commit to user
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN ANIMASI DAN PICTORIALRIDDLE
DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA
(Studi Kasus pada Materi Usaha dan Energi Kelas XI IPA Semester 1 SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar Tahun Ajaran 2010/2011)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains
Minat Utama Pendidikan Fisika
Oleh :
HAZAIRIN NIKMATUL LUKMA NIM : S831002044
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN ANIMASI DAN PICTORIALRIDDLE
DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA
(Studi Kasus Pada Materi Usaha Dan Energi Kelas XI IPA Semester 1 SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar Tahun Ajaran 2010/2011)
Disusun Oleh
HAZAIRIN NIKMATUL LUKMA NIM : S831002044 Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda
Tangan
Tanggal
Pembimbing I : Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP 19520116 198003 1 001
... ...
Pembimbing II : Dra. Suparmi, MA, Ph.D. NIP 19520915 197603 2 001
... ...
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Sains
commit to user
iii
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN ANIMASI DAN PICTORIALRIDDLE
DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA
(Studi Kasus Pada Materi Usaha Dan Energi Kelas XI IPA Semester 1 SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar Tahun Ajaran 2010/2011)
Disusun Oleh
HAZAIRIN NIKMATUL LUKMA NIM : S831002044
Telah Disahkan Oleh Tim Penguji Pada tanggal...
Jabatan Nama Tanda Tangan Ketua : Prof. Dr. H. Ashadi ... Sekretaris : Drs. Cari, M.A, M.Sc, Ph.D ... Anggota Penguji : 1. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M Pd ...
2. Dra. Suparmi, M.A, Ph.D ...
Mengetahui Surakarta, 2011 Direktur Program Pascasarjana UNS Ketua Program Studi Pendidikan Sains
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : HAZAIRIN NIKMATUL LUKMA
NIM : S831002044
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul
“PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN INKUIRI TERBIMBING
MENGGUNAKAN ANIMASI DAN PICTORIAL RIDDLE DITINJAU DARI
MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA” (Studi Kasus Pada
Materi Usaha Dan Energi Kelas XI IPA Semester 1 SMA Terpadu Abul Faidl
Wonodadi Blitar Tahun Ajaran 2010/2011) adalah benar-benar hasil karya sendiri.
Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan
dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, April 2011
Yang membuat pernyataan
commit to user
v ABSTRAK
Hazairin Nikmatul Lukma, S831002044. 2011. Pembelajaran Fisika dengan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle ditinjau dari Motivasi Belajar dan Sikap Ilmiah Siswa. (Studi Kasus pada Materi Usaha dan Energi Kelas XI IPA Semester 1 SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar Tahun Ajaran 2010/2011). Tesis Pembimbing I Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. dan pembimbing II : Dra. Suparmi, MA, Ph.D, Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pengaruh Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle terhadap prestasi belajar fisika, pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika, pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika, interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar fisika, interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika, interaksi antara motivasi belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika, interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle, motivasi belajar serta sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar Tahun Ajaran 2010/2011. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI. Sampel penelitian diambil secara
cluster random sampling, yaitu kelas XI IPA 1 menggunakan Animasi dan kelas XI IPA 2 menggunakan Pictorial Riddle. Pengumpulan data dilakukan melalui tes untuk prestasi belajar dan angket untuk motivasi belajar dan sikap ilmiah. Analisis menggunakan Analisis Varians (ANAVA) tiga jalan dengan desain faktorial 2 x 2 x 2.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa:ada pengaruh Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle terhadap prestasi belajar fisika dimana rerata yang lebih baik diperoleh siswa pada kelas eksperimen I (media Animasi), ada pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika dimana rerata yang lebih baik diperoleh siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika dimana rerata yang lebih baik diperoleh siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi, tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar fisika, tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika, tidak ada interaksi antara motivasi belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika, tidak ada interaksi antara Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle, motivasi belajar serta sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika.
commit to user
vi ABSTRACT
Hazairin Nikmatul Lukma, S831002044. 2011. Physics Learning using Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle over viewed from Student Motivation and Scientific Attitude. (A Case Study on Work And Energy Concept for XIth Grade Student at SMA Terpadu Wonodadi Blitar in 2010/2011 Academic Year). The Thesis, Advisor I : Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. and Advisor II : Dra. Suparmi, MA, Ph.D, Science Education Program of Post Graduate, Sebelas Maret University of Surakarta, 2011
The purposes of this research were to know: the effect of the use of Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle toward to the student achievement, the effect of the use of high and low student motivation toward to the student achievement, the effect of the use of high and low scientific attitude toward to the student achievement, the interaction between Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle and student motivation toward to the student achievement, the interaction between Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle and scientific attitude toward to the student achievement, the interaction between student motivation and scientific attitude toward to the student achievement, the interaction among Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle, student motivation and scientific attitude toward to the student achievement.
This research was carried out at SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar in 2010/2011 academic year. This research used experimental method. The population was all students in XI grade. The sampel was taken using cluster random sampling, are XI IPA 1 used Animation learning media, and XI IPA 2 used Pictorial Riddle learning media. The data was collected using test for student achievement and quistionere for student motivation and scientific attitude. Then the data was analized using Anova with 2 x 2 x 2 factorial design.
The results of data analysis were: there was effect of the use of Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle toward to the student achievement; which the better result is Animation class; theres was effect of the use of high and low student motivation toward to the student achievement, which the better result is student with high motivation; there was effect of the use of high and low scientific attitude toward to the student achievement, which the better result is student with high scientific attitude; there was no interaction between Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle and student motivation toward to the student achievement; there was no interaction between Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle and scientific attitude toward to the student achievement; there was no interaction between student motivation and scientific attitude toward to the student achievement; there was no interaction among Guided Inquiry through Animation and Pictorial Riddle, student motivation and scientific attitude toward to the student achievement.
commit to user
vii MOTTO
¾ Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertaqwa di antara kamu (QS. Al-Hujurat : 13)
¾ Puncak ilmu pengetahuan ialah apabila kita mengetahui sedalam-dalamnya
makna taat dan ibadah
¾ Jaga hatimu dengan ilmumu untuk mengetahui sifat-sifat hawa nafsu
sehingga hatimu bisa lepas dari belenggu dunia dan lalu mendekat
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan rancangan tesis yang berjudul
”Pembelajaran Fisika dengan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan
Pictorial Riddle Ditinjau dari Motivasi Belajar dan Sikap Ilmiah Siswa” ini dengan lancar. Penelitian ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Selesainya penyusunan penelitian ini tidak lepas dari bimbingan dan
bantuan berbagai pihak yang dengan ikhlas dan tanpa kenal lelah telah membantu
penulis. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana
yang telah memberikan beragam fasilitas dan kemudahan dalam penyusunan
proposal penelitian ini.
2. Bapak Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Sains dan Pembimbing I yang telah memberikan dorongan,
bimbingan, dan kesempatan kepada penulis.
3. Ibu Dra. Suparmi, MA, Ph.D selaku Pembimbing II yang telah banyak
memberikan banyak pengarahan dan bimbingan.
4. Bapak Masroni, S.Ag. M.H selaku Kepala SMA Terpadu Abul Faidl
Wonodadi Blitar yang telah memberikan izin tempat penelitian tesis kepada
commit to user
x
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana
yang dengan kebesaran hati dan senantiasa membagi ilmu dalam penyusunan
penelitian ini.
6. Ayahanda dan Ibunda serta keluarga yang senantiasa mendoakan, memberi
dorongan, kasih sayang tiada henti dan doa restu.
7. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret angkatan Pebruari 2010 yang
senantiasa saling memberi dorongan semangat selama penyusunan penelitian
ini.
8. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
mendukung demi selesainya penyusunan penelitian ini.
Saran dan kritik yang membangun senantiasa penulis harapakan untuk
perbaikan kualitas penulisan dan pengembangan penelitian di Indonesia pada
umumnya.
Surakarta, April 2011
commit to user
xiDAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... ABSTRAK... ABSTRACT... HALAMAN MOTTO ...HALAMAN PERSEMBAHAN... i ii iii iv v vi vii
KATA PENGANTAR... viii
DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... xi xvi xix xxi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……….
B. Identifikasi Masalah ……….
C. Pembatasan Masalah ………
D. Perumusan Masalah ………...
E. Tujuan Penelitian ...
commit to user
xii
F. Manfaat Penelitian... 18
BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA
BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori...
1. Definisi Belajar dan Pembelajaran Fisika...
a. Definisi Belajar...
b. Definisi Pembelajaran...
2. Teori-Teori Belajar...
a. Teori Kognitif Jean Piaget...
b. Teori Penemuan Jerome Bruner...
c. Teori Belajar Bermakna Ausubel...
3. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing...
a. Definisi Pembelajaran Inkuiri...
b. Definisi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing...
c. Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri Terbimbing...
d. Keuntungan Penerapan Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing...
4. Media Pembelajaran...
5. Animasi...
6. Pictorial Riddle... 7. Motivasi Belajar...
8. Sikap Ilmiah...
9. Prestasi Belajar...
commit to user
xiii
a. Aspek Kognitif (Cognitive Domain)... b. Aspek Afektif (Affective Domain)...
c. Aspek Psikomotorik (Psychomotoric Domain)...
10.Hakikat Pembelajaran Fisika...
11.Materi Usaha dan Energi...
B. Penelitian yang Relevan...
C. Kerangka Berpikir...
D. Hipotesis... 48 49 49 50 53 68 72 80
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian...
1. Tempat Penelitian...
2. Waktu Penelitian...
B. Populasi dan Sampel...
1. Populasi...
2. Sampel...
C. Metode Penelitian...
D. Variabel Penelitian...
1. Variabel Bebas...
2. Variabel Moderator...
3. Variabel Terikat...
E. Data Penelitian...
1. Jenis Data...
2. Sumber Data...
commit to user
xiv
3. Teknik Pengumpulan Data...
F. Instrumen Penelitian...
1. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran...
2. Instrumen Pengambilan Data...
G. Uji Coba Instrumen...
1. Uji Validitas...
2. Uji Reliabilitas...
3. Uji Taraf Kesukaran...
4. Uji Daya Beda...
H. Teknik Analisis Data...
1. Uji Prasyarat Analisis...
a. Uji Normalitas...
b. Uji Homogenitas...
2. Uji Hipotesis (Analisis Variansi Tiga Jalan)...
3. Tata Letak Data...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data...
1. Data Prestasi Belajar ditinjau dari Motivasi Belajar
Siswa...
2. Data Prestasi Belajar ditinjau dari Sikap Ilmiah
Siswa...
3. Data Prestasi Belajar Fisika...
a. Data Prestasi Belajar Fisika Ranah Kognitif...
commit to user
xv
b. Data Prestasi Belajar Fisika Ranah Afektif...
c. Data Prestasi Belajar Fisika Ranah Kognitif dan
Afektif...
B. Uji Prasyarat...
1. Uji Normalitas...
2. Uji Homogenitas...
C. Pengujian Hipotesis...
D. Pembahasan Hasil Analisis Data...
E. Keterbatasan Penulis...
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...
B. Implikasi...
1. Implikasi Teoritis...
2. Implikasi Praktis...
C. Saran...
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
110
111
112
112
114
115
123
132
133
133
140
140
141
141
143
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1.1. 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. 3.6. 3.7. 3.8. 3.9. 3.10. 3.11. 4.1. 4.2. 4.3. 4.4.
Nilai Ulangan Harian K.D Usaha dan Energi Kelas XI
Tahun Ajaran 2009/2010...
Agenda Penelitian...
Rancangan Penelitian...
Interpretasi Validitas Soal...
Hasil Uji Validitas...
Interpretasi Reliabilitas Soal...
Hasil Uji Reliabilitas...
Klasifikasi Taraf Kesukaran...
Hasil Uji Taraf Kesukaran...
Interpretasi Daya Pembeda...
Hasil Uji Daya Pembeda...
Tata Letak Data...
Deskripsi Data Prestasi Belajar ditinjau dari Motivasi
Belajar...
Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar ditinjau dari
Motivasi Belajar Tinggi...
Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar ditinjau dari
Motivasi Belajar Rendah...
commit to user
xvii 4.5. 4.6. 4.7. 4.8. 4.9. 4.10. 4.11. 4.12. 4.13. 4.14. 4.15. 4.16. 4.17. Sikap Ilmiah...Deskripsi Frekuensi Data Prestasi Belajar ditinjau dari
Sikap Ilmiah Tinggi...
Deskripsi Frekuensi Data Prestasi Belajar ditinjau dari
Sikap Ilmiah Rendah...
Deskripsi Data Prestasi Belajar Ranah Kognitif Siswa
dalam Media Pembelajaran...
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Fisika Siswa pada
Kelas Eksperimen I (Media Animasi)...
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Fisika Siswa pada
Kelas Eksperimen II (Media Pictorial Riddle)... Distribusi Keseluruhan Data...
Rerata Prestasi Belajar...
Deskripsi Data Prestasi Belajar Ranah Afektif Siswa dalam
Media Pembelajaran...
Deskripsi Distribusi Data Keseluruhan...
Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Ditinjau dari
Motivasi Belajar...
Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Ditinjau dari Sikap
Ilmiah...
Hasil Uji Normalitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Media Animasi dan Pictorial Riddle... Hasil Uji Homogenitas...
commit to user
xviii
commit to user
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Bentuk-Bentuk Belajar... 31
2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.6. 2.7. 2.8. 2.9. 2.10. 4.1.(a) 4.1.(b) 4.2.(a)
Usaha yang Dilakukan oleh Sebuah Gaya yang
Konstan...
Balok di atas Bidang Datar Dikenai Beberapa Gaya...
Gaya Pegas...
Besarnya Usaha yang Dilakukan oleh Gaya Pegas...
Hubungan antara Usaha dan Energi...
Energi Potensial Gravitasi...
Perubahan Energi Potensial tidak bergantung pada
Lintasan...
Sebuah Balok Bergerak dari A ke B, melintasi Garis Lurus
AB atau Melewati Busur Setengah Lingkaran AB...
Posisi dan kecepatan dua buah bola pada saat yang sama....
Gambar Histogram Prestasi Belajar ditinjau dari Kelompok
Motivasi Belajar Tinggi...
Gambar Histogram Prestasi Belajar ditinjau dari Kelompok
Motivasi Belajar Rendah...
Gambar Histogram Prestasi Belajar ditinjau dari Kelompok
Sikap Ilmiah Tinggi...
commit to user
xx 4.2.(b)
4.3.(a)
4.3(b).
4.4.
4.5.
4.6.
4.7.
Gambar Histogram Prestasi Belajar ditinjau dari Kelompok
Sikap Ilmiah Rendah...
Histogram Prestasi Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen I
(Media Animasi)...
Histogram Prestasi Belajar Fisika pada Kelas Eksperimen
II (Media Pictorial Riddle)... Grafik Interaksi Media dengan Motivasi Belajar terhadap
Prestasi Belajar Siswa...
Grafik Interaksi Media dengan Sikap Ilmiah terhadap
Prestasi Belajar Siswa...
Grafik Interaksi Motivasi Belajar dengan Sikap Ilmiah
terhadap Prestasi Belajar Siswa...
Grafik Interaksi Media-Motivasi Belajar-Sikap Ilmiah
terhadap Prestasi Belajar Siswa...
104
107
107
118
120
121
commit to user
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman 1
2
3
Kisi-Kisi Angket Motivasi Belajar...
Uji Coba Angket Motivasi Belajar...
Kisi-Kisi Angket Sikap Ilmiah...
147 153 157 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Uji Coba Angket Sikap Ilmiah...
Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar...
Uji Coba Tes Prestasi Belajar...
Kunci Jawaban Uji Coba Tes Prestasi Belajar...
Lembar Angket Motivasi Belajar...
Lembar Angket Sikap Ilmiah...
Tes Prestasi Belajar...
Kunci Jawaban Tes Prestasi Belajar...
Silabus...
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)...
Lembar Kegiatan Siswa (LKS)...
Pedoman Penilaian Aspek Afektif Siswa...
Analisis Data Motivasi Belajar...
Analisis Data Sikap Ilmiah...
Analisis Data Prestasi Belajar...
Hasil Uji Normalitas Data Angket Motivasi Belajar...
Hasil Uji Normalitas Data Angket Sikap Ilmiah...
commit to user
xxii 21
22
23
24
25
26
27
28
29
Hasil Uji Normalitas Tes Prestasi Belajar...
Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar...
Hasil Uji Hipotesis...
Hasil Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, dan
Tingkat Kesukaran Tes Prestasi Belajar...
Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Motivasi Belajar...
Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Sikap Ilmiah...
Hasil Tes Prestasi Belajar Siswa...
Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian...
Surat Perijinan...
277
280
281
282
286
288
291
327
commit to user
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 termaktub bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
Merujuk pada isi Undang-Undang tersebut, pendidikan nasional memiliki peran
yang sangat urgent, yakni mengembangkan kemampuan dan watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat. Sehingga kualitas pendidikan sangat
menentukan eksistensi dan masa depan suatu bangsa.
Pendidikan nasional Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada
kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasar kepada pencapaian tujuan
pembangunan nasional Indonesia. Sistem pendidikan nasional (Sisdiknas)
merupakan satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan
pendidikan yang saling berkaitan untuk mengusahakan tercapainya tujuan
pendidikan nasional. Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, bahwa
pendidikan di Indonesia harus mampu mendukung pembangunan di masa yang
commit to user
2
Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang
adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang
bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang
dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun kemampuan
kompetensi siswa. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika
seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena yang
bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk
menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun
yang akan datang (Trianto, 2009:1). Konsekuensi logisnya adalah pendidikan
harus terus mengalami kontinuitas peningkatan kualitas, selaras dengan kebutuhan
dan tantangan masa depan, dalam perkembangan dunia kerja maupun
perkembangan ilmu pengetahuan. Sehingga pada nantinya akan terbentuk sumber
daya manusia yang tangguh dan kompeten yang siap berlaga dalam kancah
perkembangan pembangunan nasional.
Pemerintah terus bekerja keras dalam upaya meningkatkan pendidikan
nasional, tercermin dari upaya peningkatan profesionalisme guru, mengingat
peran guru yang cukup sentral dalam dunia pendidikan. Upaya pemerintah
tersebut diawali dengan ditetapkannya Undang-Undang no. 14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen, dimana dalam undang-undang ini diatur
kualifikasi-kualifikasi yang harus dipenuhi oleh seorang guru. Diharapkan dengan
terpenuhinya syarat-syarat seorang guru sebagaimana tertuang dalam
commit to user
pembelajaran yang sesuai PAIKEM, yaitu pembelajaran yang aktif, inovatif,
kreatif, dan menyenangkan.
Pembelajaran PAIKEM adalah pembelajaran bermakna yang
dikembangkan dengan cara membantu siswa membangun keterkaitan antara
informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman (pengetahuan lain) yang telah
dimiliki dan dikuasai siswa. Siswa dibelajarkan bagaimana mereka mempelajari
konsep dan bagaimana konsep tersebut dapat dipergunakan di luar kelas (Agus
Supriyono, 2009:xi). Kegiatan pembelajaran itu sendiri dalam sekolah merupakan
interaksi antara pendidik (guru) dengan siswa. Dalam Standar Nasional
Pendidikan (SNP) pasal 19 ayat 1, disebutkan bahwa :
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.
Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha
sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi
siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan. Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi
dua arah dari seorang guru dan siswa, dimana antara keduanya terjadi komunikasi
(transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan
sebelumnya (Trianto, 2009:17). Sebagaimana yang telah dipaparkan di atas,
dalam pembelajaran, guru merupakan sebuah “centre” atau pengendali, karena
guru yang menjadi penentu dari iklim dan kegiatan pembelajaran. Sehingga
commit to user
4
memberikan pembelajaran yang efektif dan tepat sasaran dari tujuan pembelajaran
itu sendiri.
Upaya untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa diantaranya dapat
dilakukan melalui perbaikan proses pembelajaran. Dalam perbaikan proses
pembelajaran ini peranan guru sangat penting, yaitu menetapkan metode
pembelajaran yang tepat. Oleh karena sasaran proses pembelajaran adalah siswa
belajar, maka dalam menetapkan metode pembelajaran, fokus perhatian guru
adalah pada upaya membelajarkan siswa (Sumiati, 2007:xiii). Dengan kata lain,
bagaimana menyesuaikan metode pembelajaran dengan karakteristik materi yang
ingin disampaikan itulah yang harus menjadi prioritas perhatian guru.
Peran guru sangat menuntut penguasaan bahan yang luas dan mendalam.
Guru perlu mempunyai pandangan yang sangat luas mengenai pengetahuan
tentang bahan yang akan diajarkan. Pengetahuan yang luas dan mendalam
memungkinkan seorang guru menerima pandangan dan gagasan yang berbeda dari
murid dan juga memungkinkan untuk menunjukkan apakah gagasan itu jalan atau
tidak. Penguasaan bahan memungkinkan seorang guru mengerti macam-macam
jalan dan model untuk sampai pada suatu pemecahan persoalan tanpa terpaku
pada satu model (Paul Suparno, 1996:69). Model ataupun metode pembelajaran
yang tepat serta ditunjang pula oleh media pembelajaran atau sarana dan prasarana
serta penataan lingkungan belajar yang kondusif menjadi komponen utama yang
akan menentukan keberhasilan pembelajaran.
Kenyataan yang dijumpai dalam praktek seringkali menunjukkan gejala
commit to user
keadaan yang “begitu-begitu saja” dari hari ke hari, atau untuk materi
pembelajaran apapun yang diajarkan (monoton) (Sumiati, 2007:3). Setiap materi
memiliki karakter masing-masing, oleh karena itu model pembelajaran sudah
seyogyanya disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. Sehingga tidak
heran jika suasana kelas menjadi kurang menyenangkan jika guru tetap
mempertahankan kemonotonan itu. Pembelajaran menjadi hal yang tidak menarik
lagi dan membosankan bagi siswa, tak terkecuali untuk pembelajaran fisika.
Bagi siswa, pelajaran fisika selama ini merupakan “momok”, pelajaran
yang menakutkan karena penuh dengan beragam rumus yang sulit
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ditambah lagi, ketika di dalam
kelas guru menyampaikan materi fisika dengan nuansa ceramah yang sangat
monoton dan jarang memfasilitasi siswa dengan percobaan untuk melatih proses
berpikir. Sehingga identitas pelajaran membosankan, tidak menarik, tidak
menyenangkan, dan istilah lainnya semakin melekat dan bahkan menjadi
semacam “trademark” dalam pelajaran fisika.
Keberhasilan pembelajaran fisika dapat dilihat dari penguasaan dan
pemahaman siswa terhadap suatu materi, misalnya materi usaha dan energi.
Pemahaman siswa yang dimaksud bukanlah sekedar pemahaman substantif saja,
tetapi juga diharapkan ada efek yang menyertai pemahaman itu, misalnya siswa
mampu berpikir secara sistematis, logis dan kritis; siswa mampu memahami
peranan dan penerapan usaha dan energi dalam kehidupan manusia; siswa juga
diharapkan lebih kreatif dan inovatif dalam mencari solusi terhadap permasalahan
commit to user
6
biasanya dilihat dari nilai siswa, yang dikatakan tuntas jika nilai siswa mencapai
kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan dikatakan tidak tuntas jika nilai siswa
belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Tabel 1.1 menyajikan hasil
ulangan harian usaha dan energi kelas XI SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi
Blitar semester Itahun ajaran 2009/2010 :
Tabel 1.1. Nilai Ulangan Harian K.D Usaha dan Energi Kelas XI Thn. Ajaran 2009/2010
No. Kelas KKM Tuntas Tidak Tuntas Jumlah Prosentasi Ketuntasan
1. XI IPA 1 65 16 14 30 53,3%
2. XI IPA 2 65 15 14 29 51,7%
3. XI IPA 3 65 14 17 31 45,1%
Dari tabel terlihat bahwa prestasi belajar fisika materi usaha dan energi
masih rendah. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa implementasi pembelajaran
fisika selama ini yang dilaksanakan oleh guru belum berhasil. Kondisi
pembelajaran fisika di SMAT Abul Faidl Wonodadi Blitar masih dominansi
ceramah yang menunjukkan kemonotonan sehingga membuat siswa cepat merasa
bosan. Padahal ada beragam metode pembelajaran inovatif yang dapat mengemas
pembelajaran fisika menjadi pembelajaran yang menarik (misalnya melalui media
visual) yang dapat diaplikasikan guru, namun tampaknya guru belum
memperhatikan hal ini.
Karakteristik pembelajaran fisika yang menuntut untuk berpikir ilmiah dan
sistematis, melalui serangkaian proses ilmiah untuk menemukan sesuatu juga
luput dari perhatian guru. Padahal proses berpikir ilmiah tersebut dapat dikatakan
commit to user
Saat pembelajaran berlangsung, guru hanya semata-mata memberikan informasi
saja, tanpa ada interaksi timbal balik antara guru dengan siswa. Kondisi siswa
SMAT Abul Faidl Wonodadi Blitar yang beragam, baik mengenai kemampuan
awal, motivasi belajar, sikap ilmiah, maupun IQ (Intelegence Quation) ternyata
juga lepas dari perhatian guru, karena guru memperlakukan secara sama semua
siswa dengan segala heterogenitasnya tersebut.
Hasil survei nasional pendidikan di Indonesia menunjukkan bahwa sistem
pendidikan formal di Indonesia pada umumnya masih kurang memberi peluang
bagi pengembangan kreativitas. Hal senada dikemukakan oleh Munandar bahwa
kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat
bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah merupakan bentuk
pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian. Rendahnya
pengembangan kreativitas disebabkan pembelajaran di sekolah yang terutama
dilatih adalah pengetahuan, ingatan, kemampuan berpikir logis atau berpikir
konvergen yaitu kemampuan menemukan satu jawaban yang paling tepat terhadap
masalah yang diberikan berdasarkan informasi yang tersedia. Dampaknya ketika
dihadapkan pada suatu permasalahan siswa sering mengalami kesulitan
menemukan alternatif pemecahan.
Selain keterampilan berpikir kreatif, yang perlu dikembangkan pada
pembelajaran di sekolah adalah kemampuan dasar bekerja ilmiah. Kemampuan
dasar bekerja ilmiah terdiri atas kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual.
Pembelajaran di sekolah selama ini lebih mengedepankan pengembangan
commit to user
8
dikembangkan. Padahal fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (sains)
diperoleh dari berpikir ilmiah.
Di dalam kurikulum 2006 dijelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta, konsep atau prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Sebagaimana disebutkan di atas, fisika yang merupakan bagian dari
ilmu pengetahuam alam (IPA) banyak sekali ditemukan implementasinya dalam
kehidupan sehari-hari. Dapat diambil contoh misalnya untuk konstruksi gedung
bertingkat, dalam pembuatannya sering digunakan katrol untuk mengangkat
alat-alat berat dari bawah ke atas. Air bendungan bisa dimanfaatkan menjadi listrik
melalui PLTA. Jalan-jalan di wilayah pegunungan dibuat berkelok-kelok dengan
maksud tertentu. Selain itu jika diperhatikan dengan seksama, ban sepeda dan
kendaraan bermotor lainnya semakin lama digunakan, permukaannya akan
semakin licin. Hal ini dapat terjadi tentunya tidak terlepas dari
fenomena-fenomena fisika.
Kejadian-kejadian di atas merupakan contoh aplikasi dan implementasi
fisika dalam kehidupan sehari-hari untuk konsep usaha dan energi, dan masih
banyak contoh-contoh lainnya. Dengan demikian, materi fisika khusunya konsep
usaha dan energi penting sekali untuk dipelajari oleh siswa, mengingat konsep
usaha dan energi tidak jauh aplikasinya dari keseharian siswa. Dalam mempelajari
materi fisika khusunya konsep usaha dan energi ini, siswa dapat melakukan
commit to user
prasarana yang ada di SMAT Abul Faidl Wonodadi Blitar, proses pembelajaran
dilaksanakan dengan memanfaatkan suatu media pembelajaran.
Para ilmuwan sains (scientist) dulu ketika menemukan konsep-konsep
fisika, dilaksanakan melalui serangkaian proses atau kegiatan yang bersifat
inquiry atau discovery. Pada dasarnya proses yang digunakan oleh para ilmuwan ini adalah proses menemukan yang diikuti serangkaian kegiatan, dimulai dari
penemuan masalah, perumusan hipotesis, melakukan eksperimen, diakhiri
penarikan kesimpulan, hingga kemudian diperoleh suatu konsep. Karena proses
fisika identik dengan proses inkuiri, maka dalam penelitian ini pendekatan
pembelajaran yang diterapkan adalah inkuiri. Ada beberapa macam pembelajaran
Inkuiri, diantaranya adalah Inkuiri Terbimbing. Menurut Michael Jabot dan
Christian H.Kautz (2007:1) pembelajaran Inkuiri Terbimbing menjadikan siswa
berpikir untuk mencari tahu dengan bimbingan guru, sehingga Inkuiri Terbimbing
memberikan pengaruh hasil yang lebih baik daripada pembelajaran yang hanya
berkutat pada ceramah saja. Mengingat siswa SMAT Abul Faidl belum pernah
melakukan proses inkuiri sebelumnya, maka inkuiri yang digunakan adalah
Inkuiri Terbimbing, dimana siswa dibimbing oleh guru selama proses inkuiri
tersebut.
Melalui pembelajaran ini juga siswa secara aktif akan terlibat dalam proses
mentalnya melalui kegiatan pengamatan, pengukuran, dan pengumpulan data
untuk menarik suatu kesimpulan. Dalam pembelajaran Inkuiri Terbimbing, guru
adalah fasilitator pembelajaran dan manajer lingkungan belajar. Terbimbing
commit to user
10
penyusunan laporan, dan instrumen pencatatan data disediakan oleh guru. Hal ini
dimaksudkan agar proses belajar mengajar berlangsung efektif dan efisien,
sehingga akan dapat meningkatkan potensi intelektual siswa, meningkatkan
motivasi intrinsik siswa untuk belajar, mengarahkan siswa ke arah pola berpikir
induktif atau investigasi, dan meningkatkan ketahanlamaan memori. Sedangkan
ketika pembelajaran berlangsung, peran guru sebagai pembimbing yaitu
memberikan petunjuk-petunjuk seperlunya (fungsi guru adalah sebagai manajer
lingkungan belajar). Pembelajaran inkuiri terbimbing mampu mengeksplorasi
kemampuan siswa, sehingga siswa mampu memahami lebih dalam terhadap
materi tertentu (Rick Vanosdall, dkk, 2007:6). Dengan demikian dapat diambil
kesimpulan bahwa proses pembelajaran Inkuiri terbimbing merupakan suatu
model pembelajaran yang menuntut siswa terlibat aktif di dalamnya melalui
kegiatan-kegiatan yang berorientasi ilmiah.
Model pembelajaran Inkuiri terbimbing mempunyai peranan penting di
dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, karena model pembelajaran ini
tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi siswa
yang ada, termasuk pengembangan emosional dan pengembangan keterampilan.
Bruner menyampaikan (Ratna Wilis, 1988:98) bahwa salah satu dari empat tema
pendidikan adalah motivasi atau keinginan untuk belajar, dan cara-cara yang
tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu. Pengalaman-pengalaman
pendidikan yang merangsang motivasi ialah pengalaman-pengalaman dimana para
commit to user
pembelajaran Inkuiri Terbimbing diharapkan siswa dapat berperan aktif, kreatif,
dan dapat berpikir secara sistematis dalam proses pembelajaran.
Konteks outdoors atau pelaksanaan pembelajaran dimana siswa
melakukan proses “inquiry” dimaksudkan untuk menginspirasi dan mengapresiasi
siswa. Sehingga pembelajaran sains melalui Inkuiri terbimbing dan kegiatan
eksperimen yang tidak selalu berpusat di dalam kelas diharapkan mampu
menciptakan suasana belajar yang kontruktivis, inspiratif, apresiatif, dan siswa
juga mampu berperan aktif, kreatif, serta juga dapat berpikir secara sistematis
(Oleg Popov, dkk :1). Dalam penelitian ini, pembelajaran fisika materi usaha dan
energi dilakukan melalui pendekatan inkuiri terbimbing melalui Animasi. Dengan
media ini siswa dapat memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil
kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan dari apa yang ditampilkan dari media
Animasi tersebut. Pembelajaran melalui media Animasi bersifat menghibur dan
sangat menarik perhatian siswa. Dalam pembelajaran, Animasi sebagai media
interaktif dapat memperkuat konsep yang ada pada diri siswa (RM Benito, dkk
2007:1). Sehingga melalui media Animasi diharapkan materi fisika yang
disampaikan menjadi tidak membosankan, dan siswa dapat lebih aktif dalam
proses pembelajaran.
Selain Animasi, pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing lain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Pictorial Riddle. Pictorial riddle disusun
dalam rangka meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap
commit to user
12
kelompok besar. Pictorial merupakan salah satu bentuk yang cukup diminati oleh
siswa dalam menyelesaikan permasalahan fisika (Patrick B Kohl:1). Gambar,
peraga, atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara
berpikir kritis dan kreatif dari siswa. Suatu “riddle” biasanya berupa gambar di
papan tulis, papan poster atau diproyeksikan dari suatu transparansi, kemudian
guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan “riddle” (Moh.
Amien, 1979:26-27). Pendekatan Inkuiri Terbimbing dengan media Pictorial
Riddle ini tepat digunakan dalam pembelajaran fisika materi usaha dan energi,
mengingat bahwa Pictorial Riddle dapat mengemas materi usaha dan energi
menjadi suatu pembelajaran fisika yang menarik dan tentu saja mengasyikkan
bagi siswa.
Sebagaimana yang telah disampaikan di atas, kegiatan pembelajaran itu
sendiri dalam sekolah merupakan interaksi antara pendidik (guru) dengan yang
terdidik (siswa). Sehingga keberhasilan suatu proses pembelajaran minimal
bergantung pada pada guru dan siswa itu sendiri, selain ditunjang pula oleh
sarana-prasarana seperti laboratorium misalnya. Faktor keberhasilan pembelajaran
khususnya pembelajaran fisika dari diri siswa misalnya adalah motivasi atau
pendorong siswa untuk belajar fisika, karena tanpa adanya motivasi, siswa tidak
akan serius dalam mengikuti pembelajaran. Namun sebaliknya jika siswa
memiliki motivasi tinggi, maka siswa akan tertarik dan selalu ingin terlibat dalam
proses pembelajaran. Hamzah B. Uno (2006:27) menyampaikan pentingnya
motivasi dalam kegiatan pembelajaran. Ada beberapa peranan penting dari
commit to user
yang dapat dijadikan penguat belajar, memperjelas tujuan belajar yang hendak
dicapai, menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, serta
menentukan ketekunan belajar.
Selain motivasi, sikap ilmiah siswa juga merupakan faktor keberhasilan
pembelajaran dari dalam siswa. Sikap ilmiah menunjukkan bagaimana seorang
siswa bertindak dan berpikir ilmiah sesuai metode ilmiah. Sebagaimana yang
disampaikan Syailani (2010:40) dalam Moh. Amin (1994:77), kumpulan
pengetahuan atau produk sains berupa fakta, observasi, eksperimentasi,
generalisasi, dan analisis yang rasional dan ilmuwan mengumpulkan pengetahuan
sains berusaha untuk bersikap obyektif dan jujur, mengikuti macam prosedur
eksperimen ini yang dikenal dengan sikap ilmiah. Dengan demikian, seorang
siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi akan selalu bersikap obyektif dan jujur.
Selain bersikap obyektif dan jujur, ciri-ciri sesorang yang mempunyai sikap
ilmiah tinggi meliputi sikap ingin tahu, sikap kritis, sikap ingin menemukan, sikap
menghargai karya orang lain tekun, dan juga mempuyai sikap terbuka.
Untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran berlangsung dan
sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi usaha dan energi, digunakan tes
prestasi belajar. Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa, tes
dimaksudkan untuk mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah
dicapai siswa setelah menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu
tertentu. Dalam hubungannya dengan ha ini tes berfungsi sebagai alat untuk
mengukur keberhasilan program pengajaran. Sebagai alat untuk mengukur
commit to user
14
program pengajaran yang telah ditentukan dapat dicapai, dan seberapa banyak
yang belum tercapai serta menentukan langkah apa yang perlu dilakukan untuk
mencapainya. Dengan kata lain, tes prestasi belajar merupakan suatu barometer
yang menunjukkan proses pembelajaran telah berhasil dilakukan atau belum
berhasil dilakukan oleh guru.
Dari penjabaran latar belakang di atas, peneliti mencoba menerapkan
pendekatan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle
ditinjau dari motivasi belajar dan sikap ilmiah. Materi usaha dan energi dipilih
dalam penelitian ini yang memiliki karakteristik bahwa materi usaha dan energi
pada dasarnya bersifat konkrit dalam arti siswa dapat merasakan dan mengamati
efek-efek dari proses usaha dan energi dalam kehidupan sehari-hari. Namun ada
sebagian konsep usaha dan energi yang akan lebih baik jika disampaikan melalui
bantuan media, misalkan mengenai konsep energi potensial pegas dan energi
kinetik yang dimiliki oleh air terjun. Proses usaha yang terjadi tentunya sulit
untuk diamati. Oleh karena itu pembelajaran tentang materi usaha dan energi
tersebut dapat dilaksanakan melalui Animasi dan Pictorial Riddle. Diharapkan
dari penggunaan Animasi dan Pictorial Riddle, dapat meningkatkan prestasi
belajar fisika siswa.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa
commit to user
1. Pembelajaran fisika di SMA Terpadu Abul Faidl Wonodadi Blitar selama ini
masih berpusat pada guru (teacher centered), sehingga banyak siswa yang
memiliki prestasi belajar rendah.
2. Ada beragam model pembelajaran inovatif yang telah dikembangkan,
misalnya Inkuiri, Discovery, Proyek, Kooperatif, Problem Based Instruction,
Problem Based Learning dan lain sebagainya, tetapi guru belum memperhatikan hal tersebut, sehingga kegiatan pembelajaran cenderung
selalu ceramah.
3. Ada berbagai macam media yang digunakan melalui pendekatan Inkuiri
Terbimbing, seperti Animasi, Pictorial Riddle, Power Point, modul, dan
lain-lain, namun belum banyak guru yang menggunakannya.
4. Guru belum memperhatikan motivasi siswa yang bervariasi.
5. Guru belum memahami pentingnya proses berpikir dan bersikap ilmiah
melalui metode ilmiah, bahwa fisika sebagai sains diperoleh dari berpikir
ilmiah, sehingga guru belum memperhatikan sikap ilmiah siswa yang
bervariasi.
6. Prestasi belajar yang diperhatikan guru hanya aspek kognitif saja, padahal
seharusnya mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
7. Guru belum memperhatikan pentingnya pemahaman konsep
dasar/pengetahuan awal siswa dari materi fisika, padahal antar konsep satu
dengan yang lain saling berkaitan, misalnya pada kelas XI IPA semester I
yang mencakup materi gerak dengan analisis vektor, medan gravitasi dan
commit to user
16
momentum, materi usaha dan energi diberikan kepada siswa, setelah siswa
mendapatkan materi elastisitas. Antara konsep elastisitas dengan usaha dan
energi keduanya saling berkaitan.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat banyaknya masalah yang muncul serta untuk menghindari agar
penyusunan tesis ini tidak lepas dari tujuan penelitian, maka perlu dilakukan
pembatasan masalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran dilaksanakan melalui pendekatan Inkuiri Terbimbing
menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle.
2. Motivasi belajar siswa dibatasi hanya dalam mengikuti pembelajaran di
sekolah, dalam kategori tinggi dan rendah.
3. Sikap ilmiah dibatasi hanya dalam mengikuti pembelajaran di sekolah, dalam
kategori tinggi dan rendah.
4. Prestasi belajar yang dibandingkan adalah kemampuan pemecahan masalah
dalam ranah kognitif dan afektif pada materi usaha dan energi, karena dalam
pembelajaran, siswa hanya mengamati saja.
5. Materi fisika yang dipilih dalam penelitian ini adalah usaha dan energi kelas
XI SMA sesuai dengan KTSP 2006.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
commit to user
variabel-variabel yang merupakan center point dalam penelitian ini. Adapun
perumusan masalah tersebut antara lain :
1. Apakah ada pengaruh penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi
dan Pictorial Riddle terhadap prestasi belajar fisika?
2. Apakah ada pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar fisika?
3. Apakah ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
fisika?
4. Apakah ada interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan
Animasi dan Pictorial Riddle dengan motivasi belajar terhadap prestasi
belajar fisika?
5. Apakah ada interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan
Animasi dan Pictorial Riddle dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar
fisika?
6. Apakah ada interaksi antara motivasi belajar dan sikap ilmiah siswa terhadap
prestasi belajar fisika?
7. Apakah ada interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan
Animasi dan Pictorial Riddle, motivasi belajar dan sikap ilmiah terhadap
commit to user
18
E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengaruh penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan Pictorial
Riddle terhadap prestasi belajar fisika.
2. Pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika.
3. Pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika.
4. Interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan
Pictorial Riddle dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar fisika.
5. Interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan
Pictorial Riddle dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika.
6. Interaksi antara motivasi belajar dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi
belajar fisika.
7. Interaksi antara penerapan Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan
Pictorial Riddle, motivasi belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika.
F. Manfaat Penelitian
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik bagi
guru maupun bagi siswa. Dalam lingkup yang lebih khusus, manfaat penelitian ini
commit to user
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk mengetahui pengaruh Inkuiri Terbimbing menggunakan Animasi dan
Pictorial Riddle terhadap materi usaha dan energi sehingga dapat menambah wacana ilmu pengetahuan.
b. Sebagai bahan pertimbangan, masukan, dan acuan bagi penelitian
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan pertimbangan bagi guru dalam penyusunan sekenario
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik baik siswa maupun materi
pembelajaran.
b. Memberikan alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.
c. Menambah daya ingat (retensi) siswa terhadap materi usaha dan energi.
commit to user
20 BAB II
KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori 1. Definisi Belajar dan Pembelajaran Fisika a. Definisi Belajar
Sebagian besar ahli berpendapat bahwa belajar merupakan proses
perubahan, dimana perubahan tersebut merupakan hasil dari pengalaman. Dengan
pengembangan teknologi informasi belajar tidak hanya diartikan sebagai suatu
tindakan terpisah dari kehidupan manusia. Banyak ilmuwan yang mengartikan
belajar menurut sudut pandang mereka. Beberapa definisi belajar sebagai suatu
perubahan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :
Menurut Morgan (dalam Purwanto, Ngalim, 1992:84) menyatakan bahwa
”belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang
terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”. Robert M. Gagne (dalam
Syaiful Sagala, 2003:17) mengatakan bahwa ”belajar merupakan kegiatan
kompleks, yang dapat terjadi apabila suatu stimulus bersama dengan isi ingatan
mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya)
berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu setelah ia
mengalami situasi tadi”. Sedangkan W.S. Winkel (1991:36) dalam bukunya yang
berjudul: ‘Psikologi Pengajaran.’ Menurutnya, pengertian belajar adalah: “Suatu
commit to user
yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, dan nilai-nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan
dan berbekas”(http://spesialis-torch.com-084PrestasiBelajar.htm). Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa orang yang telah belajar akan mengalami
perubahan dan perkembangan yang terwujud secara mental atau psikis.
Dari pendapat-pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah terjadinya perubahan pada seseorang yang belajar karena pengalaman.
Bahwa dalam belajar ada proses perubahan ke arah lebih baik, dari tidak dapat
menjadi dapat dan dari tidak tahu menjadi tahu. Lebih lanjut, perubahan tersebut
relatif permanen, dalam arti tidak mudah hilang, dan terjadi bukan semata-mata
karena kematangan atau pertumbuhan.
b. Definisi Pembelajaran
Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:297 dalam Syaiful
Sagala, 2003:62) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain
instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada
penyediaan sumber belajar. UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar suatu
lingkungan belajar. Menurut Trianto (2009:17), pembelajaran merupakan aspek
kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan.
Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai produk interaksi
berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang
lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru
commit to user
22
belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan
demikian, pembelajaran adalah interaksi timbal balik anatara guru dengan siswa,
dimana terjadi komunikasi yang intensif antara keduanya dan mengarah pada
suatu sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Hudojo (1998) dalam Trianto (2009:18-19), implikasi ciri-ciri
pembelajaran dalam pandangan konstruktivisme adalah penyediaan lingkungan
belajar yang konstruktif yaitu lingkungan belajar yang menyediakan pengalaman
belajar yang mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah
dimiliki siswa sehingga belajar merupakan proses pembentukan pengetahuan,
menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, mengintegrasikan
pembelajaran dengan situasi realistik dan relevan dengan melibatkan pengalaman
konkret, mengintegrasikan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi
dan kerjasama antara siswa, memanfaatkan berbagai media agar pembelajaran
lebih menarik, melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga fisika lebih
menarik dan siswa mau belajar
Dewasa ini, pembelajaran fisika terlihat belum menekankan proses belajar
yang bersifat aktif, kreatif, inovatif, menyenangkan, serta belum terlihat pula
adanya penekanan pada proses berpikir siswa. Fisika sebagai bagian dari ilmu
sains sudah seharusnya jika dalam pembelajaran fisika dilaksanakan melalui
penekanan bagaimana proses terbentuknya suatu pengetahuan. Dalam praktek
pendidikan sains, konstruktivisme atau bentukan pengetahuan sangat berpengaruh.
Banyak cara belajar mengajar di sekolah didasarkan pada teori ini, seperti cara
commit to user
sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator yang membantu keaktifan siswa
tersebut dalam pembentukan pengetahuannya.
2. Teori-Teori Belajar
Beberapa teori belajar yang mendukung dan mendasari pembelajaran
inkuiri terbimbing, antara lain teori kognitif Piaget, teori belajar penemuan Jerome
S. Bruner, dan teori belajar bermakna David Ausubel.
a. Teori Kognitif Jean Piaget
Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi aktif
anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget yakin bahwa
pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya
perubahan perkembangan (Nur, 1998 dalam Trianto, 2009:29). Dalam
menjelaskan proses seseorang mencapai pengertian, Piaget (dalam Paul Suparno,
1996:30-33) menggunakan beberapa istilah baku. Istilah yang pertama yaitu
skema/skemata. Skema adalah suatu struktur mental atau kognitif yang dengannya
seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan
sekitarnya. Skemata itu akan beradaptasi dan berubah selama perkembangan
mental anak. Skemata seorang anak berkembang menjadi skemata orang dewasa.
Gambaran dalam pikiran anak menjadi semakin berkembang dan lengkap.
Istilah yang kedua adalah asimilasi. Asimilasi adalah proses kognitif yang
dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, atau pengalaman baru
ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi dapat
commit to user
24
mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan yang baru dalam skema yang telah
ada. Menurut Wadsworth, asimilasi tidak menyebabkan perubahan/pergantian
skemata, melainkan memperkembangkan skemata. Asimilasi adalah salah satu
proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan
lingkungan baru sehingga pengertian orang itu berkembang.
Istilah yang ketiga disebut akomodasi. Akomodasi adalah membentuk
skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi
skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Akomodasi dapat terjadi
jika dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman yang baru seseorang tidak
dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru tersebut dengan skemata yang
dimiliki. Selanjutnya istilah yang biasa digunakan oleh Piaget yaitu ekuilibrasi.
Proses asimilasi dan akomodasi perlu untuk perkembangan kognitif seseorang.
Dalam perkembangan intelek seseorang, diperlukan keseimbangan antara
asimilasi dan akomodasi. Proses ini disebut equilibrium, yakni pengaturan diri
secara mekanis untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi.
Proses ini membuat seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur
dalamnya (skemata).
Masih dalam Paul Suparno (1997:33), istilah yang terakhir adalah teori
adaptasi intelek. Mengerti adalah proses adaptasi intelektual yang dengannya
pengalaman-pengalaman dan ide-ide baru diinteraksikan dengan apa yang sudah
diketahui oleh seseorang yang sedang belajar untuk membentuk struktur
pengertian baru (Shymansky:1992 dan Von Glaserveld:1988). Menurut Piaget,
commit to user
berperan sebagai suatu filter dan fasilitator bagi ide-ide dan
pengalaman-pengalaman baru. Skemata mengatur, mengkoordinasi, dan mengintensifkan
prinsip-prinsip dasar. Melalui kontak dengan pengalaman baru, skema dapat
dikembangkan dan diubah, yaitu dengan proses asimilasi dan akomodasi. Bila
pengalaman baru itu masih bersesuaian dengan skema seseorang, maka skema itu
hanya dikembangkan melalui proses asimilasi. Bila pengalaman baru itu sungguh
berbeda dengan skema yang ada, sehingga skema yang lama tidak cocok lagi
untuk menghadapi pengalaman baru, skema yang lama diubah sampai ada
keseimbangan lagi. Inilah proses akomodasi.
Menurut Piaget dalam Paul suparno (1996:35) secara konseptual
perkembangan kognitif berjalan dalam semua level perkembangan pemikiran
seseorang dari lahir sampai dewasa. Dengan asimilasi seseorang mencocokkan
rangsangan dengan skemata yang ada, dan dengan akomodasi ia mengubah skema
yang ada agar menjadi cocok dengan rangsangan yang dihadapi. Equilibrium
adalah mekanisme internal yang mengatur kedua proses itu. Menurut
perkembangan kognitif, seseorang memiliki tiga unsur : isi, fungsi, dan struktur.
Masih menurut Piaget dalam Paul Suparno (1996:34-35), isi adalah apa
yang diketahui oleh seseorang. Ini menunjuk kepada tingkah laku yang dapat
diamati-sensori motor dan konsep yang mengungkapkan aktivitas intelek. Isi
intelegensi berbeda-beda dari umur ke umur dan dari anak ke anak. Fungsi,
menunjuk kepada sifat dari aktivitas intelektual-asimilasi dan akomodasi-yang
commit to user
26
Struktur menunjuk pada sifat organisatoris yang dibentuk (skemata) yang
menjelaskan terjadinya perilaku khusus.
Menurut Piaget dalam Paul Suparno (1996:35), sistem pemikiran di atas
menuntut seorang anak itu bertindak aktif terhadap lingkungannya jika
perkembangan kognitifnya jalan. Perkembangan struktur kognitif hanya berjalan
bila anak itu mengasimilasikan dan mengakomodasikan rangsangan dalam
lingkungannya. Ini hanya mungkin bila nalar anak dibawa ke situasi lingkungan
tertentu. Baru bila seseorang bertindak terhadap lingkungannya, bergerak dalam
ruang, berinteraksi dengan objek, mengamati dan meneliti, serta berpikir, orang
tersebut berasimilasi dan berakomodasi terhadap alam. Perbuatannya itu
mengakibatkan perkembangan skemata dan juga pengetahuannya.
Pembelajaran dengan Inkuiri Terbimbing melalui media Animasi dan
Pictorial Riddle dalam materi usaha dan energi dimulai dengan pemberian masalah oleh guru, merumuskan hipotesa, mengumpulkan data dari pengamatan
yang ditunjukkan oleh media, menguji hipotesa dengan menganalisa data dan
menarik kesimpulan. Di dalam pikiran siswa sedikit banyak sudah terbentuk
konsep tentang usaha dan energi. Ketika diberi permasalahan tentang karaketristik
usaha dan energi, siswa akan menggali pengetahuannya untuk menyusun
hipotesis. Dari hasil pengamatan terhadap media yang ditampilkan oleh guru,
siswa memperoleh beberapa data untuk menguji hipotesisnya. Proses asimilasi
terjadi dalam tahap ini, dimana siswa mengintegrasikan informasi tentang
karakteristik usaha dan energi yang baru saja diterima ke dalam struktur kognitif
commit to user
Secara simultan juga terjadi proses akomodasi, dimana siswa
menyesuaikan informasi tentang usaha dan energi yang baru diperoleh dengan
struktur kognitif yang sekarang dimiliki oleh siswa. Siswa memodifikasi apa yang
telah diketahui sehingga hasilnya dapat dipahami dengan baik. Setelah dilakukan
analisis data, siswa dapat menyimpulkan konsep karakteristik usaha dan energi.
Ketika terjadi ketidaksesuaian antara hasil pengamatan dengan pengetahuan dan
pemikiran siswa, mereka akan mengubah struktur kognitifnya sehingga dicapai
kesesuaian antara apa yang diamati dengan apa yang dipikirkan. Disinilah terjadi
proses ekuilibrasi atau proses pengaturan keseimbangan antara asimilasi dan
akomodasi.
Dari proses adaptasi intelektual sehingga pengetahuan baru diinteraksikan
dengan apa yang sudah diketahui untuk membentuk struktur pengetahuan baru
inilah yang disebut dengan siswa memahami karakteristik usaha dan energi.
Dengan kata lain siswa telah mendapatkan konsep dari materi usaha dan energi.
Langkah-langkah pembelajaran Inkuiri Terbimbing sebagaimana yang telah
dijelaskan tersebut memenuhi tahapan-tahapan proses belajar asimilasi,
akomodasi, ekuilibrasi, dan teori adaptasi intelek sebagaimana teori Piaget.
b. Teori Penemuan Jerome Bruner
Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah
model dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan (discovery
learning). Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang
commit to user
28
pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna. Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melalui
partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar mereka
dianjurkan untuk memperoleh pengalaman, dan melakukan
eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu
sendiri (Ratna Wilis, 1988:103). Dengan kegiatan tersebut, diharapkan siswa
dapat terlibat langsung untuk menemukan konsep, sehingga melalui serangkaian
proses siswa dapat lebih mampu memahami tentang suatu konsep.
Masih dalam Ratna Wilis (1988:106), Bruner mengemukakan dalam
bukunya Toward of Instruction yaitu :
“we teach a subject not to produce little living libraries on that subject, but rather to get a student to think mathematically for himself, to consider matters as an historian does, to take part in the process of knowledge-getting. Knowing is a process, not a product”.
Dari pernyataan Bruner tersebut jelas bahwa mengetahui bukan suatu hasil, tetapi
terletak pada suatu proses bagaimana seseorang menemukan pengetahuan
tersebut.
Menurut Bruner (1960) dalam Syaiful Sagala (2003:35) dalam proses
belajar dapat dibedakan pada tiga fase, yang pertama yaitu : informasi, dimana
dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada yang menambah
pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya,
ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui
sebelumnya. Yang kedua adalah transformasi. Informasi itu harus dianalisis,
commit to user
agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas dalam hal ini bantuan guru
sangat diperlukan. Fase yang terakhir adalah evaluasi, dimana pada fase ini
informasi tersebut kita nilai hingga manakah pengetahuan yang kita peroleh dan
transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.
Masih dalam Syaiful Sagala (2003:35), kurikulum hendaknya
mementingkan struktur pengetahuan. Hal ini perlu sebab dengan struktur
pengetahuan, guru menolong para siswa untuk melihat, bagaimana fakta-fakta
yang kelihatannya tidak ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan yang lain,
dan pada informasi yang telah mereka miliki. Tema kedua, ialah tentang kesiapan
(readiness) untuk belajar. Menurut Bruner dalam Syaiful Sagala (2003:35) kesiapan terdiri atas penguasaan keterampilan-keterampilan yang lebih sederhana
yang dapat mengijinkan seseorang untuk mencapai keterampilan-keterampilan
yang lebih tinggi.
Menurut Bruner, suatu proses belajar dapat dikatakan berlangsung dengan
baik jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu
konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh yang dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Teori penemuan Bruner ini sangat tepat tepat jika
diaplikasikan pada mata pelajaran IPA yang selalu mengalami perkembangan, tak
terkecuali mata pelajaran fisika. Dalam mempelajari IPA selalu didahului dengan
penyampaian informasi yang berasal dari alam atau produk pengetahuan.
Informasi tersebut ditransfer siswa pada saat terjadi proses pembelajaran dan
dapat digunakan siswa di dalam kehidupannya, baik untuk mengembangkan
commit to user
30
Dalam penelitian ini diterapkan pembelajaran fisika melalui Inkuiri
Terbimbing pada materi usaha dan energi yang diawali dengan pengajuan masalah
yang berkaitan dengan materi usaha dan energi. Dari pengajuan masalah ini siswa
akan memproleh informasi untuk selanjutnya siswa dapat menambah,
mengurangi, ataupun memperhalus informasi yang telah diketahui sebelumnya.
Setelah memperoleh informasi, siswa akan mentransformasi pengetahuan mereka
dengan merumuskan hipotesis, menjawab pertanyaan dari guru yang bersifat
membimbing menuju penyelesaian masalah, melakukan penyelidikan, dan
menganalisa data untuk mendapatkan konsep materi usaha dan energi. Tahap yang
terakhir adalah siswa mengevaluasi pengetahuan yang diperoleh dengan
mendiskusikan hasil analisis data bersama-sama dengan teman melalui bimbingan
guru. Tahap-tahap pembelajaran Inkuiri di atas sesuai dengan langkah-langkah
teori belajar yang disampaikan oleh Bruner.
c. Teori Belajar Bermakna David Ausubel
Menurut Ausubel (dalam Ratna Wilis, 1989:110), belajar dapat
diklasifikasikan ke dalam dua dimensi, seperti yang dinyatakan oleh gambar 2.1.
Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran
disajikan pada siswa, melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua
menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur
kognitif yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan
generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa. Gambar 2.1
commit to user
Gambar 2.1. Bentuk-bentuk belajar (menurut Ausubel & Robinson, 1969)
(dalam Ratna Wilis, 1989:110-111)
Menurut Ratna Wilis (1989:111) pada tingkat pertama dalam belajar,
informasi dapat dikomunikasikan pada siswa baik dalam bentuk belajar
penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final, maupun dengan
bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri
sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa
menghubungkan atau mengkaitkan informasi itu pada pengetahuan (berupa
konsep-konsep atau lain-lain) yang telah dimilikinya; dalam hal ini terjadi belajar
bermakna. Akan tetapi siswa itu dapat juga hanya mencoba-coba menghafalkan