• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA TENTANG GIZI DI KECAMATAN KENJERAN DAERAH BULAK BANTENG SURABAYA SETELAH PENYULUHAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA TENTANG GIZI DI KECAMATAN KENJERAN DAERAH BULAK BANTENG SURABAYA SETELAH PENYULUHAN."

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

DAERAH BULAK BANTENG KECAMATAN KENJERAN SURABAYA

SETELAH MENDAPATKAN PENYULUHAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh

gelar sarjana pada FISIP UPN “ VETERAN “ Jawa Timur

Oleh :

LUSI MELISA

0643010325

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

SETELAH MENDAPATKAN PENYULUHAN

Disusun Oleh:

LUSI MELISA NPM 0643010325

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui Pembimbing

Drs. Kusnarto, M.Si NIP. 19580801 198402 1 00 1

Mengetahui DEKAN

(3)

SETELAH MENDAPATKAN PENYULUHAN

Oleh: LUSI MELISA NPM: 0643010325

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 12 November 2010.

Pembimbing Utama Tim Penguji : 1. Ketua

Drs. Kusnarto, Msi Ir.Didiek tranggono,Msi NIP. 1958080119840 2001 NIP.195812251990011001

2. Sekertaris

Drs. Kusnarto.Msi

NIP. 1958080119840 2001

3. Tim anggota

DR. Catur Suratnoaji,Msi

NIP. 368049400281

Mengetahui, DEKAN

(4)

i

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga

Tentang Gizi Di Kecamatan Kenjeran Daerah Bulak Banteng

Surabaya Setelah Penyuluhan” dengan baik.

Sejujurnya penulis akui bahwa skripsi ini jauh dari kebenaran dan banyak

mengalami kesulitan, tetapi faktor kesulitan inilah yang menjadikan kebanggaan

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Kebanggaan penulis bukanlah pada

selesainya skripsi ini, melainkan kemenangan atas berhasilnya diri sendiri. Semua

kemenangan dicapai tidak lepas dari bantuan berbagai pihak selama penyelesaian

skripsi ini, penulis diwajibkan mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini, dan melimpahkan begitu banyak kasih sayang_Nya

pada penulis.

2. Kedua Orang Tuaku yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Buat Suamiku thanks a lot cause da always temenin diriQ selama ini,

semangat juga buat skripsi na moga bisa sama-sama lu2s na yW..

4. Bapak Kusnarto selaku pembimbing yang baik dan sabar dalam membimbing

(5)

ii Politik UPN “ Veteran “ Jatim.

6. Buat semua Temen-temen seangkatan semoga sukses selalu.GBU all.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu, kririk

dan saran yang membangun bagi penulis sangat diharapkan bagi pembaca, guna

kesempurnaan Skripsi ini.

Akhir kata penulis hanya dapat mengharapkan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca, dan semoga Allah SWT meridhoi segala usaha

kita.

Surabaya, 14 April 2010

Lusi Melisa

(6)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

ABSTRAKSI ... vi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Landasan Teori ... 7

2.1.1. Pengertian Komunikasi ... 7

2.1.2. Komunikasi Kesehatan ... 8

2.1.3. Komunikasi Efektif ... 9

2.1.4. Komunikasi Publik ... 9

2.1.5. Komunikasi Interpersonal ... 10

2.1.6. Ibu Rumah Tangga Sebagai Khalayak... 10

2.1.7. Kegiatan Penyuluhan Gizi dan Posyandu Sehat ... 11

2.1.8. Penyuluhan sebagai Media Komunikasi ... 12

2.1.9. Kegiatan Revitalis Posyandu ... 13

2.1.10.Perkembangan Gizi Yang Terjadi di Indonesia ... 14

(7)

2.1.12.Komunikasi Kelompok ... 18

2.1.13.Tingkat Pengetahuan ... 19

2.1.14.Pentingnya ASI dan MTP ... 23

2.1.15.Pengaruh Status Gizi Seimbang Bagi Bayi………. 24

2.2. Teori S-O-R ... 26

2.3. Kerangka Pikir ... 30

BAB III. METODELOGI PENELITIAN ... 32

3.1. Definisi Operasional & Pengukuran Variabel ... 32

3.1.1. Penyuluhan Secara Konsep ... 32

3.2. Tingkat Pengetahuan ... 33

3.3. Pengukuran Variabel ... 35

3.4. Populasi, Sampel & Teknik Penarikan Sampel ... 37

3.4.1. Populasi ... 37

3.4.2. Sampel & Teknik Penarikan Sampel... 38

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.6. Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 41

4.1.1 Gambaran Umum Daerah Bulak Banteng ... 41

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data ... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

(8)

v

5.2 Saran ... 59 DAFTAR PUSTAKA

KUESIONER LAMPIRAN

(9)

Gambar Model Teori S-O-R ... 28

Gambar Kerangka Berpikir ... 31

4.1. Tabel Responden Berdasarkan Usia ... 43

4.2. Tabel Responden Berdasarkan Pendidikan………. 44

4.3. Tabel Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan………... 45

4.4. Tabel Responden Atau Ibu Tentang Istilah Kurang Gizi………. 46

4.5. Tabel Responden Atau Ibu Tentang Penyebab Lumpuh Layu……… 47

4.6. Tabel Responden Atau Ibu Tentang Manfaat ASI Ekslusif………. 48

4.7. Tabel Responden Atau Ibu Tentang PMT Pendamping ASI………... 49

4.8. Tabel Responden Atau Ibu Tentang Makanan Yang Diperlukan Anak… ………... 50

4.9. Tabel Responden Atau Ibu Tentang Cara Melihat Anak Yang Kurang Gizi ……… 52

4.10Tabel Responden Atau Ibu Tentang Bubur Beras Merah Yang Baik Bagi Bayi………. 53

4.11Tabel Responden Atau Ibu Tentang Larangan Jajan……….. . 54

4.12Tabel Responden Atau Ibu Tentang Cara Memelihara Kebersihan………. 56

4.13Tabel Rekapitulasi Jawaban Responden Berdarkan Tinggkat Pengetahuan ………. 57

(10)

LUSI MELISA, TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA TENTANG GIZI DI KECAMATAN KENJERAN DAERAH BULAK

BANTENG SURABAYA SETELAH PENYULUHAN

Salah satu masalah kesehatan di Indonesia adalah masalah gizi buruk yang telah menjadi isu hangat selama ini. Pembangunan kesehatan semakin kurang mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan, termasuk di daerah Bulak Banteng kecamatan Kenjeran Surabaya. Hal ini terbukti dari anak- anak yang kurang gizi di kawasan tersebut semakin bertambah. Keadaan inilah yang membuat peneliti melakukan penelitian di kawasan Bulak Banteng, karena di daerah tersebut satu bulan sekali mendapat penyuluhan tentang gizi.

Penelitian ini menggunakan Teori S-O-R ( Stimulus,Organism,Respon) Stimulus dalam penelitian ini adalah isi pesan tentang pengetahuan gizi buruk. Sedangkan Organism dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga dan Respon yang didapat dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu rumah tangga di daerah bulak banteng tentang gizi buruk.

Obyek pada penelitian ini adalah ibu rumah tangga di daerah Bulak Banteng kecamatan Kenjeran Surabaya yang mendapat penyuluhan, sedangkan sampelnya adalah ibu – ibu rumah tangga yang mempunyai balita dengan kasus gizi buruk. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah accidental sampling atau Sampling kebetulan. Metode pengumpulan datanya adalah melalui kuisioner.

Hasil penelitian ini menunjukkan nampak bahwa tingkat pengetahuan sebagian besar ibu rumah tangga yang menjadi responden berada pada kategori rendah. Hal tersebut dikarenakan ibu rumah tangga ini kurang mendengarkan,memperhatikan,dan merealisasikan di dalam kesehariannya. Sehingga para ibu rumah tangga ini susah untuk menganalisa berbagai informasi yang diberikan di waktu penyuluhan.

Kesimpulan dan saran yang diambil dari penelitain ini adalah bahwa tingkat pengetahuan yang tingkat pengetahuan ibu rumah tangga di kecamatan Kenjeran daerah Bulak Banteng sebagian besar berada pada kategori rendah, setelah mendapatkan penyuluhan, sehingga mereka tidak mengetahui mengenai gizi anak serta upaya meningkatkan gizi keluarga.

(11)

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Informasi menjadi bagian yang tidak dapat dilepaskan dari semua kalangan masyarakat. Masyarakat dalam kehidupannya sangat membutuhkan informasi untuk memenuhi segala kebutuhan yang semakin beragam. Pesan informasi yang disampaikan tidak terlepas dari proses komunikasi.

Dalam proses tersebut, memerlukan adanya media sebagai saran untuk menyampaikan pesan. Informasi selalu berkembang dengan seiring perkembangan jaman. Termasuk informasi gizi dan pertumbuhan sang anak di masa dini. Karena banyak sekali terjadi gizi buruk terutama diwilayah kenjeran Surabaya data dari ( Jawa pos, Senin 21 Desember 2009) .

Kecamatan kenjeran menempati peringkat pertama dari 10.115 balita tercatat 1.186 di antaranya menderita gizi buruk, selanjutnya kecamatan semampir, dari 6.696 balita. Tercatat 927 balita mengalami gizi buruk. Bahkan kecamatan tersebut kusus gizi buruk merata hampir di setiap kelurahan, antara lain kelurahan pegirian, ujung, sidotopo, ampel dan donokusumo.

Kecamatan sukomanunggal menduduki peringkat ketiga.Dari 4..072 balita tercatat 531 diantaranya mengalami gizi buruk. Kemudian kecamatan

(12)

simokerto, dengan 465 balita menderita gizi buruk dari 4.188 balita. Urutan kelima Kecamatan Lakarsanti,dari 1.891balita tercatat 225 balita mengalami gizi buruk. Data dari Dinas Kesehatan di dalam berita ( Jawa pos, senin 21 Desember 2009 ).

Sebenarnya daerah Bulak Banteng sudah mendapatkan penyuluhan yang dilakukan setiap bulan, bertepatan pada pelaksanaan posyandu. Namun mengapa angka balita gizi buruk di Surabaya masih tinggi. Terutama di kecamatan kenjeran daerah Bulak Banteng Surabaya merupakan data dari .

Salah satu hal yang dilakukan adalah dengan cara penyuluhan, karena penyuluhan menjadi suatu media komunikator yang dipercaya untuk menyampaikan pesan atau segala sesuatu yang berkaitan dengan penyuluhan tersebut.

Sebagai bentuk komunikasi, kegiatan penyuluhan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dari para penyuluh kepada para ibu rumah tangga khususnya di daerah Bulak Banteng Surabaya..

Penyuluhan tersebut di harapkan agar tingkat pengetahuan ibu - ibu rumah tangga sebagai peserta penyuluhan dapat lebih meningkat demi terciptanya masyarakat yang sehat.

Berdasarkan uraian di atas maka kegiatan penyuluhan merupakan satu bentuk kegiatan komunikasi kelompok kecil ( small group communication ) , karena jumlah orang yang terlibat dalam sebuah

(13)

komunikan. Selain itu dalam kegiatan penyuluhan, komunikator dalam hal ini adalah para penyuluh, menunjukkan pesannya berupa informasi kepada benak atau pikiran komunikan dalam hal ini adalah peserta. Dalam situasi komunikasi seperti itu logika berperan penting. Sedangkan ciri yang kedua ialah bahwa prosesnya berlangsung dialogis, tidak liniear, melainkan sirkulasi. Umpan balik terjadi secara verbal. Komunikan dapat menanggapi uraian komunikator, bisa bertanya jika tidak mengerti, dapat menyanggah bila tidak setuju dan lain sebagainya.

Penyuluhan melibatkan dua aspek komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Terdapat pernyataan bahwa konsep pendidikan dewasa ini harus mengacu pada penyiapan tenaga siap pakai dan adaptif. Ungkapan ini mengisyaratkan bahwa pendidikan itu harus mampu mempersiapkan kader- kader yang siap pakai. Untuk tenaga penyuluh, konsep ini cukup relevan karena mereka mempunyai pendidikan dan pengetahuan yang sifatnya formal. Tenaga penyuluh ini mempunyai kemampuan untuk memberikan kegiatan pendidikan berupa pengetahuan khususnya tentang gizi kepada masyarakat. Beberapa konsep di atas menunjukkan bahwa penyuluhan dianggap sebagai suatu proses memberikan pengetahuan kepada masyarakat. Pada konsep pemberian pengetahuan inilah komunikasi mempunyai peranan yang strategis.

(14)

dituntut mempunyai kemampuan – kemampuan dalam memberikan informasi kepada masyarakat. Dengan demikian masyarakat memiliki kemampuan berswakarsa untuk memecahkan persoalan – persoalannya sendiri. Inti dari kegiatan penyuluhan adalah penyampaian informasi. Penyampaian informasi berarti informasi yang masih tersimpan dapat diketahui dan dimanfaatkan semua lapisan masyarakat secara bersama – sama baik oleh sumber informasi maupun sasaran informasi.

Dalam penyuluhan terdapat bentuk sosialisasi terhadap semua kalangan. Maka sosialisasi dapat diartikan sebagai kegiatan penyebarluasan informasi oleh lembaga tertentu kepada masyarakat. Sosialisasi merupakan proses yang amat besar signifikannya bagi kelangsungan keadaan tertib masyarakat. Artinya, melalui proses sosialisasi inilah norma –norma sosial dapat diwariskan pada generasi ke generasi (dengan ataupun tanpa perubahan ).

Sosialisasi adalah suatu proses yang diikuti secara aktif oleh kedua belah pihak yang bersangkutan., pihak pertama adalah pihak yang mensosialisasi dan pihak kedua adalah pihak yang disosialisasi. Aktivitas yang mensosialisasi disebut aktivitas melaksanakan sosialisasi, sedangkan aktivitas pihak yang disosialisasi disebut aktivitas internalisasi. (

http://www.litbang.depkes.go.id./actual/anak/gizi buruk 280406 )

(15)

menurut sumber dari jawa pos ( Senin, 21 Desember 2009), yang menjadi penyumbang tertinggi kasus gizi buruk. Ternyata di jaman informasi seperti sekarang ini masih banyak balita yang menderita gizi buruk. Gizi buruk adalah salah satu masalah gizi yang berkaitan erat dengan tingkat kesehatan dan umur harapan hidup masyarakat. Yang kemudian akan berpengaruh pada kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Penelitian ini diadakan di Bulak Banteng karena tingkat gizi buruk yang paling tinggi di kecamatan kenjeran. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian sebagai berikut :

“Bagaimana tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang gizi setelah mendapatkan penyuluhan di daerah Bulak Banteng Kecamatan Kenjeran Surabaya ?”

1.3 TUJUAN PENELITIAN

(16)

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat teoritis yaitu dapat menambah wacana dan memberikan informasi serta sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu komunikasi sebagai bahan masukan atau referensi untuk penelitian selanjutnya.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin “communis” yang artinya sama. Apabila kita berkomunikasi ( to communicate ), ini berarti bahwa kita berada dalam keadaan berusaha

untuk menimbulkan kesamaan (Soewandi, 1986:13). Komunikasi juga dapat dilihat dari keterlibatan dua person yang sedang melakukan aktivitas komunikasi. Dalam komunikasi tersebut keterlibatan yang cukup jelas adalah keterlibatan dalam hal informasi. Keterlibatan ini dipahami oleh Siregar ( 1985:7 ) sebagai keterlibatan seseorang terhadap informasi.

Definisi lain tentang komunikasi seperti yang dikemukakan oleh Moor (1993:78) yaitu komunikasi adalah penyampaian pengertian antar individu. Dikatakan semua manusia dilandasi kapasitas untuk menyampaikan maksud, hasrat, perasaan, pengetahuan dan pengalaman dari orang yang satu kepada orang yang lain. Pada pokoknya komunikasi adalah pusat minat dan situasi perilaku dimana suatu sumber menyampaikan pesan kepada seorang penerima dengan berupaya mempengaruhi perilaku penerimaan tersebut.

(18)

Ada juga yang memahami komunikasi dari definisi penciptaan pesan bersama dari sumber kepada penerima. Maksudnya antara penyampaian pesan dan penerima pesan sama- sama.

2.1.2 Komunikasi Kesehatan

Komunikasi kesehatan didefinisikan sebagai “modifikasi perilaku manusia serta faktor-faktor sosial yang berkaitan dengan perilaku, yang secara langsung maupun tidak langsung mempromosikan kesehatan, mencegah penyakit atau melindungi individu-individu terhadap bahaya “( Elder dkk dalam Judith,1993:25)

Komunikasi kesehatan merupakan upaya sistematis yang secara positif mempengaruhi praktik-praktik kesehatan populasi-populasi besar. Sasaran utama komunikasi kesehatan adalah melakukan perbaikan kesehatan yang berkaitan dengan praktik dan pada gilirannya status kesehatan (Elder dkk dalam Judith,1993:18 ).

(19)

2.1.3 Komunikasi efektif

Komunikasi efektif adalah komunikasi yang paling penting dalam membangun hubungan antar manusia yang baik. Komunikasi dapat di lakukan dalam bentuk verbal dengan bahasa, bisa juga non verbal, dengan isyarat – isyarat dan bahasa tubuh kalau komunikasi tidak efektif, maka akan terjadi salah paham dan pengertian ( Maramis,2007:225 )

2.1.4 Komunikasi Publik

Komunikasi public ( Public Communication )adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan komunikannya yang berjumlah besar yang tidak bisa dikenali satu persatu ( Mulyana,2002:74 ). Dalam komunikasi publik, biasanya berlangsung secara formal. Komunikasi publik juga membutuhkan persiapan dalam penyampaian pesan.

(20)

2.1.5 Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang dilakukan antar perorangan, baik secara langsung ( tanpa medium )ataupun secara tidak langsung ( melalui medium ). Teori – teori antar pribadi umumnya memfokuskan pada bentuk – bentuk dan sifat hubungan ( relationship ), percakapan, ineraksi dan karakteristik komunikator. ( Bungin, 2006:252 )

Komunikasi interpersonal juga berperan untuk saling mengubah dan mengembangkan. Komunikasi interpersonal dapat dijadikan sebagai wahana untuk saling belajar dalam mengembangkan wawasan, pengetahuan dan kepribadian ( Hardjanah, 2007:90). Bagi pihak yang menyampaikan pesan harus berusaha yang sebaik-baiknya agar pesan dapat sampai dan dimengerti dengan pas, saerta mengirimkanya dengan media yang sesuai. Sedangkan sebagai pihak yang menerima, harus mengerti dan memahami pesab yang di sampaikan selanjutnya melakukan umpan balik yang diperlukan.

2.1.6 Ibu Rumah Tangg Sebagai Khalayak

(21)

dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, masing – masing berbeda dalam berbagai jenis kelamin, usia,agama,ideologi,pekerjaan,pendidikan,pengalaman,pandangan

hidup,keinginan,cita –cita dan lain sebagainya ( Effendy,1993:25 )

2.1.7 Kegiatan Penyuluhan gizi dan Posyandu sehat

Kegiatan penyuluhan gizi dilakukan setiap 1 bulan sekali. Di setiap kali kesempatan penyuluhan selalu disisipkan pengertian gizi buruk. Hal tersebut selalu disampaikan agar para ibu waspada terhadap gizi sang anak. Sedangkan pengertian Gizi adalah makanan yang cukup kwalitas dan kawantitasnya serta mengandung unsur yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan syarat makanan bergizi meliputi : mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang cukup, mengenyangkan, termasuk dalam 4 sehat 5 sempurna, bersih dari bakteri dan kuman atau penyakit, makanan yang tidak mengandung bahan adittif dan kimia.

(22)

maupun para ibu anggota Posyandu-nya dapat memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai kesehatan.

2.1.8 Penyuluhan Sebagai Suatu Media Pendidikan

Secara harfiah penyuluhan bersumber dari kata suluh berarti obor atau alat untuk menyinari keadaan yang gelap. Kata disini bermakna sebagai petunjuk bagi masyarakat dari tidak tahu menjadi mengerti, dari mengerti menjadi lebih mengerti lagi (Nasution, 1996:11). Dikemukakan Samsudin (1977:4), penyuluhan merupakan sistem pendidikan non formal tanpa paksaan yang menjadikan seseorang sadar dan yakin bahwa sesuatu yang diajarkan itu membawa kearah perbaikan dari hal – hal yang dikerjakan atau dilaksanakan sebelumnya. Pendidikan non formal ini menempati posisi yang sangat penting dalam aktivitas belajar mengajar di luar sekolah. Dengan pendidikan masyarakat mempunyai pengalaman terutama dalam hal bagaiamana meningkatkan kualitas hidup mereka.

(23)

sesuatu proses memberikan pengetahuan kepada masyararakat. Pada konsep pemberian pengetahuan inilah komunikasi mempunyai peranan yang strategis.

2.1.9 Kegiatan Revitalis Posyandu

Kemampuan kader merupakan salah satu factor yang berpengaruh pada kualitas Posyandu. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja Posyandu adalah dengan melakukan pelatihan kader Posyandu. Transformasi pengetahuan yang berjenjang dari pangkal yaitu di Tingkat Kota Surabaya sampai dengan di ujung yaitu para kader Posyandu yang ada di RT dan RW, baik dari segi substansi maupun metode penyampaian pesan dapat ditekan sekecil mungkin ( Sumber : Dinas Kesehatan 2007 ).

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, dalam kegiatan revitalisasi Posyandu Kota Surabaya akan dilaksanakan kegiatan revitalisasi Posyandu sebagai salah satu upaya pelatihan kader Posyandu yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Surabaya dalam rangka meningkatkan kinerja Posyandu.

Tujuan diadakannya kegiatan Revitalisasi posyandu ada beberapa diantaranya adalah (Sumber : Dinas Kesehatan 2007)

1. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan Tim Pelatih pada substansi kegiatan Posyandu.

(24)

3. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan Tim Pelatih tentang teknik / metode penyampaian pesan.

2.1.10 Perkembangan Gizi yang Terjadi Di Indonesia

Anak – anak dengan status gizi kurang atau buruk tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Selain berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak, status gizi juga berpengaruh pada kecerdasan anak. Anak – anak dengan gizi kurang dan buruk akan memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah, nantinya mereka tidak akan bersaing.

Supaya hal itu tidak terjadi, pemerintah berusaha semaksimal mungkin untuk menurunkan angka gizi buruk di Tanah Air. Pemerintah berusaha menurunkan jumlah anak dengan gizi kurang dari 27,5 % saat ini menjadi 20 % pada 2009. Guna mencapai target nasional itu, pemerintah telah membuat Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi yakni sistem informasi yang digunakan oleh pemerintah daerah untuk mengetahui situasi pangan dan gizi di wilayahnya. Melalui sistem itu pemerintah daerah akan mengumpulkan, menyajikan serta mengkaji data tentang pangan gizi dan masyarakatnya.

(25)

diperkuat agar mampu mendeteksi dan menangani kasus-kasus gizi buruk dan kurang secara cepat. Selain itu pemerintah juga telah membuat Rancangan Aksi Nasional (RAN) Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk pada juli 2005. Aksi itu dilakukan dengan memberikan makanan tambahan kepada balita, fortifikasi (pengayaan) nutrisi pada bahan pangan pokok, melakukan promosi keluarga sadar gizi dan melakukan revitalisasi Posyandu. Namun upaya – upaya tersebut hingga saat ini belum dapat menaggulangi masalah- masalah gizi buruk di Tanah Air, kasus – kasus gizi buruk masih di laporkan di berbagai daerah.

Hal itu di antaranya terjadi karena belum semua kepala daerah mempunyai komitmen untuk mengatasi maslah tersebut, serta untuk menaggulangi masalah gizi buruk diperlukan upaya yang terpadu dan berkesinambungan dari semua pihak, utamanya pemerintah daerah. Karena perawatan atau usaha yang bersifat kuratif lainnya tidak akan berarti kalau tidak ada upaya preventif. Faktor-faktor lain seperti pola pengasuhan, tingkat pendidikan ibu dan faktor sosial budaya dalam masyarakat juga menjadi penyebab timbulnya masalah gizi dalam masyarakat. Oleh karena itu, semua komponen dalam masyarakat harus bekerja bersama untuk mencegah dan menanggulangi masalah gizi di Tanah Air.

(26)

2.1.11 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tentang Kesehatan

Pentingnya kesehatan di masa sekarang ini memang kurang diperhatikan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Masyarakat cenderung menyepelekan kesehatan dengan artian banyak faktor yang menyebabkan masyarakat mengesampingkan kesehatan. Faktor – faktor tersebut antara lain ekonomi, pendidikan, kualitas SDM, tingkat pengetahuan, sumber informasi, saluran komunikasi dan lain-lain. Dengan adanya faktor – faktor diatas maka masyarakat cenderung belum mengerti pentingnya kesehatan. Adapun penjelasan pengaruh dari faktor – faktor tersebut terhadap seseorang individu dalam masyarakat adalah sebagai berikut :

1. Faktor ekonomi : dengan keadaan ekonomi dalam keluarga yang kurang memenuhi syarat, maka individu cenderung untuk mengoptimalkan kegiatan dalam pemenuhan kebutuhan dan mengabaikan kesehatan pribadinya.

2. Faktor pendidikan : jika seorang individu mempunyai kualitas sumber daya manusia ( SDM ) yang rendah, maka individu tentunya minim sekali akan konsep kesehatan itu sendiri.

(27)

4. Sumber informasi : keterbatasan sumber informasi yang didapat oleh seseorang individu akan menghambat proses penyampaian terhadap individu itu sendiri.

5. Saluran komunikasi : makin sedikit media yang dimiliki oleh seseorang individu maka semakin sedikit pula informasi yang didapatkannya.

Pencegahan dan penanggulangan gizi buruk bisa dilakukan dengan aksi memberikan makanan tambahan kepada balita, fortifikasi atau pengayaan nutrisi pada bahan pangan pokok, melakukan promosi keluarga sadar gizi

Untuk mengatasi dan mencegah masalah gizi buruk di Indonesia, perlu adanya peningkatan Kontrol terhadap upaya penanggulangan masalah gizi buruk dan melakukan pembenahan dari sistem kinerja pelayanan kesehatan. Penanggulangan masalah gizi buruk harus dilakkan secara merata mulai dari tingkat rumah tangga, Posyandu, Puskesmas hingga lintas sektoral. Beberapa upaya yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia.

(28)

mendapatkan pelatihan – pelatihan tentang pencegahan dan penanganan gizi buruk dari kader – kader dan petugas kesehatan di wilayah setempat.

Untuk mengatasi hal tesebut di atas, setiap kali mengadakan penyuluhan di daerah bulak banteng tentang gizi buruk hal ini dimaksudkan agar para ibu mengerti tentang pentingnya gizi bagi anak.

Penyuluhan merupakan tempat atau wadah bagi para orang tua khususnya ibu, berusaha mensosialisasikan pentingnya menjaga kesehatan anak dengan cara memberikan gizi yang cukup bagi anak – anak. Namun pada kenyataannya, masih banyak ibu – ibu yang tidak menyadari pentingnya menjaga kesehatan anak- anak, terutama tentang gizi yang mendorong peneliti untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat pengetahuan ibu rumah tangga di Bulak Banteng tentang gizi buruk. Karena semakin tinggi tingkat pengetahuan masyarakat khususnya para ibu rumah maka, diharapkan akan dapat menekan angka penderita gizi buruk di daerah tersebut. ( Sumber : Dinas Kesehatan 2007 )

2.1.12 Komunikasi Kelompok

(29)

komunikasi kelompok, komunikator relative mengenal komunikan dan dengan demikian juga antar komunikan.

2.1.13 Tingkat Pengetahuan

Tingkat adalah ukuran tinggi rendahnya sesuatu misalnya derajat, kelas, taraf, pendidikan, dan pengetahuan. Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, pengetahuan berasal dari kata “ tahu “, dimana arti pengetahuan itu sendiri adalah segala apa yang diketahui atau akan diketahui yang berkenaan suatu hal, dalam hal ini yang berhubungan dengan kegiatan penyuluhan. Definisi pengetahuan mengacu apakah seseorang cukup intens untuk mengetahui informasi dari suatu masalah tergantung kepada pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai masalah tersebut bagaiamana orang tersebut menanggapi dan memecahkan masalah tersebut secara jelas.( Eriyanto,2000:239 )

(30)

Pengertian lain menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan adalah suatu konsep yang merupakan salah satu akibat dari perubahan yang terjadi, yang diklasifikasikan ke dalam efek kognitif. Dari efek kognitif itulah terjadi bila ada perubahan pada apa yang ia ketahui, dipahami atau dipesepsi oleh khalayak serta juga terkait dengan penstrasmian pengetahuan (Rakhmat, 2001 : 67).

Dengan diadakannya penyuluahan tersebut diharapkan tingkat pengetahuan ibu-ibu rumah tangga sebagai peserta penyuluhan dapat lebih meningkat demi terciptanya masyarakat sehat. Tingkat pengetahuan ini akan di ukur berdasarakan kemampuan ibu- ibu dalam menerima informasi yang disampaikan oleh para penyuluh. Para ibu – ibu biasanya kurang mengetahui fungsi dan manfaat posyandu. Terkadang ibu – ibu juga merasa enggan untuk datang ke posyandu. waktu yang diluangkan untuk datang pun sangat minim. Hal ini juga menjadi penyebab.

Di dalam penyuluhan posyandu sebelum dimulai anak –anak usia balita selalu ditimbang terlebih dahulu kemudian dicatat dalam KMS ( Kartu Menuju Sehat ). Apabaila pada waktu posyandu anak tersebut mengalami sakit maka pihak posyandu akan memberikan surat pengantar untuk bisa ditujukan langsung kepada puskesmas terdekat.

(31)

1. Kekuarngan protein : Istilah untuk kurang gizi. Cara mengetahuinya adalah denagn melihat catatan KMS apabila berat balita di bawah ( BGM ) berarti anak kurang gizi atau menderita KEP.

2. Lumpuh layu ( Polio ) : Penyakit lumpuh yang disebabkan oleh virus volio yang menyebabkan kaki anak menjadi layu atau lemas dan biasanya datang mendadak. Hal ini akan menjadi cacat pada anak samapi ia dewasa ( seumur hidup ). Cara mencegahnya adalah dengan memberikan imunisasi polio pada anak.

3. Asi ekslusif : Pemberian asi saja pada bayi berumur 0-4atau 6 bulan tanpa memberikan makanan atau minuman lain. Menurut ahli kesehatan, bayi pada usia tersebut sudah terpenuhi gizinya hanya dengan ASI saja. Manfaat ASI eksklusif yaitu agar bayi kebal terhadap berbagai penyakit pada usia selanjutnya.

4. Makanan pendamping ASI : Makanan lain selain ASI yang diberiakn untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. ASI dianjurkan sampai bayi berusia 2 tahun. Tetapi setelah bayi berusia diatas 4 atau 6 bulan sampai 2 tahun, kebutuhan gizi bayi tidak lagi bisa terpenuhi oleh ASI saja sehingga harus diberi MP-ASI yang sesuai tingkat usia bayi.

(32)

6. Berikan ASI saja secara eksklusif pada bayi berusia 0 samapi 4 atau 6 bulan karena gizinya cukup dan akan meningkatkan kekebalan bayi terhadap penyakit.

7. Berikan bubur beras merah sebagai makanan pertama bayi karena bahan ini merupakan makanan yang sangat baik bagi gizi bayi. 8. Jangan biasakan anak jajan, karena nantinya mereka menjadi tidak

suka sayuran atau makanan dirumah yang rasanya tidak segurih makanan jajanan.

9. Peliharalah kebersihan lingkungan dengan cara memanfaatkan dan merawat jamban agaranak tidak kurang gizi akibat penykit cacingan atau mencret.

Hal tersebut dilakukan oleh para kader agar bisa bermanfaat dan dilakukan oleh para ibu-ibu di dalam kehidupan sehari – hari. Agar tidak ada lagi perihal gizi buruk di Indonesia.

(33)

2.1.14 Pentingnya Asi Ekslusif dan Makanan Tambahan Pendamping Asi ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan.. Faktor penghambat berupa keyakinan yang keliru tentang makanan bayi, promosi susu formula, dan masalah kesehatan pada ibu dan bayi juga menyebabkan gagalnya pemberian ASI Eksklusif. Setelah ASI ekslusif enam bulan tersebut, bukan berarti pemberian ASI dihentikan. Seiiring dengan pengenalan makanan kepada bayi, pemberian ASI tetap dilakukan, sebaiknya menyusui hingga umur dua tahun. Apabila karena beberapa hal ASI tidak dapat diberikan, gantikan dengan susu formula secara eksklusif hingga enam bulan. Kemudian lanjutkan bersama MTPASI sampai dengan umur setahun. Setelah setahun susu formula tidak perlu, dan bisa diganti dengan susu sapi. Bayi yang mendapat ASI akan mengalami kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik dan mengurangi obesitas. Faktor makanan (gizi) dan genetis merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada masa-masa ini. Gizi yang seimbang akan menjamin tubuh anak memperoleh semua asupan yang dibutuhkan untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

(34)

Asupan gizi yang kurang dapat menyebabkan anak mengalami growth faltering (gagal tumbuh). Berat badan yang kurang dibandingkan dengan berat badan standar merupakan indikator pertama yang dapat dilihat ketika seorang anak mengalami kurang gizi. Dalam jangka panjang, kurangnya asupan gizi akan menghambat pertumbuhan tinggi badan dan akhirnya berdampak buruk bagi perkembangan mental-intelektual seorang anak.

Pada dasarnya, sampai usia 6 bulan, bayi masih memiliki pertumbuhan badan sesuai dengan kurva standar. Pada masa ini, bayi dapat tumbuh dan berkembang secara optimal hanya dengan mengandalkan asupan gizi dari air susu ibu (ASI) yang diberikan sang ibu. Akan tetapi, setelah melewati usia 6 bulan, bayi harus diberikan makanan tambahan pendamping ASI. ASI sendiri harus masih diberikan sampai anak berusia 2 tahun. Pemberian ASI sejak bayi lahir akan menjamin seorang bayi berkembang menjadi anak yang cerdas. Pasalnya, kandungan asam lemak omega-3 dan omega-6 yang terkandung di dalam ASI sangat

berperan dalam penyusunan sel-sel otak. (

http://www.mediaindo.co.id/berita.asp?id=97984)

2.1.15 Pengaruh Status Gizi Seimbang Bagi Bayi

(35)

yang bersih, latihan jasmani dan keadaan kesehatan. Pemberian makanan yang berkualitas dan kuantitasnya baik menunjang tumbuh kembang, sehingga bayi dapat tumbuh normal dan sehat/ terbebas dari penyakit.

Makanan yang diberikan pada bayi dan anak akan digunakan untuk pertumbuhan badan, karena itu status gizi dan pertumbuhan dapat dipakai sebagai ukuran untuk memantau kecukupan gizi bayi dan anak. Kecukupan makanan dan ASI dapat dipantau dengan menggunakan KMS. Daerah diatas garis merah dibentuk oleh pita warna kuning, hijau muda, hijau tua, hijau muda dan kuning. Setiap pita mempunyai nilai 5 % perubahan baku. Diatas kurve 100 % adalah status gizi lebih. Diatas 80 % sampai dengan batas 100 % adalah status gizi normal, yang digambarkan oleh pita warna hijau muda sampai hijau tua. Makanan yang ideal harus mengandung cukup energi dan zat esensial sesuai dengan kebutuhan sehari-hari. Pemberian makanan yang kelebihan akan energi mengakibatkan obesitas, sedang kelebihan zat gizi esensial dalam jangka waktu lama akan menimbulkan penimbunan zat gizi tersebut dan menjadi racun bagi tubuh. Misalnya hipervitaminosis A, hipervitaminosis D dan hiperkalemi.

(36)

(kekurangan vit.A), Rakhitis (kekurangan vit.D). ( www.Dinas Kesehatan 2007 )

2.2 Teori S-O-R

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini berasal dari kajian psikologi. Tidak mengherankan apabila kemudian menjadi salah satu teori komunikasi, sebab obyek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu : manusia yang jiwanya meliputi komponen – komponen ; sikap, opini, perilaku, kognisi, dan konasi (Effendy, 2003 : 115). Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu, teori ini menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari komunikasi. Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu (Sendjaja, 1999:71). Dengan demikian, besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh tersebut terjadi, tergantung pada isi dan penyajian stimulus.

Unsur – unsur dalam model ini adalah :

(37)

b. Komunikan (Organism), merupakan keadaan komunikan di saat menerima pesan. Pesan yang disampaikan komunikator di terima sebagai informasi, dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan komunikator. Perhatian disini di artikan bahwa komunikan akan memperhatikan setiap pesan yang disampaikan melalui tanda atau lambang. Selanjutnya, komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap pesan yang disampaikan oleh komunikator.

c. Efek (Response), merupakan dampak dari pada komunikasi. Efek dari komunikasi adalah perubahan sikap, yaitu : sikap afektif,kognitif,dan konatif. Efek kognitif merupakan efek yang ditmbulkan setelah adanya komunikasi. Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi komunikan (Effendi , 2003 : 118)

(38)

– Response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, seingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.

Untuk lebih jelasnya dapat dlihat melalui gambar sebagai berikut :

Organisme: -Perhatian -Pengertian -Penerimaan

[image:38.595.170.430.251.388.2]

Response STIMULUS

Gambar 2.1 Model Teori S-O-R (Effendy, 2003:255)

Teori S – O – R menjadi landasan pada penelitian ini karena terdapat kesesuaian antara unsur – unsur dari teori tersebut dengan topik yang diangkat, yaitu tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang gizi buruk dikecamatan Kenjeran daerah Bulak Banteng Surabaya. Kesesuain yang dimaksud :

1. Stimulasi, berupa isi pesan dari kader penyuluh tentang tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang gizi buruk.

(39)

3. Respon, berupa efek pengetahuan dengan tingkat tertentu dari kader posyandu yang kemudian disampaikan kepada para ibu-ibu rumah tangga, sehingga setelah hal tersebut ibu-ibu rumah tangga diharapkan mengerti tentang gizi buruk.

Menurut gambar dari model di atas menunjukkan bahwa stimulus atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila komunikan menerima stimulus atau pesan yang disampaikan maka akan memperhatikan. Proses selanjutnya komunikan tersebut mengerti dari pesan yang telah di sampaikan. Dan proses terakhir adalah kesediaan diri komunikan untuk mengubah sikap yang menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi (Effendy, 2003 : 56)

(40)

diyakininya. Setelah itu ia akan membeli atau menggunakan sebagai hasil dari keputusannya (Effendy, 1993 : 256)

2.3 Kerangka Pikir

Fenomena komunikasi dalam penelitian ini adalah adanya penyampaian pesan dari pihak posyandu yang merupakan tempat atau sumber informasi di tingkat yang rendah untuk memberikan penyuluhan kepada para ibu – ibu tentang gizi buruk pada balita. Tingkat pengetahuan masyarakat yang rendah tentang gizi buruk merupakan hal yang membuat terjadinya gizi buruk pada para balita. Namun pada kenyataannya, masih banyak ibu – ibu di Indonesia yang tidak menyadari pentingnya menjaga kesehatan si anak. Hal tersebut yang mendorong peneliti untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengetahuan ibu rumah tangga wilayah Bulak Banteng tentang asupan gizi pada balita, karena semakin tinggi tingkat pengetahuan masyarakat khususnya para ibu rumah tangga yang memiliki balita tentang pentingnya pemberian gizi seimbang bagi balita diharapkan akan dapat menekan angka penderita gizi buruk di Indonesia. Selanjutnya tingkat pengetahuan masyarakat akan digolongkan pada kategori tinggi, sedang atau rendah.

(41)

Dan efek kognitif tersebut berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi komunikan. Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu drai rangsangan tertentu (Sendjaja, 1997: 71). Dan definisi dari efek kognisi tersebut adalah perubahan pengetahuan.

Stimulus

Penyuluhan gizi buruk yang berupa : Isi pesan tentang pengetahuan gizi buruk

Respon

Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga daerah Bulak Banteng tentang gizi tinggi, sedang, rendah setelah mendapat penyuluhan

Organisme

Ibu Rumah Tangga 1. Perhatian 2. Pengertian 3. Penerimaan

[image:41.595.125.482.255.515.2]

Gambar :

(42)

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan indikator-indikator dari variable-variabel penelitian. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif dengan tujuan melukiskan secara sistematis fakta dan karakteristik populasi secara faktual dan cermat (Rakhmat, 1999:22 ). Penelitian ini dipusatkan untuk mengetahui tingkat pengetahuan para ibu rumah tangga tentang penyuluhan para kader posyandu yang berkaitan dengan gizi buruk. Untuk dapat mempermudah pengukurannya, maka dapat dioperasionalkan sebagai berikut :

3.1.1 Penyuluhan Sebagai Suatu Media Pendidikan

Penyuluhan adalah kegiatan komunikasi yang melibatkan dua belah pihak yaitu komunikator dan komunikan dalam proses penyampaian pesan. Penyuluhan pada penelitian ini yaitu kegiatan pemberian semua informasi dari pihak Dinas Kesehatan Kota Surabaya selaku penyelenggara kepada ibu-ibu kader Posyandu di Surabaya tentang kegiatan penyuluhan revitalisasi Posyandu. Seperti yang diungkap oleh Omar Malik (1990:4) bahwa konsep pendidikan dewasa ini harus mengacu pada penyiapan tenaga siap pakai dan adaptif. Ungkapan ini mengisyaratkan bahwa pendidikan itu

(43)

harus mampu mempersiapkan kader-kader yang siap pakai. Untuk tenaga penyuluh, konsep ini cukup relevan dikarenakan mereka mempunyai pendidikan dan pengetahuan yang sifatnya formal.

3.2 Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini adalah sejauh mana para ibu rumah tangga Bulak Banteng Surabaya menerima pesan berupa segala informasi yang berkaitan dengan penyuluhan tentang gizi buruk yang disampaikan pada aat penyuluhan berlangsung.

Pengertian Gizi buruk sendiri adalah keadaan kekurangan zat gizi tingkat berat akibat kurang makan dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Dalam melakukan penyuluhan para kader memberikan materi secara terkonsep. Materi yang disampaikan seperti berikut ini :

1. Kekuarngan protein : Kekurangan protein adalah Istilah untuk kurang gizi. Cara mengetahuinya adalah denagn melihat catatan KMS apabila berat balita di bawah ( BGM ) berarti anak kurang gizi atau menderita KEP.

(44)

3. Asi ekslusif : Pemberian asi saja pada bayi berumur 0-4atau 6 bulan tanpa memberikan makanan atau minuman lain. Menurut ahli kesehatan, bayi pada usia tersebut sudah terpenuhi gizinya hanya dengan ASI saja. Manfaat ASI eksklusif yaitu agar bayi kebal terhadap berbagai penyakit pada usia selanjutnya.

4. Makanan pendamping ASI : Makanan lain selain ASI yang diberiakn untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. ASI dianjurkan sampai bayi berusia 2 tahun. Tetapi setelah bayi berusia diatas 4 atau 6 bulan sampai 2 tahun, kebutuhan gizi bayi tidak lagi bisa terpenuhi oleh ASI saja sehingga harus diberi MP-ASI yang sesuai tingkat usia bayi.

5. Pemberian Makanan Tambahan ( PMT ) : Pemberian makanan tambahan , khususnya bagi yang kekurangan gizi.

6. Berikan ASI saja secara eksklusif pada bayi berusia 0 samapi 4 atau 6 bulan karena gizinya cukup dan akan meningkatkan kekebalan bayi terhadap penyakit.

7. Berikan bubur beras merah sebagai makanan pertama bayi karena bahan ini merupakan makanan yang sangat baik bagi gizi bayi.

8. Jangan biasakan anak jajan, karena nantinya mereka menjadi tidak suka sayuran atau makanan dirumah yang rasanya tidak segurih makanan jajanan.

(45)

Dalam penyuluhan selalu berkaitan dengan gizi karena jumlah atau angka anak – anak yang kurang gizi memang memprihatinkan di daerah bulak banteng.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti bahwa kegiatan penyuluhan dilakukan setiap 1 bulan sekali di setiap RW di kawasan Bulak Banteng.

Sebagai bentuk komunikasi, kegiatan penyuluhan revitalisasi posyandu bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan para ibu rumah tangga dan kemampuan dari para kader Posyandu tentang posyandu, untuk peningkatan gizi. Namun tujuan utama yang ingin dicapai dari kegiatan revitalisasi posyandu yang diadakan oleh posyandu adalah untuk memberikan pesan atau informasi tentang gizi buruk yang didalamnya terdapat grafik pertumbuhan balita dan catatan pemberian imunisasi bayi. Selain itu bagi para ibu-ibu Rumah Tangga diberikan pula informasi tentang cara pencatatan meningkatkan gizi keluarga.

3.3 Pengukuran Variabel

Untuk mengukur tingkat pengetahuan, peneliti menggunakan skala nominal yaitu untuk membedakan antara responden yang menjawab tahu dan tidak tahu.

(46)

Berdasarkan jumlah skor jawaban yang diterima dari masing – masing responden, Nilai yang diperoleh dari masing – masig indikator variabel kebutuhan dijumlahkan lalu ditentukan apakah termasuk dalam jenjang kelas tinggi dan rendah. Penentuannya dengan mencari lebar interval kelas dari masing- masing variabel tersebut dengan rumus :

Interval :

diinginkan

yang

Jenjang

rendah

jawaban te

Skor

-rtinggi

jawaban te

Skor

Keterangan :

a. Skor tertinggi diperoleh melalui hasil perkalian dari pemberian skor dengan nilai ( tahu : 2 ) dikalikan dengan jumlah keseluruhan item yang terdapat dalam kuisioner.

b. Skor terendah diperoleh melalui hasil perkalian dari pemberian skor dengan nilai ( tidak tahu : 1 ) dikalikan dengan jumlah keseluruhan item yang terdapat dalam kuisioner.

c. Jenjang yang diinginkan sebanyak 3, yang selanjutnya dijadikan bentuk dari tingkat pengetahuan yaitu tinggi,sedang dan rendah.

(47)

Interval =

3

3

9

3

)

9

(

)

18

(

3

)

1

9

(

)

2

9

(

x

x

Kategori tinggi : 15 – 18 Kategori sedang : 12 – 14 Kategori rendah : 9 – 11

Penjelasan :

Di kategorikan tinggi dikarenakan para ibu – ibu rumah tangga ini aktif dan kooperatif.

Di kategorikan sedang dikarenakan para ibu – ibu rumah tangga ini memperhatikan dan menjelaskan dengan seksama, tetapi di dalam realisasinya belum di lakukan sepenuhnya.

Di kategorikan rendah dikarenakan para ibu – ibu rumah tangga ini kurang mendengarkan dan kurang memperhatikan di dalam penyuluhan.

3.4 Populasi, Sample dan Teknik Penarikan Sampel 3.4.1 Populasi

(48)

peran utama dalam keluarga yang berpengaruh besar pada tumbuh kembang anak ,serta sistem kekebalan tubuh dan juga kekurangan energi protein pada semua anggota keluarga.

3.4.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

alah menggunakan sampling kebetul

3.5 Teknik Pengumpulan Data

ngumpulan data, dalam penelitian ini akan dipergu

Sampel dalam penelitian ini ad

an atau Accidental sampling , karena pada penarikan teknik

sampling ini bisa memilih siapa saja yang kebetulan dijumpai untuk dijadikan sampel. Karena pada waktu diadakan penyuluhan jumlah yang datang hanya sebanyak 52 orang atau ibu – ibu rumah tangga di daerah Bulak Banteng kecamatan Kenjeran Surabaya. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik non probability sampling. Non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak

memberi peluang / kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Sampling kebetulan atau Accidental sampling adalah teknik yang dilakukan dengan memilih siapa

saja yang kebetulan dijumpai untuk dijadikan sampel ( Rachmat Kriyanto 2007 : 156 )

Untuk kepentingan pe

(49)

menyebarkan data kuisioner. Data tersebut berupa jawaban yang diambil dari daftar pernyataan. Dalam penyebaran kuisioner yang di ajukan terdapat pernyataan yang kurang dipahami oleh responden dapat dijelaskan peneliti. Agar menghindari kemungkinan salah dalam memahami pernyataan yang di ajukan, sehingga jawaban adalah valid.

Kedua, untuk pengumpulan data sekunder, data- data yang bersum

.6 Teknik Analisis Data

data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuen

yang diperoleh dari hasil kuesioner selanjutnya akan diolah untuk m

ber dari perpustakaan maupun dokumentasi atau data-data tertulis lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini juga dimanfaatkan.

3

Teknik analisis

si yang digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh responden.

Data

endiskripsikan. Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuesioner terdiri dari: mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut dalam tabulasi data untuk selanjutnya dianalisis secara dekskriptif setiap pertanyaan yang diajukan. Data yang didapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus):

P = N

F

(50)

eterangan

e responden K

P : Persentas

(51)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Daerah Bulak Banteng

Data demografis seperti tingkat pendidikan, kelompok usia, jenis kelamin dan pekerjaan atau profesi dapat digunakan untuk menjelaskan yang terdapat diantara responden di kecamatan kenjeran serta dapat menjelaskan tentang gambaran umum, maka penulis bermaksud memberikan gambaran tentang penduduk wilayah kecamatan kenjeran khususnya Kelurahan Bulak Banteng.

Bulak Banteng merupakan salah satu wilayah di Kecamatan Kenjeran yang ada di Kotamadya Surabaya, Bulak Banteng letaknya dekat dengan Kenjeran. Sebagian besar penduduk atau mayoritas Bulak Banteng adalah orang Madura. Karena letak geografisnya juga berdekatan dengan pulau Madura.

Adapun gambaran demografis tersebut meliputi luas wilayah, jumlah penduduk, tingkat pendidikan dan mata pencaharian masyarakat kecamatan kenjeran khususnya kelurahan Bulak Banteng surabaya

Kelurahan Bulak Banteng Surabaya :

a. Kelurahan Bulak Banteng mempunyai luas wilayah seluas 266.716 H, terletak Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya.

(52)

b. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk kelurahan Bulak Banteng sampai akhir 2008 adalah : Laki-laki : 6928 jiwa

Perempuan : 6719 jiwa Jumlah seluruhnya 16647

Jumlah kepala keluarga 3727 kk c. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan warga Kelurahan Bulan Banteng adalah sebagai berikut :

Pendidikan Umum : 16.853 orang Pendidikan Khusus : 1012 orang d. Mata pencaharian

Mata pencaharian penduduk Bulak Banteng adalah : - Karyawan : 3.145

- Wiraswasta : 1.122 - Tani : 14 - Pertukangan : 59 - Buruh tani : - - Pensiunan : 632 - Nelayan : 16 - Pemulung : 24 - Jasa : 12

(53)

4.2. Penyajian Data dan Analisa Data. 4.2.1. Identitas Responden

[image:53.595.143.515.332.457.2]

Identitas responden yang dimaksud adalah data-data yang diperoleh berdasarkan karakteristik responden yang meliputi : usia, pendidikan terakhir dan jenis pekerjaan selengkapnya tertera pada tabel berikut :

TABEL 4.1

Deskripsi Responden Berdasakan Usia

No Usia Responden Frekuensi Prosentase(%)

1 15-20 13 25

2 21-25 8 15,38

3 26-30 19 36,53

4 >30 12 23,07

Jumlah 52 99,99

(54)

mereka tentang dan kesehatan anak di usia dini bisa tumbuh dengan baik. Kemudian responden yang berusia > 30 tahun sebanyak 12 orang atau sebesar

[image:54.595.107.480.362.465.2]

23,07 %, Sedangkan sisanya adalah responden yang berusia 21 – 25 tahun sebanyak 8 orang atau 15,38 %. Hal tersebut dikarenakan di usia – usia seperti tersebut sibuk dengan anak – anaknya yang lain.

TABEL 4.2

Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

No Pendidikan Terakir Frekuensi Prosentase(%)

1 SD 29 55,76

2 SMP 20 38,46

3 SMU 3 5,76

Jumlah 52 99,99

(55)
[image:55.595.134.492.160.271.2]

TABEL 4.3

Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Frekuensi Prosentase(%)

1 Jualan 11 21,15

2 Ibu rumah tangga 37 71,15

3 Pegawai 4 7,69

Jumlah 52 99,99

Jenis pekerjaan responden yang paling dominan yaitu sebagai ibu rumah tangga sebanyak 37 responden atau sebanyak 71,15 %. Hal tersebut dikarenakan mereka hanya ingin menjadi ibu rumah tangga dengan baik pula yaitu merawat anak – anaknya, suami dan sebagainya. Responden sesuai dengan jenis pekerjaannya yaitu sebagai wirausaha atau berjualan sebanyak 11 responden atau sebanyak 21,15 % . Dapat dikarenakan mereka juga ingin merasakan sendiri bagaimana mencari uang dengan hasil keringatnya sendiri sehingga para ibu rumah tangga tidak menggantungkan uang dari suaminya untuk kebutuhan sehari – harinya. Dan responden yang memiliki jenis pekerjaan yaitu sebagai pekerja pabrik sebanyak 4 responden atau sebesar 7,69 %. Hal tersebut dapat disebabkan mereka mempunyai cita – cita yang tinggi yaitu menjadi wanita karier. 1. Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Gizi

(56)

dibedakan menjadi 9 (Sembilan ) pertanyaan dengan perincian sebagai berikut :

2. Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Istilah Kurang Gizi.

[image:56.595.110.458.362.475.2]

Hasil rekapitulasi jawaban responden mengenai pertanyaan “ Apakah ibu mengetahui istilah kurang gizi?” dapat diperinci dari tabel sebagai berikut :

TABEL 4.4

Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Istilah Kurang gizi.

No Kategori jawaban Frekuensi Prosentase(%)

1 Tahu 14 26,92

2 Tidak Tahu 38 73,09

JUMLAH 52 99,99

Sumber : kuisioner pertanyaan 5

(57)

penyuluhan hal ini dikarenakan mereka aktif dan berusaha untuk mengetahui semua pengetahuan tentang gizi anak dan tumbuh kembang anak di masa dini

3. Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Penyebab Lumpuh Layu ( Polio )

[image:57.595.144.484.443.561.2]

Berdasarkan jawaban kuisioner maka dapat diperoleh distribusi frekuensi mengenai pertanyaan “ Apakah ibu mengetahui penyebab lumpuh layu ( polio ) ?” dapat dirinci sebagai berikut :

TABEL 4.5

Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Penyebab Lumpuh Layu ( Polio )

No Kategori jawaban Frekuensi Prosentase(%)

1 Tahu 27 51,92

2 Tidak Tahu 25 48,07

Jumlah 52 99,99

Sumber : kuisioner pertanyaan 6

(58)

sebanyak 25 orang atau sebanayk 48,07 % menyatakan tidak mengetahui akan hal tersebut dapat disebabkan mereka yang kurang tanggap terhadap masalah yang berhubungan dengan kesehatan anak kurang sehingga mereka tidak terlalu memperdulikannya.

[image:58.595.121.506.416.533.2]

4. Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Manfaat Asi Eksklusif Untuk mengetahui rincian frekuensi mengenai pertanyaan “ Apakah ibu mengetahui tentang manfaat ASI eksklusif ?” dapat dirinci sebagai berikut :

TABEL 4.6

PENGETAHUAN RESPONDEN ATAU IBU TENTANG MANFAAT ASI EKSKLUSIF

No Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase(%)

1 Tahu 40 76,92

2 Tidak Tahu 12 23,07

Jumlah 52 99,99

Sumber: kuisioner pertanyaan 7

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini yakni sebanyak 40 orang atau sebesar 76,92 % menyatakan bahwa mereka tahu tentang manfaat ASI eksklusif, hal tersebut dikarenakan Air Susu Ibu (ASI) adalah minuman alamiah utama untuk semua bayi. ASI dianggap sebagai nutrisi terbaik bagi

neonatus dan infant. Selain itu, anak yang diberikan ASI secara penuh

(59)

perkembangan mental yang lebih tinggi dibandingkan bayi yang tidak diberikan ASI. Sedangkan sebanyak 12 orang atau sebesar 23,07 % menyatakan tidak mengetahui akan manfaat ASI EKSKLUSIF. Hal tersebut dapat disebabkan kurang mengertinya orang tua tentang ASI eksklusif terhadap sang anak, bisa juga karena kesibukan orang tua yang akhirnya mereka cenderung menggunakan susu formula.

5. Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Pentingnya Makanan Tambahan Pendamping Asi

Untuk mengetahui rincian frekuensi dari responden maka dapat diperoleh distribusi frekuensi mengenai pertanyaan “ Apakah ibu mengetahui tentang pentingnya makanan tambahan pendamping ASI ? “ dapat diketahui melalui tabel di bawah ini :

[image:59.595.134.492.554.667.2]

TABEL 4.7

Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Pentingnya Makanan Tambahan Pendamping ASI

No Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Tahu 16 30,76

2 Tidak Tahu 36 69,23

Jumlah 52 99,99

(60)
[image:60.595.127.495.608.727.2]

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini yakni sebanyak 36 orang atau sebesar 69,23% menyatakan tidak mengetahui tentang pentingnya makanan pendamping ASI. Hal tersebut dikarenakan para ibu menganggap dengan memberikan ASI EKSKLUSIF, maka sudah kecukupan gizi anak tersebut. Sedangkan sebanyak 16 orang atau 30,76% menyatakan mengetahui, karena makanan tambahan pendamping ASI adalah makanan suplay atau makanan pokok ke 2 yang di butuhkan oleh anak setelah pemberian Asi Ekslusif.

6. Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Pemberian Makanan Yang Diperlukan Bagi Anak Yang Kurang Gizi

Berikut ini akan disajikan rekapitulasi data mengenai pertanyaan “ Apakah ibu mengetahui pemberian makanan tambahan yang diperlukan bagi anak yang kurang gizi ?” dapat dirinci sebagai berikut :

TABEL 4.8

Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Pemberian Makanan Yang Diperlukan Bagi Anak Yang Kurang Gizi

No Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Tahu 20 38,46

2 Tidak Tahu 32 61,53

Jumlah 52 99,99

[image:60.595.129.497.609.726.2]
(61)

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini sebanyak 32 orang atau sebesar 61,53% tidak mengetahui seberapa pentingnya makanan tambahan yang diperlukan bagi anak. Para responden hanya mengandalkan ASI sebagai makanan pokok bagi para balita. Karena para responden atau ibu – ibu menganggap ASI sudah cukup untuk memenuhi gizi anak. Tidak hanya hal tersebut para orang tuapun kurang menyadari tentang pentingnya gizi itu sendiri bagi anak mereka. Sedangakan sebanyak 20 orang atau 38,46% mengetahui tentang pentingnya makanan tambahan bagi anak, hal tersebut dikarenakan para orang tua ini selalu memperhatikan tumbuh kembang sang anak sehingga dimasa – masa pertumbuhan anak mendapatkan asupan yang lebih dan gizi seimbang. 7. Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Cara Melihat Anak Yang

Kurang Gizi

(62)
[image:62.595.139.486.196.308.2]

TABEL 4.9

Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Cara Melihat anak yang kurang gizi

No Kategori Jawaban Frekuensi Presentasi

1 Tahu 13 25

2 Tidak tahu 39 75

Jumlah 52 99,99

Sumber : kuesioner pertanyaan no 10.

Keingintahuan responden tentang cara melihat anak yang kurang gizi dinyatakan tahu sebanyak 13 orang atau sebesar 25%. Hal tersebut dapat dikarenakan mereka ketika mendapatkan penjelasan tentang tanda – tanda kurang gizi untuk keluarga dari pihak penyuluh mereka memperhatikan dengan seksama dan dipahami, kemudian mereka mempraktekkannya dalam kehidupan sehari – hari. Sehingga mereka dapat memperoleh pengetahuan tersebut lebih luas lagi. Sedangkan sebanyak 39 orang atau sebesar 75% menyatakan tidak mengetahui akan hal tersebut, dikarenakan ketika diberi keterangan dari penyuluh mereka tidak mendengarkan ataupun memperhatikan dengan seksama dan tidak memahami serta tidak diterapkan dalam kehidupan sehari – hari.

(63)

8. Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Bubur Beras Merah Merupakan Makanan Pertama Yang Baik Bagi Bayi

[image:63.595.129.495.360.468.2]

Berikut ini akan disajikan rekapitulasi data mengenai pertanyaan “ Apakah ibu mengetahui bubur beras merah merupakan makanan pertama yang baik bagi bayi ?”dapat dirinci sebagai berikut :

TABEL 4.10

Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Bubur Beras Merah Merupakan Makanan Pertama Yang Baik Bagi Bayi No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1 Tahu 27 51,92

2 Tidak Tahu 25 48,07

Jumlah 52 99,99

Sumber : kuisioner pertanyaan 11

(64)

mereka dapat menerapkan pengetahuan tersebut dalam keluarga ataupun terhadap lingkungan sekitarnya. Sedangkan sebanyak 25 orang atau sebesar 48,07% menyatakan tidak mengetahui akan hal tersebut. Dikarenakan para ibu malas membuatkan bubur beras merah buat anak – anak mereka, ibu - ibu ini hanya memberikan makanan seadanya.

9. Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Larangan Untuk Membiasakan Anak Jajan

[image:64.595.135.491.553.669.2]

Untuk mengetahui hasil jawaban dari responden maka dapat diperoleh distribusi frekuensi mengenai pertanyaan “ Apakah ibu mengetahui larangan untuk membiasakan anak jajan ?” dapat dirinci sebagai berikut :

TABEL 4.11

Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Larangan Untuk Membiasakan Anak Jajan

No Kategori Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Tahu 27 51,92

2 Tidak Tahu 25 48,07

Jumlah 52 99,99

(65)

Sebagian besar responden dalam penelitian ini yakni sebanyak 27 orang atau sebesar 51,92% menyatakan bahwa mereka tahu informasi mengenai larangan untuk membiasakan anak jajan, hal tersebut dapat disebabkan mereka mendapatkan informasi tersebut dari dokter atau penyuluhan – penyuluhan warga serta buku panduan gizi yang diberikan untuk para responden khususnya ibu, tidak hanya itu dikarenakan jajanan di luar belum tentu mengandung gizi justru mengandung zat – zat kimia yang berbahaya bagi pertumbuhan anak – anak ataupun balita. Sedangkan sebanyak 25 orang atau sebesar 48,07 % tidak mengetahui bahaya jajanan luar. Dikarenakan ibu – ibu kurang memperhatikan gizi dan pertumbuhan anak, sebab ibu – ibu tersebut membiarkan anak-anak mereka jajan sembarangan asalkan anak mereka diam dalam artian biar tidak menangis, atau terkadang ibu-ibu tersebut sibuk mengurusi anak – anak mereka yang lainnya, atau terkadang para ibu atau responden sibuk dengan pekerjaannya dengan kata lain ibu-ibu ini tidak terlalu mementingkan gizi anak. 10. Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Cara Memelihara

Kebersihan

Pengetahuan responden tentang mengenai pertanyaan “Apakah ibu mengetahui cara memelihara kebersihan?”dapat diketahui frekuensinya secara terperinci sebagaimana dijabarkan pada tabel di bawah ini :

(66)
[image:66.595.132.494.167.284.2]

TABEL 4.12

Pengetahuan Responden Atau Ibu Tentang Cara Memelihara Kebersihan NO Kategori Jawaban Frekuensi Presentase

1 Tahu 24 46,15

2 Tidak Tahu 28 53,84

Jumlah 52 99,99

Sumber : kuisioner pertanyaan 13

(67)
[image:67.595.139.488.179.323.2]

TABEL 4.13

Rekapitulasi Jawaban Responden

Berdasarkan Kategori Mengenai Tingkat Pengetahuan

No Kategori Jumlah %

1 Tinggi 13 25

2 Sedang 14 26,92

3 Rendah 39 48,07

Jumlah 52 99,99

(68)

mereka. Hal inilah yang menyebabkan anak-anak kurang gizi. Biasanya para ibu-ibu ini membiarkan anak tersebut asalkan anak tersebut sehat. Tapi tanpa mereka sadari bahwa gizi yang terdapat di dalam tubuh anaknya sangat kurang.

Sedangkan tingkat pengetahuan pada kategori sedangkan sebanyak 14 responden atau sebesar 26,92%. Hal ini dikarenakan para ibu memperhatikan dan mendengarkan dengan seksama tapi di dalam realisasinya belum dilakukan sepenuhnya oleh ibu rumah tangga tersebut. Karena ibu-ibu tersebut beranggapan bahwa anak yang sehat atau dikategorikan tidak sakit, mereka berarti tidak kekurangan gizi.

(69)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan analisis, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan ibu rumah tangga di kecamatan Kenjeran daerah Bulak Banteng sebagian besar berada pada kategori rendah, setelah mendapatkan penyuluhan, sehingga mereka tidak mengetahui mengenai gizi anak serta upaya meningkatkan gizi keluarga.

5.2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang didapat dari penelitian yang dilakukan maka penelitian dapat mengajukan beberapa saran antara lain :

1. Diharapkan bagi pihak Penyuluh lebih memberikan penyuluhan lebih intens dan pendampingan bagi ibu-ibu rumah tangga tentang gizi, agar tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang gizi lebih meningkat.

(70)
(71)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU :

Bungin, Burhan prof.Dr.H.M.S,S.Sos.MSI,2006,Metodologi Penelitian Kuantitatif, kencana Prenada Media, Jakarta

Effendy, 1993, TV Siaran, Teori dan Praktek, CV. Mandar Maju Bandung.

Effendy, Onong uchjana, 2003 Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Cetakan ketiga, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Eriyanto,2000,Metodologi polling,Bandung,PT.Remaja Rosdakarya.

Maramis, 2007, Perilaku dalam Pelayanan Kesehatan, Penerbit Airlangga University Press.

Moor,1993, Hubungan Masyarakat, Prinsip, Kasus, dan Masalah, Bandung, Rosda Karya

Mulyana, Deddy, 2001 Ilmu Komunikasi Suatu pengantar, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Nasution, 1996, Komunikasi Pembangunan, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Omar Malik, 1990, Pendidikan Tenaga Kerja Nasional, Bandung, Citra Aditya

Bhakti.

Rakhmat, Jalalludin, 1999, Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosda karya, Bandung.

Rakhmat, Jalaludin, 2001, Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.

Rakhmat, Jalaludin, 2004, Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung,

Samsudin, 1997, Dasar-dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian, Bandung, Binacipta

Siregar, 1985, Komunikasi Sosial, Badan Penelitian dan Pengembangan Fakultas. Sendjaja, Sasa Djuarsa, 1993, Pengantar Komunikasi, Departemen Pendidikan

(72)

Sendjaja, Sasa Djuarsa, 1997, Pengantar Komunikasi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Universitas Terbuka.

Sugiyono, 2007 Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Kesepuluh, Penerbit Alfabeta, Bandung.

NON BUKU

Dinas Kesehatan, 2007

( http://kitapastibisa.woodpress.com/2008,01/19/44-balita-surabaya-derita-gizi-buruk/)

(http://www.mediaindo.co.id/berita.asp?id=97984 )

Gambar

Gambar 2.1 Model Teori S-O-R (Effendy, 2003:255)
Gambar : Bagan kerangka berpikir tingkat pengetahuan Ibu-ibu Rumah Tangga di
TABEL 4.1
TABEL 4.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kelengkapan Dokumen yang harus Saudara bawa pada saat acara dimaksud terdiri atas: asli Dokumen Audit Payroll dari Kantor Akuntan Publik atau bukti laporan pajak

Shakira Isabel Mebarak Ripoll nació en 1977 en Colombia y desde los años 1990 en Latinoamérica, y desde los 2000 en los Estados Unidos se ha convertido en una gran figura de la

Dengan penggunaan metode BIDAN (Baca, Identifikasi, Analisis, dan Penilaian), kegiatan pelatihan pendidikan kecakapan keorangtuaan dapat dilakukan secara

Hasil analisis dari contoh kasus ini, jumlah tenaga kerja yang diperlukan adalah sebanyk enam orang tenaga kerja dengan tiga shift setiap harinya, dan juga memerlukan waktu

The theoretical framework is basically based on the Employee Satisfaction Theory and the relation among the variables where the alternative employment opportunities, turnover

This research aims to describe the corporations to take restatement in financial statement such as, corporate governance implementation and size of Audit Firm. Corporate

Artikel ini membahas temuan dari penelitian kuasi eksperimen untuk mengetahui pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik peserta didik SMK Negeri 1 Purwakarta kelas

Jika dalam tahun berikutnya, nilai estimasi kerugian penurunan nilai aset keuangan bertambah atau berkurang yang dikarenakan peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai