• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANGTUA DENGAN REMAJA PUTRI DALAM MEMAHAMI RESIKO HUBUNGAN SESAMA JENIS DI SURABAYA (STUDI DESKRIPTIF KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANGTUA DENGAN REMAJA PUTRI PELAKU LESBI DALAM MEMAHAMI RESIKO HUBUNGAN SEJENIS DI SURABAYA).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANGTUA DENGAN REMAJA PUTRI DALAM MEMAHAMI RESIKO HUBUNGAN SESAMA JENIS DI SURABAYA (STUDI DESKRIPTIF KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANGTUA DENGAN REMAJA PUTRI PELAKU LESBI DALAM MEMAHAMI RESIKO HUBUNGAN SEJENIS DI SURABAYA)."

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

DENGAN REMAJ A PUTRI PELAKU LESBI DALAM MEMAHAMI

RESIKO HUBUNGAN SEJ ENIS DI SURABAYA)

SKRIPSI

Oleh :

ERWIN SARI WINDYATWATI

NPM : 0943010038

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan

hidayahNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANGTUA DENGAN REMAJA PUTRI DALAM MEMAHAMI RESIKO HUBUNGAN SESAMA JENIS DI SURABAYA.”

Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak hanya berupaya sendiri, tetapi penulis juga memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala hormat dan kerendahan hati disampaikan terimakasih kepada :

1. Allah SWT, karena karunia kesehatan baik secara fisik dan mental yang diberikanNya.

2. Bapak dan Ibu saya yang memberikan dorongan tiada henti, mengobrak-obrak saat saya malas mengerjakan skripsi ini, hingga semangat baik saya muncul kembali dan

bantuan secara moriil maupun materiil. Love fams :*

3. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto selaku rector Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya.

(3)

6. Bapak Juwito, S.sos, msi selaku dosen wali yang bersedia direpoti untuk masalah penyusun selama kuliah di Jurusan Ikom tercinta ini.

7. Terimakasih buat mas tyo, masku yang telah memberi dukungan tiada henti serta

doa yang tulus.

8. Terimakasih juga untuk Muhammad Imam Muavix yang selalu menemani, mendukung saya saat menyusun dan mengerjakan skripsi ini. Love dear :*

9. Untuk sahabatku mawar hitam uky (item), novi (bulek), dista (unyil), witha

(withil), caterine (kity) yang selalu setia mendukung segala urusan demi menyelesaikan skripsi ini. Love mawar hitam :*

10. Terakhir, untuk temen-temenku kos semolo findri (bokir), lia (kety), yeni

(boncel), lidya (cece), tia (miss j), septy (kak tii), putri (bude), etha (congok), adekku (dyah) terimakasih sudah membantu penyusun untuk begadang malam-malam mengerjakan skripsi ini. Love jam gendeng :* hahaaa

11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-satu oleh penulis.

(4)

Surabaya, 27 September 2013

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN J UDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJ UAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAK ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan masalah ... 11

1.3 Tujuan penelitian ... 12

1.4 Manfaat penelitian ... 12

BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 13

2.2 landasan Teori ... 17

(6)

2.2.1.1 Definisi Komunikasi Interpersonal ... 17

2.2.1.2 Tujuan Komunikasi Interpersonal ... 20

2.2.1.3 Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal ... 22

2.2.1.4 Pengertian Komunikasi Interpersonal Ibu dan Remaja Putri ... 23

2.2.1.5 Aspek-aspek Komunikasi Interpersonal Ibu dengan Remaja Putri ... 25

2.3 Keluarga ... 26

2.3.1 Pengertian Keluarga ... 26

2.3.2 Pengertian Orangtua ... 27

2.3.3 Fungsi Keluarga ... 28

2.3.4 Fungsi Komunikasi Keluarga ... 32

2.4 Remaja ... 33

2.4.1 Pengertian Remaja Putri ... 33

2.4.2 Karakteristik Remaja ... 33

2.4.3 Pergaulan Remaja ... 35

(7)

2.5.2 Pengertian Lesbianisme ... 38

2.5.3 Resiko Hubungan Sesama Jenis ... 52

2.6 Kerangka Berfikir ... 53

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 56

3.2 Subyek Penelitian ... 56

3.2.1 Orangtua dan Remaja Putri ... 56

3.2.2 Komunikasi Interpersonal (antara ibu dan remaja putri) ... 58

3.3 Informan ... 61

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 64

3.5 Teknik Analisis Data ... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data ... 68

(8)

4.1.2 Penyajian Data ... 69

4.1.3 Identitas Informan ... 70

4.2 Analisis Data ... 71

4.2.1 Komunikasi Interpersonal Ibu dengan Remaja Putri dalam Memahami resiko hubungan sesama jenis ... 71

4.3 Pembahasan ... 98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 106

5.2 Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 108

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil wawancara dengan informan ... 111

2. Interview Guide ... 129

(10)

hidup para remaja yang menjurus pada perilaku menyimpang. Khususnya remaja putri saat ini telah banyak mengalami perubahan dalam hal pergaulan serta gaya hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komunikasi interpersonal antara ibu dengan remaja putri dalam memahami resiko hubungan sesama jenis di Surabaya.

Teori komunikasi antar pribadi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pertukaran sosial oleh John Thibaut dan Harorld kelly, berdasarkan teori ini kita memasuki dalam hubungan komunikasi secara terbuka. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan menggunakan analisis kualitatif, yang menggabungkan metode survey atau observasi dan in depth interview.

Ibu harus dapat menjelaskan resiko hubungan sesama jenis terutama saat anak menginjak usia remaja dan Ibu harus uptodate perkembangan jaman. Sehingga ibu tau akan perubahan anaknya. Ibu dan remaja putri harus berkomunikasi dengan baik agar pesan yang disampaikan ibu diterima dengan baik oleh anak.

Kata kunci : Komunikasi Interpersonal, Komunikasi Interpersonal ibu dengan remaja putri, memahami resiko hubungan sesama jenis, resiko pelaku lesbian.

ABSTRACT

The phenomenon was worried about numerous parties at present is the lifestyle surrounding the teens behaviour deviates. Especially young women today have a lot of experience in terms of change in socialization and lifestyles. This research aims to know the interpersonal communication between mother with young women in same-sex relations risk understanding in Surabaya.

Interpersonal communication theory used in this social research exchange theory by john thibaut and harorld kelly, based on this theory, we enter in a communication relationship openly. The method used a descriptive method and using the qualitative survey method combines, or observation and in depth interview.

The mother should be able to explain same-sex relations risk especially when children and teenager mothers should follow the develpment of the world. So the mother will know his changes. Mother and teen daughter must communicate well received by the mother of the child.

(11)

1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia. Sejak pertama dilahirkan, manusia sudah melakukan

kegiatan komunikasi. Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia itu

hidup dengan manusia lainnya satu dengan yang lain saling membutuhkan.

Untuk tetap melangsungkan kehidupannya, manusia perlu berhubungan

dengan manusia lainnya. Hubungan antar manusia akan tercipta melalui

komunikasi, baik komunikasi verbal (bahasa) maupun non verbal (simbol,

gambar atau media komunikasi yang lain).

Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris Communication berasal

dari kata latin communication dan bersumber dari kata communis yang berarti

sama. Sama disini maksutnya adalah sama makna mengenai suatu hal

(Effendy, 2002:3). Judy C. Person dan Paul E. Nelson mengemukakan bahwa

komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama untuk kelangsungan

hidup diri sendiri yang meliputi : keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran

pribadi, menampilkan diri kita sendiri pada orang lain dan mencapai ambisi

pribadi. Kedua untuk melangsungkan hidup masyarakat, tepatnya untuk

memperbaiki hubungan social dan mengembangkan keberadaan suatu

(12)

Komunikasi interpersonal dalam keluarga terjalin antara orangtua dan

anak merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan perkembangan

individu. Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif dapat

menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang

makin baik dan tindakan. Demikian juga dalam lingkungan keluarga

diharapkan terbina komunikasi yang efektif antara orangtua dan anaknya,

sehingga akan terjadi hubungan yang penuh kasih sayang dan harmonis.

Hubungan demikian masih sangat diperlukan karena seorang anak masih

banyak menghabiskan waktu dalam lingkungan keluarga.

Terdapat dua faktor yang membentuk kepribadian anak, yaitu faktor

internal dan eksternal. Internal berasal dari lingkungan keluarga sendiri,

sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan luar rumah, yaitu

masyarakat. Koherensi diantara keduanya tidak dapat dipisahkan sama sekali

dari lingkungan keluarganya dan terbebas sekali dari pengaruh

lingkungannya (Hurlock, 1996:22). Kedua faktor tersebut merupakan tugas

orangtua untuk melakukan pembinaan keluarganya dan menyikapi secara

hati-hati masukan-masukan dari lingkungan masyarakat agar seorang anak

yang masih memerlukan pembinaan dengan baik dari orangtua tersebut dapat

disignifikan bertingkah laku sesuai dengan garis-garis keluarga dengan kata

lain faktor internal didalam keluarga harus lebih dominan dari pada faktor

eksternal yang berasal dari lingkungan masyarakat. Keluarga atau orangtua

(13)

Keberadaan orangtua mempunyai arti penting dalam perkembangan sosial

remaja. Keterikatan dengan orangtua pada masa remaja dapat membantu

kompetensi sosial dan kesejahteraan sosialnya. Seperti tercermin dalam

ciri-ciri harga diri, penyesuaian emosional dan kesehatan fisik

(Desmita,2005:218).

Orangtua biasanya mempunyai berbagai cara dan strategi untuk

berkomunikasi dan mendidik ketika anaknya masuk kedunia remaja agar

menjadi sesuai dengan apa yang diinginkan, karena keluarga merupakan salah

satu tempat pendidikan formal terpenting untuk pendidikan anak, maka

komunikasi interpersonal akan mempengaruhi proses pertumbuhan dan

perkembangan anak dalam segi apapun. Bagi seorang anak, keluarga

merupakan tempat pertama dan utama bagi pertumbuhan dan

perkembangannya, fungsi utama keluarga adalah sebagai wahana untuk

berkomunikasi, mendidik, mengasuh dan mensosialisasikan anak,

mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan

fungsinya dimasyarakat dengan baik. Terlebih lagi ketika anak sedang

tumbuh dan menjadi seorang remaja putri, pasti membutuhkan perhatian yang

lebih dari sang orangtua sebab pergaulan dijaman sekarang sudah berbeda

dengan dahulu. Oleh karena itu sebagai orangtua harus lebih waspada dalam

mengawasi pergaulan anaknya, sebab jika orangtua lengah dalam mengawasi

pergaulan anaknya kemungkinan besar sang anak dapat jatuh dalam pergaulan

yang salah. Karena telah banyak pergaulan yang salah dapat menjerumuskan

(14)

(Lesbian), sex bebas yang mengakibatkan hamil diluar nikah bahkan menjadi

trafficcing. Karena banyak ditemui permasalahan remaja putri yang

bermacam-macam bentuknya dan kurangnya perhatian dan didikan dari

orangtua yang membuat remaja putri bebas melakukan apa yang dia mau

tanpa merasa takut dan memikirkan resiko apa yang diperbuatnya. Dan hal

inilah yang menjadi ketakutan orangtua jika lengah mengawasi dan

memperhatikan anaknya yang sedang tumbuh menjadi seorang remaja putri.

Remaja dalam mengambil keputusan juga membutuhkan dukungan

dalam memutuskan sesuatu hal baik itu dari orangtua, keluarga terdekat dan

teman-temannya. Anak yang mulai tumbuh dalam fase remaja merupakan

segmen perkembangan individu anak yang sangat penting, dimana pada masa

ini remaja memiliki sifat tergantung (dependence) terhadap orangtua kearah

kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri dan

perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral (Yusuf, 2001:184).

Pada masa remaja adalah suatu usia yang serba labil dan untuk kematangan

berfikir serta mempertimbangkan sesuatu masih campur aduk antara

(perasaan) dan rasio (logika), sifatnya coba-coba atau eksperimen sering

muncul remaja selalu ingin tahu terhadap hal-hal tanpa melihat apakah iya

bersifat negatif atau positif dan mulai mencoba hal-hal yang baru. Pergaulan

yang didapat mempengaruhi remaja tersebut karena sifat keingin tahunya dan

rasa coba-coba yang besar membuat ia ingin mencoba segala hal tanpa

(15)

sekarang sangat tidak kondusif karena kecanggihan teknologi dan perubahan

jaman membuat anak pada usia remaja ini mudah terpengaruh.

Saat ini banyak remaja yang terjerumus dalam pergaulan bebas. Banyak

remaja yang menyalah artikan pergaulan bebas, mereka melakukan banyak

hal yang sebenarnya bertentangan dengan aturan dan norma yang berlaku di

masyarakat. Norma ini dibuat untuk mengatur kehidupan masyarakat supaya

dapat hidup teratur. Saat ini masih banyak sekali masyarakat yang sering

melanggar aturan-aturan tersebut. Dalam masyarakat kita dikenal adanya

norma agama, norma susila, dan norma hukum.

Kota surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur di Indonesia.

Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Dengan

penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa, Surabaya merupakan

pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia

Timur. Di kota metropolis contohnya Surabaya banyak kaum remaja yang

melakukan kenakalan remaja. Kenakalan remaja dapat berupa berbohong,

pergi keluar rumah tanpa pamit, menyalahgunakan narkotika, begadang,

membolos sekolah, berkelahi dengan teman (tawuran), minum-minuman

keras, melihat video porno, kumpul kebo, hubungan sex diluar nikah, aborsi

dan melakukan hubungan sesama jenis. (Sumady Suryabrata, 1998:89)

Beberapa contoh kasus di Surabaya yang pernah saya lihat tentang

remaja putri yang melakukan hubungan sesama jenis atau bisa dibilang

(16)

menyukai sesama wanita dan banyak terjadi pada remaja khususnya

mahasiswi. Tetapi juga ada remaja yang masih sekolah melakukan hubungan

sesama jenis tersebut, seperti halnya berhubungan berlainan jenis. Remaja

Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari

masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah

norma-norma, nilai-nilai gaya hidup mereka. Remaja yang dahulu terjaga

secara kuat oleh sistem keluarga, adat budaya serta nilai-nilai tradisional yang

ada, telah mengalami pengikisan yang disebabkan oleh urbanisasi dan

indistrialisasi yang cepat. Hal ini diikuti pula oleh adanya revolusi media yang

terbuka bagi keragaman gaya hidup.

Pada fase pertumbuhan remaja sering mengalami frustasi dan

penderitaan, konflik dan perasaan teralinealisasi (yang sangat mendalam)

dalam kehidupan sosial budaya orang dewasa (Yusuf, 2010:184), sehingga

mengakibatkan keadaan yang ekstrim dalam hubungannya dengan orang tua

dan pada akhirnya timbul konflik dalam keluarga. Salah satunya adalah

bahwa remaja memiliki sifat ideal dan orang tua bersifat pragmatis

(Yusuf,2010:187). Kondisi ini cenderung remaja mengutarakan masalah

secara terbuka kepada temannya (Gunarsa, 2007:7).

Faktor ekonomi keluarga menyebabkan orangtua sibuk mencari nafkah

demi memenuhi tuntutan kebutuhan dalam rumah tangga, sehingga perhatian

orangtua terhadap anak berkurang (Yusuf, 2010:45). Sikap orangtua yang

(17)

melebihi batas atas diri anaknya, orang lain tidak dapat berbuat apa-apa. Bila

terdapat perbedaan standart moral dirumah dan standart kelompok teman,

anak-anak sering menerima standart teman dan menolak standart keluarga.

Berdasarkan hasil wawancara serta observasi yang penulis lakukan

dengan subyek yang ditemui secara tidak sengaja, remaja putri ini mengaku

telah melakukan hubungan sesama jenis atau bisa disebut sebagai LESBIAN

karena kurangnya perhatian dari orangtuanya yang sering bertengkar sehingga

anak tidak betah berada dalam rumah dan gangguan psikolog karena trauma

akan sikap ayahnya yang melakukan perselingkuhan terhadap wanita lain

selain ibunya sehingga remaja putri ini memutuskan untuk enggan menjalin

hubungan terhadap lawan jenisnya karena ketakuatan akan perselingkuhan

terhadap hubungan. Remaja putri ini juga menyatakan bahwa hal itu berawal

dari pergaulan dilingkungannya, dan teman-temannya yang menjalin

hubungan sesama jenis. Mereka juga mengaku bahwa hubungannya yang

sesama jenis itu sama seperti halnya hubungan terhadap lawan jenis. Misalnya

bergandengan, berpelukan, berciuman bermesra-mesraan didepan umum.

Mereka menganggap hal tersebut sudah biasa dilakukan karena menurutnya

banyak remaja putri lainnya yang melakukannya seperti remaja-remaja

lainnya yang melakukan hubungan sesama jenisnya (Lesbian).

Ternyata hai ini tidak hanya dilakukan remaja ini sendiri, remaja putri

ini menyatakan bahwa beberapa teman-temannya juga melakukan hal ini,

(18)

masa sekarang atau bisa disebut sebagai jamannya sekarang menjalin

hubungan sesama jenis. Ketika penulis bertanya tentang kualitas komunikasi

remaja tersebut dengan orangtua, remaja tersebut mengaku bahwa

orangtuanya sering sibuk dengan urusannya dan ada yang ayahnya menjalin

hubungan dengan wanita lain atau selingkuh. Lanjutnya, mengatakan bahwa

komunikasinya dengan orangtuanya hanya sebatas hal-hal yang perlu saja,

seperti yang berhubungan dengan akademik atau hal-hal yang biasa

dibicarakan sehari-hari pada umumnya.remaja putri tersebut menjelaskan

bahwa orangtuanya tidak pernah memperhatikannya dan sering

mengabaikannya.

Ketika remaja sudah mengenal dunia luar, orangtua terutama ibu harus

lebih aktif dalam mengawasi anak, memberikan pengarahan agar tidak terjun

ke pergaulan yang salah, dan orangtua juga harus memberi contoh yang baik

untuk anaknya terutama san ayah. Maka dari itu dibutuhkan kedekatan antara

orangtua terutama ibu dan remaja putrinya untuk berkomunikasi secara

interpersonal.

Pada masa sekarang masalah perhatian orangtua dalam membina

anak-anak sering dianggap sebagai pemicu terjadinya masalah-masalah sosial dan

psikolog pada diri anak. Karena orangtua dinilai kurang mampu memberi

perhatian khusus kepada anak. Interaksi dan komunikasi dalam keluarga

(antara orangtua dengan anak) kurang tercipta hubungan yang dinamis.

(19)

artian sebuah keluarga perlu adanya komunikasi yang efektif sehingga dapat

menimbulkan efisiensi dalam menciptakan keluarga harmonis. Cukup banyak

persoalan yang timbul di masyarakat karena tidak adanya komunikasi yang

baik dalam keluarga, sehingga orangtua dinilai kurang mampu dalam

memberi perhatian khusus kepada anak yang mengakibatkan anak mencari

kepuasan diluar rumah.

Remaja putri kini telah banyak mengalami perubahan dalam hal

pergaulan serta gaya hidup. Dengan berkembangnya jaman serta modernnisasi

yang sangat pesat menuntun banyak kalangan remaja putri untuk

menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Terlihat dari cara remaja putri

berbusana, bergaul bebas, dan luas dengan teman sebaya, hingga perubahan

gaya hidup yang lekat dengan kehidupan malam dan pergaulan bebas.

Mungkin bagi kalangan remaja putri sendiri hal tersebut sudah lazim sebagai

cara bergaul remaja sekarang, namun hal inilah yang kini menimbulkan

keprihatinan masyarakat termasuk para orangtua terlihat pergaulan remaja

putri yang kini semakin bebas.

Ini terlihat jelas ketika sepasang remaja putri terlihat bersama-sama

dengan teman sesama jenisnya di jalan, cafe, mall, maupun tempat hiburan.

Sepasang remaja putri ini sering kali terlihat tidak canggung saat bermesraan

dengan bergandengan tangan serta saling memeluk, bahkan ada yang saling

berciuman bibir walaupun saat itu berada di dalam keramaian/tempat umum.

(20)

Sudah saatnya bagi orangtua untuk kembali menjalankan tugas dan

peran mendampingi putra-putrinya dari mulai lahir sampai menuju

kedewasaan. Menurut kodratnya peran mendasar orangtua adalah sebagai

pendidik nilai-nilai yang pertama dan utama sebagai teman dalam perjalanan

hidupnya, sebagai komunikator yang baik bagi putra-putrinya dan sebagai

panutan. Pendidikan seksual sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan

dengan sistim nilai yang merupakan tanggung jawab orangtua. Ibu dapat

melakukan pendekatan secara individual sebab remaja putri memiliki pribadi

dan tingkat emosial yang berbeda-beda. Selain itu seorang ibu dapat

melakukan pengamatan aktivitas pergaulan naluriah dalam diri anak sedini

mungkin. Kalau perlu mengoreksi kebiasaan-kebiasaan yang mungkin dapat

menyesatkan. Pembinaan dalam kemurnian dan informasi tentang pergaulan

sehari-harinya harus diberikan dalam konteks pendidikan cinta dalam arti

luas, yaitu cinta kepada ALLAH dan cinta terhadap sesamanya. Mengajarkan

anak untuk bersikap kritis agar tidak mudah terpengaruh oleh lingkungannya.

Dalam penelitian ini, penulis memilih kota Surabaya untuk cakupan

penelitian karena Surabaya salah satu kota berkembang dilihat dari padatnya

penduduk dan berbagai permasalahan sosial yang terjadi. Banyaknya remaja

pendatang dari beberapa daerah di Jawa ataupun Luar Jawa yang bersekolah

di Surabaya dan banyak yang tinggal di Kost tanpa pengawasan dari orangtua

secara berkala.

(21)

Orangtua harus bisa mengarahkan anaknya kedalam hal yang positif dan

membuat anaknya merasa nyaman dengan keadaan sekitar. Selain itu,

perhatian dan pengawasan dari orangtua bisa dipahami anaknya. Apabila

orangtua membiarkan anaknya bergaul dalam pergaulan yang salah, maka

anak tersebut akan terjerumus pada pergaulan yang salah dengan menyukai

teman sejenisnya (Lesbian) karena sang anak merasa bahwa orangtuanya

sibuk dengan urusan masing-masing sehingga tidak memperhatikannya.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui “ komunikasi interpersonal antara orangtua

dengan remaja putri dalam memahami resiko hubungan sesama jenis di

Surabaya.” Dijelaskan bahwa media komunikasi orangtua khususnya ibu

sebagai orangtua terdekat yang dianggap oleh remaja putri dalam

perkembangan pergaulan remaja putri sekarang ini. Sang ibulah yang

dianggap lebih nyaman dibandingkan dengan ayah saat bercerita, berkeluh

kesah dan dinilai lebih mengerti perasaan remaja putri karena sama-sama

sebagai perempuan.

1.1 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana komunikasi interpersonal

antara orangtua dengan remaja putri dalam memahami resiko hubungan

(22)

1.2 Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui komunikasi interpersonal antara orangtua dengan remaja

putri dalam memahami resiko hubungan sesama jenis di Surabaya.

1.3 Manfaat Penelitian

a. Secara Teoritis

Sebagai bahan tambahan pemikiran untuk ilmu komunikasi terutama tentang

komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi.

b. Memberikan gambaran bagi pembaca, khususnya masyarakat umum tentang

pentingnya komunikasi interpersonal antara orangtua dengan anak remaja

(23)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Peneliti menggunakan dasar dari 2 (dua) jurnal yaitu yang pertama

berjudul “Komunikasi Interper sonal Guru dan Orangtua dalam Mencegah

Kenakalan Remaja pada Siswa” (Studi Deskr iptif pada Siswa Kelas XI SMA

Kolombo Sleman). Pada jurnal Ilmu Komunikasi (volume 7, nomor 2,

Mei-Agustus 2009) ini berdasarkan penelitian yang dilakukan sang peneliti mengenai

peran komunikasi interpersonal guru dan orangtua dalam mencegah kenakalan

ramaja pada siswa, maka diperoleh hasil penelitian melalui proses wawancara,

observasi dan studi kepustakaan. Dengan demikian, dari hasil penelitian tersebut

dapat disimpulkan :

1. Komunikasi Interpersonal yang optimal antara guru dan orangtua dengan

anak sangat berperan dalam membentuk perilaku anak. Melalui penelitian

diketahui bahwa peran komunikasi interpersonal guru dan orangtua siswa

kelas XI SMA Kolombo sleman dipadang masih belum cukup optimal

dalam upaya mencegah kenakalan remaja. Hal ini terlihat dari wawancara

dan pengamatan peneliti yang menemukan bahwa komunikasi dua arah

yang dilakukan baik oleh guru maupun orangtua dengan siswa tidak

berjalan secara optimal. Bahkan terkadang proses komunikasi tersebut

(24)

Kurangnya empati dari guru menyebabkan siswa lebih merasa nyaman dan

terbiasa bertukar pikiran mengenai apapun dengan teman atau saudara mereka.

Kurangnya empati guru menyebabkan siswa yang ketahuan melakukan kesalahan

merasa terpojok dan tertekan. Hal ini dikarenakan guru terlalu cepat memvonis

kesalahan dan memberi hukuman tanpa mempedulikan kondisi fisik maupun

psikis siswa. Kurangnya sikap positif untuk berani mengungkapkan pendapat

ketika mengalami perbedaan pendapat dengan guru menyebabkan siswa kurang

memiliki sikap hormat, berfikir positif serta menghargai dirinya sendiri dan

oranglain. Pada aspek keamanan, guru lebih banyak berperan ketika

berkomunikasi dengan anak. Mayoritas responden guru juga hanya dapat

memposisikan diri sebagai guru dan orangtua ketika berkomunikasi dengan siswa

baik didalam maupun diluar kegiatan belajar mengajar. Mayoritas responden

orangtua pun tidak dapat menahan emosi mereka ketika mengetahui sang anak

telah melakukan kesalahan. Hal ini membuat mereka terlalu cepat memvonis

kesalahan dan memberikan hukuman pada anak. Pada aspek keamanan, sama

halnya dengan para responden guru, mayoritas responden orangtua lebih banyak

berperan ketika berkomunikasi dengan anak. Peran komunikasi interpersonal

antara guru dan orangtua dengan anak dalam penelitian ini adalah sebagai sarana

untuk mengontrol serta mengarahkan perilaku anak sesuai kehendak guru dan

orangtua. Selain itu, komunikasi interpersonal juga berperan untuk membantu

orangtua dan guru dalam memecahkan permasalahan yang sedang dialami oleh

(25)

2. Kendala yang dialami guru dan orangtua ketika berkomunikasi dengan

anak lebih pada sikap anak yang umumnya kurang koorperatif. Misalnya,

ketika berkomunikasi anak kurang jujur dan terbuka, tidak memperhatikan

dengan baik ketika dinasehati, suka melawan dan membantah, dan

kendala-kendala lainnya. Sikap-sikap anak tersebut kadang semakin

memperburuk keadaan, sebab guru dan orangtua tidak bisa menahan emosi

akan semakin merasa kesal dan semakin menekan atau memojokkan anak.

Hal ini dapat membuat anak menjadi sakit hati dan yang lebih buruk lagi

dapat membuat sikapnya semakin tidak terkontrol. Berdasarkan hasil

penelitian, penulis merasa komunikasi interpersonal yang dilakukan antara

guru dan orangtua dengan siswa perlu lebih ditingkat kualitas serta

kuantitasnya. Pada usia remaja tingkat emosi siswa sangat labil sehingga

tidak hanya mereka saja yang perlu merubah perilakunya, guru dan

orangtua pun harus bisa menerima kritik dan saran positif yang

diungkapkan siswa. Supaya tidak hanya salah satu pihak yang berusaha

mengoreksi diri menjadi lebih baik tetapi kedua belah pihak. Guru dan

orangtua hendaknya mengoptimalkan komunikasi interpersonal yang

efektif ketika berkomunikasi dengan siswa. Khususnya dengan melakukan

komunikasi sesuai dengan aspek-aspek keterbukaan, empati, sikap positif,

dukungan dan kesetaraan.

Kedua berjudul “Komunikasi Interper sonal Orangtua dan Anak dalam

Pendidikan Seksual”. Junal Ilmu komunikasi (Volume 9, Nomor 3,

(26)

pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan moral, etika

serta komitmen agama agar tidak terjadi “penyalahgunaan” organ reproduksi

tersebut Tanggung jawab untuk memberikan pendidikan seksual terhadap

anaknya, merupakan tanggung jawab bersama antar ayah dan ibu. Konteks peran

keluarga dalam memberikan pendidikan seksual pada anak-anaknya, khususnya

pada anak yang memasuki masa remaja. Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan bahwa pada keluarga di perkotaan DIY ini pola asuh yang banyak

diterapkan adalah otoriter tapi tidak penuh dan demokratis tapi masih setengah

jalan. Remaja yang berada dalam proses menuju kematangan secara tidak

langsung membawa orangtuanya menuju suatu masa transisi untuk menerimanya

sebagai orang dewasa, hal ini akan menimbulkan banyak konflik. Seks,

merupakan masalah yang masih tabu untuk dibicarakan dengan terbuka, meskipun

remaja maupun orangtua menganggap penting, namun bagaimana menjelaskan

masalah seks dengan tepat dan benar masih menjadi masalah. Orangtua cukup

membatasi untuk membicarakan masalah seks apalagi bagi masyarakat dengan

budaya jawa yang menganggap bahwa bicara seks itu masih dianggap tabu dan

(27)

2.2 Landasan teori

2.2.1 Komunikasi Interper sonal

2.2.1.1 Definisi Komunikasi Interper sonal

Ada beberapa definisi komunikasi interpersonal, diantaranya :

a. Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah proses

pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang, atau diantaranya

sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan

balik seketika. (Effendy, 2003:60).

b. Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara

seseorang dengan paling kurang seseorang lainnya atau biasanya diantara

dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. Komunikasi

interpersonal adalah membentuk hubungan dengan orang lain.

(Muhammad, 2005:159).

c. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi satu lawan satu, dan

beberapa ahli komunikasi menganggap sama dengan hubungan

interpersonal. Komunikasi interpersonal dapat berupa pertemuan face to

face atau dua orang secara online. (Shedletsky & Aitken, 2004:143).

Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) adalah

komunikasi antar orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap

persertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun

(28)

Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah proses

pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang diantara sekelompok

kecil orang-orang merupakan komunikasi di dalam diri sendiri, di dalam diri

manusia terdapat komponen-komponen komunikasi seperti sumber, pesan,

saluran penerima dan balikan dalam komunikasi interpersonal hanya seorang

yang terlibat. Pesan mulai dan berakhir dalam diri individu masing-masing.

Komunikasi interpersonal mempengaruhi komunikasi dan hubungan dengan

orang lain. Suatu pesan yang dikomunikasikan, bermula dari seorang

(Muhammad, 1995:158).

Setelah melalui proses interpersonal tersebut, maka pesan-pesan

disampaikan kepada orang lain. Komunikasi interpersonal merupakan proses

pertukaran informasi antara seseorang dengan seseorang lainnya atau biasanya

diantara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. Dengan

bertambahnya orang yang terlibat dalam komunikasi menjadi bertambah

komplekslah komunikasi tersebut (Muhammad, 1995:159).

Komunikasi antar pribadi juga di definisikan sebagai komunikasi yang

terjadi diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang terlihat jelas

diantara mereka, misalnya percakapan orangtua dengan anaknya, sepasang

suami istri, guru dengan murid dan lain sebagainya. Dalam definisi ini setiap

komunikasi baru dipandang dan dijelaskan sebagai bahan-bahan yang

(29)

Pentingnya suatu komunikasi interpersonal ialah karena prosesnya

memungkinkan berlangsung secara dialogis. Dialog adalah bentuk komunikasi

antat pribadi yang menunjukkan terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat

dalam komunikasi bentuk ini berfungsi ganda masing-masing menjadi

pembicara dan pendengar secara bergantian. Dalam proses komunikasi

dialogis nampaknya adanya upaya dari perilaku komunikasi untuk terjadinya

pergantian bersama (mutual understanding) dan empati.

Dari proses ini terjadi saling menghormati bukan disebabkan status sosial

melainkan di dasarkan pada anggapan bahwa masing-masing adalah manusia

yang berhak dan wajib, pantas dan wajar dihargai dan dihormati sebagai

manusia.

Komunikasi interpersonal dibandingkan dengan komunikasi lainnya

dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini dan

perilaku komunikan. Alasannya karena komunikasi ini berlangsung bertatap

muka, oleh karena dengan komunikasi itu terjadilah kontak pribadi (personal

contact) yaitu pribadi anda menyentuh pribadi komunikan. Ketika

menyampaikan pesan, umpan balik berlangsung seketika (immediate

feedback) mengetahui pada saat itu tanggapan komunikan terhadap pesan

yang di lantarkan pada ekspresi wajah dan gaya bicara. Apabila umpan balik

positif, artinya tanggapan itu menyenangkan, tidak akan mempertahankan

gaya komunikasi sebaliknya jika tanggapan komunikan negatif, maka harus

(30)

Oleh karena keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan

perilaku komunikan itualah maka bentuk komunikasi interpersonal sering kali

dipergunakan untuk melantarkan komunikasi persuasif (persuasive

communication) yakni suatu teknik komunikasi secara psikologis manusiawi

yang sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan atau rayuan. Dengan

demikian maka setiap pelaku komunikasi akan melakukan tempat tindakan

yaitu membentuk, menyampaikan, dan menerima mengolah pesan dan

keempat tindakan tersebut lazimnya berlangsung secara beruntun, dimana

membentuk pesan diartikan sebagai menciptakan ide atau gagasan dengan

tujuan tertentu.

2.2.1.2 Tujuan Komunikasi Interpersonal

Ada beberapa tujuan komunikasi interpersonal, antara lain

(Muhammad,2005:165) :

1. Menemukan diri sendiri

Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal

atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang

lain, kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain.

Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk

berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah

sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan,

(31)

dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa

perasaan, pikiran dan tingkah laku kita.

2. Menemukan dunia luar

Hanya komunikasi interpersonal menjadi kita dapat memahami lebih

banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita.

Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal,

meskipun banyak jumlah komunikasi yang datang pada kita dari media

massa hal ini sering kali di diskusikan dan akhirnya dipelajari atau

didalami melalui interaksi interpersonal.

3. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti

Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan

memelihara hubungan dengan orang lain. Banyaknya dari waktu kita

pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk

membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.

4. Berubah sikap dan penuh arti

Banyaknya waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah

laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan

mereka memilih cara tertentu, misalnya berpikir dalam cara tertentu dan

percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak menggunakan

waktu terlihat dalam posisi interpersonal.

5. Untuk bermain dan kesenangan

Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah

(32)

waktu akhir pekan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan

cerita lucu pada umumnya hal ini adalah merupakan pembicaraan yang

untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal

semacam itu dapat memberikan rileks dari semua keseriusan di lingkungan

kita.

6. Untuk membantu

Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan

komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk

mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain

dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan

seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang

mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya.

2.2.1.3 Ciri-cir i Komunikasi Interper sonal

Ada lima aspek yang merupakan ciri-ciri dari komunikasi interpersonal

(Sunarto, 2003:13) antara lain :

1. Komunikasi Interpersonal biasanya terjadi secara spontan dan tanpa tujuan

terlebih dahulu. Maksutnya, bahwa biasanya komunikasi interpersonal

terjadi secara kebetulan tanpa terencana sehingga pembicaraan terjadi

secara spontan.

2. Komunikasi Interpersonal mempunyai akibat yang direncanakan maupun

(33)

3. Komunikasi Interpersonal biasanya berlangsung berbalasan. Salah satu ciri

khas komunikasi interpersonal adalah adanya timbal balik bergantian

dalam saling memberi maupun menerima informasi antara komunikator

dan komunikan secara bergantian sehingga tercipta suasana dialogis.

4. Komunikasi Interpersonal biasanya dalam kedekatan atau cenderung

menghendaki keakraban. Untuk mengarah kepada suasana kedekatan atau

keakraban tentunya kedua belah pihak yaitu komunikator dan komunikan

harus berani membuka hati, siap menerima keterusterangan pihak lain.

5. Komunikasi Interpersonal dalam pelaksanaannya lebih menonjol dalam

pendekatan psikologis daripada unsur sosiologisnya.

Hal ini karena adanya unsur kedekatan atau keakraban yang terbatas pada

dua atau dengan paling banyak tiga individu saja yang terlibat. Sehingga

faktor-faktor yang mempengaruhi kejiwaan seseorang lebih mudah

terungkap dalam interaksi komunikasi tersebut.

2.2.1.4 Pengertian Komunikasi Interpersonal Orangtua dan Remaja Putri

Menurut Yoder, dkk (Moekjat, 1993:7) kata komunikasi berasal dari kata

communication, istilah ini lebih bersumber dari kata common (berbicara) serta

communicate (mengkomunikasikan) yang artinya bersama-sama membagi

ide-ide. Apabila seseorang berbicara dengan temannya tidak berbicara dan tidak

mendengarkan, maka disini tidak ada pembagian ide dan tidak ada komunikasi.

(Rakhmat, 2005:9) menjelaskan komunikasi adalah interaksi antara dua

(34)

pengaruh terhadap sikap, hubungan baik dan tindakan. Jadi dengan

berkomunikasi, manusia dapat menyampaikan informasi, ide, pengetahuan,

perasaan, sikap, perbuatan dan sebagainya kepada sesamanya. Harnack dan Fest

(Rakhmat, 2005:28) komunikasi adalah proses interaksi di antara orang untuk

tujuan integrasi interpersonal dan interpersonal.

Menurut Reusch dan Bateson (Liliweri, 1994:3) komunikasi interpersonal

merupakan relasi individu dengan individu lain dalam konteks sosialnya dan

merupakan tingkatan yang paling penting dalam komunikasi manusia. Verdeber

(Liliweri, 1994:9) menambahkan dengan mengatakan bahwa komunikasi

interpersonal merupakan suatu proses interaksi dan pembagian makna yang

terkandung dalam gagasan-gagasan maupun perasaan. Dalam (Lunandi, 1997:47)

menyatakan bahwa komunikasi interpersonal merupakan usaha manusia dalam

hidup dan pergaulan untuk menyampaikan isi hati dan pikirannya untuk

memahami pikiran dan isi hati orang lain.

Komunikasi penting artinya bagi manusia, sebab tanpa komunikasi tidak

akan terjadi saling tukar pengetahuan dan pengalaman, dalam hal ini adalah

komunikasi interpersonal remaja purti dengan orangtua. Kedekatan sosok

orangtua dalam sebuah keluarga mulai sejak dini hingga remaja, bahkan anak

menjadi dewasa, tidak dapat dipungkiri bila orangtualah sebagai salah satu sosok

pengarah yang merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ini dengan rasa

keingintahuan yang tinggi, remaja akan menjadikan orangtua sebagai tempat

(35)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi

interpersonal antara orangtua dan Remaja putri adalah suatu proses penyampaian

pesan, pendapat atau ide oleh seseorang kepada orang lain yang bersifat dua arah

dimana dalam hal ini antara orangtua dengan putrinya, masing-masing

mempunyai hak untuk mengungkapkan pendapat atau idenya dan stimulus yang

disampaikan oleh pengirim sesuai dengan stimulus yang diterima oleh penerima.

2.2.1.5 Aspek-aspek komunikasi interper sonal orangtua dengan remaja putri

Diungkapkan oleh (Rakhmat, 2005:129) aspek-aspek dalam komunikasi

interpersonal yaitu :

a. Percaya merupakan salah satu dasar dalam melakukan komunikasi yang

baik. Adanya sikap percaya maka komunikasi dapat mengungkap pikiran

dan perasaaan dengan tulus dan memperluas peluang komunikan mengerti

maksut pesan yang diberikan komunikator.

b. Suportif, adalah seseorang yang menerima jujur, empati dalam

menghadapi masalah. Komunikasi interpersonal akan efektif bila dalam

diri seseorang memiliki suportif.

c. Keterbukaan, adalah terbuka pada orang-orang dalam interaksinya, ada

kemajuan untuk membuka diri pada masalah-masalah umum sehingga

komunikan atau orang lain mengetahui pendapat, pikiran dan pasangan

yang disampaikan dan memberi tanggapan yang spontan terhadap

(36)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek

komunikasi orangtua dengan remaja putri adalah percaya, suportif, dan

keterbukaan.

2.3 Keluar ga

2.3.1 Pengertian Keluar ga

Pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan

hubungan sosial. Dalam dimensi hubungan darah, merupakan kesatuan yang

diikat olaeh hubungan darah antara satu dengan yang lainnya. Keluarga dapat

dibedakan menjadi keluarga besar dan keluarga inti.

Sedangkan dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan

satu-satunya yang diikat adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling

mempengaruhi, walaupun diantara mereka tidak terdapat hubungan darah.

(Djamarah, 2004:16).

Menurut Soeleman, secara psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang

yang hidup bersama dalam tempat bersama dan masing-masing anggota

merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling

memperhatikan dan saling menyerahkan diri. (Djamarah, 2004:17).

Menurut (Mulyano, 1984:26) keluarga merupakan wadah pembentukan

(37)

fundamental dan mempunyai peranan yang vital bagi pendidikan seseorang akan

lingkungan keluarga, secara potensial dapat membentuk pribadi anak atau

seseorang untuk hidup secara bertanggung jawab.

2.3.2 Pengertian Orang tua

Dalam kamus besar bahasa indonesia pengertian orangtua adalah ayah dan

ibu kandung. Sedangkan menurut (Wright, 1991:12), orangtua dibagi menjadi tiga

macam yaitu :

a. Orangtua kandung

Orangtua kandung adalah ayah dan ibu yang mempunyai hubungan darah

secara biologis (yang melahirkan).

b. Orangtua angkat

Pria dan wanita yang bukan kandung tapi dianggap sebagai orangtua

sendiri berdasarkan ketentuan hukum atau adat yang berlaku.

c. Orangtua asuh

Orang yang membiayai hidup seseorang yang bukan anak kandungnya

atas dasar kemanusiaan. Dasar pengertian diatas maka orangtua adalah

pria dan wanita yang mempunyai hubungan ikatan baik secara biolgis

maupun sosial dan mampu mendidik, merawat, membiayai serta

membimbing hidup orang lain yang dianggap anak secara

(38)

Fungsi Keluar ga

Menurut (Djamarah, 2004:18) Konsep keluarga sudah banyak diuraikan

pada bagian terdahulu, dimana pada hakikatnya keluarga adalah unit terkecil

dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, istri dan anak-anaknya, atau ayah

dan anaknya, ibu dan anaknya.

Hidup berkeluarga sebagai sepasang suami istri tidak sembarangan.

Namun nyatanya dalam kasus tertentu masih ada orangtua yang menikahkan

anaknya usia dini. Misalnya seperti terjadi dalam masyarakat tradisional, dimana

masih ada orangtua yang menikahkan anaknya dalam usia dini. Padahal anaknya

belum siap lahir batin. Penyaluran nafsu seksual secara sah menurut ajaran agama

via perkawinan bukanlah tujuan utama. Karena masih ada tujuan lain yang lebih

mulia yang ingin dicapai, yaitu ingin membentuk keluarga sejahtera lahir dan

batin. (Djamarah, 2004:18).

Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 21 Tahun 1994 tentang

penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera. Bab 1, Pasal 1, Ayat 2,

disebutkan, bahwa : Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk

berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup

spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara anggota dan antara

keluarga dengan masyarakat dan lingkungan (Djamarah, 2004:19).

(39)

Buktinya cukup banyak ditemukan keluarga yang kaya secara ekonomi ditengah

kehidupan masyarakat, tetapi belum mendapatkan kebahagiaan. Tetapi tidak

mustahil bagi keluarga yang miskin secara ekonomi ditemukan kebahagiaan. Oleh

karena itu, kaya ataupun miskin bukan suatu jaminan untuk menilai kualitas suatu

keluarga karena banyak aspek lain yang ikut menentukan, yaitu aspek pendidikan,

kesehatan, budaya, kemandirian keluarga dan mental spiritual serta nilai-nilai

agama yang merupakan dasar untuk mencapai dasar untuk mencapai keluarga

sejahtera (Djamarah, 2004:19).

Dalam rangka untuk membangun keluarga yang berkualitas tidak lepas

dari usaha anggota keluarga untuk mengembangkan keluarga yang bercirikan

kemandirian keluarga dan ketahanan keluarga. Sedangkan penyelenggaraan

pengembangan keluarga yang berkualitas ditujukan agar keluarga dapat

memenuhi kebutuhan spiritual dan materiil sehingga dapat menjalankan fungsi

keluarga secara optimal. Sedangkan fungsi keluarga itu sendiri berkaitan langsung

dengan aspek-aspek keagamaan, budaya, cinta kasih, melindungi, reproduksi,

sosialisasi, dan pendidikan, ekonomi dan pembinaan lingkungan (Djamarah,

2004:19).

Keluarga adalah acuan terbaik dalam penyampaian nilai-nilai agama.

Orangtua memiliki peranan yang strategis dalam mentradisikan ritual keagamaan

sehingga nilai-nilai agama dapat bersemi dengan suburnya dalam jiwa anak.

Kepribadian yang luhur agamis yang membalut jiwa anak menjadikannya

(40)

Keluarga dalam konteks sosial budaya tidak bisa dipisahkan dari tradisi

budaya yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Dalam konteks sosial

anak pasti hidup bermasyarakat dan bergerumul dengan budaya yang ada dalam

masyarakat. Dalam hal ini orangtua memiliki tanggung jawab untuk mendidik

anak agar menjadi orang yang pandai hidup bermasyarakat. Sebagai anggota

masyarakat, anak dituntut untuk terlibat langsung di dalamnya dan bukan sebagai

penonton tanpa mengambil peranan (Djamarah, 2004:20).

Ketika cinta kasih antara orangtua dan anak menyelinap ke relung hati,

disana terpatri keinginan untuk selalu bersama, bercengkrama dan bersenda gurau,

membicarakan tentang hidup dan kehidupan. Rasa aman dalam kebersamaan

mampu menumbuhkan kehangatan cinta kasih secara timbal balik. Cinta kasih

yang disemai oleh orangtua mendapat sambutan hangat dari anaknya untuk

membalasnya. Anak merindukan orangtua dan orangtua pun merindukan anaknya.

Oleh karena itu, perpaduan cinta kasih dan kerinduan dapat mengakrabkan

hubungan orangtua dengan anaknya. (Djamarah, 2004:20).

Kerinduan suami istri untuk selalu bersama, berhubungan berlandaskan

cinta kasih membuahkan hasil dengan lainnya seorang anak. Bagi orangtua, anak

adalah buah hati dan harapan di masa depan. Karenanya, sering ditemukan

orangtua yang bersedih karena belum diberi anak oleh Tuhan YME. Karena suatu

sebab, misalnya karena mandul sehingga reproduksi tidak berfungsi dengan baik.

Karena menderita kanker rahim, keguguran dalam masa kandungan dan

(41)

kehidupan berumah tangga itu berlangsung, suami istri selalu mendambakan

kehadiran seorang anak disisi mereka. Tak peduli apakah anak yang akan lahir itu

laki-laki ataupun perempuan, yang penting mendapatkan anak sebagai buah hati

dari cinta kasih sepasang suami istri (Djamarah, 2004:21).

Kehadiran anak disisi orangtua tidak harus membuat orangtua terbuai

dengan kebanggaan. Kebanggaan itu mungkin saja membuat orangtua terlena.

Hidup dalam keterlenaan biasa menyebabkan tugas-tugas penting terlupakan.

Bangga terhadap anak, boleh saja asalkan dalam batas-batas wajar. Karena tugas

lain seperti mendidik anak masih menunggu. Mendidik anak adalah tanggung

jawab orangtua. Kalaupun tugas mendidik anak dilimpahkan kepda guru

disekolah, tetapi tugas-tugas guru hanya sebatas membantu orangtua bukan

mengambil alih tanggung jawab orangtua sepenuhnya. Oleh karena itu,

menyerahkan sepenuhnya tugas orangtua kepada guru sama halnya dengan

melepas tanggung jawab terhadap anaknya. Apapun usaha yang dilakukan

orangtua dalam mendidik anaknya yang penting anak menjadi cerdas dan bisa

menyesuaikan diri dengan alam lingkungannya di masa depan. Orang yang pandai

menyesuaikan diri dengan lingkungannya berarti dia pandai menempatkan diri

secara serasi, selaras dan seimbang sesuai dengan daya dukung dan lingkungan

(42)

Fungsi Komunikasi Keluar ga

Fungsi komunikasi keluarga menurut Devito yaitu :

1. Fungsi menambah atau meneruskan keturunan

Merupakan fungsi komunikasi keluarga untuk meneruskan nama keluarga.

2. Fungsi Agama

Merupakan komunikasi keluarga yang bertujuan untuk memberikan

pengertian agama atau sisi religius ke dalam keluarga.

3. Fungsi Ekonomi

Merupakan fungsi komunikasi dalam keluarga sebagai pengatur atau

pengelola manajemen keuangan di dalam keluarga.

4. Fungsi Sosial

Merupakan fungsi komunikasi dalam keluarga yang mengisyaratkan

bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi

diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, untuk

menghindarkan diri dari ketegangan.

5. Fungsi Keamanan

Merupakan fungsi komunikasi dalam keluarga yang bermaksut

(43)

2.4 Remaja

2.4.1 Pengertian Remaja Putr i

Remaja adalah anak-anak yang berusia sekitar 11-20 tahun. Masa remaja

adalah masa pertumbuhan, jadi anak-anak remaja ini belum mencapai bentuk

akhir dari tubuhnya. Masa remaja adalah masa dimana seseorang membentuk atau

memulai membangun siapa dirinya atau jati dirinya.

(http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/09). Remaja putri memiliki tanda-tanda

perubahan fisik yang terjadi pada tubuhnya misalnya berkembangnya ukuran

payudara, menstruasi dan perubahan kedewasaan.

2.4.2 Karakteristik Remaja

Ada beberapa hal yang terjadi pada remaja :

1. Yang pertama adalah perubahan-perubahan fisik. Secara fisik dia akan

mengembangkan tubuhnya dan akan memakan waktu kira-kira dari usia

11 tahun hingga akhirnya dia mencapai bentuk akhir atau bentuk final

tubuhnya.

2. Juga akan ada perubahan hormonal, akan ada hormon-hormon seksual

yang diproduksi oleh tubuhnya, sehingga dia mulai sekarang

mengembangkan ketertarikan kepada lawan jenis.

(44)

Perbedaan masa kanak-kanak dengan masa r emaja adalah :

1. Secara fisik anak remaja sudah mengalami beberapa perubahan hormonal

misalkan munculnya hormon-hormon seksual yang membuat mereka itu

menjadi makhluk atau menjadi manusia yang harus bergerumul dengan

gejolak seksualnya.

2. Meraka makin dewasa pola pikirnya bertambah abstrak, pola pikir ini

membuat mereka mempertanyakan nilai-nilai yang mereka telah anut

sebelumnya.

3. Para remaja juga mudah sekali mengikuti trend, mengikuti apa yang

sedang in atau trend itu tidak cocok dengan yang kita sukai akibatnya

sering kali terjadi pertemgkaran, membuat hubungan orangtua – anak

sering kali tegang. (http:/www.sabda.org/publikasi/e-konsel/019).

Sekurang-kurangnya ada tiga tahapan yang har us dilewati oleh

seorang r emaja :

1. Usia sekitar 12-14 tahun. Pada tahap ini pergumulan remaja biasanya

berkaitan dengan penerimaan diri secara jasmaniah. Biasanya yang

menjadi masalah adalah dia tidak menyukai bagian-bagian tubuhnya atau

tidak bisa menerima dirinya apa adanya. Kegagalan untuk bisa menerima

diri secara fisik bisa membuahkan kekurang percaya diri.

2. Usia 15-18 tahun. Pada usia ini pergumulan remaja biasanya berkaitan

(45)

Apakah teman-temannya bisa menerimanya sebagai seseorang yang

masuk dalam kelompok mereka.

3. Usia 19 tahun hingga 20 tahun atau 21 tahun, ini memang sudah tumpang

tindih dengan tahapan dewasa awal, sebab memang transisinya masuk ke

tahapan dewasa awal (http://www.sabda.org./e-konsel/019).

2.4.3 Pergaulan Remaja

Pergaulan merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu

dengan individu, dapat juga oleh individu dengan kelompok. Seperti yang

dikemukakan oleh Aristoteles bahwa manusia sebai makhluk sosial

(zoon-politicon), yang artinya manusia sebagai makhluk sosial yang tak lepas dari

kebersamaan dengan manusia lain. Pergaulan mempunyai pengaruh yang besar

dalam pembentukan kepribadian seorang individu. Pergaulan yang ia lakukan itu

akan mencerminkan kepribadiannya, baik pergaulan yang positif maupun

pergaulan yang negatif. Pergaulan yang positif itu dapat berupa kerjasama antar

individu atau kelompok guna melakukan hal-hal yang positif. Sedangkan

pergaulan yang negatif itu lebih mengarah ke pergaulan bebas, hal itulah yang

harus dihindari, terutama bagi remaja yang masih mencari jati dirinya.

Dalam usia remaja ini biasanya seorang sangat labil, mudah terpengaruh

terhadap bujukan dan bahkan dia ingin mencoba sesuatu yang baru yang mungkin

dia belum tahu apakah itu baik atau tidak. Masa remaja merupakan masa yang

sangat penting, sangat kritis dan sangat rentan, karena bila manusia melewati

(46)

kegagalan dalam perjalanan kehidupan pada masa berikutnya. Sebaliknya bila

masa remaja itu diisi dengan penuh kesuksesan, kegiatan yang sangat produktif

dan berhasil guna dalam rangka menyiapkan diri untuk memasuki tahapan

kehidupan selanjutnya, dimungkinkan manusia itu akan mendapatkan kesuksesan

dalam perjalanan hidupnya. Dengan demikian, masa remaja menjadi kunci sukses

dalam memasuki tahapan kehidupan selanjutnya.

Pergaulan bebas juga dapat didefinisikan sebagai melencengnya pergaulan

seseorang dari pergaulan yang benar, pergaulan bebas diidentikan sebagai bentuk

dari pergaulan luar batas atau bisa juga disebut pergaulan liar. Ada beberapa

faktor dan masih ada juga faktor yang lain banyak mempengaruhi terjadinya

pergaulan buruk dari kalangan anak-anak muda, yakni :

1. Faktor Orangtua

Para orangtua perlu menyadari bahwa jaman telah berubah. Sistem

komunikasi, pengaruh media massa, kebebasan pergaulan dan modernisasi di

berbagai bidang dengan cepat mempengaruhi anak-anak kita. Budaya hidup

kaum muda masa kini, berbeda dengan jaman para orangtua masih remaja

dulu. Pengaruh pergaulan yang datang dari orangtua dalam era ini, dapat kita

sebutkan antara lain :

a. Faktor kesenjangan pada sebagian masyarakat kita masih terdapat

anak-anak yang merasa bahwa orangtua mereka ketinggalan jaman dalam

(47)

orangtua tidak menyadari kesenjangan ini sehingga tidak ada usaha

mengatasinya.

b. Faktor kekurang pedulian orangtua kurang peduli terhadap pergaulan

muda-mudi. Mereka cenderung menganggap bahwa masalah pergaulan

adalah urusan anak-anak muda, nanti orangtua akan campur tangan ketika

telah terjadi sesuatu. Padahal ketika sesuatu itu telah terjadi, segala sesuatu

sudah terlambat.

c. Faktor ketidak mengertian kasus ini banyak terjadi pada para orangtua

yang kurang menyadari kondisi jaman sekarang. Mereka merasa sudah

melakukan kewajibannya dengan baik, tetapi dalam urusan pergaulan

anak-anaknya, ternyata tidak banyak yang mereka lakukan. Bukannya

mereka tidak peduli, tetapi memang mereka tidak tahu apa yang harus

mereka perbuat.

2. Faktor agama dan iman

Agama dan keimanan merupakan landasan hidup seorang individu. Tanpa

agama hidup mereka akan kacau, karena mereka tidak mempunyai

pandangan hidup. Agama dan iman juga dapat membentuk kepribadian

individu. Dengan agama individu dapat membedakan mana yang baik dan

mana yang tidak. Tetapi pada remaja yang ikut kedalam pergaulan bebas

(48)

3. Perubahan Zaman

Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan pun ikut berkembang

atau yang lebih sering dikenal dengan globalisasi. Remaja biasanya lebih

tertarik untuk meniru kebudayaan barat yang berbeda dengan kebudayaan

kita, sehingga memicu mereka untuk bergaul seperti orang barat yang

lebih bebas.

2.5 Resiko Hubungan Sesama jenis

2.5.1 Lesbian

2.5.2 Pengertian Lesbianisme

Pengertian lesbian adalah perempuan yang secara psikologis, emosi dan

seksual tertarik kepada perempuan lain. Seorang lesbian tidak memiliki hasrat

terhadap gender yang berbeda/ laki-laki, akan tetapi seorang lesbian hanya tertarik

kepada gender yang sama/perempuan. Mereka berpendapat bahwa istilah lesbian

menyatakan komponen emosional dalam suatu relationship, sedangkan istilah

homoseksual lebih fokus kepada seksualitas. Lesbian adalah istilah bagi

perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama perempuan

atau disebut juga perempuan yang mencintai perempuan baik secara fisik, seksual,

emosional atau secara spiritual (Matlin,

(49)

Lesbian adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi

seksualnya kepada sesama perempuan atau disebut juga perempuan yang

mencintai perempuan baik secara fisik, seksual, emosional atau secara spiritual

(http://id.wikipedia.org/wiki/lesbian), diunduh pada tanggal 23 Desember 2009.

Lesbianisme berasal dari kata “Lesbos”. Lesbos adalah sebutan bagi

sebuah pulau ditengah Lautan Egeis, yang pada zaman kuno dihuni oleh para

wanita (Kartono, 1985). Homoseksualitas dikalangan wanita disebut dengan cinta

yang lesbis atau lesbianisme. Memang, pada usia pubertas, dalam diri individu

muncul predisposisi (pembawaan, kecenderungan) biseksuil, yaitu mencintai

seorang teman puteri, sekaligus mencintai teman seorang pria.

(http://www.duniapsikologi.com/lesbianisme-gaya-hidup-atau-abnormalitas-seksual/).

Gay atau lesbian memiliki minat erotis pada anggota gender mereka

sendiri, tetapi identitas gender mereka (perasaan menjadi pria atau wanita)

konsisten dengan anatomi seks mereka sendiri. Mereka tidak memiliki hasrat

untuk menjadi anggota gender yang berlawanan atau merasa jijik pada alat genital

mereka, seperti yang dapat kita temukan pada orang-orang dengan gangguan

identitas gender. Jadi, lesbian itu bukan merupakan gangguan identitas gender,

akan tetapi orientasi seksual mereka yang menyimpang.

(http://pengertian-lesbian.html?m=1).

Lesbianisme adalah ketertarikan seksual antara wanita dan wanita, yakni

homoseksual pada wanita. Orientasi seksual lebih besar dipengaruhi oleh

(50)

dirinya. Dengan kata lain, pengaruh lingkungan lebih hebat dari gen, termasuk

mengenai kecenderungan orientasi seksualnya. Heteroseksual bisa berubah

menjadi homoseksual, atau sebaliknya. Dan, setiap orang memiliki potensi

menyukai sesama jenis, lesbi atau gay.

Meskipun pola asuh dan lingkungan mendorong heteroseksual, namun

perubahan yang terus berjalan sampai dewasa bisa mengubah orientasi seksual

seseorang. Apalagi mereka yang tidak dibekali pembentukan diri, karakter,

pendidikan agama, dan moralitas dari orangtuanya. Menurut Lita pakar psikologi

mengemukakan bahwa proses orientasi seksual dipengaruhi banyak faktor. Gen

porsinya sangat kecil. Lingkungan internal dan eksternal lebih dominan, termasuk

pola asuh, trauma, pencarian figur ayah atau ibu saat kecil hingga remaja, dan

perhatian orangtua pada fase pertumbuhan dari anak hingga remaja. Kemampuan

dan perhatian orangtua dalam memberikan arahan dan bimbingan fungsional

perbedaan jenis kelamin juga menjadi faktor lain yang mempengaruhi.

Saat remaja adalah fase laten. Anak sudah mengenal seks tetapi tidak

untuk menyalurkan secara biologis. Jika masa laten ini tidak didampingi orangtua

dengan baik, orientasi anak bisa berubah. Anak bingung jika tidak diarahkan.

Apalagi masa usia 15 tahun misalnya, sudah muncul ketertarikan terhadap lawan

jenis. Preventif lebih efektif saat remaja hilang arah, tanpa adanya figur orangtua

sebagai tempat berbagi dan bertanya, orientasi seksual bisa saja berubah. Usia

remaja sangat sensitif. Bagaimanapun remaja masih labil dan bisa terpengaruh

(51)

tetap dampingi. Orangtua harus memosisikan diri sebagai teman, harus tahu

perkembangan jaman sekarang dan jangan merasa paling benar.

Pola asuh yang tepat akan membantu remaja mengindentifikasi dirinya.

Sementara pola asuh yang keliru membuat remaja mencari pengakuan diri di luar

rumah, di lingkungan yang membuatnya nyaman. Trauma di masa kecil, termasuk

karena kekerasan seksual atau fisik juga bisa memengaruhi pembentukan karakter

remaja. Misalnya saja hubungan lesbian siswi SMP di Depok, Jawa Barat,

berinisial Tn (15) dengan Sj (26) yang tidak lain guru taekwondonya, adalah salah

satu realitas sosial yang menunjukkan tingginya pengaruh lingkungan.

(http://www.google.co.id/tanya/b-thread?tid)

Lingkungan terdekat sangat memengaruhi. Apalagi jika remaja memiliki

perasaan, persepsi, dan keinginan yang sama dengan orang yang disukainya.

Kesamaan ini bisa terbangun karena adanya kedekatan, sering bertemu, atau

menjadikan gurunya sebagai tempat curhat. Selain juga karena adanya chemistry.

menganalisa realitas sosial ini. Olahraga taekwondo memiliki kecenderungan

orang yang kuat dan melindungi, serta memicu adrenalin. Sosok seperti ini bisa

didapatkan Tn dari Sj. Anak merasa terlindungi, sekaligus menegaskan

bertemunya si anak dalam lingkungan berorientasi seksual homoseks (guru yang

lesbi) inilah yang membentuk orientasi seksual anak berubah.

(http://www.google.co.id/tanya/b-thread?tid)

Jika sudah merasa nyaman, anak pun memilih homoseksual sebagai

(52)

kecil. Sulit mengubah orientasi seksual. Masih menurut Lita, penelitian Asosiasi

Psikiatri Amerika menunjukkan terapi yang dilakukan untuk orientasi seksual

masih minim. Sekalipun ada, tingkat keberhasilannya kecil. Orientasi seksual

terbanyak (dalam homoseksual) adalah lesbian. Penyebabnya karena sifat trenyuh

hatinya, simpati, dan empati, lebih condong ke wanita. Terapi hanya sedikit

membantu seseorang untuk mengubah orientasi seksualnya. Semuanya harus

kembali kepada kesadaran atau keinginan individu. Selain juga cara penanganan

orangtua yang seharusnya tak bisa memaksa. Kalau sudah terjadi orangtua harus

menerima selain juga berusaha untuk mengembalikan ke heteroseksual.

Bagaimanapun orangtua harus menyadari bahwa ini adalah akibat kesalahan pola

asuhnya. Orangtualah yang patut disalahkan jika lesbian terjadi pada remaja.

Karena anak masih berada dalam koridor pola asuh.

(http://www.google.co.id/tanya/b-thread?tid).

Penyebab lesbian dapat dibagi menjadi dua , yaitu :

1. Penyebab dari dalam yaitu genetik.

2. Penyebab dari luar misalnya luka batin karena telah disakiti oleh kaum

laki-laki.

(http://pendidikanseks.blogspot.com/2013/02/lesbian-adalah-perempuan-yang-secara-html?m=1).

Dari penyebab-penyebab tersebut ada beber apa pengar uh negatif yang

berdampak bagi para pelaku lesbian. Dampak yang akan terjadi hampir sama

(53)

2. Kelainan jiwa akibat mencintai sesama jenis akan membuat jiwanya tidak

stabil

3. Gangguan syaraf otak yang dapat melemahkan daya fikir kemauan dan

semangat

4. Terkena penyakit AIDS

5. Prasangka dan determinasi dari dampak sosial dan banyak cara untuk

menanggulangi dari perilaku penyimpangan seksual ini.

(http://pendidikanseks.blogspot.com/2013/02/lesbian-adalah-perempuan-yang-secara-html?m=1).

Beberapa cara untuk mencegah dari penyimpangan ini , antar a lain :

1. Berikan Pendidikan seks kepada anak mulai umur 13 tahun

2. Beri tahu kan dampak negatif dari penyimpangan seksualitas

3. Jangan pernah berikan lebel "tomboy" pada anak perempuan anda

4. Berikan pendidikan Agama yang detail kepada anak anda.

(http://pendidikanseks.blogspot.com/2013/02/lesbian-adalah-perempuan-yang-secara-html?m=1).

Cara mengatasi Lebian :

Cara mengatasi Homoseks / Lesbian dgn menggunakan rajjah merupakan

jenis therapi ilahiyah alias therapi spiritual yang menggunakan kekuatan ilahiyah

untuk penyembuhan. Anda akan mendapatkan 10 lembar kertas rajjah yang dibuat

khusus untuk mengobati Homoseks / Lesbian. Nantinya rajjah ini Anda rendam

(54)

sampai semua

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kestabilan emosi dan penerimaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal pada remaja.. Subjek penelitian adalah

Kemudian hipotesis yang diajukan yaitu : hubungan negatif antara komunikasi interpersonal orang tua dengan perilaku bullying pada remaja.. Artinnya semakin tinggi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara persepsi komunikasi interpersonal anak-ibu dengan engagement coping pada remaja (r = 0,154 ,

Penelitian ini akan memberikan informasi kepada masyarakat tentang pengalaman dan gambaran komunikasi interpersonal pada remaja yang diasuh oleh orangtua tunggal sehingga masyarakat

Hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan positif antara secure attachment remaja putri dan ibu dengan relasi interpersonal dengan teman sebaya.. Populasi

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan strategi komunikasi interpersonal Remaja Masjid TPA Sanggir At-Taqwa terhadap Orangtua maupun

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara peran ibu dalam komunikasi ibu-anak dengan perilaku seksual remaja putri di SMKN 2 Ponorogo.. Penelitian ini

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi orang tua dan remaja dalam resiko seks pra nikah di