• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA MODEL INKUIRI ILMIAH TEKNIK PICTORIAL RIDDLE DENGAN PEMBELAJARAN ARIAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA MODEL INKUIRI ILMIAH TEKNIK PICTORIAL RIDDLE DENGAN PEMBELAJARAN ARIAS"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

ii ABSTRAK

PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA MODEL INKUIRI ILMIAH TEKNIK

PICTORIAL RIDDLE DENGAN PEMBELAJARAN ARIAS

Oleh Diana Sari

Hasil belajar dan keterampilan proses sains (KPS) siswa dapat ditingkatkan dan lebih baik menggunakan model Inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle dengan pembelajaran ARIAS. Hasil belajar diukur dari nilai posttest, sedangkan KPS diukur dari pencapaian indikator penilaian KPS yang meliputi: Mengamati, Merumuskan Hipotesis, Merencanakan Percobaan, Melakukan Percobaan Menginterpretasikan Data, Menerapkan Konsep, dan Berkomunikasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar aspek kognitif dan KPS siswa pada pembelajaran fisika menggunakan model Inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle dengan pembelajaran ARIAS. Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk True Experimental Design dengan tipe Posttest-Only Control Design. Teknik analisis data hasil belajar menggunakan

skor rata – rata hasil belajar dan pengujian hipotesis menggunakan uji

Independent Sample T Test, sedangkan analisis data KPS menggunakan data skor

(2)

Diana Sari

iii Berdasarkan tes hasil belajar diperoleh rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen 1 (model Inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle) sebesar 85,59 (kate-gori sangat baik). Pada kelas eksperimen 2 (pembelajaran ARIAS) diperoleh rata-rata hasil belajar siswa sebesar 78,17 (kategori baik). Berdasarkan hasil per-hitungan diketahui rerata skor KPS siswa pada kelas pictorial riddle sebesar 80% (kategori baik) sedangkan pada kelas ARIAS, diketahui rerata skor KPS siswa sebesar 68,33% (kategori baik). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa model Inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle lebih efektif digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan KPS dalam pembelajaran.

(3)

PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA MODEL INKUIRI ILMIAH TEKNIK

PICTORIAL RIDDLE DENGAN PEMBELAJARAN ARIAS

Oleh Diana Sari

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA MODEL INKUIRI ILMIAH TEKNIK

PICTORIAL RIDDLE DENGAN PEMBELAJARAN ARIAS

(Skripsi)

Oleh DIANA SARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Undang Rosidin, M.Pd.

Sekretaris : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc.

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Nengah Maharta, M.Si.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003

(11)

Judul Skripsi : PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR FISIKA

ANTARA MODEL INKUIRI ILMIAH TEKNIK PICTORIAL RIDDLE DENGAN

PEMBELAJARAN ARIAS

Nama Mahasiswa : Diana Sari Nomor Pokok Mahasiswa : 0813022006 Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Undang Rosidin, M.Pd. Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc NIP 19600301 198503 1 003 NIP 19580603 198303 1 022

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

(12)

MOTTO

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan,”

(Q.S. Asy-Syarh: 5)

“Gagal melakukan hal-hal besar itu lebih terhormat dari pada berhasil melakukan hal-hal kecil, karena orang yang gagal melakukan hal-hal yang besar

sudah pasti berhasil melakukan hal-hal kecil” (Mario Teguh)

“The best thing is: I’ve tried it, and the worst is: I’ll try it”

(13)

PERSEMBAHAN

Teriring do’a dan rasa syukur kehadirat Allah SWT, ku persembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan kasihku yang tulus kepada:

1. Abah dan emak tercinta yang telah memberikan semua yang mereka punya untuk membesarkan, mendidik, mendo’akan, memotivasi dan mengerti pada setiap waktu, agar penulis bisa mewujudkan cita-citanya.

2. Kakak - kakakku (Fitria, Desi Riana, Romadoni, Rismala, Aan Suhendra) yang selalu menjadi motivasi dan membuatku bersemangat untuk menuju keberhasilan.

3. Keponakanku tercinta (Icel, Angga, Ardi) yang membuatku bersemangat untuk menuju keberhasilan.

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 5 Desember 1989, sebagai anak terakhir dari 6 bersaudara dari pasangan Bapak Syamsudin dan Ibu Rosnawati.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1996 di Sekolah Dasar Negeri 2 Tanjung Gading, Kecamatan Tanjung Karang Timur, Kotamadya Bandarlampung dan tamat pada tahun 2002. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Bandarlampung hingga tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis

melanjutkan pendidikanya di SMA Negeri 2 Bandarlampung dan tamat pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa regular program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung melalui jalur PKAB.

(15)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah:

Nama : Diana Sari

NPM : 0813022006

Fakultas/Jurusan : FKIP/P MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Jl. Bakau Gg. Akper Bunda Delima No 10 Tanjung Raya, Bandarlampung

Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Maret 2012 Yang Menyatakan,

Diana Sari

(16)

xi SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT. karena kasih sayang dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

“Perbandingan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Fisika antara Model Inkuiri Ilmiah Teknik Pictorial Riddle dengan Pembelajaran ARIAS” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika, Pembimbing Akademik, dan Pembimbing I atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan, arahan dan motivasi yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. selaku Pembimbing II atas

kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan, arahan dan motivasi yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.

(17)

xii 6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Studi Pendidikan Fisika dan Jurusan

Pendidikan MIPA.

7. Bapak Harun, S.Pd. selaku Kepala SMA Negeri 1 Gedongtataan atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung.

8. Bapak Nurdin M. Nur, S.Pd selaku pamong dan juga guru mitra selama penelitian berlangsung.

9. Bapak dan Ibu Guru serta Staf SMA Negeri 1 Gedongtataan. 10.Siswa-siswi di SMA Negeri 1 Gedongtataan.

11.Sahabat seperjuangan dalam menulis skripsi: Tata, Tutik, dan Dimi. Terimakasih atas saran, kritik, doa dan bantuannya.

12.Sahabat yang membantuku dalam pengerjaan skripsi: Dodo, Hendra dan Pipi. 13.Rekan-rekan Pendidikan Fisika 2008: Agustina, Ahmadi, Al Kafid, Anna,

Arief, Bayu, Dewi, Diana A, Siska, Dio, Echy , Evin, Fahru, Fathin, Henni, Husni, Ikbal, Icha, Imeh, Ismu, Johan, Laras, Lis, Mardian, Mario, Ninik, Niluh, Opang, Rani, Rohman, Salva, Sarah, Septa, Sinka, Theo, Widi, dan Wira. Terimakasih atas persaudaraan dan kebersamaannya.

14.Temen-temen di PPL : Ika, Rateh, Echa, Trisu, Elan, Bill, Rangga, Esti, Pebri, dan Isti. Terima kasih atas persaudaraan dan kebersamaannya selama ini. 15.Kakak tingkat serta adik tingkat Pendidikan Fisika yang tak bisa disebutkan

satu persatu.

(18)

xiii Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandarlampung, Maret 2012

(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fisika merupakan salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam yang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri di jenjang SMA karena tujuan penyelenggaraan mata pelajaran fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk melatih dan mendidik para siswa agar dapat menguasai pengetahuan, konsep, dan prinsip fisika, memiliki kecakapan ilmiah, kritis dan mampu bekerjasama dengan orang lain. Hal ini berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang menyatakan bahwa fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan, yang salah satunya merupakan bekal pengetahuan, pemahaman, dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk menempuh jenjang yang lebih tinggi.

(20)

2 dengan baik apabila di dalamnya terdapat kesiapan antara guru dengan

peserta didik. Guru sebagai fasilitator dituntut untuk bisa membawa siswanya ke dalam pembelajaran yang aktif, inovatif dan menyenangkan, sehingga siswa dapat menikmati pembelajaran dan dapat menjangkau semua sudut kelas. Bukan merupakan pembelajaran konvensional yang selama ini berpusat pada guru, akan terkesan merugikan siswa, terutama siswa yang

berkemampuan rendah siswa terlihat cenderung jenuh dalam pembelajaran.

Salah satu hal yang paling penting yang harus dimiliki oleh siswa, terutama dalam pelajaran fisika atau sains adalah suatu Keterampilan Proses Sains (KPS). Kecakapan hidup seperti kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi merupakan bagian dari KPS. KPS merupakan skill yang harus dimiliki anak sebagai modal dasar memahami sains. Melalui

KPS, siswa mendapatkan pengalaman belajar. Dalam hal ini, terbentuknya pengetahuan dalam sains dilakukan melalui proses yang ilmiah (model ilmiah) yang menekankan pada cara berpikir dan aktivitas saintis melalui pembelajaran inkuiri sehingga KPS merupakan bagian dari proses inkuiri.

Pembelajaran inkuiri dapat dikembangkan dengan memanfaatkan pictorial riddle sebagai teknik belajar untuk mengaktifkan kegiatan belajar mengajar.

Pictorial riddle merupakan salah satu teknik pembelajaran yang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah dalam rangka pembelajaran sains melalui gambar, peragaan, atau situasi yang

(21)

3 kegiatan pembelajaran sehingga dapat memacu keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa.

Selain model inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle ada juga pembelajaran ARIAS yang diharapkan dapat membangkitkan keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa dimana cara penyajian pelajarannya mengandung lima komponen yaitu: assurance (percaya diri), relevance (relevansi), interest (minat/perhatian), assessment (evaluasi), dan satisfaction (kepuasan/bangga).

Bedasarkan latar belakang masalah tersebut, maka telah dilakukan penelitian

dengan judul “Perbandingan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Fisika antara Model Inkuiri Ilmiah Teknik Pictorial Riddle dengan Pembelajaran ARIAS”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

(1) Adakah perbedaan rata-rata keterampilan proses sains siswa antara model Inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle dengan pembelajaran ARIAS? (2) Adakah perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara model Inkuiri

(22)

4 C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

(1) perbedaan rata-rata keterampilan proses sains siswa antara model Inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle dengan pembelajaran ARIAS

(2) perbedaan rata-rata hasil belajar antara model Inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle dengan pembelajaran ARIAS

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, diantaranya adalah sebagai berikut: (1) Dapat menjadi alternatif baru bagi guru dalam menyajikan materi

pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar.

(2) Sebagai penambahan wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti dengan terjun langsung ke lapangan dan memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan dan keterampilan meneliti serta pengetahuan lebih mendalam terutama pada bidang yang dikaji.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Model Inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle merupakan pembelajaran yang memiliki proses (a) penyajian masalah, (b) pengumpulan dan verifikasi data, (c) mengadakan eksperimen dan pengumpulan data, (d) merumuskan penjelasan, dan (e) mengadakan analisis inkuiri.

(23)

5 komponen yang harus dipenuhi dalam setiap pembelajarannya yaitu (a) Assurance (percaya diri) yang berhubungan dengan sikap percaya atau

yakin akan berhasil, (b) Relevance yaitu pembelajaran yang berhubungan dengan kehidupan siswa, (c) Interest yaitu pembelajaran yang dapat menarik minat atau perhatian siswa, (d) Assesment yaitu yang berhubungan dengan penilaian terhadap siswa, (e) Satisfaction yaitu reinforcement (penguatan) dapat memberikan rasa bangga dan puas pada

siswa yang penting dan perlu dalam pembelajaran.

(3) Keterampilan proses sains yang dibatasi pada indikator: mengamati, merumuskan hipotesis, merencanakan percobaan, melakukakan

percobaan, menginterpretasi data, menerapkan konsep, berkomunikasi. (4) Hasil belajar yang dibatasi pada ranah kognitif.

(5) Objek penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 1 Gedongtataan tahun ajaran 2011/2012

(24)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoretis

1. Konsep Belajar dan Mengajar

Menurut pendapat Witherington dalam Sukmadinata (2007: 155)

Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.

Berdasarkan pendapat Witherington, belajar selalu dikaitkan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar, apakah itu mengarah kepada yang lebih baik atau pun yang kurang baik, direncanakan atau tidak. Belajar juga dikaitkan dengan perubahan. Perubahan-perubahan ini muncul karena adanya pengalaman yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannya. Sejalan dengan pendapat Witherington, Hilgard dalam Sukmadinata (2007: 155) menyatakan belajar dapat dirumuskan sebagai perubahan perilaku yang relatif permanen, yang terjadi karena pengalaman.

Slameto (2003: 2) juga mengungkapkan:

(25)

7 memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.

Berdasarkan kutipan tersebut, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut secara keseluruhan pribadi sesorang, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Belajar juga menempatkan seseorang dari status abilitas yang satu ke tingkat abilitas yang lain. Mengenai perubahan status abilitas tersebut, menurut Bloom dalam Sardiman (2007: 23), meliputi tiga ranah /matra, yaitu matra kognitif, afektif dan psikomotorik. Masing-masing matra atau domain ini diperinci lagi menjadi beberapa jangkauan kemampuan (level of competence). Rincian ini dapat disebutkan sebagai berikut.

a. Cognitive Domain:

1) Knowledge (Pengetahuan, ingatan)

2) Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas) 3) Analysis (menguraikan, menentukan hubungan)

4) Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru)

5) Evaluation (menilai) 6) Application (menerapkan) b. Affective Domain:

1) Receiving (sikap menerima) 2) Responding (memberikan respons) 3) Valuing (nilai)

4) Organization (organisasi) 5) Characterization (karakterisasi) c. Psychomotor Domain:

(26)

8 2) Pre-routine level

3) Rountinized level

Belajar erat kaitannya dengan mengajar. Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang

mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Jika belajar merupakan kegiatan siswa, maka mengajar sebagai kegiatan guru. Menurut Sardiman (2007: 48)

Secara luas, mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas

mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Atau dikatakan, mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa. Kondisi itu diciptakan sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan anak secara optimal baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental.

Pengertian mengajar seperti yang telah diuraikan diatas memberikan penjelasan bahwa fungsi pokok dalam mengajar itu adalah menyediakan kondisi yang kondusif, sedang yang berperan aktif dan banyak melakukan kegiatan adalah siswanya, dalam upaya menemukan dan memecahkan masalah.

2. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains merupakan sejumlah keterampilan yang dibentuk oleh komponen-komponen model sains/scientific methods. Keterampilan proses ( prosess-skill ) sebagai proses kognitif termasuk di dalamnya juga interaksi dengan isinya (content). Indrawati dalam Nuh (2010: 1)

(27)

9

Keterampilan Proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan

(falsifikasi).

Berdasarkan pendapat tersebut, keterampilan proses sains adalah kemampuan siswa untuk menerapkan model ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. Keterampilan proses sains sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan model ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru/ mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.

Keterampilan proses mencakup keterampilan berpikir/ keterampilan

intelektual yang dapat dipelajari dan dikembangkan oleh siswa melalui proses belajar mengajar dikelas, yang dapat digunakan untuk memperoleh

pengetahuan tentang produk IPA. Keterampilan proses perlu dikembangkan untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa.

Semiawan dalam Nuh (2010: 1) berpendapat bahwa terdapat empat alasan mengapa keterampilan proses sains diperlukan dalam proses belajar mengajar sehari-hari yaitu,

1) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung semakin cepat sehingga tidak mungkin lagi guru mengajarkan semua konsep dan fakta pada siswa

2) Adanya kecenderungan bahwa siswa lebih memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh yang konkret

(28)

10 4) Dalam proses belajar mengajar, pengembangan konsep tidak terlepas dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.

Model ilmiah merupakan dasar dari pembentukan pengetahuan dalam sains. Model ilmiah dapat diartikan sebagai cara untuk bertanya dan menjawab pertanyaan ilmiah dengan membuat obsevasi dan melakukan eksperimen. Menurut Hess dalam Mahmuddin (2010: 3), terdapat enam langkah-langkah model ilmiah, yaitu:

(1) Mengajukan pertanyaan atau merumuskan masalah

(2) Membuat latar belakang penelitian atau melakukan observasi (3) Menyusun hipotesis

(4) Menguji hipotesis melalui percobaan (5) Menganalisa data dan membuat kesimpulan (6) Mengkomunikasikan hasil

Dalam pembelajaran sains, keenam langkah-langkah model ilmiah tersebut dikembangkan dan dijabarkan menjadi sebuah keterampilan proses sains yang dapat diajarkan dan dilatihkan kepada siswa.

Keterampilan proses sains merupakan kegiatan intelektual yang biasa

dilakukan oleh para ilmuwan dalam menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk-produk sains. Keterampilan proses dalam pengajaran sains merupakan suatu model atau alternatif pembelajaran sains yang dapat melibatkan siswa dalam tingkah laku dan proses mental, seperti ilmuwan. Funk dalam Dimyati dan Mudjiono (2002: 140) mengutarakan bahwa:

(29)

11 pengukuran, komunikasi, prediksi, inferensi. Keterampilan

terintegrasi terdiri atas: mengidentifikasi variabel, tabulasi, grafik, diskripsi hubungan variabel, perolehan dan proses data, analisis penyelidikan, hipotesis ekperimen.

Keterampilan proses dasar diuraikan oleh Rezba dan Wetzel dalam Mahmuddin (2010: 3) sebagai berikut.

keterampilan proses dasar terdiri atas enam komponen tanpa urutan tertentu, yaitu:

1) Observasi atau mengamati, menggunakan lima indera untuk mencari tahu informasi tentang obyek seperti karakteristik obyek, sifat, persamaan, dan fitur identifikasi lain.

2) Klasifikasi, proses pengelompokan dan penataan objek 3) Mengukur, membandingkan kuantitas yang tidak diketahui

dengan jumlah yang diketahui, seperti: standar dan non-standar satuan pengukuran.

4) Komunikasi, menggunakan multimedia, tulisan, grafik, gambar, atau cara lain untuk berbagai temuan.

5) Menyimpulkan, membentuk ide-ide untuk menjelaskan pengamatan.

6) Prediksi, mengembangkan sebuah asumsi tentang hasil yang diharapkan.

(30)

12 Perpaduan dua kemampuan keterampilan proses dasar atau lebih membentuk keterampilan proses terpadu. Keterampilan proses terpadu meliputi:

1) merumuskan hipotesis, membuat prediksi (tebakan) berdasarkan bukti dari penelitian sebelumnya atau penyelidikan.

2) mengidentifikasi variabel, penamaan dan pengendalian terhadap variabel independen, dependen, dan variabel kontrol dalam penyelidikan

3) membuat defenisi operasional, mengembangkan istilah spesifik untuk menggambarkan apa yang terjadi dalam penyelidikan berdasarkan karakteristik diamati.

4) percobaan, melakukan penyelidikan dan mengumpulkan data 5) interpretasi data, menganalisis hasil penyelidikan.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Padilla dalam Nurohman (2010: 3), bahwa keterampilan proses sains dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu:

1) the basic (simpler) process skill dan 2) integrated (more complex) skills. The basic process skill, terdiri dari 1) Observing, 2) Inferring, 3) Measuring, 4) Communicating, 5) Classifying, dan 6) Predicting.

Sedangkan yang termasuk dalam Integrated Science Process Skills adalah 1) Controlling variables, 2) Defining operationally, 3) Formulating hypotheses, 4) Interpreting data, 5) Experimenting dan, 6) Formulating models.

Keterampilan proses sebagaimana disebutkan di atas merupakan keterampilan proses sains yang diaplikasikan pada proses pembelajaran. Pembentukan keterampilan dalam memperoleh pengetahuan merupakan salah satu penekanan dalam pembelajaran sains. Oleh karena itu, penilaian terhadap keterampilan proses siswa harus dilakukan terhadap semua keterampilan proses sains baik secara parsial maupun secara utuh.

(31)

13 untuk menilai kemajuan siswa dalam pencapaian keterampilan proses sains. Menurut Smith dan Welliver dalam Mahmuddin (2010: 4), pelaksanaan penilaian keterampilan proses dapat dilakukan dalam beberapa bentuk, diantaranya : pretes dan postes, diagnostik, penempatan kelas, dan bimbingan karir.

Penilaian keterampilan proses sains dilakukan dengan menggunakan

instrumen yang disesuaikan dengan materi dan tingkat perkembangan siswa atau tingkatan kelas. Oleh karena itu, penyusunan instrumen penilaian harus direncanakan secara cermat sebelum digunakan. Menurut Kurnia (2011: 322), penyusunan instrumen untuk penilaian terhadap keterampilan proses siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mengamati (menggunakan 3 alat indra, memperhatikan tiga segi atau ciri, dan memiliki sendiri informasi yang relevan dengan masalah yang dihadapi)

2) Merumuskan hipotesis (menjelaskan mengapa sesuatu terjadi atau alasan untuk pengamatan, menggunakan pengetahuan sebelumnya, dan menunjukkan bahwa ada beberapa kemungkinan penjelasan dari beberapa hal yang diamati

3) Merencanakan percobaan (menentukan alat, bahan, dan sumber yang akan digunakan dalam penelitian, menentukan apa yag harus diamati, diukur, dan ditulis, menentukan cara dan langkah-lagkah kerja)

4) Melakukan percobaaan (melaksanakan prosedur kerja yang telah dibuat, mampu menggunakan alat dan bahan, mengumpulkan data)

5) Menginterpretasi data (mencatat setiap pengamatan secara terpisah, menghubungkan hasil pengamatan dengan teori, dan membuat kesimpulan dari data)

6) Menerapkan konsep (menentukan bagaimana mengolah pengamatan, menganalisis konsep hasil pengamatan, dan

menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru)

(32)

14 Pengukuran terhadap keterampilan proses siswa, dapat dilakukan

menggunakan instrumen tertulis. Pelaksanaan pengukuran dapat dilakukan secara tes (paper and pencil test) dan bukan tes. Penilaian melalui tes dapat dilakukan dalam bentuk tes tertulis (paper and pencil test). Sedangkan penilaian melalui bukan tes dapat dilakukan dalam bentuk observasi atau pengamatan. Penilaian dalam keterampilan proses agak sulit dilakukan melalui tes tertulis dibandingkan dengan teknik observasi. Namun demikian, menggunakan kombinasi kedua teknik penilaian tersebut dapat meningkatkan akurasi penilaian terhadap keterampilan proses sains.

3. Hasil Belajar

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa

memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Menurut Gagne dalam Dimyati (2002: 10) belajar terdiri dari tiga komponen penting yaitu kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar.

Keberhasilan proses belajar yang dilakukan dapat diukur dengan tolak ukur hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Hal tersebut didukung oleh pendapat Djamarah dan Zain (2006 : 121)

(33)

15 Siswa yang memiliki kemampuan analisis, maka ia akan memecahkan suatu permasalahan teori tertentu dengan menganalisis pengetahuan yang

dilambangkan dengan kata-kata menjadi buah pikiran. Hal tersebut didukung

oleh pendapat Hamalik (2002 : 19)

Hasil belajar merupakan suatu kemampuan yang didapat dari kegiatan belajar yang merupakan kegiatan kompleks. Dengan memiliki hasil belajar, seseorang akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi suatu buah pikiran dalam memecahkan suatu permasalahan tertentu.

Hasil belajar dapat dilihat dari nilai yang diperoleh setelah tes dilakukan. Menurut Bloom, dalam Dimyati (2002: 26)

Ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar yaitu

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku, yaitu: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan.

2. Ranah Afektif

Ranah afektif terdiri dari lima perilaku yaitu menerima, merespon, menghargai, mengorganisasikan dan karakterisasi menurut nilai.

3. Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu meniru, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi.

(34)

16 afektif, dan psikomotor. Dalam penelitian ini, dari tiga ranah yang ada pada hasil belajar akan diambil satu ranah saja yaitu pada ranah kognitif.

4. Model Inkuiri Ilmiah

Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang

diajukannya. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Menurut pendapat Schmidt dalam Ibrahim (2010: 1)

inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis.

Inkuiri sebenarnya merupakan prosedur yang biasa dilakukan oleh ilmuwan dan orang dewasa yang memiliki motivasi tinggi dalam upaya memahami fenomena alam, memperjelas pemahaman, dan menerapkannnya dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Piaget dalam Rhyno (2010: 1) model inkuiri adalah,

Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbul-simbul dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri,

(35)

17 Tujuan utama dari pembelajaran melalui model inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan ketrampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa keingintahuan mereka. Siswa memegang peranan yang sangat dominan dalam proses pembelajaran. Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan model pembelajaran inkuiri menurut Prambudi (2010:4) yaitu,

(1) Berorientasi pada pengembangan intelektual, (2) Prinsip Interaksi, (3) Prinsip Bertanya, (4) Prinsip Belajar untuk Berpikir, (5) Prinsip keterbukaan.

Melalui pembelajaran model inkuiri, siswa belajar sains sekaligus juga belajar model sains. Proses inkuiri memberi kesempatan kepada siswa untuk

memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif, siswa dilatih bagaimana memecahkan masalah sekaligus membuat keputusan. Pembelajaran berbasis inkuri memungkinkan siswa belajar sistem, karena pembelajaran inkuiri memungkinkan terjadi integrasi berbagai disiplin ilmu. Ketika siswa

(36)

18 Dalam Ibrahim (2010: 5) langkah pembelajaran model inkuri, merupakan suatu siklus yang dimulai dari:

1) Observasi atau pengamatan terhadap berbagai fenomena alam 2) Mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi 3) Mengajukan dugaan atau kemungkinanjawaban

4) Mengumpulkan data berkait dengan pertanyaan yang diajukan 5) Merumuskan kesimpulan berdasarkan data.

Joice dan Well dalam Ibrahim (2010: 5) mengungkapkan bahwa terdapat dua model inkuiri, yaitu latihan inkuiri dan inkuri sains.

Sintaks inkuiri sains terdiri atas empat fase, yaitu: 1) Fase investigasi dan pengenalan kepada siswa 2) Pengelompokan masalah oleh siswa

3) Identifikasi masalah dalam penyelidikan

4) Memberikan kemungkinan mengatasi kesulitan/masalah Sintaks latihan inkuiri terdiri atas:

1) Orientasi masalah;

2) Pengumpulan data dan verifikasi; 3) Pengumpulan data melalui eksperimen;

4) Pengorganisasian dan formulasi eksplanasi, dan 5) Analisis proses inkuiri.

Pembelajaran inkuri dapat dimulai dengan memberikan pertanyaan dan cara bagaimana menjawab pertanyaan tersebut. Melalui pertanyaan tersebut siswa dilatih melakukan observasi terbuka, menentukan prediksi dan kemudian menarik kesimpulan. Kegiatan seperti ini dapat melatih siswa membuka pikirannya sehingga mampu membuat hubungan antara kejadian, objek atau kondisi dengan kehidupan nyata.

(37)

19

(1)Orientasi, (2) Merumuskan Masalah, (3) Merumuskan Hipotesis, (4) Mengumpulkan Data, (5) Menguji Hipotesis, (6) Merumuskan Kesimpulan.

Inkuri juga memiliki macam-macam model pembelajaran. Beberapa macam model pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Sund dan Trowbridge dalam Sahrul (2009: 1) adalah,

(1) Guide Inquiry, (2) Modified Inquiry, (3) Free Inquiry, (4) Inquiry role Approach, (5) Invitation Into Inquiry, (6) Pictorial Riddle, (7) Synectics Lesson, (8) Value Clarification.

Model inkuiri memiliki keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan model-model pembelajaran lain. Keunggulan model-model inkuiri menurut Suhana, cucu & hanafiah (2009: 79)

a. Membantu peserta didik untuk mengembangkan kesiapan serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif

b. Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya

c. Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk belajar lebih giat lagi

d. Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing

e. Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta dengan peran guru yang sangat terbatas.

Model inkuiri juga mempunyai beberapa kelemahan menurut Prambudi (2010: 6)

1) Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

2) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit

(38)

20 3) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan

siswa menguasai materi pelajaran, maka startegi ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

Berdasarkan pendapat Prambudi maka model inkuiri akan efektif siswa dapat menemukan jawaban sendiri dari suatu permasalahan yang dipecahkan. Bahan pelajaran pun bukan berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, melainkan sebuah kesimpulan yang memerlukan pembuktian. Proses

pembelajaran bermula dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu dan peserta didik memiliki kemauan dan kemampuan untuk berfikir. Jumlah siswa pun harus ideal dengan kapasitas guru agar alokasi waktu mencukupi untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.

5. Teknik Pictorial Riddle

Teknik pictorial riddle merupakan satu dari beberapa macam teknik

pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Sund dan Trowbridge. Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah yang telah disampaikan sebelumnya oleh guru melalui gambar, peragaan, atau situasi yang sesungguhnya. Pictorial riddle adalah salah satu teknik untuk mengembangkan motivasi dan minat siswa di dalam diskusi kelompok kecil maupun besar. Gambar, peragaan atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif siswa. Menurut Sudirman dkk dalam Kaniawati (2009:17) suatu riddle biasanya berupa

(39)

21 Tahapan model pembelajaran inkuiri dengan model pictorial riddle menurut Samsudin (2009: 24)

(1)Penyajian masalah, (2) Pengumpulan dan verifikasi data, (3) Mengadakan eksperimen dan pengumpulan data, (4) Merumuskan penjelasan, dan (5) Mengadakan analisis inkuiri.

Teknik pictorial riddle adalah suatu cara pembelajaran dengan menghadapkan siswa kepada suatu masalah agar dipecahkan atau diselesaikan. Hal tersebut didukung pendapat Depino (2011: 6)

Pictorial riddle merupakan informasi ilmiah di papan poster atau transparansi. Digunakan sebagai pusat diskusi. Dua format umum yang dapat disajikan. Satu menggambarkan situasi dalam kondisi normal, yang lain menggambarkan peristiwa discrepant (sesuatu yang jelas salah dalam gambar. Jenis pertanyaan yang baik untuk merangsang diskusi: "Apa hal yang Anda bisa tanyakan tentang gambar ini?”

Berdasarkan uraian di atas pictorial riddle merupakan informasi ilmiah yang disajikan di papan poster atau transparansi. Pictorial riddle digunakan sebagai pusat diskusi siswa dalam memecahkan masalah.

6. Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, dan Satisfaction)

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau

(40)

22 Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, model, atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, model, atau prosedur. Menurut Alisyahbana (2010:98) ciri-ciri tersebut ialah :

1) Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya

2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai

3) Tingkah laku pengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil

4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai

Saat ini telah banyak muncul model-model pembelajaran hasil karya para filosof pendidikan. Seperti model pembelajaran ARIAS yang dikembangkan oleh filosof berdasarkan pada teori belajar. Menurut Kiranawati (2007) dalam blognya mengungkapkan bahwa :

Model pembelajaran ARIAS merupakan model pembelajaran yang dimodifikasi dari model ARCS. Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan oleh Keller dan Kopp

sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dan tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan tersebut.

(41)

23 Harapan (expentancy) adalah suatu kesempatan yang diberikan terjadi karena prilaku .Harapan merupakan propabilitas yang memiliki nilai berkisar nol yang berati tidak ada kemungkinan hingga satu yang berarti kepastian. Nilai (Valence) adalah akibat dari prilaku tertentu mempunyai nilai atau martabat tertentu (daya atau nilai motivasi) bagi setiap individu tertentu. Pertautan (Instrumentality) adalah persepsi dari individu bahwa hasil tingkat pertama akan dihubungkan dengan hasil tingkat ke dua.

Namun dalam model ARCS tidak terdapat aspek penilaian (assessment). Padahal penilaian merupakan satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar. Mengingat pentingnya penilaian, maka oleh Keller dan Kopp dalam Wijaya (2008: 89) menambahkan komponen assessment pada model pembelajaran tersebut. Dengan modifikasi tersebut,

model pembelajaran yang digunakan mengandung lima komponen yaitu: attention (minat/perhatian), relevance (relevansi), confidence (percaya/yakin),

satisfaction (kepuasan/bangga), dan assessment (evaluasi). Kemudian

dilakukan penggantian nama confidence menjadi assurance, dan attention menjadi interest. Dengan mengambil huruf awal dari masing-masing komponen menghasilkan kata ARIAS sebagai akronim. Oleh karena itu, model pembelajaran yang sudah dimodifikasi ini disebut model pembelajaran ARIAS.

Model pembelajaran ARIAS dikembangkan sebagai salah satu

alternatif yang dapat digunakan oleh guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Model pembelajaran ARIAS berisi lima komponen yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran yaitu assurance, relevance, interest, assessment, dan

(42)

24 Menurut Kiranawati (2007) dalam blognya mengungkapkan bahwa model pembelajaran ARIAS terdiri dari lima komponen yang harus dipenuhi dalam setiap pembelajarannya yaitu :

1) Assurance (percaya diri) yang berhubungan dengan sikap percaya atau yakin akan berhasil,

2) Relevance yaitu pembelajaran yang berhubungan dengan kehidupan siswa,

3) Interest yaitu pembelajaran yang dapat menarik minat atau perhatian siswa,

4) Assesment yaitu yang berhubungan dengan penilaian terhadap siswa,

5) Satisfaction yaitu reinforcement (penguatan) dapat memberikan rasa bangga dan puas pada siswa yang penting dan perlu dalam pembelajaran.

B. Kerangka Pemikiran

Pembelajaran model inkuiri adalah pembelajaran yang dirancang untuk mengajarkan kepada siswa bagaimana cara memecahkan permasalahan dan menemukan sendiri fakta-fakta melalui suatu kegiatan ilmiah dengan

membandingkan masalah dengan kondisi nyata pada areal ilmiah, membantu siswa mengidentifikasi konsep atau model pemecahan masalah dan

mendesain cara mengatasi masalah. Proses inkuiri memberi kesempatan kepada siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif, siswa dilatih bagaimana memecahkan masalah sekaligus membuat keputusan.

(43)

25 adalah salah satu teknik untuk mengembangkan keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa.

Selain model inkuiri ilmiah dengan teknik pictorial riddle ada juga

pembelajaran ARIAS yang diharapkan dapat membangkitkan keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa dimana cara penyajian pelajarannya mengandung lima komponen yaitu: assurance (percaya diri), relevance (relevansi), interest (menarik), assessment (evaluasi), dan satisfaction (penguatan).

Dalam model pembelajaran ARIAS ini siswa berusaha dibangkitkan rasa percaya diri dalam hal pemecahan masalah dengan memberikan

(44)

26 Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model inkuiri ilmiah teknik Pictorial Riddle (X1) dan inkuiri terbimbing dengan

pembelajaran ARIAS (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah KPS (Y1)

dan hasil belajar (Y2). Dalam penelitian ini ada dua KPS dan dua hasil belajar

yang diukur yaitu KPS pada model inkuiri ilmiah teknik Pictorial Riddle (R1)

dan KPS pada pembelajaran ARIAS (R2), serta hasil belajar pada model

inkuiri ilmiah teknik Pictorial Riddle (R3) dan hasil belajar pada

pembelajaran ARIAS (R4), kemudian dilakukan uji hipotesis untuk

mengetahui mana yang lebih tinggi rata-rata KPS dan hasil belajar siswa dengan pembelajaran inkuiri ilmiah teknik Pictorial Riddle dan pembelajaran ARIAS. Menurut Sudirman dkk dalam Kaniawati (2009:17) teknik Pictorial adalah salah satu teknik untuk mengembangkan motivasi dan minat siswa di dalam diskusi kelompok kecil maupun besar. Gambar, peragaan atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif siswa. Tahapan model pembelajaran inkuiri dengan model pictorial riddle menurut Samsudin (2009: 24), yaitu penyajian masalah,

pengumpulan dan verifikasi data, mengadakan eksperimen dan pengumpulan data, merumuskan penjelasan, dan mengadakan analisis inkuiri. Menurut Kiranawati (2007) dalam blognya mengungkapkan bahwa model

(45)

27 riddle lebih tinggi dibandingkan rata-rata kemampuan KPS dan hasil belajar

siswa dengan pembelajaran ARIAS. Model inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle Pictorial lebih dapat mengembangkan motivasi dan minat siswa serta

[image:45.595.121.516.313.637.2]

menuntut siswa berperan aktif dalam pembelajaran, berpartisipasi aktif dalam bereksperimen, aktif dalam berdiskusi, dan bekerja sama dengan teman satu kelompok. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas berikut diagram kerangka pemikiran.

Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pemikiran

Kelas A

Pictorial Riddle ARIAS

KPS dan rata-rata hasil belajar siswa dengan model inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle lebih tinggi dibandingkan rata-rata kemampuan KPS dan hasil belajar siswa dengan pembelajaran ARIAS

Dibandingkan Hasil belajar

Kelas B

(46)

28 C. Hipotesis Tindakan

1. Hipotesis Pertama

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran fisika antara model inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle dengan pembelajaran ARIAS.

1

H : Ada perbedaan rata-rata keterampilan proses sains siswa pada

pembelajaran fisika antara model inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle dengan pembelajaran ARIAS.

2. Hipotesis Kedua

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada

pembelajaran fisika antara model inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle dengan pembelajaran ARIAS.

1

(47)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini, yaitu seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1

Gedongtataan pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 yang terdiri atas 7 kelas berjumlah 204 siswa.

B. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik

Purposive Sampling. Berdasarkan populasi yang terdiri dari 7 kelas diambil 2

kelas. Teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu, kemudian yang terambil sebagai sampel adalah kelas X2 kelompok eksperimen 1 dan

kelas X3 sebagai kelompok eksperimen 2.

C. Desain Penelitian

Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk True

Experimental Design dengan tipe Posttest-Only Control Design. Pada desain

(48)

30

Keterangan:

1

R : kelompok eksperimen 1

2

R : kelompok eksperimen 2

1

X : model inkuiri ilmiah teknik Pictorial Riddle 2

X : pembelajaran ARIAS 1

O : nilai posttest pada kelompok eksperimen 1 2

O : nilai posttest pada kelompok eksperimen 2 1

R X1 O1 2

R X2 O2

[image:48.595.196.413.87.137.2]

Gambar 3.1 Desain eksperimen Posttest-Only Control Design

(Sugiyono, 2010: 110-111)

D. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model inkuiri ilmiah teknik Pictorial Riddle dan pembelajaran ARIAS, sedangkan variabel terikatnya adalah KPS dan hasil belajar.

Gambar 3.2 Paradigma Pemikiran Keterangan :

X1 : model inkuiri ilmiah teknik Pictorial Riddle

[image:48.595.217.400.503.656.2]
(49)

31 X2 : pembelajaran ARIAS

Y11 : KPS pada model inkuiri ilmiah teknik Pictorial Riddle

Y12 : hasil belajar pada model inkuiri ilmiah teknik Pictorial Riddle

Y21 : KPS pada pembelajaran ARIAS

Y22 : hasil belajar pembelajaran ARIAS

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi pada proses pembelajaran untuk mengukur KPS dan soal uraian hasil belajar kognitif siswa pada saat posttest.

F. Analisis Instrumen

Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas

1. Uji Validitas

Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk

(50)

32 Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:

(Arikunto, 2008: 72) Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen

tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika r hitung > r tabel dengan α = 0,05

maka koefisien korelasi tersebut signifikan.

Item yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3.

(Masrun dalam Sugiyono, 2010: 188).

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan kriterium uji bila correlated item – total correlation lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan construck yang kuat (valid).

2. Uji Reliabilitas

(51)

33 pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk

menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:

Di mana:

r11 = reliabilitas yang dicari

Σσi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item

σt2 = varians total

(Arikunto, 2008: 109)

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan

menggunakan SPSS 17.0 dengan model Alpha Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala alpha cronbach’s 0 sampai 1.

Menurut Sayuti dikutip oleh Sujianto dalam Saputri (2010: 30), kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut:

1. Nilai Alpha Cronbach’s 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang reliabel.

2. Nilai Alpha Cronbach’s 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel. 3. Nilai Alpha Cronbach’s 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup reliabel. 4. Nilai Alpha Cronbach’s 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel.

(52)

34 Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan

menjumlahkan skor setiap nomor soal.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data berbentuk tabel yang diperoleh dari hasil observasi saat pembelajaran

[image:52.595.121.525.371.496.2]

berlangsung dan hasil posttest. Adapun bentuk pengumpulan datanya berupa tabel yang dijelaskan pada Tabel 3.3 dan Tabel 3.4 sebagai berikut

Tabel 3.3 Data hasil belajar (test)

NO Nama Siswa

Poin Tiap No Soal Jumlah Keterangan

1 2 3 4 5

1 Siswa 1

2 Siswa 2

3 Siswa 3

Skor Tertinggi

Skor Terendah

Jumlah

[image:52.595.120.520.563.678.2]

Skor rata-rata siswa

Tabel 3.4 Data KPS siswa (non-test)

NO Nama Siswa

Indikator Penilaian KPS Skor %KPS Kategori

K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7

1 Siswa 1

2 Siswa 2

3 Siswa 3

Jumlah Skor

Skor Maksimum

Nilai Rata-rata

Keterangan:

K1 = Keterampilan mengamati

(53)

35 K4 = Keterampilan melakukan percobaan

K5 = Keterampilan menginterpretasi data K6 = Keterampilan menerapkan konsep K7 = Keterampilan berkomunikasi

Pada masing-masing item keterampilan proses sains diberi nilai rentang antara 1 sampai 4.

Indikator:

K1 : Keterampilan mengamati 1. Menggunakan 3 alat indra.

2. Memperhatikan tiga segi atau ciri.

3. Memiliki sendiri informasi yang relevan dengan masalah yang dihadapi.

K2 : Keterampilan merumuskan hipotesis

1. Menjelaskan mengapa sesuatu terjadi atau alasan alasan untuk pengamatan.

2. Menggunakan pengetahuan sebelumnya.

3. Menunjukkan bahwa ada beberapa kemungkinan penjelasan dari beberapa hal yang diamati.

K3 : Keterampilan merencanakan percobaan

1. Menentukan alat, bahan, dan sumber yang akan digunakan dalam penelitian.

2. Menentukan apa yang harus diamati, diukur, dan ditulis 3. Menentukan cara dan langkah-langkah kerja.

K4 : Keterampilan melakukan percobaan

(54)

36 2. Mampu menggunakan alat dan bahan

3. Mengumpulkan data

K5 : Kemampuan menginterpretasi data 1. Mencatat setiap pengamatan secara terpisah 2. Menghubungkan hasil pengamatan

3. Menemukan suatu pola dalam satu seri pengamatan

K6 : Keterampilan menerapkan konsep

1. Menentukan bagaimana mengolah pengamatan 2. Menganalisis konsep hasil pengamatan

3. Menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru

K7 : Keterampilan berkomunikasi

1. Menggambarkan data dengan grafik atau tabel 2. Menulis hasil diskusi dan pembahasan

3. Menjelaskan data secara lisan

Dengan deskriptor sebagai berikut:

4 = Jika 3 atau semua indikator setiap sub keterampilan dilaksanakan 3 = Jika 2 indikator setiap sub keterampilan dilaksanakan

2 = Jika 1 indikator setiap sub keterampilan dilaksanakan

(55)

37 H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Analisis Data

Data diambil dari hasil belajar fisika siswa yang berupa posttest.Untuk menguji hipotesis yang diajukan maka hasil belajar yang diperoleh dianalisis terlebih dahulu. Analisis hasil belajar dilakukan dengan menggunakan software SPSS 17.

Penilaian KPS dilakukan dengan observasi saat proses pembelajaran menggunakan lembar observasi. Data KPS siswa berupa lembar observasi yang mencakup tujuh aspek penilaian yaitu mengamati, merumuskan hipotesis, merencanakan percobaan, melakukan percobaan

menginterpretasi data, menerapkan konsep, dan berkomunikasi.

Proses analisis untuk data keterampilan proses sains siswa adalah sebagai berikut:

(a) Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor dari setiap soal.

(b) Persentase keterampilan proses dihitung dengan rumus

Pengkategorian keterampilan proses adalah sebagai berikut 81 – 100 Sangat baik

(56)

38 <20 Sangat Kurang

(Muhibin Syah dalam Marnasusanti(2007)

2. Pengujian Hipotesis 1. Uji Normalitas

Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik

Kolmogrov-Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:

O

H : data terdistribusi secara normal

1

H : data tidak terdistribusi secara normal

Pedoman pengambilan keputusan:

1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.

2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusinya adalah normal.

2. Uji Hipotesis

Jika data terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan statistik parametrik tes.

(57)

39 ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan.

Adapun hipotesis yang akan diuji adalah

Hipotesis Pertama

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata keterampilan proses sains

siswa pada pembelajaran fisika antara model inkuiri ilmiah teknik Pictorial Riddle dengan pembelajaran ARIAS.

1

H : Ada perbedaan rata-rata keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran fisika antara model inkuiri ilmiah teknik

Pictorial Riddle dengan pembelajaran ARIAS.

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO

diterima.

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO

ditolak.

Hipotesis Kedua

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada

(58)

40 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 _____ 2 ____ 1 1 1 2 ) 1 ( ) 1 ( n n n n s n s n X X t 1

H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika antara model inkuiri ilmiah teknik Pictorial Riddle dengan pembelajaran ARIAS.

Rumus perhitungan Independent Sample T Test adalah sebagai berikut :

Dimana t adalah t hitung. Kemudian t tabel dicari pada tabel distribusi t dengan = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2. Setelah diperoleh besar t hitung dan t tabel maka dilakukan pengujian dengan kriteria pengujian sebagai berikut :

Kriteria pengujian

O

H diterima jika -t tabel t hitung t tabel

O

H ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO

diterima.

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO

ditolak.

(59)

41 1) Uji Data Dua Sampel Tidak Berhubungan (Independen)

Pada penelitian ini jika data tidak terdistribusi normal maka untuk menguji data dari dua sampel yang tidak berhubungan

menggunakan Uji Mann-Whitney.

Hipotesis Pertama

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata keterampilan proses sains

siswa pada pembelajaran fisika antara model inkuiri ilmiah teknik Pictorial Riddle dengan pembelajaran ARIAS.

1

H : Ada perbedaan rata-rata keterampilan proses sains siswa pada

pembelajaran fisika antara model inkuiri ilmiah teknik Pictorial Riddle dengan pembelajaran ARIAS.

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO

diterima.

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO

ditolak. Hipotesis Kedua

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada

(60)

42

1

H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika antara model inkuiri ilmiah teknik Pictorial Riddle dengan pembelajaran ARIAS.

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO

diterima.

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO

(61)

68

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Model Inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle lebih efektif digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses sains (KPS) siswa dalam pembelajaran fisika dibandingkan pembelajaran ARIAS . Hal ini didukung dengan perolehan skor rata-rata KPS siswa pada model Inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle sebesar 80% (kategori baik) dan pembelajaran ARIAS

sebesar 68,33% (kategori baik).

2. Model Inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle lebih efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika, dibandingkan pembelajaran ARIAS. Hal ini didukung oleh perolehan skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas model Inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle sebesar 85,59 (kategori sangat baik) dan kelas pembelajaran ARIAS sebesar 78,17 (kategori baik).

B. Saran

(62)

69 1. Model Inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle dapat dijadikan salah satu

alternatif bagi guru-guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar dan KPS siswa.

2. Pada pelaksanaan model Inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar dan KPS siswa, guru hendaknya memperhatikan indikator-indikator yang harus dicapai pada hasil belajar dan KPS sehingga siswa dapat benar-benar aktif terlibat dalam proses pembelajaran dengan baik.

3. Agar pelaksanaan model Inkuiri ilmiah teknik pictorial riddle dapat berjalan dengan baik, guru harus mempersiapkan diri dan perlengkapan secara matang. Dari mulai alat yang akan digunakan, mental guru dan pengetahuan, serta siswa yang harus berada dalam kondisi yang kondusif. Sehingga secara teknis seluruh proses pembelajaran akan berlangsung dengan lancar dan baik.

4. Guru hendaknya benar-benar membimbing siswa untuk aktif pada seluruh proses pembelajaran karena jika siswa aktif dalam seluruh proses

pembelajaran, maka pemahaman siswa terhadap materi akan bertambah dan pada akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan hasil belajar dan KPS siswa.

5. Kondisi dan fasilitas sekolah harus bisa dimanfaatkan agar mampu

(63)

70

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara

Alisyahbana. 2010. Model Pembelajaran ARIAS. Diakses pada tanggal 10 Januari dari http://blog.unsri.ac.id/alisyah

DePino, Peter. 2011. Yale-New Haven Teachers Institute: A Creative Classroom Model For a Sixth Grade Science Class. [On line] tersedia:

http://www.yale.edu. 30/01/2011. 12:16 WIB

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Ibrahim, Muslimin. 2010. Fenomena Fisika: Model Pembelajaran Inkuiri. [ON line] tersedia: http://fisika21.wordpress.com. 21/01/2011. 1:39 WIB Kiranawati. 2007. Model Pembelajaran ARIAS. [ON line] tersedia :

http://hijriahjentayu.com. 05/12/2011/. 11:45 WIB

Kurnia, Sintha. 2011. Penerapan Metode Inkuiri Ilmiah Teknik Pictorial Riddle sebagai Upaya Peningkatan Minat, Motivasi, dan Keterampilan Proses Sains Siswa. Bandarlampung : FKIP Universitas Lampung.

Kusumah, Wijaya. 2008. Model-Model Pembelajaran. Diakses pada tanggal 10 Januari 2011 dari http://wijayalabs.multiply.com

Nuh, Usep. 2010. Fisika SMA Online: Keterampilan Proses Sains. [On line] tersedia: http://fisikasma-online.blogspot.com. 03/11/2010. 21:27 WIB Nurohman, Sabar. 2010. Penerapan Seven Jump Method (SJM) Sebagai Upaya

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa. Yogyakarta: FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

(64)

71 Rhyno. 2010. Inkuiri Melalui Kegiatan Laboratorium dalam Pembelajaran Sains.

[On line] tersedia: http://www.rhynosblog.com. 23/01/2011. 20:56 WIB Sahrul. 2009. Macam-macam Model Pembelajaran Inkuiri. [On line] tersedia:

http://sahrulgmail.blogspot.com. 17/11/2010. 20:18 WIB

Samsudin, Achmad. 2009. Model-model Pembelajaran. Bandung: Jurusan Peddidikan Fisika FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. [On line] tersedia: http://file.upi.edu. 17/11/2010. 19:24 WIB

Sardiman, A. M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Remaja

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta

Gambar

Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pemikiran
Gambar 3.1  Desain eksperimen Posttest-Only Control Design
Tabel 3.3 Data hasil belajar (test)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan : Menganalisa perbedaan efektifitas terapi latihan William Flexion Exercise dan Mc.Kenzie Extension Exercises terhadap penurunan nyeri punggung bawah Miogenik

Kepercayaan diri remaja adalah orang lain yang berusia kurang lebih 12- 22 tahun yang memiliki keyakinan dalam hati atas kemampuannya terhadap kelebihan dan kekurangannya

Wakaf yang telah sah -baik dengan cara perbuatan atau perkataan- harus dijalankan dan tidak boleh dibatalkan (dengan kata lain: orang yang mewakafkan tidak boleh rujuk/kembali

Penelitian ini bertujuan untuk memahami secara mendalam tentang keluarga harmonis pada pasangan suami istri yang berfokus pada keluarga sakinah mawaddah warahmah,

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pemanfaatan jejaring facebook dalam asesmen portofolio online dapat dilaksanakan dengan persentase

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya yang selalu menyertai penulis dalam menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah dan Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 Tentang

Penilaian hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan pada UN dan aspek kognitif dan/ atau