• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Bank Lokal dengan Merger dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat D 902006001 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Bank Lokal dengan Merger dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat D 902006001 BAB I"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1.1. Latar Belakang

Dalam skala global, peranan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) baik lembaga formal maupun non formal telah ratusan tahun diyakini memiliki peran penting dalam menyumbang pembangunan ekonomi baik di negara maju maupun negara sedang berkembang. Tahun 1990an, seiring popularitas nama LKM (microfinance institutions) -makin terdengar keras bahwa LKM tidak diragukan dalam menyumbang pembangunan ekonomi khususnya dalam pengentasan kemiskinan (Hulme and Mosley 1996; Hulme 1997; Johnson and Rogaly 1999). Tahun 2006, peran LKM tersebut dikukuhkan ketika Muhammad Yunus dengan Grameen Bank mendapat nobel perdamaian dengan pernyataan (Mjøs 2006) sbb:

"Yunus and Grameen Bank were jointly awarded the Nobel peace Prize - for their efforts to create economic and social development from below"

Yunus dan Grameen Bank menjadi populer dalam pembangunan ekonomi dan perdamaian dengan dimensi pengentasan kemiskinan karena kredit yang diberikan kepada masyarakat miskin produktif khususnya wanita, dengan skala mikro (micro entre-preneur) yang seharusnya tidak layak untuk memperoleh kredit bank dengan kriteria bank formal. Mekipun tanpa hadiah nobel, BRI Unit (dh. BRI Unit desa) merupakan lembaga keuangan mikro terbesar di dunia yang juga berperan dalam pembangunan ekonomi melalui pengentasan kemiskinan, jauh lebih lama beroperasi dibanding Grameen Bank. Untuk memberikan gambaran bahwa penduduk miskin di Indonesia masih cukup tinggi, yang masih membutuhkan penanganan dari pemerintah, pada tahun 2009 mencapai 32,53 juta (14,15% penduduk), sebagian besar yaitu 20,62 juta (63,38%) berada di pedesaan dan sisanya 11,91 juta berdomisili di perkotaan (Kompas 2010: 12 Juli).

(2)

dan 6 Kota, dengan 565 kecamatan yang mencakup 7.804 desa, supaya lebih mudah memahaminya bersama ini di sajikan Tabel 1.1 tentang potensi wilayah penelitian sebagai berikut:

Jawa Tengah Kota

Penduduk (2006) 32.177.730 1.468.292 890.898 Pertumbuhan PDB

(2006-2007)

5.59% 5.98% 4.72%

Sektor dominan Industry Trade, hotel and restaurants

Industry Tabel 1-1. Data Jawa Tengah dan Wilayah Penelitian

Sumber : Kantor Satistik Kab. Semarang

Supaya kronologisnya runtut dalam penulisan ini maka gambaran yang telah ada disajikan data sejak tahun 1992 mengenai kemiskinan dan lembaga keuangan mikro. Setelah Jabar dan Jatim, Jawa Tengah memiliki jumlah penduduk yang besar, dengan 19 persen penduduk di bawah garis kemiskinan, sementara tingkat nasional 15 persen penduduk adalah miskin. Indonesia memiliki keunikan dalam pengembangan lembaga keuangan mikro, sehingga pada tahun 1992 Indonesia disebut Gonzalez-Vega dan Chaves sebagai laboratorium keuangan mikro terbesar di dunia (Steindwand 2001: 14) dengan berbagai bentuk kelembagaan: BRI, BPR, Bank Desa, Koperasi, BMT, Credit Union, dll. Di Jawa Tengah sejak tahun 1970an, lembaga keuangan yang unik telah didirikan oleh Pemda yang dikenal dengan nama BKK (Badan Kredit Kecamatan) dengan badan hukum Perusahaan Daerah (PD) dan pada tahun 1990an menjadi PD BPR BKK (350) dan PD BKK (160).

(3)

sehingga muncul adanya dana bergulir seperti yang disampaikan Brata Antakusuma, Asisten Deputi Kementerian BUMN urusan Informasi Kekayaan BUMN (Warta Bisnis 2004). Pada tingkat nasional, secara operasional kebijakan tersebut telah disalurkan dana bergulir Rp.3,4 triliun yang berasal dari 3 persen laba bersih BUMN untuk 345 ribu mitra binaan. Pada tanggal 7 September 2004 diluncurkan Kredit Usaha Mikro Layak Tanpa Agunan (KUMLTA) dengan paradigma -perubahan dari charitatif ke business approach, agar masyarakat mampu mengentaskan kemiskinannya sendiri. Secara khusus, terdapat institusi Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK, berdiri 2001) yang disertai Departemen Koperasi dan UKM, Kementrian BUMN serta Bank Umum Milik Negara sebagai pelaksana (Warta Bisnis 2004) Sejak tahun 1969 Provinsi Jawa Tengah telah merintis lahirnya BKK, maka Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi yang memiliki sejarah panjang tentang hadir dan berkembangnya LKM. Dua LKM yang menjadi tonggak sejarah adalah: (1) Bank Bantuan dan Tabungan Pegawai Pemerintahan Bangsa Indonesia (Hulp-en Spaar Bank der Inlandsche Bestuur Amtenaren) sebagai Bank Perkreditan Rakyat (ru-ral bank) pertama yang didirikan di Indonesia (Suharto 1988: 29), tepatnya di Purwokerto pada tanggal 16 Desember 1985, oleh R.Bei Aria Wirjaatmadja1. Lembaga keuangan ini kemudian menjelma

menjadi Bank Rakyat Indonesia, (2) Badan Kredit Kecamatan (BKK) didirikan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah, tanggal 4 September 1969 dan dikukuhkan tanggal 19 Nopember 1970. Fokus penulisan penelitian ini adalah peran stakeholder dalam merger, dinamika merger dan trust relation berdampak positif terhadap perkembangan bank.

Pada awal operasi, BKK memperoleh dana pinjaman awal Rp.1 juta, dengan misi memerangi kemiskinan di pedesaan untuk menghalau mereka yang terjerumus faham komunisme melalui pendekatan kesejahteraan (prosperity approach) sebagai ganti pendekatan keamaan (security approach) seperti yang terjadi pada tahun 1965 G30S PKI di mana masyarakat miskin menjadi korban politik PKI (Patten and Rosengard 1991). BKK kemudian menjadi perusahaan daerah, sehingga

(4)

menjadi PD BKK berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun 1981 yang mendapatkan pengesahan dari Mendagri dengan SK No. 581.053.3/ 884, tanggal 17 Desember 1981(selanjutnya dalam penulisan buku ini konsisten dengan penulisan BKK/BPR BKK). Perubahan status badan hukum belum menjamin kelangsungan hidup BKK, karena masalah kekurangan sumber dana menyebabkan banyak BKK yang mengalami kesulitan likuiditas. Hal ini disebabkan dukungan dana dari pemerintah daerah dan donatur tidak mencukupi. Pada tahun 1984 BKK memperoleh ijin dari Menteri Keuangan untuk menghimpun dana dari masyarakat. Peristiwa penting lainnya dalam rangka penyehatan adalah kebijakan hapus buku pertama kali sebesar Rp 843 juta pada tahun 1989. Karena sejak berdiri, kredit macet masih dicatat sebagai baki debet yang bisa menyesatkan manajemen BKK (Martokoesoemo 1993: 69, 77).

Penyesuaian kelembagaan terhadap perkembangan perekonomian belum selesai. Tahun 1990 an terjadi perubahan kelembagaan 160 BKK tetap seperti apa adanya dan 350 BKK naik status menjadi BPR BKK. Sejak tahun 2005 terjadi gelombang merger besar-besaran dari BPR BKK yang dimulai oleh PD BPR BKK di Kabupaten Semarang. Merger 9 BPR BKK di Kabupaten Semarang menempatkan BPR BKK Ungaran sebagai kantor pusat dan 8 BPR BKK lainnya menjadi kantor cabang yang berada di kecamatan Klepu, Bawen, Tuntang, Bringin, Ambarawa, Banyubiru, Jambu dan Sumowono. Di Jawa Tengah, dari 350 BPR BKK bergabung menjadi 35 BPR BKK di 35 kabupaten/kota. Episode sebelum, saat dan setelah merger memiliki dinamika yang bersejarah bagi BPR BKK dengan stakeholdernya. Pertama tentang perlu tidaknya merger (merger) menjadi polemik antara pemegang saham dengan regulator Bank Indonesia. Kedua, pengalaman merger berpeluang menghasikan tiga kemungkinan hasil: sukses, gagal, atau tidak jelas.

(5)

Tabel 1- 2. Tingkat Kesehatan BPR BKK dan BPR non BKK yang Berada dalam Pengawasan Bank Indonesia, Semarang, September 2002

No Tingkat Kesehatan BPR BKK BPR Non BKK Total

Unit Prop Unit Prop Unit Prop

1 Sehat 107 48% 104 73% 211 58%

2 Cukup Sehat 65 29% 19 13% 84 23%

3 Kurang Sehat 35 16% 8 6% 43 12%

4 Tidak Sehat 17 8% 11 8% 28 8%

Total 224 100% 142 100% 366 100%

Sumber: Bank Indonesia, Semarang September 2002

(6)

Sebelum terjadi keselarasan rencana merger antara Pemda dan KBI Semarang, polemik merger diawali saat Moerjono, Koordinator Bidang KBI Semarang menyatakan perlunya merger BPR BKK di sela-sela menghadiri Musyawarah Daerah (Musda) III Perbarindo Jateng, Januari 2003. Merger BPR BKK untuk meningkatkan diri menghadapi persaingan yang makin ketat (Suara Merdeka 2003: 8 Januari). Gagasan merger tersebut disanggah oleh Anwar Kholil, Kepala Kantor Badan Informasi Komunikasi dan Kehumasan (BIKK) Provinsi Jateng - Pemda belum punya rencana merger BPR BKK (Suara Merdeka 2003: 9 Januari).

Dalam proses penerimaan gagasan merger, Moerjono menegaskan bahwa merger akan menyehatkan BPR BKK secara keseluruhan dan menyelamatkan 15 BPR BKK yang ada dalam pengawasan khusus Bank Indonesia. Kelimabelas BPR BKK tersebut dalam kondisi sakit dimana CAR<4 persen dan beroperasi secara tidak efisien yaitu memiliki BOPO>100 persen. Berdasarkan simulasi, 32 BPR BKK hasil merger akan memiliki CAR> 8 persen dan ROA 4,1 persen. Dengan catatan, Pemda menambah modal tambahan, untuk tahun 2003 sebesar Rp 25,43 milyar (Suara Merdeka 2003: 22 Oktober). Pada akhir tahun 2001, seluruh BPR BKK telah memiliki nasabah 1,67 juta dengan dana pihak ketiga Rp.488,8 milyar dan baki debet pinjaman (kredit) sebesar Rp.426,98 milyar (Suara Merdeka 2003: 9 Januari).

Secara khusus, reaksi wakil rakyat, Hok Hiong, anggota komisi B-DPRD Kabupaten Semarang yang meminta Pemda untuk menjelaskan angka kredit bermasalah di 9 BPR BKK sebelum merger, sebelum Pemda menambah modal disetor Rp.1 milyar dari APBD TK I, karena terungkap bahwa hasil audit internal untuk 9 BPR BKK tersebut terdapat kredit bermasalah berturut-turut sebesar Rp1,61 milyar (Macet), Rp.2,58 milyar (Diragukan) dan Rp.878 juta (Kurang Lancar). Meskipun demikian, Agus Purwoko Djati, Kabag Perekonomian Kabupaten Semarang menyatakan bahwa NPL relatif kecil masih dalam kondisi wajar (Bisnis Indonesia 2005: 26 Januari).

(7)

meng-gambarkan posisi BPR BKK yang akan dimerger maka bersama ini disajikan gambar tentang Peta Jawa Tengah dan Posisi BPR BKK yang akan di merger seperti terlihat dalam gambar 1-1.

Gambar 1-1. Peta Wilayah Keberadaan BPR BKK Jawa Tengah Yang Dimerger

1.2. Beberapa Penelitian Tentang Merger dan Motivasinya

Dengan semakin ketatnya persaingan dan terjadinya arus globalisasi yang deras maka setiap perusahaan dituntut untuk selalu memasang dan mengembangkan strategi agar dapat bertahan hidup, berkembang dan mampu mengatasi persaingan.

Strategi yang cocok untuk membesarkan dan keberlanjutan perusahaan adalah dengan cara melakukan merger atau akuisisi (Swasono 2004). Karena dengan merger akan memperluas jaringan dan komunikasi baik antar konsumen maupun karyawan. Di Amerika Serikat aktivitas merger adalah sesuatu hal yang biasa dilakukan, bahkan Hitt (2002) mengatakan di Amerika tahun 1980an terjadi merger mania.

Motivasi melakukan merger dan akuisisi merupakan strategi untuk menumbuhkan perusahaan secara eksternal secara cepat melalui pengambilalihan (merger dan akuisisi) perusahaan lain yang telah beroperasi daripada mendirikan cabang baru.

(8)

Merger dapat memberikan keuntungan yang lebih besar melalui efisiensi, tranfer teknologi dan manajemen serta memperluas jangkauan pemasaran. Memang merger tidak semuanya berhasil, merger bisa berdampak positif, akan tetapi juga dapat menimbulkan dampak sebaliknya. Untuk mengetahui keberhasilan atau tidaknya proses merger sebuah perusahaan atau bank dapat dilihat dari bagaimana kinerja perusahaan atau bank pasca merger.

Penelitian Merger, Akuisisi dan Konsolidasi (takeover) telah berlangsung lama dan dilakukan di berbagai negara. Secara ringkas terdapat tiga kategori dampak merger dan akuisisi (Weston, Mitchell et al. 2004), yaitu: (1) merger meningkatkan nilai perusahaan pasca merger, (2) pasca merger tidak meningkatkan nilai (netral) dan (3) pasca merger terjadi penurunan nilai.

Merger PD BPR BKK Jateng dengan motivasi efisiensi/sinergi untuk setiap kabupaten/kota dengan demikian, diharapkan dampak merger akan meningkatkan nilai. Sementara itu, terdapat fakta yang masih hangat tentang kasus merger Bank Century termasuk kategori dampak ke 3 - karena adanya masalah keagenan (agency problems). Merger PT Bank Danpac Tbk, PT Bank Pikko dan Bank CIC menjadi PT Bank Century, dengan motivasi untuk menyehatkan bank tetapi yang terjadi justru menyembunyikan pelanggaran (ICW 2004: 21 Mei) pelanggaran tersebut antara lain:

1. Aset surat-surat berharga (SSB) yang sebelumnya dinyatakan macet oleh Bank Indonesia dianggap lancar untuk memenuhi performa Capital Adequcy Ratio (CAR).

2. Modal yang sebelumnya tidak bisa untuk membayar dana pihak ke 3 mulai tanggal 5 Desember dapat dipergunakan.

3. Tetap dipertahankannya pemegang saham yang tidak lulus fit and proper test menjadi pemegang saham.

Dengan mergernya 3 bank tersebut uang negara ikut tergerus kesana karena negara membayar deposan yang dijamin oleh Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) dan pinjaman jangka pendek yang akhirnya menjadi permasalahan yang berkepanjangan.

(9)

di masyarakat, pernyataan terebut diperkuat oleh Hitt dan Horison (2002) yang meneliti merger National Bank Corp dan Bank Amerika Corp, dengan nilai transaksi yang besar yaitu USD 60 milyar. Sinergi yang dihasilkan mempermudah bank menghimpun dana masyarakat. Untuk meningkatkan penyaluran kredit perlu adanya akumulasi modal yang kuat pula. Pengalaman di Indonesia merger Bank Niaga dan Lippo mampu meningkatkan bank hasil merger yaitu CIMB Niaga ke peringkat 5 besar bank di Indonesia (Razak 2008- Chief Executive CIMB Group). Hal tersebut membuktikan bahwa bank memerlukan kepercayaan masyarakat, setelah dimerger masyarakat semakin percaya dan nilai perusahaan meningkat.

Demikian pula merger Bank Mandiri memberikan dampak posistif bagi pemerintah berupa peningkatan pajak (Sarwono 2007). Sebenarnya tujuan utama melakukan merger beberapa bank BUMN adalah untuk menyehatkan bank milik pemerintah pasca terkena dampak krisis moneter tahun 1997 dan tahun 1998, kalau tujuan merger hanya meningkatkan pajak adalah satu kesalahan dalam menetapkan tujuan, karena bank Mandiri adalah bank milik pemerintah yang akan menjadi ujung tombak pembangunan pedesaan.

Dengan adanya beberapa penelitian mengenai merger perusahaan yang berdampak positif, netral dan negatif, dapat menciptakan pemahaman yang ambiguitas tentang merger bank bagi stakeholder bank yang akan melakukan merger. Di samping itu dalam merger bank dapat terjadi gejolak pegawai, kompetisi setoran modal, trust relation yang banyak diperhatikan. Penelitian merger PD BPR BKK di Jawa Tengah ini merupakan upaya membuka tabir dinamika pengembangan bank lokal PD BPR BKK sebagai salah satu bank lokal yang unik karena merger dilakukan secara masal dari 350 PD BPR BKK.

(10)

Berdasarkan latar belakang itulah yang memberikan inspirasi peneliti untuk meneliti mega merger PD BPR BKK di Jawa Tengah, dengan studi kasus di BPR BKK Ungaran dengan orientasi Pengembangan Bank Lokal dengan Merger, dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat. Fokus penelitian ini ditekankan pada Kinerja Bank Hasil Merger di BPR BKK Jawa Tengah, khususnya BPR BKK Ungaran dalam rangka Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut di atas maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana peran stakeholder dalam pengembangan bank lokal melalui merger dan motivasinya, dinamika dalam merger BPR BKK serta fungsi trust relation dalam pengembangan bank untuk pemberdayaan perekonomian masyarakat. Pernyataan perumusan masalah tersebut penulis jabarkan sebagai berikut:

1. Apa motivasi dan peran stakeholder BPR BKK Ungaran melakukan merger?

2. Bagaimanakah proses merger BPR BKK sebagai bank lokal untuk menuju bank yang sehat dan berperan dalam pemberdayaan perekonomian masyarakat?

3. Bagaimana bentuk dan peran trust relation sebagai pendukung kinerja BPR BKK secara finansial dan non finansial?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran dan motivasi stakeholder dalam melakukan merger BPR BKK serta solusinya agar BPR BKK tetap bertahan, secara spesifik penelitian ini untuk: (1) Memperoleh gambaran tentang motivasi dan peran stakeholder

dalam melakukan merger sebagai sarana memperkuat bank. (2) Mengetahui dinamika yang terjadi dalam proses merger BPR BKK,

dampak yang terjadi dan solusinya.

(3) Menemukan bentuk dan peran trust relation untuk pengembangan bank.

1.4. Manfaat Penelitian

(11)

kebijakan kepada pemerintah atau pihak yang membutuhkan pengetahuan dan pengalaman tentang peran dan motivasi stakeholder dalam pengembangan bank melalui merger.

Manfaat teoritis dari penelitian ini dapat memperkaya kajian-kajian teori studi pembangunan tentang peran dan motivasi stakeholder dalam melakukan merger bank supaya dapat meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Selain itu, menjadi bahan kajian teori bagi para peneliti dan pelaku riset dalam pengembangan khasanah ilmu tentang merger bank, dinamika yang terjadi dalam melakukan merger bank serta bentuk dan peran trust relation dalam mendukung bank.

Adapun manfaat praktis adalah untuk memberikan masukan kepada para pelaksana operasional bank (banker) tentang peran stakeholder dalam pengembangan bank melalui merger serta motivasi dan dorongan melakukan merger, memahami dinamika yang terjadi dalam merger bank serta solusi yang harus dilakukan, menemukan bentuk dan peran (trust relation) sebagai pendukung kinerja BPR BKK secara finansial dan non finansial.

1.5. Sistematika Penulisan Hasil Penelitian

Sistematika penulisan buku ini disusun sebagai berikut: Bab 1 menguraikan latar belakang permasalahan, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Bab 2, perspektif teori yang membahas masalah merger bank yang mendasari bank dapat melakukan merger, serta pengalaman merger yang telah dilakukan di tempat yang lain, serta membahas pengembangan bank lokal.

(12)

Dalam Bab 3 disajikan Metode Penelitian yang membahas masalah Jenis dan Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel, Tahapan Penelitian, Teknik Pengumpulan data dan Kerangka Pemikiran.

Dalam Bab 4 penulis menyajikan tentang penetrasi bank umum dalam pasar keuangan mikro, yang diikuti dengan perbandingan jumlah BRI Unit, Jumlah kantor Cabang Bank BPD, dan perkembangan Danamon Simpan Pinjam, yang dilengkapi dengan mitigasi perdagangan Bank Umum dan BPR, inisiatif merger adalah satu pemikiran yang penulis tuliskan dalam hasil penelitian ini.

Selanjutnya dalam Bab 5 penulis menyajikan perkembangan BPR BKK pra merger yang meliputi bentuk hukum, dinamika kelembagaan dan pembentukan panitia merger. Dalam bab ini disajikan pula proses merger yang meliputi dasar hukum merger, peran stakeholder dalam proses merger dan motivasi melakukan merger, kesepakatan direksi melakukan merger, sosialisasi merger, studi banding serta realisasi merger BPR BKK, yang diawali dari keputusan RUPS, penetapan calon pengurus, setor modal tambahan.

Untuk penyajian berikutnya pengajuan proposal atau rancangan merger ke Bank Indonesia, rancangan perubahan akte pendirian, rancangan rencana kerja bank hasil merger, konversi modal, serta penulis sajikan pula penataan dan penetapan status karyawan, penyelesaian hak dan kuwajiban bank hasil merger terhadap karyawan, pengumuman merger di media massa sebagai bentuk deklarasi merger.

Untuk mengetahui perubahan kinerja apa saja yang terjadi pasca deklarasi merger maka disajikan dinamika yang terjadi pasca pengumuman, BPR BKK Ungaran menjadi BPR BKK di Jawa Tengah yang pertama melakukan merger, disajikan pula dinamika yang terjadi di tahun pertama merger, kinerja dan analisis BPR BKK sebelum dan sesudah merger, kinerja dan analisis kesehatan bank pasca merger, fungsi intermediasi bank, trend perkembangan bank, perkembangan tingkat kesehatan, dan intermediasi bank wujud trust relation, disajikan pula bank sebagai agen pemberdayaan masyarakat.

(13)

disajikan pula eksistensi BPR BKK sebagai bank lokal, jangkauan layanan BPR BKK sebagai bank lokal, kontribusi PAD ke kas daerah, kontribusi pemberdayaan UMKM, dan perluasan hulu hilir nasabah binaan tahu baxo yang telah sukses dari nasabah kredit menjadi nasabah penabung. Dalam bab ini dibahas pula Pemberdayaan Pengusaha Mikro, Pemberdayaan Kelompok Pengais Enceng Gondok. Dalam Bab 6, sebagai bab penutup disajikan tentang simpulan hasil penelitian yang berisi tentang jawaban dari permasalahan penelitian mengenai peran stakeholder dalam merger BPR BKK dan motivasinya melakukan merger.

(14)

Gambar

Gambar 1-1.  Peta Wilayah Keberadaan BPR BKK Jawa Tengah Yang Dimerger

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Efforts to improve the health and hygiene practices through management of the school nurse program with three, namely eyes instill health knowledge and healthy living

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas

Dari hasil analisa pendapat gabungan responden menunjukan bahwa kriteria Technologi Related (nilai bobot 0.510 atau sebanding dengan 51.0% dari total kriteria) merupakan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa multimedia pembelajaran dapat dikembangkan melalui metode penelitian dan pengembangan dan multimedia pembelajaran yang dikembangkan

There are also other essential aspects of an insurance contract justified by the Sunnah , such as the fact that an insurance policy originated from the ancient Arab custom of

Uji coba yang pertama dilakukan dengan cara melakukan pencarian pada halaman depan dimana pada halaman tersebut kata kunci yang dimasukan hanya dapat berupa