• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI INTERPERSONAL IBU DENGAN REMAJA PUTRI DALAM MEMAHAMI RESIKO SEKS PRA NIKAH DI SURABAYA (STUDI DESKRIPTIF KOMUNIKASI INTERPERSONAL IBU DENGAN REMAJA PUTRI DALAM MEMAHAMI RESIKO SEKS PRA NIKAH DI SURABAYA).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOMUNIKASI INTERPERSONAL IBU DENGAN REMAJA PUTRI DALAM MEMAHAMI RESIKO SEKS PRA NIKAH DI SURABAYA (STUDI DESKRIPTIF KOMUNIKASI INTERPERSONAL IBU DENGAN REMAJA PUTRI DALAM MEMAHAMI RESIKO SEKS PRA NIKAH DI SURABAYA)."

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

SURABAYA)

SKRIPSI

Oleh :

FRISKA ROSITA FEBRIANINGRUM NPM. 0943010101

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN “ J AWA

TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Oleh :

FRISKA ROSITA FEBRIANINGRUM NPM. 0943010101

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

Pada tanggal 18 J uli 2013

Pembimbing Utama

J uwito, S.Sos, M.Si NPT. 367049500361

Tim Penguji :

1. Ketua

J uwito, S.Sos, M.Si NPT. 367049500361

2. Sekretaris

Dr s. Kusnarto, M.Si

NIP. 19580801 198402 1001

3. Anggota

Dra. Herlina Suksmawati, M.Si NIP. 19641225 199309 2001

Mengetahui,

DEKAN

(3)

hidayahNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan

judul“KOMUNIKASI INTERPERSONAL IBU DENGAN REMAJA PUTRI

DALAM MEMAHAMI RESIKO SEKS PRA NIKAH DI SURABAYA.”Dalam

penyusunan skripsi ini penulis tidak hanya berupaya sendiri, tetapi penulis juga

memperoleh bantuan dari berbagai pihak.Untuk itu dengan segala hormat dan

kerendahan hati disampaikan terimakasih kepada :

1. Allah SWT, karena karunia kesehatan baik secara fisik dan mental yang

diberikanNya.

2. Ayah dan Ibu penyusun yang memberikan dorongan semangat baik secara

moriil dan materiil.

3. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto selaku rektor Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Surabaya.

4. Dra. Hj. Suparwati, Msi selaku dekan Fakultas Ilmu SosialdanIlmuPolitik UPN

“Veteran” Surabaya.

5. Bapak Juwito, S.sos, Msi selaku Ketua program Studi Ilmu Komunikasi dan

selaku pembimbing yang memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran,

motivasi dan memberikan segala kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Dra Sumardjiati, MSi, selaku dosen wali yang bersedia direpoti untuk

(4)

mendukung saat penyusun mengerjakan skripsi ini.

9. Terakhir, untuk sahabatku Safira , Andini , Yanti, Ira, Mita(Tuek),Fida, Anin,

Ikhwan, Dicka, Ria, Dila, Prasna, udin, mbak mita, mbak indah, mb.ike dan

anak geng garuda(andi robson,evan sherly dll) yang selalu setia mendukung

segala urusan demi menyelesaikan skripsi ini.

11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu- satu oleh penulis.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan dan banyak sekali kekurangan dalam penyusunan.Maka, peneliti

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kebaikan

penyusunan skripsi.Akhir kata semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua

pembaca, khususnya teman – teman jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2009.

Surabaya, 17 Mei 2013

(5)

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJ UAN ……….iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAK ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian………... 10

BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1Penelitian Terdahulu ... 11

2.2 Landasan Teori ... 15

2.2.1 Komunikasi Interpersonal ... 15

2.2.1.1Definisi Komunikasi Interpersonal ... 15

2.2.1.2 Tujuan Komunikasi Interpersonal ... 15

2.2.1.3 Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal ... 18

2.2.1.4Pengertian Komunikasi Interpersonal Ibu dan Remaja Putri ... 19

2.2.1.5 Aspek- Aspek Komunikasi Interpersonal ibu dengan Remaja Putri ... 20

2.3Keluarga ... 21

(6)

2.4.2Karakteristik Remaja ... 28

2.5Resiko Seks PraNikah ... 30

2.5.1Seks Pra Nikah ... 30

2.5.2 Pengertian Seks Pra Nikah ... 30

2.5.3 Kehamilan Remaja ... 36

2.5.4 Resiko Seks ... 39

2.6 Kerangka Berfikir... 43

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian... 47

3.2 Subyek Penelitian ... 47

3.2.1 Ibu dan Remaja Putri ... 47

3.2.2Komunikasi interpersonal (antaraibudanremajaputri) ... 49

3.3 Informan ... 52

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 54

3.5 Teknik Analisis Data ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data ... 58

4.1.1 Gambaran Umum Objek Pnelitian ... 58

4.1.2 Penyajian Data ... 59

(7)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 76

5.2 Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(8)

pacaran para remaja yang menjurus pada hubungan seksual atau seks bebas.Khususnya remaja putri saat ini telah banyak mengalami perubahan dalam hal pergaulan serta gaya hidup.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komunikasi interpersonal antara ibu dengan remaja putri dalam memahami resiko seks pra nikah di Surabaya.

Teori komunikasi antar pribadi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pertukaran sosial oleh John Thibaut dan Harorld Kelly,berdasarkan teori ini kita memasuki dalam hubungan pertukaran sosial antara ibu dengan remaja putri yang melakukan hubungan komunikasi secara terbuka. Metode yang digunakan

adalah metode deskriptif dan menggunakan analisis kualitastif,yang

menggabungkan metode survey atau observasi ,dan in depth interview

Ibu harus dapat menjelaskan resiko seks pra nikah terutama saat anak memasuki menstruasi pertama.Sehingga pendampingan lebih intensive.Ibu dan remaja putri harus berkomunikasi secara terbuka agar pesan dapat diterima dengan baik.

Kata kunci : Komunikasi Interpersonal,Komunikasi interpersonal ibu dengan remaja putri,memahami resiko seks,resiko seks diluar nikah.

ABSTRACT

Troubling phenomenon of many parties, at present this is the style of the teen dating leading to sex or free sex. Especially young women today have undergone many changes in terms of social and lifestyle. This study aims to determine the interpersonal communication between the mother and teenage daughter in understanding the risk of premarital sex in Surabaya.

Interpersonal communication theory used in this study is the social exchange theory by John Thibaut and Kelly Harorld, based on this theory we enter the social exchange relationship between a mother and teenage daughter who engage in open communication. The method used is descriptive method and using kualitatif analysis, which combines the method of survey or observation, and in depth interviews.

(9)

Kota Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur , Indonesia . Surabaya

merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta .Dengan penduduk

metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa, Surabaya merupakan pusat

bisnis,perdagangan, industry, dan pendidikan di kawasan Indonesia Timur. Di

kota ,Metropolis contohnya Surabaya banyak kaum remaja yang melakukan

kenakalan remaja.Kenakalan remaja dapat berupa berbohong,pergi keluar rumah

tanpa pamit, menyalah gunakan narkotika, begadang, membolos sekolah,

berkelahi dengan teman, berkelahi antara sekolah,minum-minuman keras,

membaca buku porno,melihat video porno, kumpul kebo,hubungan sex diluar

nikah,mengugurkan kandungan,memperkosa dll.

Saat ini banyak remaja yang terjerumus dalam pergaulan bebas .Banyak

remaja yang menyalah artikan pergaulan bebas ini , mereka melakukan banyak hal

yang sebenarnya bertentangan dengan aturan dan norma yang berlaku di

masyarakat . Norma ini dibuat untuk mengatur kehidupan bermasyarakat supaya

dapat hidup teratur .Saat ini masih banyak sekali masyarakat yang sering

melanggar aturan-aturan tersebut .Dalam masyarakat kita dikenal adanya norma

agama , norma susila ,dan norma hukum.

Berdasarkan data yang dikeluarkan BKKBN , diperkirakan setiap tahun

jumlah aborsi di Indonesia mencapai 2,4 juta jiwa .Bahkan 800 ribu diantaranya

terjadi di kalangan remaja.Beberapa wilayah lain di Indonesia seks pra nikah juga

(10)

% di Medan.Dalam menghadapi tantangan ini Sugiri menegaskan bahwa remaja

membutuhkan konseling agar tidak melakukan seks pra nikah.Deputi Bidang

Advokasi Pergerakan dan Informasi BKKBN Hardiyanto menjelaskan praktik

aborsi di Indonesia trenya cenderung meningkat dengan rata-rata peningkatan

kasus mencapai 15 %.”Mereka memilih menggugurkan kandungan karena malu

telah hamil di luar nikah, “.katanya.Berdasarkan data dari Komnas Perlindungan

Anak pada 2011 ada sekitar 2 juta tindak aborsi yang dilakukan pada tahun

2008.Dari jumlah tersebut, sekitar 62 persen lebih dilakukan remaja.(sumber :

www.Jurnas.com )

Dalam data yang diperoleh di PPT Jatim (Pusat Pelayanan Terpadu ),

terdapat 4 kasus yang ditangani dari tahun 2008-2012 dalam hal kekerasan masa

pacaran.Dalam kasus ini mengakibatkan korban mengalami kehamilan. Dalam

data yang dimiliki oleh Kelompok Perempuan Pro Demokrasi Samitra Surabaya

pada 24 Desember 2009- 20 november 2012 terdapat 353 perempuan yang

mengalami permasalahan antara lain dalam pemerkosaan,pelecehan seksual

,kekerasan dalam berpacaran dan aborsi (www.komnasperempuan.or.id).Pada

artikel di berita Kompas.com hari rabu 26 November 2008 Kelompok Perempuan

Pro Demokrasi Samitra Abhaya Surabaya menganalisa 434 kasus kekerasan

terhadap perempuan yang terjadi di Jawa Timur.Dari 434 kasus tersebut hanya

18,2 persen atau 79 kasus yang akhirnya ditindak lanjuti hinggga ke tingkat

pengadilan.Kekerasan seksual mendominasi dari 434 kasus yang diamati KPPD

(11)

karena keterbatasan ekonomi(sumber : nasional.kompas.com).Dalam data yang

dimiliki Lembaga Perlindungan Anak Jawa Timur mulai tahun 2008-2009

terdapat 68 kaus, 2009-2010 53 kasus ,2010-2011 85 kasus,2011-2012 123 kasus

yang menimpa remaja lain kasusnya antara lain adalah pemerkosaan ,pencabulan

,aborsi dan pernikahan dini.

Beberapa contoh kasus besar di Surabaya tentang remaja yang hamil diluar

nikah , yang mencuat ke hadapan public adalah ditemukan bayi di toilet

guru.Seperti yang dilakukan oleh salah satu siswi SMU 12 surabya pada

pertengahan Juli 2010.Berita yang telah menggemparkan masyarakat di Indonesia

tentang ditemukanya bayi yang sudah tidak bernyawa di toilet guru dan TU dan

bayi tersebut sengaja dibunuh dengan melilitkan kabel di leher sang

bayi.Maraknya kasus video mesum di berbagai daerah contohnya pada 21

Oktober 2009 kasus video mesum siswi SMP 26 Surabaya dengan pacarnya

siswa SMA (sumber : grandpagon.com ).Siswi dari salah satu SMA diduga

diperkosa temanya di pesta reuni,siswi kelas 1 SMA menjadi korban aksi

pemerkosan oleh mantan teman SMP nya.Keterangan detik.com Senin(1/4/2013)

dan masih banyak kasus lainya. Di lihat dari persoalan ini dapat disimpulkan

bahwa kehidupan remaja di kota besar seperti Surabaya saat ini cenderung kearah

yang negative.

Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan social yang cepat

dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern , yang juga mengubah

norma-norma ,nilai- nilai gaya hidup mereka. Remaja yang dahulu terjaga secara

(12)

mengalami pengikisan yang disebabkan oleh urbanisasi dan indistrialisasi yang

cepat. Hal ini diikuti pula oleh adanya revolusi media yang terbuka bagi

keragaman gaya hidup.

Remaja putri kini telah banyak mengalami perubahan dalam hal pergaulan

serta gaya hidup. Dengan berkembangnya jaman serta modernisasi yang pesat

menuntut banyak kalangan remaja putri untuk menyesuaikan dengan

perkembangan jaman .Terlihat dari cara remaja putri berbusana , bergaul bebas,

dan luas dengan teman sebaya, hingga perubahan gaya hidup yang lekat dengan

kehidupan malam dan pergaulan bebas. Mungkin bagi kalangan remaja putri

sendiri hal tersebut sudah lazim sebagai cara bergul remaja sekarang , namun hal

inilah yang kini menimbulkan keprihatinan masyarakat termasuk para orang tua

,terelihat pergaulan remaja putri yang kini semakin bebas.

Ini terlihat jelas ketika remaja putri terlihat bersama-sama dengan teman

laki-laki sebayanya di jalan, café,maupun tempat hiburan .Remaja putri seringkali

terlihat tidak canggung saat bermesraan dengan cara saling memeluk, bahkan ada

yang saling berciuman bibir walaupun saat itu berada di dalam keramaian/tempat

umum.Hal ini mencerminkan bahwa adanya pergeseran budaya serta norma

asusila yang terjadi di dalm pergaulan remaja putri.Belum lagi banyak ditemui

remaja putri yang kerap menjalani kehidupan malam seperti clubbing ,yang sering

masyarakat luas identikkan dengan pergaulan bebas serta hal-hal negatif lainya.

Masa remaja lebih dikenal umum sebagai masa puber ,merupakan

(13)

dengan pesat dalam diri remaja. Menurut Yulia (dalam Gunarsa,2004 ,

h201)puber berasal dari kata “pubes” , berarti rambut-rambut kemaluan yang

menandakan kematangan fisik. Dengan demikian masa pubertas meliputi masa

peralihan dari masa anak sampai mencapainya kematangan fisik , yakni dari umur

12 tahun sampai 15 tahun.Tumbuhnya jakun ,tumbuhnya rambut daerah vital,

membesarnya payudara, datang bulan/ haid merupakan contoh tanda

perkembangan seksual remaja putri.Sejalan dengan itu timbul pula minat terhadap

seks yang membara dalam diri remaja khususnya terhadap lawan jenis.

Berdasarkan hasil wawancara serta observasi yang penulis lakukan dengan

subjek yang ditemui secara tidak sengaja,remaja putri ini mengaku telah

melakukan hubungan seksual dengan pacarnya , tidak hanya sekali melainkan 3

kali karena mengaku telah berpacaran sebanyak itu.Remaja putri ini menyatakan ,

hal itu berawal dari pergaulan yang dilihat dari model pergaulan remaja sekarang

ini, mudahnya melakukan ciuman dengan pacar ,berpelukan mesra bersama,

saling meraba tubuh masing-masing dan semacamnya.Lewat media juga remaja

tersebut mengenali bagaimana cara menyenangkan pasangan lewat rabaan

,ciuman dan sebagainya.Dari hal-hal tersebut remaja tersebut mengungkapkan

rasa sayangnya kepada pasanganya, dari berciuman, hingga berhubungan seksual

dengan dasar perasaan sayang kepada pasanganya tersebut.

Ternyata hal ini tidak hanya dilakukan remaja ini sendiri ,remaja putri ini

menyatakan bahwa beberapa teman-teman sekolahnya juga melakukan hal ini,

termasuk teman se-genk dengan remaja tersebut, dan menganggap itu sebagai hal

(14)

pasangan . Ketika penulis bertanya tentang kualitas komunikasi remaja tersebut

dengan orang tua , remaja tersebut mengaku tidak dekat dengan ayah , melainkan

dengan ibu.Lanjutnya, mengatakan bahwa komunikasinya dengan ibu hanya

sebatas hal-hal yang perlu saja,seperti yang berhubungan dengan akademik atau

hal-hal yang biasa dibicarakan sehari-hari pada umumnya.Remaja putri tersebut

menjelaskan bahwa tidak pernah membicarakan tentang seks ataupun bahaya seks

saat berpacaran.Selanjutnya ibu tidak pernah bertanya macam-macam, hanya

kadang mengingatkan ketika pergi bersama pacar ataupun teman jangan pulang

larut malam dan sebagainya.

Seorang ibu memiliki peran penting dalam perkembangan pribadi maupun

seksual pada anak.Hurlock (1978, h.174) megatakan ,walaupun kedua orang tua

memegang peranan seks anak, peranan mereka beragam. Menurut Willis(dalam

Lianna, 2007), wanita memiliki intensitas hubungan interpersonal yang lebih

mendalam daripada pria.Ini menyimpulkan , figure seorang ibu lebih nyaman

untuk diajak berkomunikasi dengan anak, khususnya remaja tentang seksualitas.

Sarwono (2000, h.156) menuturkan , salah satu penyebab maraknya

perilaku seksual di kalangan remaja saat ini adalah kurangnya informasi tentang

seksualitas atau pengetahuan tentang seksualitas di kalangan remaja sendiri.

Remaja yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang seksualitas cenderung

memahami resiko daripada perilaku seksual yang sedang marak saat ini.

Ketika remaja sudah mengenal dunia luar dan mengalami pertama kali

(15)

dibutuhkan kedekatan anatara ibu dan remaja putri terutama komunikasi dari

seorang ibu kepada sang anak.Sering kali ditemukan anak-anak yang melakukan

kenalakan remaja,terutama anak yang melakukan seks bebas karena sering

menonton video porno bahkan cara berpacaran yang terlalu vulgar. Sehingga di

kota-kota besar banyak perempuan yang melahirkan anak sebelum menikah atau

adanya pernikahan dini yang biasa disebut MBA (married by accident). Remaja

yang sudah mengalami hamil diluar nikah pasti mengalami goncangan pikiran

yang dapat mengakibatkan dirinya jadi stress.Semakin lama semakin meningkat

adanya hamil di luar nikah sehingga menurut pandangan masyarakat hamil di luar

nikah sudah menjadi hal yang tidak tabu lagi.

Usia remaja imulai pada umur 12 tahun.Menurut Hurlock (1981) remaja

adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun.Monks,dkk (2000) memberi

batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock

2003) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan

yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relative sama ,

tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi .Bahkan ada yang dikenal juga

dengan istilah remaja yang diperpanjang , dan remaja yang

diperpendek(http://episentrum.com/artikel-psikologi/psikologi-remaja-karakteristik-dan-permasalahanya / #more-190).

Pada penelitian ini ,subjek penelitianya adalah remaja yang tidak pernah

mealakukan hubungan seks diluar nikah.Dipilihnya remaja sebagai subjek

(16)

adalah masa dimana seseorang membentuk atau mulai membangun siapa dirinya

ataujati dirinya.

Pada penelitian ini dipilih remaja 16-19 tahun karena pada usia ini

pergumulan remaja biasanya berkaitan dengan penerimaan lingkungan

teman-temanya terhadap dirinya ini.Permasalahan yang timbul biasanya seputar

hubungan mereka dengan orang tua. Pada fase ini sangat dibutuhkan peran orang

tua kususnya seorang ibu dalam membimbing anaknya yang sudah salah langkah

tersebut dan berusaha baik keluarga dan anak tersebut tidak larut dalam dampak

psikologis yang terlalu mendalam.

Sudah saatnya bagi orang tua untuk kembali menjalankan tugas dan peran

mendampingi putera-puterinya dari mulai lahir sampai menuju kedewasaan

.menurut kodratnya peran mendasar orang tua adalah sebagai pendidik nilai-nilai

yang pertama dan utama ,sebagai teman dalam perjalanan hidupnya, sebagai

komunikator yang baik bagi putera – puterinya dan sebagi panutan.Pendidikan

seksual sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan sistim nilai

merupakan tanggung jawab orang tua.Ibu dapat melakukan pendekatan secara

individual sebab remaja putri memiliki pribadi dan tingkat emosial yang

berbeda-beda.Selain itu seorang ibu dapat melakukan pengamatan aktivitas seksual yang

naluriah dalam diri anak sedini mungkin.Kalau perlu mengoreksi kebiasaan –

kebiasaan yang mungkin dapat menyesatkan.Pembinaan dalam kemurnian dan

informasi tentang seksualitas harus diberikan dalam konteks pendidikan cinta

(17)

sesamanya.Mengajarkan anak untuk bersikap kritis agar tidak mudah terpengaruh

oleh media masa,tv,dan audiovisual lain.(sumber : edukasi.kompas.com)

Dalam penelitian ini ,penulis memilih Kota Surabaya untuk cakupan

penelitian karena Surabaya salah satu kota berkembang dilihat dari padatnya

penduduk dan berbagai permasalahan social yang terjadi.Banyaknya remaja

pendatang dari beberapa daerah di Jawa ataupun Luar jawa yang bersekolah di

SMA Surabaya dan banyak yang tinggal di kost tanpa pengawasan dari orang tua

secara berkala.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas , maka penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui “komunikasi interpersonal ibu dengan remaja

putri dalam memahami seks pra nikah di Surabaya.”. Dijelaskan bahwa media

komunikasi orang tua khususnya ibu sebagai orang tua terdekat yang dianggap

oleh remaja putri dalam perkembangan pergaulan remaja putri sekarang ini.Sang

ibu diangap lebih nyaman dibandingkan dengan ayah saat bercerita,berkeluh

kesah dan dinilai lebih mengerti perasaan remaja putri karena sama-sama sebagai

perempuan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas , maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana komunikasi interpersonal antara

(18)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas , maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui komunikasi interpersonal antara ibu dengan remaja putri dalam

memahami resiko seks pra nikah di Surabaya

1.4. Manfaat Penelitian

a. Secara Teoritis

Dapat digunakan untuk menambah wacana komunikasi interpersonal

atau komunikasi antar pribadi.

b. Secara Praktis

Memberikan gambaran bagi pembaca , khususnya masyarakat umum

tentang pentingnya komunikasi interpersonal antara orang tua dan

anak,khusunya ibu dan remaja putrid dalam upaya mengoptimalkan

(19)

2.1 Penelitian Terdahulu

Peneliti menggunakan dasar dari 2(dua) jurnal yaitu yang pertama berjudul

“Komunikasi Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Mencegah Kenakalan

Remaja pada Siswa” (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI SMA Kolombo

Selatan). Pada Jurnal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMA

Kolombo megenai peran komunikasi interpersonal guru dan orang tua dalam

mencegah kenakalan remaja, maka diperoleh hasil penelitian melalui proses

wawancara , observasi dan studi kepustakaan.Dengan demikian , dari hasil

penelitian tersebut dapat disimpulkan :

1. Komunikasi interpersonal yang optimal antara guru dan orang tua

dengan anak sangat berperan dalam membentuk perilaku anak.

Melalui penelitian diketahui bahwa peran komunikasi interpersonal

guru dan orang tua siswa kelas XI SMA Kolombo Sleman dipadang

masih belum cukup optimal dalam upaya mencegah kenakalan

remaja.Hal ini terlihat dari hasil wawancara dan pengamatan peneliti

yang menemukan bahwa komunikasi dua arah yang dilakukan baik

oleh guru maupun orang tua dengan siswa tidak berjalan secara

optimal.Bahkan terkadang proses komunikasi tersebut tidak mendapat

umpan balik yang sempurna dari komunikan. Kurangnya empati dari

(20)

pikiran mengenai apapun dengan teman atau saudara

mereka.Kurangnya empati guru menyebabkan siswa yang ketahuan

melakukan kesalahan merasa terpojok dan tertekan.Hal ini

dikarenakan guru terlalu cepat memvonis kesalahan dan memberi

hukuman tanpa mempedulikan kondisi fisik maupun psikis

siswa.Kurangnya sikap positif untuk berani mengungkapkan pendapat

ketika mengalami perbedaan pendapat dengan guru menyebabkan

siswa kurang memiliki sikap hormat, berfikir positif serta menghargai

dirinya sendiri dan orang lain.Pada aspek keamanan, guru lebih

banyak berperan ketika berkomunikasi dengan anak.Mayoritas

responden guru juga hanya dapat memposisikan diri sebagai guru dan

orang tua ketika berkomunikasi dengan siswa baik di dalam maupun

di luar kegiatan belajar mengajar.Mayoritas responden orang tua pun

tidak dapat menahan emosi mereka ketika mengtahui sang anak telah

melakukan kesalahan.Hal ini membuat mereka terlalu cepat

memvonis kesalhan dan memberikan hukuman pada anak.Pada aspek

keamanan,sama halnya dengan para responden guru, mayoritas

responden orang tua lebih banyak berperan ketika berkomunikasi

dengan anak. Peran komunikasi interpersonal antara guru dan orang

dengan anak dalam antara guru dan orang tua dengan anak dalam

penelitian ini adalah sebagai sarana untuk mengontrol serta

(21)

membantu orang tua dan guru dalam memecahkan permasalahan yang

sedang dialami oleh anak.

2. Kendala yang dialami guru dan orang tua ketika berkomunikasi

dengan anak lebih pada sikap anak yang umumnya kurang kooperatif.

Misalnya, ketika berkomunikasi anak kurang jujur dan terbuka, tidak

memperhatikan dengan baik ketika dinasehati,suka melawan dan

membantah, dan kendala-kendala lainya. Sikap – sikap anak tersebut

kadang semakin memperburuk keadaan,sebab guru dan orang tua

tidak bisa menahan emosi akan semakin merasa kesal dan semakin

menekan atau memookkan anak.Hal ini dapat membuat anak menjadi

sakit hati danyang lebih buruk lagi dapat membuat sikapnya semakin

tidak terkontrol.Berdasarkan hasil penelitian , penulis merasa

komunikasi interpersonal yang dilakukan antara guru dan orang tua

dengan siswa perlu lebih ditingkat kualitas serta kuantitasnya.Pada

usia remaja tingkat emosi siswa sangat labil sehingga tidak hanya

merekasaja yang perlu merubah perilakunya,guru dan orang tua pun

harus bisa menerima kritik dan saran positif yang diungkapkan

siswa.Supaya tidak hanya salah satu pihak yang berusaha mengoreksi

diri menjadi lebih baik tetapi kedua belah pihak.Guru dan orang tua

hendaknya mengoptimalkan komunikasi interprsonal yang efektif

ketika berkomunikasi dengan siswa. Khususnya dengan melakukan

komunikasi sesuai dengan aspek-aspek keterbukaan ,empati,sikap

(22)

Kedua berjudul “Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak dalam

Pendidikan Seksual “.Pendidikan seksual merupakan upaya untuk memberikan

pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan moral,etika

serta komitmen agama agar tidak terjadi “penyalahgunaan” organ reproduksi

tersebut.Tanggung jawab untuk memberikan pendidikan seksual terhadap

anaknya,merupakan tanggung jawab bersama antar ayah dan ibu.Konteks peran

keluarga dalam memberikan pendidikan seksual pada anak-anaknya , khususnya

pada anak yang memasuki masa remaja.Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan bahwa pada keluarga di perkotaan DIY ini pola asuh yang banyak

diterapkan adalah otoriter tapi tidak penuh dan demokratis tapi masih setengah

jalan.Remaja yang berada dalam proses menuju kematangan secara tidak langsung

membawa orang tuanya menuju suatu masa transisi untuk menerimanya sebagai

orang dewasa,hal ini akan menimbulkan banyak konflik.Seks ,merupakan masalah

yang masih tabu untuk dibicarakan dengan terbuka,meskipun remaja maupun

orang tua mengangap penting,namun bagaimana menjelaskan masalah seks

dengan tepat dan benar masih menjadi masalah.Orang tua cukup membatasi

untuknmenbicarakan masalah seks apalagi bagi masyarakat dengan budaya jawa

yang menganggap bahwa bicara seks itu masih dianggap tabu dan adanya

(23)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Komunikasi Interper sonal

2.2.1.1 Definisi Komunikasi Interper sonal

Ada beberapa definisi komunikasi interpersonal, diantaranya :

a. Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah proses

pengiriman dan penerimaan pesan – pesan antara dua orang , atau

diantaranya sekelompok kecil orang – orang dengan beberapa efek dan

beberapa umpan balik seketika. (Effendy, 2003 : 60 )

b. Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara

seseorang dengan paling kurang seseorang lainya atau biasanya dinatara

dua orang yang daopat langsung diketahui balikanya. Komunikasi

interpersonal adalah membentuk hubungan dengan orang

lain.(Muhammad ,2005 :159 )

c. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi satu lawan satu, dan

beberapa ahli komunikasi menganggap sama dengan hubungan

interpersonal. Komunikasi interpersonal dapat berupa pertemuan face-to

face atau antara dua orang secara online . (Shedletsky & Aitken ,

2004:143)

2.2.1.2 Tujuan Komunikasi Interpersonal

Ada beberapa tujuan komunikasi interpersonal , antara lain ( Muhammad ,

(24)

1. Menemukan diri sendiri

Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal

atau pribadi . Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan

orang lain, kita belajar bayak sekali tentang diri kita maupun orang

lain.Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk

berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah

sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan,

pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan menbicarakan diri kita

dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa

perasan, pikiran dan tingkah laku kita.

2. Menemukan dunia luar

Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih

banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita .

Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal,

meskipun banyak jumlah informasi yang datang pada kita dari media

massa hal ini seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami

melalui interaksi interpersonal.

3. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti

Salah satu keingginan orang yang paling besar adalah membentuk dan

memelihara hubungan dengan orang lain . Banyaknya dari waktu kita

pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk

(25)

4. Berubah sikap dan penuh arti

Banyaknya waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah

laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan

mereka memilih cara tertentu, misalnya berpikir dalam cara tertentu dan

percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak menggunakan

waktu terlihat dalam posisi interpersonal.

5. Untuk bermain dan kesenangan

Bermain mencakup semua aktifitas yang mempunyai tujuan utama adalah

mencari kesenangan . Berbicara dengan teman mengenai aktifitas kita

pada waktu akhir pekan, berdiskusi mengenai olah raga , menceritakan

cerita dan cerita lucu pada umumnya hal ini adalah merupakan

pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu.Dengan melakukan

komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan rileks dari

semua keseriusan di lingkungan kita.

6. Untuk membantu

Ahli – ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan

komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk

mengarahkan klienya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain

dalam interaksi interpersonal kita sehari – hari. Kita berkonsultasi dengan

seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang

(26)

2.2.1.3 Ciri- ciri Komunikasi Interpersonal

Ada lima aspek yang merupakan ciri-ciri dari komunikasi interpersonal

(Sunarto,2003 : 13), antara lain :

1. Komunikasi Interpersonal biasanya terjadi secara spontan dan tanpa tujuan

terlebih dahulu . Maksutnya , bahwa biasanya komunikasi interpersonal

terjadi secara kebetulan tanpa terencana sehingga pembicaraan terjadi

secara spontan

2. Komunikasi interpersonal mempunyai akibat yang direncanakan maupun

tidak terencana.

3. Komunikasi interpersonal biasanya berlangsung berbalasan . Salah satu

ciri khas komunikasi interpersonal adalah adanya timbal balik bergantian

dalam saling memberi maupun menerima informasi antara komunikastor

dan komunikan secara bergantian sehingga tercipta suasana dialogis.

4. Komunikasi interpersonal biasanya dalam suasana kedekatan atau

cenderung menghendaki keakraban. Untuk mengarah kepada suasana

kedekatan atau keakraban tentunya kedua belah pihak yaitu komunikator

dan komunikan harus berani membuka hati, siap menerima

keterusterangan pihak lain.

5. Komunikasi interpersonal dalam pelaksanaanya lebih menonjol dalam

pendekatan psikologis daripada unsur sosiologisnya . Hal ini karena

adanya unsur kedekatan atau keakraban yang terbatas pada dua atau

(27)

factor yang mempengaruhi kejiwaan seseorang lebih mudah terungkap

dalam interaksi komunikasi tersebut.

2.2.1.4 Pengertian Komunikasi Interpersonal Ibu dan Remaja Putr i

Menurut Yoder , dkk (Moekjat, 1993, h. 7) kata komunikasi berasal dari

kata communication ,istilah ini lebih bersumber dari kata common (berbicara

)serta communicate (mengkomunikasikan) yang artinya bersama-sama membagi

ide –ide. Apabila seseoarang berbicara dengan temanya tidak berbicara dan tidak

mendengarkan, maka disini tidak ada pembagian ide dan tidak ada komunikasi.

Rakhmat (2005, h.9) menjelaskan komunikasi adalah interaksi antara dua

orang yang saling mempengaruhi sehingga menimbulkan pengertian, kesenangan

, pengaruh terhadap sikap,hubungan baik dan tindakan .Jadi dengan

berkomunikasi , manusia dapat menyampaikan informasi, ide, pengetahuan,

perasaan , sikap, perbuatan dan sebagainya kepada sesamanya.Harnack dan fest (

dalam Rakhmat, 2005, h.28) komunikasi adalah proses interaksi di antara orang

untuk tujuan integerasi interpersonal dan interpersonal.

Menurut Reusch dan Bateson (Liliweri, 1994, h.3) komunikasi interpersonal

merupakan relasi individu dengan individu lain dalam konteks sosialnya dan

merupakan tingkatan yang paling penting dalam komunikasi yang paling penting

dalam komunikasi manusia . Verdeber (Liliweri,1994,h.9) menambahkan dengan

mengatakan bahwa komunikasi interpersonal merupakan suatu proses interaksi

dan pembagian makna yang terkandung dalam gagasan - gagsan maupun perasaan

(28)

merupakan usaha manusia dalam hidup dan pergaulan untuk menyampaikan isi

hati dan pikiranya dan untuk memahami pikiran dan isi hati orang lain.

Komunikasi penting artinya bagi manusia , sebab tanpa komunikasi tidak

akan terjadi saling tukar pengetahuan dan pengalaman, dalam hal ini adalah

komunikasi interpersonal remaja putri dengan ibu. Kedekatan sosok ibu dalam

sebuah keluarga mulai sejak dini hingga remaja, bahkan anak menjadi dewasa ,

tidak dapat dipungkiri bila ibulah sebagai salah satu sosok pengarah yang

merupakan masa peralihan dari masa anak- anak ini dengan rasa keingintahuan

yang tinggi , remaja akan menjadikan ibu sebagai tempat curhat(curahan hati).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal

antara ibu dan Remaja putri adalah suatu proses penyampaian pesan , pendapat

atau ide oleh seseorang kepada orang lain yang bersifat dua arah dimana dalam

hal ini antara ibu dengan putrinya , masing- masing mempunyai hak untuk

mengungkapkan pendapat atau idenya dan stimulus yang disampaikan oleh

pengirim sesuai dengan stimulus yang diterima oleh penerima.

2.2.1.5 Aspek- Aspek Komunikasi interpersonal ibu dengan remaja putri

Diungkapkan oleh Rahmat (2005,h.129) aspek-aspek dalam komunikasi

interpersonal yaitu :

a. Percaya merupakan salah satu dasar dalam melakukan komunikasi yang

baik. Adanya sikap percaya maka komunikasi dapat mengungkapkan

(29)

b. Suportif, adalah seseorang yang menerima jujur , empati dalam

menghadapi masalah. Komunikasi interpersonal akan efektif bila dalam

diri seseorang memiliki suportif.

c. Keterbukaan, adalah terbuka pada orang - orang dalam interaksinya, ada

kemajuan untuk membuka diri pada masalah-masalah umum sehingga

komunikan atau orang lain mengetahui pendapat, pikiran dan pasangan

yang disampaikan dan memberi tanggapan yang spontan terhadap

komunikator.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek – aspek

komunikasi ibu dengan remaja putri adalah percaya,suportif, dan keterbukaan.

2.3 Keluar ga

2.3.1 Pengertian Keluar ga

Pengertian keluarga dapat di tinjau dari dimensi hubungan darah dan

hubungan social.Dalam dimensi hubungan darah, merupakan kesatuan yang diikat

oleh hubungan darah antara satu dengna yang lainnya. Keluarga dapat dibedakan

menjadi keluarga besar dan keluarga inti.

Sedangkan dalam dimensi hubungan social, kelurga merupakan satu

kesatuan yang diikat adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling

mempengaruhi, walaupun diantara mereka tidak terdapat hubungan

darah.(Djamarah , 2004:16).

Menurut Soeleman , secara psikologis ,keluarga adalah sekumpulan orang

(30)

adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling

memperhatikan dan saling menyerahkan diri.(Djamarah,2004 17)

Menurut Mulyono (1984:26) keluarga mereupakan wadah pembentukan

pribadi anggota keluarga terutama untuk anak-anak tyang sedang mengalami

pertumbuhan fisik dan rohani. Dengan demikina kedudukan keluarga sangat

fundamental dan mempunyai peranan yang vital bagi pendidikan seseorang akan

lingkungan keluarga , secara potensial dapat membentuk pribadi anak atau

seseorang untuk hidup secara bertanggung jawab

2.3.2 Definisi dan Peran Ibu

Ibu adalah salah satu orang tua perempuan di dalam keluarga.Dalam

keluarga ibu mempunyai peran penting sebagai pendidik anaknya (remaja

putri).Peran ibu seorang ibu dalam keluarga terutama anak adalah mendidik dari

usia bayi hingga dewasa,karena anak tidak jauh dari pengamatan orang tua

terutama ibunya.(Asfryanti,2003,h27).

Ibu mempunyai peranan dalam proses sosialisasi demikian pentinganya

peranan ibu maka disebutkan bahwa kondisi yang menyebabkan peran keluarga

dalam proses sosialisasi anak adalah sebagai berikut :

1. Ibu merupakan kelompok terkecil yang anggotanya berinteraksi to face

secara tetap, dalam kelompok demikian perkembangan anak dapat diikuti

dengan sesama oleh orang tuanya dan penyesuaian secara pribadi dalam

(31)

2. Ibu mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidik anak karena anak

merupakan cinta kasih hubungan suami istri.Motivasi yang kuat

melahirkan hubungan emosional antara orangtua dan anak.

3. Karena hubungan sosial dalam keluarga itu bersifat relatif tetap maka ibu

memainkan peranan sangat penting terhadap proses pertumbuhan anak.

Fungsi Keluar ga

Menurut Djamarah (2004:18 ) Konsep keluarga sudah banyak diuraikan

pada bagian terdahulu , dimana pada hakikatnya keluarga adalah unit terkecil

dalam masyarakat yang terdiri dari suami- istri , istri dan anak-anaknya , atau

ayah dan anaknya , atau ibu dan anaknya.

Hidup berkeluarga sebagai sepasang suami istri tidak sembarangan

.Namun nyatanya dalam kasus tertentu masih ada orang tua yang menikahkan

anaknya di usia dini. Misalnya seperti yang terjadi dalam masyarakat tradisional,

dimana masih ada orang tua yang menikahkan anaknya dalam usia dini. Padahal

anaknya belum siap lahir batin. Penyaluran nafsu seksual secara sah menurut

ajaran agama via perkawinan bukanlah tujuan utama.Karena masih ada tujuan lain

yang lebih mulia yang ingin dicapai, yaitu ingin membentuk keluarga sejahtera

lahir dan batin. (Djamarah,2004 :18 ).

Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 21 Tahun 1994 tentang

penyelenggaraan pebangunan keluarga sejahtera . Bab 1 , Pasal 1 , Ayat 2,

disebutkan, bahwa : Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk

berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup

(32)

memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara anggota dan antara

keluarga dengan masyarakat dan lingkungan (Djamarah , 2004 :19 ).

Untuk menciptakan keluarga sejahtera tidak mudah . Kaya atau miskin

bukan satu-satunya indikator untuk menilai sejahtera atau tidak suatu keluarga

.Buktinya cukup banyak ditemukan keluarga yang kaya secara ekonomi ditengah

kehidupan masyarakat, tetapi belum mendapatkan kebahagiaan. Tetapi tidak

mustahil bagi keluarga yang miskin secara ekonomi ditemukan kebahagiaan. Oleh

karena itu , kaya ataupun miskin bukan suatu jaminan untuk menilai kualitas suatu

kaeluarga karena banyak aspek lain yang ikut menentukan , yaitu aspek

pendidikan, kesehatan, budaya, kemandirian keluarga dan mental spiritual serta

nilai- nilai agama yang merupakan dasar untuk mencapai dasar untuk mencapai

keluarga sejahtera (Djamarah ,2004 :19 )

Dalam rangka untuk membangun keluarga yang berkualitas tidak terlepas

dari usaha anggota keluarga untuk mengembangkan keluarga yang bercirikan

kemandirian keluarga dan ketahanan keluarga . Sedangkan penyelengaraan

pengembangan keluarga yang berkualitas ditujukan agar keluarga dapat

memenuhi kebutuhan spiritual dan materiil sehingga dapat menjalankan fungsi

keluarga secara optimal.Sedangkan fungsi keluarga itu sendiri berkaitan langsung

dengan aspek-aspek keagamaan, budya, cinta kasih, melindungi, reproduksi,

sosialisasi, dan pendidikan , eknomi dan pembinaan lingkungan ( Djamarah,

2004:19).

(33)

keagamaan sehingga nilai- nilai agama dapat bersemi dengan suburnya dalam

jiwa anak. Kepribadian yang luhur agamis yang membalut jiwa anak menjadikan

ya insan – insan yang penuh iman dan taqwa kepda Allah SWT (Djamarah , 2004

: 19 )

Keluarga dalam konteks sosial budaya tidak bisa dipisahkan dari tradisi

budaya yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Dalam konteks sosial

anak pasti hidup bermasyarakat dan bergerumul dengan budaya yang ada dalam

masyarakat. Dalam hal ini orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik

anak agar menjadi orang yang pandai hidup bermasyarakat. Sebagai anggota

masyarakat , anak dituntut untuk terlibat langsung di dalamnya dan bukan sebagai

penonton tanpa mengambil peranan. (Djamarah , 2004 : 20).

Ketika cinta kasih antara orang tua dan anak menyelinap ke relung hati,

disana terpatri keinginan untuk selalu bersama , bercengkrama dan bersenda

gurau, membicarakan tentang hidup dan kehidupan . Rasa aman dalam

kebersamaan mampu menumbuhkan kehangatan cinta kasih secara timbal

balik.Cinta kasih yang disemai oleh orang tua mendapat sambutan hangat dari

anaknya untuk membalasnya . Anak merindukan orang tua dan orang tua pun

merindukan anaknya. Oleh karena itu, perpaduan cinta kasih dan kerinduan dapat

mengakrabkan hubungan orang tua dengan anaknya. (Djamarah 2004 :20)

Keriduan suami-istri untuk selalu bersama , berhubungan berlandaskan

cinta kasih membuahkan hasil dengan lainya seorang anak. Bagi orang tua , anak

adalah buah hati dan harapan di masa depan. Karenanya ,seiring ditemukan orang

(34)

sebab, misalnya karena mandul sehingga reproduksi tidak berfungsi dengan

baik,karena menderita kanker rahim, keguguran dalam masa kandungan dan

sebagainya. Dan tidak sedikit orang tua yang merasa sepi tanpa kehadiran seorang

anak. Anak adalah penghibur orang tua dalam suka dan duka. Sampai kapan pun

kehiudpan berumah tangga itu berlangsung , suami – istri selalu mendambakan

kehadiran seorang disisi mereka . Tak peduli apakah anak yang akan lahir itu laki-

laki ataupun perempuan, yang penting mendapatkan anak sebagai buah dari cinta

kasih sepasang suami-istri (Djamarah , 2004 : 21).

Kehadiran anak disisi orang tua tidak harus membuat orang tua terbuai

dengan kebanggaan . Kebanggaan itu mungkin saja membuat orang tua

terlena.Hidup dalam keterlenaan biasa menyebabkan tugas-tugas penting

terlupakan. Bangga terhadap anak, boleh saja asalkan dalam batas- batas yang

wajar. Karena tugas lain seperti mendidik anak masih menunggu. Mendidik anak

adalah tanggung jawab orang tua . Kalaupun tugas mendidik anak dilimpahkan

kepada guru disekolah , tetapi tugas- tugas guru hanya sebatas membantu orang

tua bukan mengambil alih tanggung jawab orang tua sepenuhnya. Oleh karena itu

, menyerahkan sepenuhnya tugas orang tua kepada guru sama halnya dengan

melepas tanggung jawab terhadap anaknya. Apapun usaha yang dilakukan orang

tua dalam mendidik anaknya yang penting anak menjadi cerdas dan bias

menyesuaikan diri dengan alam lingkunganya di masa depan. Orang yang pandai

menyesuaikan diri dengan lingkunganya berarti dia pandai menempatkan diri

(35)

Fungsi Komunikasi Keluar ga

Fungsi komunikasi keluarga menurut Devito yaitu :

1. Fungsi menambah atau meneruskan keturunan

Merupakan fungsi komunikasi keluarga untuk meneruskan nama keluarga.

2. Fungsi Agama

Merupakan komunikasi keluarga yang bertujuan untuk memberikan

pengertian agama atau sisi religius ke dalam keluarga.

3. Fungsi Ekonomi

Merupakan fungsi komunikasi dalam keluarga sebagai pengatur atau

pengelola manajemen keuanggan dindalam keluarga

4. Fungsi Sosial

Merupakan fungsi komunikasi dalam keluarga yang menginsyarakat

bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi

diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaaan , untuk

menghindarkan diri dari ketegangan.

5. Fungsi keamanan

Merupakan fungsi komunikasi dalam keluarga yang bermaksud

(36)

2.4. Remaja

2.4.1 Pengertian Remaja Putr i

Remaja adalah anak – anak yang berusia sekitar 11- 20 tahun . Masa

remaja adalah masa pertumbuhan , jadi anak- anak remja ini belum mencapai

bentuk akhir dari tubuhnya . Masa remaja adalah masa dimana seseorang

membentuk atau memulai membangun siapa dirinya atau jati

dirinya.(http:/www.sabda.org/publikasi / e-konsel/09).Remaja putri memiliki

tanda – tanda perubahan fisik yang terjadi pada tubuhnya misalnya

berkembangnya ukuran payudara , menstruasi dan perubahan kedewasaan.

2.4.2 Karakteristik Remaja

Ada beberapa hal yang terjadi pada remaja :

1. Yang pertama adalah perubahan – perubahan fisik . Secara fisik dia akan

mengembangkan tubuhnya dan akan memakan waktu kira – kira dari usia

11 tahun hingga 20 tahun hingga akhirnya dia mencapai bentuk akhir atau

bentuk final tubuhnya.

2. Juga akan ada perubahan hormonal, akan ada hormon – hormon seksual

yang diproduksi oleh tubuhnya , sehingga dia mulai sekarang

mengembangkan ketertarikan kepada lawan jenis. (http

:/www.sabda.org/publikasi/e-konsel/019).

Perbedaan masa kanak – kanak dengan masa remaja adalah :

(37)

menjadi makhluk atau menjadi manusia yang harus bergerumul dengan

gejolak seksualnya.

2. Mereka makin dewasa pola pikirnya bertambah abstrak , pola pikir ini

membuat mereka mempertanyakan nilai- nilai yang mereka telah anut

sebelumnya.

3. Para remaja juga mudah sekali mengikuti trend, mengikuti apa yang

sedang in atau trend itu tidak cocok dengan yang kita sukai akibatnya

sering kali terjadi pertengkaran , membuat hubungan orang tua – anak

sering kali tegang . (http:/www.sabda.org/publikasi/e-konsel/019).

Sekurang- kurangnya ada tiga tahapan yang harus dilewati oleh

seorang remaja :

1. Usia sekitar 12- 14 tahun. Pada tahap ini pergumulan remaja biasanya

berkaitan dengan penerimaan diri secara jasmaniah. Biasanya yang

menjadi masalah adalah dia tidak menyukai bagian- bagian tubuhnya atau

tidak bisa menerima dirinya apa adanya . Kegagalan untuk bisa menerima

diri secara fisik bisa membuahkan kekurang percaya diri.

2. Usia 15- 18 tahun. Pada usia ini pergumulan remaja biasanya berkaitan

dengan penerimaan lingkungna teman- temanya terhadap dirinya ini.

Apakah teman-temanya bisa menerimanya sebagai seseorang yang masuk

dalam kelompok mereka.

3. Usia 19 tahun hingga 20 tahun atau 21 tahun , ini memang sudah tumpang

tindih dengan tahapan dewasa awal, sebab memang transisinya masuk ke

(38)

2.5 Resiko Seks Pr anikah

2.5.1 Seks Pr anikah

2.5.2 Pengertian Seks Pr anikah

Istilah “seks” secara etimologis berasal dari bahasa Latin “sexus”

kemudian diturunkan menjadi bahasa Perancis Kuno “sexe”.Istilah ini merupakan

teks bahasa ingris pertengahan yang bisa dilacak pada periode 1150-1500 M.

“Seks” secara leksikal bisa berkedudukan sebagai kata benda,kata sifat,maupun

kata kerja transitif.

Secara terminologis seks adalah nafsu syahwat, yaitu suatu kekuatan

pendorong hidup yang biasanya disebut dengan insting / naluri yang dimiliki oleh

setiap manusia, baik dimiliki laki- laki maupun perempuan yang mempertemukan

mereka guna meneruskan kelanjutan keturunan manusia.

Menurut Ali Akbar, bahwa nafsu syahwat ini telah ada sejak manusia

lahir dan dia mulai menghayati sewaktu dia menemukan kedua bibirnya dengan

puting buah dada ibunya, untuk menyusui karena lapar. Ia menikmati rasa senang

yang bukan rasa kenyang.Dan inilah rasa seks pertama yang dialami manusia.

Seksualitas merupakan suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang

berkaitan dengan seks.Dalam pengertian ini, ada 2 aspek (segi) dari seksualitas,

yaitu seks dalam arti sempit berarti kelamin,yang mana dalam pengertian kelamin

ini , antara lain :

1. Alat kelamin itu sendiri

(39)

3. Kelenjar - kelenjar dan hormon- hormon dalam tubuh yang mempengaruhi

bekerjanya alat-alat kelamin

4. Hubungan kelamin (senggama,percumbuan).

Pengertian Seks bebas menurut Kartono(1997) merupakan perilaku yang

didorong oleh hasrat seksual, dimana kebutuhan tersebut menjadi lebih bebas jika

dibandingkan dengan system regulasi tradisional dan bertentangan dengan system

norma yang berlaku dalam masyarakat.

Sedangkan menurut Desmita (2005) pengertian seks bebas adalah segala

cara mengekspresikan dan melepaskan dorongan seksual yang berasal dari

kematangan organ seksual, seperti berkencan intim, bercumbu, sampai melakukan

kontak seksual, tetapi perilaku tersebut dinilai tidak sesuai dengan norma karena

remaja belum memiliki pengalaman tentang seksual.

Nevid dkk (1995) mengungkapkan bahwa perilaku seks pra nikah adalah

hubungan seks antara pria dan wanita meskipun tanpa adanya ikatan selama ada

ketertarikan secara fisik. Maslow (dalam Hall & Lindzey, 1993) bahwa terdapat

kebutuhan- kebutuhan yang harus dipenuhi manusia, salah satunya adalah

kebutuhan fisiologis mencakup dasar manusia dalam bertahan hidup,yaitu

kebutuhan yang bersifat instinktif ini biasanya akan sukar untuk dikendalikan atau

ditahan oleh individu terutama doringan seks.

Lebih lanjut Cyntia (dalam Wicaksono,2005) seks juga diartikan sebagai

hubungan seksual tanpa ikatan pada yang menyebabkan berganti – ganti

(40)

Sedangkan menurut Sarwono (2003) menyatakan , bahwa seks bebas

adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan

jenis maupun sesama jenis, mulai dari tingkah laku yang dilakukanya seperti

sentuhan, berciuman,atau berciuman belum sampai menempelkan alat kelamin

yang biasa dilakukan dengan memegang payudara atau melalui oral seks pada alat

kelamin tetapi belum bersenggama (necking, dan bercumbu sampai menempelkan

alat kelamin yaitu dengan saling menggesek- gesekkan alat kelamin dengan

pasangan namun belum bersenggama), petting, dan yang sudah bersenggama,

yang dilakukan diluar hubungan pernikahan.

Berdasarkan penjabaran definisi di atas maka dapat disimpulkan

pengertian seks bebas atau pra nikah adalah segala tingkah laku yang didorong

oleh hasrat seksual terhadap lawan jenis yang dilakukan diluar hubungan

pernikahan dan bertentangan dengan norma tingkah laku seksual dalam

masyarakat yang tidak bisa diterima secara umum.

Masa remaja menurut Hurlockk (1990, h.206) dibagi menjadi dua masa,

yaitu remaja awal pada usia 13 atau 14 tahun sampai 17 tahun, dan masa remaja

akhir pada usia 17 sampai 21 tahun. Sarwono (2000, h.6) menyatakan bahwa

masa remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat kelamin

manusia mencapai puncak kematangan .Perkembangan seksual tersebut ditandai

oleh datangnya haid pertama atau menstruasi pada remaja perempuan yang terjadi

pada usia 11 tahun dan nocturnal emission (wet dream atau mimpi basah) yakni

(41)

Masa remaja merupakan masa peralihan atau masa transisi dari masa anak-

anak ke masa dewasa. Remaja berada dalam masa pertentangan , masa puber

dengan ciri-ciri sering dan mulai timbul sikap untuk menentang dan melawan

orang tua,guru, dan sebagainya (Gunarsa, 2004, h.16). Menurut Hurlock (1990),

masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mangalami peralihan dari

satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi tubuh,minat,

pola perilaku , dan juga penuh dengan masalah- masalah.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa

perilaku seksual pada remaja putri adalah bentuk perilaku yang muncul karena

dorongan seksual sebagai akibat perubahan hormonal yang mengiringi masa

puber pada remaja putri usia 13 sampai 17 tahun yang dilakukan untuk

pemenuhan kebutuhan psikis dan jasmani.

Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja melakukan hubungan seks pra nikah

Masland (2004, h.13-14) mengemukakan bahwa factor –faktor yang

mempengaruhi perilaku seksual pada remaja adalah sebagai berikut :

a. Informasi seks lewat teknologi canggih

Kemajuan teknologi dan media masa yang banyak menyoroti hal- hal yang

berkaitan dengan seksualitas menjadi tempat sumber informasi yang ingin

diketahui oleh remaja tentang seksualitas, hal ini dapat membuat remaja

ingin mencoba melakukan adegan yang dilihat dan didengar.misalnya

melihat video porno atau cerita seksual.

(42)

Seksualitas masih dipandang sebagai suatu hal yang tabu untuk

dibicarakan antara orang tua dan anak, sebagian besar orang tua khawatir

pembicaraan mengenai seksualitas dapat membuat remaja menjadi

bereksploitas untuk menyalurkan dorongan seksualnya dalam perilaku

seksual dengan pasanganya.

c. Kaburnya nilai moral

Usia remaja adalah masa dimana remaja mulai mendapat nilai- nilai moral

yang di dapat dari pengalaman dengan lingkungan terdekat dan keluarga.

Nilai ini sebagian menetap dan sebagian lain akan mengalami perubahan

akibat pengaruh lingkungan dan nilai moral yang berlaku dalam

lingkungan tersebut.

d. Pengaruh Hormonal

Perkembangan fungsi organ seksual berpengaruh pada kematangan

hormon seks yang akan berpengaruh pada perilaku seksualnya, sehingga

dorongan – dorongan seksual pada remaja disalurkan dalam perilaku yang

nyata.

Sarwono (2000, h.149) mengemukakan beberapa factor yang

mempengaruhi remaja terhadap perilaku seksual antara lain :

a. Meningkatnya libido seksualitas

Perubahan hormonal pada remaja yang dapat meningkatkan hasrat seksual.

(43)

tersebut dapat terjadi perilaku seksual yang mengakibatkan kehamilan

pada masa remaja putri.

b. Penundaan usia kawin

Penyaluran ini tidak bisa segera dilakukan karena adanya penundaan usia

perkawinan secara hukum oleh karena adanya UU tentang perkawinan

yang menetapkan batas usia menikah yaitu sedikitnya usia 16 tahun untuk

wanita dan 19 untuk pria.

c. Tabu-larangan

Sementara usia perkawinan ditunda , norma- norma agama tetap berlaku

dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seksual pranikah,

bahkan larangan berkembang lebih jauh kepada tingkah laku lain seperti

berciuman dan masturbasi. Bagi remaja yang tidak dapat menahan diri

akan terdapat kecenderungan untuk melanggar larangan tersebut.

d. Kurangnya informasi tentang seks

Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya

penyebab informasi dan rangsangan seks melalui media massa menjadi

tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang berada dalam periode ingin

tahu dan ingn mencoba segala sesuatu akan meniru apa yang dilihatnya

dan didengarnya, khususnya karena remaja belum pernah mengetahui

masalah seksual secara lengkap.

e. Komunikasi antara orang tua dan anak

Orang tua sendiri, baik karena ketidaktahuanya akan pentinganya

(44)

menabukan pembicaraan mengenai masalah seksual dengan anak

cenderung akan membuat jarak dengan anak dalam masalah yang satu ini.

Anak juga akan merasa malu bila akan bertnaya tentang masalah seks

kepada oragtuanya dan mereka akan mencari tahu dari orang lain.

f. Pergaulan yang semakin bebas

Karena adanya kecenderungan pergaulan yang makin bebas antara pria

dan wanita dalam masyarakat sebagi akibat berkembangnya peran dan

pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita makin sejajar dengan pria

g. Wilayah tempat tinggal

Perubahan di kota yang lebih cepat dari desa , karena informasi di kota

lebih cepat diterima daripada di desa. Cepatnya arus informasi yang

diterima juga dapat mempengaruhi banyaknya informasi yang salah juga

masuk ke kota.

h. Jenis kelamin

Laki- laki lebih terbuka, lebih serba boleh, lebih ekstrim dalam

pendapatnya tentang seksualitas , sedangkan wanita lebih malu – malu,

dan lebih tidak tahu menahu.

Faturochman (1992, h 13) menyebutkan bahwa perilaku seksual

dipengaruhi oleh beberapa factor seperti :

(45)

Adalah factor yang berasal dari luar individu meliputi factor demografi (

tempat tinggal, tingkat pendidikan ), latar belakang keluarga , lingkungan

social.

b. Faktor internal

Adalah factor yang diidentifikasi dari dalam diri individu sendiri seperti

sikap, usia , kematangan hormonal, konsep diri.

Berdasarkan beberapa factor yang telah disatukan oleh beberapa tokoh

diatas, maka dapat disimpulkan bahwa factor- factor yang mempengaruhi perilaku

seksual pada remaja adalah informasi seks lewat teknologi canggih serta media

massa,kurangnya informasi mengenai seksualitas dari orang tua , kaburnya nilai

moral, pengaruh hormonal, meningkanya libido seksualitas, penundaan usia

kawin, tabu larangan , kurangnya informasi tentang seks , pergaulan yang semakin

bebas dan wilayah tempat tinggal.

Dengan pendidikan seks kita dapat memberitahu remaja bahwa seks

adalah sesuatu yang alamiah dan wajar terjadi pada semua orang, selain itu remaja

juga dapat diberitahu mengenai berbagai perilaku seksual beresiko sehingga

mereka dapat menghindarinya.Pendidikan seks mempunyai arti yaitu upaya

memberikan pengetahuan tentang perubahan biologis, psikologis, dan psikososial

sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan manusia.Dengan kata lain

pendidikan seks pada dasarnya merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan

tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan moral , etika , serta

(46)

tersebut.Dengan demikian , pendidikan seks ini bisa juga disebut pendidikan

hidup berkeluarga.

2.5.3 Resiko Seks Pra Nikah

Istilah seks lebih tepat menunjukkan alat kelamin. Namun, sering kali

masyarakat umum (awam) memiliki pengertian bahwa istilah seks lebih mengarah

pada bagaimana masalah hubungan seksual antara dua orang yang berlainan jenis

kelamin. Ada pula pengetahuan tentang masalah seksualitas berkaitan dengan

anatomi seksual (organ –organ tubuh), fungsi hormon seksual, dan perilaku

seksual kehidupan social (Agoes Dariyono, 2004 : 87).

Resiko seks pra nikah yaitu suatu hal yang terjadi akibat melakukan

hubungan seksual diluar pernikahan.Bisa di artikan juga seks pranikah merupakan

seks bebas yaitu dilakukan tanpa ada ikatan hubungan pernikahan.

Ada beberapa dampak sesorang melakukan hubungan seks bebas di luar

nikah,apalagi jika seseorang tersebut sering bergonta ganti pasangan dalam

melakukan hubungan seksual.

Seorang remaja yang tidak mampu mengendalikan diri, sehingga terlibat

dalam kehidupan seksual secara bebas (di luar aturan norma social),misalnya seks

pra nikah, kumpul kebo,(sommon leaven), prostitusi,aborsi akan berakibat

negative seperti :

a. Terjangkit STD’S (Seksually transmited disease),

(47)

Biasanya merekalah yang tidak mempunyai konsisten antara pengetahuan ,

sikap dan perilakunya (Agoes Dariyono,2004 : 88)

2.5.4 Kehamilan Remaja

Salah satu masalah yang cukup pelik yang berkembang di berbagai Negara

maju maupun Negara berkembng , termasuk Indonesia ialah terjadinya kehamilan

di kalangan remaja putri. Kehamilan merupakan konsekuensi logis dari hubungan

pergaulan bebas antar remaja yang berbeda jenis kelamin, yang cenderung tidak

dapat dikendalikan dengan baik. Kehamilan di luar nikah merupakan cermin dari

ketidakmampuan seseorang remaja dalam mengambil keputusan dalam

pergaulanya dengan lawan jenis. (Agoes Dariyono, 2004 :89)

Juhasz , seorang pakar psikolog remaja ( dalam Thonburg, 1982)

menyebutkan 2 hal pertimbangan yang harus dihadapi oleh remaja ketika akan

mengambil suatu keputusan , yakni apakah dirinya akan memiliki anak atau tidak

memiliki anak.

a. Keputusan mempunyai anak . Bila remaja memutuskan untuk mempunyai

anak , maka berarti ia akan melakukan hubungan seksual, mengalami dan

merawat kehamilan , melahirkan anak, memelihara dan mendidik anak,

dan seterusnya. Keputusan ini dianggap salah, sebab dirinya belum terikat

dalam pernikahan yang sah dengan pacarnya.

b. Keputusan untuk tidak mempunyai anak. Sebaliknya , remaja yang tidak

(48)

ini tentu dirinya akan dapat mempertahankan keperawanannya.Dengan

demikian , ia melakukan keputusan yang tepat bagi dirinya.

Lebih lanjut, Thornburg (1982 ) sendiri, memberi penjelasan yang cukup

mendalam bagi remaja yang hamil .Tentu remaja yang hamil dihadapkan

dengan dua pilihan yakni, (a) apakah ia akan melahirkan bayinya atau (b )

melakukan aborsi(menggugurkan) janin yang dikandungnya.

a. Pilihan melahirkan bayi yang dikandungnya

1. Ia akan menjadi orang tua dari anak yang harus dilahirkanya. Sebagai

orang tua maka hal- hal yang harus dilakukanya menurut Thornbug

ialah : merawat kehamilan, memberi pemenuhan kebutuhan makanan

yang bergizi (nutrisi ), memiliki keterampilan untuk merawat kesehatan

anak secara teratur , harus merasa siap untuk dimintai kebutuhan –

kebutuhan anak (kesehatan, pendidikan, rekreasi, sandang - pangan ,

perumahan).Setelah melahirkan bayi , remaja dapat pula memberikan

anak itu kepada pihak lain agar ada yang merawatnya. Misalnya,

kepada orang tua yang tidak mempunyai keturunan, tetapi merasa siap

untuk mengadopsi anak tersebut sebagi anaknya sendiri.Bisa juga , bayi

diserahkan kepada pihak panti asuhan. Namun ini berarti, remaja tidak

mampu menjadi orang tua yang bertanggung jawab atas tindakanya. Ia

melanggar dan mengingkari martabat sebagai manusia yang beradab.

(49)

Bila remaja memilih untuk melakukan aborsi , maka remaja memerlukan

pelayanan kesehatan untuk dapat mengeluarkan janinnya secara aman dan

biaya murah. Namun dalam hal aborsi pun , remaja dihadapkan pada

masalah apakah harus dilakukan secara resmi atau tidak resmi. Aborsi

resmi artinya penganguran janin dilakukan dan disetujui oleh pihak

lembaga kesehatan (rumah sakit, klinik, puskesmas, dokter, bidan) , oleh

remaja dan orang tua remaja sendiri. Jadi diakui secara hukum perundang-

undangan . Di Amerika Serikat , mungkin aborsi telah disetujui dan

diresmikan oleh pemerintah . Namun di Negara berkembang seperti

Indonesia , aborsi belum di akui secara resmi.Tindakan aborsi dianggap

melanggar nilai- nilai agama dan norma social – masyarakat, karena aborsi

berarti melakukan pembunuhan terhadap calon-calon manusia.

Dampak lanjutan dari kehamilan remaja ternyata cukup komplek, sehingga

membuat remaja merasa tertekan , stress dan sering kali tidak mampu

menghadapinya dengan baik. Para ahli dari berbagai bidang pendidikan ,sosiologi,

ekonomi, kedokteran, hokum menyimpulkan ada 5 masalah konsekuensi logis

dari kehamilan yang harus ditanggung oleh remaja yaitu :

a) Konsekuensi terhadap pendidikan : putus sekolah (DO) . Remaja yang

hamil, umumnya tidak memperoleh penerimaan social dari lembaga

pendidikanya , sehingga harus keluar dari sekolahnya . Demikian pula

remaja laki- laki yang menjadi pelaku utama penyebab kehamilan itu, mau

(50)

sekolahnya. Hal ini dilakukan karena pihak sekolah tidak mau dicemari

oelh tindakan yang tidak terpuji seperti itu.

b) Konsekuensi sosiologis . Orang tua anaknya hamil diluar nikah akan

merasa malu. Maka untuk menyelesaikan masalah ini , jalan terbaiknya

adalah segera menikahkan anaknya yang sedang hamil dengan laki- laki

yang menghamilinya. Demikian pula , masyarakat akan mencemooh,

mengisolasi atau mengusir terhadap orang – orang yang melanggar norma

masyarakat.

c) Konsekuensi penyesuaian dalam keluarga baru. Sebagai orang yang telah

menikah , tentu remaja harus dapat menyesuaikan diri dalam keluarga

yang baru. Ketidak mampuan dalam menyesuaikan diri, sehingga sering

terjadi konflik-konflik, pertengkaran , percek-cokan, maka dapat akan

berakhir dengan perceraian. Dengan demikian , ia akan berstatus duda

muda atau janda muda.

d) Konsekuensi ekonomis : pemenuhan kebutuhan ekonomis keluarga.

Sebagai orang tua, tentu mereka harus bertanggung jawab untuk memberi

pemenuhan kebutuhan ekonomi rumah tangga. Karena itu , mendorong

remaja harus bekerja. Namun oleh karena itu tidak memiliki

pengalaman,pengetahuan,ketrampilan atau keahlian kusus sebagai seorang

yang professional, maka ia akan memperoleh taraf penghasilan yang

rendah. Hal akibat dari pihak lembaga yang memperkerjakan tenaganya

(51)

penghasilan yang rendah , menyebabkan remaja tak mampu untuk

membiayai kebutuhan ekonomi keluarga, ia selalu kekurangan dan uang

selalu pas- pasan . Hal ini membawa akibat dalam masalah percekcokan

sehingga membawa kearah perceraian, kemiskinan dan ketidak puasan

kerja.

e) Konsekuensi hokum .Karena telah hamil , maka untuk memperkuat rasa

tanggung jawab , maka sebaiknya remaja melakukaan pernikahan secara

resmi yang diakui oleh pemerintah melalui kantor catatan sipil atau kantor

urusan agama. Dengan menikah resmi, mereka akan terhindar dari sangsi

social, sebab mereka menjadi

Referensi

Dokumen terkait

Transistor PMOS terbuat dari substrat dasar tipe-n dengan daerah source dan drain didifusikan tipe p + dan deerah kanal terbentuk pada permukaan tipe p. Positif MOS

1) Menetapkan materi layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan atau permasalahan siswa yang akan dikenai layanan. 2) Menetapkan tujuan atau hasil yang ingin dicapai. 3)

Tanda perubahan (alterasi) adalah istilah yang dipakai untuk perubahan kromatis (nada yang berjarak ½) salah satu nada dalam suatu Accord.. Tanda perubahan (alterasi) dibagi menjadi

Seluruh hutang Mestikasawit Intijaya akan lunas apabila seluruh Aset telah terjual kepada Pihak Ketiga dan hasil penjualan tersebut diserahkan kepada CIMB

Untuk pertama kalinya, kepercayaan terhadap Mahkamah Konstitusi berada pada titik nadir. Pasca penangkapan ketuanya, kepercayaan publik terhadap MK merosot dibawah 30 %. Publik

Kegiatan pembukaan adalah salah satu upaya yang dilakukan guru untuk mengkondisikan atau menciptakan suasana siap belajar baik secara fisik, mental, emosional,

pada siswa tunagrahita dapat menambah inovasi dalam dunia pendidikan serta dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pendidik ataupun peneliti lain, khususnya dalam

Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.