• Tidak ada hasil yang ditemukan

EMBELAJARAN FISIKA DENGAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN ANIMASI DAN PICTORIAL RIDDLE DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EMBELAJARAN FISIKA DENGAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN ANIMASI DAN PICTORIAL RIDDLE DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN ANIMASI DAN PICTORIALRIDDLE

DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA

(Studi Kasus pada Materi Usaha dan Energi Kelas XI IPA Semester 1 SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar Tahun Ajaran 2010/2011)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains

Minat Utama Pendidikan Fisika

Oleh :

HAZAIRIN NIKMATUL LUKMA NIM : S831002044

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN ANIMASI DAN PICTORIALRIDDLE

DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA

(Studi Kasus Pada Materi Usaha Dan Energi Kelas XI IPA Semester 1 SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar Tahun Ajaran 2010/2011)

Disusun Oleh

HAZAIRIN NIKMATUL LUKMA NIM : S831002044 Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda

Tangan

Tanggal

Pembimbing I : Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP 19520116 198003 1 001

... ...

Pembimbing II : Dra. Suparmi, MA, Ph.D. NIP 19520915 197603 2 001

... ...

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Sains

(3)

commit to user

iii

LEMBAR PENGESAHAN

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN ANIMASI DAN PICTORIALRIDDLE

DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA

(Studi Kasus Pada Materi Usaha Dan Energi Kelas XI IPA Semester 1 SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar Tahun Ajaran 2010/2011)

Disusun Oleh

HAZAIRIN NIKMATUL LUKMA NIM : S831002044

Telah Disahkan Oleh Tim Penguji Pada tanggal...

Jabatan Nama Tanda Tangan Ketua : Prof. Dr. H. Ashadi ... Sekretaris : Drs. Cari, M.A, M.Sc, Ph.D ... Anggota Penguji : 1. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M Pd ...

2. Dra. Suparmi, M.A, Ph.D ...

Mengetahui Surakarta, 2011 Direktur Program Pascasarjana UNS Ketua Program Studi Pendidikan Sains

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : HAZAIRIN NIKMATUL LUKMA

NIM : S831002044

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul

“PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN INKUIRI TERBIMBING

MENGGUNAKAN ANIMASI DAN PICTORIAL RIDDLE DITINJAU DARI

MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA” (Studi Kasus Pada

Materi Usaha Dan Energi Kelas XI IPA Semester 1 SMA Terpadu Abul Faidl

Wonodadi Blitar Tahun Ajaran 2010/2011) adalah benar-benar hasil karya sendiri.

Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan

dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, April 2011

Yang membuat pernyataan

(5)

commit to user

v ABSTRAK

Hazairin Nikmatul Lukma, S831002044. 2011. Pembelajaran Fisika dengan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle ditinjau dari Motivasi Belajar dan Sikap Ilmiah Siswa. (Studi Kasus pada Materi Usaha dan Energi Kelas XI IPA Semester 1 SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar Tahun Ajaran 2010/2011). Tesis Pembimbing I Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. dan pembimbing II : Dra. Suparmi, MA, Ph.D, Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pengaruh Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle terhadap prestasi belajar fisika, pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika, pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika, interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar fisika, interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika, interaksi antara motivasi belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika, interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle, motivasi belajar serta sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar Tahun Ajaran 2010/2011. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI. Sampel penelitian diambil secara

cluster random sampling, yaitu kelas XI IPA 1 menggunakan Animasi dan kelas XI IPA 2 menggunakan Pictorial Riddle. Pengumpulan data dilakukan melalui tes untuk prestasi belajar dan angket untuk motivasi belajar dan sikap ilmiah. Analisis menggunakan Analisis Varians (ANAVA) tiga jalan dengan desain faktorial 2 x 2 x 2.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa:ada pengaruh Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle terhadap prestasi belajar fisika dimana rerata yang lebih baik diperoleh siswa pada kelas eksperimen I (media Animasi), ada pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika dimana rerata yang lebih baik diperoleh siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika dimana rerata yang lebih baik diperoleh siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi, tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar fisika, tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika, tidak ada interaksi antara motivasi belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika, tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle, motivasi belajar serta sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika.

(6)

commit to user

vi ABSTRACT

Hazairin Nikmatul Lukma, S831002044. 2011. Physics Learning using Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle over viewed from Student Motivation and Scientific Attitude. (A Case Study on Work And Energy Concept for XIth Grade Student at SMA Terpadu Wonodadi Blitar in 2010/2011 Academic Year). The Thesis, Advisor I : Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. and Advisor II : Dra. Suparmi, MA, Ph.D, Science Education Program of Post Graduate, Sebelas Maret University of Surakarta, 2011

The purposes of this research were to know: the effect of the use of Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle toward to the student achievement, the effect of the use of high and low student motivation toward to the student achievement, the effect of the use of high and low scientific attitude toward to the student achievement, the interaction between Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle and student motivation toward to the student achievement, the interaction between Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle and scientific attitude toward to the student achievement, the interaction between student motivation and scientific attitude toward to the student achievement, the interaction among Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle, student motivation and scientific attitude toward to the student achievement.

This research was carried out at SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar in 2010/2011 academic year. This research used experimental method. The population was all students in XI grade. The sampel was taken using cluster random sampling, are XI IPA 1 used Animation learning media, and XI IPA 2 used Pictorial Riddle learning media. The data was collected using test for student achievement and quistionere for student motivation and scientific attitude. Then the data was analized using Anova with 2 x 2 x 2 factorial design.

The results of data analysis were: there was effect of the use of Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle toward to the student achievement; which the better result is Animation class; theres was effect of the use of high and low student motivation toward to the student achievement, which the better result is student with high motivation; there was effect of the use of high and low scientific attitude toward to the student achievement, which the better result is student with high scientific attitude; there was no interaction between Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle and student motivation toward to the student achievement; there was no interaction between Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle and scientific attitude toward to the student achievement; there was no interaction between student motivation and scientific attitude toward to the student achievement; there was no interaction among Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle, student motivation and scientific attitude toward to the student achievement.

(7)

commit to user

vii MOTTO

¾ Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah

orang yang paling bertaqwa di antara kamu (QS. Al-Hujurat : 13)

¾ Puncak ilmu pengetahuan ialah apabila kita mengetahui sedalam-dalamnya

makna taat dan ibadah

¾ Jaga hatimu dengan ilmumu untuk mengetahui sifat-sifat hawa nafsu

sehingga hatimu bisa lepas dari belenggu dunia dan lalu mendekat

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan rancangan tesis yang berjudul

”Pembelajaran Fisika dengan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan

Pictorial Riddle Ditinjau dari Motivasi Belajar dan Sikap Ilmiah Siswa” ini dengan lancar. Penelitian ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Selesainya penyusunan penelitian ini tidak lepas dari bimbingan dan

bantuan berbagai pihak yang dengan ikhlas dan tanpa kenal lelah telah membantu

penulis. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana

yang telah memberikan beragam fasilitas dan kemudahan dalam penyusunan

proposal penelitian ini.

2. Bapak Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Sains dan Pembimbing I yang telah memberikan dorongan,

bimbingan, dan kesempatan kepada penulis.

3. Ibu Dra. Suparmi, MA, Ph.D selaku Pembimbing II yang telah banyak

memberikan banyak pengarahan dan bimbingan.

4. Bapak Masroni, S.Ag. M.H selaku Kepala SMA Terpadu Abul Faidl

Wonodadi Blitar yang telah memberikan izin tempat penelitian tesis kepada

(10)

commit to user

x

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana

yang dengan kebesaran hati dan senantiasa membagi ilmu dalam penyusunan

penelitian ini.

6. Ayahanda dan Ibunda serta keluarga yang senantiasa mendoakan, memberi

dorongan, kasih sayang tiada henti dan doa restu.

7. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret angkatan Pebruari 2010 yang

senantiasa saling memberi dorongan semangat selama penyusunan penelitian

ini.

8. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

mendukung demi selesainya penyusunan penelitian ini.

Saran dan kritik yang membangun senantiasa penulis harapakan untuk

perbaikan kualitas penulisan dan pengembangan penelitian di Indonesia pada

umumnya.

Surakarta, April 2011

(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... ABSTRAK... ABSTRACT... HALAMAN MOTTO ...

HALAMAN PERSEMBAHAN... i ii iii iv v vi vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... xi xvi xix xxi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……….

B. Identifikasi Masalah ……….

C. Pembatasan Masalah ………

D. Perumusan Masalah ………...

E. Tujuan Penelitian ...

(12)

commit to user

xii

F. Manfaat Penelitian... 18

BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA

BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori...

1. Definisi Belajar dan Pembelajaran Fisika...

a. Definisi Belajar...

b. Definisi Pembelajaran...

2. Teori-Teori Belajar...

a. Teori Kognitif Jean Piaget...

b. Teori Penemuan Jerome Bruner...

c. Teori Belajar Bermakna Ausubel...

3. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing...

a. Definisi Pembelajaran Inkuiri...

b. Definisi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing...

c. Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri Terbimbing...

d. Keuntungan Penerapan Pembelajaran Inkuiri

Terbimbing...

4. Media Pembelajaran...

5. Animasi...

6. Pictorial Riddle... 7. Motivasi Belajar...

8. Sikap Ilmiah...

9. Prestasi Belajar...

(13)

commit to user

xiii

a. Aspek Kognitif (Cognitive Domain)... b. Aspek Afektif (Affective Domain)...

c. Aspek Psikomotorik (Psychomotoric Domain)...

10.Hakikat Pembelajaran Fisika...

11.Materi Usaha dan Energi...

B. Penelitian yang Relevan...

C. Kerangka Berpikir...

D. Hipotesis... 48 49 49 50 53 68 72 80

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian...

1. Tempat Penelitian...

2. Waktu Penelitian...

B. Populasi dan Sampel...

1. Populasi...

2. Sampel...

C. Metode Penelitian...

D. Variabel Penelitian...

1. Variabel Bebas...

2. Variabel Moderator...

3. Variabel Terikat...

E. Data Penelitian...

1. Jenis Data...

2. Sumber Data...

(14)

commit to user

xiv

3. Teknik Pengumpulan Data...

F. Instrumen Penelitian...

1. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran...

2. Instrumen Pengambilan Data...

G. Uji Coba Instrumen...

1. Uji Validitas...

2. Uji Reliabilitas...

3. Uji Taraf Kesukaran...

4. Uji Daya Beda...

H. Teknik Analisis Data...

1. Uji Prasyarat Analisis...

a. Uji Normalitas...

b. Uji Homogenitas...

2. Uji Hipotesis (Analisis Variansi Tiga Jalan)...

3. Tata Letak Data...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data...

1. Data Prestasi Belajar ditinjau dari Motivasi Belajar

Siswa...

2. Data Prestasi Belajar ditinjau dari Sikap Ilmiah

Siswa...

3. Data Prestasi Belajar Fisika...

a. Data Prestasi Belajar Fisika Ranah Kognitif...

(15)

commit to user

xv

b. Data Prestasi Belajar Fisika Ranah Afektif...

c. Data Prestasi Belajar Fisika Ranah Kognitif dan

Afektif...

B. Uji Prasyarat...

1. Uji Normalitas...

2. Uji Homogenitas...

C. Pengujian Hipotesis...

D. Pembahasan Hasil Analisis Data...

E. Keterbatasan Penulis...

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan...

B. Implikasi...

1. Implikasi Teoritis...

2. Implikasi Praktis...

C. Saran...

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

110

111

112

112

114

115

123

132

133

133

140

140

141

141

143

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1.1. 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. 3.6. 3.7. 3.8. 3.9. 3.10. 3.11. 4.1. 4.2. 4.3. 4.4.

Nilai Ulangan Harian K.D Usaha dan Energi Kelas XI

Tahun Ajaran 2009/2010...

Agenda Penelitian...

Rancangan Penelitian...

Interpretasi Validitas Soal...

Hasil Uji Validitas...

Interpretasi Reliabilitas Soal...

Hasil Uji Reliabilitas...

Klasifikasi Taraf Kesukaran...

Hasil Uji Taraf Kesukaran...

Interpretasi Daya Pembeda...

Hasil Uji Daya Pembeda...

Tata Letak Data...

Deskripsi Data Prestasi Belajar ditinjau dari Motivasi

Belajar...

Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar ditinjau dari

Motivasi Belajar Tinggi...

Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar ditinjau dari

Motivasi Belajar Rendah...

(17)

commit to user

xvii 4.5. 4.6. 4.7. 4.8. 4.9. 4.10. 4.11. 4.12. 4.13. 4.14. 4.15. 4.16. 4.17. Sikap Ilmiah...

Deskripsi Frekuensi Data Prestasi Belajar ditinjau dari

Sikap Ilmiah Tinggi...

Deskripsi Frekuensi Data Prestasi Belajar ditinjau dari

Sikap Ilmiah Rendah...

Deskripsi Data Prestasi Belajar Ranah Kognitif Siswa

dalam Media Pembelajaran...

Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Fisika Siswa pada

Kelas Eksperimen I (Media Animasi)...

Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Fisika Siswa pada

Kelas Eksperimen II (Media Pictorial Riddle)... Distribusi Keseluruhan Data...

Rerata Prestasi Belajar...

Deskripsi Data Prestasi Belajar Ranah Afektif Siswa dalam

Media Pembelajaran...

Deskripsi Distribusi Data Keseluruhan...

Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Ditinjau dari

Motivasi Belajar...

Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Ditinjau dari Sikap

Ilmiah...

Hasil Uji Normalitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Media Animasi dan Pictorial Riddle... Hasil Uji Homogenitas...

(18)

commit to user

xviii

(19)

commit to user

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Bentuk-Bentuk Belajar... 31

2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.6. 2.7. 2.8. 2.9. 2.10. 4.1.(a) 4.1.(b) 4.2.(a)

Usaha yang Dilakukan oleh Sebuah Gaya yang

Konstan...

Balok di atas Bidang Datar Dikenai Beberapa Gaya...

Gaya Pegas...

Besarnya Usaha yang Dilakukan oleh Gaya Pegas...

Hubungan antara Usaha dan Energi...

Energi Potensial Gravitasi...

Perubahan Energi Potensial tidak bergantung pada

Lintasan...

Sebuah Balok Bergerak dari A ke B, melintasi Garis Lurus

AB atau Melewati Busur Setengah Lingkaran AB...

Posisi dan kecepatan dua buah bola pada saat yang sama....

Gambar Histogram Prestasi Belajar ditinjau dari Kelompok

Motivasi Belajar Tinggi...

Gambar Histogram Prestasi Belajar ditinjau dari Kelompok

Motivasi Belajar Rendah...

Gambar Histogram Prestasi Belajar ditinjau dari Kelompok

Sikap Ilmiah Tinggi...

(20)

commit to user

xx 4.2.(b)

4.3.(a)

4.3(b).

4.4.

4.5.

4.6.

4.7.

Gambar Histogram Prestasi Belajar ditinjau dari Kelompok

Sikap Ilmiah Rendah...

Histogram Prestasi Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen I

(Media Animasi)...

Histogram Prestasi Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen

II (Media Pictorial Riddle)... Grafik Interaksi Media dengan Motivasi Belajar terhadap

Prestasi Belajar Siswa...

Grafik Interaksi Media dengan Sikap Ilmiah terhadap

Prestasi Belajar Siswa...

Grafik Interaksi Motivasi Belajar dengan Sikap Ilmiah

terhadap Prestasi Belajar Siswa...

Grafik Interaksi Media-Motivasi Belajar-Sikap Ilmiah

terhadap Prestasi Belajar Siswa...

104

107

107

118

120

121

(21)

commit to user

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1

2

3

Kisi-Kisi Angket Motivasi Belajar...

Uji Coba Angket Motivasi Belajar...

Kisi-Kisi Angket Sikap Ilmiah...

147 153 157 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Uji Coba Angket Sikap Ilmiah...

Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar...

Uji Coba Tes Prestasi Belajar...

Kunci Jawaban Uji Coba Tes Prestasi Belajar...

Lembar Angket Motivasi Belajar...

Lembar Angket Sikap Ilmiah...

Tes Prestasi Belajar...

Kunci Jawaban Tes Prestasi Belajar...

Silabus...

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)...

Lembar Kegiatan Siswa (LKS)...

Pedoman Penilaian Aspek Afektif Siswa...

Analisis Data Motivasi Belajar...

Analisis Data Sikap Ilmiah...

Analisis Data Prestasi Belajar...

Hasil Uji Normalitas Data Angket Motivasi Belajar...

Hasil Uji Normalitas Data Angket Sikap Ilmiah...

(22)

commit to user

xxii 21

22

23

24

25

26

27

28

29

Hasil Uji Normalitas Tes Prestasi Belajar...

Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar...

Hasil Uji Hipotesis...

Hasil Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, dan

Tingkat Kesukaran Tes Prestasi Belajar...

Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Motivasi Belajar...

Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Sikap Ilmiah...

Hasil Tes Prestasi Belajar Siswa...

Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian...

Surat Perijinan...

277

280

281

282

286

288

291

327

(23)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 termaktub bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab

Merujuk pada isi Undang-Undang tersebut, pendidikan nasional memiliki peran

yang sangat urgent, yakni mengembangkan kemampuan dan watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat. Sehingga kualitas pendidikan sangat

menentukan eksistensi dan masa depan suatu bangsa.

Pendidikan nasional Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada

kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasar kepada pencapaian tujuan

pembangunan nasional Indonesia. Sistem pendidikan nasional (Sisdiknas)

merupakan satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan

pendidikan yang saling berkaitan untuk mengusahakan tercapainya tujuan

pendidikan nasional. Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, bahwa

pendidikan di Indonesia harus mampu mendukung pembangunan di masa yang

(24)

commit to user

2

Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang

adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang

dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun kemampuan

kompetensi siswa. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika

seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena yang

bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk

menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun

yang akan datang (Trianto, 2009:1). Konsekuensi logisnya adalah pendidikan

harus terus mengalami kontinuitas peningkatan kualitas, selaras dengan kebutuhan

dan tantangan masa depan, dalam perkembangan dunia kerja maupun

perkembangan ilmu pengetahuan. Sehingga pada nantinya akan terbentuk sumber

daya manusia yang tangguh dan kompeten yang siap berlaga dalam kancah

perkembangan pembangunan nasional.

Pemerintah terus bekerja keras dalam upaya meningkatkan pendidikan

nasional, tercermin dari upaya peningkatan profesionalisme guru, mengingat

peran guru yang cukup sentral dalam dunia pendidikan. Upaya pemerintah

tersebut diawali dengan ditetapkannya Undang-Undang no. 14 Tahun 2005

tentang guru dan dosen, dimana dalam undang-undang ini diatur

kualifikasi-kualifikasi yang harus dipenuhi oleh seorang guru. Diharapkan dengan

terpenuhinya syarat-syarat seorang guru sebagaimana tertuang dalam

(25)

commit to user

pembelajaran yang sesuai PAIKEM, yaitu pembelajaran yang aktif, inovatif,

kreatif, dan menyenangkan.

Pembelajaran PAIKEM adalah pembelajaran bermakna yang

dikembangkan dengan cara membantu siswa membangun keterkaitan antara

informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman (pengetahuan lain) yang telah

dimiliki dan dikuasai siswa. Siswa dibelajarkan bagaimana mereka mempelajari

konsep dan bagaimana konsep tersebut dapat dipergunakan di luar kelas (Agus

Supriyono, 2009:xi). Kegiatan pembelajaran itu sendiri dalam sekolah merupakan

interaksi antara pendidik (guru) dengan siswa. Dalam Standar Nasional

Pendidikan (SNP) pasal 19 ayat 1, disebutkan bahwa :

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.

Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha

sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi

siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang

diharapkan. Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi

dua arah dari seorang guru dan siswa, dimana antara keduanya terjadi komunikasi

(transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan

sebelumnya (Trianto, 2009:17). Sebagaimana yang telah dipaparkan di atas,

dalam pembelajaran, guru merupakan sebuah “centre” atau pengendali, karena

guru yang menjadi penentu dari iklim dan kegiatan pembelajaran. Sehingga

(26)

commit to user

4

memberikan pembelajaran yang efektif dan tepat sasaran dari tujuan pembelajaran

itu sendiri.

Upaya untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa diantaranya dapat

dilakukan melalui perbaikan proses pembelajaran. Dalam perbaikan proses

pembelajaran ini peranan guru sangat penting, yaitu menetapkan metode

pembelajaran yang tepat. Oleh karena sasaran proses pembelajaran adalah siswa

belajar, maka dalam menetapkan metode pembelajaran, fokus perhatian guru

adalah pada upaya membelajarkan siswa (Sumiati, 2007:xiii). Dengan kata lain,

bagaimana menyesuaikan metode pembelajaran dengan karakteristik materi yang

ingin disampaikan itulah yang harus menjadi prioritas perhatian guru.

Peran guru sangat menuntut penguasaan bahan yang luas dan mendalam.

Guru perlu mempunyai pandangan yang sangat luas mengenai pengetahuan

tentang bahan yang akan diajarkan. Pengetahuan yang luas dan mendalam

memungkinkan seorang guru menerima pandangan dan gagasan yang berbeda dari

murid dan juga memungkinkan untuk menunjukkan apakah gagasan itu jalan atau

tidak. Penguasaan bahan memungkinkan seorang guru mengerti macam-macam

jalan dan model untuk sampai pada suatu pemecahan persoalan tanpa terpaku

pada satu model (Paul Suparno, 1996:69). Model ataupun metode pembelajaran

yang tepat serta ditunjang pula oleh media pembelajaran atau sarana dan prasarana

serta penataan lingkungan belajar yang kondusif menjadi komponen utama yang

akan menentukan keberhasilan pembelajaran.

Kenyataan yang dijumpai dalam praktek seringkali menunjukkan gejala

(27)

commit to user

keadaan yang “begitu-begitu saja” dari hari ke hari, atau untuk materi

pembelajaran apapun yang diajarkan (monoton) (Sumiati, 2007:3). Setiap materi

memiliki karakter masing-masing, oleh karena itu model pembelajaran sudah

seyogyanya disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. Sehingga tidak

heran jika suasana kelas menjadi kurang menyenangkan jika guru tetap

mempertahankan kemonotonan itu. Pembelajaran menjadi hal yang tidak menarik

lagi dan membosankan bagi siswa, tak terkecuali untuk pembelajaran fisika.

Bagi siswa, pelajaran fisika selama ini merupakan “momok”, pelajaran

yang menakutkan karena penuh dengan beragam rumus yang sulit

diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ditambah lagi, ketika di dalam

kelas guru menyampaikan materi fisika dengan nuansa ceramah yang sangat

monoton dan jarang memfasilitasi siswa dengan percobaan untuk melatih proses

berpikir. Sehingga identitas pelajaran membosankan, tidak menarik, tidak

menyenangkan, dan istilah lainnya semakin melekat dan bahkan menjadi

semacam “trademark” dalam pelajaran fisika.

Keberhasilan pembelajaran fisika dapat dilihat dari penguasaan dan

pemahaman siswa terhadap suatu materi, misalnya materi usaha dan energi.

Pemahaman siswa yang dimaksud bukanlah sekedar pemahaman substantif saja,

tetapi juga diharapkan ada efek yang menyertai pemahaman itu, misalnya siswa

mampu berpikir secara sistematis, logis dan kritis; siswa mampu memahami

peranan dan penerapan usaha dan energi dalam kehidupan manusia; siswa juga

diharapkan lebih kreatif dan inovatif dalam mencari solusi terhadap permasalahan

(28)

commit to user

6

biasanya dilihat dari nilai siswa, yang dikatakan tuntas jika nilai siswa mencapai

kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan dikatakan tidak tuntas jika nilai siswa

belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Tabel 1.1 menyajikan hasil

ulangan harian usaha dan energi kelas XI SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi

Blitar semester Itahun ajaran 2009/2010 :

Tabel 1.1. Nilai Ulangan Harian K.D Usaha dan Energi Kelas XI Thn. Ajaran 2009/2010

No. Kelas KKM Tuntas Tidak Tuntas Jumlah Prosentasi Ketuntasan

1. XI IPA 1 65 16 14 30 53,3%

2. XI IPA 2 65 15 14 29 51,7%

3. XI IPA 3 65 14 17 31 45,1%

Dari tabel terlihat bahwa prestasi belajar fisika materi usaha dan energi

masih rendah. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa implementasi pembelajaran

fisika selama ini yang dilaksanakan oleh guru belum berhasil. Kondisi

pembelajaran fisika di SMAT Abul Faidl Wonodadi Blitar masih dominansi

ceramah yang menunjukkan kemonotonan sehingga membuat siswa cepat merasa

bosan. Padahal ada beragam metode pembelajaran inovatif yang dapat mengemas

pembelajaran fisika menjadi pembelajaran yang menarik (misalnya melalui media

visual) yang dapat diaplikasikan guru, namun tampaknya guru belum

memperhatikan hal ini.

Karakteristik pembelajaran fisika yang menuntut untuk berpikir ilmiah dan

sistematis, melalui serangkaian proses ilmiah untuk menemukan sesuatu juga

luput dari perhatian guru. Padahal proses berpikir ilmiah tersebut dapat dikatakan

(29)

commit to user

Saat pembelajaran berlangsung, guru hanya semata-mata memberikan informasi

saja, tanpa ada interaksi timbal balik antara guru dengan siswa. Kondisi siswa

SMAT Abul Faidl Wonodadi Blitar yang beragam, baik mengenai kemampuan

awal, motivasi belajar, sikap ilmiah, maupun IQ (Intelegence Quation) ternyata

juga lepas dari perhatian guru, karena guru memperlakukan secara sama semua

siswa dengan segala heterogenitasnya tersebut.

Hasil survei nasional pendidikan di Indonesia menunjukkan bahwa sistem

pendidikan formal di Indonesia pada umumnya masih kurang memberi peluang

bagi pengembangan kreativitas. Hal senada dikemukakan oleh Munandar bahwa

kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat

bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah merupakan bentuk

pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian. Rendahnya

pengembangan kreativitas disebabkan pembelajaran di sekolah yang terutama

dilatih adalah pengetahuan, ingatan, kemampuan berpikir logis atau berpikir

konvergen yaitu kemampuan menemukan satu jawaban yang paling tepat terhadap

masalah yang diberikan berdasarkan informasi yang tersedia. Dampaknya ketika

dihadapkan pada suatu permasalahan siswa sering mengalami kesulitan

menemukan alternatif pemecahan.

Selain keterampilan berpikir kreatif, yang perlu dikembangkan pada

pembelajaran di sekolah adalah kemampuan dasar bekerja ilmiah. Kemampuan

dasar bekerja ilmiah terdiri atas kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual.

Pembelajaran di sekolah selama ini lebih mengedepankan pengembangan

(30)

commit to user

8

dikembangkan. Padahal fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (sains)

diperoleh dari berpikir ilmiah.

Di dalam kurikulum 2006 dijelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis,

sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang

berupa fakta, konsep atau prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan. Sebagaimana disebutkan di atas, fisika yang merupakan bagian dari

ilmu pengetahuam alam (IPA) banyak sekali ditemukan implementasinya dalam

kehidupan sehari-hari. Dapat diambil contoh misalnya untuk konstruksi gedung

bertingkat, dalam pembuatannya sering digunakan katrol untuk mengangkat

alat-alat berat dari bawah ke atas. Air bendungan bisa dimanfaatkan menjadi listrik

melalui PLTA. Jalan-jalan di wilayah pegunungan dibuat berkelok-kelok dengan

maksud tertentu. Selain itu jika diperhatikan dengan seksama, ban sepeda dan

kendaraan bermotor lainnya semakin lama digunakan, permukaannya akan

semakin licin. Hal ini dapat terjadi tentunya tidak terlepas dari

fenomena-fenomena fisika.

Kejadian-kejadian di atas merupakan contoh aplikasi dan implementasi

fisika dalam kehidupan sehari-hari untuk konsep usaha dan energi, dan masih

banyak contoh-contoh lainnya. Dengan demikian, materi fisika khusunya konsep

usaha dan energi penting sekali untuk dipelajari oleh siswa, mengingat konsep

usaha dan energi tidak jauh aplikasinya dari keseharian siswa. Dalam mempelajari

materi fisika khusunya konsep usaha dan energi ini, siswa dapat melakukan

(31)

commit to user

prasarana yang ada di SMAT Abul Faidl Wonodadi Blitar, proses pembelajaran

dilaksanakan dengan memanfaatkan suatu media pembelajaran.

Para ilmuwan sains (scientist) dulu ketika menemukan konsep-konsep

fisika, dilaksanakan melalui serangkaian proses atau kegiatan yang bersifat

inquiry atau discovery. Pada dasarnya proses yang digunakan oleh para ilmuwan ini adalah proses menemukan yang diikuti serangkaian kegiatan, dimulai dari

penemuan masalah, perumusan hipotesis, melakukan eksperimen, diakhiri

penarikan kesimpulan, hingga kemudian diperoleh suatu konsep. Karena proses

fisika identik dengan proses inkuiri, maka dalam penelitian ini pendekatan

pembelajaran yang diterapkan adalah inkuiri. Ada beberapa macam pembelajaran

Inkuiri, diantaranya adalah Inkuiri Terbimbing. Menurut Michael Jabot dan

Christian H.Kautz (2007:1) pembelajaran Inkuiri Terbimbing menjadikan siswa

berpikir untuk mencari tahu dengan bimbingan guru, sehingga Inkuiri Terbimbing

memberikan pengaruh hasil yang lebih baik daripada pembelajaran yang hanya

berkutat pada ceramah saja. Mengingat siswa SMAT Abul Faidl belum pernah

melakukan proses inkuiri sebelumnya, maka inkuiri yang digunakan adalah

Inkuiri Terbimbing, dimana siswa dibimbing oleh guru selama proses inkuiri

tersebut.

Melalui pembelajaran ini juga siswa secara aktif akan terlibat dalam proses

mentalnya melalui kegiatan pengamatan, pengukuran, dan pengumpulan data

untuk menarik suatu kesimpulan. Dalam pembelajaran Inkuiri Terbimbing, guru

adalah fasilitator pembelajaran dan manajer lingkungan belajar. Terbimbing

(32)

commit to user

10

penyusunan laporan, dan instrumen pencatatan data disediakan oleh guru. Hal ini

dimaksudkan agar proses belajar mengajar berlangsung efektif dan efisien,

sehingga akan dapat meningkatkan potensi intelektual siswa, meningkatkan

motivasi intrinsik siswa untuk belajar, mengarahkan siswa ke arah pola berpikir

induktif atau investigasi, dan meningkatkan ketahanlamaan memori. Sedangkan

ketika pembelajaran berlangsung, peran guru sebagai pembimbing yaitu

memberikan petunjuk-petunjuk seperlunya (fungsi guru adalah sebagai manajer

lingkungan belajar). Pembelajaran inkuiri terbimbing mampu mengeksplorasi

kemampuan siswa, sehingga siswa mampu memahami lebih dalam terhadap

materi tertentu (Rick Vanosdall, dkk, 2007:6). Dengan demikian dapat diambil

kesimpulan bahwa proses pembelajaran Inkuiri terbimbing merupakan suatu

model pembelajaran yang menuntut siswa terlibat aktif di dalamnya melalui

kegiatan-kegiatan yang berorientasi ilmiah.

Model pembelajaran Inkuiri terbimbing mempunyai peranan penting di

dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, karena model pembelajaran ini

tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi siswa

yang ada, termasuk pengembangan emosional dan pengembangan keterampilan.

Bruner menyampaikan (Ratna Wilis, 1988:98) bahwa salah satu dari empat tema

pendidikan adalah motivasi atau keinginan untuk belajar, dan cara-cara yang

tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu. Pengalaman-pengalaman

pendidikan yang merangsang motivasi ialah pengalaman-pengalaman dimana para

(33)

commit to user

pembelajaran Inkuiri Terbimbing diharapkan siswa dapat berperan aktif, kreatif,

dan dapat berpikir secara sistematis dalam proses pembelajaran.

Konteks outdoors atau pelaksanaan pembelajaran dimana siswa

melakukan proses “inquiry” dimaksudkan untuk menginspirasi dan mengapresiasi

siswa. Sehingga pembelajaran sains melalui Inkuiri terbimbing dan kegiatan

eksperimen yang tidak selalu berpusat di dalam kelas diharapkan mampu

menciptakan suasana belajar yang kontruktivis, inspiratif, apresiatif, dan siswa

juga mampu berperan aktif, kreatif, serta juga dapat berpikir secara sistematis

(Oleg Popov, dkk :1). Dalam penelitian ini, pembelajaran fisika materi usaha dan

energi dilakukan melalui pendekatan inkuiri terbimbing melalui Animasi. Dengan

media ini siswa dapat memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan

mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil

kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan dari apa yang ditampilkan dari media

Animasi tersebut. Pembelajaran melalui media Animasi bersifat menghibur dan

sangat menarik perhatian siswa. Dalam pembelajaran, Animasi sebagai media

interaktif dapat memperkuat konsep yang ada pada diri siswa (RM Benito, dkk

2007:1). Sehingga melalui media Animasi diharapkan materi fisika yang

disampaikan menjadi tidak membosankan, dan siswa dapat lebih aktif dalam

proses pembelajaran.

Selain Animasi, pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing lain yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Pictorial Riddle. Pictorial riddle disusun

dalam rangka meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap

(34)

commit to user

12

kelompok besar. Pictorial merupakan salah satu bentuk yang cukup diminati oleh

siswa dalam menyelesaikan permasalahan fisika (Patrick B Kohl:1). Gambar,

peraga, atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara

berpikir kritis dan kreatif dari siswa. Suatu “riddle” biasanya berupa gambar di

papan tulis, papan poster atau diproyeksikan dari suatu transparansi, kemudian

guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan “riddle” (Moh.

Amien, 1979:26-27). Pendekatan Inkuiri Terbimbing dengan media Pictorial

Riddle ini tepat digunakan dalam pembelajaran fisika materi usaha dan energi,

mengingat bahwa Pictorial Riddle dapat mengemas materi usaha dan energi

menjadi suatu pembelajaran fisika yang menarik dan tentu saja mengasyikkan

bagi siswa.

Sebagaimana yang telah disampaikan di atas, kegiatan pembelajaran itu

sendiri dalam sekolah merupakan interaksi antara pendidik (guru) dengan yang

terdidik (siswa). Sehingga keberhasilan suatu proses pembelajaran minimal

bergantung pada pada guru dan siswa itu sendiri, selain ditunjang pula oleh

sarana-prasarana seperti laboratorium misalnya. Faktor keberhasilan pembelajaran

khususnya pembelajaran fisika dari diri siswa misalnya adalah motivasi atau

pendorong siswa untuk belajar fisika, karena tanpa adanya motivasi, siswa tidak

akan serius dalam mengikuti pembelajaran. Namun sebaliknya jika siswa

memiliki motivasi tinggi, maka siswa akan tertarik dan selalu ingin terlibat dalam

proses pembelajaran. Hamzah B. Uno (2006:27) menyampaikan pentingnya

motivasi dalam kegiatan pembelajaran. Ada beberapa peranan penting dari

(35)

commit to user

yang dapat dijadikan penguat belajar, memperjelas tujuan belajar yang hendak

dicapai, menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, serta

menentukan ketekunan belajar.

Selain motivasi, sikap ilmiah siswa juga merupakan faktor keberhasilan

pembelajaran dari dalam siswa. Sikap ilmiah menunjukkan bagaimana seorang

siswa bertindak dan berpikir ilmiah sesuai metode ilmiah. Sebagaimana yang

disampaikan Syailani (2010:40) dalam Moh. Amin (1994:77), kumpulan

pengetahuan atau produk sains berupa fakta, observasi, eksperimentasi,

generalisasi, dan analisis yang rasional dan ilmuwan mengumpulkan pengetahuan

sains berusaha untuk bersikap obyektif dan jujur, mengikuti macam prosedur

eksperimen ini yang dikenal dengan sikap ilmiah. Dengan demikian, seorang

siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi akan selalu bersikap obyektif dan jujur.

Selain bersikap obyektif dan jujur, ciri-ciri sesorang yang mempunyai sikap

ilmiah tinggi meliputi sikap ingin tahu, sikap kritis, sikap ingin menemukan, sikap

menghargai karya orang lain tekun, dan juga mempuyai sikap terbuka.

Untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran berlangsung dan

sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi usaha dan energi, digunakan tes

prestasi belajar. Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa, tes

dimaksudkan untuk mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah

dicapai siswa setelah menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu

tertentu. Dalam hubungannya dengan ha ini tes berfungsi sebagai alat untuk

mengukur keberhasilan program pengajaran. Sebagai alat untuk mengukur

(36)

commit to user

14

program pengajaran yang telah ditentukan dapat dicapai, dan seberapa banyak

yang belum tercapai serta menentukan langkah apa yang perlu dilakukan untuk

mencapainya. Dengan kata lain, tes prestasi belajar merupakan suatu barometer

yang menunjukkan proses pembelajaran telah berhasil dilakukan atau belum

berhasil dilakukan oleh guru.

Dari penjabaran latar belakang di atas, peneliti mencoba menerapkan

pendekatan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle

ditinjau dari motivasi belajar dan sikap ilmiah. Materi usaha dan energi dipilih

dalam penelitian ini yang memiliki karakteristik bahwa materi usaha dan energi

pada dasarnya bersifat konkrit dalam arti siswa dapat merasakan dan mengamati

efek-efek dari proses usaha dan energi dalam kehidupan sehari-hari. Namun ada

sebagian konsep usaha dan energi yang akan lebih baik jika disampaikan melalui

bantuan media, misalkan mengenai konsep energi potensial pegas dan energi

kinetik yang dimiliki oleh air terjun. Proses usaha yang terjadi tentunya sulit

untuk diamati. Oleh karena itu pembelajaran tentang materi usaha dan energi

tersebut dapat dilaksanakan melalui Animasi dan Pictorial Riddle. Diharapkan

dari penggunaan Animasi dan Pictorial Riddle, dapat meningkatkan prestasi

belajar fisika siswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa

(37)

commit to user

1. Pembelajaran fisika di SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar selama ini

masih berpusat pada guru (teacher centered), sehingga banyak siswa yang

memiliki prestasi belajar rendah.

2. Ada beragam model pembelajaran inovatif yang telah dikembangkan,

misalnya Inkuiri, Discovery, Proyek, Kooperatif, Problem Based Instruction,

Problem Based Learning dan lain sebagainya, tetapi guru belum memperhatikan hal tersebut, sehingga kegiatan pembelajaran cenderung

selalu ceramah.

3. Ada berbagai macam media yang digunakan melalui pendekatan Inkuiri

Terbimbing, seperti Animasi, Pictorial Riddle, Power Point, modul, dan

lain-lain, namun belum banyak guru yang menggunakannya.

4. Guru belum memperhatikan motivasi siswa yang bervariasi.

5. Guru belum memahami pentingnya proses berpikir dan bersikap ilmiah

melalui metode ilmiah, bahwa fisika sebagai sains diperoleh dari berpikir

ilmiah, sehingga guru belum memperhatikan sikap ilmiah siswa yang

bervariasi.

6. Prestasi belajar yang diperhatikan guru hanya aspek kognitif saja, padahal

seharusnya mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

7. Guru belum memperhatikan pentingnya pemahaman konsep

dasar/pengetahuan awal siswa dari materi fisika, padahal antar konsep satu

dengan yang lain saling berkaitan, misalnya pada kelas XI IPA semester I

yang mencakup materi gerak dengan analisis vektor, medan gravitasi dan

(38)

commit to user

16

momentum, materi usaha dan energi diberikan kepada siswa, setelah siswa

mendapatkan materi elastisitas. Antara konsep elastisitas dengan usaha dan

energi keduanya saling berkaitan.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya masalah yang muncul serta untuk menghindari agar

penyusunan tesis ini tidak lepas dari tujuan penelitian, maka perlu dilakukan

pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran dilaksanakan melalui pendekatan Inkuiri Terbimbing

menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle.

2. Motivasi belajar siswa dibatasi hanya dalam mengikuti pembelajaran di

sekolah, dalam kategori tinggi dan rendah.

3. Sikap ilmiah dibatasi hanya dalam mengikuti pembelajaran di sekolah, dalam

kategori tinggi dan rendah.

4. Prestasi belajar yang dibandingkan adalah kemampuan pemecahan masalah

dalam ranah kognitif dan afektif pada materi usaha dan energi, karena dalam

pembelajaran, siswa hanya mengamati saja.

5. Materi fisika yang dipilih dalam penelitian ini adalah usaha dan energi kelas

XI SMA sesuai dengan KTSP 2006.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan

(39)

commit to user

variabel-variabel yang merupakan center point dalam penelitian ini. Adapun

perumusan masalah tersebut antara lain :

1. Apakah ada pengaruh penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi

dan Pictorial Riddle terhadap prestasi belajar fisika?

2. Apakah ada pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi

belajar fisika?

3. Apakah ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar

fisika?

4. Apakah ada interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan

Animasi dan Pictorial Riddle dengan motivasi belajar terhadap prestasi

belajar fisika?

5. Apakah ada interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan

Animasi dan Pictorial Riddle dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar

fisika?

6. Apakah ada interaksi antara motivasi belajar dan sikap ilmiah siswa terhadap

prestasi belajar fisika?

7. Apakah ada interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan

Animasi dan Pictorial Riddle, motivasi belajar dan sikap ilmiah terhadap

(40)

commit to user

18

E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Pengaruh penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial

Riddle terhadap prestasi belajar fisika.

2. Pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika.

3. Pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika.

4. Interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan

Pictorial Riddle dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar fisika.

5. Interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan

Pictorial Riddle dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika.

6. Interaksi antara motivasi belajar dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi

belajar fisika.

7. Interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan

Pictorial Riddle, motivasi belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika.

F. Manfaat Penelitian

Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik bagi

guru maupun bagi siswa. Dalam lingkup yang lebih khusus, manfaat penelitian ini

(41)

commit to user

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk mengetahui pengaruh Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan

Pictorial Riddle terhadap materi usaha dan energi sehingga dapat menambah wacana ilmu pengetahuan.

b. Sebagai bahan pertimbangan, masukan, dan acuan bagi penelitian

selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan pertimbangan bagi guru dalam penyusunan sekenario

pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik baik siswa maupun materi

pembelajaran.

b. Memberikan alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa.

c. Menambah daya ingat (retensi) siswa terhadap materi usaha dan energi.

(42)

commit to user

20 BAB II

KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori 1. Definisi Belajar dan Pembelajaran Fisika a. Definisi Belajar

Sebagian besar ahli berpendapat bahwa belajar merupakan proses

perubahan, dimana perubahan tersebut merupakan hasil dari pengalaman. Dengan

pengembangan teknologi informasi belajar tidak hanya diartikan sebagai suatu

tindakan terpisah dari kehidupan manusia. Banyak ilmuwan yang mengartikan

belajar menurut sudut pandang mereka. Beberapa definisi belajar sebagai suatu

perubahan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :

Menurut Morgan (dalam Purwanto, Ngalim, 1992:84) menyatakan bahwa

”belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang

terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”. Robert M. Gagne (dalam

Syaiful Sagala, 2003:17) mengatakan bahwa ”belajar merupakan kegiatan

kompleks, yang dapat terjadi apabila suatu stimulus bersama dengan isi ingatan

mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya)

berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu setelah ia

mengalami situasi tadi”. Sedangkan W.S. Winkel (1991:36) dalam bukunya yang

berjudul: ‘Psikologi Pengajaran.’ Menurutnya, pengertian belajar adalah: “Suatu

(43)

commit to user

yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

keterampilan, dan nilai-nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan

dan berbekas”(http://spesialis-torch.com-084PrestasiBelajar.htm). Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa orang yang telah belajar akan mengalami

perubahan dan perkembangan yang terwujud secara mental atau psikis.

Dari pendapat-pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah terjadinya perubahan pada seseorang yang belajar karena pengalaman.

Bahwa dalam belajar ada proses perubahan ke arah lebih baik, dari tidak dapat

menjadi dapat dan dari tidak tahu menjadi tahu. Lebih lanjut, perubahan tersebut

relatif permanen, dalam arti tidak mudah hilang, dan terjadi bukan semata-mata

karena kematangan atau pertumbuhan.

b. Definisi Pembelajaran

Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:297 dalam Syaiful

Sagala, 2003:62) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain

instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada

penyediaan sumber belajar. UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran

adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar suatu

lingkungan belajar. Menurut Trianto (2009:17), pembelajaran merupakan aspek

kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan.

Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai produk interaksi

berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang

lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru

(44)

commit to user

22

belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan

demikian, pembelajaran adalah interaksi timbal balik anatara guru dengan siswa,

dimana terjadi komunikasi yang intensif antara keduanya dan mengarah pada

suatu sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Hudojo (1998) dalam Trianto (2009:18-19), implikasi ciri-ciri

pembelajaran dalam pandangan konstruktivisme adalah penyediaan lingkungan

belajar yang konstruktif yaitu lingkungan belajar yang menyediakan pengalaman

belajar yang mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah

dimiliki siswa sehingga belajar merupakan proses pembentukan pengetahuan,

menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, mengintegrasikan

pembelajaran dengan situasi realistik dan relevan dengan melibatkan pengalaman

konkret, mengintegrasikan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi

dan kerjasama antara siswa, memanfaatkan berbagai media agar pembelajaran

lebih menarik, melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga fisika lebih

menarik dan siswa mau belajar

Dewasa ini, pembelajaran fisika terlihat belum menekankan proses belajar

yang bersifat aktif, kreatif, inovatif, menyenangkan, serta belum terlihat pula

adanya penekanan pada proses berpikir siswa. Fisika sebagai bagian dari ilmu

sains sudah seharusnya jika dalam pembelajaran fisika dilaksanakan melalui

penekanan bagaimana proses terbentuknya suatu pengetahuan. Dalam praktek

pendidikan sains, konstruktivisme atau bentukan pengetahuan sangat berpengaruh.

Banyak cara belajar mengajar di sekolah didasarkan pada teori ini, seperti cara

(45)

commit to user

sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator yang membantu keaktifan siswa

tersebut dalam pembentukan pengetahuannya.

2. Teori-Teori Belajar

Beberapa teori belajar yang mendukung dan mendasari pembelajaran

inkuiri terbimbing, antara lain teori kognitif Piaget, teori belajar penemuan Jerome

S. Bruner, dan teori belajar bermakna David Ausubel.

a. Teori Kognitif Jean Piaget

Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi aktif

anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget yakin bahwa

pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya

perubahan perkembangan (Nur, 1998 dalam Trianto, 2009:29). Dalam

menjelaskan proses seseorang mencapai pengertian, Piaget (dalam Paul Suparno,

1996:30-33) menggunakan beberapa istilah baku. Istilah yang pertama yaitu

skema/skemata. Skema adalah suatu struktur mental atau kognitif yang dengannya

seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan

sekitarnya. Skemata itu akan beradaptasi dan berubah selama perkembangan

mental anak. Skemata seorang anak berkembang menjadi skemata orang dewasa.

Gambaran dalam pikiran anak menjadi semakin berkembang dan lengkap.

Istilah yang kedua adalah asimilasi. Asimilasi adalah proses kognitif yang

dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, atau pengalaman baru

ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi dapat

(46)

commit to user

24

mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan yang baru dalam skema yang telah

ada. Menurut Wadsworth, asimilasi tidak menyebabkan perubahan/pergantian

skemata, melainkan memperkembangkan skemata. Asimilasi adalah salah satu

proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan

lingkungan baru sehingga pengertian orang itu berkembang.

Istilah yang ketiga disebut akomodasi. Akomodasi adalah membentuk

skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi

skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Akomodasi dapat terjadi

jika dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman yang baru seseorang tidak

dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru tersebut dengan skemata yang

dimiliki. Selanjutnya istilah yang biasa digunakan oleh Piaget yaitu ekuilibrasi.

Proses asimilasi dan akomodasi perlu untuk perkembangan kognitif seseorang.

Dalam perkembangan intelek seseorang, diperlukan keseimbangan antara

asimilasi dan akomodasi. Proses ini disebut equilibrium, yakni pengaturan diri

secara mekanis untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi.

Proses ini membuat seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur

dalamnya (skemata).

Masih dalam Paul Suparno (1997:33), istilah yang terakhir adalah teori

adaptasi intelek. Mengerti adalah proses adaptasi intelektual yang dengannya

pengalaman-pengalaman dan ide-ide baru diinteraksikan dengan apa yang sudah

diketahui oleh seseorang yang sedang belajar untuk membentuk struktur

pengertian baru (Shymansky:1992 dan Von Glaserveld:1988). Menurut Piaget,

(47)

commit to user

berperan sebagai suatu filter dan fasilitator bagi ide-ide dan

pengalaman-pengalaman baru. Skemata mengatur, mengkoordinasi, dan mengintensifkan

prinsip-prinsip dasar. Melalui kontak dengan pengalaman baru, skema dapat

dikembangkan dan diubah, yaitu dengan proses asimilasi dan akomodasi. Bila

pengalaman baru itu masih bersesuaian dengan skema seseorang, maka skema itu

hanya dikembangkan melalui proses asimilasi. Bila pengalaman baru itu sungguh

berbeda dengan skema yang ada, sehingga skema yang lama tidak cocok lagi

untuk menghadapi pengalaman baru, skema yang lama diubah sampai ada

keseimbangan lagi. Inilah proses akomodasi.

Menurut Piaget dalam Paul suparno (1996:35) secara konseptual

perkembangan kognitif berjalan dalam semua level perkembangan pemikiran

seseorang dari lahir sampai dewasa. Dengan asimilasi seseorang mencocokkan

rangsangan dengan skemata yang ada, dan dengan akomodasi ia mengubah skema

yang ada agar menjadi cocok dengan rangsangan yang dihadapi. Equilibrium

adalah mekanisme internal yang mengatur kedua proses itu. Menurut

perkembangan kognitif, seseorang memiliki tiga unsur : isi, fungsi, dan struktur.

Masih menurut Piaget dalam Paul Suparno (1996:34-35), isi adalah apa

yang diketahui oleh seseorang. Ini menunjuk kepada tingkah laku yang dapat

diamati-sensori motor dan konsep yang mengungkapkan aktivitas intelek. Isi

intelegensi berbeda-beda dari umur ke umur dan dari anak ke anak. Fungsi,

menunjuk kepada sifat dari aktivitas intelektual-asimilasi dan akomodasi-yang

(48)

commit to user

26

Struktur menunjuk pada sifat organisatoris yang dibentuk (skemata) yang

menjelaskan terjadinya perilaku khusus.

Menurut Piaget dalam Paul Suparno (1996:35), sistem pemikiran di atas

menuntut seorang anak itu bertindak aktif terhadap lingkungannya jika

perkembangan kognitifnya jalan. Perkembangan struktur kognitif hanya berjalan

bila anak itu mengasimilasikan dan mengakomodasikan rangsangan dalam

lingkungannya. Ini hanya mungkin bila nalar anak dibawa ke situasi lingkungan

tertentu. Baru bila seseorang bertindak terhadap lingkungannya, bergerak dalam

ruang, berinteraksi dengan objek, mengamati dan meneliti, serta berpikir, orang

tersebut berasimilasi dan berakomodasi terhadap alam. Perbuatannya itu

mengakibatkan perkembangan skemata dan juga pengetahuannya.

Pembelajaran dengan Inkuiri Terbimbing melalui media Animasi dan

Pictorial Riddle dalam materi usaha dan energi dimulai dengan pemberian masalah oleh guru, merumuskan hipotesa, mengumpulkan data dari pengamatan

yang ditunjukkan oleh media, menguji hipotesa dengan menganalisa data dan

menarik kesimpulan. Di dalam pikiran siswa sedikit banyak sudah terbentuk

konsep tentang usaha dan energi. Ketika diberi permasalahan tentang karaketristik

usaha dan energi, siswa akan menggali pengetahuannya untuk menyusun

hipotesis. Dari hasil pengamatan terhadap media yang ditampilkan oleh guru,

siswa memperoleh beberapa data untuk menguji hipotesisnya. Proses asimilasi

terjadi dalam tahap ini, dimana siswa mengintegrasikan informasi tentang

karakteristik usaha dan energi yang baru saja diterima ke dalam struktur kognitif

(49)

commit to user

Secara simultan juga terjadi proses akomodasi, dimana siswa

menyesuaikan informasi tentang usaha dan energi yang baru diperoleh dengan

struktur kognitif yang sekarang dimiliki oleh siswa. Siswa memodifikasi apa yang

telah diketahui sehingga hasilnya dapat dipahami dengan baik. Setelah dilakukan

analisis data, siswa dapat menyimpulkan konsep karakteristik usaha dan energi.

Ketika terjadi ketidaksesuaian antara hasil pengamatan dengan pengetahuan dan

pemikiran siswa, mereka akan mengubah struktur kognitifnya sehingga dicapai

kesesuaian antara apa yang diamati dengan apa yang dipikirkan. Disinilah terjadi

proses ekuilibrasi atau proses pengaturan keseimbangan antara asimilasi dan

akomodasi.

Dari proses adaptasi intelektual sehingga pengetahuan baru diinteraksikan

dengan apa yang sudah diketahui untuk membentuk struktur pengetahuan baru

inilah yang disebut dengan siswa memahami karakteristik usaha dan energi.

Dengan kata lain siswa telah mendapatkan konsep dari materi usaha dan energi.

Langkah-langkah pembelajaran Inkuiri Terbimbing sebagaimana yang telah

dijelaskan tersebut memenuhi tahapan-tahapan proses belajar asimilasi,

akomodasi, ekuilibrasi, dan teori adaptasi intelek sebagaimana teori Piaget.

b. Teori Penemuan Jerome Bruner

Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah

model dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan (discovery

learning). Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang

(50)

commit to user

28

pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar

bermakna. Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melalui

partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar mereka

dianjurkan untuk memperoleh pengalaman, dan melakukan

eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu

sendiri (Ratna Wilis, 1988:103). Dengan kegiatan tersebut, diharapkan siswa

dapat terlibat langsung untuk menemukan konsep, sehingga melalui serangkaian

proses siswa dapat lebih mampu memahami tentang suatu konsep.

Masih dalam Ratna Wilis (1988:106), Bruner mengemukakan dalam

bukunya Toward of Instruction yaitu :

we teach a subject not to produce little living libraries on that subject, but rather to get a student to think mathematically for himself, to consider matters as an historian does, to take part in the process of knowledge-getting. Knowing is a process, not a product”.

Dari pernyataan Bruner tersebut jelas bahwa mengetahui bukan suatu hasil, tetapi

terletak pada suatu proses bagaimana seseorang menemukan pengetahuan

tersebut.

Menurut Bruner (1960) dalam Syaiful Sagala (2003:35) dalam proses

belajar dapat dibedakan pada tiga fase, yang pertama yaitu : informasi, dimana

dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada yang menambah

pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya,

ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui

sebelumnya. Yang kedua adalah transformasi. Informasi itu harus dianalisis,

(51)

commit to user

agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas dalam hal ini bantuan guru

sangat diperlukan. Fase yang terakhir adalah evaluasi, dimana pada fase ini

informasi tersebut kita nilai hingga manakah pengetahuan yang kita peroleh dan

transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.

Masih dalam Syaiful Sagala (2003:35), kurikulum hendaknya

mementingkan struktur pengetahuan. Hal ini perlu sebab dengan struktur

pengetahuan, guru menolong para siswa untuk melihat, bagaimana fakta-fakta

yang kelihatannya tidak ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan yang lain,

dan pada informasi yang telah mereka miliki. Tema kedua, ialah tentang kesiapan

(readiness) untuk belajar. Menurut Bruner dalam Syaiful Sagala (2003:35) kesiapan terdiri atas penguasaan keterampilan-keterampilan yang lebih sederhana

yang dapat mengijinkan seseorang untuk mencapai keterampilan-keterampilan

yang lebih tinggi.

Menurut Bruner, suatu proses belajar dapat dikatakan berlangsung dengan

baik jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu

konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh yang dijumpai dalam

kehidupan sehari-hari. Teori penemuan Bruner ini sangat tepat tepat jika

diaplikasikan pada mata pelajaran IPA yang selalu mengalami perkembangan, tak

terkecuali mata pelajaran fisika. Dalam mempelajari IPA selalu didahului dengan

penyampaian informasi yang berasal dari alam atau produk pengetahuan.

Informasi tersebut ditransfer siswa pada saat terjadi proses pembelajaran dan

dapat digunakan siswa di dalam kehidupannya, baik untuk mengembangkan

(52)

commit to user

30

Dalam penelitian ini diterapkan pembelajaran fisika melalui Inkuiri

Terbimbing pada materi usaha dan energi yang diawali dengan pengajuan masalah

yang berkaitan dengan materi usaha dan energi. Dari pengajuan masalah ini siswa

akan memproleh informasi untuk selanjutnya siswa dapat menambah,

mengurangi, ataupun memperhalus informasi yang telah diketahui sebelumnya.

Setelah memperoleh informasi, siswa akan mentransformasi pengetahuan mereka

dengan merumuskan hipotesis, menjawab pertanyaan dari guru yang bersifat

membimbing menuju penyelesaian masalah, melakukan penyelidikan, dan

menganalisa data untuk mendapatkan konsep materi usaha dan energi. Tahap yang

terakhir adalah siswa mengevaluasi pengetahuan yang diperoleh dengan

mendiskusikan hasil analisis data bersama-sama dengan teman melalui bimbingan

guru. Tahap-tahap pembelajaran Inkuiri di atas sesuai dengan langkah-langkah

teori belajar yang disampaikan oleh Bruner.

c. Teori Belajar Bermakna David Ausubel

Menurut Ausubel (dalam Ratna Wilis, 1989:110), belajar dapat

diklasifikasikan ke dalam dua dimensi, seperti yang dinyatakan oleh gambar 2.1.

Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran

disajikan pada siswa, melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua

menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur

kognitif yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan

generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa. Gambar 2.1

(53)
[image:53.612.140.539.78.460.2]

commit to user

Gambar 2.1. Bentuk-bentuk belajar (menurut Ausubel & Robinson, 1969)

(dalam Ratna Wilis, 1989:110-111)

Menurut Ratna Wilis (1989:111) pada tingkat pertama dalam belajar,

informasi dapat dikomunikasikan pada siswa baik dalam bentuk belajar

penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final, maupun dengan

bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri

sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa

menghubungkan atau mengkaitkan informasi itu pada pengetahuan (berupa

konsep-konsep atau lain-lain) yang telah dimilikinya; dalam hal ini terjadi belajar

bermakna. Akan tetapi siswa itu dapat juga hanya mencoba-coba menghafalkan

Gambar

Gambar 2.1. Bentuk-bentuk belajar (menurut Ausubel & Robinson, 1969)
Gambar 2.2. Usaha yang dilakukan oleh sebuah gaya yang konstan
Gambar 2.3. Balok di atas bidang datar dikenai beberapa gaya
Gambar 2.4. Gaya Pegas
+7

Referensi

Dokumen terkait

siswa dengan pengaruh penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis metode inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle, sedangkan penilaian Lembar Kerja Siswa (LKS) dilakukan dengan

Sehingga diperoleh kesimpulan: (1) Ada perbedaan antara rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ARIAS dengan Inkuiri Ilmiah Teknik

Hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) ada pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi terhadap

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan: (1) tidak ada perbedaan pengaruh penerapan pembelajaran dengan metode pictorial riddle dan problem solving terhadap prestasi belajar

Hasil penelitian disimpulkan: 1) ada pengaruh pembelajaran IPA melalui pendekatan SETS menggunakan metode inkuiri terbimbing dan proyek terhadap prestasi belajar siswa,

ada interaksi antara pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan kemampuan berpikir dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar Fisika siswa saat

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan: (1) tidak ada pengaruh penerapan pembelajaran dengan metode pictorial riddle dan problem solving terhadap prestasi

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Terdapat pengaruh penggunaan metode inkuiri terbimbing menggunakan laboratorium riil terhadap prestasi belajar fisika materi Suhu