DENGAN REMAJ A PUTRI PELAKU LESBI DALAM MEMAHAMI
RESIKO HUBUNGAN SEJ ENIS DI SURABAYA)
SKRIPSI
Oleh :
ERWIN SARI WINDYATWATI
NPM : 0943010038
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayahNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANGTUA DENGAN REMAJA PUTRI DALAM MEMAHAMI RESIKO HUBUNGAN SESAMA JENIS DI SURABAYA.”
Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak hanya berupaya sendiri, tetapi penulis juga memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala hormat dan kerendahan hati disampaikan terimakasih kepada :
1. Allah SWT, karena karunia kesehatan baik secara fisik dan mental yang diberikanNya.
2. Bapak dan Ibu saya yang memberikan dorongan tiada henti, mengobrak-obrak saat saya malas mengerjakan skripsi ini, hingga semangat baik saya muncul kembali dan
bantuan secara moriil maupun materiil. Love fams :*
3. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto selaku rector Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya.
6. Bapak Juwito, S.sos, msi selaku dosen wali yang bersedia direpoti untuk masalah penyusun selama kuliah di Jurusan Ikom tercinta ini.
7. Terimakasih buat mas tyo, masku yang telah memberi dukungan tiada henti serta
doa yang tulus.
8. Terimakasih juga untuk Muhammad Imam Muavix yang selalu menemani, mendukung saya saat menyusun dan mengerjakan skripsi ini. Love dear :*
9. Untuk sahabatku mawar hitam uky (item), novi (bulek), dista (unyil), witha
(withil), caterine (kity) yang selalu setia mendukung segala urusan demi menyelesaikan skripsi ini. Love mawar hitam :*
10. Terakhir, untuk temen-temenku kos semolo findri (bokir), lia (kety), yeni
(boncel), lidya (cece), tia (miss j), septy (kak tii), putri (bude), etha (congok), adekku (dyah) terimakasih sudah membantu penyusun untuk begadang malam-malam mengerjakan skripsi ini. Love jam gendeng :* hahaaa
11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-satu oleh penulis.
Surabaya, 27 September 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN J UDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERSETUJ UAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
ABSTRAK ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan masalah ... 11
1.3 Tujuan penelitian ... 12
1.4 Manfaat penelitian ... 12
BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 13
2.2 landasan Teori ... 17
2.2.1.1 Definisi Komunikasi Interpersonal ... 17
2.2.1.2 Tujuan Komunikasi Interpersonal ... 20
2.2.1.3 Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal ... 22
2.2.1.4 Pengertian Komunikasi Interpersonal Ibu dan Remaja Putri ... 23
2.2.1.5 Aspek-aspek Komunikasi Interpersonal Ibu dengan Remaja Putri ... 25
2.3 Keluarga ... 26
2.3.1 Pengertian Keluarga ... 26
2.3.2 Pengertian Orangtua ... 27
2.3.3 Fungsi Keluarga ... 28
2.3.4 Fungsi Komunikasi Keluarga ... 32
2.4 Remaja ... 33
2.4.1 Pengertian Remaja Putri ... 33
2.4.2 Karakteristik Remaja ... 33
2.4.3 Pergaulan Remaja ... 35
2.5.2 Pengertian Lesbianisme ... 38
2.5.3 Resiko Hubungan Sesama Jenis ... 52
2.6 Kerangka Berfikir ... 53
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 56
3.2 Subyek Penelitian ... 56
3.2.1 Orangtua dan Remaja Putri ... 56
3.2.2 Komunikasi Interpersonal (antara ibu dan remaja putri) ... 58
3.3 Informan ... 61
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 64
3.5 Teknik Analisis Data ... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data ... 68
4.1.2 Penyajian Data ... 69
4.1.3 Identitas Informan ... 70
4.2 Analisis Data ... 71
4.2.1 Komunikasi Interpersonal Ibu dengan Remaja Putri dalam Memahami resiko hubungan sesama jenis ... 71
4.3 Pembahasan ... 98
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 106
5.2 Saran ... 107
DAFTAR PUSTAKA ... 108
DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil wawancara dengan informan ... 111
2. Interview Guide ... 129
hidup para remaja yang menjurus pada perilaku menyimpang. Khususnya remaja putri saat ini telah banyak mengalami perubahan dalam hal pergaulan serta gaya hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komunikasi interpersonal antara ibu dengan remaja putri dalam memahami resiko hubungan sesama jenis di Surabaya.
Teori komunikasi antar pribadi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pertukaran sosial oleh John Thibaut dan Harorld kelly, berdasarkan teori ini kita memasuki dalam hubungan komunikasi secara terbuka. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan menggunakan analisis kualitatif, yang menggabungkan metode survey atau observasi dan in depth interview.
Ibu harus dapat menjelaskan resiko hubungan sesama jenis terutama saat anak menginjak usia remaja dan Ibu harus uptodate perkembangan jaman. Sehingga ibu tau akan perubahan anaknya. Ibu dan remaja putri harus berkomunikasi dengan baik agar pesan yang disampaikan ibu diterima dengan baik oleh anak.
Kata kunci : Komunikasi Interpersonal, Komunikasi Interpersonal ibu dengan remaja putri, memahami resiko hubungan sesama jenis, resiko pelaku lesbian.
ABSTRACT
The phenomenon was worried about numerous parties at present is the lifestyle surrounding the teens behaviour deviates. Especially young women today have a lot of experience in terms of change in socialization and lifestyles. This research aims to know the interpersonal communication between mother with young women in same-sex relations risk understanding in Surabaya.
Interpersonal communication theory used in this social research exchange theory by john thibaut and harorld kelly, based on this theory, we enter in a communication relationship openly. The method used a descriptive method and using the qualitative survey method combines, or observation and in depth interview.
The mother should be able to explain same-sex relations risk especially when children and teenager mothers should follow the develpment of the world. So the mother will know his changes. Mother and teen daughter must communicate well received by the mother of the child.
1.1 Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Sejak pertama dilahirkan, manusia sudah melakukan
kegiatan komunikasi. Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia itu
hidup dengan manusia lainnya satu dengan yang lain saling membutuhkan.
Untuk tetap melangsungkan kehidupannya, manusia perlu berhubungan
dengan manusia lainnya. Hubungan antar manusia akan tercipta melalui
komunikasi, baik komunikasi verbal (bahasa) maupun non verbal (simbol,
gambar atau media komunikasi yang lain).
Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris Communication berasal
dari kata latin communication dan bersumber dari kata communis yang berarti
sama. Sama disini maksutnya adalah sama makna mengenai suatu hal
(Effendy, 2002:3). Judy C. Person dan Paul E. Nelson mengemukakan bahwa
komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama untuk kelangsungan
hidup diri sendiri yang meliputi : keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran
pribadi, menampilkan diri kita sendiri pada orang lain dan mencapai ambisi
pribadi. Kedua untuk melangsungkan hidup masyarakat, tepatnya untuk
memperbaiki hubungan social dan mengembangkan keberadaan suatu
Komunikasi interpersonal dalam keluarga terjalin antara orangtua dan
anak merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan perkembangan
individu. Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif dapat
menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang
makin baik dan tindakan. Demikian juga dalam lingkungan keluarga
diharapkan terbina komunikasi yang efektif antara orangtua dan anaknya,
sehingga akan terjadi hubungan yang penuh kasih sayang dan harmonis.
Hubungan demikian masih sangat diperlukan karena seorang anak masih
banyak menghabiskan waktu dalam lingkungan keluarga.
Terdapat dua faktor yang membentuk kepribadian anak, yaitu faktor
internal dan eksternal. Internal berasal dari lingkungan keluarga sendiri,
sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan luar rumah, yaitu
masyarakat. Koherensi diantara keduanya tidak dapat dipisahkan sama sekali
dari lingkungan keluarganya dan terbebas sekali dari pengaruh
lingkungannya (Hurlock, 1996:22). Kedua faktor tersebut merupakan tugas
orangtua untuk melakukan pembinaan keluarganya dan menyikapi secara
hati-hati masukan-masukan dari lingkungan masyarakat agar seorang anak
yang masih memerlukan pembinaan dengan baik dari orangtua tersebut dapat
disignifikan bertingkah laku sesuai dengan garis-garis keluarga dengan kata
lain faktor internal didalam keluarga harus lebih dominan dari pada faktor
eksternal yang berasal dari lingkungan masyarakat. Keluarga atau orangtua
Keberadaan orangtua mempunyai arti penting dalam perkembangan sosial
remaja. Keterikatan dengan orangtua pada masa remaja dapat membantu
kompetensi sosial dan kesejahteraan sosialnya. Seperti tercermin dalam
ciri-ciri harga diri, penyesuaian emosional dan kesehatan fisik
(Desmita,2005:218).
Orangtua biasanya mempunyai berbagai cara dan strategi untuk
berkomunikasi dan mendidik ketika anaknya masuk kedunia remaja agar
menjadi sesuai dengan apa yang diinginkan, karena keluarga merupakan salah
satu tempat pendidikan formal terpenting untuk pendidikan anak, maka
komunikasi interpersonal akan mempengaruhi proses pertumbuhan dan
perkembangan anak dalam segi apapun. Bagi seorang anak, keluarga
merupakan tempat pertama dan utama bagi pertumbuhan dan
perkembangannya, fungsi utama keluarga adalah sebagai wahana untuk
berkomunikasi, mendidik, mengasuh dan mensosialisasikan anak,
mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan
fungsinya dimasyarakat dengan baik. Terlebih lagi ketika anak sedang
tumbuh dan menjadi seorang remaja putri, pasti membutuhkan perhatian yang
lebih dari sang orangtua sebab pergaulan dijaman sekarang sudah berbeda
dengan dahulu. Oleh karena itu sebagai orangtua harus lebih waspada dalam
mengawasi pergaulan anaknya, sebab jika orangtua lengah dalam mengawasi
pergaulan anaknya kemungkinan besar sang anak dapat jatuh dalam pergaulan
yang salah. Karena telah banyak pergaulan yang salah dapat menjerumuskan
(Lesbian), sex bebas yang mengakibatkan hamil diluar nikah bahkan menjadi
trafficcing. Karena banyak ditemui permasalahan remaja putri yang
bermacam-macam bentuknya dan kurangnya perhatian dan didikan dari
orangtua yang membuat remaja putri bebas melakukan apa yang dia mau
tanpa merasa takut dan memikirkan resiko apa yang diperbuatnya. Dan hal
inilah yang menjadi ketakutan orangtua jika lengah mengawasi dan
memperhatikan anaknya yang sedang tumbuh menjadi seorang remaja putri.
Remaja dalam mengambil keputusan juga membutuhkan dukungan
dalam memutuskan sesuatu hal baik itu dari orangtua, keluarga terdekat dan
teman-temannya. Anak yang mulai tumbuh dalam fase remaja merupakan
segmen perkembangan individu anak yang sangat penting, dimana pada masa
ini remaja memiliki sifat tergantung (dependence) terhadap orangtua kearah
kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri dan
perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral (Yusuf, 2001:184).
Pada masa remaja adalah suatu usia yang serba labil dan untuk kematangan
berfikir serta mempertimbangkan sesuatu masih campur aduk antara
(perasaan) dan rasio (logika), sifatnya coba-coba atau eksperimen sering
muncul remaja selalu ingin tahu terhadap hal-hal tanpa melihat apakah iya
bersifat negatif atau positif dan mulai mencoba hal-hal yang baru. Pergaulan
yang didapat mempengaruhi remaja tersebut karena sifat keingin tahunya dan
rasa coba-coba yang besar membuat ia ingin mencoba segala hal tanpa
sekarang sangat tidak kondusif karena kecanggihan teknologi dan perubahan
jaman membuat anak pada usia remaja ini mudah terpengaruh.
Saat ini banyak remaja yang terjerumus dalam pergaulan bebas. Banyak
remaja yang menyalah artikan pergaulan bebas, mereka melakukan banyak
hal yang sebenarnya bertentangan dengan aturan dan norma yang berlaku di
masyarakat. Norma ini dibuat untuk mengatur kehidupan masyarakat supaya
dapat hidup teratur. Saat ini masih banyak sekali masyarakat yang sering
melanggar aturan-aturan tersebut. Dalam masyarakat kita dikenal adanya
norma agama, norma susila, dan norma hukum.
Kota surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur di Indonesia.
Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Dengan
penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa, Surabaya merupakan
pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia
Timur. Di kota metropolis contohnya Surabaya banyak kaum remaja yang
melakukan kenakalan remaja. Kenakalan remaja dapat berupa berbohong,
pergi keluar rumah tanpa pamit, menyalahgunakan narkotika, begadang,
membolos sekolah, berkelahi dengan teman (tawuran), minum-minuman
keras, melihat video porno, kumpul kebo, hubungan sex diluar nikah, aborsi
dan melakukan hubungan sesama jenis. (Sumady Suryabrata, 1998:89)
Beberapa contoh kasus di Surabaya yang pernah saya lihat tentang
remaja putri yang melakukan hubungan sesama jenis atau bisa dibilang
menyukai sesama wanita dan banyak terjadi pada remaja khususnya
mahasiswi. Tetapi juga ada remaja yang masih sekolah melakukan hubungan
sesama jenis tersebut, seperti halnya berhubungan berlainan jenis. Remaja
Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari
masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah
norma-norma, nilai-nilai gaya hidup mereka. Remaja yang dahulu terjaga
secara kuat oleh sistem keluarga, adat budaya serta nilai-nilai tradisional yang
ada, telah mengalami pengikisan yang disebabkan oleh urbanisasi dan
indistrialisasi yang cepat. Hal ini diikuti pula oleh adanya revolusi media yang
terbuka bagi keragaman gaya hidup.
Pada fase pertumbuhan remaja sering mengalami frustasi dan
penderitaan, konflik dan perasaan teralinealisasi (yang sangat mendalam)
dalam kehidupan sosial budaya orang dewasa (Yusuf, 2010:184), sehingga
mengakibatkan keadaan yang ekstrim dalam hubungannya dengan orang tua
dan pada akhirnya timbul konflik dalam keluarga. Salah satunya adalah
bahwa remaja memiliki sifat ideal dan orang tua bersifat pragmatis
(Yusuf,2010:187). Kondisi ini cenderung remaja mengutarakan masalah
secara terbuka kepada temannya (Gunarsa, 2007:7).
Faktor ekonomi keluarga menyebabkan orangtua sibuk mencari nafkah
demi memenuhi tuntutan kebutuhan dalam rumah tangga, sehingga perhatian
orangtua terhadap anak berkurang (Yusuf, 2010:45). Sikap orangtua yang
melebihi batas atas diri anaknya, orang lain tidak dapat berbuat apa-apa. Bila
terdapat perbedaan standart moral dirumah dan standart kelompok teman,
anak-anak sering menerima standart teman dan menolak standart keluarga.
Berdasarkan hasil wawancara serta observasi yang penulis lakukan
dengan subyek yang ditemui secara tidak sengaja, remaja putri ini mengaku
telah melakukan hubungan sesama jenis atau bisa disebut sebagai LESBIAN
karena kurangnya perhatian dari orangtuanya yang sering bertengkar sehingga
anak tidak betah berada dalam rumah dan gangguan psikolog karena trauma
akan sikap ayahnya yang melakukan perselingkuhan terhadap wanita lain
selain ibunya sehingga remaja putri ini memutuskan untuk enggan menjalin
hubungan terhadap lawan jenisnya karena ketakuatan akan perselingkuhan
terhadap hubungan. Remaja putri ini juga menyatakan bahwa hal itu berawal
dari pergaulan dilingkungannya, dan teman-temannya yang menjalin
hubungan sesama jenis. Mereka juga mengaku bahwa hubungannya yang
sesama jenis itu sama seperti halnya hubungan terhadap lawan jenis. Misalnya
bergandengan, berpelukan, berciuman bermesra-mesraan didepan umum.
Mereka menganggap hal tersebut sudah biasa dilakukan karena menurutnya
banyak remaja putri lainnya yang melakukannya seperti remaja-remaja
lainnya yang melakukan hubungan sesama jenisnya (Lesbian).
Ternyata hai ini tidak hanya dilakukan remaja ini sendiri, remaja putri
ini menyatakan bahwa beberapa teman-temannya juga melakukan hal ini,
masa sekarang atau bisa disebut sebagai jamannya sekarang menjalin
hubungan sesama jenis. Ketika penulis bertanya tentang kualitas komunikasi
remaja tersebut dengan orangtua, remaja tersebut mengaku bahwa
orangtuanya sering sibuk dengan urusannya dan ada yang ayahnya menjalin
hubungan dengan wanita lain atau selingkuh. Lanjutnya, mengatakan bahwa
komunikasinya dengan orangtuanya hanya sebatas hal-hal yang perlu saja,
seperti yang berhubungan dengan akademik atau hal-hal yang biasa
dibicarakan sehari-hari pada umumnya.remaja putri tersebut menjelaskan
bahwa orangtuanya tidak pernah memperhatikannya dan sering
mengabaikannya.
Ketika remaja sudah mengenal dunia luar, orangtua terutama ibu harus
lebih aktif dalam mengawasi anak, memberikan pengarahan agar tidak terjun
ke pergaulan yang salah, dan orangtua juga harus memberi contoh yang baik
untuk anaknya terutama san ayah. Maka dari itu dibutuhkan kedekatan antara
orangtua terutama ibu dan remaja putrinya untuk berkomunikasi secara
interpersonal.
Pada masa sekarang masalah perhatian orangtua dalam membina
anak-anak sering dianggap sebagai pemicu terjadinya masalah-masalah sosial dan
psikolog pada diri anak. Karena orangtua dinilai kurang mampu memberi
perhatian khusus kepada anak. Interaksi dan komunikasi dalam keluarga
(antara orangtua dengan anak) kurang tercipta hubungan yang dinamis.
artian sebuah keluarga perlu adanya komunikasi yang efektif sehingga dapat
menimbulkan efisiensi dalam menciptakan keluarga harmonis. Cukup banyak
persoalan yang timbul di masyarakat karena tidak adanya komunikasi yang
baik dalam keluarga, sehingga orangtua dinilai kurang mampu dalam
memberi perhatian khusus kepada anak yang mengakibatkan anak mencari
kepuasan diluar rumah.
Remaja putri kini telah banyak mengalami perubahan dalam hal
pergaulan serta gaya hidup. Dengan berkembangnya jaman serta modernnisasi
yang sangat pesat menuntun banyak kalangan remaja putri untuk
menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Terlihat dari cara remaja putri
berbusana, bergaul bebas, dan luas dengan teman sebaya, hingga perubahan
gaya hidup yang lekat dengan kehidupan malam dan pergaulan bebas.
Mungkin bagi kalangan remaja putri sendiri hal tersebut sudah lazim sebagai
cara bergaul remaja sekarang, namun hal inilah yang kini menimbulkan
keprihatinan masyarakat termasuk para orangtua terlihat pergaulan remaja
putri yang kini semakin bebas.
Ini terlihat jelas ketika sepasang remaja putri terlihat bersama-sama
dengan teman sesama jenisnya di jalan, cafe, mall, maupun tempat hiburan.
Sepasang remaja putri ini sering kali terlihat tidak canggung saat bermesraan
dengan bergandengan tangan serta saling memeluk, bahkan ada yang saling
berciuman bibir walaupun saat itu berada di dalam keramaian/tempat umum.
Sudah saatnya bagi orangtua untuk kembali menjalankan tugas dan
peran mendampingi putra-putrinya dari mulai lahir sampai menuju
kedewasaan. Menurut kodratnya peran mendasar orangtua adalah sebagai
pendidik nilai-nilai yang pertama dan utama sebagai teman dalam perjalanan
hidupnya, sebagai komunikator yang baik bagi putra-putrinya dan sebagai
panutan. Pendidikan seksual sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan
dengan sistim nilai yang merupakan tanggung jawab orangtua. Ibu dapat
melakukan pendekatan secara individual sebab remaja putri memiliki pribadi
dan tingkat emosial yang berbeda-beda. Selain itu seorang ibu dapat
melakukan pengamatan aktivitas pergaulan naluriah dalam diri anak sedini
mungkin. Kalau perlu mengoreksi kebiasaan-kebiasaan yang mungkin dapat
menyesatkan. Pembinaan dalam kemurnian dan informasi tentang pergaulan
sehari-harinya harus diberikan dalam konteks pendidikan cinta dalam arti
luas, yaitu cinta kepada ALLAH dan cinta terhadap sesamanya. Mengajarkan
anak untuk bersikap kritis agar tidak mudah terpengaruh oleh lingkungannya.
Dalam penelitian ini, penulis memilih kota Surabaya untuk cakupan
penelitian karena Surabaya salah satu kota berkembang dilihat dari padatnya
penduduk dan berbagai permasalahan sosial yang terjadi. Banyaknya remaja
pendatang dari beberapa daerah di Jawa ataupun Luar Jawa yang bersekolah
di Surabaya dan banyak yang tinggal di Kost tanpa pengawasan dari orangtua
secara berkala.
Orangtua harus bisa mengarahkan anaknya kedalam hal yang positif dan
membuat anaknya merasa nyaman dengan keadaan sekitar. Selain itu,
perhatian dan pengawasan dari orangtua bisa dipahami anaknya. Apabila
orangtua membiarkan anaknya bergaul dalam pergaulan yang salah, maka
anak tersebut akan terjerumus pada pergaulan yang salah dengan menyukai
teman sejenisnya (Lesbian) karena sang anak merasa bahwa orangtuanya
sibuk dengan urusan masing-masing sehingga tidak memperhatikannya.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui “ komunikasi interpersonal antara orangtua
dengan remaja putri dalam memahami resiko hubungan sesama jenis di
Surabaya.” Dijelaskan bahwa media komunikasi orangtua khususnya ibu
sebagai orangtua terdekat yang dianggap oleh remaja putri dalam
perkembangan pergaulan remaja putri sekarang ini. Sang ibulah yang
dianggap lebih nyaman dibandingkan dengan ayah saat bercerita, berkeluh
kesah dan dinilai lebih mengerti perasaan remaja putri karena sama-sama
sebagai perempuan.
1.1 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana komunikasi interpersonal
antara orangtua dengan remaja putri dalam memahami resiko hubungan
1.2 Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui komunikasi interpersonal antara orangtua dengan remaja
putri dalam memahami resiko hubungan sesama jenis di Surabaya.
1.3 Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
Sebagai bahan tambahan pemikiran untuk ilmu komunikasi terutama tentang
komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi.
b. Memberikan gambaran bagi pembaca, khususnya masyarakat umum tentang
pentingnya komunikasi interpersonal antara orangtua dengan anak remaja
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti menggunakan dasar dari 2 (dua) jurnal yaitu yang pertama
berjudul “Komunikasi Interper sonal Guru dan Orangtua dalam Mencegah
Kenakalan Remaja pada Siswa” (Studi Deskr iptif pada Siswa Kelas XI SMA
Kolombo Sleman). Pada jurnal Ilmu Komunikasi (volume 7, nomor 2,
Mei-Agustus 2009) ini berdasarkan penelitian yang dilakukan sang peneliti mengenai
peran komunikasi interpersonal guru dan orangtua dalam mencegah kenakalan
ramaja pada siswa, maka diperoleh hasil penelitian melalui proses wawancara,
observasi dan studi kepustakaan. Dengan demikian, dari hasil penelitian tersebut
dapat disimpulkan :
1. Komunikasi Interpersonal yang optimal antara guru dan orangtua dengan
anak sangat berperan dalam membentuk perilaku anak. Melalui penelitian
diketahui bahwa peran komunikasi interpersonal guru dan orangtua siswa
kelas XI SMA Kolombo sleman dipadang masih belum cukup optimal
dalam upaya mencegah kenakalan remaja. Hal ini terlihat dari wawancara
dan pengamatan peneliti yang menemukan bahwa komunikasi dua arah
yang dilakukan baik oleh guru maupun orangtua dengan siswa tidak
berjalan secara optimal. Bahkan terkadang proses komunikasi tersebut
Kurangnya empati dari guru menyebabkan siswa lebih merasa nyaman dan
terbiasa bertukar pikiran mengenai apapun dengan teman atau saudara mereka.
Kurangnya empati guru menyebabkan siswa yang ketahuan melakukan kesalahan
merasa terpojok dan tertekan. Hal ini dikarenakan guru terlalu cepat memvonis
kesalahan dan memberi hukuman tanpa mempedulikan kondisi fisik maupun
psikis siswa. Kurangnya sikap positif untuk berani mengungkapkan pendapat
ketika mengalami perbedaan pendapat dengan guru menyebabkan siswa kurang
memiliki sikap hormat, berfikir positif serta menghargai dirinya sendiri dan
oranglain. Pada aspek keamanan, guru lebih banyak berperan ketika
berkomunikasi dengan anak. Mayoritas responden guru juga hanya dapat
memposisikan diri sebagai guru dan orangtua ketika berkomunikasi dengan siswa
baik didalam maupun diluar kegiatan belajar mengajar. Mayoritas responden
orangtua pun tidak dapat menahan emosi mereka ketika mengetahui sang anak
telah melakukan kesalahan. Hal ini membuat mereka terlalu cepat memvonis
kesalahan dan memberikan hukuman pada anak. Pada aspek keamanan, sama
halnya dengan para responden guru, mayoritas responden orangtua lebih banyak
berperan ketika berkomunikasi dengan anak. Peran komunikasi interpersonal
antara guru dan orangtua dengan anak dalam penelitian ini adalah sebagai sarana
untuk mengontrol serta mengarahkan perilaku anak sesuai kehendak guru dan
orangtua. Selain itu, komunikasi interpersonal juga berperan untuk membantu
orangtua dan guru dalam memecahkan permasalahan yang sedang dialami oleh
2. Kendala yang dialami guru dan orangtua ketika berkomunikasi dengan
anak lebih pada sikap anak yang umumnya kurang koorperatif. Misalnya,
ketika berkomunikasi anak kurang jujur dan terbuka, tidak memperhatikan
dengan baik ketika dinasehati, suka melawan dan membantah, dan
kendala-kendala lainnya. Sikap-sikap anak tersebut kadang semakin
memperburuk keadaan, sebab guru dan orangtua tidak bisa menahan emosi
akan semakin merasa kesal dan semakin menekan atau memojokkan anak.
Hal ini dapat membuat anak menjadi sakit hati dan yang lebih buruk lagi
dapat membuat sikapnya semakin tidak terkontrol. Berdasarkan hasil
penelitian, penulis merasa komunikasi interpersonal yang dilakukan antara
guru dan orangtua dengan siswa perlu lebih ditingkat kualitas serta
kuantitasnya. Pada usia remaja tingkat emosi siswa sangat labil sehingga
tidak hanya mereka saja yang perlu merubah perilakunya, guru dan
orangtua pun harus bisa menerima kritik dan saran positif yang
diungkapkan siswa. Supaya tidak hanya salah satu pihak yang berusaha
mengoreksi diri menjadi lebih baik tetapi kedua belah pihak. Guru dan
orangtua hendaknya mengoptimalkan komunikasi interpersonal yang
efektif ketika berkomunikasi dengan siswa. Khususnya dengan melakukan
komunikasi sesuai dengan aspek-aspek keterbukaan, empati, sikap positif,
dukungan dan kesetaraan.
Kedua berjudul “Komunikasi Interper sonal Orangtua dan Anak dalam
Pendidikan Seksual”. Junal Ilmu komunikasi (Volume 9, Nomor 3,
pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan moral, etika
serta komitmen agama agar tidak terjadi “penyalahgunaan” organ reproduksi
tersebut Tanggung jawab untuk memberikan pendidikan seksual terhadap
anaknya, merupakan tanggung jawab bersama antar ayah dan ibu. Konteks peran
keluarga dalam memberikan pendidikan seksual pada anak-anaknya, khususnya
pada anak yang memasuki masa remaja. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada keluarga di perkotaan DIY ini pola asuh yang banyak
diterapkan adalah otoriter tapi tidak penuh dan demokratis tapi masih setengah
jalan. Remaja yang berada dalam proses menuju kematangan secara tidak
langsung membawa orangtuanya menuju suatu masa transisi untuk menerimanya
sebagai orang dewasa, hal ini akan menimbulkan banyak konflik. Seks,
merupakan masalah yang masih tabu untuk dibicarakan dengan terbuka, meskipun
remaja maupun orangtua menganggap penting, namun bagaimana menjelaskan
masalah seks dengan tepat dan benar masih menjadi masalah. Orangtua cukup
membatasi untuk membicarakan masalah seks apalagi bagi masyarakat dengan
budaya jawa yang menganggap bahwa bicara seks itu masih dianggap tabu dan
2.2 Landasan teori
2.2.1 Komunikasi Interper sonal
2.2.1.1 Definisi Komunikasi Interper sonal
Ada beberapa definisi komunikasi interpersonal, diantaranya :
a. Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah proses
pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang, atau diantaranya
sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan
balik seketika. (Effendy, 2003:60).
b. Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara
seseorang dengan paling kurang seseorang lainnya atau biasanya diantara
dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. Komunikasi
interpersonal adalah membentuk hubungan dengan orang lain.
(Muhammad, 2005:159).
c. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi satu lawan satu, dan
beberapa ahli komunikasi menganggap sama dengan hubungan
interpersonal. Komunikasi interpersonal dapat berupa pertemuan face to
face atau dua orang secara online. (Shedletsky & Aitken, 2004:143).
Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) adalah
komunikasi antar orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap
persertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun
Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah proses
pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang diantara sekelompok
kecil orang-orang merupakan komunikasi di dalam diri sendiri, di dalam diri
manusia terdapat komponen-komponen komunikasi seperti sumber, pesan,
saluran penerima dan balikan dalam komunikasi interpersonal hanya seorang
yang terlibat. Pesan mulai dan berakhir dalam diri individu masing-masing.
Komunikasi interpersonal mempengaruhi komunikasi dan hubungan dengan
orang lain. Suatu pesan yang dikomunikasikan, bermula dari seorang
(Muhammad, 1995:158).
Setelah melalui proses interpersonal tersebut, maka pesan-pesan
disampaikan kepada orang lain. Komunikasi interpersonal merupakan proses
pertukaran informasi antara seseorang dengan seseorang lainnya atau biasanya
diantara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. Dengan
bertambahnya orang yang terlibat dalam komunikasi menjadi bertambah
komplekslah komunikasi tersebut (Muhammad, 1995:159).
Komunikasi antar pribadi juga di definisikan sebagai komunikasi yang
terjadi diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang terlihat jelas
diantara mereka, misalnya percakapan orangtua dengan anaknya, sepasang
suami istri, guru dengan murid dan lain sebagainya. Dalam definisi ini setiap
komunikasi baru dipandang dan dijelaskan sebagai bahan-bahan yang
Pentingnya suatu komunikasi interpersonal ialah karena prosesnya
memungkinkan berlangsung secara dialogis. Dialog adalah bentuk komunikasi
antat pribadi yang menunjukkan terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat
dalam komunikasi bentuk ini berfungsi ganda masing-masing menjadi
pembicara dan pendengar secara bergantian. Dalam proses komunikasi
dialogis nampaknya adanya upaya dari perilaku komunikasi untuk terjadinya
pergantian bersama (mutual understanding) dan empati.
Dari proses ini terjadi saling menghormati bukan disebabkan status sosial
melainkan di dasarkan pada anggapan bahwa masing-masing adalah manusia
yang berhak dan wajib, pantas dan wajar dihargai dan dihormati sebagai
manusia.
Komunikasi interpersonal dibandingkan dengan komunikasi lainnya
dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini dan
perilaku komunikan. Alasannya karena komunikasi ini berlangsung bertatap
muka, oleh karena dengan komunikasi itu terjadilah kontak pribadi (personal
contact) yaitu pribadi anda menyentuh pribadi komunikan. Ketika
menyampaikan pesan, umpan balik berlangsung seketika (immediate
feedback) mengetahui pada saat itu tanggapan komunikan terhadap pesan
yang di lantarkan pada ekspresi wajah dan gaya bicara. Apabila umpan balik
positif, artinya tanggapan itu menyenangkan, tidak akan mempertahankan
gaya komunikasi sebaliknya jika tanggapan komunikan negatif, maka harus
Oleh karena keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan
perilaku komunikan itualah maka bentuk komunikasi interpersonal sering kali
dipergunakan untuk melantarkan komunikasi persuasif (persuasive
communication) yakni suatu teknik komunikasi secara psikologis manusiawi
yang sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan atau rayuan. Dengan
demikian maka setiap pelaku komunikasi akan melakukan tempat tindakan
yaitu membentuk, menyampaikan, dan menerima mengolah pesan dan
keempat tindakan tersebut lazimnya berlangsung secara beruntun, dimana
membentuk pesan diartikan sebagai menciptakan ide atau gagasan dengan
tujuan tertentu.
2.2.1.2 Tujuan Komunikasi Interpersonal
Ada beberapa tujuan komunikasi interpersonal, antara lain
(Muhammad,2005:165) :
1. Menemukan diri sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal
atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang
lain, kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain.
Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk
berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah
sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan,
dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa
perasaan, pikiran dan tingkah laku kita.
2. Menemukan dunia luar
Hanya komunikasi interpersonal menjadi kita dapat memahami lebih
banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita.
Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal,
meskipun banyak jumlah komunikasi yang datang pada kita dari media
massa hal ini sering kali di diskusikan dan akhirnya dipelajari atau
didalami melalui interaksi interpersonal.
3. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan
memelihara hubungan dengan orang lain. Banyaknya dari waktu kita
pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk
membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.
4. Berubah sikap dan penuh arti
Banyaknya waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah
laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan
mereka memilih cara tertentu, misalnya berpikir dalam cara tertentu dan
percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak menggunakan
waktu terlihat dalam posisi interpersonal.
5. Untuk bermain dan kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah
waktu akhir pekan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan
cerita lucu pada umumnya hal ini adalah merupakan pembicaraan yang
untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal
semacam itu dapat memberikan rileks dari semua keseriusan di lingkungan
kita.
6. Untuk membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan
komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk
mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain
dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan
seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang
mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya.
2.2.1.3 Ciri-cir i Komunikasi Interper sonal
Ada lima aspek yang merupakan ciri-ciri dari komunikasi interpersonal
(Sunarto, 2003:13) antara lain :
1. Komunikasi Interpersonal biasanya terjadi secara spontan dan tanpa tujuan
terlebih dahulu. Maksutnya, bahwa biasanya komunikasi interpersonal
terjadi secara kebetulan tanpa terencana sehingga pembicaraan terjadi
secara spontan.
2. Komunikasi Interpersonal mempunyai akibat yang direncanakan maupun
3. Komunikasi Interpersonal biasanya berlangsung berbalasan. Salah satu ciri
khas komunikasi interpersonal adalah adanya timbal balik bergantian
dalam saling memberi maupun menerima informasi antara komunikator
dan komunikan secara bergantian sehingga tercipta suasana dialogis.
4. Komunikasi Interpersonal biasanya dalam kedekatan atau cenderung
menghendaki keakraban. Untuk mengarah kepada suasana kedekatan atau
keakraban tentunya kedua belah pihak yaitu komunikator dan komunikan
harus berani membuka hati, siap menerima keterusterangan pihak lain.
5. Komunikasi Interpersonal dalam pelaksanaannya lebih menonjol dalam
pendekatan psikologis daripada unsur sosiologisnya.
Hal ini karena adanya unsur kedekatan atau keakraban yang terbatas pada
dua atau dengan paling banyak tiga individu saja yang terlibat. Sehingga
faktor-faktor yang mempengaruhi kejiwaan seseorang lebih mudah
terungkap dalam interaksi komunikasi tersebut.
2.2.1.4 Pengertian Komunikasi Interpersonal Orangtua dan Remaja Putri
Menurut Yoder, dkk (Moekjat, 1993:7) kata komunikasi berasal dari kata
communication, istilah ini lebih bersumber dari kata common (berbicara) serta
communicate (mengkomunikasikan) yang artinya bersama-sama membagi
ide-ide. Apabila seseorang berbicara dengan temannya tidak berbicara dan tidak
mendengarkan, maka disini tidak ada pembagian ide dan tidak ada komunikasi.
(Rakhmat, 2005:9) menjelaskan komunikasi adalah interaksi antara dua
pengaruh terhadap sikap, hubungan baik dan tindakan. Jadi dengan
berkomunikasi, manusia dapat menyampaikan informasi, ide, pengetahuan,
perasaan, sikap, perbuatan dan sebagainya kepada sesamanya. Harnack dan Fest
(Rakhmat, 2005:28) komunikasi adalah proses interaksi di antara orang untuk
tujuan integrasi interpersonal dan interpersonal.
Menurut Reusch dan Bateson (Liliweri, 1994:3) komunikasi interpersonal
merupakan relasi individu dengan individu lain dalam konteks sosialnya dan
merupakan tingkatan yang paling penting dalam komunikasi manusia. Verdeber
(Liliweri, 1994:9) menambahkan dengan mengatakan bahwa komunikasi
interpersonal merupakan suatu proses interaksi dan pembagian makna yang
terkandung dalam gagasan-gagasan maupun perasaan. Dalam (Lunandi, 1997:47)
menyatakan bahwa komunikasi interpersonal merupakan usaha manusia dalam
hidup dan pergaulan untuk menyampaikan isi hati dan pikirannya untuk
memahami pikiran dan isi hati orang lain.
Komunikasi penting artinya bagi manusia, sebab tanpa komunikasi tidak
akan terjadi saling tukar pengetahuan dan pengalaman, dalam hal ini adalah
komunikasi interpersonal remaja purti dengan orangtua. Kedekatan sosok
orangtua dalam sebuah keluarga mulai sejak dini hingga remaja, bahkan anak
menjadi dewasa, tidak dapat dipungkiri bila orangtualah sebagai salah satu sosok
pengarah yang merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ini dengan rasa
keingintahuan yang tinggi, remaja akan menjadikan orangtua sebagai tempat
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
interpersonal antara orangtua dan Remaja putri adalah suatu proses penyampaian
pesan, pendapat atau ide oleh seseorang kepada orang lain yang bersifat dua arah
dimana dalam hal ini antara orangtua dengan putrinya, masing-masing
mempunyai hak untuk mengungkapkan pendapat atau idenya dan stimulus yang
disampaikan oleh pengirim sesuai dengan stimulus yang diterima oleh penerima.
2.2.1.5 Aspek-aspek komunikasi interper sonal orangtua dengan remaja putri
Diungkapkan oleh (Rakhmat, 2005:129) aspek-aspek dalam komunikasi
interpersonal yaitu :
a. Percaya merupakan salah satu dasar dalam melakukan komunikasi yang
baik. Adanya sikap percaya maka komunikasi dapat mengungkap pikiran
dan perasaaan dengan tulus dan memperluas peluang komunikan mengerti
maksut pesan yang diberikan komunikator.
b. Suportif, adalah seseorang yang menerima jujur, empati dalam
menghadapi masalah. Komunikasi interpersonal akan efektif bila dalam
diri seseorang memiliki suportif.
c. Keterbukaan, adalah terbuka pada orang-orang dalam interaksinya, ada
kemajuan untuk membuka diri pada masalah-masalah umum sehingga
komunikan atau orang lain mengetahui pendapat, pikiran dan pasangan
yang disampaikan dan memberi tanggapan yang spontan terhadap
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek
komunikasi orangtua dengan remaja putri adalah percaya, suportif, dan
keterbukaan.
2.3 Keluar ga
2.3.1 Pengertian Keluar ga
Pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan
hubungan sosial. Dalam dimensi hubungan darah, merupakan kesatuan yang
diikat olaeh hubungan darah antara satu dengan yang lainnya. Keluarga dapat
dibedakan menjadi keluarga besar dan keluarga inti.
Sedangkan dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan
satu-satunya yang diikat adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling
mempengaruhi, walaupun diantara mereka tidak terdapat hubungan darah.
(Djamarah, 2004:16).
Menurut Soeleman, secara psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang
yang hidup bersama dalam tempat bersama dan masing-masing anggota
merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling
memperhatikan dan saling menyerahkan diri. (Djamarah, 2004:17).
Menurut (Mulyano, 1984:26) keluarga merupakan wadah pembentukan
fundamental dan mempunyai peranan yang vital bagi pendidikan seseorang akan
lingkungan keluarga, secara potensial dapat membentuk pribadi anak atau
seseorang untuk hidup secara bertanggung jawab.
2.3.2 Pengertian Orang tua
Dalam kamus besar bahasa indonesia pengertian orangtua adalah ayah dan
ibu kandung. Sedangkan menurut (Wright, 1991:12), orangtua dibagi menjadi tiga
macam yaitu :
a. Orangtua kandung
Orangtua kandung adalah ayah dan ibu yang mempunyai hubungan darah
secara biologis (yang melahirkan).
b. Orangtua angkat
Pria dan wanita yang bukan kandung tapi dianggap sebagai orangtua
sendiri berdasarkan ketentuan hukum atau adat yang berlaku.
c. Orangtua asuh
Orang yang membiayai hidup seseorang yang bukan anak kandungnya
atas dasar kemanusiaan. Dasar pengertian diatas maka orangtua adalah
pria dan wanita yang mempunyai hubungan ikatan baik secara biolgis
maupun sosial dan mampu mendidik, merawat, membiayai serta
membimbing hidup orang lain yang dianggap anak secara
Fungsi Keluar ga
Menurut (Djamarah, 2004:18) Konsep keluarga sudah banyak diuraikan
pada bagian terdahulu, dimana pada hakikatnya keluarga adalah unit terkecil
dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, istri dan anak-anaknya, atau ayah
dan anaknya, ibu dan anaknya.
Hidup berkeluarga sebagai sepasang suami istri tidak sembarangan.
Namun nyatanya dalam kasus tertentu masih ada orangtua yang menikahkan
anaknya usia dini. Misalnya seperti terjadi dalam masyarakat tradisional, dimana
masih ada orangtua yang menikahkan anaknya dalam usia dini. Padahal anaknya
belum siap lahir batin. Penyaluran nafsu seksual secara sah menurut ajaran agama
via perkawinan bukanlah tujuan utama. Karena masih ada tujuan lain yang lebih
mulia yang ingin dicapai, yaitu ingin membentuk keluarga sejahtera lahir dan
batin. (Djamarah, 2004:18).
Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 21 Tahun 1994 tentang
penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera. Bab 1, Pasal 1, Ayat 2,
disebutkan, bahwa : Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk
berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup
spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara anggota dan antara
keluarga dengan masyarakat dan lingkungan (Djamarah, 2004:19).
Buktinya cukup banyak ditemukan keluarga yang kaya secara ekonomi ditengah
kehidupan masyarakat, tetapi belum mendapatkan kebahagiaan. Tetapi tidak
mustahil bagi keluarga yang miskin secara ekonomi ditemukan kebahagiaan. Oleh
karena itu, kaya ataupun miskin bukan suatu jaminan untuk menilai kualitas suatu
keluarga karena banyak aspek lain yang ikut menentukan, yaitu aspek pendidikan,
kesehatan, budaya, kemandirian keluarga dan mental spiritual serta nilai-nilai
agama yang merupakan dasar untuk mencapai dasar untuk mencapai keluarga
sejahtera (Djamarah, 2004:19).
Dalam rangka untuk membangun keluarga yang berkualitas tidak lepas
dari usaha anggota keluarga untuk mengembangkan keluarga yang bercirikan
kemandirian keluarga dan ketahanan keluarga. Sedangkan penyelenggaraan
pengembangan keluarga yang berkualitas ditujukan agar keluarga dapat
memenuhi kebutuhan spiritual dan materiil sehingga dapat menjalankan fungsi
keluarga secara optimal. Sedangkan fungsi keluarga itu sendiri berkaitan langsung
dengan aspek-aspek keagamaan, budaya, cinta kasih, melindungi, reproduksi,
sosialisasi, dan pendidikan, ekonomi dan pembinaan lingkungan (Djamarah,
2004:19).
Keluarga adalah acuan terbaik dalam penyampaian nilai-nilai agama.
Orangtua memiliki peranan yang strategis dalam mentradisikan ritual keagamaan
sehingga nilai-nilai agama dapat bersemi dengan suburnya dalam jiwa anak.
Kepribadian yang luhur agamis yang membalut jiwa anak menjadikannya
Keluarga dalam konteks sosial budaya tidak bisa dipisahkan dari tradisi
budaya yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Dalam konteks sosial
anak pasti hidup bermasyarakat dan bergerumul dengan budaya yang ada dalam
masyarakat. Dalam hal ini orangtua memiliki tanggung jawab untuk mendidik
anak agar menjadi orang yang pandai hidup bermasyarakat. Sebagai anggota
masyarakat, anak dituntut untuk terlibat langsung di dalamnya dan bukan sebagai
penonton tanpa mengambil peranan (Djamarah, 2004:20).
Ketika cinta kasih antara orangtua dan anak menyelinap ke relung hati,
disana terpatri keinginan untuk selalu bersama, bercengkrama dan bersenda gurau,
membicarakan tentang hidup dan kehidupan. Rasa aman dalam kebersamaan
mampu menumbuhkan kehangatan cinta kasih secara timbal balik. Cinta kasih
yang disemai oleh orangtua mendapat sambutan hangat dari anaknya untuk
membalasnya. Anak merindukan orangtua dan orangtua pun merindukan anaknya.
Oleh karena itu, perpaduan cinta kasih dan kerinduan dapat mengakrabkan
hubungan orangtua dengan anaknya. (Djamarah, 2004:20).
Kerinduan suami istri untuk selalu bersama, berhubungan berlandaskan
cinta kasih membuahkan hasil dengan lainnya seorang anak. Bagi orangtua, anak
adalah buah hati dan harapan di masa depan. Karenanya, sering ditemukan
orangtua yang bersedih karena belum diberi anak oleh Tuhan YME. Karena suatu
sebab, misalnya karena mandul sehingga reproduksi tidak berfungsi dengan baik.
Karena menderita kanker rahim, keguguran dalam masa kandungan dan
kehidupan berumah tangga itu berlangsung, suami istri selalu mendambakan
kehadiran seorang anak disisi mereka. Tak peduli apakah anak yang akan lahir itu
laki-laki ataupun perempuan, yang penting mendapatkan anak sebagai buah hati
dari cinta kasih sepasang suami istri (Djamarah, 2004:21).
Kehadiran anak disisi orangtua tidak harus membuat orangtua terbuai
dengan kebanggaan. Kebanggaan itu mungkin saja membuat orangtua terlena.
Hidup dalam keterlenaan biasa menyebabkan tugas-tugas penting terlupakan.
Bangga terhadap anak, boleh saja asalkan dalam batas-batas wajar. Karena tugas
lain seperti mendidik anak masih menunggu. Mendidik anak adalah tanggung
jawab orangtua. Kalaupun tugas mendidik anak dilimpahkan kepda guru
disekolah, tetapi tugas-tugas guru hanya sebatas membantu orangtua bukan
mengambil alih tanggung jawab orangtua sepenuhnya. Oleh karena itu,
menyerahkan sepenuhnya tugas orangtua kepada guru sama halnya dengan
melepas tanggung jawab terhadap anaknya. Apapun usaha yang dilakukan
orangtua dalam mendidik anaknya yang penting anak menjadi cerdas dan bisa
menyesuaikan diri dengan alam lingkungannya di masa depan. Orang yang pandai
menyesuaikan diri dengan lingkungannya berarti dia pandai menempatkan diri
secara serasi, selaras dan seimbang sesuai dengan daya dukung dan lingkungan
Fungsi Komunikasi Keluar ga
Fungsi komunikasi keluarga menurut Devito yaitu :
1. Fungsi menambah atau meneruskan keturunan
Merupakan fungsi komunikasi keluarga untuk meneruskan nama keluarga.
2. Fungsi Agama
Merupakan komunikasi keluarga yang bertujuan untuk memberikan
pengertian agama atau sisi religius ke dalam keluarga.
3. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi komunikasi dalam keluarga sebagai pengatur atau
pengelola manajemen keuangan di dalam keluarga.
4. Fungsi Sosial
Merupakan fungsi komunikasi dalam keluarga yang mengisyaratkan
bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi
diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, untuk
menghindarkan diri dari ketegangan.
5. Fungsi Keamanan
Merupakan fungsi komunikasi dalam keluarga yang bermaksut
2.4 Remaja
2.4.1 Pengertian Remaja Putr i
Remaja adalah anak-anak yang berusia sekitar 11-20 tahun. Masa remaja
adalah masa pertumbuhan, jadi anak-anak remaja ini belum mencapai bentuk
akhir dari tubuhnya. Masa remaja adalah masa dimana seseorang membentuk atau
memulai membangun siapa dirinya atau jati dirinya.
(http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/09). Remaja putri memiliki tanda-tanda
perubahan fisik yang terjadi pada tubuhnya misalnya berkembangnya ukuran
payudara, menstruasi dan perubahan kedewasaan.
2.4.2 Karakteristik Remaja
Ada beberapa hal yang terjadi pada remaja :
1. Yang pertama adalah perubahan-perubahan fisik. Secara fisik dia akan
mengembangkan tubuhnya dan akan memakan waktu kira-kira dari usia
11 tahun hingga akhirnya dia mencapai bentuk akhir atau bentuk final
tubuhnya.
2. Juga akan ada perubahan hormonal, akan ada hormon-hormon seksual
yang diproduksi oleh tubuhnya, sehingga dia mulai sekarang
mengembangkan ketertarikan kepada lawan jenis.
Perbedaan masa kanak-kanak dengan masa r emaja adalah :
1. Secara fisik anak remaja sudah mengalami beberapa perubahan hormonal
misalkan munculnya hormon-hormon seksual yang membuat mereka itu
menjadi makhluk atau menjadi manusia yang harus bergerumul dengan
gejolak seksualnya.
2. Meraka makin dewasa pola pikirnya bertambah abstrak, pola pikir ini
membuat mereka mempertanyakan nilai-nilai yang mereka telah anut
sebelumnya.
3. Para remaja juga mudah sekali mengikuti trend, mengikuti apa yang
sedang in atau trend itu tidak cocok dengan yang kita sukai akibatnya
sering kali terjadi pertemgkaran, membuat hubungan orangtua – anak
sering kali tegang. (http:/www.sabda.org/publikasi/e-konsel/019).
Sekurang-kurangnya ada tiga tahapan yang har us dilewati oleh
seorang r emaja :
1. Usia sekitar 12-14 tahun. Pada tahap ini pergumulan remaja biasanya
berkaitan dengan penerimaan diri secara jasmaniah. Biasanya yang
menjadi masalah adalah dia tidak menyukai bagian-bagian tubuhnya atau
tidak bisa menerima dirinya apa adanya. Kegagalan untuk bisa menerima
diri secara fisik bisa membuahkan kekurang percaya diri.
2. Usia 15-18 tahun. Pada usia ini pergumulan remaja biasanya berkaitan
Apakah teman-temannya bisa menerimanya sebagai seseorang yang
masuk dalam kelompok mereka.
3. Usia 19 tahun hingga 20 tahun atau 21 tahun, ini memang sudah tumpang
tindih dengan tahapan dewasa awal, sebab memang transisinya masuk ke
tahapan dewasa awal (http://www.sabda.org./e-konsel/019).
2.4.3 Pergaulan Remaja
Pergaulan merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu
dengan individu, dapat juga oleh individu dengan kelompok. Seperti yang
dikemukakan oleh Aristoteles bahwa manusia sebai makhluk sosial
(zoon-politicon), yang artinya manusia sebagai makhluk sosial yang tak lepas dari
kebersamaan dengan manusia lain. Pergaulan mempunyai pengaruh yang besar
dalam pembentukan kepribadian seorang individu. Pergaulan yang ia lakukan itu
akan mencerminkan kepribadiannya, baik pergaulan yang positif maupun
pergaulan yang negatif. Pergaulan yang positif itu dapat berupa kerjasama antar
individu atau kelompok guna melakukan hal-hal yang positif. Sedangkan
pergaulan yang negatif itu lebih mengarah ke pergaulan bebas, hal itulah yang
harus dihindari, terutama bagi remaja yang masih mencari jati dirinya.
Dalam usia remaja ini biasanya seorang sangat labil, mudah terpengaruh
terhadap bujukan dan bahkan dia ingin mencoba sesuatu yang baru yang mungkin
dia belum tahu apakah itu baik atau tidak. Masa remaja merupakan masa yang
sangat penting, sangat kritis dan sangat rentan, karena bila manusia melewati
kegagalan dalam perjalanan kehidupan pada masa berikutnya. Sebaliknya bila
masa remaja itu diisi dengan penuh kesuksesan, kegiatan yang sangat produktif
dan berhasil guna dalam rangka menyiapkan diri untuk memasuki tahapan
kehidupan selanjutnya, dimungkinkan manusia itu akan mendapatkan kesuksesan
dalam perjalanan hidupnya. Dengan demikian, masa remaja menjadi kunci sukses
dalam memasuki tahapan kehidupan selanjutnya.
Pergaulan bebas juga dapat didefinisikan sebagai melencengnya pergaulan
seseorang dari pergaulan yang benar, pergaulan bebas diidentikan sebagai bentuk
dari pergaulan luar batas atau bisa juga disebut pergaulan liar. Ada beberapa
faktor dan masih ada juga faktor yang lain banyak mempengaruhi terjadinya
pergaulan buruk dari kalangan anak-anak muda, yakni :
1. Faktor Orangtua
Para orangtua perlu menyadari bahwa jaman telah berubah. Sistem
komunikasi, pengaruh media massa, kebebasan pergaulan dan modernisasi di
berbagai bidang dengan cepat mempengaruhi anak-anak kita. Budaya hidup
kaum muda masa kini, berbeda dengan jaman para orangtua masih remaja
dulu. Pengaruh pergaulan yang datang dari orangtua dalam era ini, dapat kita
sebutkan antara lain :
a. Faktor kesenjangan pada sebagian masyarakat kita masih terdapat
anak-anak yang merasa bahwa orangtua mereka ketinggalan jaman dalam
orangtua tidak menyadari kesenjangan ini sehingga tidak ada usaha
mengatasinya.
b. Faktor kekurang pedulian orangtua kurang peduli terhadap pergaulan
muda-mudi. Mereka cenderung menganggap bahwa masalah pergaulan
adalah urusan anak-anak muda, nanti orangtua akan campur tangan ketika
telah terjadi sesuatu. Padahal ketika sesuatu itu telah terjadi, segala sesuatu
sudah terlambat.
c. Faktor ketidak mengertian kasus ini banyak terjadi pada para orangtua
yang kurang menyadari kondisi jaman sekarang. Mereka merasa sudah
melakukan kewajibannya dengan baik, tetapi dalam urusan pergaulan
anak-anaknya, ternyata tidak banyak yang mereka lakukan. Bukannya
mereka tidak peduli, tetapi memang mereka tidak tahu apa yang harus
mereka perbuat.
2. Faktor agama dan iman
Agama dan keimanan merupakan landasan hidup seorang individu. Tanpa
agama hidup mereka akan kacau, karena mereka tidak mempunyai
pandangan hidup. Agama dan iman juga dapat membentuk kepribadian
individu. Dengan agama individu dapat membedakan mana yang baik dan
mana yang tidak. Tetapi pada remaja yang ikut kedalam pergaulan bebas
3. Perubahan Zaman
Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan pun ikut berkembang
atau yang lebih sering dikenal dengan globalisasi. Remaja biasanya lebih
tertarik untuk meniru kebudayaan barat yang berbeda dengan kebudayaan
kita, sehingga memicu mereka untuk bergaul seperti orang barat yang
lebih bebas.
2.5 Resiko Hubungan Sesama jenis
2.5.1 Lesbian
2.5.2 Pengertian Lesbianisme
Pengertian lesbian adalah perempuan yang secara psikologis, emosi dan
seksual tertarik kepada perempuan lain. Seorang lesbian tidak memiliki hasrat
terhadap gender yang berbeda/ laki-laki, akan tetapi seorang lesbian hanya tertarik
kepada gender yang sama/perempuan. Mereka berpendapat bahwa istilah lesbian
menyatakan komponen emosional dalam suatu relationship, sedangkan istilah
homoseksual lebih fokus kepada seksualitas. Lesbian adalah istilah bagi
perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama perempuan
atau disebut juga perempuan yang mencintai perempuan baik secara fisik, seksual,
emosional atau secara spiritual (Matlin,
Lesbian adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi
seksualnya kepada sesama perempuan atau disebut juga perempuan yang
mencintai perempuan baik secara fisik, seksual, emosional atau secara spiritual
(http://id.wikipedia.org/wiki/lesbian), diunduh pada tanggal 23 Desember 2009.
Lesbianisme berasal dari kata “Lesbos”. Lesbos adalah sebutan bagi
sebuah pulau ditengah Lautan Egeis, yang pada zaman kuno dihuni oleh para
wanita (Kartono, 1985). Homoseksualitas dikalangan wanita disebut dengan cinta
yang lesbis atau lesbianisme. Memang, pada usia pubertas, dalam diri individu
muncul predisposisi (pembawaan, kecenderungan) biseksuil, yaitu mencintai
seorang teman puteri, sekaligus mencintai teman seorang pria.
(http://www.duniapsikologi.com/lesbianisme-gaya-hidup-atau-abnormalitas-seksual/).
Gay atau lesbian memiliki minat erotis pada anggota gender mereka
sendiri, tetapi identitas gender mereka (perasaan menjadi pria atau wanita)
konsisten dengan anatomi seks mereka sendiri. Mereka tidak memiliki hasrat
untuk menjadi anggota gender yang berlawanan atau merasa jijik pada alat genital
mereka, seperti yang dapat kita temukan pada orang-orang dengan gangguan
identitas gender. Jadi, lesbian itu bukan merupakan gangguan identitas gender,
akan tetapi orientasi seksual mereka yang menyimpang.
(http://pengertian-lesbian.html?m=1).
Lesbianisme adalah ketertarikan seksual antara wanita dan wanita, yakni
homoseksual pada wanita. Orientasi seksual lebih besar dipengaruhi oleh
dirinya. Dengan kata lain, pengaruh lingkungan lebih hebat dari gen, termasuk
mengenai kecenderungan orientasi seksualnya. Heteroseksual bisa berubah
menjadi homoseksual, atau sebaliknya. Dan, setiap orang memiliki potensi
menyukai sesama jenis, lesbi atau gay.
Meskipun pola asuh dan lingkungan mendorong heteroseksual, namun
perubahan yang terus berjalan sampai dewasa bisa mengubah orientasi seksual
seseorang. Apalagi mereka yang tidak dibekali pembentukan diri, karakter,
pendidikan agama, dan moralitas dari orangtuanya. Menurut Lita pakar psikologi
mengemukakan bahwa proses orientasi seksual dipengaruhi banyak faktor. Gen
porsinya sangat kecil. Lingkungan internal dan eksternal lebih dominan, termasuk
pola asuh, trauma, pencarian figur ayah atau ibu saat kecil hingga remaja, dan
perhatian orangtua pada fase pertumbuhan dari anak hingga remaja. Kemampuan
dan perhatian orangtua dalam memberikan arahan dan bimbingan fungsional
perbedaan jenis kelamin juga menjadi faktor lain yang mempengaruhi.
Saat remaja adalah fase laten. Anak sudah mengenal seks tetapi tidak
untuk menyalurkan secara biologis. Jika masa laten ini tidak didampingi orangtua
dengan baik, orientasi anak bisa berubah. Anak bingung jika tidak diarahkan.
Apalagi masa usia 15 tahun misalnya, sudah muncul ketertarikan terhadap lawan
jenis. Preventif lebih efektif saat remaja hilang arah, tanpa adanya figur orangtua
sebagai tempat berbagi dan bertanya, orientasi seksual bisa saja berubah. Usia
remaja sangat sensitif. Bagaimanapun remaja masih labil dan bisa terpengaruh
tetap dampingi. Orangtua harus memosisikan diri sebagai teman, harus tahu
perkembangan jaman sekarang dan jangan merasa paling benar.
Pola asuh yang tepat akan membantu remaja mengindentifikasi dirinya.
Sementara pola asuh yang keliru membuat remaja mencari pengakuan diri di luar
rumah, di lingkungan yang membuatnya nyaman. Trauma di masa kecil, termasuk
karena kekerasan seksual atau fisik juga bisa memengaruhi pembentukan karakter
remaja. Misalnya saja hubungan lesbian siswi SMP di Depok, Jawa Barat,
berinisial Tn (15) dengan Sj (26) yang tidak lain guru taekwondonya, adalah salah
satu realitas sosial yang menunjukkan tingginya pengaruh lingkungan.
(http://www.google.co.id/tanya/b-thread?tid)
Lingkungan terdekat sangat memengaruhi. Apalagi jika remaja memiliki
perasaan, persepsi, dan keinginan yang sama dengan orang yang disukainya.
Kesamaan ini bisa terbangun karena adanya kedekatan, sering bertemu, atau
menjadikan gurunya sebagai tempat curhat. Selain juga karena adanya chemistry.
menganalisa realitas sosial ini. Olahraga taekwondo memiliki kecenderungan
orang yang kuat dan melindungi, serta memicu adrenalin. Sosok seperti ini bisa
didapatkan Tn dari Sj. Anak merasa terlindungi, sekaligus menegaskan
bertemunya si anak dalam lingkungan berorientasi seksual homoseks (guru yang
lesbi) inilah yang membentuk orientasi seksual anak berubah.
(http://www.google.co.id/tanya/b-thread?tid)
Jika sudah merasa nyaman, anak pun memilih homoseksual sebagai
kecil. Sulit mengubah orientasi seksual. Masih menurut Lita, penelitian Asosiasi
Psikiatri Amerika menunjukkan terapi yang dilakukan untuk orientasi seksual
masih minim. Sekalipun ada, tingkat keberhasilannya kecil. Orientasi seksual
terbanyak (dalam homoseksual) adalah lesbian. Penyebabnya karena sifat trenyuh
hatinya, simpati, dan empati, lebih condong ke wanita. Terapi hanya sedikit
membantu seseorang untuk mengubah orientasi seksualnya. Semuanya harus
kembali kepada kesadaran atau keinginan individu. Selain juga cara penanganan
orangtua yang seharusnya tak bisa memaksa. Kalau sudah terjadi orangtua harus
menerima selain juga berusaha untuk mengembalikan ke heteroseksual.
Bagaimanapun orangtua harus menyadari bahwa ini adalah akibat kesalahan pola
asuhnya. Orangtualah yang patut disalahkan jika lesbian terjadi pada remaja.
Karena anak masih berada dalam koridor pola asuh.
(http://www.google.co.id/tanya/b-thread?tid).
Penyebab lesbian dapat dibagi menjadi dua , yaitu :
1. Penyebab dari dalam yaitu genetik.
2. Penyebab dari luar misalnya luka batin karena telah disakiti oleh kaum
laki-laki.
(http://pendidikanseks.blogspot.com/2013/02/lesbian-adalah-perempuan-yang-secara-html?m=1).
Dari penyebab-penyebab tersebut ada beber apa pengar uh negatif yang
berdampak bagi para pelaku lesbian. Dampak yang akan terjadi hampir sama
2. Kelainan jiwa akibat mencintai sesama jenis akan membuat jiwanya tidak
stabil
3. Gangguan syaraf otak yang dapat melemahkan daya fikir kemauan dan
semangat
4. Terkena penyakit AIDS
5. Prasangka dan determinasi dari dampak sosial dan banyak cara untuk
menanggulangi dari perilaku penyimpangan seksual ini.
(http://pendidikanseks.blogspot.com/2013/02/lesbian-adalah-perempuan-yang-secara-html?m=1).
Beberapa cara untuk mencegah dari penyimpangan ini , antar a lain :
1. Berikan Pendidikan seks kepada anak mulai umur 13 tahun
2. Beri tahu kan dampak negatif dari penyimpangan seksualitas
3. Jangan pernah berikan lebel "tomboy" pada anak perempuan anda
4. Berikan pendidikan Agama yang detail kepada anak anda.
(http://pendidikanseks.blogspot.com/2013/02/lesbian-adalah-perempuan-yang-secara-html?m=1).
Cara mengatasi Lebian :
Cara mengatasi Homoseks / Lesbian dgn menggunakan rajjah merupakan
jenis therapi ilahiyah alias therapi spiritual yang menggunakan kekuatan ilahiyah
untuk penyembuhan. Anda akan mendapatkan 10 lembar kertas rajjah yang dibuat
khusus untuk mengobati Homoseks / Lesbian. Nantinya rajjah ini Anda rendam
sampai semua