• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PERENCANAAN DAN KONSEP PERANCANGAN WISMA ATLET PENYANDANG CACAT DI SURAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISA PERENCANAAN DAN KONSEP PERANCANGAN WISMA ATLET PENYANDANG CACAT DI SURAKARTA."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

63

BAB IV

ANALISA PERENCANAAN DAN KONSEP PERANCANGAN 4.1. Gagasan Perancangan

4.1.1.Fungsi Wisma Atlet Penyadang cacat di Surakarta

1. Membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohani melalui pembinaan olahraga.

2. Meningkatkan prestasi olahraga bagi penyandang cacat di Surakarta dan Indonesia.

3. Memberi perlindungan kepada anggota dan Atlet penyandang cacat. 4. Pembinaan kesejahteraan, keadilan dan kehormatan Atlet penyandang

cacat.

4.1.2.Sasaran dan Lingkung Pelayanan

Gagasan dari perencanaan dan perancangan Wisma Atlet penyandang cacat di Surakarta adalah sabagai wadah untuk menapung dan meningkatkan potensi dan prestasi bagi para penyandang cacat dan Atlet penyandang cacat di Kota Surakarta dan Indonesia.

4.2. Analisa Pemilihan Site 4.2.1.Kriteria Pemilhan Site

Kriteria yang dijadikan pedoman untuk menganalisa pemilihan site adalah sebagai berikut :

1. Fungsi Lahan (Land Use)

(2)

4. Pencapaian

Site terletak pada daerah kawasan yang strategis sehingga memudahkan akses menuju lokasi dari berbagai arah dan mempunyai jalur transportasi umum.

5. Kondisi Tanah

Kondisi tanah yang tidak berkontur dan kualitas yang baik sehingga memudahkan dalam pembangunan.

6. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan yang baik dan mendukung aktifitas didalam bangunan.

4.2.2.Altenatif Site

Bedasarkan pertimbangan diatas, maka ditentukan beberapa Alternaftis Site yang memiliki keleihan dan kekurangan sendiri - sendiri. Pemilihan Altrnatif Site akan di pergunakan dalam perencanaan dan perancangan Wisma Atlet penyandang cacat di Surakarta.

1. Alternaif 1

Alernatif Site Pertama berada di Jl Sumpah Pemuda, Kadipiro, Banjarsari, Surakarta, dengan kondisi eksisting site sebagai berikut : a. Terdapat dalam SWP IX, yang merupakan zona Industri dan

Pendidikan.

b. Berada di Wilayah Pembangunan sebelah Utara. c. Topografi tanah Tidak Berkontur

d. Kebisingan Tinggi

(3)

Gambar 4.1: Lokasi Alternaif Site 1 (Sumber : Googlemaps, 2016) Batasan Lokasi :

Utara : Rusunawa Milier AD

Selatan : Univesitas Slamet Riyadi Surakarta (UNISRI) dan Jl. Ringroad Solo.

Timur : Pemukiman Penduduk Barat : Pemukiman Penduduk 2. Altenatif 2

Alernatif Site kedua berada di Jl. Kahuripan Utara, Sumber, Banjarsari, Surakarta, dengan kondisi eksisting site sebagai berikut :

a. Terdapat dalam SWP VII, yang merupakan zona Perumahan. b. Berada di Wilayah Pembangunan sebelah Utara.

c. Topografi tanah Tidak Berkontur d. Kebisingan Sedang

(4)

Gambar 4.2 : Lokasi Alternaif Site 2 (Sumber : Googlemaps, 2016) Batasan Lokasi :

Utara : Pemukiman Penduduk dan Persawahan Selatan : Pemukiman Penduduk dan Persawahan Timur : Pemukiman Penduduk

Barat : Pemukiman Penduduk 3. Altenatif 3

Alernatif Site ketiga berada di Jl. Gremet, Manahan, Banjarsari , Surakarta, dengan kondisi eksisting site sebagai berikut :

a. Terdapat dalam SWP IV, yang merupakan zona Pariwisata, Olahraga dan Perdagangan

b. Berada di Wilayah Pembangunan sebelah Barat. c. Topografi tanah Tidak Berkontur

d. Kebisingan Sedang

(5)

Gambar 4.3: Lokasi Alternaif Site 3 (Sumber : Googlemaps, 2016) Batasan Lokasi :

Utara : Pemukiman Penduduk

Selatan : Jalur Rel Kereta Api dan Pemukiman Penduduk Timur : Pemukiman Penduduk

Barat : Pemukiman Penduduk

4.2.3.Penilaian Dalam Pemilihan Site

Penilaian Lokasi yang dipilih sebagai lokasi bangunan Wisma Atlet penyandang cacat di Surakarta adalah sebagai berikut :

Tabel IV. 1: Skala Prioritas Kriteria Pemilihan Site

No Kriteia Bobot

1 Fungsi Kawasan 4

2 Kondisi Lahan 3

3 Kondisi Tanah 2

4 Kondisi Lingkungan 3

(6)

Keterangan bobot kriteria : Sangat mendukung :4

Mendukung :3

Cukup mendukung :2 Kurang mendukung :1

4.2.4.Penentuan Pemilihan Site

Berdasarkan ketiga Alternatif Site di atas yang berada di Area SWP IX, SWP VII dan SWP IV . Penentuan lokasi site dilakukan dengan penilaian berdasarkan potensi lokasi dan kriteria - kriteria yang telah ditentukan. Hasil yang dipilih merupakan potensi site yang lebih mewadahi dan potensial untuk perencanaan Wisma Atlet penyandang cacat di Surakarta. Berikut ini adalah tabel penilaian untuk menentukan lokasi site :

Tabel IV. 2 : Hasil Penilaian Kriteria Pemilihan Site

Krtieria

Alternaif Site 1 Alternatif Site 2 Alternatif Site 3 Skala

(Sumber : Analisa Penulis, 2016) Ketrangan :

(7)

Berdasarkan analisa penilaian diatas, maka site yang paling tepat untk di bangun sebagai Wisma Atlet penyandang cacat di Surakarta adalah Alternatif Site 3, yang berada di Jl. Gremet, Manahan, Banjarsari , Surakarta, yang terdapat dalam SWP IV, yang merupakan zona Olahraga.

4.3. Analisa Program dan Kebutuhan Ruang 4.3.1.Analisa Kebutuhan Ruang

Wisma Atlet penyandang cacat di Surakarta didesain untuk para Atlet - atlet penyandang cacat yang terbagi menjadi 17 (tujuh belas) cabang olahraga yaitu : 1). Panahan, 2). Atletik, 3). Batminton, 4). Boccia, 5). Balap Sepeda, 6). Sepak Bola dengan 5 pemain, 7). Sepak Bola dengan 7 pemain, 8). Bola Gawang, 9). Judo, 10). Angkat Besi, 11). Bola Voly (duduk), 12). Ranang, 13). Tenis Meja, 14). Taekwondo, 15). Bola Basket Kursi Roda,16). Tenis Kusi Roda.

Tabel IV.3 : Analisa Kebutuhan Ruang Jenis

Kegiatan

Aktifitas Kebutuhan Ruang

Pengelola Administrasi Direktur Parkir

Koordinasi Staf Labby

Menerima Tamu R. Direktur Menyimpan Data R. Wakil Direktur

Rapat R. Sekertaris

Penyimpanan R. Kepala Bagian

(8)

KM/WC Type 1 KM/WC Type 2

Hunian Istirahat R. Tidur Atlet Type 1

Makan R. Tidur Atlet Type 2

Berkumpul R. Tidur Pelatih Type 1

MCK R. Tidur Pelatih Type 2

Penunjang Medis R. Fisioterapi

Pertemuan R. Terapi Sensor Integrasi

Membaca R. Radiologi

Penyimpanan Art Galeri

Menunggu Perpustakaan

MCK Masjid

R. Tunggu KM/WC Type 1 KM/WC Type 2

Olahraga Pelatihan GOR atau Lap. Indoor

Pembelajaran R. Ganti Atlet Penyimpanan R. Ganti Pelatih

Istirahat R. Kelas

Ganti Tribun

MCK R. Gym

(9)

Gudang Peralatan KM/WC Type 1 KM/WC Type 2 Servis Akomodasi Makan R. Makan

Karyawan Dapur

Petugas Kebersihan Food Court

Transportasi R. Cuci

ME R. Strika (Sumber :Analisa Penulis, 2016)

Keterangan :

Type 1 : Ruang atau fasilitas yang di peruntukan untuk pengguna berkursi roda.

Type 2 : Ruang atau fasilitas yang di peruntukan untuk pengguna tidak berkursi roda atau umum.

4.3.2.Analisa Pola Kegiatan

(10)

1. Pola Kegiatan Pengelola

Gambar 4. 4 : Analisa Kegiatan Pengelola (Sumber : Analisa Penulis, 2016) 2. Pola Kegiatan Pelatih dan Atlet penyandang cacat

Gambar 4. 5 : Analisa Kegiatan Pelatih dan Atlet penyandang cacat (Sumber : Analisa Penulis, 2016)

3. Pola Kegiatan Karyawan

(11)

4.3.3.Analisa dan Hubungan Ruang

Dasar Pertimbangan

1. Pola Kegiatan pada fasilitas yang ada 2. Kebutuhan Ruang

(12)

R. Fisioterapi

(13)

Keterangan :

Berhubungan Langsung : Berhubungan Tidak Langsung : Tidak Berhubungan :

4.3.4.Analisa Dimensi Ruang

Penghuni Wisma Atlet penyandang cacat di Surakarta adalah Atlet penyandang cacat, tim pelatih yang terdiri dari pelatih, official dan tim medis dan tamu. Jumlah Atlet penyandang cacat yang menempati Wisma Atlet penyandang cacat di Surakarta di peroleh dari jumlah cabang - cabang olahraga yang telah dibahas pada bagian analisa sebelumnya. Jumlah cabang olahraga adalah 16 ( enam belas ) cabang, tiap cabang olahraga terdiri dari 15 ( lima belas ) Atlet single atau individu dan group atau kelompok dan 4 ( empat ) orang sebagai tim pelatih. Berikut ini perhitungannya :

Tabel IV.4

(14)

12 Renang 1 x 15 = 15 org 1 x 3 = 3 org

(Sumber : Analisa Penulis, 2016)

Dari tabel diatas jumlah atlet penyandang cacat 555 orang, jumlah tim pelatih 111 orang dan untuk tamu di sediakan kapasitas 50 orang. Berdasarkan data tersebut jumlah penghuni Wisma Atlet penyandang cacat di Surakarta berkapasitas 716 orang. Setiap Kamar Tidur berisi 2 (dua) orang, maka jumlah kamar adalah :

Tabel IV. 5

Jumlah Kamar di Wisma Atlet

No Pengguna Orang Kamar

1 Atlet 155 278

2 Pelatih 111 56

3 Tamu 50 25

Jumlah 716 359

(Sumber : Analisa Penulis, 2016)

Pada hunian Wisma Penyandang cacat di Surakarta dibagi menjadi 2 (dua) Type kamar tidur yaitu Type 1 diperuntukkan pengguna berkursi roda dan Type 2 diperuntukkan pengguna tidak berkursi roda atau umum.

Tabel IV. 6

Pembagian Kamar di Wisma Atlet Katagori Kamar Atlet Kamar Tim

pelatih

Kamar tamu Type 1 93 kamar 19 kamar 7 kamar Type 2 185 kamar 37 kamar 18 kamar Jumlah 278 kamar ( 1/3 ) 74 kamar ( ¼) 28 kamar ( ¼ )

(15)

Dengan berbagai pertimbangan lingkungan yang telah dibahas pada bagian analisa sebelumnya, layout kamar ini juga didasari standart dalam buku Data Arsitek (DA). Ruangan kamar dibuat hanya untuk dua orang dan tidak lebih. Untuk desain kamar mandinya dibuat dengan dua ruang, dimana untuk toilet juga area mandi dibuat terpisah.

Gambar 4. 7 : Type kamar 1 (Sumber : Analisa Penulis, 2016)

(16)

4.3.5.Analisa Besaran Ruang

Tabel IV. 7 Analisa Besaran Ruang 1. Pengelola

(17)

R. Tidur Pelatih

(18)

4. Olahraga

Ruang Kapasitas Standart Sumber Luas (m²)

(19)

R. Pompa 1 Ruang 50 m² N.A.D 50 20 % 60 m²

(20)

7 Non Bangunan 1.768 m²

Jumlah 31.104 m²

Dari perhitungan besaran ruang di atas maka di dapat data sebagai berikut :

BC : 50 %

Luas Site : 20.930 m²/ 2 ha

Luas total bangunan : 31.104 m² Site yang bisa dibangun ( KLB ) : 0,5 x 20.930 m²

: 10.465 m²

Jumlah lantai : 4.162 m² / 10.465 m² : 2, 9 Lantai = 3 Lantai Sisa Site untuk RTH : 20.930 m² - 10.465 m²

: 10.465 m²

4.4. Analisa dan Konsep Site 4.5.1.Kondisi Site

Site berada di Jl. Gremet, Manahan, Banjarsari , Surakarta, yang terdapat dalam SWP IV, yang merupakan zona Olahraga. Site berada di dekat fasilitas Olahraga yaitu Stadiun Manahan Surakarta.

Gambar 4.9 : Situasi Site (Sumber : Goggelmaps, 2016)

Berdasarkan data yang diperoleh penulis, site yang terpilih memiliki Luas : 20.930m² atau 2 ha. Batas -batasan site sebagai berikut :

Utara : Pemukiman Penduduk

(21)

Timur : Pemukiman Penduduk Barat : Pemukiman Penduduk

Gambar 4.10 : Luas Site (Sumber : Analisa Penulis, 2016)

4.5.2.Analisa dan Konsep Pencapaian

1. Tujuan

Utuk menentukan letak pintu masuk utama (Main Entrance) dan untuk Pintu kegiatan service (Slide Entrance).

2. Dasar Pertimbangan

a.Pintu masuk utama (Main Entrance)

1) Mudah di kenal, jangkau dan di capai pengunjung.

2) Menghadap langsung ke arah jalan utama agar mempermudah sirkulasi kendaraan masuk site dan mudah di capai dari jalur kendaraan umum atau jalur umum.

3) Menyesuaikan dengan arah pergerakan lalu lintas. b.Pintu kegiatan service (Slide Entrance).

1) Kegiatan yang terjadi tidak mengganggu pintu masuk utama (Main Entrance).

2) Letak pintu kegiatan service (Slide Entrance) tidak harus berada di jalur utama karena fungsinya sebagai sirkulasi service.

3) Tidak menyebabkan kemacetan dalam Site.

65 m 48 m

98 m

100 m 230 m

(22)

4) Jalur pedestrian

5) Jalur harus terhubung langsung dari jalan utama hingga menuju bangunan dan aman dari gangguan kendaraan.

3. Analisa

Site berada di Jalan Gremet yang merupakan jalan perkampungan yang relative sempit jalannya dan Jalan Utama yang terdekat dari site berada di sebelah Selatan Site yaitu jalan Sam Ratulangi yang memiliki jalur yang lebar dan sebelah Utara site adalah jalan perkampungan yang memiliki jalur yang sempit.

Gambar 4.11 : Analisa Pencapaian (Sumber : Analisa Penulis, 2016) 4. Konsep

Berdasarkan analisa sirkulasi di sekitar Site maka, pintu masuk utama (Main Entrance) dan pintu kegiatan service (Slide Entrance) berada di sebelah Barat Site. Perletakan pintu masuk utama (Main Entrance) berada di sisi sebelah Selatan untuk mempermudah pencapaian dari jalur utama dan pintu kegiatan service (Slide Entrance) berada disisi sebelah utara .

SE

(23)

4.5.3.Analisa dan Konsep Sirkulasi

1. Tujuan

Untuk Menentuakan arah jalan bagi kendaraan bermotor, mobil, sepeda dan pejalan kaki agar mempermudah pencapaian ke bangunan.

2. Dasar Pertimbangan

a.Membedakan jalur sirkulasi pejalan kaki dengan sirkulasi kendaraan. b.Sirkulasi di dlam kawasan harus lancar supaya tidak terjadi

penumpukan kendaraan.

c.Memberi alur sirkulasi yang jelas pada pengunjung.

d.Perencanaan dengan pembagian zona - zona agar tidak terjadinya cross circulation.

3. Analisa

Jalur sirkulasi pada Site berada di sebelah Barat yaitu Jalan Gremet merupakan jalan perkampungan. Jalan Gremet mengarah ke Utara dan Selatan.

Gambar 4.12 : Analisa Sirkulasi (Sumber : Analisa Penulis, 2016) 4. Konsep

Penataan sirkulasi pada Site sangat penting untuk mempermudah untuk mencapai bangunan yang dituju. Setiap kegiatan maupun kendaraan yang masuk dan keluar harus mempunyai alur sirkulasi masing - masing, agar tidak mengganggu aktifitas yang ada. Sirkulasi untuk pejalan kaki SIRKULASI

(24)

harus di perhatikan agar para pejalan memiliki rasa aman dan nyaman, sehingga terhindar dari gangguan kendaraan yang masuk maupun keluar.

4.5.4.Analisa dan Konsep View dan Orientasi Bangunan

1. Tujuan

Untuk menentukan Orientasi bangunan agar di dapat View yang optimal, sehingga dapat menjadikan bangunan menjadi daya tarik para pengunjung dan pengguna jalan.

2. Dasar pertimbangan

a.Mempunyai arah hadap jalan utama.

b.Beroirentasi pada daerah yang berintensitas keramaian tinggi. c.Arah datang pengguna baik kendaraan maupun pejalan kaki. 3. Analisa

Berdasarkan lokasi Site terhadap lingkungan sekitar, Orientasi bangunan di arahkan ke Jalan Gremet.

Gambar 4.13 : Analisa View dan Orientasi Bangunan (Sumber : Analisa Penulis, 2016)

4. Konsep

a.Orientasi bangunan di arahkan ke Jalan Gremet sebagai jalan utama. b.Lokasi Site yang berada di pemukiman padat penduduk akan di jadikan

View keluar Site pada bangunan yang mengarah ke segala arah. Gedung

(25)

4.5.5.Analisa dan Konsep Kebisingan

1. Tujuan

Untuk menentukan Zonifikasi pada Site secara tepa dan mereduksi kebisingan yang berasal dari luar Site dengan tujuan mendapatkan kenyamanan di dalam bangunan.

2. Dasar Pertimbangan

a.Sumber bunyi yang berasal dari luar Site b.Kondisi arus kendaraan dan potensi jalan. c.Tingkat kebisingan di sekitar tampak. 3. Analisa

Sumber kebisingan yang tertinggi dari sebelah Selatan Site yaitu sirkulasi jalan utama dan jalur Rel Kereta Api.

Gambar 4.14 : Analisa Kebisingan (Sumber : Analisa Penulis, 2016) 4. Konsep

a.Penggunaan pagar pembatas, vegetasi dan pohon dapat berfungsi sebagai filter dan penghalang sumber kebisingan.

b.Dengan sistem Zonifikasi pada fasilitas dan bangunan yang

membutuhkan ketenangan di letakkan pada zona terjauh dari sumber kebisingan.

Tenang

Sedang

Bising

(26)

4.5.6.Analisa dan Konsep Matahari

1. Tujuan

Untuk memanfaatkan sinar matahari secara optimal di manfaatkan sebagai pencahayaan ruang dan untuk mengurangi energi listrik.

2. Dasar pertimbangan a.Arah dating sinar matahari

b.Penentuan zona panas sinar matahari.

c.Pemanfaatan sinar matahari sebagai pencahayaan alami. d.Perletakan tempat parker

3. Analisa

Sinar matahari berasal dari arah Timur ke Barat.

Gambar 4.15 : Analisa Matahari (Sumber : Analisa Penulis, 2016)

(27)

4. Konsep

a. Penggunaan Sun Shading atau teritisan sebagai penghalang sinar matahari yang masuk ke dalam bangunan.

b. Mengoptimalkan bukaan atau jendela agar pencahayaan ruanga tercukupi.

c. Penggunaan vegetasi sebagai filter dan pemantul terhadap sinar matahari dan memberikan kesejukan.

4.5.7.Analisa dan Konsep Angin

1. Tujuan

Untuk penghawaan alami dan mengurangi kelembapan udara di dalam ruangan.

2. Dasar pertimbangan

a. Pengurangan polusi udara mengurang kelembapan ruangan.

b. Kondisi angin di Indonesia yang beriklim tropis biasanya kecepatan angin rendah.

3. Analisa

Daerah sekitar Site yang merupakan pemukiman penduduk dan pepohonan yang sedikit di sekitar menyebabkan kondisi angin memiliki kecepatan rendah dan cenderung lembab.

Gambar 4.17 : Analisa Angin (Sumber : Analisa Penulis, 2016)

(28)

4. Konsep

a. Penggunaan vegetasi untuk mengurangi polusi udara dan mengurangi kelembapan.

b. Memaksimalkan penghawaan alami tanpa mengurangi kenyamanan dalam ruang atau bangunan.

c. Penggunaan vegetasi sebagai upaya membelokkan arah angin dan memberikan kesejukan dan kenyamanan bangunan di sekitar.

4.5.8.Analisa dan Konsep Penzoningaan

1. Tujuan

Untuk perencanaan dan perancangan bangunan yang bersifat publik, semi publik, privasi dan Servis. Analisa berdasarkan kebutuhan, kegiatan dan aktifitas yang dilakukan di dalam bangunan.

2. Dasar Pertimbangan

a. Menetukan penzoningan sesuai dengan fungsi dan kebutuhan.

b. Bangunan yang memerlukan tingkat ketenangan yang tinggi berada di area paling jauh dari area kebisingan.

3. Analisa

Aktifitas sekitar Site sedang karena berada di daerah pemukiman, Site jauh dari jalan utama atau pusat kebisingan.

Gambar 4.18 : Analisa Penzoningan (Sumber : Analisa Penulis, 2016)

Privasi Semi Publik

(29)

4. Konsep

a. Pemisahan antara zona publik, semi publik dan privasi ke dalam bentuk penzoningan vertikal dan horizontal.

b. Zona publik diletakkan di dekat jalan raya dan pintu masuk karena zona publik merupakan zona yang berhubungan dengan orang banyak

(Publik) maka harus mudah di capai.

c. Zona semi publik diletakkan di area bagian dalam karena zona ini tidak berhubungan langsung dengan zona publik

d. Zona privasi di letakkan jauh dari jalan utama untuk menghindari kebisingan agar tercapai kenyamanan dan ketenangan pengguna dan tidak semua orang bisa masuk zona privasi.

e. Servis diletakkan pada area yang dekat dengan semua kegiatan site untuk mempermudah pelayanan.

4.5. Analisa dan Konsep Masa 4.5.1.Analisa Bentuk Dasar Masa

Atlet membutuhkan hunian yang baik agar dapat beristirahat dengan nyaman dan mebutuhkan fasilitas Olahraga yang baik agar dapat berlatih dengan optimal. Perancangan Wisma Atlet Diabel di Surakarta terdiri dari beberapa masa bangunan yang memiliki fungsi sendiri – sendiri.

1. Dasar Pertimbangan

a. Bentuk Masa yang menyesuaikan dengan pendekatan Arsitektur Fungsional.

b. Bentuk Masa yang mempunyai Fleksibilitas dalam Pengolahan. c. Bentuk Masa yang Efisien dalam penggunaan Lahan atau Site. 2. Bentuk Dasar

Segiempat

(30)

dinamis bila berdiri pada salah satu sisinya. Bentuk masa bangunan yang akan diterapkan pada Wisma Atlet penyanang cacat Surakarta adalah bentuk Segi empat dan untuk kedepannya akan di kembangkan lebih lanjut. Pemilihan Segi empat didasarkan karena untuk mempermudah pengguna atau para Atlet yang berkebuthan khusus sepeti penyandang tuna neta, agar dalam mobilitas dan sikulasi mudah mengenali kondisi bangunan pada area Wisma dan memaksimalkan efisiensi ruang. Bentuk segi empat akan diterapkan pada perancanga hunian,seris bagi para atlet. Berikut ini adalah tampilan bangunan yang nantinya akan digunakan sebagai referensi dalam mendesain bangunan.

Gambar 4. 19 : Konsep Bentuk Dasar Bangunan (Sumber : Analisa Penulis, 2016)

(31)

Gambar 4.21 : Contoh Interior Bangunan Lap. Olahraga Indoor (Sumber : www.rio2016.com/en/venues/riocentro-pavilion-4, 2016 )

Dalam penerapan konsep Arsitektur Fungsional pada Wisma Atlet penyandang cacat di Surakarta yang memiliki ciri mewujudkan bangunan yang bersih dan murni tanpa hiasan, sederhana berupa komposisi bidang, kotak, balok, dan kubus maka,pada bangunan yang ada di Wisma Atlet tidak ada ornament atau motif pada setiap bangunan. Keindahan pada Wisma Atlet timbul semata - mata oleh adanya fungsi dari elemen - elemen bangunan dan bangunan terbentuk oleh bagian - bagiannya apakah dinding, jendela, pintu, atap dan lain - lain tersusun dalam komposisi dari unsur - unsur yang semuanya mempunyai fungsi

4.5.2.Analisa Pola Tata Masa

Dasar Pertimbangan

a. Menciptakan bangunan yang ada di dalam site tercipta hubungan yang selaras, mudah dan nyaman bagi pengguna.

b. Pola sirkulasi dan pencapaian yang tidak membingungkan agar mempermudah para penyandang cacat.

c. Hubungan aktifitas dengan fungsi kegiatan.

(32)

digabungkan dan menjadi bagian ari lengan-lengan radailnya. Inti tersebut dapat dipergunakan baik sebagai symbol ataupun sebagai pusat fungsional seluruh organisasi.

Gambar 4.22 : Pola Tata Masa Radal (Sumber : Analisa Penuls, 2016)

Sedangkan Sirkulasi yang akan di terepan pada perancangan Wisma Atlet penyandang cacat di Surakarta adalah pola sirkulasi linier. Pola ini untuk memudahkan pencapaian ke ruang - ruangan. Jenis Koridor yang akan digunakan adalah koridor di tengah bangunan (double loaded), dengan pertimbangan agar dapat menampung ruangan lebih banyak dan pegguaan lahan menjad lebih efisien.

Gambar 4.23 : Pola Linier pada Hunian (Sumber : Analisa Penulis, 2016)

4.5.3.Analisa Zoning Bangunan

(33)

Berikut ini adalah fungsi ruang per lantai :

Basement : Parkir, ME, ruang karyawan, gudang dan laundry.

Ground Floor : Lobby, ruang pengelola, ruang penunjang dan ruang servis.

Lantai 1 : Ruang penunjang, ruang servis dan hunian tamu.

Lantai 2 : Hunian untuk pelatih dan official (terbagi 2 bagian pria dan wanita).

Lantai 3 : Hunian untuk atlet wanita dan atlet cacat mental. Lantai 4 - 7 : Hunian untuk atlet.

Gambar 4.24 : Zoning Vertikal Tapak (Sumber : Analisa Penulis, 2016)

4.6. Analisa Konsep Aksesibilitas 4.6.1.Ukuran Dasar Ruang

Penerapan ukuran dasar ruang gerak pada desain ruang bagi penyandang cacat meliputi, jangkauan minimal pengguna kursi roda dan pemakai kruk.

a.Ruang gerak pemakai kruk

Hunian Atlet

(34)

A.Jangkauan Ke Samping B. Jangkauan Ke Depan Gambar 4.25 : Ruang Gerak Bagi Pemakai Kruk

(Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006) b.Ruang Gerak kursi roda

Gambar 4.26 : Ruang Gerak Kursai Roda

(Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006)

4.6.2.Jalur Pedestrian dan jalur pemandu

(35)

Gambar 4.28 : Susunan Ubin Pemandu (Guiding Blocks) Pada Belokan (Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006)

4.6.3.Parkir

Menyediakan area pakir khusus bagi penyandang cacat pada basement agar mempermudah penyandang cacat.

Gambar 4.29 : Rute Aksesibilitas Dari Parkir

(Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006 Gambar 4. 27 : Prinsip Perencanaan Jalur Pedestrian

(36)

4.6.4.Lif

Penyediaan lif khusus pada bangunan untuk pengguna kursi roda atau penyandang cacat.

Gambar 4.30 : Perspektif Lif

(Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006

4.6.5.Pintu

Desain pintu pada Wisma atlet penyandang cacat di Surakarta di sesuakan dengan standar aksesibilitas.

Gambar 4.31 : Ruang Bebas Pintu 1 Daun

(Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006

4.6.6.Toilet dan wastafel

(37)

Gambar 4.32 : Tinggi Perletakan Kloset

(Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006)

Gambar 4.33 : Tipikal pemasangan wastafel

(Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006)

4.7. Analisis Struktur dan Konstruksi

Sistem struktur bangunan mempunyai fungsi utama sebagai penyalur beban ke tanah dan penahan bangunan, serta berfungsi untuk melindungi bangunan dan ruangan di dalamnya terhadap iklim, bahaya, dan gangguan yang ditimbulkan oleh alam. Sistem struktur pada bangunan Wisma Atlet penyandang cacat di Surakarta yang utama terdiri atas tiga bagian, yaitu :

1. Sub Struktur

Sistem struktur yang terletak di bawah permukaan lantai dengan fungsi menerima gaya atau beban yang didapatkan dari sistem struktur yang berada di atasnya. Pemilihan pondasi didasarkan pada beberapa hal berikut:

a. Berat bangunan yang harus dipikul pondasi berikut beban-beban hidup, beban mati dan beban - beban lainnya serta beban-beban yang diakibatkan gaya - gaya eksternal.

(38)

Wisma Atlet Difabel di Surakarta menggunakan sistem bangunan tinggi dengan tinggi 3 lantai dan bentang lebar, dengan melihat ketinggian bangunan dan bentang lebar bangunan maka penggunaan yang tepat untuk bangunan tersebut adalah menggunakan sistem pondasi tiang pancang, dengan menggunakan sistem ini maka ketahanan bangunan terhadap beban yang berat bisa diatasi, namun untuk bangunan yang tingginya tidak lebih dari 3 lantai menggunakan pondasi foot plate dimana pondasi ini yang paling baik untuk bangunan dengan beban yang tidak terlalu berat.

Gambar 4.34 :. Bentuk Pondasi Tiang Pancang Sumber : Buku Konstruksi Bangunan (2014)

Untuk bangunan yang kurang dari 4 lantai, maka masih bisa menggunakan alternative lain selain pondasi tiang pancang yakni sistem pondasi foot plat. Pondasi ini untuk mengurangi biaya akan pondasi tiang pancang, dan sistem ini lebih ramah linkungan karena tidak merusak kondisi pertanahan dan tidak menyebabkan gangguan pada bangunan lain disekitarannya.

(39)

2. Super Struktur

Sistem struktur yang berkaitan dengan struktur - struktur bangunan yang berada di atas permukaan lantai. Struktur tersebut membentuk suatu kerangka yang di dalamnya berisi sirkulasi dan arah beban yang terjadi pada bangunan dari struktur paling atas yaitu atap menuju ke struktur yang paling bawah yaitu pondasi.

Untuk pemilihan struktur pada Wisma Atlet penyandang cacat di Surakarta menggunakan sistem struktur rigid frame dimana sistem ini yang paling cocok untuk kestabilan ruang. Struktur rangka kaku merupakan struktur dibetuk dengan peletakan elemen kaku horizontal (balok) di atas elemen kaku vertikal (kolom). Elemen horizontal (balok) sering disebut elemen lentur, yakni memikul beban yang bekerja secara tranversal dari panjangnya dan menyalurkan beban tersebut ke elemen vertical (kolom) yang menumpunya. Kolom dibebani beban secara aksial oleh balok, kemudian menyalurkan beban tersebut ke tanah. Kolom yang memikul balok tidak melentur ataupun melendut karena kolom pada umumnya hanya mengalami gaya aksial tekan.

Gambar 4.36 : Rangka Kaku Sumber : Buku Konstruksi Bangunan (2014)

3. Upper Struktur

(40)

4.8.Analisa dan Konsep Utilitas

1. Instalasi Air Bersih

Sumber Air bersih yang di gunakan pada bangunan berasal dari 2 (dua) Sumber, yaitu berasal dari PDAM dan Air Sumur. Tujuan dari penggunaan 2 (dua) Sumber air adalah untuk meminimalisir terjadinya kekurangan Air untuk suplai dan kegiatan di bangunan. Sistem pendistribusian air bersih pada bangunan sendiri menggunakan sistem pipa rangkap. Sistem ini merupakan system pendistribusian air sesuai dengan fungsi dan kebutuhan sehingga tekanan air akan sama, merata dan cepat.

Gambar 4.37 : Instalasi Air Bersih (Sumber : Analisa Penulis, 2016) 2. Instalasi Air Kotor

Air Kotor atau air buangaan pada bangunan di bedakan menjadi 3 jenis : Black Water : Buangan atau Air dari kloset

Grey Water : Air dari Kamar mandi, dapur dan air cucian

Air Hujan : Air dari atap dan halaman yang berasal dari air hujan Sistem Pembuangan Air Kotor :

PDAM

Air Pompa

Ground Water

Tank

Pompa Roft Tank Pendistribusian

Limbah Tinja Septictank Sumur Resapan

ROOF TANK

(41)

Gambar 4.38 : Instalasi Air Kotor (Sumber : Analisa Penulis, 2016) Keterangan :

Sapitictank adalah bak untuk menampung air limbah atau kotoran yang berasal dari Kloset.

Sumur resapan adalah lubang yang dibuat untuk menampung air yang sudah disaring dan di resapkan ke dalam tanah.

Gutter adalah saluran yang di gunakan untuk menyalurkan air hujan untuk dibawa ke suatu tempat agar tidak menjadi masalah bagi lingkungan dan kesehatan.

Penangkap Lemak adalah bak yang di buat untuk menangkap atau memisahkan cairan minyak dan padat sebelum memasuki system pembuangan air limbah selanjutnya.

Bak Kontrol adalah bak kecil yang di buat untuk pengontrol setiap saat jika saluran air tersumbat atau terjadi gangguan.

Penyaring adalah bak yang di buat untuk menyaring air kotor sebelum melalui tahap pembuangan.

KM/WC Bak Kontrol Penyaring Bak Kontrol Riol Kota

Dapur Bak Kontrol Penangkap Lemak

Penyaring Bak Kontrol

Riol Kota

Air Hujan Gutter Riol Kota

(42)

Riol Kota adalah jaringan saluran air kotor kota. 3. Instalasi Listrik

Liatrik adalah istalasi yang mempunyai peran penting dalam perencanaan dan perancangan bangunan. Listrik adalah sumber energi yang sangat vital, apabila jaringan listrik pada bangunan tidak berfungsi akan mempengaruhi banyak hal pada semua aktifitas dan kegiatan pada bangunan itu sendiri. Sistem Instalasi Listrik pada bangunan sebagai berikut :

Gambar 4.39 : Instalasi Listrik (Sumber : Analisa Penulis, 2016) Keterangan :

PLN adalah sumber energi listrik .

Trafo adalah penurun tegangan dari PLN menuju ke panel dan di sesuaikan dengan kebutuahan.

Panel adalah pengatur listrik pada suatu wilayah.

Genset adalah mesin penghasil energi listrik yang digunakan untuk menggantikan pasokan listrik yang padam untuk jangka waktu sementara.

4. Pemadam Kebakaran

Sistem pemadam kebakaran pada banguan sendiri terdiri dari beberapa sistem, anatara lain :

a. Fire Hydrant System

Fire Hydrant system atau pemadam sistem hydrant adalah suatu sistem pemadam kebakaran yang di operasikan secara manual oleh tenaga manusia dengan menggunakan media air sebagai alat pemadam api. Prinsip kerja dari sistem hydrant pada gedung bertingkat tinggi adalah ketika hydrant valve pada box hydrant di buka maka pompa akan

PLN Trafo Panel Pendistribusian

(43)

mengalirkan air ke seluruh instalasi pipa hydrant dalam gedung menuju ke titik valve terbuka.

Gambar 4.40: Fire Hydrant System

(Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Fire_hydrant,2016) b. Fire Fighting Sistem Sprinkler

Sistem ini menggunakan instalasi pipa sprinkler bertekanan dan head sprinkler sebagai alat utama untuk memadamkan kebakaran.

Sistem ada 2 macam, yaitu:

1)Wet Riser System adalah seluruh instalasi pipa sprinkler berisikan air bertekanan dengan tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap.

2)Dry riser system adalah seluruh instalasi pipa sprinkler tidak berisi air bertekanan, peralatan penyedia air akan mengalirkan air secara otomatis jika instalasi fire alar memerintahkannya.

Gambar 4.41 : Fire Fighting Sistem Sprinkler

(Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Fire_sprinkler_system, 2016 )

(44)

bekerja dan secara otomatis pompa jockey akan berhenti. Dan apabila pompa elektrik gagal bekerja setelah 10 detik, maka pompa cadangan diesel secara otomatis akan bekerja.

c. Portable Fire Extinguisher

Merupakan alat pemadam api yang mudah dapat dibawa (dipindah), mudah dibawa maksudnya adalah mudah dijinjing ataupun mudah didorong bagi yang menggunakan roda, Daya pemadaman sangat terbatas sehingga fungsinya hanya sebagai pemadaman api awal saja.. Serta penempatannya haruslah mudah dijangkau dan ditemukan. Untuk posisi penempatan alat pemadam portabel ini haruslah pada setiap 200 m²

Gambar 4.42 : Portable Fire Extinguisher

Gambar

Gambar 4.1: Lokasi Alternaif Site 1
Tabel IV.4
Gambar 4. 7 : Type kamar 1
Gambar 4.10 : Luas Site
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan makna status atlet berprestasi dikembangkan melalui kemunculan sejumlah motif, upaya, tindak lanjut dan interaksi dengan pihak-pihak yang dianggap berperan

Revitalisasi Wisma Atlet dan Training Center Sepak Bola PSIM di Yogyakarta merupakan rencana atau proses untuk mengembalikan lagi kualitas persepak bolaan di D.I.Yogyakarta

Sistem penangkal petir yang akan digunakan pada bangunan Perpustakaan Umum adalah sistem Thomas, karena mempunyai bentuk bangunan

Pusat Pelatihan Sepak Bola di Surakarta ini diharapkan mampu mencerminkan fungsi yang diwadahi sebagai suatu bangunan pelatihan sepakbola dengan pendekatan pada

Akan tetapi kebutuhan yang mereka butuhkan tidak tersedia dan secara kondisi fisik bangunan dari wisma atlet ini sangat jauh dari yang diharapkan oleh para atlet, seperti

Sistem struktur yang akan digunakan pada bangunan Institut Film di Yogyakarta ini secara garis besar digunakan struktur bentang lebar, seperti sistem rangka kaku atau

Sistem penangkal petir yang akan digunakan pada bangunan pada bangunan Pusat Pelatihan dan Pengembangan Keterampilan Bagi Remaja Tuna Wisma di Yogyakarta adalah sistem thomas,

Oleh karena itu diperlukan perencanaan dan perancangan sebuah fasilitas olahraga yang berupa Gedung Olahraga dan Wisma Atlet di kawasan sport center Kabupaten Merangin dengan