• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN KARAKTER KEDISIPLINAN DI SD AL-ISLAM 3 GEBANG SURAKARTA Pengelolaan Karakter Kedisiplinan Di SD Al-Islam 3 Gebang Surakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGELOLAAN KARAKTER KEDISIPLINAN DI SD AL-ISLAM 3 GEBANG SURAKARTA Pengelolaan Karakter Kedisiplinan Di SD Al-Islam 3 Gebang Surakarta."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN KARAKTER KEDISIPLINAN DI SD

AL-ISLAM 3 GEBANG SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Program Studi Magister Administrasi Pendidikan Dasar

Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk memenuhi salah satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Magister Pendidikan

Oleh : SUMANTO NIM. Q 100 130 103

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

Abstrak

Sumanto (Q 100 130 103). 2016. Pengelolaan Karakter Kedisiplinan di SD Al-Islam 3 Gebang Surakarta. Program Magister Administrasi Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mendeskripsikan konsep Disiplin manajemen (manajemen) Karakter di SD Al Islam 3 Gebang Surakarta saat ini 2) Upaya meningkatkan belajar siswa di sekolah dasar Disiplin Al Islam 3 Gebang Surakarta. 3) Faktor pendukung dan penghambat faktor Karakter siswa Disiplin di SD Al Islam 3 Gebang Surakarta.

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Al Islam 3 Surakarta di Jl.Bromo No.02 Desa Kadipiro Banjarsari Surakarta Kabupaten kota Solo terletak di bagian utara, sementara penelitian dilakukan di Januari 2015.

Hasil penelitian Secara umum pelaksanaan kode disiplin menjalankan secara tertib dan teratur, dapat dilihat dari antusiasme dan keaktifan siswa dalam praktek. Meskipun ada beberapa siswa yang tidak begitu peduli dengan disiplin. Upaya untuk meningkatkan Disiplin Siswa di SD Al Islam 3 Gebang Surakarta. Pelaksanaan manajemen bisnis sebagai internalisasi karakter disiplin ajaran Islam di SD Al-Islam Surakarta 3 penanaman nilai-nilai agama meliputi: doa disiplin apel pagi disiplin, dan disiplin tadarus Al-Qur'an. Sedangkan budidaya nilai-nilai moral termasuk hal disiplin dan Salim, pemutaran murotal dan asmaul husna, disiplin Jumat bersih dan disiplin infaq / sedekah. Nilai-nilai Islam yang dapat diinternalisasikan ke pelajar dengan karakter yang ada dari disiplin nilai ibadah dan nilai-nilai moral. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam meningkatkan belajar siswa di sekolah dasar Disiplin Al Islam 3 Gebang Surakarta Faktor-faktor yang mendukung karakter disiplin siswa pendidikan adalah) Nilai kejujuran, b) Nilai tanggung jawab dan c) penilaian Model pada setiap subjek menggunakan penilaian kognitif (pengetahuan) , afektif (sikap), juga psikomotor (keterampilan). Faktor penghambat adalah lingkungan yang tidak baik.

(6)

Abstract

Sumanto (Q 100 130 103). 2016. Character Management Discipline in SD Al-Islam 3 Gebang Surakarta. Master Program in Educational Administration. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

The purpose of this research is:1) To describe the concept of management (management) Character Discipline in SD Al Islam 3 Gebang Surakarta this time 2) Efforts to improve student learning in elementary school Discipline Al Islam 3 Gebang Surakarta. 3) Factors supporting and inhibiting factors Character Discipline students in elementary Al Islam 3 Gebang Surakarta.

This research was conducted at the Primary School Al Islam 3 No.02 Jl.Bromo Surakarta in Surakarta Regency Village Kadipiro Banjarsari city of Solo is located in the northern part, while research conducted in January 2015

The result of the study In general the implementation of the discipline code running in an orderly and organized, it can be seen from the enthusiasm and activeness of students into practice. Although there are some students who are not so concerned with the discipline. Efforts to improve Discipline Students in elementary Al Isla m 3 Gebang Surakarta. Implementation of business management as a discipline character internalization of Islamic teaching in elementary Al-Islam 3 Surakarta the planting of religious values include: discipline apple morning prayers discipline, and discipline tadarus Qur'an. While the cultivation of moral values include regards discipline and Salim, playback murotal and asmaul husna, discipline clean Friday and discipline infaq / alms. The values of Islam which can be internalized to the learner with the existing character of a value discipline of worship and moral values. Factors supporting and inhibiting factors in improving student learning in elementary school Discipline Al Islam 3 Gebang Surakarta Factors that support character education student discipline is a) Value honesty, b) Value of responsibility and c) Model assessment on each subject using cognitive assessment (knowledge), affective (attitude), also psychomotor (skills). Inhibiting factor is the environment that is not good.

(7)

PENDAHULUAN

Pendidikan karakter dalam konteks kekinian sangat relevan dan penting untuk mengantasi krisis moral yang terjadi di Indonesia. Diakui atau tidak diakui saat ini terjadi krisis nyata dan mengkhawatirkan karena telah berimbas kepada anak-anak dan remaja usia sekolah. Krisis tersebut berupa tawuran antar pelajar, menurunnya kejujuran, kehilangan daya kreatif (kreatifitas), tanggungjawab, dan sebagainya yang sudah menjadi masalah sosial dan ikut memberi andil terjadinya konflik ditingkat rakyat bawah.

Pendidikan sebagai suatu upaya sadar mengembangkan potensi peserta didik, tidak dapat dilepaskan dari lingkungan mereka berada, utamanya lingkungan budaya, karena pendidikan yang tidak dilandasi prinsip budaya menyebabkan peserta didik tercabut dari akar budayanya, dan ketika hal itu terjadi maka mereka tidak akan mengenal budayanya dan akan menjadi asing dalam lingkungan budaya masyarakatnya, kondisi demikian menjadikan siswa cepat terpangaruh oleh budaya luar. Kecenderungan itu terjadi karena ia tidak memiliki norma dan nilai budaya yang dapat digunakan untuk melakukan pertimbangan (Kemendiknas, 2010:5).

Pendidikan karakter menjadi amat penting karena melalui kegiatan tersebut nilai-nilai kebangsaan akan tersosialisasi sistimatis dan diterima semua

(8)

20 Tahun 2003) sudah memberikan landasan yang kokoh untuk mengembangkan keseluruhan potensi diri seseorang sebagai anggota masyarakat dan bangsa.

Proses pengembangan nilai-nilai yang menjadi landasan dari karakter itu menghendaki suatu proses yang berkelanjutan, dilakukan melalui berbagai mata pelajaran yang ada dalam kurikulum. Dalam mengembangkan pendidikan karakter bangsa, kesadaran akan siapa dirinya dan bangsanya adalah bagian yang teramat

penting, kesadaan tersebut hanya dapat terbangun dengan baik melalui pencerahan masa lalu, masa kini dan akan datang tentang bangsanya. (Kemendiknas, 2010: 6)

Pendidikan karakter sejatinya merupakan bagian esensial tugas sekolah dalam hal ini sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan nilai-nilai luhur dalam lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat.

Zubaedi (2011: 17) menyatakan pendidikan karakter adalah: Upaya penanaman kecerdasan dalam berfikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengamalan dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, antarsesama, dan lingkungannya. Nilai luhur tersebut antara lain kejujuran, kedisiplinan, kemandirian, sopan santun, kemuliaan sosial, kecerdasan berfikir termasuk kepenasaran akan intelektual, dan berfikir logis. Pendidikan memiliki beberapa tujuan utama yaitu; pengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia sekaligus warga bangsa; mengembangkan kebiasaan dan perlaku peserta didik yang terpuji, menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab, mengembangkan peserta didik menjadi manusia mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan, mengembangkan lingkungan belajar yang aman, jujur, disiplin, penuh kreatifitas dan persahabatan.

Dalam mewujudkan tujuan pendidikan karakter, sangat dibutuhkan peran guru dalam pengelolaan pendidikan karakter yang benar-benar memiliki kekuatan

(9)

Pada studi awal lapangan ditemukan sekitar 79 persen guru SD Al Islam 3 Gebang Surakarta menyatakan bahwa pendidikan karakter sudah dilaksanakan, hal tersebut dibenarkan Wakasek Kesiswaan Munawar Kholil, S.Pd (diwawancarai, 26/03/2015) yang menyatakan telah dilaksanakan aktifitas sebagai bentuk pendidikan karakter yakni: pembiasaan perilaku siswa yang mengarah kepada peningkatan kesadaran diri dan lingkungan (akhlak mulia) dengan wujud :

tiap-tiap siswa datang ke sekolah pagi hari memunguti rumput dan membuangnya ke tong sampah; berbaris tertib saat masuk dan keluar ruang belajar; menghormati guru yang dijumpai dengan menjabat tangan sang guru tak peduli apakah mengajar di kelasnya atau tidak. Pembiasaan tersebut sudah dilakukan sejak tahun pelajaran 2010 – 2014 hingga sekarang.

Berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan karakter yang disosialisasikan ke sekolah SD Al Islam 3 Gebang Surakarta menjelang tahun pelajaran 2015 – 2016, dalam tinjauan perilaku karakter kedisiplinan tampaknya sama dengan apa yang sudah dilakukan selama ini, namun apabila bertitik tolak pada pengelolaan yang sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter yang diterbitkan Kemendiknas (2011:26) yakni : menyusun analisis konteks, menyusun Rencana Akasi Sekolah (RKS) yang berintikan penyusunan dokumen tentang nilai-nilai yang akan dikembangkan secara terstruktur dan terprogram dalam visi, misi serta prinsip pengembangan; pembelajaran, inovatif, kreatif, adaptif dan proaktif berbudaya lingkungan sampai kepada kurikulum yang adaptif, belum dilaksanakan secara penuh, maka sesuai dengan penelitian awal yang dilaksanakan di SD Al Islam 3 Gebang Surakarta, hanya 12 persen dari seluruh guru yang menyatakan sudah dilaksanakan pengelolaan pendidikan karakter,

selebihnya yakni 88 persen menyatakan belum dilakukan pendidikan karakter. Memperhatikan temuan tersebut dan dihubungkan dengan informasi Ibu

(10)

(KD). Nilai pendidikan karakter dianggap tercapai apabila KD yang diajarkan tuntas, yang dinilai melalui penilaian atau tes formatif. Ditambahkan pula bahwa proses penanaman nilai-nilai karakter dianggap satu bagian tak terpisahkan dari proses pembelajaran yang dilakukan, walaupun kurikulum yang digunakan belum dilakukan penyesuaian dengan kurikulum khusus untuk mendukung pelaksanaan pendidikan karakter.

Menurut Kepala Tata Usaha (KTU) SD Al Islam 3 Gebang Surakarta (01/05/2015) pendidikan karakter di SD Al Islam 3 Gebang Surakarta benar-benar sudah dilaksanakan sebagaimana dikemukakan oleh guru-guru, baik itu mengatur perilaku siswa maupun melakukan pembinaan di kelas dan pembinaan ketakwaan di mesjid serta pembinaan lainnya melalui Pramuka dan Palang Merah Remaja (PMR), namun hal-hal yang berhubungan dengan administrasi pembelajaran yang berkaitan dengan pendidikan karakter seperti kurikulum, sarana, cara-cara mengajar apalagi dalam hal menegakan disiplin terhadap siswa pada pagi hari sampai waktu pulang sekolah masih jadi masalah, karena bukan kendalanya bukan saja pada siswa; tetapi guru juga sendiri masih jauh dari sikap disiplin dalam melaksanakan tugasnya; mereka belum bisa memberikan keteladanan yang sungguh-sungguh, lebih banyak menuntut hak daripada melaksanakan kewajibannya sebagai guru. Sehingga tidak mengherankan kalau disiplin yang diharapkan belum bejalan baik, demikian pula kejujuran, sopan santun, kratifitas dan kemandirian belum bisa diwujudkan secara maksimal di sekolah, apalagi di rumah.

Kondisi obyektif lapangan yang ditemukan, apabila dihubungkan dengan pelaksanaan pendidikan karakter sesuai dengan pedoman Kemendikbud (2011:13)

yang menyatakan pelaksanaan pendidikan karakter dimulai dari tahap perencanaan visi, misi dan tujuan sekolah, tahap pelaksanaan, tahap

(11)

Dengan kasus yang tampak tersebut, peneliti tertarik dan terdorong mengungkap dan mempelajari lebih jauh tentang bagaimana sesungguhnya implementtasi pengelolaan karakter kedisiplinandi SD Al Islam 3 Gebang Surakarta sehingga benar-benar mampu berkontribusi dalam proses pembentukan karakter peserta didik yang konsisten, sehingga pemahaman siswa terhadap nilai-nilai kehidupan yang terpuji (akhlak mulia), tidak lagi hanya melalui proses

pembiasaan dan pencantuman nilai-nilai dalam program pembelajaran semata, tetapi dilakukan secara holistik multi jalan dan multi program, mengingat SD Al Islam 3 Gebang Surakarta adalah termasuk sekolah Terakreditasi A yang ada di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta, dan menjadi salah satu sekolah yang berada di kawasan padat penduduk, meskipun demikian tidak pernah terlibat dalam konflik.

Tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk mendeskripsikan konsep Pengelolaan (manajemen) Karakter Kedisiplinan di SD Al Islam 3 Gebang Surakarta Selama ini. Usaha-usaha untuk meningkatkan Kedisiplinan Belajar siswa di SD Al Islam 3 Gebang Surakarta. Faktor pendukung dan faktor penghambat Karakter Kedisiplinan siswa di SD Al Islam 3 Gebang Surakarta.

LANDASAN TEORI/ KAJIAN PUSTAKA

1. Pendidikan

Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat

(12)

negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3).

Berdasarkan hukum yuridis tersebut, pendidikan nasional mengemban misi untuk membangun manusia sempurna (insan kamil). Untuk membangun bangsa dengan jati diri yang utuh, dibutuhkan sistem pendidikan yang memiliki materi yang holistik, serta ditopang oleh pengelolaan dan

pelaksanaan yang baik. Dengan demikian, pendidikan nasional harus bermutu dan berkarakter.

2. Karakter

Secara etimologis, kata karakter (Inggris : character) berasal dari bahasa Yunani, eharassein yang berarti “to engrave” (Ryan and Bohlin, 1999: 5). Kata “to engrave” itu sendiri dapat diterjemahkan menjadi mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan (Echols dan Shadily, 1995: 214). Arti ini sama dengan istilah “karakter” dalam bahasa Inggris (character) yang juga berarti mengukir, melukis, memahatkan atau menggoreskan (Echols dan Shadily, 1995: 214).

Berbeda dengan bahasa Inggris, dalam bahasa Indonesia “karakter” diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Arti karakter secara kebahasaan yang lain adalah huruf, angka, ruang atau simbol khusus yang dapat dimunculkan pada layar dengan papan ketik (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008: 682). Artinya, orang yang berkarakter adalah orang yang berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak tertentu, dan watak tersebut yang membedakan dirinya dengan orang lain.

Di samping karakter dapat dimaknai secara etimologis, karakter juga dapat dimaknai secara terminologis. Secara terminologis Thomas Lickona,

(13)

(moral knowing) yang menimbulkan komitmen terhadap kebaikan (moral

feeling), dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan (moral behavior).

Dengan demikian, karakter mengacu pada serangkaian pengetahuan

(cognitives) sikap (attitudes) dan motivasi (motivations), serta perilaku

(behavior) dan ketrampilan (Marzuki, 2011: 470).

Dari pengertian secara etimologis maupun terminologis di atas, dapat

disimpulkan bahwa karakter merupakan nilai-nilai universal perilaku manusia yang meliputi seluruh aktivitas kehidupan, baik yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, maupun dengan lingkungan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.

Berbagai pengertian karakter dala berbagai perspektif di atas mengindikasikan bahwa karakter identik dengan kepribadian, atau dalam Islam disebut akhlak. Dengan demikian, kepribadian merupakan ciri, karakteristik, atau sifat. Karakter atau akhlak merupakan ciri khas seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan bawaan sejak lahir (Doni Koesoema, 2007: 80).

Karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Karakter juga bisa diartikantabiat, yaitu perangai atau perbuatan yang selalu dilakukan atau kebiasaan. Karakter juga diartikan watak, yaitu sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku

atau kepribadian.

Aristoteles membedakan moral dengan pendidikan karakter. Moral

(14)

3. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter, menurut Ratna Megawangi (2004: 95), “sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya”. Definisi lainnya dikemukakan oleh Fakry Gaffar (2010: 1): “Sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu”. Dalam definisi tersebut, ada tiga ide pikiran penting, yaitu: 1) proses transformasi nilai-nilai, 2) ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan 3) menjadi satu dalam perilaku.

Pendidikan karakter dalam seting sekolah sebagai “Pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah”. Definisi ini mengandung makna (Dharma Kesuma, 2011: 67):

a. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang terintegrasi dengan pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran,

b. Diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh. Asumsinya anak merupakan organisme manusia yang memiliki potensi untuk dikuatkan dan dikembangkan,

c. Penguatan dan pengembangan perilaku didasari oleh nilai yang dirujuk sekolah (lembaga).

Pendidikan karakter itu erat kaitannya dengan habit atau kebiasaan atau kebiasaan yang terus menerus dipraktikkan dan dilakukan sehingga

melahirkan kepribadian. Pendidikan karakter adalah internalisasi nilai-nilai kelayakan yang di kawal dalam pembiasaan hingga melahirkan kepribadian

(15)

merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas.

Jika pendidikan karakter ini berjalan sesuai dengan aturan, maka tujuan tersebut akan tercapai, bahkan fungsi pendidikan karakter akan lebih bermakna dalam membangun masyarakat yang mampu mengembangkan aset pemberian Allah. Dengan aset raga yang sehat, manusia bisa bekerja keras.

Dengan aset pikiran, manusia bisa bekerja dengan cerdas. Dengan aset hati, manusia bisa bekerja dengan ikhlas. Mampu membangun hubungan kepatuhan dengan Sang Khalik. Begitu juga dengan sesama manusia, akan terjalin hubungan yang harmonis. Saling asah, asih, dan asuh. Inilah harapan dari pendidikan karakter.

Dari konsep pendidikan dan karakter sebagaimana disebutkan di atas, muncul pendidikan karakter (character education). Ahmad Amin (1980: 62) mengemukakan bahwa kehendak (niat) merupakan awal terjadinya akhlak (karakter) pada diri seseorang jika kehendak itu diwujudkan dalam bentuk pembiasaan sikap dan perilaku.

METODE PENELITIAN

Tempat penelitian di Sekolah Dasar Al Islam 3 Surakarta di Jl.Bromo No.02 Kelurahan Kadipiro Kecamatan Banjarsari Surakarta Terletak di kota Solo Bagian Utara, sedangkan Penelitian dilaksanakan bulan Januari tahun 2015.

Kondisi lingkungan fisik SD Al-Islam 3 Surakarta secara umum

mendukung terjadinya proses belajar mengajar, hal itu terlihat pada gedung kelas yang bersih serta nyaman dengan halaman yang cukup luas, masjid tepat berada di

tengah sekolah, letak yang strategis dengan jangkauan transportasi yang mudah. Sumber data dalam penelitian ini adalah data-data pendidikan karakter disiplin pada siswa SD Al Islam 3 Gebang Surakarta serta hasil wawancara langsung dengan pihak-pihak yang dapat mendukung penelitian ini, yaitu:

(16)

b) Guru Sekolah Dasar Al Islam 3 Gebang Surakarta

c) Siswa siswi SD Al Islam 3 Gebang Surakarta

HASIL PENELITIAN

1. Karakter Kedisiplinan di SD Al-Islam 3 Gebang Surakarta

Secara umum pelaksanaan karakter kedisiplinan tersebut berjalan secara tertib dan teratur, hal ini bisa terlihat dari antusias dan keaktifan siswa dalam melaksanakannya. Meskipun ada beberapa siswa yang tidak begitu peduli dengan adanya kedisiplinan tersebut.

2. Usaha-usaha untuk meningkatkan Kedisiplinan Siswa di SD Al Islam 3 Gebang Surakarta.

Usaha penerapan pengelolaan karakter kedisiplinan sebagai upaya internalisasi nilai Ajaran Islam di SD Al-Islam 3 Surakarta yaitu penanaman

nilai ibadah meliputi : kedisiplinan apel pagi, kedisiplinan shalat berjamaah, dan kedisiplinan tadarus Al- Qur’an. Sedangkan penanaman nilai akhlak meliputi kedisiplinan salam dan salim, pemutaran murotal dan asmaul husna, kedisiplinan jum’at bersih serta kedisiplinan infaq/sedekah. Nilai-nilai ajaran Islam yang dapat di internalisasikan kepada peserta didik dengan adanya karakter kedisiplinan yang ada yaitu nilai ibadah serta nilai akhlak.

3. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam meningkatkan Kedisiplinan belajar Siswa di SD Al Islam 3 Gebang Surakarta

Faktor yang mendukung pendidikan karakter kedisiplinan siswa adalah a) Nilai kejujuran, b) Nilai tanggung jawab dan c) Model penilaian pada setiap mata pelajaran menggunakan penilaian kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), juga psikomotorik (ketrampilan). Faktor penghambat adalah lingkungan yang tidak baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

(17)

pendidikan karakter disiplin peneliti menyampaikan saran yang bertujuan untuk memberikan masukan kepada pihak sekolah dalam rangka meningkatkan keefektifan pengelolaan karakter kedisiplinan yang diterapkan guna internalisasi nilai ajaran Islam:

1. Kepala Sekolah

Diharapkan bagi kepala sekolah untuk selalu aktif dalam melakukan pengawasan

dan evaluasi terhadap pelaksanaan karakter kedisiplinan serta berpartisipasi dalam pelaksanaanya. Karena tanpa adanya kerja sama antara pihak-pihak terkait, tujuan dari pelaksanaan karakter kedisiplinan tidak akan tercapai.

2. Guru

Diharapkan bagi guru untuk dapat dijadikan model atau contoh yang baik terhadap nilai-nilai ajaran Islam sehingga nilai-nilai tersebut dapat tertanam dengan baik (terinternalisasi) pada diri peserta didik. Karena jika modelnya tidak sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam (karena sifat khilafnya manusia) maka berakibat gagalnya proses internalisasi nilai-nilai ajaran Islam tersebut.

3. Wali Kelas

Diharapkan bagi wali kelas untuk dapat lebih tegas dalam menertibkan siswa serta memberi sanksi bagi yang melanggar peraturan dalam pelaksanaan karakter kedisiplinan, hal ini dilakukan untuk memberikan efek jera bagi siswa, sehingga siswa mempunyai kesadaran dan tanggung jawab dalam pelaksanaan karakter kedisiplinan tersebut.

4. Orang Tua

Diharapkan bagi orang tua untuk lebih aktif dalam menjalin komunikasi dengan pihak sekolah terkait masalah atau hambatan dalam pelaksanaan karakter

kedisiplinan yang diterapkan di rumah serta lebih aktif lagi dalam memantau aktifitas anak-anaknya.

5. Siswa

(18)

pengetahuan agamanya serta menghayati nilai-nilai yang terkandung di dalamnya kemudian mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Arisutha, Damartaji, 2005. Dimensi Kualitas Pelayanan. Penerbit Gramedia

Berry, R. S., 1994. 100 Ideas That Work Discipline In The Classroom. Philipines: ACSI Publications

Bloom, B.S., 1979. Taxonomy Of Educational Objectives Book 1: Cognitive

Domain. London: Longman Group LTD.

Bungin, B. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke

Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Chen, W.B., & Gregory. 2011. “Parental Involvement In The Prereferral Process: Iimplications For Schools”. Remedial and Special Education, 32 (6), hlm. 447–457.

Chiu, M.M., & Chow, B.W.Y. 2011. “Classroom Discipline Across Forty-One Countries: School, Economic, And Cultural Differences”. Journal Of

Cross-CulturalPsychology, 42 (3), Hlm. 516– 533.

Curvin, R. L., & Mindler, A. N. 1999. DisciplineWith Dignity. USA: Association For Supervision And Curriculum Development.

Dahl, A, Campos, J. J., & Witherington, D. C. 2011. “Emotional Action And Communication In Early Moral Development”. Emotion Revie, 3 (2), hlm.147–157.

Devine, D. 2002. “Children’s Citizenship and the Structuring of Adult Child Relations in the Primary School”. Childhood, 9 (3), Hlm. 303–320.

Domina, T. 2005. “Levelling the Home advantage: Assessing the Effectiveness of Parental Involvement in Elementary School”. Sociology of Education, 78, hlm. 233-249.

Johansson, E., dkk. 2011. “Practices For Teaching Moral Values in the Early Years: A Call for a Pedagogy Of Participation”. Education, Citizenship

And Social Justice, 6 (2), Hlm. 109–124.

Kirschenbaum, H. 1995. 100 Ways To Enhance Values And Morality In Schools

(19)

Lickona, T. 1991. Educating For Character. New York: Bantam Books. Lickona, T. 2012. Character matters: persoalan karakter, bagaimana membantu anak mengembangkan penilaian yang baik, integritas, dan kebajikan

penting lainnya (Terjemahan). Jakarta: Bumi Aksara.

Moleong, L. J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mulyasa, E. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.

Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Nucci, L. P., & Narvaez, D. 2008. Handbook Of Moral And Character Education. New York: Routledge.

Ritzer, G. & Goodman, D. J. 2010. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.

Sheldon, S. B & Epstein, J. L. 2002. “Improving Student Behavior And School Discipline with Family and Community Involvement”. Education And

Urban Society, 35 (1), Hlm. 4-26.

Referensi

Dokumen terkait

Genus Coecobrya Memiliki tubuh tanpa sisik dengan warna dasar tubuh putih. Tidak memiliki mata. Memiliki abdomen jelas yang dapat dibedakan dari toraks tubuh. Memiliki 4

Di wilayah pesisir komposisi pasir yang relative tinggi umumnya mengandung jumlah karbon organik bila dibandingkan dengan sedimen dengan komposisi ukuran lebih halus

32, Salatiga, dengan pertimbangan bahwa masa remaja merupakan transisi dari usia anak-anak menuju usia dewasa sehingga gangguan-gangguan psikis sangat mungkin terjadi, yang pada

In this movie, Helen Haris as the major character has to struggle to be a good mom for her cousins to reinforce her psychological development. Consultant I

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan produk bubuk susu tempe untuk mempercepat penyembuhan penderita diare dan menentukan dampak intervensi tempe

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui : (1) Perbedaan pengaruh gaya mengajar inklusi dan eksplorasi terhadap hasil belajar operan bawah sepakbola pada siswa putra kelas

Judul Tugas Akhir : “Penerapan Terms CIF Dalam Handling Ekspor Komoditi Studi Kasus Pada PT Indotrans Armada Buana Semarang”.. Menyatakan dengan sebenarnya, bahwa Tugas Akhir

Komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru mempunyai peran. penting dalam menjalin hubungan kerja yang harmonis, sehingga hal