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan oleh
manajemen perusahaan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak luar perusahaan tentang
data keuangan atau aktivitas perusahaan tersebut selama periode tertentu bisa juga disebut
dengan gambaran keuangan dari sebuah perusahaan. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2002)
dalam PSAK NO.1 mengemukakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas yang bermanfaat bagi sebagian besar
kalangan pengguna dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumberdaya-sumberdaya yang dipercayakan
kepadanya.
Mulyadi (2004) dalam oktadela (2011) mendefinisikan integritas sebagai prinsip moral yang
tidak memihak, jujur, seseorang yang berintegritas tinggi memandang fakta seperti apa adanya
dan mengemukakan fakta tersebut seperti apa adanya. Penelitian Mayangsari (2003) dalam
oktadela (2011) integritas laporan keuangan didefinisikan sebagai berikut: “Integritas laporan
keuangan adalah sejauh mana laporan keuangan yang disajikan menunjukkan informasi yang
benar dan jujur”.
Laporan keuangan memiliki informasi yang dibutuhkan dan nantinya akan digunakan oleh
utama bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan mengenai pertanggungjawaban
pihak manajemen. Namun pihak yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan
sebenarnya adalah para pengguna eksternal (diluar manajemen). Pengguna eksternal berada
dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya sehingga membutuhkan laporan keuangan
untuk mengetahui kinerja perusahaan (Ali, 2002).
Dalam kerangka konseptual Financial Accounting Standards Board (FASB No. 2)
menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna
untuk keputusan bisnis. Sedangkan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, tujuan laporan
keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah pemakai laporan
keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan seharusnya memberikan
informasi yang berguna untuk investor dan kreditor dan potensial untuk membuat keputusan
investasi, kredit dan keputusan lain yang sejenis seperti yang dinyatakan dalam Statement of
FinancialAccounting Concepts (SFAC) No.1.
Laporan keuangan dikatakan berintegritas apabila laporan keuangan tersebut memenuhi
kualitas reliability (Kieso, 2008) dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum.
Menurut Schroeder (2001) Reliability memiliki kualitas sebagai berikut:
a) Verifiability
Laporan keuangan suatu entitas yang mempunyai kondisi yang sama dengan laporan
keuangan entitas lain, akan mendapat opini yang sama jika diaudit oleh auditor yang
berbeda.
b) Representational faithfullness
terjadi.
c) Neutrality
Informasi dari laporan keuangan harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan
tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha
untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut
akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan berlawanan.
Menurut Mayangsari (2005) dalam Oktadela (2011) laporan keuangan yang reliable atau
berintegritas dapat dinilai dengan cara penggunaan prinsip konservatisme dan penggunaan
earning management karena informasi dalam laporan keuangan akan lebih reliable apabila
laporan keuangan tersebut konservatif dan laporan keuangan tersebut tidak overstate supaya
tidak ada pihak yang dirugikan akibat informasi dalam laporan keuangan tersebut.
2.1.3.3 Konservatisme
Konservatisme adalah suatu usaha untuk menjamin bahwa resiko atau tingkat ketidakpastian
dalam suatu usaha dipertimbangkan memadai. Didalam konservatisme, jika terdapat dua
alternatif atau lebih dan memiliki kemampuan sama memenuhi objektivitas dari laporan
keuangan, maka yang dipilih adalah alternatif yang memiliki paling sedikit memberi manfaat
dampak perolehan laba dan posisi keuangan. Konservatisme tidak memberikan pengaruh atas
kehati-hatian, konsistensi dalam menyatakan harta bersih dan laba yang kekecilan, melainkan
sesuatu metode yang digunakan dalam ketidak-pastian tentang arus kas dimasa datang.
Pengukuran integritas laporan keuangan diukur dengan konservatisme akuntansi yaitu
ditentukan dengan menggunakan asumsi-asumsi metode perusahaan yang digunakan yaitu antara
2005). Konsep penggunaan konservatisme akuntansi dalam laporan keuangan bertujuan untuk
mengakui, mengukur dan melaporkan nilai aktiva dan pendapatan yang rendah, dan nilai yang
tinggi untuk kewajiban dan beban (Jamaan, 2008).
Mayangsari dan Wilopo (2002) dalam Widya (2005) menyatakan bahwa secara intuitif
prinsip konservatisme bermanfaat karena dapat digunakan untuk memprediksi kondisi
mendatang yang sesuai dengan tujuan laporan keuangan. Karakteristik informasi dalam prinsip
konservatisme ini dapat menjadi salah satu faktor untuk mengurangi manipulasi laporan
keuangan dan meningkatkan integritas laporan keuangan.
Munculnya praktik konservatisme tersebut karena standar akuntansi yang berlaku
menginginkan perusahaan memilih salah satu metode akuntansi yang dirasa paling tepat (Widya,
2005). Setiap metode akuntansi mempunyai tingkat konservatisme yang berbeda. Jamaan (2008)
berpendapat bahwa perbedaan pemilihan metode akuntansi berpengaruh terhadap angka-angka
yang disajikan baik dalam neraca maupun laporan laba-rugi perusahaaan.
Holthausen dan Watts dalam Jama’an (2008) memberikan bukti yang menunjukkan bahwa
konservatisma akuntansi sudah ada sebelum penetapan standar formal dan regulasi di Amerika
Serikat. Penelitian Qiang (2003) juga membuktikan bahwa terdapat peningkatan kecenderungan
perusahaan di Amerika untuk menerapkan konservatisme akuntansi secara sukarela. Widya
(2004) mereplikasi penelitian Qiang (2003) dan menemukan bukti yang sama untuk Indonesia.
2.1.4 Kualitas Audit
Kualitas audit sebagai suatu kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan
menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi kliennya.
Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada kemampuan teknikal
Kualitas audit ini sangat penting karena kualitas audit yang tinggi akan menghasilkan laporan
keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan (De Angelo, 1981 dalam
Citra, 2013).
De Angelo (1981) berargumentasi bahwa kualitas audit secara langsung berhubungan dengan
ukuran dari perusahaan audit, dengan proksi untuk ukuran perusahaan audit adalah jumlah klien.
Perusahaan audit yang besar adalah dengan jumlah klien yang lebih banyak. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa perusahaan audit yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit
yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan audit yang kecil. Karena perusahaan audit
yang besar jika tidak memberikan kualitas audit yang tinggi akan kehilangan reputasinya, dan
jika ini terjadi maka dia akan mengalami kerugian yang lebih besar dengan kehilangan klien.
Hogan (1997) menjelaskan bahwa kantor auditor besar dapat memberikan kualitas audit yang
baik dimana dapat mengurangi terjadinya underpricing pada saat perusahaan melakukan Initial
public offering (IPO). Penelitian Teoh dan Wong (1993) juga memberikan bukti bahwa ERC
(Earning Response Coefficient) perusahaan yang menjadi klien pada kantor audit besar, secara
statistik signifikan lebih besar dibandingkan perusahaan yang menjadi klien pada kantor audit
kecil. Kantor auditor yang besar menunjukan kredibilitas auditor yang semakin baik, yang berarti
kualitas audit semakin baik pula. Sejalan dengan penelitian tersebut, penelitian yang dilakukan
oleh Wibowo et al. (2009:11) yang meneliti tentang faktor-faktor penentu kualitas audit juga
menyatakan KAP yang besar akan menghasilkan kualitas audit yang tinggi jika dibandingkan
dengan KAP yang kecil. Hal ini berdasarkan argumen bahwa KAP yang besar memiliki
kelebihan dalam empat hal, yaitu: (1) besarnya jumlah dan ragam klien yang ditangani, (2)
banyaknya ragam dan jasa yang ditawarkan, (3) luasnya cakupan geografis, termasuk adanya
Probabilitas auditor untuk melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi
klien tergantung pada independensi auditor. Seorang auditor dituntut untuk dapat menghasilkan
kualitas pekerjaan tinggi, karena auditor mempunyai tanggungjawab yang besar terhadap
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan termasuk masyarakat
(Ermayanti, 2009 dalam Sari, 2011). Lebih lanjut dinyatakan bahwa tidak hanya bergantung pada
klien saja, auditor merupakan pihak yang mempunyai kualifikasi untuk memeriksa dan menguji
apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis agar hasil audit
yang dilakukan oleh auditor berkualitas. Kompetensi dan independensi yang dimiliki oleh
auditor dalam penerapannya adalah untuk menjaga kualitas audit dan terkait dengan etika (Sari,
2011). SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik), yang dikeluarkan IAPI tahun 2011
menyatakan bahwa ada 5 kriteria atau prinsip dasar etika profesi akuntan publik. Prinsip dasar
etika profesi meliputi integritas, objektivitas, kompetensi, kerahasiaan, perilaku profesional. Dari
pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas audit bertujuan menyakinkan profesi
bertanggungjawab kepada klien dan masyarakat umum yang juga mencangkup mengenai mutu
profesional auditor.
Moizer (1986) dalam Elfarini (2007) menyatakan bahwa pengukuran kualitas proses audit
terpusat pada kinerja yang dilakukan oleh auditor dan kepatuhan pada standar yang digariskan.
Russel (2000) dalam Sari (2011) menyebutkan bahwa kualitas audit merupakan fungsi jaminan
dimana kualitas tersebut akan digunakan untuk membandingkan kondisi yang sebenarnya dengan
signifikan bagi para investor di pasar modal karena investor sering menggunakan laporan
keuangan yang telah diaudit oleh auditor sebagai dasar untuk membuat keputusan investasi.
Dari pengertian tentang kualitas audit diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas audit
merupakan segala kemungkinan (probability) dimana auditor pada saat mengaudit laporan
keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan
melaporkannya dalam laporan keuangan auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut
auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan. Tetapi
dalam menjalankan fungsinya, auditor sering mengalami konflik kepentingan dengan manajemen
perusahaan. Manajemen ingin operasi perusahaan atau kinerjanya tampak berhasil, salah satunya
tergambar melalui laba yang lebih tinggi dengan maksud untuk menciptakan penghargaan.
2.1.5 Fee Audit
Fee audit merupakan hal yang tidak kalah pentingnya di dalam penerimaan penugasan.
Auditor bekerja untuk memperoleh penghasilan yang memadai. Oleh sebab itu penentuan fee
audit perlu disepakati antara klien dengan auditor (Halim, 2008:106). Penetapan biaya audit yang
dilakukan oleh KAP berdasarkan perhitungan dari biaya pokok pemeriksaan yang terdiri dari
biaya langsung dan tidak langsung. Biaya langsung terdiri dari biaya tenaga yaitu manajer,
supervisor, auditor junior dan auditor senior. Sedangkan biaya tidak langsung seperti biaya
percetakan, biaya penyusunan computer, gedung dan asuransi.
Setelah dilakukan perhitungan biaya pokok pemeriksaan maka akan dilakukan
tawar-menawar antar klien yang bersangkutan dengan kantor akuntan publik. Institut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI) menerbitkan Surat Keputusan No. KEP.024/IAPI/VII/2008 pada tanggal 2 Juli
2008 tentang Kebijakan Penentuan Fee Audit, dimana terdapat beberapa hal yang menjadi
tingkat keahlian (level of expertise) dan tanggungjawab yang melekat pada pekerjaan yang
dilakukan, serta tingkat kompleksitas pekerjaan; banyaknya waktu yang diperlukan dan secara
efektif digunakan oleh Akuntan Publik dan stafnya untuk menyelesaikan pekerjaan, dan basis
penetapan fee yang disepakati.
Dalam surat keputusan tersebut dijelaskan bahwa panduan ini dikeluarkan sebagai panduan
bagi seluruh Anggota Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) yang menjalankan praktik
sebagai akuntan publik dalam menetapkan besaran imbalan yang wajar atas jasa professional
yang diberikannya. Imbalan jasa yang terlalu rendah atau secara signifikan jauh lebih rendah dari
yang dikenakan auditor dan akuntan lain, akan menimbulkan keraguan mengenai kemampuan
dan kompetensi anggota dalam menerapkan standar teknis dan standar professional yang berlaku.
DeAngelo dalam Rizkiasih (2010) menyatakan bahwa audit fee merupakan pendapatan yang
besarnya bervariasi karena tergantung dari beberapa faktor dalam penugasan audit seperti,
ukuran perusahaan klien, kompleksitas jasa audit yang dihadapi auditor, risiko audit yang
dihadapi auditor dari klien, serta nama KAP yang melakukan jasa audit. Simunic (2006)
menyataan bahwa audit fee ditentukan oleh besar kecilnya perusahaan yang diaudit, risiko audit
(atas dasar current ratio, quick ratio, D/E, litigation risk), dan kompleksitas audit (subsidiaries,
foreign listed). Al-Harshani dari Kuwait dalam Widiasari (2009) juga melakukan penelitian yang
sama ditambah variabel ratio profitabilitas dan menunjukkan hasil yang signifikan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya fee audit yaitu:
(a) Besar kecilnya audit fee
Masalah besar kecilnya fee audit menjadi krusial jika ketika kita banyak melihat yayasan
ataupun organisasi nirlaba yang memerlukan jasa audit namun kondisi keuangannya
minim.
Biaya overhead Kantor Akuntan Publik di daerah secara umum lebih kecil dibandingkan
dengan biaya overhead di ibukota
(c) Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP)
Ketika dikaitkan dengan besar kecilnya kantor, kantor yang berdomisili di kota besar
akan memiliki standar gaji yang jauh berbeda jika dibandingkan dengan KAP yang
terletak di kota pinggiran.
Faktor-faktor diatas sangat berpengaruh terhadap penentuan fee audit yang dibebankan KAP
kepada kliennya, Profesional fee terbagi atas dua yaitu: (1) besaran fee dan (2) fee kontijen
(Halim, 2008:36).
a) Besaran fee
Fee audit adalah biaya yang harus ditanggung klien karena telah mendapatkan jasa audit
dari sebuah KAP. Besarnya fee dapat diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan,
struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya.
b) Fee kontinjen
Fee kontinjen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa professional
tanpa adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil tertentu dimana
jumlah fee tergantung pada temuan atau hasil tertentu tersebut. Fee dianggap tidak
kontinjen jika ditetapkan oleh pengadilan atau badan pengatur dalam hal perpajakan, jika
dasar penetapan adalah hasil penyelesaian hukum atau temuan badan pengatur.
Integritas Laporan Keuangan
keuangan dan di tahun 2003 ditemukan independensi
berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, dan kualitas audit tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang diajukan, tinjauan pustaka, dan penelitian-penelitian
sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini, maka dapat dinyatakan rumusan hipotesis sebagai
berikut:
2.3.1 Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa auditor menawarkan berbagai tingkat
kualitas audit untuk merespon adanya variasi permintaan klien terhadap kualitas audit.
Penelitian-penelitian sebelumnya membedakan kualitas auditor berdasarkan perbedaan big five
dan non big five dan ada juga yang menggunakan spesialisasi industri auditor untuk memberi
nilai bagi kualitas audit ini seperti penelitian (Mayangsari, 2003).
Dalam teori agensi yang mengasumsikan bahwa manusia itu selalu self interest, maka
kehadiran pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara prinsipal dan
agen sangat diperlukan, dalam hal ini adalah auditor independen. Investor akan lebih cenderung
pada data akuntansi yang dihasilkan dari kualitas audit yang tinggi.
Kualitas audit sebagai suatu kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan
Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada kemampuan teknikal
auditor sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung pada independensi auditor tersebut.
Kualitas audit ini sangat penting karena kualitas audit yang tinggi akan menghasilkan laporan
keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan (De Angelo, 1981 dalam
Citra, 2013).
De Angelo (1981) dalam Hardiningsih (2010) berargumentasi bahwa kualitas audit secara
langsung berhubungan dengan ukuran dari perusahaan audit, dengan proksi untuk ukuran
perusahaan audit adalah jumlah klien. Perusahaan audit yang besar adalah dengan jumlah klien
yang lebih banyak. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan audit yang besar akan
berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan
audit yang kecil. Karena perusahaan audit yang besar jika tidak memberikan kualitas audit yang
tinggi akan kehilangan reputasinya, dan jika ini terjadi maka dia akan mengalami kerugian yang
lebih besar dengan kehilangan klien.
Penelitian Oktadella (2011), Muid dan Putra (2012) dalam Saputra (2014) memperlihatkan
bahwa kualitas audit terbukti berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
Saputra (2014) dalam penelitiannya juga memperlihatkan bahwa kualitas audit berpengaruh
positif terhadap integritas laporan keuangan. Cahyani (2011) menyatakan bahwa reputasi auditor
yang diukur dengan menggunakan KAP Bigfour tidak berpengaruh signifikan terhadap integritas
laporan keuangan. Maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.
H1 : Kualitas audit berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.
2.2.2 Pengaruh Fee Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan oleh
data keuangan atau aktivitas perusahaan tersebut selama periode tertentu. DeAngelo dalam
Rizkiasih (2010) menyatakan bahwa audit fee merupakan pendapatan yang besarnya bervariasi
karena tergantung dari beberapa faktor dalam penugasan audit seperti, ukuran perusahaan klien,
kompleksitas jasa audit yang dihadapi auditor, risiko audit yang dihadapi auditor dari klien, serta
nama KAP yang melakukan jasa audit.
Auditor atas jasa profesionalnya dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan akan
mendapatkan imbalan yang berupa fee audit. Fee audit yang dibayarkan kepada auditor atau
KAP, harus disepakati antara klien dan KAP yang telah disesuaikan dengan kebijakan penentuan
fee audit yang diterbitkan oleh IAPI dalam sebuah surat keputusan. Jika KAP menerima fee audit
yang tinggi, maka KAP akan menghadapi tekanan ekonomis untuk memberikan opini yang
bersih (dalam hal ini wajar tanpa pengecualian) dan dilain sisi juga dalam rangka
mempertahankan klien itu sendiri sehingga tidak berpindah pada KAP atau auditor lain.
Susiana dan Herawaty (2007) meneliti pengaruh independensi terhadap integritas laporan
keuangan. Independensi dalam penelitian ini dinyatakan melalui berapa besar fee audit yang
dibayarkan klien kepada auditor. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pada tahun 2003
independensi yang dinyatakan dengan besarnya fee audit memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap integritas laporan keuangan. Maka hipotes yang diajuakan adalah sebagai berikut.
H2: Fee audit berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.
2.2.3 Fee Audit Memoderasi Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan
Keuangan
Fee audit merupakan hal yang tidak kalah pentingnya di dalam penerimaan penugasan.
audit perlu disepakati antara klien dengan auditor (Halim, 2008:106). Penetapan biaya audit yang
dilakukan oleh KAP berdasarkan perhitungan dari biaya pokok pemeriksaan yang terdiri dari
biaya langsung dan tidak langsung. Besar fee audit yang dibayarkan klien kepada auditor juga
bisa berpengaruh. Jika KAP menerima fee audit yang tinggi, maka KAP akan menghadapi
tekanan ekonomis untuk memberikan opini yang bersih (dalam hal ini wajar tanpa pengecualian)
dan dilain sisi juga dalam rangka mempertahankan klien itu sendiri sehingga tidak berpindah
pada KAP atau auditor lain (Bamber, 2001 dalam Putra, 2012). Jadi untuk mencapai laporan
keuangan yang berintegritas, diperlukan adanya kemampuan auditor yang tinggi dalam
mengerjakan tugas mengauditnya dengan memberikan fee audit yang cukup agar auditor dapat
memberikan kualitas audit yang baik sehingga dihasilkan laporan keuangan yang berintegritas
tinggi.
Yuniarti (2011) membuktikan bahwa biaya audit berpengaruh secara signifikan terhadap
kualitas audit. Biaya yang lebih tinggi akan meningkatkan kualitas audit, karena biaya audit yang
diperoleh dalam satu tahun dan estimasi biaya operasional yang dibutuhkan untuk melaksanakan
proses audit dapat meningkatkan kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh Nindita dan
Siregar (2012) bahwa manajer perusahaan yang rasional tidak akan memilih auditor yang
berkualitas tinggi dan membayar fee yang tinggi apabila kondisi perusahaan yang tidak baik.
Gammal (2012) membuktikan bahwa perusahaan multinasional dan bank-bank di Lebanon lebih
memilih untuk membayar biaya audit yang bernominal besar dengan alasan yaitu mereka lebih
mencari auditor yang dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas. Susiana dan herawati
(2007) menemukan bahwa independensi yang diukur dengan fee audit berpengaruh signifikan
terhadap integritas laporan keuangan. Dengan demikian hipotesis yang diajukan berdasarkan