commit to user
i
LAPORAN TUGAS AKHIR
IMPLEMENTASI RENCANA KESIAPSIAGAAN
TANGGAP DARURAT DI PT PUPUK
KUJANG CIKAMPEK
Mahindra Hardinata R.0009060
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
commit to user
commit to user
iv
ABSTRAK
IMPLEMENTASI RENCANA KESIAPSIAGAAN TANGGAP DARURAT DI PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK
Mahindra Hardinata*), Widodo Prayitno*), Seviana Rinawati *)
Tujuan : Untuk mengetahui bagaimana implemetasi rencana kesiapsiagaan
tanggap darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek Jawa Barat.
Metode : Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu
mengenai Implementasi rencana kesiapsiagaan tanggap darurat melalui observasi langsung ke lapangan, wawancara kepada karyawan dan pembimbing perusahaan serta studi kepustakaan Kemudian dibahas dan dibandingkan dengan Permenaker NO. PER-05/MEN/1996 mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan ISO 14001 tentang Sistem Manajemen Lingkungan.
Hasil : PT Pupuk Kujang merupakan suatu industri petrokimia yang mana dalam
kegiatan operasional produksinya menggunakan bahan baku berupa gas alam, air dan udara yang mana dalam proses produksi membutuhkan suhu dan tekanan yang tinggi sehingga berpotensi besar sewaktu-waktu dapat terjadi keadaan darurat seperti kebakaran, peledakan, dan kebocoran gas atau bahan kimia. Sehingga perlu adanya suatu sistem tanggap darurat sebagai upaya untuk mengendalikan dan menanggulangi apabila terjadi keadaan darurat, sehingga timbulnya kerugian dapat diminimalisasi dan upaya penyelamatan manusia serta aset-aset perusahaan dapat lebih efektif dan efisien. PT Pupuk Kujang membagi keadaan darurat menjadi tiga tingkatan yaitu keadaan darurat tingkat I, II, dan III. Dalam penerapannya diterapkan tiga buah yaitu prosedur kesiagaan keadaan darurat, prosedur penanggulangan keadaan darurat dan prosedur pemulihan pasca keadaan darurat dan juga instruksi kerja yang berhubungan dengan keadaan darurat. Kemudian dibahas dan dibandingkan drngan Permenaker NO. PER-05/MEN/1996 mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan ISO 14001 tentang Sistem Manajemen Lingkungan
Simpulan :. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa PT Pupuk Kujang
telah menerapkan prosedur maupun instruksi-instruksi kerja yang berkaitan dengan keadaan darurat dengan baik sesuai dengan Permenaker No. PER-05/MEN/1996 mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan ISO 14001 tentang Sistem Manajemen Ligkungan.
Kata kunci : Keadaan Darurat, Kesiapsiagaan Tanggap Darurat
1, 2
commit to user
v
ABSTRACT
IMPLEMENTATION PLAN READY PERCEPTIVE EMERGENCY AT PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK
Mahindra Hardinata*), Widodo Prayitno*), Seviana Rinawati*)
Purpose : To know how is implementation plan ready perceptive emergency at
PT Pupuk Kujanag Cikampek
Method : Method of the research uses descriptive method that is
implementation plan ready perceptive emergency with field observation, interview to worker and consultant of the firm and library study so discuss and comparison with Permenaker No. PER-05/MEN/1996 about Management Safety System and Health Worker and ISO 14001 about Environment Management System.
Result : PT. Pupuk Kujang is one petro chemistry industry that is production
operational activities uses material are natural gas, water and air they are production process that needs high temperature and pressure so it is high potential emergency condition like fire, explosion and gas leakage or chemistry material. So it need ready emergency system effort to control and prevent if they emergency condition happen, so the loss can minimal and effort to safe human and asset of the firm are more effective and efficient. PT. Pupuk Kujang divides emergency condition to be 3 levels they are emergency condition level I, II and III. They implementation are three procedure ready emergency condition, procedure prevent emergency condition and procedure dignification pasca emergency condition and also job direction relationship with emergency condition. So discuss and comparison with Permenaker NO. PER-05/MEN/1996 about Safety Management System and Health Work and ISO 14001 about Environment Management System.
Conclusion : From result of the research can conclusion is PT. Pupuk Kujang
implementation procedure, instructions work relationship with emergency condition is good and according with Permenaker No. PER-05/MEN/1996 about safety management system and Healt work system and ISO 14001 about environment management system.
Keyword: Emergency Condition, Ready Perceptive emergency.
1,2
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini sebagai tugas akhir dengan judul “Implementasi Rencana Kesiapsiagaan Tanggap Darurat
di PT Pupuk Kujang Cikampek Jawa Barat” dengan lancar.
Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan kelulusan dari pendidikan yang penulis tempuh di Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Disamping itu kerja praktek ini dilaksanakan untuk menambah wawasan guna mengenal, mengetahui, dan memahami mekanisme serta mencoba mengaplikasikan pengetahuan penulis dan mengamati permasalahan dan hambatan yang ada mengenai penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaan. Selain itu laporan ini juga diharapkan dapat wawasan dan ilmu pengetahuan pembaca.
Laporan magang ini disusun berdasarkan hasil pengamatan penulis selama melakukan magang dengan data dan informasi yang didapat dari karyawan, pembimbing lapangan, dosen dan literatur yang menunjang.
Penulis menyadari bahwa pembuatan laporan ini akan jauh dari kesempurnaan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu atas terlaksananya kegiatan magang ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan. dr. S.PD-KR-FINASIM selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
2. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes Selaku Ketua Pogram D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
3. Bapak Widodo Prayitno. Selaku Dosen Pembimbing I. 4. Ibu Seviana Rinawati, SKM. Selaku Dosen Pembimbing II.
5. Bapak-bapak dan Ibu-ibu staff pengajar dan karyawan/karyawati Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja.
6. Bapak Sumarna, selaku Superintendent KPK PT Pupuk Kujang yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan praktek kerja lapangan. 7. Bapak Dadi Setiadi, selaku pembimbing lapangan dan penguji. Terima kasih
banyak atas segala bimbingan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis baik moral maupun spiritual.
8. Bapak Asep Ridwan, Bp. Rahmat Rusyani, Bp. Ridwan Darmawan, Ibu Ida Rosida, Mas Abdurrohman, Mas Indradi, Mas Sayoga, Mas Indra, Mas Rady, Bp. Yoen Sutarya, Bp. Irfan, Mas April, Bp. Muhidin, Bp. Atim/ pak Tebe selaku anggota Bagian KPK dan Hiperkes PKC yang telah membantu dalam pengumpulan data dan penyusunan laporan penelitian.
commit to user
vii
dede, Mas Yudo, Mas Dery, Mas Ridwan,Mas Erwin, Mas Handri, Mas Hendra, Mas Frima, Mas Husny, Mas Ance, Mas Yogi, Mas Aziz, Mas Adi, Mas Anjas, Mas Ainur, Mas Heru, Mas Tri, Mas Cecep, Mas Ramdani, terimakasih atas bantuannya selama magang disana.
10.Teman-temanku seperjuangan dari UNS Yogi dan Artina serta teman seperjuangan pada saat magang Wulan, Atiek, Widya, Mas Arif, Rohendy, Ardiyansah, Bily, Abdhurrahman terimakasih atas dukungan dan bantuan kalian.
11.Teman-teman D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja angkatan 2009, teman-teman kos terimakasih atas dukungan dan doa kalian.
12.Bapak, Ibu, Mas Agus, Mas Didik, yang tercinta serta semua keluargaku yang tidak henti-hentinya mendo’akan dan telah memberikan dukungan moral, spiritual maupun material kepada penulis.
13.Serta semua pihak yang selalu mebantu penulis dalam segala hal sehingga penulis selalu konsisten dan semangat dalam menyelesaikan laporan ini.
Akhir kata penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna dan berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca, demi kemajuan Hiperkes dan penulis pada khususnya. Untuk itu saran dan masukan yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi kemajuan kita bersama, dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.
Surakarta, 09 Mei 2012 Penulis,
commit to user
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
4. Rencana Pemulihan Keadaan Darurat ... 25
5. Perubahan/ Perbaikan Berkelanjutan ... 38
B. Kerangka Pemikiran ... 40
BAB III METODE PENELITIAN ... 41
A. Metode Penelitian... 41
B. Lokasi Penelitian ... 41
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ... 41
commit to user
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Struktur Organisasi Keadaan Darurat
Lampiran 2 Tanda Keadaan Darurat
Lampiran 3 Area Potensi Bahaya dan Jalur Evakuasi
Lampiran 4 Laporan Pemeriksaan Fire Hydrant
Lampiran 5 Laporan Pemeriksaan Fire Hose Box
Lampiran 6 Laporan Pemeriksaan Hose Reel
Lampiran 7 Laporan Pemeriksaan Safety Shower
Lampiran 8 Laporan Pemeriksaan APAR
Lampiran 9 Laporan Pemeriksaan Gardu Darurat
Lampiran 10 Laporan Pemeriksaan Sprinkler
Lampiran 11 Daftar Lokasi Penempatan APAR
Lampiran 12 Daftar Lokasi Penempatan Fire Hydrant, Hose Reel, Hose Box
Lampiran 13 Daftar Lokasi Penempatan Kotak P3K
Lampiran 14 Daftar Lokasi Penempatan Safety Equipment
Lampiran 15 Laporan Pemeriksaan P3K
Lampiran 16 Laporan Pemeriksaan Fire Alarm System
Lampiran 17 Laporan Pemeriksaan Sliding Chute dan Tangga Darurat
Lampiran 18 Daftar Penempatan SCBA dan Botol Cadangan
Lampiran 19 Laporan Pelaksanaan Latihan Keadaan Darurat
Lampiran 20 Laporan Kegiatan Maintenance KPK
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat
dunia industri berlomba-lomba melakukan efisiensi dan meningkatkan
produktivitas dengan menggunakan alat-alat produksi yang semakin
kompleks. Akan tetapi penggunaan mesin-mesin modern dan canggih itupun
juga harus diwaspadai karena banyak potensi bahaya yang jika tidak
diwaspadai dan dikendalikan dapat menimbulkan bahaya ataupun kecelakaan
yang dapat merugikan tenaga kerja, perusahaan ataupun lingkungan sekitar.
Keadaan aman sepenuhnya tidak akan mungkin tercapai, hal ini
dikarenakan selalu terdapat kemungkinan faktor-faktor yang tidak dapat
diduga dan diperhitungkan. Oleh karena itu, di semua industri tidak cukup
bila hanya melalui perencanaan untuk keadaan operasi normal, tetapi juga
harus membuat perencanaan dan persiapan keadaan darurat. Tujuannya tidak
lain yaitu untuk meminimalisasi kerugian baik material maupun korban
manusia jika terjadi keadaan darurat di tempat kerja (Syukri Sahab, 1997).
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja saat ini menuntut sikap
proaktif. Walaupun telah diambil langkah pencegahan yang memadai,
kemungkinan terjadinya keadaan darurat di industri tidak dapat dihilangkan
sama sekali. Karena itu setiap industri harus mempunyai rencana dan
commit to user
ada, sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang menyebutkan bahwa
“Perusahaan harus memiliki prosedur untuk menghadapi keadaan darurat atau
bencana, yang diuji secara berkala untuk mengetahui keandalan pada saat
kejadian yang sebenarnya” (Syukri Sahab, 1997).
Dikarenakan setiap perusahaan mempunyai kewajiban untuk
mengupayakan terciptanya tempat kerja yang aman, nyaman, bebas dari
penyakit akibat kerja dan bahkan kecelakaan kerja, serta mampu memberi
kesempatan untuk menyelamatkan diri apabila terjadi suatu keadaan darurat
atau bencana. Hal ini diatur dalam Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja Bab III mengenai Syarat-syarat Keselamatan Kerja.
Suatu perencanaan keadaan darurat harus praktis, sederhana dan mudah
dimengerti. Oleh karena, rencana darurat menyangkut soal tindakan yang
perlu guna mengatasi risiko yang masih ada setelah semua tindakan
pencegahan yang sesuai dilakukan (Syukri Sahab, 1997).
Melihat bahwa PT Pupuk Kujang merupakan perusahaan petrokimia
yang memproduksi urea dengan bahan baku berupa gas alam, air dan udara.
Dimana dalam setiap proses produksinya menggunakan suhu dan tekanan
tinggi sehingga berpotensi sangat besar sewaktu-waktu dapat terjadi keadaan
darurat seperti kebakaran, kebocoran gas/bahan kimia, dan bahkan peledakan
dahsyat yang dapat mengancam kesehatan, keamanan, kenyamanan dan
keselamatan jiwa tenaga kerja serta lingkungan sekitar perusahaan bisa
commit to user
darurat meliputi kesiagaan terhadap keadaan darurat, penanggulangan
keadaan darurat dan bahkan pemulihan keadaan darurat.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin membahas lebih
lanjut mengenai implementasi rencana kesiapsiagaan tanggap darurat di PT
Pupuk Kujang Cikampek Jawa Barat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dibuat suatu rumusan masalah
yaitu
1. “Bagaimana implementasi rencana kesiapsiagaan tanggap darurat PT
Pupuk Kujang dalam menghadapi keadaan darurat di PT Pupuk Kujang
Cikampek”?
2. “Apakah implementasi rencana kesiapsiagaan tanggap darurat PT Pupuk
Kujang sudah sesuai untuk aturan yang telah berlaku” ?
3. “Apakah sudah cukup efektif terkait dengan implementasi rencana tenggap
darurat” ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui potensi bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya
keadaan darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek.
2. Untuk mendiskripsikan tingkatan keadaan darurat di PT Pupuk Kujang
commit to user
3. Untuk mendiskripsikan cara penanganan atau penanggulangan keadaan
darurat
4. Untuk mendiskripsikan implementasi rencana kesiapsiagaan tanggap
darurat dalam menghadapi keadaan darurat.
5. Untuk mendiskripsikan tindakan-tindakan yang dilakukan pada saat terjadi
keadaan darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek.
6. Untuk mendiskripsikan rencana pemulihan setelah terjadi bencana di PT
Pupuk Kujang Cikampek.
7. Untuk mendiskripsikan kendala-kendala yang mungkin dapat terjadi pada
pelaksanaan keadaan darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi :
1. Mahasiswa
a. Dapat mengetahui secara nyata penerapan ilmu yang didapat dari
bangku kuliah di suatu perusahaan.
b. Dapat menambah wawasan tentang sistem tanggap darurat di tempat
kerja.
c. Dapat mengetahui permasalahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
commit to user
2. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Dapat menambah referensi kepustakaan mengenai manajemen
tanggap darurat di lingkungan industri, serta dapat mengukur sejauh
mana kemampuan mahasiswa Diploma III Hiperkes dan Keselamatan
Kerja dalam menerapkan ilmu Keselamatan Kerja khususnya tentang
sistem tanggap darurat.
3. Perusahaan
Diharapkan dapat memperoleh masukan berupa saran sebagai bahan
evaluasi dan pertimbangan dalam meningkatkan penerapan sistem
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Definisi
a. Tempat Kerja
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
No.Per-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, yang dimaksud dengan tempat kerja adalah setiap
ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap,
dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau
sumber-sumber bahaya baik di darat, di dalam tanah, di permukaan
air, di dalam air maupun di udara yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Sedangkan menurut Undang-undang No. 1 tahun 1970 pasal 1,
ayat 1 Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang
sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan
dimana terdapat sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci
dalam pasal 2. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan,
lapangan halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian
commit to user
b. Potensi Bahaya (hazard)
Potensi bahaya merupakan suatu keadaan yang memungkinkan
atau berpotensi terhadap terjadinya kejadian kecelakaan berupa
cedera, penyakit, kematian, kerusakan atau kemampuan
melaksanakan fungsi operasional yang telah ditetapkan (Tarwaka,
2008).
c. Manajemen Bencana atau Keadaan Darurat
Manajemen bencana pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga
tingkatan yaitu
1) Manajemen insiden (tingkat lokasi)
Manajemen insiden adalah penanggulangan kejadian
dilokasi atau langsung ditempat kejadian. Penanggulangan ini
dilakukan oleh tim tanggap darurat yang dibentuk atau
petugas-petugas lapangan sesuai dengan keahlian masing-masing.
Penanggulangan bencana pada tingkat ini bersifat teknis.
2) Manajemen Darurat (tingkat unit atau tingkat daerah)
Manajemen darurat adalah upaya penanggulangan bencana
ditingkat yang lebih tinggi yang mengkoordinir lokasi kejadian.
3) Manajemen Krisis (tingkat nasional atau tingkat korporat)
Manajemen krisis adalah manajemen yang berada pada
tingkat paling tinggi, manajemen ini bersifat taktis dan strategis.
commit to user
dalam menghadapi suatu bencana atau keadaan darurat
(Soehatman Ramli, 2010).
d. Tahapan Manajemen Bencana atau Keadaan Darurat
Manajemen bencana merupakan suatu proses terencana yang
dilakukan untuk mengolah bencana dengan baik dan aman melalui
tiga tahapan sebagai berikut :
1. Pra Bencana
Tahapan manajemen bencana pada kondisi sebelum
kejadian atau pra bencana meliputi ; Soehatman Ramli (2010) :
a) Kesiagaan
Kesiagaan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengantipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna
berdaya guna.
Menbangun kesiagaan adalah unsur penting, namun
tidak mudah dilakukan karena menyangkut sikap mental
dan budaya serta disiplin ditengah masyarakat. Kesiagaan
adalah tahapan yang paling strategis karena sangat
menentukan ketahanan anggota masyarakat dalam
menghadapi datangnya suatu bencana.
b) Peringatan Dini
Langkah lainnya yang perlu dipersiapkan sebelum
commit to user
diperlukan untuk memberikan peringatan kepada
masyarakat tentang bencana yang akan terjadi sebelum
kejadian darurat atau bencana datang.
Peringatan dini disampaikan dengan segera kepada
semua pihak, khususnya mereka yang potensi tekena
bencana akan kemungkian datang didaerahnya
masing-masing. Peringatan didasarkan berbagai informasi teknis
dan ilmiah yang dimiliki, diolah atau diterima dari pihak
berwenang mengenai kemungkinan akan datangnya suatu
bencana.
c) Mitigasi Bencana
Menurut Peraturan pemerintah (PP) No. 21 tahun 2008
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk
mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan
fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bahaya.
Mitigasi bencana adalah upaya untuk mencegah atau
mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu
bencana. Dari batasan ini sangat jelas bahwa mitigasi
bersifat pencegahan sebelum kejadian.
Mitigasi bencana harus dilakukan secara terencana
dan komprehensif melalui berbagai upaya dan pendekatan
commit to user
(1) Pedekatan Teknis
Secara teknis mitigasi bencana dilakukan untuk
mengurangi dampak suatu bencana misalnya :
(a) Membuat rancangan atau disain yang kokoh dari
bangunan sehingga taha terhadap gempa
(b) Membuat material yang tahan terhadap bencana
misalnya material tahan api.
(c) Membuat rancangan teknis pengaman, misalnya
tanggul banjir, tanggul lumpur, tanggul tangki
untuk mengendalikan bahan berbahaya.
(2) Pendekatan Manusia
Pendekatan secara manusia ditunjukan untuk
membentuk manusia yang paham dan sadar mengenai
bahaya bencana. Untuk itu perilaku dan cara hidup
mnusia harus dapat diperbaiki dan disesuaikan dengan
kondisi lingkungan dan potensi bencana yang
dihadapinya.
(3) Pendekatan Administratif
Pemerintah atau pimpinan organisasi dapat
dilakukan pendekatan administratif dalam manajemen
bencana khususnya ditahap mitigasi sebagai contoh :
(a) Penyusunan tata ruang dan tata lahan yang
commit to user
(b) Sistem perijinan dengan memasukan aspek analisa
resiko bencana
(c) Penerapan kajian bencana untuk setiap kegiatan
dan pembangunan industri berisiko tinggi
(d) Mengembangkan program pembinaan dan
pelatihan bencana diseluruh tingkat masyarakat
dan lembaga pendidikan.
(e) Menyiapkan prosedur tanggap darurat dan
organisasi tanggap darurat dan organisasi baik
pemerintahan maupun industri berisiko tinggi.
(4) Pendekatan Kultural
Masih ada anggapan dikalangan masyarakat
bahwa bencana itu adalah takdir sehingga harus
diterima apa adanya. Hal ini tidak sepenuhnya benar,
karena dengan kemampuan berfikir dan berbuat,
manusia dapat berupaya menjauhkan diri dari bencana
dan sekaligus mengurangi keparahannya.
Oleh karena itu, diperlukan pendekatan kultural
untuk meningkatkan kesadaran mengenai bencana.
Melalui pendekatan kultural, pencegahan bencana
disesuaikan dengan kearifan masyarakat lokal yang
commit to user
Upaya pencegahan dan pengendalian bencana
disesuaikan dengan budaya lokal dan tradisi yang
berkembang di tengah masyarakat.
2. Saat Kejadian Bencana atau Kejadian Darurat
Tahapan paling krusial dalam system manajemen
bencana adalah saat bencana sesungguhnya terjadi. Mungkin
telah melalui proses peringatan dini, maupun tanpa
peringatan atau terjadi secara tiba-tiba.
Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah seperti
tanggap darurat untuk dapat mengatasi dampak bencana
dengan cepat dan tepat agar jumlah korban atau kerugian
dapat diminimalkan.
e. Keadaan Darurat
Keadaan darurat adalah keadaan tidak normal yang apabila
terjadi pada suatu tempat atau kegiatan cenderung membahayakan
manusia, merusak alat dan lingkungan (Prosedur Integrasi, ISO
9001:2008, ISO 14001:2004 & SMK3 PT Pupuk Kujang).
Keadaan darurat adalah suatu kondisi yang tidak diinginkan
dimana terjadi kebakaran, peledakan tumpahan minyak/bahan kimia
atau terlepasnya gas dalam jumlah yang besar, kegagalan/kerusakan
salah satu alat utilitas utama atau suatu tindakan penyelamatan yang
segera diperlukan dalam suatu pabrik/ perusahaan. Suatu keadaan
commit to user
mengembalikan kondisi yang aman secepat mungkin (Soehatman
Ramli, 2010).
Keadaan darurat adalah suatu keadaan dimana perlu penanganan
khusus dan tidak dapat ditangani secara biasa oleh personil yang ada,
dikarenakan terjadi salah satu/bersamaan kejadian, seperti
kebocoran/ menghamburnya bahan kimia berbahaya, peledakan,
kebakaran, bencana alam gempa bumi atau huru hara pada tingkat
tertentu yang membahayakan keselamatan dan aset perusahaan
(Prosedur Integrasi, ISO 9001:2008, ISO 14001:2004 & SMK3 PT
Pupuk Kujang).
f. Tanggap Darurat
Tanggap darurat bencana ( respone ) adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana
untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi
kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
Tanggap darurat adalah tindakan segera dilakukan untuk
mengatasi kejadian bencana misalnya dalam suatu proses kebakaran
atau peledakan di lingkungan industri ; (Soehatman Ramli, 2010):
1) Memadamkan kebakaran atau peledakan
2) Menyelamatkan manusia dan korban (resque)
commit to user
4) Perlindungan masyarakat umum
Tindakan ini dilakukan oleh tim penanggulangan bencana yang
dibentuk dimasing-masing daerah atau organisasi.
2. Rencana Respon Gawat Darurat
Sistem rencana respon gawat darurat dalam ISO 14001 serta tertera
dalam elemen 4.4.7. Di dalam elemen 4.4.7. Tentang sistem respon
gawat darurat ini, organisasi membuat prosedur untuk mengidentifikasi
potensi terjadinya kecelakaan dan situasi darurat lingkungan serta
prosedur untuk menanggapinya serta mencegah dan mengurangi dampak
lingkungan yang dapat terjadi berkaitan dengan keadaan darurat tersebut.
Salah satu sumber yang berpotensi memberikan dampak yang
besar terhadap lingkungan adalah kondisi darurat seperti kebakaran,
bocoran gas ataupun bahan kimia, tumpahan bahan kimia, dan bencana
alam. Dampak-dampak yang berpotensi tersebut perlu di identifikasi dan
dibuat rencana untuk penanganannya. Persyaratan dalam menanggulangi
keadaan darurat dengan (Sertifikasi ISO 14001) :
a. Adanya prosedur untuk mengidentifikasi potensi darurat dan langkah
untuk mencegah, menanggapinya, dan mengurangi semua kerusakan
lingkungan yang diakibatkannya.
b. Pengujian periodik dari prosedur darurat serta pembaharuan rencana
dan prosedur bila diperlukan menggunakan pengalaman dari keadaan
commit to user
Secara garis besar suatu rencana respon gawat darurat dibagi menjadi
tiga, yaitu (Sertifikasi ISO 14001) :
a. Persiapan Distribusi
Rencana gawat darurat harus dipersiapkan dan disusun oleh Pakar
Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja setempat yang
mempunyai pengetahuan akan kondisi dan peraturan yang berlaku.
Bagian-bagian yang harus memberikan sumbangan dalam pembuatan
rencana/melakukan peninjauan diantaranya Bagian Keamanan,
Fasilitas, Hukum dan Sumber Daya Manusia serta Tim Tanggap
Darurat yang harus terlibat dalam persiapan rencana atau dalam
perbaikan selanjutnya dari rencana yang ada sehingga mereka
mengetahui keseluruhan rencana dengan baik dan turut merasa
sebagai penyumbang saran.
Salinan dari Rencana Gawat Darurat harus diberikan atau
dibagikan ke seluruh unit kerja. Atau sekurang-kurangnya satu salinan
harus ada di setiap gedung, yang biasanya diletakkan pada meja
resepsionis, pos penjagaan atau kotak di tembok dekat pintu keluar.
Individu-individu dibawah ini yang harus memiliki salinan yang
dikontrol :
1) Setiap anggota Tim Respon Gawat Darurat
2) Komite Keselamatan
3) Perwakilan Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja
commit to user
5) Rumah Sakit setempat
6) Koordinator Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja
b. Aktivitas Utama dan Komponen yang Harus Dipersiapkan Sebelum
Keadaan Darurat
Semua rencana gawat darurat harus bersifat spesifik, hal ini
diharapkan agar dapat berguna pada keadaan darurat. Ada beberapa
unsur kunci utama pada sebagian rencana Tim Respon Gawat Darurat,
hal-hal tersebut adalah :
1) Tim Respon Gawat Darurat
Tim Respon Gawat Darurat harus terdiri dari para pekerja yang
memiliki pengetahuan atau sudah terlatih untuk bertindak dalam
keadaan gawat darurat seperti kebakaran, peledakan, tumpahan
bahan kimia dan lain sebagainya. Kemudian ditentukan jumlah
yang memadai dari pekerja yang menjadi anggota Tim Respon
Gawat Darurat, serta setiap tim diangkat seorang pemimpin.
Kebanyakan organisasi akan meminta setiap bagian untuk
menugaskan satu orang sebagai anggota Tim Respon Gawat
Darurat. Bila hal ini tidak mencukupi jumlah yang diperlukan,
maka kekurangannya akan diambil dari tiap gedung. Karena
lamanya waktu pelatihan, maka akan lebih efektif jika setiap
anggota Tim Respon Gawat Darurat harus bertugas sekurangnya
commit to user
Anggota kunci dari Tim Respon Darurat adalah pemimpin tim.
Orang ini harus dipilih dengan sangat berhati-hati, karena seorang
pemimpin tim harus membuat keputusan penting dalam situasi
kritis dan tekanan. Beberapa keputusan mungkin mempunyai
dampak yang besar terhadap pekerja, lingkungan dan kegiatan
bisnis. Orang yang dipilih harus seorang yang berpikiran jernih,
tenang, berpendidikan, terlatih dan mempunyai kemampuan
memimpin.
Pada organisasi yang efisien dan ringkas yang banyak dijumpai
dalam industri saat ini, terkadang sulit untuk mendapatkan jumlah
Tim Respon Gawat Darurat yang memadai. Semua bagian terlihat
kekurangan staf dan sulit dalam menentukan wakil untuk
bergabung dengan Respon Gawat Darurat untuk menangani
masalah ini. Bagian lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja
harus terlebih dahulu menyerahkan permintaan untuk sukarelawan
dalam Respon Gawat Darurat. Untuk alasan yang nyata dan jelas
individu-individu yang ingin bergabung dalam Respon Gawat
Darurat lebih berharga dari mereka yang ditugaskan. Bila tidak
cukup sukarelawan yang diperoleh, maka manajer tiap bagian
harus menentukan siapa yang harus bergabung dalam Respon
Gawat Darurat. Perlu bagi bagian lingkungan, kesehatan, dan
keselamatan kerja untuk mengirimkan salinan dari kebijakan atau
commit to user
Respon Gawat Darurat yang telah ditandatangani oleh manajemen
puncak.
2) Peralatan Perlindungan Personil
Penempatan Peralatan Perlindungan Personil atau PPE
(Personal Protective Equipment) harus disesuaikan dengan potensi
bahaya yang ada di lokasi tersebut. PPE (Personal Protective
Equipment) yang harus disediakan misalnya alat pelindung
pernafasan, pelindung kepala, sepatu keselamatan, baju tahan
bahan kimia, sarung tangan, dan sebagainya. Sebelum digunakan
peralatan harus dilakukan pengujian sebelum keadaan darurat yang
sebenarnya.
3) Peralatan Pembersih Tumpahan Bahan Kimia
Sebelum keadaan gawat darurat terjadi perlu juga disediakan
peralatan untuk membersihkan sisa penanggulangan keadaan
darurat dan menempatkannya di area yang beresiko tinggi. Sebagai
contoh, keadaan darurat yang diakibatkan oleh karena tumpahan
bahan kimia berbahaya ; peralatan pembersih yang disediakan
meliputi bantal penyerap, penetral asam-basa, kertas pH, drum dan
kantong buangan, label limbah berbahaya, sapu, sekop dan garu.
4) Pelatihan
Anggota Tim Respon Gawat Darurat harus dilatih tentang
bagaimana menangani situasi-situasi yang berbeda seperti
commit to user
masalah-masalah cuaca yang ekstrim. Subyek-subyek yang
diberikan termasuk perlindungan pernafasan, pengetahuan tentang
racun, sistem komando kecelakaan, prosedur pembersihan
tumpahan bahan kimia, penanganan drum gawat darurat, klasifikasi
bahaya pemakain lembar data keamanan bahan, identifikasi dan
penilaian bahaya, peralatan perlindungan diri (PPE), peralatan
pemantauan, pertolongan pertama, penanggulangan kebakaran,
petunjuk tindakan gawat darurat dari departemen transportasi,
dekontaminasi, dan beberapa topik umum dan spesifik lainnya.
Penting bagi manajemen untuk mendukung pelatihan Tim
Respon Gawat Darurat. Penyelia harus mengalokasikan waktu
untuk pelatihan dan menekankan pekerja mereka untuk
benar-benar terlatih dalam fungsi Tim Respon Gawat Darurat. Perwakilan
Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lokasi serta
Pemimpin Tim Respon Gawat Darurat harus selalu mendukung
dan mencatat bahwa pelatihan yang diperlukan telah dilakukan.
Dengan pelatihan tersebut diharapkan respon dari tenaga kerja
mengenai tanggap darurat dapat ditingkatkan. Untuk meningkatkan
kemampuan tenaga kerja selain melakukan pelatihan tersebut,
sebaiknya tenaga kerja mengikuti kelas khusus yang dapat
commit to user
5) Pelatihan Praktik Tim Tanggap Darurat
Tim Respon Gawat Darurat harus mempraktikkan
keterampilan yang mereka pelajari selama pelatihan. Hal ini
dimaksudkan untuk memastikan bahwa mereka mengikuti prosedur
yang benar. Latihan ini diharapkan dilakukan setiap 2 bulan sekali,
dengan diskusi pada keberhasilan yang dicapai dan masalah yang
dijumpai. Latihan harus dilakukan sesuai jadwal bulanan Tim
Respon Gawat Darurat dan sesekali dilakukan secara mendadak.
6) Kondisi Fisik
Semua Tim Respon Gawat Darurat harus menjalani tes
kebugaran, pernafasan dan fisik. Dimana hasil pemeriksaan yang
dilakukan oleh Dokter digunakan sebagai syarat untuk menentukan
apakah anggota Tim Respon Gawat Darurat dalam keadaan sehat
atau sakit, sehingga dapat berpartisipasi dalam kegiatan Tim
Respon Gawat Darurat.
7) Komunikasi Tim Respon Gawat Darurat
Anggota Tim Respon Gawat Darurat masing-masing harus
memiliki radio panggil, telepon genggam, radio komunikasi atau
alat komunikasi lainnya, sehingga mereka dapat dikumpulkan
secepat mungkin ke tempat kejadian. Nomor radio komunikasi
mereka harus diberikan pada Pos Keamanan, Meja Resepsionis,
Operator, Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan
commit to user
komunikasi gawat darurat pada tiap pimpinan perwakilan
lingkungan, kesehatan, dan keselamatan kerja dari tiap situs,
penjaga keamanan dan perawat di situs tersebut, karena merekalah
sumber daya yang berguna bagi Tim Respon Gawat Darurat bila
terjadi keadaan gawat darurat.
8) Rencana Tanggap Darurat
Rencana Tanggap Darurat perlu dipersiapkan sebelum kejadian
gawat darurat terjadi. Rencana yang dibuat harus diperbaharui
apabila rencana tersebut sudah tidak valid dengan kondisi yang ada
dan terjadi suatu perubahan penting.
9) Ketersediaan Tim
Tim Respon Gawat Darurat harus siap setidaknya selama jam
kerja operasional dari fasilitas tersebut. Untuk kegiatan operasional
yang berlangsung terus-menerus, berarti Tim Respon Gawat
Darurat harus berada di tempat selama 24 jam. Sehingga jelas
diperlukan tim dalam pergantian shift pada sistem jam kerja.
10) Penentuan Nomor Telepon Intern untuk Keadaan Darurat
Nomor telepon intern untuk keadaan gawat darurat harus
ditentukan sehingga dapat digunakan dari setiap nomor telepon
intern. Akan lebih baik apabila nomor yang dipakai mudah diingat.
Nomor telepon ekstern harus diberikan menyangkut telepon ke
Polisi, Dinas Pemadam Kebakaran dan RSUD (Ambulans).
commit to user
diskusi dengan Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja dari lokasi yang bersangkutan dibawah
pengarahan dari pihak koordinator kecelakaan/pemimpin Tim
Tanggap Darurat.
11) Penentuan Nomor Telepon Ekstern untuk Keadaan Darurat
Nomor telepon dan petunjuk harus diberikan menyangkut
telepon ke Polisi, Dinas Pemadam Kebakaran, dan Ambulans.
Panduan sangat penting karena banyaknya keadaan “abu-abu”
ketika pihak keamanan tidak yakin apakah hal tersebut darurat atau
tidak. Bila ada keragu-raguan, keadaan tersebut harus diasumsikan
sebagai keadaan gawat darurat dan pihak-pihak terkait segera
dihubungi.
12) Peta Evakuasi
Peta evakuasi yang terbaru harus dipersiapkan dan
ditempatkan di beberapa lokasi pada tiap fasilitas pabrik. Peta-peta
ini harus menunjukan pintu keluar terdekat, pintu keluar cadangan,
dan titik pertemuan. Disarankan bahwa peta evakuasi juga
menunjukan lokasi rencana gawat darurat, meja resepsionis,
pemadam kebakaran, pencuci mata, pancuran air, peralatan untuk
menangani tumpahan bahan kimia, P3K, dan elemen penting
lainnya. Para pekerja harus diberitahu untuk mengingat rute utama
commit to user
13) Sistem Pemberitahuan Masyarakat
Beberapa jenis sistem komunikasi harus tersedia saat keadaan
gawat darurat. Apapun sistem yang dipilih, harus dapat didengar di
seluruh area pabrik tempat pekerja yang sedang berkumpul,
termasuk area-area yang jauh, kamar mandi, ruang istirahat, dan
area yang bising. Sistem komunikasi gawat darurat harus diuji
setiap bulan untuk memastikan bahwa sistem itu bekerja dengan
sempurna.
14) Titik Pertemuan di Luar Lokasi
Beberapa titik pertemuan di luar lokasi yang telah ditentukan
sebelumnya harus ditandai dan para pekerja diinstruksikan untuk
berkumpul di titik tersebut pada saat keadaan darurat. Para penyelia
diberitahu bahwa titik ini adalah tempat mereka memimpin segera
setelah evakuasi dilakukan. Untuk melakukan hal ini secara efisien,
maka pengawas harus mengetahui siapa saja yang ada di dalam
shift, sakit atau cuti.
15) Peralatan Gawat Darurat Lain
Selain peralatan pembersih tumpahan, radio, dan peralatan
perlindungan personil, ada peralatan gawat darurat lainnya yang
juga harus dimiliki. Pancuran pengaman, alat pencuci mata,
pemadam kebakaran, P3K, alat transfusi darah, oksigen, peralatan
commit to user
16) Praktik Keadaan Darurat dan Evakuasi
Sekurang-kurangnya satu tahun sekali seluruh pekerja dan tim
tanggap darurat harus melakukan latihan praktik keadaan darurat
dan evakuasi. Bila seluruh fasilitas terganggu pada saat dilakukan
latihan bersama, maka tiap bagian dapat melakukan latihan
terpisah. Para pekerja yang harus menangani proses-proses penting
harus melakukan latihan mereka setelah giliran tugas mereka
selesai. Bila memungkinkan, lebih baik melakukan latihan bersama
bagi seluruh fasilitas pabrik seperti pada kasus gawat darurat yang
sesungguhnya.
3. Peringatan dan Tanda Bahaya ( komunikasi )
Bila suatu keadaan darurat terjadi, maka perlu tanda peringatan segera
dibunyikan secepatnya, dan tindakan segera dilakukan. Tidakan cepat
biasanya dapat membatasi agar keadaan cepat dapat tetap terkendali. Ada
tiga hal yang perlu ditentukan adalah :
a. Siapa yang bertugas dan berhak membunyikan alarm tanda keadaan
darurat.
b. Melatih personil
c. Sistem peringatan dini
Untuk membunyikan tanda peringatan darurat, dapat ditugaskan
kepada setiap pekerja, tetapi juga dapat ditugaskan pada orang-orang
tertentu pada masing-masing shift dan masing-masing lokasi. Untuk
commit to user
pekerja yang ditunjuk perlu dilatih membunyikan berbagai irama tanda
peringatan sedang seluruh karyawan perlu membiasakan dan
memahaminya serta bersiap melaksanakan peran masing-masing sesuai
jenis bahaya yang terjadi.
Sesudah tanda peringatan dibunyikan, maka kegiatan penanggulangan
keadaan darurat diaktifkan. Setiap personil segera menempati pos
masing-masing dan melaksanakan tugas sesuai organisasi dan prosedur yang
ditentukan. Koordinator lapangan segera menuju tempat kejadian untuk
mengambil alih komando. Setiap petugas segera menuju pos yang
ditentukan, dan secepatnya mempersiapkan peralatan dan siap menerima
komando (Syukri Sahab, 1997).
4. Rencana Pemulihan Setelah Keadaan Darurat
Setelah keadaan darurat terjadi dan setelah proses tanggap darurat
dilewati, maka langkah berikutnya adalah melakukan rehabilitasi dan
rekonstruksi.
a. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek
pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada
wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau
berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pasca bencana.
Di tingkat industri atau perusahaan, fase rehabilitasi dilakukan
commit to user
bencana terjadi. Upaya rehabilitasi misalnya memperbaiki peralatan
yang rusak dan memulihkan jalannya perusahaan seperti semula.
b. Rekonstruksi
Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan
sarana, kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat
pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaan utama tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perekonomian, social dan budaya, tegaknya
hukum dan ketertiban, dan bangkitnya eran serta masyarakat pada
wilayah pasca bencana (Soehatman Ramli, 2010).
Rencana keadaan darurat juga meliputi kegiatan pasca kejadian.
Setelah keadaan dapat diatasi maka operasi perusahaan harus
secepatnya dipulihkan kembali. Apabila tidak ada kerusakan yang
berarti, maka pabrik kembali dijalankan dengan sangat hati-hati sesuai
dengan prosedur (start up) dibawah pengawasan ahli dan dilakukan uji
coba operasi di bawah kapasitas normal. Kalau ditemukan kerusakan
yang berarti, maka langkah pertama adalah mengiventarisasi
kerusakan, dilanjutkan dengan perbaikan dan rehabilitasi semua
kerusakan dan selanjutnya uji coba operasi. Bila pada operasi
percobaan berhasil baik, maka dilanjutkan pada operasi normal
(Syukri Sahab, 1997).
Segera setelah krisis ditanggulangi, rencana pemulihan keadaan
darurat dilakukan jika kegiatan operasional tidak berjalan. Perlu untuk
commit to user
pemulihan. Jika tidak, kehilangan waktu dalam pemulihan akan
memakan waktu produksi organisasi.
Kegiatan-kegiatan awal dari rencana pemulihan keadaan darurat
yaitu (Sertifikasi ISO 14001) :
1) Menyusun Tim Pemulihan Keadaan Darurat
Anggota-anggota tim ini terdiri dari Tim Tanggap Darurat
ditambah perwakilan-perwakilan dari bagian-bagian seperti
operasi, sistem manajemen informasi, produksi, pengadaan bahan,
prasarana, lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja,
keamanan, penjualan, rekayasa, dan mutu.
2) Identifikasi Sumber-sumber Daya yang Ada di Lokasi
Suatu daftar inventaris kegiatan operasional yang kritis dan
sumber daya yang tersedia harus dibuat. Bila lokasi yang ada
mengalami kerusakan sebagian atau selurunya, daftar inventaris ini
akan menunjukkan apa yang harus segera diganti. Daftar inventaris
ini mencakup orang-orang, file, produk yang dihasilkan dan bahan
bakunya yang disusun dengan menggunakan dokumen-dokumen
yang ada. Daftar inventaris ini juga penting dalam hal penggantian
kerugian oleh pihak asuransi.
3) Penilaian dan Strategi atas Dampak Potensial
Suatu penilaian tentang apa yang mungkin terjadi pada setiap
commit to user
dibuat untuk menanggapi kemungkinan kejadian bencana. Ini akan
menunjukkan di bagian mana cadangan diperlukan.
4) Strategi Minimisasi Dampak yang Potensial
Didasarkan pada langkah 2 dan 3, satu strategi minimisasi
dampak yang potensial harus dipersiapkan untuk sumber
daya-sumber daya yang dianggap penting dan mempunyai
kecenderungan yang tinggi untuk terkena dampak atau rusak.
Sebagai contoh, hal ini mungkin mencakup peningkatan pelatihan,
pembuatan file-file cadangan dan cadangan untuk kegiatan
operasional di lokasi lainnya. Penyimpanan tambahan bagi
bahan-bahan kimia dan limbah, peningkatan Rencana Gawat Darurat,
persiapan menghadapi gempa dan sistem pemadaman api
tambahan, pancuran, selang air, dan tabung pemadam kebakaran.
5) Strategi Pemulihan
Tidak mungkin untuk menghindari semua dampak dari suatu
bencana dan dampak-dampak tertentu tidak dapat diminimisasi
atau dihindari bila bencana yang hebat terjadi. Dalam situasi ini
yang dapat dilakukan oleh organisasi adalah menyiapkan strategi
pemulihan dan melakukannya dengan sebaik mungkin.
6) Nomor Telepon dan Kontak
Harus ada lebih banyak nomor telepon gawat daurat pada
strategi pemulihan bencana daripada rencana gawat darurat.
commit to user
rencana pemulihan bencana. Sebagai tambahan pada apa yang
sudah ada dalam rencana respon gawat darurat, nomor-nomor
telepon seperti Pemilik Bangunan, Pertahanan Sipil dan
Manajemen Puncak harus dimasukkan.
7) Inspeksi Rutin
Sumber daya perusahaan dan peralatan pemulihan keadaan
darurat harus diinspeksi secara berkala, harus ditingkatkan sejalan
dengan perubahan sumber daya yang dimiliki. Direkomendasikan
untuk melakukan kegiatan ini setidaknya sekali dalam tiga bulan.
8) Pusat Pengendalian Pemulihan
Bila keseluruhan kegiatan operasional berada dalam satu
gedung, maka pusat pengendalian pemulihan keadaan
darurat/bencana harus didirikan di luar lokasi. Pusat pengendalian
ini dapat didirikan di fasilitas perusahaan lainnya selama letaknya
tidak terlalu jauh dari lokasi bencana. Tidak dianjurkan untuk
membuat markas pengendalian pemulihan bencana di kantor pusat
perusahaan, karena bila terjadi bencana keduanya akan lumpuh
bersamaan.
Markas Pusat Pengendalian Pemulihan Bencana harus
secanggih organisasi yang didukungnya. Bila organisasi kecil atau
tidak bergantung pada sistem informasi manajemen yang rumit,
maka markas pusat pengendalian tersebut cukup hanya memiliki
commit to user
markas pusat pengendalian harus menjadi pusat pengendali. Dalam
hal ini harus tersedia file cadangan, telepon, komputer, pembangkit
tenaga listrik, cadangan makanan dan minuman, persediaan P3K,
peralatan kantor dan fasilitas tempat tidur untuk beberapa pekerja.
9) Perawatan Pencegahan
Bila peralatan produksi dan pengawasan lingkungan dirawat
dengan baik, maka keduanya akan membawa dampak yang lebih
kecil pada kegiatan operasional dan lingkungan bila terjadi
bencana. Kebanyakan fasilitas yang dimiliki bagian-bagian
mempunyai jadwal perawatan pencegahan ini, sehingga produksi
dapat berjalan normal. Karena itu perlu ditekankan bahwa jadwal
tersebut ada dan frekuensi perawatan mencukupi.
10) File dan Sistem Komputer Cadangan
Data-data penting yang disimpan dalam sistem komputer harus
dibuat cadangannya dan disimpan di luar lokasi setiap minggunya.
Sistem perangkat lunak utama yang digunakan dalam kegiatan
operasional juga harus dapat berfungsi di tempat lain, selain dari
yang ada di lokasi. Informasi penting yang disimpan dalam disket
juga harus dipindah ke lokasi di luar tempat kejadian secara
berkala.
11) Cadangan File-file/ Dokumen
Dokumen yang penting untuk kegiatan operasional harus
commit to user
alternatif adalah dengan mentransfer informasi yang penting ke
dalam hard disk computer, disket atau mikro film,dan disimpan di
lemari yang tahan api. Proses ini dapat dilakukan dengan
menggunakan scanner atau mentransfer informasi ke dalam
komputer.
12) Komunikasi
Sistem komunikasi mungkin rusak karena keadaan darurat dan
melumpuhkan usaha-usaha pemulihan kegiatan operasional.
Karena itu perlu memiliki pembangkit tenaga cadangan dan
alat-alat komunikasi pendukung. Sebagai contoh telepon seluler dan
radio komunikasi.
13) Persediaan untuk Pekerja
Beberapa persediaan harus dibeli sebelum bencana, untuk
kesehatan dan keselamatan para pekerja yang tidak dapat pulang ke
rumah mereka. Hal ini termasuk air, selimut, senter, alat-alat dan
makanan.
14) Peralatan untuk Perlindungan Lingkungan
Hal ini untuk meminimumkan dampak terhadap lingkungan
selama keadaan darurat terjadi, terutama berlaku untuk kegiatan
yang menggunakan atau menyimpan bahan-bahan kimia atau
limbah berbahaya dalam jumlah yang besar. Sebagai contoh,
commit to user
perlu dimiliki bila tangki penyimpanan yang ada hancur selama
terjadi bencana/keadaan darurat.
15) Gambar-gambar Fasilitas Lokasi
Semua gambar mengenai fasilitas yang ada harus disatukan
dan disimpan di markas pengendalian bencana/keadaan darurat.
16) Pembuatan Salinan dan Penyebaran Rencana
Untuk alasan yang jelas penting untuk menyiapkan dan
menyebarkan rencana yang dibuat sebelum bencana terjadi.
Keseluruhan bagian pemulihan bencana dapat menjadi garis besar
umum untuk rencana yang dibuat dan kemudian informasi lokasi
yang spesifik dapat ditambahkan. Segera setelah rencana selesai,
harus diberikan pada Tim Respon Gawat Darurat, tim pemulihan
bencana, pos komando keamanan, perwakilan lingkungan,
kesehatan, dan keselamatan, petugas keamanan, dan manajemen
puncak. Rencana tersebut harus diperbaharui sekurangnya sekali
setahun atau lebih cepat bila terjadi perubahan yang besar.
b. Selama dan Segera Setelah Suatu Bencana
Setelah Tim Repon Gawat Darurat dapat menguasai krisis yang
terjadi seperti terdapat dalam rencana respon gawat darurat ,
aktivitas-aktivitas berikut ini harus dilakukan. Aktivitas-aktivitas-aktivitas ini dapat
dianggap sebagai tindakan pemulihan yang dijelaskan pada langkah
commit to user
1) Membentuk Tim Pemulihan Bencana/ Disaster Recovery Team
Tim Respon Gawat Darurat telah dibentuk dan menjelaskan
tentang hal-hal yang menyangkut kesehatan dan keselamatan kerja
dan sekarang saatnya berubah menjadi suatu Tim Pemulihan Bencana
(DRT). Anggota tambahan perlu dicari dan mengikutsertakan pekerja
dari bagian Sistem Informasi Manajemen, produksi, bahan-bahan,
operasional, dan keuangan.
2) Pemeriksaan Area
Tim Pemulihan Bencana akan melakukan pemeriksaan untuk
melihat apakah ada hal-hal yang berbahaya, dan jika ada yang
ditemukan, memberitahu kepada para pekerja untuk menjauh. Ini
merupakan pemeriksaan keamanan yang kedua setelah Tim Respon
Gawat Darurat melakukan pemeriksaan sebelumnya. Pemeriksaan
ketiga juga akan dilakukan saat membuat penilaian kerusakan bisnis
yang ada dapat diselesaikan. Hal ini harus mencakup foto-foto dan
jumlah biaya yang diperlukan untuk kembali beroperasi dan
rekomendasi-rekomendasi.
3) Kebutuhan para Pekerja
Walau kebutuhan untuk keselamatan pekerja sudah dipenuh,
kebutuhan jangka panjang juga harus sudah mulai difikirkan. Ini
mencakup memberikan informasi kepada keluarga mereka atau
membantu memindahkan keluarga mereka. Pekerja mungkin
commit to user
bencana. Sebagai contoh apabila terjadi gempa bumi dahsyat dan
beberapa pekerja tidak dapat pulang ke rumah, maka makanan,
minuman, selimut, dan pelindungan sementara akan diperlukan.
4) Perusahaan Asuransi
Perwakilan asuransi properti harus dipanggil dan segera melihat
langsung tempat kejadian. Perwakilan ini dapat merekomendasikan
perusahaan yang dapat membantu usaha perbaikan. Mereka harus
dipanggil seawal mungkin, sebelum perbaikan dimulai sehingga
tindakan perbaikan dapat berjalan dengan benar dan jaminan
pertanggungan maksimum dapat diberikan. Kadang-kadang perbaikan
yang mendesak harus dilakukan segera, bahkan sebelum agen asuransi
datang.
5) Mengumpulkan Mereka yang Terampil
Seluruh pekerja yang mampu harus melaporkan daripada kantor
sementara untuk mencocokan keterampilan mereka dengan
pekerjaan-pekerjaan perbaikan yang dapat dilakukannya. Hal ini tidak hanya
membantu organisasi tetapi juga membantu para pekerja mengatasi
bencana yang terjadi dengan lebih baik karena mereka akan merasa
produktif dan berguna
6) Memulihkan Prasarana (Utilitas)
Saat terjadi bencana mungkin beberapa prasarana (utilitas) harus
dihentikan baik karena sengaja maupun karena kecelakaan. Tim
commit to user
sarana-sarana pembuangan untuk memulihkan keadaan. Bila terdapat
bahan-bahan kimia, maka listrik harus diupayakan hidup terlebih
dahulu sehingga sistem ventilasi dapat bekerja kembali membersihkan
uap-uap yang ada. Pemulihan listrik ini harus dilakukan dengan
hati-hati karena dapat membakar uap dari bahan-bahan kimia yang mudah
terbakar dan bahan bakar yang ada di lokasi.
7) Memulihkan Komunikasi
Bantuan perusahaan telepon mungkin diperlukan untuk
memulihkan sambungan telepon. Bila mendesak perlu diupayakan
untuk menggunakan telepon seluler, radio panggil atau alat-alat
komunikasi lainnya. Segera setelah sistem saluran telepon bekerja
maka saluran hotline harus dibentuk untuk menjawab pertanyaan
pekerja dan masyarakat.
8) Perbaikan Fasilitas Pabrik
Tim Pemulihan Bencana harus membantu memindahkan kegiatan
operasi, jika diperlukan ke tempat lain dan/ atau mulai memperbaiki
pertama adalah ventilasi dan pemadaman kebakaran, diikuti oleh
pemulihan pos pengendalian keamanan. Kerusakan yang hebat pada
fasilitas yang ada mungkin memerlukan pengalihan lokasi sementara.
Lokasi tersebut dapat berupa area yang tidak mengalami kerusakan
atau sepenuhnya diluar tempat kejadian.
Bila terjadi kebakaran, sistem pemadam kebakaran mungkin
commit to user
basah harus dipindahkan atau dikeringkan segera untuk mencegah
terjadinya kerat, jamur, dan gangguan kesehatan. Dokumen-dokumen
yang rusak karena air harus segera dikeringkan atau diganti. Beberapa
kerusakan karena asap juga mungkin terjadi yang dapat mengarah
pada kontaminasi produk atau korosi yang tidak diperbaiki.
9) Pemeriksaan dan Perbaikan Struktur dan Tumpahan Bahan Kimia dan
Limbah Berbahaya
Dengan mengansumsikan bahwa kebocoran dan tumpahan bahan
kimia dan limbah berbahaya telah diselesaikan pada kegiatan Tim
Respon Gawat Darurat sebelumnya, maka tibalah saatnya untuk
membuktikan bahwa seluruh sistem limbah dan bahan kimia berada
pada keadaan yang aman dan tidak menimbulkan dampak terhadap
lingkungan. Bila dijumpai adanya kemungkinan masalah sistem
tersebut harus segera diperbaiki. Tangki penyimpanan bawah tanah
dan jaringan pipa adalah area yang cenderung mengalami masalah dan
sulit untuk diperiksa. Karena itu segera memanggil kontraktor yang
bekerja di bidang pengujian kebocoran tangki.
10) Memulihkan Sistem Komputer/Sistem Informasi Manajemen
Hampir seluruh operasi bergantung pada sistem komputer yang
mereka miliki karena itu fungsi Sistem Informasi Manajemen yang
penting harus diperbaiki atau dipindahkan secepat mungkin. Sistem
commit to user
terlebih dahulu. Bila sudah ada sistem cadangan sebelumnya, maka
pekerjaan ini akan lebih mudah.
11) Penggantian File-File Penting
File-file penting yang hancur karena bencana harus dibuat
kembali dari catatan file yang ada. Hal ini penting terutama bagi
file-file lingkungan, keselamatan, dan kesehatan kerja, konsumen dan
personil. Pekerjaan ini akan lebih mudah bila file yang ada sudah
dibuat dalam disket atau mikro film.
12) Memulihkan Sistem Sumber Daya Manusia dan Keuangan
Mungkin perlu untuk memindahkan sistem sumber daya manusia
dan keuangan tertentu seperti administrasi penggajian dan upah ke
lokasi lain untuk sementara waktu. Lokasi yang paling cocok adalah
lokasi dimana catatan-catatan cadangan disimpan. Disarankan
sebelumnya agar catatan-catatan keuangan yang penting dibuat
salinannya dan disimpan di tempat lain. Bila catatan sudah disalin dan
disimpan, mereka dapat membantu memulihkan kegiatan operasional.
13) Berurusan dengan Media
Semua berhubungan dari media harus diarahkan pada manajer
humas dari situs kejadian. Tidak boleh ada pekerjaan lain yang
memberikan pernyataan. Diharapkan pemberitahuan media dapat
membantu menarik dukungan dan bantuan bagi para korban bencana.
Namun demikian terkadang pemberitaan media hanya menyebabkan
commit to user
5. Perubahan/ Perbaikan Berkelanjutan
Rencana respon gawat darurat dan pemulihan bencana harus dapat
diubah. Hal ini penting dalam hal nama-nama anggota tim dan
sumberdaya-sumberdaya yang ada di dalam dan di luar organisasi. Nama-nama yang
diperlukan harus selalu ada atau rencana tersebut akan menjadi tidak efektif.
Setiap kali ada penambahan atau pengurangan anggota, maka harus ada
mekanisme yang harus dapat memperbaiki rencana secara efektif (Sertifikasi
ISO 14001).
B. Kerangka Pemikiran
Dalam suatu industri terdapat unsur-unsur antara lain tenaga kerja
(sebagai pelaksana), bahan baku (sebagai bahan untuk pembuatan produk),
peralatan produksi (sebagai alat/mesin untuk melakukan proses produksi),
tempat kerja (sebagai tempat berlangsungnya kegiatan produksi) dan juga
proses produksi dan hasil produksi. Dimana apabila salah satu diantara
keenam unsur tersebut mengalami masalah atau gangguan, maka dapat
berpotensi menyebabkan terjadinya suatu keadaan darurat seperti kecelakaan
kerja, kebakaran, peledakan, kebocoran B3, bencana alam maupun kerugian.
Maka dari itu perlu dibuat dan disusun suatu prosedur keadaan darurat
yang digunakan sebagai panduan untuk mengantisipasi keadaan darurat.
Prosedur tersebut meliputi prosedur kesiagaan keadaan darurat, prosedur
penanggulangan keadaan darurat serta prosedur rencana pemulihan setelah
commit to user
kembali normal sehingga tenaga kerja dapat bekerja dengan aman dan
commit to user
commit to user
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif yaitu
suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat
gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Soekidjo
Notoatmojo, 2002).
B. Lokasi Penelitian
Lokasi pelaksanaan penelitian ini adalah di PT Pupuk Kujang Jalan.
Jendral. A. Yani No. 39 Dawuan, Cikampek 41373, Karawang, Jawa Barat.
C. Objek Penelitian
Objek penelitian ini berupa :
1. Rencana keadaan darurat (Emergency Response Plan)
2. Penanggulangan Keadaan Darurat
3. Tenaga kerja
4. Sarana dan prasarana yang digunakan dalam keadaan darurat
commit to user
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Data diperoleh dengan cara melakukan pengamatan secara langsung
terhadap objek penelitian di PT Pupuk Kujang Jl. Jend. A. Yani No. 39
Dawuan, Cikampek 41373, Karawang, Jawa Barat.
2. Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara
langsung dengan pihak yang terkait masalah tanggap darurat sehingga
dapat mengetahui tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam
menghadapi keadaan darurat.
3. Studi Kepustakaan
Data diperoleh dengan membaca referensi-referensi yang ada, yang
berhubungan dengan objek penelitian yaitu keadaan darurat (emergency).
E. Sumber Data
Data yang diperoleh dan dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data
primer dan data sekunder, sedangkan untuk penjelasannya adalah sebagai
berikut :
1. Data Primer
Data diperoleh secara langsung yaitu dengan mengadakan observasi
commit to user
2. Data Sekunder
Data diperoleh secara tidak langsung yaitu dari prosedur integrasi
mengenai implementasi rencana keadaan darurat di PT Pupuk Kujang
Cikampek.
F. Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan di PT Pupuk Kujang Cikampek pada tanggal
01 Februari 2011 sampai dengan 09 Mei 2011.
G. Analisis Data
Analisis data yang digunakan termasuk analisis deskriptif atau
menggambarkan yang sejelas-jelasnya mengenai pelaksanaan rencana
kesiapsiagaan keadaan darurat di PT Pupuk Kujang yang selanjutnya
dibandingkan dengan pedoman atau standar yang ada yaitu, Permenaker No.
commit to user
outerfence. Yang termasuk dalam area innerfence antara lain Pabrik Kujang
IA meliputi unit Urea 1A, Ammonia 1A, Utility 1A , dan PPCO serta Pabrik
Kujang IB meliputi unit Urea 1B, Ammonia 1B, Utility 1B. Sedangkan area
outerfence antara lain Bagging, NPK, Gudang, Lab, Bengkel, dan
Perkantoran serta area lain yang berada diluar area innerfence sampai pada
area perumahan. Secara garis besar potensi bahaya di PT Pupuk Kujang
yang dapat menyebabkan keadaan darurat seperti ledakan dan kebakaran
antara lain :
Tabel 1. Identifikasi Potensi Bahaya
No Potensi Bahaya Lokasi/Unit Kerja Risiko
commit to user
7 Karbon monoksida (CO) PPCO plant Kebakaran
9 Karbon karbida (CaC2) Acetylene plant
13 Cosorb solvent PPCO plant
Kebakaran,
ledakan
14 Uap/gas amonia NPK
Kebakaran,
ledakan,
Sumber : Prosedur Integrasi ISO 9001 : 2008, ISO 14001 : 2004, SMK3 dan
commit to user
2. Keadaan Darurat
PT Pupuk Kujang mendefinisikan keadaan darurat adalah suatu
keadaan dimana perlu penanganan khusus dan tidak dapat ditangani secara
biasa oleh personil yang ada, dikarenakan terjadi salah satu/bersamaan
kejadian seperti kebocoran/menghamburnya bahan kimia berbahaya,
peledakan, kebakaran, bencana alam, gempa bumi atau kejadian huru-hara
pada tingkat tertentu yang membahayakan keselamatan manusia dan aset
perusahaan.
Keadaan darurat adalah suatu keadaan tidak normal/ tidak diinginkan
yang terjadi di area Pabrik yang cenderung membahayakan bagi manusia,
merusak peralatan/harta benda dan atau merusak lingkungan sekitarnya.
(Prosedur Integrasi, ISO 9001:2008, ISO 14001:2004 & SMK3 PT Pupuk
Kujang)
Penanggulangan keadaan darurat adalah semua usaha, tindakan yang
terkoordinasi untuk mengatasi keadaan darurat, guna menyelamatkan
manusia, aset perusahaan dan lingkungan sekitarnya, sehingga tidak
menimbulkan korban manusia serta kerusakan lingkungan.
PT Pupuk Kujang ada tiga (3) tingkatan keadaan darurat yaitu :
a. Keadaan Darurat Tingkat I
Keadaan Darurat Tingkat I adalah keadaan darurat yang berpotensi
mengancam nyawa pekerja dan peralatan/harta benda (aset) yang secara
commit to user
menggunakan prosedur yang telah dipersiapkan tanpa adanya regu
bantuan yang dikonsinyir.
Contoh :
1) Satu unit perumahan terbakar
2) Satu ruangan kantor terbakar
3) Kebakaran gas di salah satu area saja, misal pabrik amonia.
b. Keadaan Darurat Tingkat II
Keadaan Darurat Tingkat II adalah suatu kecelakaan besar dimana
semua karyawan yang bertugas dibantu peralatan dan material yang
tersedia di lokasi tersebut, tidak lagi mampu mengendalikan keadaan
darurat tersebut, seperti kebakaran besar, ledakan dahsyat, bocoran B3
yang kuat, semburan minyak/gas dan lain-lain, yang mengancam jiwa
manusia, lingkungan dan aset perusahaan dengan dampak bahaya pada
karyawan/daerah/masyarakat sekitarnya. Bantuan tambahan yang
diperlukan masih berasal dari industri sekitar, pemerintah setempat, dan
masyarakat sekitarnya.
Contoh :
1) Listrik mati total
2) Kebakaran satu lantai gedung pusat administrasi (GPA)
3) Kebakaran satu lokasi/bangunan di gudang/bengkel
4) Kebakaran bangunan di pabrik yang cukup besar yang tidak merusak
peralatan pabrik