commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia memiliki wilayah perairan yang sangat luas, baik itu
berupa lautan maupun danau yang merupakan salah satu keanekaragaman
hayati, yaitu sumber daya air. Sumber daya air merupakan kebutuhan
dasar manusia. Sumber daya air tersebut dapat dinikmati oleh masyarakat
sekitar. Pengelolaan yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan sumber
daya air misalnya menjadikan sebagai sumber air minum, irigasi lahan
pertanian, untuk kebutuhan sehari-hari seperti kegiatan mandi dan
mencuci, serta untuk kebutuhan industri. Pada dasarnya, penggelolaan
sumber daya air adalah aplikasi dari cara struktural dan non struktural
untuk mengendalikan sistem sumber daya air alam dan buatan manusia
untuk kepentingan manusia dan tujuan lingkungan (Robert dan Roestam,
2005:19). Selain itu, air juga dapat dikembangkan untuk kegiatan
pariwisata.
Obyek wisata air selalu mengalami perkembangan yang cukup
pesat dan kini telah menjadi sektor unggulan setiap daerah. Pemerintah
berupaya keras untuk meningkatkan pelayanan kepada wisatawan dengan
peningkatan sarana prasarana pendukung, atraksi, maupun akomodasi.
Tetapi, pada kenyataannya pengembangan yang dilakukan sifatnya belum
commit to user
komperehesif, hanya mementingkan besarnya keuntungan yang diperoleh
tanpa melihat aspek ekologis dan berkelanjutan dari obyek wisata.
Akibatnya terjadi pencemaran lingkungan alam dan lingkungan hidup, dan
berdampak pada perubahan sikap sosial masyarakat sekitar. Padahal
apabila obyek wisata dapat dikelola dengan baik, maka akan mampu
menarik wisatawan untuk berkunjung dan pada akhirnya dapat
meningkatkan pendapatan daerah, memperluas lapangan pekerjaan,
mendorong terpeliharanya lingkungan hidup dan pada akhirnya mampu
mendorong pembangunan daerah pada sektor yang lain
Selain pemanfaatan sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan
manusia dan pariwisata, keberadaan dari sumber daya air haruslah dijaga
kelestariannya. Hal ini perlu dilakukan mengingat sifat dari sumber daya
air merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui sehingga
setiap pemanfaatan sumber daya air harus memperhatikan aspek
keberlanjutan.
Kabupaten Magetan terletak di lereng Gunung Lawu sebelah timur
dan berada di ujung Barat Provinsi Jawa Timur berbatasan dengan
Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Sebagai daerah perbukitan dengan
panorama alam yang indah, hutan yang alami, banyak sumber air yang
mengalir membuat Magetan subur, asri dan sejuk. Magetan yang
mayoritas penduduknya sebagai petani yang penuh dengan kesederhanaan,
keramah-tamahan dan menjunjung tinggi nilai-nilai gotong royong. Hal ini
tercermin dari semboyan Magetan Kumandhang Yen Kabeh Tumandang
commit to user
saling bahu membahu. Etos kerja yang tinggi juga tercermin dari filsafah
Wani Hamungkasi Karya, Memayu Hambayuning Bawana yang bermakna
berani menyelesaikan masalah sampai tuntas guna menciptakan
kesejahteraan yang berorientasi pada keseimbangan dan kelestarian alam.
Semboyan dan falsafah ini menunjukkan begitu kuat tekat masyarakat
Magetan untuk mewujudkan cita-cita menjadikan Magetan yang maju,
mandiri, aman, adil dan sejahtera.
Kabupaten Magetan memiliki berbagai jenis potensi wisata yang
masih memerlukan upaya pengembangan untuk mendukung sektor
pariwisata yang merupakan salah satu andalan pembangunandi Indonesia.
Berbagai aset wisata yang saat ini ada masih memerlukan peningkatan
baik dari segi kuantitas maupun kualitas dalam rangka memenuhi
kebutuhan masyarakat untuk berwisata serta menjadikan pariwisata
sebagai salah satu sektor ekonomi alternatif penting di masa depan.
Kawasan Wisata Telaga Wahyu dimaksudkan untuk memberikan
pilihan lain selain kawasan Wisata Sarangan. Kebetulan letaknya tidak
terlalu jauh dari Telaga Sarangan, terletak di kaki Gunung Lawu. Telaga
Wahyu merupakanobyek wisata pendukung Telaga Sarangan,
bersama-sama dengan Air Terjun Pundak Kiwo, Air Terjun Tirtosari, Air Terjun
Jarakan, Air Terjun Watu Ondo, Prasasti Watu Ongko, Puncak Lawu serta
Bumi Perkemahan Mojosemi dan Taman Bunga Sarangsari.Berdasarkan
beberapa uraian di atas, sangat menarik untuk meneliti lebih lanjut tentang
pengembangan obyek wisata Telaga Wahyu dan mengambil judul
commit to user
KHUSUS TELAGA WAHYU DI KABUPATEN MAGETAN” dengan
fokus pada upaya pemanfaatan lahan dan perbaikan fasilitas penunjang
obyek. Hal itu bisa dilakukan mengingat Telaga Wahyu masih memiliki
potensi yang cukup besar untuk menjadi sebuah obyek wisata minat
khusus yang layak untuk dikunjungi dengan ketersediaan akses dan
fasilitas yang baik.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas,dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana potensi pariwisata di Telaga Wahyu Kabupaten
Magetan?
2. Bagaimanastrategi pengembangan wisata minat khusus di Telaga
Wahyu Kabupaten Magetan?
3. Kendala apa yang dihadapi dalam pengembangan wisata minat
khusus di Telaga Wahyu dan solusi apa saja yang dilakukan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan dari rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui potensi pariwisata di Telaga Wahyu Kabupaten
commit to user
2. Mengetahui strategi pengembangan wisata minat khusus di Telaga
Wahyu Kabupaten Magetan
3. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan
wisata minat khusus di Telaga Wahyu dan solusi yang dilakukan
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat penulisan laporan Tugas Akhir ini dapat menjadi
penambah sumber pengetahuan bagi penulis pada khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya, serta memberikan informasi keilmuan dalam
bidang usaha perjalanan wisata khususnya dalam pengembangan obyek
wisata.
2. Manfaat Praktis
Memberikan informasidan atraksi wisata berupa daya tarik
wisatawan sebagai sarana refresing bagi wisatawan untuk memberikan
motivasi meningkatkan tingkat kunjungan ke Telaga Wahyu Kabupaten
commit to user
E. Kajian Pustaka
1. Definisi Pariwisata
Pariwisata berasal dari dua kata yakni “pari” dan “wisata”. Pari dapat
diartikan sebagai banyak, berkali-kali, berputar atau lengkap. Sedangkan
wisata dapat diartikan sebagai perjalanan atau berpergian yang dalam hal
ini sinonim dengan kata “travel” dalam bahasa inggris. Atas dasar itu
maka pariwisata dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan
berkali-kali atau berputar-putar dari satu tempat ke tempat yang lain, yang
dalam bahasa inggris disebut dengan “Tour” (Oka A. Yoeti, 1996:112).
Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan,
“pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata
termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang
terkait di bidang ini”.
Sedangkan pengertian pariwisata menurut Undang-Undang No. 10
Tahun 2009 adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah (Bab 1, Pasal 1, Ayat 3).
Dilain sisi WTO mendefinisikan pariwisata sebagai “the activities of
persons travelling to and staying in places outside their usual environment
for not more than one concecutive year for leisure, business and other
purposes” atau berbagai aktivitas yang dilakukan orang-orang yang
commit to user
dan tidak lebih dari satu tahun berturut-turut untuk kesenangan, bisnis, dan
keperluan lain (Muljadi A. J, 2009:9).
Peraturan Daerah Kabupaten Magetan Nomor 7 Tahun 2013 tentang
kepariwisataan pasal 7 menjelaskan Daya tarik wisata meliputi daya tarik
wisata alam, daya tarik wisata budaya, daya tarik wisata buatan.
Pembangunan terhadap daya tarik wisata dilaksanakan berdasarkan prinsip
menjunjung tinggi nilai agama dan budaya, serta keseimbangan antara
upaya pengembangan manajemen atraksi untuk menciptakan daya tarik
wisata yang berkualitas, berdaya saing, serta mengembangkan upaya
konservasi untuk menjaga kelestarian dan berkelanjutan sumber dayanya.
2. Pengembangan Obyek Wisata
Pengembangan obyek wisata dapat diartikan usaha atau cara untuk
membuat jadi lebih baik segala sesuatu yang dapat dilihat dan
dinikmati oleh manusia sehingga semakin menimbulkan perasaan
senang dengan demikian akan menarikwisatawan untuk berkunjung.
Gamal Suwantoro (1997:57) menulis mengenai pola kebijakan
pengembangan obyek wisata yang meliputi:
a. Prioritas pengembangan obyek
b. Pengembangan pusat-pusat penyebaran kegiatan wisatawan
c. Memungkinkan kegiatan penunjang pengembangan obyek
commit to user
Dalam pengembangan obyek wisata ini, perlu diperhatikan tentang
prasarana pariwisata, sarana wisata, infrastruktur pariwisata dan
masyarakat sekitar obyek wisata tersebut.
3. Pengembangan Wisata Tirta
Rencana pengembangan kawasan wisata tirta harus dikaitkan
dengan berbagai kepentingan yang mendasar, yaitu pemberdayaan
masyarakat setempat. Masyarakat lokal adalah masyarakat yang
memiliki banyak pengetahuan tentang kondisi obyektif wilayahnya,
oleh karena itu dalam pengembangan kawasan wisata tirta, senantiasa
hendaknya dimulai pendekatan terhadap masyarakat setempat sebagai
suatu model pendekatan perencanaan partisipatif yang menempatkan
masyarakat lokal memungkinkan saling berbagi, meningkatkan dan
menganalisa pengetahuan mereka tentang wisata tirta, membuat
rencana dan bertindak.
Pengembangan kawasan wisata tirta adalah satu bentuk
pengelolaan kawasan wisata yang berupaya untuk memberikan
manfaat terutama bagi upaya perlindungan dan pelestarian
sertapemanfaatan potensi dan jasa lingkungkan sumber daya perairan.
Di lain pihak masyarakat dapat merasakan manfaatnya secara langsung
pada usaha pariwisata melalui terbukanya kesempatan kerja dan usaha
yang pada gilirannya akan mampu meningkatkan pendapatan
masyarakat dan pemerintah. Peraturan Daerah Kabupaten Magetan
Nomor 7 Tahun 2013 tentang kepariwisataan pasal 31 menjelaskan
commit to user
dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa
lainnya yang dikelola secara komersial. Bidang usaha wisata tirta di
Daerah meliputi jenis usaha wisata sungai, danau, dan waduk.
4. Wisata Alam
Menurut Undang-Undang No.5 Tahun 1990 tentang konservasi
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, Taman Wisata Alam
adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk
pariwisata dan rekreasi alam. Sedangkan kawasan konservasi sendiri
adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di
perairan yang mempunyai sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara
lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Pasal 31 dari Undang-Undang No.5 Tahun1990 menyebutkan
bahwa dalam taman wisata alam dapat dilakukan kegiatan untuk
kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang
budidaya dan wisata alam. Pasal 34 menyebutkan pula bahwa
penggelolaan taman wisata dilaksanakan oleh pemerintah.
Wisata alam adalah bentuk kegiatan rekreasi dan pariwisata yang
memanfaatkan potensi sumber daya alam, baik dalam keadaan alami
maupun setelah ada usaha budidaya, sehingga memungkinkan
wisatawan memperoleh kesegaran jasmanniah dan rohaniah,
mendapatkan pengetahuan dan pengalaman serta menumbuhkan
inspirasi dan dan cinta terhadap alam (Anonymous, 1982 dalam
commit to user
5. Wisata Minat Khusus
Kegiatan wisata berkembang seiring dengan perkembangan
kebutuhan manusia. Pada masyarakat perkotaan dimana ritme
kehidupan berjalan cepat disertai tekanan hidup yang makin
meningkat menimbulkan permasalahan tersendiri. Perkembangan
lingkungan kota yang keras membuat masyarakatnya cenderung
mudah mengalami stres. Kebutuhan untuk mencari pelepasan stres
menimbulkan perkembangan positif salah satu gejala yang
berkembang dari kebutuhan masyarakat kota adalah kebutuhan untuk
berwisata.
Kegiatan pariwisata pada umumnya dilakukan di luar wilayah
tempat tinggal wisatawan. Kegiatan wisata banyak dilakukan di
tempat-tempat yang memiliki iklim sejuk, pemandangan menarik dan
memiliki atraksi wisata. Namun untuk memperoleh tempat wisata
semacam itu dibutuhkan dukungan dana sejumlah tertentu sesuai
dengan jarak, atraksi dan pelayanan wisata yang diinginkan.
Perkembangan industri pariwisata yang linier dengan
perkembangan kebutuhan manusia menciptakan berbagai jenis
wisata. Mulai wisata massal seperti piknik/tamasya dengan fokus
hanya bersenang-senang (hedonisme), sampai bentuk wisata minat
khusus yang memiliki fokus kegiatan yang lebih spesifik.
Wisata minat khusus (Special Interest Tourism) merupakan
bentuk kegiatan dengan wisatawan individu, kelompok atau
commit to user
mendapatkan pengalaman tentang suatu hal di daerah yang dikunjungi
(Fandeli, 2002:107).
Salah satu bentuk wisata baru tersebut adalah wisata minat
khusus yang digambarkan Wall and Weiler (1992:4, Smith: 1992)
sebagai :
The special interest traveller wants to experience something new,
whether it is history, food, sport, customs or the outdoors. Many wish
to appreciate the new sights, sound, smell, tastes and to undertsand the
place and it’s people
Wisata minat khusus kerap disebut juga sebagai perjalanan aktif
dan memberikan pengalaman baru, wisata sosial, wisata pendidikan,
dan sebagainya.
Pariwisata minat khusus menurut Fandeli (1992:107) dapat terfokus
pada :
1) Aspek budaya, misalnya tarian/musik/seni tradisional, kerajinan,
arsitektur, pola tradisi masyarkat, aktivitas ekonomi yang spesifik,
arkeologi dan sejarah.
2) Aspek alam, berupa kekayaan flora fauna, gejala geologi,
keeksotikan taman nasional, hutan, suangai, air terjun, pantai, laut
dan perilaku ekosistem tertentu.
Ada beberapa kriteria yang dapat dipergunakan sebagai pedoman
dalam menetapkan suatu bentuk wisata minat khusus, yaitu adanya
commit to user
1).Learning yaitu kegiatan wisata yang mengarah pada unsur
pembelajaran
2).Rewarding, yaitu kegiatan wisata yang memasukkan unsur
pemberian penghargaan atau mengagumi keindahan/keunikan
kekayaan dari suatu atraksi yang kemudian menimbulkan penghargaan
3). Enriching, yaitu pariwisata yang memasukkan peluang terjadinya
pengkayaan pengetahuan masyarakat
4). Adventuring, yaitu pariwisata yang dirancang sebagai wisata
petualangan (Fandeli, 1992:110)
Pada umumnya wisatawan minat khusus memiliki motivasi
keingintahuan yang tinggi terhadap sesuatu hal. Wisata ini
menghasilkan dorongan bagi wisatawan untuk mempelajari sesuatu
(learning). Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan wisata
minat khusus adalah adanya unsur rewarding yang tinggi terhadap
obyek yang dikunjungi. Wisata minat khusus juga mengandung
pengkayaan pengalaman bagi wisatawan karena kegiatan ini akan
menghadirkan pengalaman baru bagi wisatawan.
Melihat karakteristik wisata minat khusus yang sangat fleksible
sangat mungkin semua wilayah termasuk perkotaan dapat
mengembangkan diri sebagai daerah destinasi wisata minat khusus.
Potensi obyek wisata minat khusus dapat ditumbuhkan dan dikelola
sedemikian rupa sehingga mampu berkembang sebagai tempat yang
memiliki keunikan dan menarik minat wisatawan untuk mempelajari
commit to user
F. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kualitatif yang mana
didalam penelitian ini mengumpulkan data yang diperoleh melalui obervasi
dalam praktek kerja dilapangan.
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di kawasan obyek Wisata Telaga Wahyu yang
beralamat di Jalan raya Plaosan-Sarangan, Magetan. Penelitian ini
dilakukan secara berkala pada bulan Januari-Maret 2014 dan dilakukan
pada hari dimana obyek dipadati oleh pengunjung guna mendapat hasil
yang akurat dan merata.
2. Teknik Pengumpulan Data
Untuk menunjang tercapainya tujuan penelitian ini, maka metode
yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data dengan cara mengamati,
meneliti atau mengukur kejadian yang sedang berlangsung. Dengan cara
ini data yang diperoleh adalah factual dan actual, dalam artian data yang
dikumpulkan diperoleh pada saat peristiwa berlangsung ( Endar Sugiarto
dan Kusmayadi, 2000:84).
Observasi dilakukan pada saat kegiatan On The Job Training bulan
Januari-Maretdi Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Pemuda Olahragadan
Obyek wisata Telaga Wahyu. Observasi dilakukan secara langsung dengan
mengamati tentang kondisi obyek wisata Telaga Wahyu meliputi fasilitas
commit to user
tersebut sehingga memperoleh data yang akurat dan terfokus. Dalam
observasi dilakukan juga dengan pemotretan setiap detail yang ada di
obyek Telaga Wahyu. Setelah seluruh data didapat kemudian diolah dan
dianalisa. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan seperti pengamatan dalam
kantor Kepala Bidang, Kepala Seksi Obyek dan Daya Tarik Wisata serta
penjualan tiket masuk Telaga Wahyu, pembukuan, dan pengembangan
obyek dan tarik wisata.
b. Wawancara
Wawancara merupakan proses interaksi dan komunikasi antara
pengumpul redaksi data dengan koresponden. Sehingga wawancara dapat
diartikansebagai cara mengumpulkan data dengan bertanya langsung
kepada responden dan jawaban-jawaban dicatat atau direkam(Endar
sugiarto dan Kusmayadi, 2000, 83).
Pengumpulan data dengan melakukan wawancara dan tanya jawab
dengan Bapak Kuswinardi selaku Kepala Kawasan Wisata Sarangan,
Bapak Rusni selaku Penggelola Telaga Wahyu, wisatawan, maupun warga
sekitar yang akhirnya dapat memperoleh data-data yang jelas, terperinci
yang berkaitan dengan sejarah maupun hal-hal lainnya yang menyangkut
obyek penelitian tersebut. Wawancara dilakukan bersamaan dengan
observasi ke obyek wisata Telaga Wahyu.
c. Studi Arsip atau Dokumen
Studi arsip merupakan metode yang digunakan untuk
commit to user
diperlukan. Berdasarkan uraian di atas dokumen itu misalya data
kunjungan, rencana pengembangan jangka menengah (RPJM), dan
Peraturan Daerah Kabupaten Magetan.
d. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan segala usaha yang dilakukan untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai dengan masalah yang akan atau
sedang diteliti seperti mancari dari situs internet atau buku-buku
diperpustakaan dan lab tour D3 Usaha Perjalanan Wisata, brosur, media
cetak, situs internet, dll.
3. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses pengorganisasian data dan
mengurutkan ke dalam pola, katagori dan satuan uraian dasar sehingga
dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data.
Teknik analisis yang digunakan dengan diskriptif kualitatif dimana
menjabarkan keterangan-keterangan maupun data yang didapatkan
kemudian di analisis dari data-data yang didapatkan.
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dipelajari dan memutuskan apa yang
commit to user
G. Sistematika Penulisan
Hasil Penelitian yang diperoleh setelah dilakukan analisis
kemudian disusun dalam bentuk laporan akhir dengan sistematika
penulisan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, berisi uraian tentang Latar Belakang Permasalahan,
Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian,Manfaat Penelitian, Kajian
Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
Bab II Kondisi Pariwisata Kabupaten Magetan, berisi tentang gambaran
umum Kabupaten Magetan, kondisi sosial dan budaya Masyarakat
Magetan, Arah Kebijakan Keuangan Daerah Kabupaten Magetan,Profil
Pariwisata Kabupaten Magetan, Struktur Organisasi dan Tugas Dinas
Pariwisata, kebudayaan dan Pemuda Olahraga (DINAS PARBUDPORA)
Kabupaten Magetan.
Bab III Potensi dan Strategi Pengembangan Wisata Telaga Wahyu, Berisi
tentang potensi pengembangan wisataTelaga Wahyu, strategi
pengembangan wisata minat khusus Telaga Wahyu, faktor pendukung
dan penghambat dalam konsep wisata minat khusus telaga wahyu,
analisis SWOT dan 4A.