• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN KULIT BUAH PEPAYA ( Carica Papaya L )SEBAGAI SUBSTITUSI TEPUNG TERIGU DALAM PEMBUATAN COOKIES DENGAN PENAMBAHAN KUNING TELUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMANFAATAN KULIT BUAH PEPAYA ( Carica Papaya L )SEBAGAI SUBSTITUSI TEPUNG TERIGU DALAM PEMBUATAN COOKIES DENGAN PENAMBAHAN KUNING TELUR."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN KULIT BUAH PEPAYA ( Carica Papaya L )SEBAGAI

SUBSTITUSI TEPUNG TERIGU DALAM PEMBUATAN COOKIES DENGAN

PENAMBAHAN KUNING TELUR

SKRIPSI

Oleh :

EKO PRASTIYO SUPENO

0633010011

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” JAWATIMUR SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Eko Prastiyo Supeno

NPM : 0633010011

Program Studi : Teknologi Pangan

Fakultas : Teknologi Industri

Judul : Pemanfaatan Kulit Buah Pepaya Carica Papaya. L, Sebagai Substitusi Tepung Terigu Dalam Pembuatan Cookies Dengan Penambahan Kuning Telur

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya dan bukan merupakan

duplikasi sebagian atau seluruhnya dari karya orang lain, kecuali bagian sumber

informasi dicantumkan.

Pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya secara sadar dan

bertanggung jawab dan saya bersedia menerima sanksi pembatalan skripsi apabila

terbukti melakukan duplikasi terhadap skripsi atau karya ilmiah lain yang sudah ada

Surabaya, 01 Juli 2013

Pembuat Pernyataan

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta

alam yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya selama pelaksanaan

penyusunan skripsi dengan judul “Pemanfaatan Kulit Buah Pepaya Carica Papaya.

L, Sebagai Substitusi Tepung Terigu Dalam Pembuatan Cookies Dengan

Penambahan Kuning Telur” hingga terselesaikannya pembuatan laporan skripsi ini.

Tujuan penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Teknologi

Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.

Kelancaran pelaksanaan skripsi serta penyusunan laporan ini tidak lepas dari

bantuan dan dukungan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini dengan

penuh rasa hormat dan rendah hati, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP. selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa

Timur.

2. Bapak Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran”

Jawa Timur.

3. Ibu Ir. Latifah, MS selaku Ketua Progdi Teknologi Pangan UPN “Veteran” Jatim.

4. Bapak Ir. Rudi Nurismanto, Msi selakudan Ibu Ir. Sudaryati, HP.MP selaku

Dosen Pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, saran dan

motivasi dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Ir. Sri Djajati, Mpddan IbuIr. Enny Karti BS, MP, selaku Dosen Penguji

seminar proposal dan hasil penelitian, yang telah banyak memberikan saran

dalam penulisan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Struktural Akademika Fakultas Teknologi Industri UPN

“Veteran” Jatim.

7. Keluargaku tercinta Ayah dan Ibunda, adikku Dwi Retno, Basyari, Eri Yanti

terima kasih tersegala doa, kesabaran serta dukungan moril dan materiil yang

(7)

8. Sahabat dan saudaraku Arif Pri, Septian Eki, Riza, Hari Purnomo, Abdul Nazir,

Alfian, Mbak Ninin, Miko, Hudan Halili dan Mas Ayi terima kasih untuk semangat

motifasi dan bantuanmu baik secara moril dan materiil selama ini.

9. Kawan-kawan HIMATEPA (Himpunan Mahasiswa Teknologi Pangan), serta

warga Keluarga MahasiswaTeknologi Pangan UPN “Veteran” Jatim, terima

kasih.

10. Roshinta Okta Citra Dewi, terima kasih atas doa, motifasi, dan kesabarannya.

11. Semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam penulisan Skripsi ini.

Terima Kasih.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa di Program

Studi Teknologi Pangan pada khususnya dan bagi pihak-pihak yang memerlukan

pada umumnya. Skripsi ini masih jauh dari sempurna serta banyak kekurangannya,

untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat obyektif dan

membangun guna kesempurnaan skripsi ini.

Surabaya, 01 Juli 2013

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

LAMPIRAN ... viii

INTISARI ... ix

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar belakang ... 1

B.Tujuan penelitian ... 2

C. Manfaat peneltian ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. Cookies ... 3

B. Bahan baku pembuatan cookies ... 4

1. Tepung terigu ... 4

2. Kulit buah pepaya (Carica Papaya) ... 4

3. Kuning telur ... 5

C. Bahan pendukung pembuatan cookies ... 6

1. Gula pasir ... 6

2. Mertega putih (Shortening)... 7

3. Susu skim ... 7

4. Soda kue... 7

5. Kuning telur ... 8

D. Proses pembuatan cookies ... 8

1. Pembuatan/pencampuran adonan ... 8

2. Pengolahan/pencetakan cookies... 9

3. Pemanggangan cookies ... 10

(9)

F. Analisa keputusan ... 11

G. Analisa finansial ... 12

1. Break Event Point (BEP) ... 12

2. Net Present Value (NPV) ... 13

3. Payback Periode (PP) ... 14

4. Internal Rate Of Return (IRR) ... 14

5. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C Ratio) ... 15

H. Landasan teori ... 15

I. Hipotesa ... 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 17

A. Waktu dan tempat penelitian ... 17

B. Bahan – bahan ... 17

C. Alat alat... 17

D. Metode Penelitian ... 17

1. Rancangan Percobaan ... 17

2. Peubah yang digunakan ... 18

a. Peubah berubah ... 18

b. Peubah tetap ... 19

3. Parameter yang diamati ... 20

4. Prosedur Penelitian ... 20

a. Pembuburan kulit pepaya ... 20

b. Proses pembuatan cookies ... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

A. Analisa bahan awal ... 24

B. Hasil analisa produk cookies ... 24

1. Kadar air... 24

2. β-Karoten ... 26

3. Antioksidan ... 28

4. Kadar serat ... 29

5. Kadar lemak ... 30

(10)

1. Kesukaan rasa ... 32

2. Kesukaan warna ... 33

3. Kesukaan tekstur ... 35

D. Analisis keputusan ... 36

E. Analisis finansial ... 37

1. Kapasitas produksi ... 37

2. Biaya produksi ... 37

3. Harga pokok produksi ... 37

4. Harga jual produksi ... 38

5. Break Event Point (BEP) ... 38

6. Net Present Value (NVP) ... 39

7. Gross Benefit Cost Ratio (Gros B/C Ratio) ... 39

8. Payback Periode ... 39

9. Internal Rate of Return (IRR) ... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

A. Kesimpulan ... 41

B. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA... 42

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Syarat Mutu Biskuit menurut SNI 01-2973-1992 ... 3

Tabel 2. Komposisi kimia tepung terigu tiap 100 gram ... 4

Tabel 3. Kandungan nutrisi tepung kulit buah pepaya ... 5

Tabel 4. Kombinasiperlakuanantara faktor A dan faktor B ... 19

Tabel 5. Hasilanalisabahan baku kulit buah papaya ... 23

Tabel 6. Nilai rerata kadar air cookies... 25

Tabel 7. Nilai rerata ß-karoten cookies...26

Tabel 8. Nilai rerata aktivitas antioksidan cookies ... 28

Tabel 9. Perlakuan substitusi kulit buah papayaterhadap kadar serat ... 30

Tabel 10. Pengaruh penambahan kuning telur terhadap kadar serat ... 30

Tabel 11. Nilai rerata kadar lemak cookies...31

Tabel 12. Jumlah ranking kesukaan rasa pada produk cookies ... 33

Tabel 13. Jumlah ranking kesukaan warna pada produk cookies ... 34

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram alir pembuburan kulit buah pepaya ... 21

Gambar 2. Diagram alir pembuatan cookies subtitusi kulit buah pepaya ... 23

Gambar 3. Pengaruh perlakuan substitusi kulit pepaya denganpenambahan kuning telur

sebagai faktor ke-2 terhadap kadar air cookies. ... 25

Gambar 4. Pengaruh perlakuan substitusi kulit pepaya denganpenambahan kuning telur

sebagai faktor ke-2 terhadap beta karoten cookies... 27

Gambar 5. Pengaruh perlakuan substitusi kulit pepaya denganpenambahan kuning telur

sebagai faktor ke-2 terhadap aktivitas antioksidancookies ... 29

Gambar 6. Pengaruh perlakuan substitusi kulit pepaya denganpenambahan kuning telur

(13)

LAMPIRAN

1. Prosedur analisa

2. Lembar kuisioner organoleptik

3. Data Hasil Pengamatan dan Analisa Kadar Air Cookies 4. Data Hasil Pengamatan dan Analisa β-karoten Cookies

5. Data Hasil Pengamatan dan Analisa Aktivitas Antioksidan Cookies 6. Data Hasil Pengamatan dan Analisa Kadar Serat Cookies

7. Data Hasil Pengamatan dan Analisa Kadar Lemak Cookies 8. Organoleptik warna

9. Organoleptik rasa 10. Organoleptik tekstur 11. Hasil Analisis Keseluruhan 12. Kebutuhan Bahan dan Biaya

13. Perkiraan biaya produksi perusahaan tiap tahun 14. Perhitungan Keuntungan Produksi Cookies 15. Perhitungan Break Event Point Produksi Cookies 16. Net Present Value (NPV) dan Gross Benefit 17. Perhitungan Payback Period

18. Laju Pengembalian modal

(14)

PEMANFAATAN KULIT BUAH PEPAYA (Carica Papaya L) sebagai SUBSTITUSI TEPUNG TERIGU DALAM PEMBUATAN COOKIES dengan PENAMBAHAN

KUNING TELUR

EKO PRASTIYO SUPENO Npm :0633010011

INTISARI

Cookies adalah sejenis biskuit dari adonan lunak, berlemak tinggi, renyah, dan bila dipatahkan penampang potongannya bertekstur kurang padat (Wijaya dan Aprianita, 1992). Cookies pada umumnya berwarna coklat keemasan, permukaan agak licin, bentuk dan ukurannya seragam, berwarna putih kekuningan, kering, renyah dan ringan serta aroma yang menyenangkan. Sebagai usaha untuk menambah nilai nutrisi pada cookies, bahan baku cookies dapat digantikan sebagian dengan bahan baku lain yaitu kulit buah pepaya. Permasalahan yang timbul dalam pembuatan cookies dengan substitusi kulit buah pepaya adalah tidak dapat membentuk tekstur seperti gluten sehingga cookies yang dihasilkan bertekstur tidak remah. Untuk menghasilkan cookies dengan tekstur yang baik maka ditambahkan kuning telur dimana kuning telur merupakan emulsifier yang dapat memperbaiki tekstur dan memberi warna yang baik. Karena adanya emulsifier yang mempunyai peran dapat menghasilkan cookiesyang remah, renyah dan memperbaiki tekstur (Manley, 1983).Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh substitusi kulit buah pepaya dan penambahankuning telur terhadap kualitas cookies yang dihasilkan danmenentukan kombinasi perlakuan terbaik antara substitusi kulit buah pepaya dan penambahan kuning telur sehingga dihasilkan cookies dengan kualitas baik dan disukai konsumen.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial yang terdiri dari 2 faktor dan diulang 3 kali. Faktor I adalah substitusi kulit buah pepaya 10%, 20%, 30% dan faktor II adalah penambahan kuning telur 5%, 10%, 15%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik adalah pada perlakuan substitusi kulit buah pepaya 30% dan penambahan kuning telur 15% yang menghasilkan cookies dengan kriteria kadar air2,823%, kandungan β-karoten 20,665µg/100g, aktivitas antioksidan 30,311%, kadar serat 7,505%, kadar lemak 14,696%, organoleptik warna 122,5, rasa 80,5 dan tekstur 86. Secara finansial proyek pendirian perusahaan produk cookies dari perlakuan terbaik ini layak dilaksanakan karena memiliki nilai ekonomis sebagai berikut : BEP = Rp 88.049.995,79atau 27,52%NPV = Rp.19.260.771; Payback Period = 4,1 tahun; Gross B/C = 1,0282 dan IRR = 15,652%

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cookies merupakan salah satu jenis kue kering yang renyah dan agak keras

dengan rasa yang bermacam-macam, berukuran kecil dan tipis (Smith,1972).

Di lndonesia, cookies merupakansalah satu jenis makanan yang

banyakdisukai oleh sebagian besar masyarakat baik anak-anak maupun orang

dewasa.Sebagai makanan yang disukai masyarakatdiperlukan peningkatan nilai gizi

dan penganekaragamanproduk.Pada standar industri, cookies adalah makanan

kering yang dibuat dari adonan lunak yang mengandung bahan dasar terigu,

pengembang, kadar lemak tinggi, renyah dan apabila dipatahkan penampang

teksturnya kurang padat.Bahan pembuat cookies dibagi menjadi dua menurut

fungsinya yaitu bahan pembentuk struktur dan bahan pendukung kerenyahan,

bahan pembentuk strukturcookies meliputi tepung, susu skim sedangkan bahan

pendukung kerenyahan meliputi gula, shortening, bahan pengembang, dan kuning

telur. Telur yang ditambahkan berperan menghasilkan produk yang lebih baik, dapat

memperbaiki proses creaming, pemberian flavor yang khas serta kenaikan nilai gizi (

Matz, 1972).

Cookies juga dapat bersifat fungsional bila di dalam proses pembuatanya

ditambahkan bahan yang mempunyai aktifitas fisiologis dengan memberikan efek

positif bagi kesehatan tubuh, misalnya cookies yang diperkaya dengan serat, lemak,

provitamin A atau beta karoten ( Muchtadi dan Wijaya, 1996 ).Cookies terbuat dari

bahan dasar tepung terigu yang dicampur dengan bahan-bahan lain. Tepung terigu

merupakan bubuk halus berasal dari biji gandum. Sampai saat ini, Negara kita

masih mengimport bahan baku gandum dari luar negeri. Untuk mengurangi

penggunaan tepung terigu sebagai bahan dasar pembuatan cookies maka

dibutuhkan terobosan baru, yaitupemanfaaatankulit buah pepayasebagai bahan

pensubstitusi terigu padapembuatan cookies.

Kulit buah pepaya merupakansalahsatukomoditas limbah dari bagian buah

(16)

dimanfaatkan kembalimelalui proses daur ulang atau dikonversikan ke produk

pangan yang lebihberguna dan bermanfaat serta bernilai ekonomis tinggi.Kulit buah

pepaya merupakan bagian terluar dari buah pepaya yang masih mengandung nilai

nutrisi cukup tinggi. Kulit buah pepaya pada keadaan kering mengandung protein

sebesar 25,85 %, lemak 8,87 %, serat 2,39 %, kalsium 18,52 %, posfor 0,88 %, dan

abu 8,52 %. (Permana, 2007).Selain memiliki kandungan protein yang tinggi kulit

buah pepaya diduga memiliki kandungan antioksidan dan beta karoten yang tinggi

dibanding buahnya, itu dikarenakan kulit buah pepaya berperan untuk melindungi

buah dari radikal bebas dan sinar matahari secara langsung.

B. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh substitusikulit buah pepayadan penambahan kuning

telur terhadap kualitas cookies yang dihasilkan.

2. Menentukan kombinasi perlakuan terbaik antara substitusi kulit buah pepaya

dan penambahan kuning telur sehingga dihasilkan cookies dengan kualitas

baik dan disukai konsumen.

C. Manfaat Penelitian

1. Meningkatkan nilai nutrisi cookies atau kue kering melalui substitusi kulit

buah pepaya dalam pembuatan cookies.

2. Pemanfaatan limbah kulit buah pepaya sebagai bahan pangan yang bernilai

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Cookies

Cookies adalah jenis biskuit dari adonan lunak, berkadar lemak

tinggi,renyah dan bila dipatahkan penampang potongannya bertekstur kurang

padat(Manley, 2000).Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) mengenai Mutu dan

Cara Uji Biskuit (SNI 01-2973-1992)biskuit adalah sejenis makanan yang terbuat

dari tepung terigu dengan penambahan bahan makanan lainnya, dengan proses

pencetakan dan pemanasan. Biskuit terbagi menjadi biskuit keras, crackers,

cookies, dan wafer. (Wijaya dan Aprianita,1992).

Berdasarkan pemahaman tersebut, syarat mutu cookies di

Indonesiamengacu pada syarat mutu biskuit. Syarat mutu biskuit yang berlaku saat

iniadalah berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 01-2973-1992), seperti

tercantum dalam Tabel 1.

Tabel 1. Syarat Mutu Biskuit

Sumber :SNI, 1992

Ciri khas cookies adalah memiliki kandungan guladan lemak yang tinggi

serta kadar air rendah (kurang dari 5%) sehinggabertekstur renyah; apabila dikemas

akan terlindung dari kelembaban danmemiliki umur simpan yang lama .

Untuk membuat cookies (kue kering) diperlukanbahan pengikat dan pelembut. Bahanpengikat yang digunakan adalah tepung,air, dan telur, sedangkan

Kreteria Uji Klasifikasi

Kalori (kalori/100gram )

(18)

sebagai bahanpelembut adalah gula,shortening, bakingpowder, dan kuning telur. Tepung, telur,dan baking powder merupakan komponenpenting pada kue kering dan mempengaruhihasil olahan, terutama sifat fisikdan cita rasa (Matz 1984; Badan StandardisasiNasional 1993).

B. Bahan Baku Pembuatan Cookies

1. Tepung Terigu

Tepung terigu merupakan tepung yang dihasilkan pada penggilingan biji

gandum, protein tepung gandum berpengaruh sangat nyata terhadap sifat-sifat

adonan.Telah banyak penelitian mengenai protein di dalam tepung terigu dan telah

diketahui bahwa dalam tepung terigu terdapat albumin, globulin, gliadin dan

glutenin.Gliadin dan glutenin merupakan penyusun utama gluten yang diperoleh bila

adonan dicuci untuk membebaskan patinya (Desrosier,1988).

Secara umumtepung terigu mempunyai komposisi kimia seperti yang

tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2.Komposisi kimia tepung terigu tiap 100 gram

Komponen Jumlah

Sumber : Azizah (2009)

2. Kulit Buah Pepaya (Carica Papaya)

Pada dasarnya kandungan kulit pepayakurang lebih sama dengan daging

buahnya. Hanya kulit buah pepaya mengandung enzim papain yang jauh lebih

dominan terutama pada kulit buah yang masih muda. Selain enzim papain, kulit

pepaya juga mengandung Karotenoid, alkaloid karpina, glukosid, saponin,

(19)

jika kemudian kulit pepaya juga bisa untuk dimakan dalam kondisi bebas dari bahan

kimia. Kulit pepaya telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Papua Nugini. Tidak

hanya dikonsumsi, tetapi juga digunakan sebagai bahan penyembuh untuk

menanggulangi ruam kulit, kulit yang terbakar sinar matahari berlebihan, dan

mampu menghilangkan noda hitam wajah.

Kulit buah pepaya jika di tepungkan memiliki kandungan nutrisi antara lain

Protein 25,85%, serat 2,39%, lemak 8,87%, abu 8,52%, kalsium 18,52% dan fosfor

0,88% (Permana,2007). Kulit buah pepaya selain memiliki kadar protein yang tinggi,

juga diduga memiliki kandungan beta karoten dan antioksidan yang tinggi. Ini

ditujukan karena pada kandungan nutrisi daging pepaya matang banyak

mengandung vitamin A, C, dan B kompleks, asam amino, kalsium, besi, enzim dan

lain-lain.Buah pepaya matang sangat unggul dalam hal betakaroten (276

mikrogram/100 g), betacryptoxanthin (761 mikrogram/100 g), serta lutein dan

zeaxanthin (75 mikrogram/100 g).Betakaroten merupakan provitamin A sekaligus

antioksidan yang sangat ampuh untuk menangkal serangan radikal bebas. Vitamin A

yang diperoleh dari 100 g buah pepaya matang berkisar antara 1.094-18.250 SI,

tergantung dari varietasnya.

Tabel 3. Kandungan nutrisi tepung kulit buah pepaya.

Kandungan Gizi Tepung Kulit Buah Pepaya

Energi (kkal) Protein (%) Serat (%) Lemak (%) Fosfor (%)

2419 25,85 2,39 8,87 0,88

Sumber : Permana, 2007

3. Kuning Telur

Kuning telur adalah satu bagian dari telur yang merupakan makanan dari

embrio. Sebagai makanan, kuning telur adalah salah satu sumber vitamin dan

mineral yang baik.Sepertiga kuning telur terdiri dari lemak, tetapi yang menyebabkan

daya emulsifier yang kuat adalah kandungan lesitinnya yang terdapat dalam bentuk

(20)

Persentase kuning telur sekitar 30%-32% dari berat telur. Kuning telur

terdiriatas membran kuning telur (vitellin) dan kuning telur sendiri. Kuning

telurmerupakan makanan dan sumber lemak bagi perkembangan embrio.

Komposisikuning telur adalah air 50%, lemak 32%-36%, protein 16% dan glukosa

1%-2%.Asam lemak yang banyak terdapat pada kuning telur adalah linoleat, oleat

danstearat.

Kuning telur mengandung sejumlah besar lipid dan sebagian dari lipid itu

terdapat dalam bentuk terikat sebagai lipoprotein (deMan,1971). Kuning telur pada

pembuatan cookiesberfungsi sebagai pengempuk, karena adanya emulsifier yang

mempunyai peran dapat menghasilkan cookiesyang empuk, renyah dan

memperbaiki tekstur (Manley,1983).Kuning telur juga berfungsi sebagai pengawet alami, makin banyak kuning telur yang dipakai, kue kering akan terasa lebih legit dan padat, sebaliknya makin banyak putih telur yang dipakai kue kering akan lembek dan lekat di langit-langit mulut.

C. Bahan Pendukung Pembuatan Cookies

1. Gula Pasir

Gula diperlukan pada pembuatan cookies dengan fungsi utama adalah

sebagai bahan pemanis, bahan nutrisi, membantu proses pembentukan krim,

membantu dalam pembentukan warna cookies yang baik dan menambahkan nilai

gizi pada produk. Gula juga memberikanefek melunakkan gluten sehingga cookies

yang di hasilkan lebih empuk.

Gula merupakan bahan yang banyak digunakan dalam pembuatan cookies.

Jumlah gula yang ditambahkan biasanya berpengaruh terhadap tesktur dan

penampilan cookies. Fungsi gula dalam proses pembuatan cookies selain sebagai

pemberi rasa manis, juga berfungsi memperbaiki tesktur, memberikan warna pada

permukaan cookies, dan mempengaruhi cookies. Meningkatnya kadar gula di dalam

adonan cookies, akan mengakibatkan cookies menjadi semakin keras. Dengan

adanya gula, maka waktu pembakaran harus sesingkat mungkin agar tidak hangus

karena sisa gula yang masih terdapat dalam adonan dapat mempercepat proses

(21)

Jenis gula lain yang dapat digunakan untuk memberikan karakteristik flavor

yang berbeda, antara lain: madu, brown sugar, molase, malt dan sirup jagung.

Cookies sebaiknya menggunakan gula halus atau tepung gula. Jenis gula ini akan

menghasilkan kue berpori-pori kecil dan halus. Didalam pembuatan adonan cookies,

gula berfungsi sebagai pemberi rasa, dan berperan dalam menentukan penyebaran

dan struktur rekahan kue. Untuk cookies, sebaiknya menggunakan gula halus

karena mudah di campur dengan bahan-bahan lain dan menghasilkan tekstur kue

dengan pori-pori kecil dan halus. Sebaliknya tekstur poripori yang besar dan kasar

akan terbentuk jika menggunakan gula pasir. Gunakan gula sesuai ketentuan resep,

pemakaian gula yang berlebih menjadikan kue cepat menjadi browning akibat dari

reaksi karamelisasi. Dampak yang lain kue akan melebar sewaktu di panggang.

2. Mertega Putih(Shortening)

Shortening dalam pembuatan cookies mempunyai peran untuk memperbaiki

tekstur cookies yang dihasilkan. Pemakaian shortening yang berlebihan akan

mengakibatkan kenampakan cookies menjadi berminyak dan mudah mengalami

ketengikan bila penyimpanan dan pengepakan yang dilakukan tidak baik. Selain itu

shortening memiliki sifat lebih stabil, membantu kue untuk mempertahankan

bentuknya saat dioven.

3. Susu Skim

Susu skim adalah produk olahan hasil ternak berupa susu tanpa lemak

yang bubuk susunya dibuat dengan menghilangkan sebagian besar air dan lemak

yang terdapat dalam susu. Susu skim merupakan bagian dari susu yang krimnya

diambil sebagian atau seluruhnya. Sebagai catatan, kandungan lemak pada susu

skim kurang lebih 1%. Susu skim mengandung semua kandungan yang dimiliki susu

pada umumnya kecuali lemak dan vitamin yang larut dalam lemak.

4. Soda kue

Bahan kimia yang biasa ditambahkan dalam pembuatan cookies adalah

soda kue, atau natrium bikarbonat yang bila dipanaskan akan menghasilkan CO2,

sehingga akan menbantu pengembangan volume pada adonan.Bahan pengembang

yang banyak digunakan dalam pembuatan produk kering, terutama biskuit adalah

(22)

5. Kuning telur

Penggunaan kuning telur akan menghasilkan cookiesmanis dan lebih empuk.

Kuning telur merupakan sumber pengemulsi lemak yang membantu

mendistribusikan ke seluruh adonan, sehingga cookies yang dihasilkan akan empuk

dan renyah.

D. Proses Pembuatan Cookies

Dalam pembuatan cookies, mula-mula dilakukan proses pencampuran

bahan-bahan seperti gula, tepung, shortening, telur, dan soda kue. Cookies yang

dicetak, paling baik menggunakan cara pencampuran adonan seperti ini, yaitu yang

disebut creaming method. Metode ini baik untuk cookies karena menghasilkan

adonan yang bersifat membatasi pengembangan gluten yang berlebihan, karena

pembuatan cookiestidak memerlukan pengembangan yang berlebihan seperti pada

pembuatan roti.Menurut (Farida.dkk,2008)prosespembuatan cookies meliputi tiga

tahap yaitu :

1. Pembuatan /Pencampuran Adonan

Pembuatan adonan diawali dengan proses pencampuran dan pengadukan

bahan-bahan. Ada dua metode dasar pencampuran adonan, yaitu metode krim

(creaming method) dan metode all in, namun yang paling umum adalah metode

krim. Metode krim lemak, gula, garam dan bahan pengembang dicampur sampai

terbentuk krim homogen dengan menggunakan mixer, Tambahkan telur dan dikocok

dengan kecepatan rendah dan selama pembentukan krim ini dapat ditambahkan

bahan pewarna dan essence. Pada tahap akhir ditambahkan susu dan tepung

secara perlahan kemudian dilakukan penga dukan sampai terbentuk adonan yang

cukup mengembang dan mudah dibentuk. Sementara itu pembuatan cookies

dengan metode all in semua bahan dicampur secara langsung bersama tepung.

Pencampuran ini dilakukan sampai adonan cukup mengembang.

Pada saat proses pembuatan adonan, ada persaingan pada permukaan

tepung antara fase air dari tepung dan lemak. Air dan larutan gula berinteraksi

dengan protein tepung untuk membentuk gluten membentuk jaringan yang kuat dan

plastis. Pada saat beberapa lemak tertutup oleh tepung, jaringan ini terputus,

(23)

mulut. Jika kandungan lemak dalam adonan sangat tinggi, hanya sedikit air yang

diperlukan untuk membuat konsistensi adonan sesuai yang diinginkan, gluten yang

terbentuk hanya sedikit, proses gelatinisasi juga berkurang sehingga terbentuk

tekstur yang sangat lembut. Selain itu lemak juga turut berperan dalam menentukan

rasa dari cookies/biskuit.Selama pembentukan adonan waktu pencampuran harus

diperhatikan untuk mendapatkan adonan yang homogen dan dengan

pengembangan gluten yang diinginkan.

2. Pengolahan atau pencetakan cookies

Cara pengolahan atau pencetakan cookies dapat dibagi atau di klasifikasikan

menjadi 6 jenis yaitu:

a. Molded cookies, yaitu adonan yang dibentuk dengan alat atau dengan tangan

b. Pressed cookies, yaitu adonan yang dimasukkan kedalam cetakan semprit dan

baru setelah itu disemprotkan di atas loyang.

c. Bar cookies, yaitu adonan yang dimasukkan kedalam Loyang pembakaran yang

sudah dialas kertas roti dengan ketebalan ½ cm, dimasak setengah matang lalu

dipotong bujur sangkar kemudian dibakar kembali sampai matang.

d. Drop cookies, yaitu adonan yang dicetak dengan menggunakan sendok teh

kemudian di drop diatas loyang pembakaran.

e. Rolled cookies, yaitu adonan diletakkan di atas papan atau meja kerja kemudian

digiling dengan menggunakan rolling pin lalu adonan dicetak sesuai dengan

selera.

f. Ice box/ refrigerator, yaitu adonan cookies dibungkus dan disimpan dalam

refrigerator setelah agak mengeras adonan diambil sedikit sedikit sudah bisa

untuk dicetak/potong atau dibentuk sesuai dengan selera.

Pencampuran dan pengadukan dengan metode krim baik untuk cookies

yang dicetak, karena menghasilkan adonan yang bersifat membatasi

pengembangan gluten yang berlebihan. Adonan kemudian digiling menjadi

lembaran (tebal + 0.3 cm), dicetak sesuai keinginan dan disusun pada loyang yang

telah diolesi lemak, kemudian dipanggang dalam oven. Penggilingan (pelempengan)

(24)

terbentuk. Penggilingan dilakukan berulang agar dihasilkan adonan yang halus dan

kompak, serta memiliki ketebalan yang seragam.

3. Pemanggangancookies

Setiap jenis cookies memerlukan suhu dan lama pemanggangan yang

berbeda untuk memperoleh hasil yang maksimal. Semakin besar cookies yang

dicetak semakin lama pemanggangannya dan suhu pemanggangan tidak boleh

terlalu panas. Suhu pemanggangan pada cookies yang umum 160-200oC dengan

lama pemanggangan 10 -15 menit, atau lebih lama. Pengaruh gula pada cookies

adalah semakin sedikit kandungan gula dan lemak dalam adonan, suhu

pemanggangan dapat dibuat lebih tinggi (160oC-180oC selama 15 menit). Suhu dan lama waktu pemanggangan akan mampu mempengaruhi kadar air cookies

dimasukkan karena bagian luar akan terlalu cepat matang. Hal ini dapat

menghambat pengembangan dan permukaan cookies yang dihasilkan menjadi

retak-retak. Selain itu adonan juga jangan mengandung terlalu banyak gula karena

akan mengakibatkan cookies terlalu keras atau terlalu manis. Cookies yang

dihasilkan segera didinginkan untuk menurunkan suhu dan pengerasan cookies

akibat memadatnya gula dan lemak.

E. Mutu Cookies

Mutucookiesselain ditentukan oleh nilai gizinya ternyata juga ditentukan oleh

uji organoleptik pada cookiestersebut. Karakteristik produk akhir ditentukan oleh

susunan bahan-bahan dan proses yang digunakan. Perubahan bahan maupun

komposisi adonan kadang-kadang bias menghasilkan produk pangan mutu yang

lebih baik dengan modifikasi prosedur pengolahannya.

1. Kenampakan

Penilaian seseorang terhadap suatu produk bahan makanan yang

pertama ditentukan dari kenampakan, tetapi setelah bahan makanan

tersebut dirasakan maka flavour menjadi lebih penting daripada sifat yang

lain. Suatu produk yang mempunyai kenampakan menarik dapat

(25)

diperoleh dari kenampakan suatu produk sangat penting dan menentukan

apakah suatu produk diterima atau ditolak.

2. Cita rasa (flavour)

Atribut mutu yang termasuk dalam golongan flavour sebagian besar

merupakan penelitian konsumen dengan indra perasa atau pembau,

walaupun indra perasa atau pembau terhadap panas dan dingin juga

termasuk didalamnya.

Menurut De Man (1989), flavour didefinisikan sebagai rangsangan

yang ditimbulkan oleh bahan yang dimakan, terutama yang dirasakan indra

pengecap, pembau dan juga rangsangan lain seperti rasa pahit, raasa dingin

dan penerimaan derajat panas dimulut.

Konsumen tidak hanya mendapatkan kesenangan tetapi juga

keamanan dan juga kepuasan dari flavour pada makanan yang dikonsumsi.

Pada produk yang telah ada maupun pengembangan produk baru flavour

merupakan hal yang penting.

3. Tekstur

Tekstur dinilai berdasarkan bunyi yang ditimbulkan jika produk

dipatahkan. Hal ini karena pada makanan kering seperti biscuit, cookies,

timbul bunyi yang disebabkan adanya rongga antar sel kaku dan rapuh.

Apabila diberikan gaya dari luar, sel-sel akan patah dan menimbulkan

getaran udara pada rongga-rongga tersebut.selanjutnya getaran ini akan

menghasilkan bunyi yang renyah dan kenyaringannya tergantung pada

kekuatan sel.

F. Analisa Keputusan

Menurut (Siagian,1987), analisa keputusan adalah suatu kesimpulan dari

suatu proses untuk memilih yang terbaik dari sejumlah alternatif yang ada. Tujuan

dari analisa keputusan adalah untuk menemukan keputusan yang

secepat-cepatnya.Ketepatan keputusan bergantung dari informasi yang dapat dikumpulkan

dan diolah dalam analisa.Mengambil keputusan berarti menjatuhkan pilihan pada

(26)

Proses pengambilan keputusan didahului dengan mengetahui adanya

permasalahan, alternatif-alternatif yang ada serta kriteria untuk mengukur atau

membandingkan setiap alternatif yang memberikan hasil atau keuntungan paling

besar dengan resiko paling kecil serta paling efektif. jadi masalah yang mempersulit

adalah adanya alternatif yang harus dipilih sebagai landasan atas tindakan yang

harus dilaksanakan (Assauri, 1980).

G. Analisa Finansial

Analisis kelayakan adalah analisa yang ditujukan untuk meneliti suatu

proyek layak atau tidak layak untuk proses tersebut harus dikaji, diteliti dari

beberapa aspek tertentu sehingga memenuhi syarat untuk dapat berkembang atau

tidak (Samsudin, 1987).

Menurut Susanto dan Saneto (1994), beberapa parameter yang sering

digunakan dalam analisa finansial antara lain : analisa nilai uang dengan metode

Net Present Value (NPV), Rate of Return dengan metode Internal Rate of Return

(IRR), Break Event Point (BEP) dan Payback Periode.

1. Break Event Point(Titik Impas) (Susanto dan Saneto,1994)

Suatu studi kelayakan merupakan pekerjaan membuat ramalan atau

taksiran yang didasarkan atas angapan-anggapan yang tidak selalu bisa dipenuhi.

Konsekuensinya ialah bisa terjadi penyimpangan-penyimpangan. Salah satu

penyimpangan itu ialah apabila pabrik berproduksi dibawah kapasitasnya. Hak ini

menyebabkan pengeluaran yang selanjutnya mempengaruhi besarnya keuntungan

Suatu analisis yang menunjukkan hubungan antara keuntungan, volume

produksi dan hasil penjualan adalah penentuanBreak Event Point(BEP). Break

Event Point adalah suatu keadan tingkat produksi tertentu yang menyebabkan

besarnya biaya produksi keseluruhan sama dengan besarnya nilai atau hasil

penjualan. Jadi pada keadaan tersebut perusahaan tidak mendapat keuntungan

juga tidak mengalami kerugian.

Untuk memperoleh keuntungan maka usaha tersebut harus ditingkatkan dari

penerimaanya harus berada di atas titik tersebut. Penerimaan dari penjualan dapat

ditingkatkan melalui 3 cara, yaitu menaikkan harga jual perunit, menaikkan volume

(27)

Pernentuan BEP dapat dikerjakan secara aljabar atau grafik. Dalam

penentuan BEP secara aljabar didasarkan atas hubungan antara nilai penjualan,

biaya produksi keseluruhan (biaya tetap + biaya tidak tetap) dan volume produksi.

Perhitungan BEP dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :

BEP =

Keterangan :

Po : Produk pulang / pokok

FC : Biaya tetap (th)

VC : Biaya tidak tetap persatuan produk (Rp)

BEP : Titik Impas

Rumus – rumus untuk mencari titik impas adalah sebagai berikut :

a. Biaya Titik Impas

BEP (Rp ) = Biaya Tetap

1− ( biaya tidak tetap/ )

b. Presentase Titik Impas

BEP =

( )

X 100%

c. Kapasitas Titik Impas

Kapasitas titik impas adalah jumlah produksi yang harus dilakukan untuk

mencari titik impas. Rumus kapasitas titik impas sebagai berikut :

Kapasitas titik impas = Prosentase titik impas x Kapasitas Produksi.

2. Net Present Value (NPV)(Susanto dan Saneto, 1994)

Net Present Value(NPV) merupakan selisih antara nilai investasi saat

sekarang dengan nilai penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Suatu

proyek dapat dipilih bila NPV > 0. NPV dapat ditujukan dengan persamaan sebagai

(28)

Rumus perhitungan NPV adalah sebagai berikut :

NPV =

Σ

Bt

Ct

( 1 + I) ¹

Keterangan :

Bt = Benefit sosial kotor sehubungan dengan suatu proyek pada tahun t

Ct = Biaya sosial kotor sehubungan dengan proyek pada tahun t

t= 1, 2,3,….,n

n = Umur ekonomis dari suatu proyek

i = Suku bunga bank

3. Payback Periode (PP) (Susanto dan Saneto, 1994)

Merupakan perhitungan jangka waktu yang dibutuhkan untuk pengambilan

modal yang ditanam pada proyek. Nilai tersebut dapat berupa prosentase maupun

waktu (baik tahun maupun bulan). Payback Periode tersebut (<) nilai ekonomis

proyek. Untuk industri pertanian diharapkan nilai tersebut lebih kecil 10 tahun atau

sedapat mungkin kurang dari 5 tahun.

Kriteria ini memberikan bahwa proyek akan dipilih jika mempunyai waktu

payback periode yang paling cepat.

Nilai harapan ditujukan pada persamaan sebagai berikut :

Pay back periode =

Keterangan :

I = Jumlah modal

Ab = Penerimaan bersih per tahun

4. Internal Rate Of Return (IRR) (Susanto dan Saneto, 1994)

Internal Rate Of Return merupakan tingkat bunga yang menunjukan

persamaan antar interval penerimaan bersih sekarang dengan jumlah investasi

(modal) awal dari suatu proyek yang dikerjakan. Kriteria ini memberika pedoman

(29)

berlaku, sedangkan bila IRR lebih kecil dari suku bunga yang berlaku maka proyek

tersebut dinyatakan tidak layak untuk dilaksanakan.

Rumus perhitungan IRR (Khane, 1978)

IRR = I′+ NVP′

NPV" + NPV′ ( I" + I′)

Keterangan :

NPV´ = NPV tahun yang akan datang

NPV´´ = NPV sekarang

I´ = Tingkat suku bunga sekarang

I´´ = Tingkat suku bunga tahun yang akan datang

5. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C Ratio) (Susanto dan Saneto, 1994)

Gross benefit cost ratio adalah merupakan perbandingan antara penerimaan

kotor dengan biaya kotor yang telah di present value (dirupiahkan sekarang)

Gross B/ C = ∑Bt/ ( 1 + i ) t

∑Ct/ ( 1 + i ) t

keterangan :

∑Bt/ ( 1 + i ) t : Pendapatan

∑Ct/ ( 1 + i ) t : Biaya produksi

H. Landasan Teori

Cookies adalah sejenis biskuit dari adonan lunak, berlemak tinggi, renyah,

dan bila dipatahkan penampang potongannya bertekstur kurang padat (Wijaya dan

Aprianita, 1992).Cookies pada umumnya berwarna coklat keemasan, permukaan

agak licin, bentuk dan ukurannya seragam, berwarna putih kekuningan, kering,

renyah dan ringan serta aroma yang menyenangkan.

Untuk menambah nilai nutrisi pada cookies, dilakukan substitusi tepung

terigu dengan kulit buah pepaya. Permasalahan yang timbul dalam pembuatan

cookies substitusi kulit buah pepaya adalah penurunan kandungan gluten sehingga

mempengaruhi tekstur cookies. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

mengatasi masalah tersebut adalah dengan menambahkan kuning telur. Kuning

telur yang digunakan pada pembuatan cookies ini berfungsi sebagai emulsifier, yang

(30)

remah dari pada menggunakan seluruh bagian dari telur.Karena adanya emulsifier

yang mempunyai peran dapat menghasilkan cookiesyang remah, renyah dan

memperbaiki tekstur (Manley, 1983).Disamping itu, kuning telur menambah nilai gizi

pada produk akhir, karena mengandung protein, lemakdan mineral.

Pada pembuatan cookies ini menggunakan bahan dari kulit buah pepaya.

Kulit buah pepaya dalam pembuatan cookies dimaksudkan untuk memanfaatkan

limbah kulit buah pepaya yang belum dimanfaatkan secara maksimal sebagai

sumber alternatif bahan pangan bernutrisi tinggi, sedangkan nutrisi yang ada dalam

kulit pepayakurang lebih sama dengan yang terdapat pada daging buahnya antara

lain ; beta karoten, serat dan antioksidan yang tinggi.

Bahan untuk membuat cookies terdiri dari tepung terigu, air, susu bubuk,

gula shortening / margarin, bahan pengembang dan kuning telur. Keempukan dan

kelembutan kue ditentukan terutama oleh tepung terigu, gula dan lemak (Manley,

1983). Proses pembuatan cookies meliputi adonan, pencetakan adonan dan

pemanggangan. Selama pernanggangan, panas yang ditimbulkan akan

menyebabkan perubahan kimia dan fisik dalam komponen sistem adonan yang

menghasilkan struktur yang stabil dengan sifat-sifat aroma, tekstur, cita rasa yang

diinginkan (Manley, 1983).

Bahan-bahan yang berperan penting dalam membentuk sifat-sifat cookies

atau kue keringkhususnya sifat fisik dan cita rasa antara lain tepung, telur dan bahan

pengembang. Jenis tepung yang digunakan untuk cookies biasanyaadalah terigu

lunak dengan kadar protein 8 - 10 persen (di pasaran dikenaldengan istilah soft

wheat atau terigu lunak). Jumlah dan mutu gulaberpengaruh terhadap tekstur.

penampakan, dan cita rasa produk akhir. Gulahalus paling baik digunakan untuk

membuat cookies. Jumlah gula harus pasuntuk menjamin hasil yang diinginkan yaitu

lembut dan tidak keras. (Subagjo, 2007).

I. Hipotesa

Diduga subtitusi kulit buah pepayadan pada penambahan kuning telur

(31)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisa Pangan, Kimia Pangan, dan

laboratorium Uji Inderawi Program Studi Teknologi Pangan UPN “Veteran” Jatim

Surabaya dan dilakukan pada bulan Januari 2013.

B. Bahan-Bahan

Bahan-bahanyang digunakan dalam penelitian pembuatan cookies

diantaranya adalah buah pepaya yang diambil kulit buahnya saja yang dibeli dari

penjual buah pepaya di pasar Manukan Lor, Surabaya. Serta bahan-bahan lainnya

antara lain : Tepung terigu berprotein tinggi, pengembang, susu skim, gula halus,

shortening, dan telur yang diperoleh dari toko kue dipasar Sopoyono, Surabaya.

Bahan untuk analisa kimia adalah aquadest, larutan K2SO4 10%, 200 ml lar

NaOH, 200 ml lar H2SO4, alkohol 95%, HCl 0,01 N, metilen blue 0,2%, larutan

NaOH-Na2S2O2,, HCl 0,02 N.

C. Alat – alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain pisau, panci, wadah

untuk mencuci, blender, loyang, dan pencetak cookies. Pengaduk, mixer dan oven.

Peralatan untuk analisa yaitu, erlenmeyer, gelas ukur, tabung reaksi, kertas

saring, oven, pengaduk, penangas air, pendingin balik, soxllet, pipet, alat destilasi,

pendingin tegak, kondenser, labu kjeldahl.

D. Metode Penelitian

1. Rancangan Percobaan

Dalam penelitian ini digunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial

dengan dua faktor dan tiga kali ulangan, selanjutnya dilakukan analisis sidik ragam,

(32)

Menurut Gasperz (1994), model matematika untuk percobaan faktorial yang

terdiri dari dua faktor dengan menggunakan dasar Rancangan Acak Lengkap adalah

sebagai berikut :

Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + εij ; i = 1,...a

j = 1,...b

k = 1,...c

Keterangan :

Yijk : Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang

memperoleh kombinasi perlakuan ij (taraf ke-I dari faktor A

dan taraf ke-j dari faktor B).

μ : Nilai tengah populasi (rata-rata sesungguhnya)

αi : Pengaruh aditif taraf ke-i dari faktor A

βj : Pengaruh aditif taraf ke-j dari faktor B

(αβ)ij : Pengaruh interaktif taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari

faktor B

εij : Pengaruh galat dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh

kombinasi perlakuan ij

2. Peubahan yang digunakan

a. Peubah berubah

Faktor I. Substitusi kulit buah pepaya terhadap tepung terigu

A1 =10%

A2 = 20 %

A3 =30 %

Faktor II. Penambahan Kuning Telur.

B1 =5 gr

B2 =10 gr

B3 =15 gr

Dari hasil kombinasi dua faktor tersebut diperoleh sembilan perlakuan

(33)

Tabel 4. Kombinasi perlakuan antara faktor A dan faktor B

B

A

B1 B2 B3

A1 A1B1 A1B2 A1B3

A2 A2B1 A2B2 A2B3

A3 A3B1 A3B2 A3B3

Keterangan :

A1B1 = Substitusi kulit pepaya 10% dan Penambahan kuning telur5%

A1B2 = Substitusi kulit pepaya 10% dan Penambahan kuning telur 10%

A1B3 = Substitusi kulit pepaya 10% dan Penambahan kuning telur 15%

A2B1 = Substitusi kulit pepaya20% dan Penambahan kuning telur 5%

A2B2 = Substitusi kulit pepaya20% dan Penambahan kuning telur 10%

A2B3 = Substitusi kulit pepaya20% dan Penambahan kuning telur 15%

A3B1 = Substitusi kulit pepaya30% dan Penambahan kuning telur 5%

A3B2 = Substitusi kulit pepaya30% dan Penambahan kuning telur 10%

A3B3 = Substitusi kulit pepaya30% dan Penambahan kuning telur 15%

b. Peubah tetap.

1. Berat gula halus : 34 gram

2. Berat shortening : 32 gram

3. Berat soda kue : 0,45 gram

4. Berat bubuk skim : 2 gram

5. Total berat substitusi dan tepung : 100 gram

6. Pemanggangan (Suhu) : 180 °C

7. Waktu oven (t) : 15 menit

8. Telur : 1 butir kuning telur

(34)

3. Parameter yang diamati

Parameter yang diamati pada penelitin ini adalah :

1. Bahan Awal (Kulit buah pepaya)

• Kadar air metode oven (Soedarmadji, dkk., 1989) • Kadar serat metode gravimetri (Sudarmadji, 1997)

• ß Karotenmetode Column chromatography(AOAC, 2001)

2. Cookies

• Kadar air metode oven (Soedarmadji, dkk., 1989) • Kadar serat metode gravimetri (Sudarmadji, 1997)

• Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH (Rohman dan Riyanto, 2005):

• ß Karoten metode Column chromatography (AOAC, 2001) • Kadar lemak Metode Soxhlet Extraction(AOAC, 1988)

• Uji Organoleptik yang meliputi tekstur, rasa dan warna dengan menggunakan skala hedonik. (Setyaningsih, dkk. 2010).

4. Prosedur Penelitian

a. Pembubur kulit pepaya.

Tahap pembuatan bubur kulit buah pepaya diawali dengan beberapa

tahapan yaitu: sortasi dan penimbangan, pencucian, pengecilan ukuran,

penggilingan dan penirisan.

1. Kulit buah pepaya disortasi dan dicuci proses ini bertujuan untuk

memperoleh kulit buah pepaya yang utuh tanpa adanya luka atau cacat.

2. Penimbang kulit buah pepaya /100gr.

3. Pengecilan ukuran kulit buah pepaya ini bertujuan agar pada proses

penggilingan kulit buah pepaya menjadi mudah.

4. Penambahan air sebanyak 50gr.

5. Penggilingan kulit buah pepaya selama ± 10menit.

Adapun diagram alir proses pembuburan kulit buah pepaya(Carica Papaya

(35)

Gambar1.Diagram alir pembuburan kulit buah pepaya Kulit buah pepaya

Penambahan Air Penimbangan/ 100gr

Penggilingan menggunakan blander selama ± 10menit

Bubur kulit buah pepaya Sortasi

Analisa :

- Kadar air - Kadar serat - ß Karoten Pencucian

(36)

b. Proses pembuatan cookies.

Tahap pembuatan cookies diawali dengan beberapa tahapan yaitu:

penimbangan, pencampuran tepung terigu substitusi kulit buah pepaya,

pengandukan, penambahan kuning telur, pencetakan, dan pemanggangan.

1. Penimbangan bahan-bahan sesuai dengan ketentuan.

2. Substitusi tepung terigu :kulit buah pepaya yang telah dibubur( 90 : 10, 80

: 20, dan 70 : 30)

3. Pencampuran dan pengadukan terhadap tepung terigu :kulit buah

pepaya,shortening, gula halus, susu skim sampai membentuk krim

selanjutnya ditambahkan soda kue.

4. Penambahan kuning telur dan konsentrasi dari kuning telur pada adonan

lalu aduk sampai homogen. kuning telur ( 5 gr, 10 gr, dan 15gr).

5. Pencetakan adonan sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

6. Peletakan adonan diatas loyang yang sebelumnya telah diolesi margarin.

7. Pemanggangan dengan oven selama 160 - 180°C selama 15menit..

8. Cookiesyang dihasilkan dilakukan analisa terhadap Kadar air,ß Karoten,

Aktivitas antioksidan, Kadar serat, Kadar lemak dan Uji organoleptik

(warna, rasa dan tekstur).

Adapun diagram alir proses pembuatan cookies dengan substitusi kulit buah

(37)

• Kadar air • Kadar serat • Kadar β

karoten

Berat kuning telur 5 gr, 10 gr, 15 gr

Pengadukan (Pencampuran 1)

Pencetakan adonan

Pemanggangan

Suhu t = 180°C, selama 15 menit Pencampuran 2

Tepung terigu+ Bubur kulit buah pepaya (90 : 10) (80 : 20) (70 : 30)

Gula halus 34 gr

Shortening 32 gr

Soda kue 0,45 gr

Susu skim 2 gr

Cookies Analisa:

• Kadar air • Kadar serat • Sifat organoleptik • Antioksidan • Kadar β karoten • Kadar lemak Gambar 2. Diagram alir pembuatan cookiessubtitusi kulit buah pepaya penambahan

(38)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisa Bahan Awal

Pada awal penelitian dilakukan analisa bahan awal kulit buah pepaya dan

tepung terigu yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil analisa bahan baku kulit buah pepaya

Komponen Kulit pepaya

Kadar air (%)

Beta karoten (ug/100 g)

Kadar serat (%)

70,181

553,797

8,940

Hasil analisa bahan awal menunjukkan bahwa kulit buah pepaya

mengandung kadar air 70,181%, beta karoten 553,797 ug/100g, dan kadar serat

sebesar 8,940%. Sedangkan kandungan kulit buah pepaya yang telah ditepungkan

memiliki kandungan nutrisi kadar serat sebesar 2,39% (Permana, 2007), kandungan

beta karoten pada buah pepaya masak memiliki kandungan sebesar 276 (ug/100g)

dan kandungan air sebesar 86,7% (Rhukmana,1995).

B. Hasil Analisa Produk Cookies Dengan Substitusi Kulit Buah Pepaya

1. Kadar Air

Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 3) menunjukkan bahwa terdapat

interaksi yang nyata (p≤ 0,05) antara perlakuan substitusi kulit pepaya dan

penambahan kuning telur terhadap nilai kadar air cookies kulit pepaya. Rerata kadar

air dengan perlakuan substitusi kulit pepaya dengan penambahan kuning telur dapat

(39)

Tabel 6. Nilai rata-rata kadar air cookies dengan perlakuan substitusi kulit buah pepaya penambahan kuning telur.

Kulit buah

Keterangan :Nilai rata-rata yang didampingi huruf yang berbeda menyatakan terdapat perbedaan yang nyata (p≤ 0,05)

Pada Tabel 6, menunjukkan bahwa rata-rata kadar air cookies berkisar

antara 2,330% - 2,823%. Perlakuan substitusi kulit buah pepaya 30% dan

penambahan kuning telur (15gr) memberikan hasil kadar air cookies tertinggi

(2,823%), sedangkan perlakuan substitusi kulit buah pepaya 10% dan penambahan

kuning telur (5gr) memberikan hasil kadar air cookies terendah (2,330%).

Pengaruh perlakuan substitusi kulit pepaya dengan penambahan kuning telur terhadap kadar air cookies ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3.Pengaruh perlakuan substitusi kulit pepaya dengan penambahan kuning telur terhadap kadar air cookies.

y = 0,065x + 2,283

t erigu:k.pepaya 90:10 terigu:k.pepaya 80:20 t erigu:k.pepaya 70:30

(40)

Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin tinggi substitusi kulit pepaya dan

semakin tinggi penambahan kuning telur maka kadar air cookies semakin

meningkat. Hal ini disebabkan karena kulit buah pepaya banyak mengandung serat

dan kuning telur banyak mengandung lisitin yang merupakan lipoprotein yang

bersifat mengikat air yang tinggi.

Menurut (Winarno,1997), Serat makanan memiliki sifat-sifat umum, antara

lain bentuk molekul dengan polimer yang berukuran besar, struktur yang kompleks,

banyakmengandung gugus hidroksil dan memiliki kapasitas pengikat air yang

besar.Lesitin dalam kuning telur juga berfungsisebagai emulsifier yang

memilikikemampuan untuk mengikat air dan lemak lesitinterdapat dua gugus yang

berbeda yaituikatan hidrofilik dan ikatan hidrofobik(Suharto, 1987).

2. β-Karoten

Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 4), dapat diketahui bahwa

terdapat interaksi yang nyata (p≤ 0,05) terhadap kadar β-karoten cookies substitusi

kulit pepaya dan penambahan kuning telur. Nilai rerata kadar β-karoten dengan

perlakuan substitusi kulit buah pepaya dan penambahan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Nilai rerata kadar β-karoten dari perlakuan substitusi kulit buah pepaya

(41)

Pada Tabel 7, menunjukkan bahwa rata-rata kadar β-karoten cookies

berkisar antara 12,405 – 20,665 µg/100g. Perlakuan substitusi kulit buah pepaya

30% dan penambahan kuning telur (15gr) memberikan hasil kadar β-karoten cookies

tertinggi yaitu 20,665 µg/100g, sedangkan perlakuan substitusi kulit buah pepaya

10% dan penambahan kuning telur (5gr) memberikan hasil kadar β-karoten cookies

terendah 12,405 µg 100g.

Pengaruh perlakuan substitusi kulit pepaya dengan penambahan kuning telur terhadap β-karoten cookies ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Pengaruh perlakuan substitusi kulit buah pepaya dengan penambahan kuning telur terhadap kadar β-karoten cookies.

Gambar 4 menunjukkan bahwa dengan semakin tinggi substitusi kulit buah

pepaya dan kuning telur maka kandungan β-karoten cookiesakan semakin

meningkat. Hal ini disebabkan karena kulit buah pepaya dan kuning telur banyak

mengandung β-karoten.

β-karotenbanyak ditemukan pada sayuran dan buah-buahanyang berwarna

kuning jingga, seperti ubi jalar, pepaya, labu kuning dan manggamaupun pada

sayuran yang berwarna hijau seperti bayam, kangkung(Astawan dan Andreas,

2008). Penelitian Kandlakunta, et al. (2008), menyatakan bahwa kandungan

β-karotenpada daging buah pepaya masak sebesar 276µg/100g danpada kuning telur

y = 0,831x + 11,50

t erigu:k.pepaya 90:10 terigu:k.pepaya 80:20 t erigu:k.pepaya 70:30

(42)

juga dikemukakan karotenoid dalam jumlah yang banyak yaitu sebesar

50,525±3,184 µg/g. (Gross,1991)

3. Aktivitas Antioksidan

Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 4), dapat diketahui bahwa

terdapat interaksi yang nyata (p≤ 0,05) terhadap aktivitas antioksidan cookies

substitusi kulit buah pepaya dan penambahan kuning telur. Nilai rerata aktivitas

antioksidan pada perlakuan substitusi kulit buah pepaya dan penambahan kuning

telur dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8.Nilai rerata aktivitas antioksidan dari perlakuan substitusi kulit buah pepaya dan penambahan kuning telur.

Kulit buah

Keterangan : Nilai rata-rata yang didampingi dengan huruf berbeda menyatakan perbedaan yang nyata (p≤ 0,05).

Pada Tabel 8, menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas antioksidan pada

cookies berkisar antara 20,622% - 30,311%. Perlakuan substitusi kulit buah pepaya

30% dan penambahan kuning telur 15 gr memberikan hasil aktivitas antioksidan

cookies tertinggi (30,311%), sedangkan perlakuan substitusi kulit buah pepaya 10%

dan penambahan kuning telur 5 gr memberikan hasil aktivitas antioksidan cookies

(43)

Pengaruh perlakuan substitusi kulit pepaya dengan penambahan kuning telur terhadap aktivitas antioksidan cookies ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5.Pengaruh perlakuan substitusi kulit buah pepaya dengan penambahan kuning telur.

Dari Gambar 5, dapat dilihat bahwa semakin tinggi substitusi kulit buah

pepaya dan semakin banyak penambahan kuning telur maka semakin tinggi

aktivitas antioksidannya. Hal ini dikarenakan kulit buah pepaya dan kuning telur

memiliki kandungan antioksidan.

Lokapirnasari, ( 2001) menyatakan, pepaya merupakan salah satu tanaman

sebagai sumber antioksidan, baik daun pepaya, buah pepaya maupun biji buah

pepaya. Menurut Winarno (1997), antioksidan alami antara lain tokoferol, lesitin,

fosfatida, sesamol, gosipol, dan asam askorbat. Yang dimana kuning telur banyak

mengandung lipoprotein dan fosfolipid seperti lesitin.

4. Kadar Serat

Hasil analisis ragam (Lampiran 6), menunjukkan bahwa tidak terdapat

interaksi yang nyata (p≤ 0.05) antara perlakuan substitusi kulit buah pepaya dengan

penambahan kuning telur. Perlakuan substitusi kulit buah pepaya berpengaruh

y = 1,333x + 19,64

t erigu:k.pepaya 90:10 terigu:k.pepaya 80:20 t erigu:k.pepaya 70:30

(44)

nyata (p≤ 0.05) terhadap kadar serat cookies, sedangkan penambahan kuning telur

tidak berpengaruh nyata. Rerata kadar serat cookies dengan perlakuan substitusi

kulit buah pepaya dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Perlakuan substitusi kulit buah pepayaterhadap kadar serat cookies

Kulit pepaya (%) Rata-rata kadar serat (%) Notasi DMRT 5% Pada Tabel 9, menunjukkan bahwa dengan semakin banyak substitusi kulit

buah pepaya maka kadar serat cookies semakin tinggi . Hal ini disebabkan karena

kadar serat bahan baku awal kulit buah pepaya 8,940% (hasil analisa) lebih tinggi

daripada tepung terigu yang memiliki kandungan serat sebesar 2,603% (hasil

analisa).

Tabel 10. Pengaruh penambahan kuning telur terhadap kadar serat cookies

Perlakuan penambahan kuning telur (gr)

Rata-rata kadar serat (%) Notasi

5

Pada Tabel 10. Penambahan kuning telur pada masing-masing tingkat

substitusi kulit buah pepaya menunjukkan bahwa tidak berpengaruh nyata terhadap

kadar serat cookies. Hal ini disebabkan karena kuning telur tidak mengandung serat,

sehingga penambahan kuning telur tidak berpengaruh terhadap kadar serat cookies

yang dihasilkan.

5. Kadar Lemak

Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 7), menunjukkan bahwa antara

perlakuan menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang nyata (p≤ 0.05) antara

perlakuan substitusi kulit buah pepaya dengan penambahan kuning telur. Perlakuan

substitusi kulit buah pepaya berpengaruh nyata (p≤ 0.05) terhadap kadar lemak

cookies. Rerata kadar lemak cookies dengan perlakuan substitusi kulit buah pepaya

(45)

Tabel 11. Nilai rerata kadar lemak dari perlakuan substitusi kulit buah pepayadan Keterangan : Nilai rata-rata yang didampingi dengan huruf berbeda menyatakan

perbedaan yang nyata (p≤ 0.05).

Pada Tabel 11, menunjukkan bahwa rata-rata kadar lemak cookies berkisar

antara 9,620% - 14,696%. Perlakuan substitusi kulit buah pepaya 30% dan

penambahan kuning telur 15 gr memberikan hasil kadar lemak cookies tertinggi

(14,696%), sedangkan perlakuan substitusi kulit buah pepaya 10% dan

penambahan kuning telur 5 gr memberikan hasil kadar lemak cookies terendah

(9,620%).

Pengaruh perlakuan substitusi kulit pepaya dengan penambahan kuning telur terhadap kadar lemak cookies ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Pengaruh perlakuan substitusi kulit buah pepaya dengan penambahan kuning telur terhadap kadar lemak cookies.

y = 0,375x + 9,365

t erigu:k.pepaya 90:10 terigu:k.pepaya 80:20 t erigu:k.pepaya 70:30

(46)

Gambar 6. Menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan kulit buah

pepaya dan kuning telur maka kadar lemak cookies juga akan meningkat. Hal ini

disebabkan karena kulit buah pepaya dan kuning telur memiliki kandungan lemak

yang relatif tinggi.

Hal ini didukung pendapat Permana, (2007), Kandungan lemak pada kulit

buah pepaya pada kondisi kering atau telah ditepungkan sebesar 8,87%. Demikian

juga pendapat (Sultan,1983), kuning telur mengandung protein dan lemak yang

relatif tinggi yaitu sebesar 16,3% sampai 31,9%.

C. Hasil Uji Organoleptik

Kualitas bahan pangan dapat diketahui dengan tiga cara yaitu kimiawi, fisik,

dan sensorik. Diterima tidaknya produk pangan oleh konsumen banyak ditentukan

oleh faktor mutu terutama mutu organoleptik. Sifat organoleptik adalah sifat bahan

yang dimulai dengan menggunakan indera manusia yaitu indera penglihatan,

pembau, dan perasa. Sifat organoleptik cookies yang diuji meliputi tekstur, warna,

dan rasa. Penelitian cookies yang dihasilkan diujikan secara organoleptik meliputi:

1. Kesukaan Rasa

Rasa merupakan parameter yang sangat menentukan kualitas dari bahan

makanan, namun setiap orang mempunyai penilaian yang berbeda-beda terhadap

rasa dari suatu bahan makanan. Menurut Winarno (1992), rasa yang dipengaruhi

oleh beberapa faktor diantaranya konsentrasi dan interaksi dengan komponen lain.

Hasil analisis (Lampiran 8), menunjukkan bahwa perlakuan substitusi kulit

buah pepaya dengan penambahan kuning telur berpengaruh nyata terhadap

kesukaan rasa cookies. Jumlah rangking kesukaan panelis terhadap cookies dapat

(47)

Tabel 12. Jumlah ranking kesukaan rasa pada produk cookies.

Kulit buah pepaya (%)

Penambahan kuning telur (gr) Jumlah ranking rasa

10 5

Ket: semakin besar nilai semakin disukai.

Dari Tabel 12, menunjukkan bahwa jumlah ranking kesukaan panelis

terhadap rasa cookies adalah 78,5 – 91. Perlakuan substitusi kulit buah pepaya 20%

(tepung terigu 80%) dan penambahan kuning telur 15 gr dengan tingkat kesukaan

tertinggi, sedangkan perlakuan substitusi kulit buah pepaya 10% (tepung terigu

90%) dan penambahan kuning telur 5 gr dengan tingkat kesukaan rasa terendah.

Tepung terigu yang cenderung banyak dan penambahan kuning telur yang sedikit

menimbulkan rasa yang tidak gurih dan hambar pada cookies, sehingga kurang

disukai oleh panelis. Sedangkan pada substitusi kulit buah pepaya (20%) dengan

penambahan kuning telur 15 gr kesukaan panelis cenderung meningkat.

Padaperlakuan tersebut merupakan kombinasi yang tepat sehingga dikehendaki

panelis dan dengan rasa manis (tidak terlalu manis/terlalu hambar). Selain itu

penambahan kuning telur yang tinggi yaitu 15 gr berpengaruh terhadap

meningkatnya rasa gurih pada cookies.

Menurut Winarno (1997), penyebab terjadinya peningkatan rasa gurih dari

suatu produk ditentukan oleh besarnya kandungan protein dan lemaknya.

2. Kesukaan Warna

Produk pangan yang memiliki warna yang menarik akan berpeluang besar

untuk dibeli konsumen. Pengaruh warna terhadap penerimaan konsumen

merupakan salah satu pelengkap kualitas yang penting sehingga dapat

(48)

Hasil analisis Friedman (Lampiran 9), menunjukkan bahwa perlakuan

substitusi kulit buah pepaya dengan penambahan kuning telur berpengaruh nyata

terhadap kesukaan warna cookies. Jumlah rangking kesukaan panelis terhadap

cookies dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Jumlah ranking kesukaan warna pada produk cookies.

Kulit buah pepaya(%) Penambahan kuning telur (gr) Jumlah ranking warna

10 Ket: semakin besar nilai semakin disukai.

Pada Tabel 13, menunjukkan bahwa jumlah ranking kesukaan panelis

terhadap warna cookies adalah 44 – 122,5. Perlakuan substitusi kulit buah pepaya

10% (tepung terigu 90%) dan penambahan kuning telur 5 gr dengan tingkat

kesukaan terendah, sedangkan perlakuan substitusi kulit buah pepaya 30% (tepung

terigu 70%) dan penambahan kuning telur 15 gr dengan tingkat kesukaan tertinggi.

Hal ini dikarenakan kandungan beta karoten yang ada pada kulit buah pepaya lepas

pada proses pengovenan, sehingga warna yang didapat pada cookies substitusi

kulit buah pepaya 30% (tepung terigu 70%) dengan penambahan kuning telur 15 gr

mendapatkan warna coklat yang dikehendaki oleh panelis. Selain itu pengaruh

jumlah kuning telur dapat mempengaruhi warna cookies yang dihasilkan (Faulia,

2005).Warn yang ditimbulkan setelah proses pengolahan cookies disebabkan

proses pengovenan karena adanya proses Maillard, menurut Winarno,(2002), hasil

reaksi Maillard menghasilkan bahan berwarna coklat yang dikehendaki, apabila

terlalu coklat menjadi pertanda penurunan mutu.

Menurut Faulia (2005). Kuning telur memiliki zat pemberi warna yaitu pigmen

kuning dari xantofil, lutein, beta-karoten, dan kriptoxantin. Dapat mempengaruhi

produk makanan yang dicampur sehingga akan menhasilkan warna kuning

(49)

3. Kesukaan Tekstur

Berdasarkan uji friedman (Lampiran 10), menunjukkan bahwa perlakuan

substitusi kulit buah pepaya dengan penambahan kuning telur berpengaruh nyata

terhadap kesukaan tekstur cookies. Jumlah rangking kesukaan panelis terhadap

cookies dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Jumlah ranking kesukaan tekstur pada produk cookies.

Kulit buah pepaya (%) Penambahan kuning telur (gr) Jumlah ranking tekstur

10 Ket: semakin besar nilai semakin disukai

Pada Tabel 14 menunjukkan jumlah ranking panelis terhadap tekstur cookies

adalah 73,5 – 99,5. Perlakuan substitusi kulit buah pepaya 10% (tepung terigu 90%)

dan penambahan kuning telur 15 gr dengan tingkat kesukaan tertinggi, hal ini

sekarenakan tepung terigu mengandung glutendan kuning telur banyak

mengandunglesitin, sehingga mempunyai kemampuanuntuk mengikat air, setelah

dipanggang airakan menguap dan akan terbentuk rongga sehingga cookies yang

dihasilkan lebihrenyah. Perlakuan substitusi kulit buah pepaya 30% (tepung terigu

70%) dan penambahan kuning telur 5 gr dengan tingkat kesukaan terendah. Hal ini

disebabkan kandungan adanya penurunan kandungan gluten pada cookies subtitusi

kulit buah pepaya 30% sehingga mempengaruhi tektur cookies.

Penambahan kuning telur juga dapat memempengaruhi tekstur dari cookies,

dimana semakin tinggi penambahan kuning telur terhadap bahan maka tekstur

cookiesakan semakin disukai. Hal ini disebabkan karena kuning telur mengandung

protein berupa lesitin yang bersifat emulsifier yaitu dapat mendistribusikan lemak

keseluruh bagian adonan sehingga akan memperbaiki tekstur cookies yang remah

dan mempunyai peranan sebagai stabilisasi emulsi yang terjadi antara lemak dan air

(50)

D. Analisis Keputusan

Mutu suatu bahan pangan dapat diketahui berdasarkan tiga sifat yaitu kimia,

fisik dan organoleptik. Diterima tidaknya bahan atau produk pangan oleh konsumen

lebih banyak ditentukan oleh faktor sifat organoleptik, karena berhubungan langsung

dengan selera konsumen (Mangkusubroto, 1997)

Data – data yang diperlukan untuk analisis keputusan adalah aspek kuantitas

dan aspek kualitas. Aspek kuantitas meliputi kadar air, beta karoten, aktivitas

antioksidan, kadar serat, dan kadar lemak sedangkan aspek kualitas meliputi uji

kesukaan rasa, warna dan tekstur.

Dari masing – masing data tersebut dicari perlakuan yang terbaik. Dari

parameter kimia dan fisik dan organoleptik terhadap tingkat kesukaan rasa, warna,

dan tekstur maka nilai rata – rata terbaik didapatkan pada perlakuan substitusi kulit

buah pepaya 30 gr ( tepung terigu 70 gr) dan penambahan kuning telur 15 gr. Dari

hasil tersebut, maka perlakuan merupakan produk yang paling disukai dan dapat

diterima oleh konsumen.

Hasil analisa kadar air, beta karoten, aktifitas antioksidan, kadar lemak, dan

kadar serat, dan uji organoleptik (rasa, warna dan tekstur) ini dapat dilihat pada

Lampiran 11. Yang dimana kedua hasil analisa ini akan dijadikan acuan untuk

menentukan cookies dengan mutu yang layak dikonsumsi oleh konsumen. Alternatif

ini selanjutnya akan dilanjutkan dengan analisis finansial.

Gambar

Tabel 1. Syarat Mutu Biskuit
Tabel 2.Komposisi kimia tepung terigu tiap 100 gram
Tabel 3. Kandungan nutrisi tepung kulit buah pepaya.
Tabel 4. Kombinasi perlakuan antara faktor A dan faktor B
+7

Referensi

Dokumen terkait