• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING TIPE INDEX CARD MATCH (ICM) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN PERTIDAKSAMAAN DI KELAS X SMA NEGERI 1 SILIMA PUNGGAPUNGGA TAHUN AJARAN 2011/2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING TIPE INDEX CARD MATCH (ICM) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN PERTIDAKSAMAAN DI KELAS X SMA NEGERI 1 SILIMA PUNGGAPUNGGA TAHUN AJARAN 2011/2012."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING TIPE INDEX CARD MATCH (ICM) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN PERTIDAKSAMAAN DI KELAS X

SMA NEGERI 1 SILIMA PUNGGAPUNGGA TAHUN AJARAN 2011/2012

Oleh :

Icowardi Pakpahan NIM 05311311

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iii

Penerapan Pendekatan Active Earning Tipe Index Card Match (ICM) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa Pada Pokok Bahasan Pertidaksamaan Di Kelas X SMA Negeri 1 Silima Pungga-pungga

T.A 2011/2012

Icowardi Pakpahan (05311311)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesulitan – kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengerjakan soal pada pokok bahasan pertidaksamaan dalam pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran Active Learning tipe Index Card Match (ICM) dan untuk megetahui apakah ada peningkatan kemampuan pemecahan masalah matemátika siswa pada pokok bahasan pertidaksamaan dengan pendekatan Active Learning tipe Index Card Match (ICM).

Lokasi penelitian adalah SMA Negeri 1 Silima Pungga – pungga, Subjek penelitian adalah siswa kelas X yang berjumlah 30 orang. Objek yang diteliti adalah penerapan pendekatan Active Learning tipe Index Card Match (ICM) untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Adapun instrumen pengumpul data pada penelitian ini adalah berupa tes, observasi dan wawancara.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dibagi atas dua siklus, masing-masing terdiri dari dua kali pertemuan. Sebelum memberikan tindakan, siswa diberikan tes awal, setiap akhir siklus diberikan tes kemampuan pemecahan masalah. Dari hasil analisis data diperoleh peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika pada pokok bahasan pertidaksamaan siswa kelas X mulai dari tes awal sampai tes kemampuan pemecahan masalah. Banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan belajar dari tes awal yaitu 4 dari 30 orang (13,33%) dengan rata-rata kelas 44,17. Hasil analisis data pada siklus I setelah dilakukan pendekatan Active Learning tipe Index Card Match (ICM), banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan belajar adalah 14 dari 30 orang (46,67%) dengan rata-rata kelas 62,67. Hasil analisis data pada akhir siklus 2 dengan pendekatan yang sama serta dikalaborasikan dengan metode pengajaran ekspositori , banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan belajar adalah 26 dari 30 orang (86,67%) dan rata-rata kelas 82,03. Berdasarkan kriteria ketuntasan belajar klasikal maka pembelajaran ini telah mencapai target ketuntasan belajar klasikal. Kesulitan – kesulitan siswa yang didapat dari hasil wawancara I telah diatasi pada siklus kedua dengan cara memperhatikan siswa – siswa yang mempunyai masalah pada pemecahan masalah.

(4)

vi

DAFTAR ISI

halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar isi vi

Daftar Lampiran viii

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 7

1.3. Batasan Masalah 7

1.4. Rumusan Masalah 8

1.5. Tujuan Penelitian 8

1.6. Manfaat Penelitian 8

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1. Kerangka Teoritis 10

2.1.1. Pengertian Masalah Matematika 10

2.1.2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 11

2.1.3. Proses Belajar Matematika 13

2.1.4. Kesulitan Belajar Matematika 15

2.1.5.Diagnostik Mengatasi Kesulitan Belajar Matematika Siswa 16

2.1.6.Pendekatan Pembelajaran Matematika 18

2.1.7.Penerapan Pendekatan Active Learning di Kelas 18

2.1.8 Active Learning Tipe Index Card Match 20

2.2. Materi Pertidaksamaan 23

2.2.1.Daerah Penyelesaian Pertidaksamaan 23

2.2.2.Jenis Pertidaksamaan 24

(5)

vii

2.2.4.Implementasi Pendekatan Active Learning tipe Index Card

Match dalam Pengajaran Matematika 28

2.2.5.Teori Belajar yang Mendukung 26

2.2.6.Hasil Penelitian Yang Relavan 30

2.3 Kerangka Konseptual 32

2. 4 Hipotesis Tindakan 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 35

3.2. Subjek dan Objek Penelitian 35

3.2.1. Subjek Penelitian 35

3.2.2. Objek Penelitian 35

3.3. Jenis Penelitian 35

3.4. Alat Pengumpul Data 36

3.4.1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 36

3.4.2. Observasi 36

3.4.3. Wawancara 36

3.5. Rancangan Penelitian 37

3.6. Teknik Analisis Data 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 45

4.1.1 Siklus I 45

4.1.2 Siklus II 65

4. 2 Diskusi Hasil Penelitian 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 86

5.2 Saran 87

(6)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel Analisis Hasil Observasi Guru Pada Siklus I 48

Tabel Deskripsi Data Kesulitan Siswa Setiap Butir Soal Siklus I 53

Table Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Pada Siklus I 63

Tabel Analisis Hasil Observasi Guru Pada Siklus II 68

Tabel Deskripsi Data Kesulitan Siswa Setiap Butir Soal Siklus II 73

Table Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Pada Siklus II 80

(7)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan

kelas berdasarkan alurnya menurut tim

(8)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I 90

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II 97

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III 100

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV 107

Lampiran 5. Kisi – kisi tes diagnostik 109

Lampiran 6. Tes diagnostik 110

Lampiran 7. Alternatif Penyelesaian tes diagnostik 113

Lampiran 8. Tes Awal 116

Lampiran 9. Alternatif Penyelesaian tes Awal 117

Lampiran 10. Kisi – kisi kemampuan pemecahan masalah matematika- I 120

Lampiran 11. Tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa – I 121

Lampiran 12. Alternatif penyelesaian tes kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa 122

Lampiran 13. Kisi – kisi kemampuan pemecahan masalah matematika- II 124

Lampiran 14. Tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa –II 125

Lampiran 15. Alternatif penyelesaian tes kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa 126

Lampiran 16. Tehnik penskoran tes kemampuan pemecahan masalah 129

Lampiran 17. Analisis hasil evaluasi tes wal 131

Lampiran 18. Analisis hasil evaluasi siklus I 133

Lampiran 19. Analisis hasil evaluasi siklus II 135

Lampiran 20. Skor kemampuan masalah matematika siswa setiap siklus 137

Lampiran 21. Pengamatan untuk guru pada pembelajaran pada siklus I 138

Lampiran 22. Pengamatan untuk guru pada pembelajaran pada siklus II 140

Lampiran 23. Lembar hasil wawancara 142

(9)

ix

Lampiran 25. Lembar validasi tes kemampuan pemecahan masalah siswa I 125

Lampiran 26. Lembar validasi tes kemampuan pemecahan masalah siswa II 148

Lampiran 27. Contoh kartu ICM 151

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Matematika merupakan suatu pelajaran yang sudah diberikan sejak

pendidikan dasar, menengah dan bahkan sampai pada tingkat pendidikan tinggi

dimana pada tingkat pendidikan dasar dan menengah waktu yang dialokasikan

untuk mempelajari matematika cenderung lebih banyak dibandingkan dengan

mata pelajaran lainnya. Sejalan dengan itu Ruseffendi (1997:81) mengemukakan

bahwa :

“Perlunya belajar matematika karena matematika adalah suatu cara

manusia berpikir. Maksudnya pencarian kebenaran dalam matematika disajikan sebagai suatu cara manusia berpikir, sehingga keabsahan (validitas) dari pemikiran kebenaran tidak diragukan lagi. Misalnya dalam menyelesaikan persoalan sehari-hari atau persoalan lainnnya yang memerlukan matematika sebagai suatu cara yang khusus, misalnya

persamaan, pertidaksamaan, model matematika dan sebagainya”.

Sejalan dengan itu Cornelius (dalam Abdurrahman, 2003: 253)

mengemukakan bahwa :

“Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan

(1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan

budaya”.

Melihat pentingnya peranan matematika tersebut pemerintah terus

berusaha untuk meningkatkan penyempurnaan kurikulum, pelatihan guru dan

perbaikan sarana dan prasarana sekolah. Walaupun demikian kita masih

dihadapkan pada masalah rendahnya hasil belajar siswa yang menyebabkan

rendahnya mutu pendidikan.

Masalah dalam pembelajaran matematika di Indonesia adalah rendahnya

prestasi siswa. Sejalan dengan itu, Mumun Syaban (http://educare.e-fkipunla.net)

(11)

2

“Masalah klasik dalam pembelajaran Matematika di Indonesia adalah rendahnya prestasi siswa dan kurangnya motivasi siswa untuk belajar matematika. Hal ini terlihat dari hasil pembelajaran di SMP dan SMA yang ditunjukkan dengan hasil UN dari tahun ke tahun hasilnya belum menggembirakan jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Skor rata-rata yang diperoleh siswa-siswa Indonesia adalah 411. Skor ini masih jauh dibawah rata-rata internasional yaitu 467. Selain itu, bila dibandingkan dengan dua negara tetangga, yaitu Singapura dan Malaysia, posisi peringkat siswa kita jauh tertinggal. Singapura berada pada peringkat

pertama dan Malaysia berada pada peringkat ke sepuluh”.

Seperti yang dikemukan oleh Rasyid Ridho (www.mbeproject.net/mbe.

79.htm/2005) bahwa :

“Fakta yang terjadi akhir-akhir ini banyak keluhan murid tentang

pendidikan. Diantaranya murid menganggap pendidikan kurang memberikan kebebasan berpikir, banyak hapalan, mata pelajaran banyak mengejar kurikulum, mengajarkan pengetahuan bukan keterampilan, dan banyak

mengajarkan logika tanpa melibatkan emosi”.

Selama ini pembelajaran matematika terkesan kurang menyentuh kepada

substansi pemecahan masalah. Siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep

matematika sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat

kurang. Seperti diungkapkan oleh Lilis Widianti

(http://newspaper.pikiran-rakyat.com):

“Selama ini pembelajaran matematika terkesan kurang menyentuh kepada

substansi pemecahan masalah Kebanyakan mengajarkan prosedur atau langkah pengerjaan soal. Bahkan, siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika dan sering dengan mengulang-ulang menyebutkan definisi yang diberikan guru atau yang tertulis dalam buku yang dipelajari, tanpa memahami maksud isinya. Kecenderungan semacam ini tentu saja dapat dikatakan mengabaikan kebermaknaan dari konsep-konsep matematika yang dipelajari siswa, sehingga kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah sangat kurang”.

Pertidaksamaan adalah materi yang di berikan di kelas X SMA. Prasyarat

yang diperlukan untuk mempelajari materi ini adalah persamaan kuadrat dan

bentuk akar. Adapun sub pokok bahasan yang di pelajari pada materi ini yaitu:

(1)Pengertian pertidaksamaan (2) Daerah peyelesaian pertidaksamaan dan (3)Jenis

(12)

3

Metode yang digunakan pada pembelajaran pertidaksamaan ini pada

umumnya menggunakan metode konvensional, pengajaran berpusat pada guru,

dalam kegiatan ini siswa kurang aktif sehingga mengakibatkan peran siswa sangat

minim dan siswa lebih banyak mendengar saja tanpa mengeluarkan

gagasan/ide-ide mereka sendiri. Hal ini ditunjukkan dari pendapat siswa yang telah

mempelajari sub pokok bahasan pertidaksamaan (77,11%) mengatakan bahwa

penjelasan yang diberikan guru mata pelajaran matematika belum di pahami

dengan baik.

Siswa menganggap bahwa materi pertidaksamaan ini merupakan salah

satu pelajaran yang sulit dipahami dari observasi awal ada 77,78% siswa yang

menyatakan bahwa pokok bahasan pertidaksamaan sulit dipelajari. Kesulitan yang

sering terjadi, siswa sulit untuk meyelesaikan soal penerapan, sehingga yang

terjadi langkah awalnya tidak dimengerti dan selanjutnya tidak mampu

mengerjakan. Selain itu kesulitan yang sering terjadi, siswa sulit untuk membuat

penyelesaian pada garis bilangan dan meyelesaikan masalah. Peyebab kesalahan

ini adalah siswa kurang memahami prinsip, konsep, apa yang ditanyakan dan

siswa sering kurang teliti hal ini didukung dari hasil survei peneliti (tanggal 6

april 2011) berupa pemberian tes diagnostik kepada siswa kelas XI IPA SMA

Negeri 1 Silima pungga-pungga, tes yang diberikan berupa 5 soal dalam pilihan

berganda dan 4 soal dalam bentuk esai tes ini dilakukan untuk melihat

kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika pada sub pokok

bahasan pertidaksamaan.

Berdasarkan pemberian tes diagnostik yang dilakukan penelitian maka

terindefikasi tingkat penguasaan siswa dalam memecahkan masalah sebagai

berikut: 1) tingkat penguasaan kemampuan masalah, tinggi (11,11%), sedang

(26,67%), rendah (62,67%). 2) tingkat penguasaan dalam membuat model

matematika, tinggi (4,44%), sedang (11,11%), rendah (84,44%). 3)tingkat

penguasaan dalam memahami prasyarat, tinggi (6,67%), sedang (15,56%), rendah

(77,78%). 4) tingkat penguasaan dalam perhitungan, tinggi (11,11%), sedang

(33,33%), rendah (55,56%). 5) tingkat penguasaan dalam membuat batas dengan

(13)

4

penguasaan dalam mengiriskan batas dengan menggunakan garis bilangan, tinggi

(0%), sedang (4,44%), rendah (95,56%). 6) tingkat penguasaan siswa dalam

penyelesaian masalah tinggi (0%), sedang (11,11%), rendah (88,89%).

Dari data ini jelas bahwa dari aspek memahami masalah, membuat model

matematika, meyelesaikan masalah, membuat garis bilangan, mengiris batas

dengan garis bilangan dan memeriksa prosedur serta melakukan perhitungan,

tingkat penguasaan siswa masih rendah. Dari beberapa uraian diatas peneliti dapat

menyimpulkan bahwa banyaknya siswa yang tidak mampu meyelesaikan soal

dikarenakan proses belajar yang kurang bermakna sehingga meyebabkan

rendahnya kemampuan siswa memecahkan masalah matematika.

Berbicara masalah peningkatan kualitas pendidikan tidak lepas dari upaya

peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Seperti dikemukakan oleh

Abdul Hamid K. (2007: 1) bahwa:

“Peningkatan kualitas pendidikan menunjukkan pada upaya peningkatan

kualitas proses dan hasil pembelajaran. Suatu sistem pendidikan disebut bermutu dari segi proses adalah jika proses belajar mengajar berlangsung secara efektif dan siswa mengalami proses pembelajaran yang bermakna dan ditunjang oleh sumber daya yang memadai. Keefektifan pembelajaran digambarkan oleh prestasi belajar yang dicapai oleh pebelajar. Dengan

kata lain, makin efektif pembelajaran makin baik hasil belajar pebelajar”.

Berkenaan dengan apa yang dikemukakan di atas, maka dari keseluruhan

perangkat tenaga penggerak sektor pendidikan, guru merupakan tenaga pelaksana

yang sangat menentukan. Hal ini didukung oleh Abdul Hamid K. (2007: 1) yang

menyatakan bahwa:

“Di antara faktor-faktor lain, guru sebagai penggerak proses belajar

mengajar memainkan peranan yang sangat besar. Tingkat keterlibatan siswa serta interaksi yang terjadi dalam proses belajar mengajar sangat tergantung pada guru, apakah ia mampu mengembangkan suatu sistem instruksional atau tidak. Guru yang baik akan selalu menerapkan berbagai alternatif pendekatan dalam pengelolaan proses belajar mengajar untuk menghasilkan suatu proses belajar mengajar yang inovatif dan lebih

(14)

5

Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan adalah kurikulum,

karena kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh

setiap satuan pendidikan, khususnya guru dan kepala sekolah. Seperti yang

dikemukan oleh Suryosubroto (1997:43). Guru sebagai salah satu komponen

dalam dunia pendidikan berperan serta untuk meningkatkan mutu pendidikan

matematika seperti dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat sehingga

dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa dalam memahami konsep dan prinsip

matematika. Kemampuan guru untuk melaksanakan metode pembelajaran yang

tepat dan bervariasi dapat menciptakan proses belajar mengajar yang baik,

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar (Suryosubroto, 1997: 43).

Seperti yang dikemukakan Balitbang, Nandika (www.Republika.co.id)

menyatakan bahwa:

“Rendahnya kemampuan anak didik pada mata pelajaran matematika dan

sains tidak terlepas dari kemampuan guru dalam mengajarkan siswanya, guru mempunyai peranan yang tidak kecil dalam meningkatkan kualitas anak didik dan ia melihat siswa yang dibina oleh pengajaran yang bagus

pula. Kelihatnnya begitu ”Ujarnya kalau guru bagus, biasanya anaknya

juga bagus jadi peranan guru itu sangat luar biasa pentingnya dalam meningkatkan mutu pendidikan kita saat itu”.

Pada umumnya di sekolah-sekolah sering dijumpai siswa-siswa yang tidak

tertarik belajar matematika. Hal ini terjadi karena pada kenyataannya dalam

pelaksanaan pembelajaran matematika, metode pembelajaran yang ditetapkan

masih konvensional yaitu masih terpusat pada guru. Hal yang sama seperti

dikemukakan oleh Erman Suherman (http://educare.e-fkipunla.net):

“Konon dalam pelaksanaan pembelajaran matematika sekarang ini pada

umumnya guru masih menggunakan metode konvensional yaitu guru masih mendominasi kelas, siswa pasif (datang, duduk, nonton, berlatih,

…., dan lupa). Guru memberitahukan konsep, siswa menerima bahan jadi.

(15)

6

Hal tersebut menyebabkan peran dari siswa sangat minim. Sebaliknya

apabila siswa dilibatkan lebih aktif maka potensi dalam diri mereka akan keluar

dan mereka akan mengeluarkan segala keinginan baik itu saran, kritik atau

pertanyaan-pertanyaan bahkan suatu pertanyaan yang akan dapat menambah

rangsangan belajar dalam diri mereka sendiri. Sehingga masing-masing siswa

akan mengeluarkan ide kreatifnya dalam belajar dan dapat meningkatkan motivasi

belajar.

Dengan demikian untuk itu guru dituntut kemahirannya untuk menentukan

suatu perubahan baru strategi belajar dalam rangka menarik perhatian siswa

terhadap materi tersebut dan siswa paham dengan materi yang akan disampaikan.

Perhatian siswa terhadap pelajaran akan dapat dibangkitkan dengan meningkatkan

aktifitas dalam pembelajaran, dan pembelajaran itu akan meningkat bila dalam

proses belajar mengajar melibatkan mental siswa sebanyak mungkin (Sriyono,

1992:17).

Keterlibatan siswa akan meningkat jika materi yang disampaikan dengan

menggunakan pendekatan atau media yang disesuai. Salah satu pendekatan yang

dapat digunakan dalam kelas adalah Active Learning. Joel Wein (dalam Asmani

2099:69), mengatakan bahwa Active Learning adalah suatu pendekatan untuk

mendidik para siswa dengan memberikan peran yang lebih aktif di dalam proses

pembelajaran. Pendekatan Active Learning terdiri dari 101 tipe salah satunya

adalah tipe Index Card Match (ICM) (Silberman,2006:250). Index Card Match

(ICM) merupakan strategi pengulangan materi, sehingga siswa dapat

meningkatkan kembali materi yang telah dipelajarinya dengan baik. Dengan

diingat dan dipelajarinya materi dengan baik, Siswa akan bekerja keras untuk

mencapai tujuan pembelajaran sehingga otomatis kemampuan pemecahan

masalah mereka pun akan semakin meningkat. Hal ini tentu saja akan

meningkatkan prestasi belajar siswa.

Pendekatan Active Learning tipe Index Card Match (ICM) menurut siswa

untuk berpikir tentang apa yang akan dipelajarinya, berkesempatan berdiskusi

dengan teman, dan membagi pengetahuan yang diperoleh pada yang lain.

(16)

7

aktif siswa lebih termotivasi untuk belajar. untuk itu peneliti tertarik

menggunakan metode Active Learning yang diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah yaitu dengan menerapkan pembelajaran dengan

pendekatan Active Learning tipe Index Card Macth (ICM) agar proses

pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa menemukan sendiri cara

menyelesaikan permasalahan tersebut.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis

tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul “Penerapan Pendekatan

Active Learning Tipe Index Card Match (ICM) Untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemecahan Masalah siswa Pada Pokok Bahasan Pertidaksamaan di Kelas X SMA Negeri 1 Silima pungga-pungga Tahun Ajaran 2010/2011”.

1.2. Identifikasi Masalah

Masalah merupakan sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan.Dari

latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, ada beberapa masalah yang

dapat diidentifikasi :

1. Masih rendahnya prestasi siswa dalam pembelajaran matematika.

2. Siswa tidak tertarik belajar matematika.

3. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat kurang.

4. Guru jarang mengajarkan siswa menyelesaikan masalah

5. Proses belajar mengajar sangat tergantung pada guru

6. Metode mengajar yang digunakan guru masih konvensional

1.3. Batasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup masalah, serta keterbatasan waktu, dana

dan kemampuan penulis, maka perlu adanya pembatasan masalah yaitu

pembelajaran pada materi pokok Pertidaksamaan di kelas X SMA Negeri 1 Silima

pungga-pungga dengan penerapan pendekatan Active Learning tipe Index Card

Match (ICM) sebagai upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

(17)

8

kesulitan – kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengerjakan soal – soal

pertidaksamaan.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukan di atas dapat ditarik

perumusan masalah :

1. Kesulitan – kesulitan apa saja yang dihadapi oleh siswa dalam

mengerjakan soal pada poko bahasan pertidaksamaan dalam pembelajaran

dengan pendekatan Active Learning tipe Index Card Match (ICM).

2. Apakah ada peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan

menerapkan Pendekatan Active Learning tipe Index Card Match pada

pokok bahasan Pertidaksamaan di kelas X SMA Negeri 1 Silima

pungga-pungga?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian itu adalah untuk mengetahui :

1. Untuk mengetahui kesulitan – kesulitan apa saja yang dihadapi siswa

dalam mengerjakan soal – soal pada pokok bahasan peridaksamaan dalam

pembelajaran dengan pendekatan Active Learning tipe Index Card Match

(ICM).

2. Untuk mengetahui apakah ada peningkatan kemampuan pemecahan

masalah siswa dengan menerapkan Pendekatan Active Learning tipe Index

Card Match (ICM) pada pokok bahasan Pertidaksamaan di kelas X SMA

Negeri 1 Silima pungga-pungga.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi guru maupun mahasiswa calon guru dalam

memilih salah satu alternatif metode pembelajaran yang tepat, efektif dan

(18)

9

2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti sebagai calon guru dalam usaha

melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran khususnya belajar

matematika di kelas.

3. Sumbangan pemikiran dalam dunia pendidikan guna kemajuan

pembelajaran pada umumnya dan pembelajaran matematika pada

khususnya.

4. Sebagai bahan perbandingan atau referensi bagi peneliti lain dalam

mengkaji penggunaan Pendekatan Active Learning Tipe Index Card

(19)

89

89 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang disajikan pada BAB

IV maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kesulitan – kesulitan siswa dalam meyelesaikan sistem pertidaksamaan

linear dan pertidaksamaan kuadrat biasa yakni kesulitan pemahaman akan

konsep atau langkah - langkah meyelesaikan pertidaksamaan, serta

kekurang telitian dalam melakukan perhitungan dalam penyelesaian,

kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal aplikasi dari pertidaksamaan

linear atau pertidaksamaan kuadrat yakni kesulitan menentukan apa yang

diketahui dan yang ditanyakkan dalam soal, kesulitan dalam

menerjemahkan soal ke dalam model matematika dan kesulitan

meyelesaikan model matematika atau langkah – langkah meyelesaikan

pertidaksamaan, dan kesulitan memahami prasyarat yang diminta dalam

soal tersebut dan kurang telitian dalam perhitungan.

Upaya – upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan – kesulitan

siswa dalam menyelesaikan pertiaksamaan biasa maupun aplikasinya

yaitu dengan pendekatan pembelajaran active learning tipe indeks card

match dan mengklaborasikan dengan metode pembelajaran ekspositori

mengulangi materi pelajaran yang dianggagap sulit, memberikan soal –

soal yang bervariasi baik saat pembelajaran berlangsung maupun tugas

rumah untuk latihan mandiri.

2. Dengan penerapan Pendekatan Active Learning tipe Index Card Macth,

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada pokok bahasan

Pertidaksamaan kelas X SMA Negeri 1 Silima punggapungga meningkat.

Hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan pada

siklus I setelah dilakukan Pendekatan Active Learning tipe Index Card

Macth, banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan belajar adalah 14 dari

(20)

90

akhir siklus II dengan memaksimalkan penerapan Pendekatan Active

Learning tipe Index Card Macth beserta perbaikan dari siklus I,

banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan belajar adalah 26 dari 4 orang

(86,67%) dan rata-rata kelas 82,03. Berdasarkan kriteria ketuntasan belajar

klasikal maka pembelajaran ini telah mencapai target ketuntasan belajar

klasikal.

5.2. Saran

Saran-saran yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Kepada guru matematika khususnya guru matematika X SMA Silima pungga –

pungga , agar selalu memperhatikan kesulitan yang dialami siswa dalam

belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang menuntut pemecahan

masalah. Untuk itu hendaknya guru matematika dapat menggunakan model

pembelajaran pendakatan pembelajaran Active Learning Tipe Index Card

Match sebagai alternatif dalam kegiatan pembelajaran khususnya pada pokok

bahasan pertidaksamaan karena model ini dapat meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah siswa, dapat memotivasi siswa dan melatih siswa untuk

belajar aktif.

2. Bagi guru yang menggunakan pendekatan pembelajaran seperti ini diharapkan

guru dapat memasangkan siswa yang berkemampuan tinggi dengan yang

rendah agar siswa yang berkemampuan tinggi dapat membantu siswa yang

berkemampuan rendah memahami masalah yang diberikan.

3. Pada penelitian ini observator itu tidak menguasai materi penelitian sehingga

hasil yang diperoleh dari hasil observator itu tidak akurat oleh karena itu

penelitian selanjutnya memilih observator yang betul – betul menguasai materi

(21)

91

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono., (1999), Pendidikan Bagi anak Kesuliatan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Abdusasakir, (2001), Pembelajaran Matematika melalui Pemecahan Masalah, Realisti,http://blog.uinmalang.ac.id/abdussakir/2022/03/06/pembelajaran -matematika-melalui-pemecahan-masalah-realistik-(diakses tanggal 18 maret 2011)

Amustofa, (2009), Strategi Pemecahan Masalah dalam Matematika, http://amustofa70.wordpress.com (diakses pada tanggal 29 agustus 2009).

Arikunto, S., (1999), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.

Asmani, Jamal Ma’mur, 2009, Jurus-jurus Belajar Efektif untuk SMP dan SMA, DIVA Press, Yogjakarta.

Dahar, Ratna, Wilis, (1989), Teori-teori Belajar, Erlangga, Gelora Aksara Pratama.

Hamid K., Abdul, (2007), Teori Belajar dan Pembelajaran, Pasca Sarjana Unimed, Medan.

Harefa, Lina Marleni, (2007), Upaya Meningkatkan minat belajar matematika dengan pendekatan kontekstual pada sub pokok bahasan perbandingan trigonometri dalam segitiga siku-siku di kelas X SMA Swasta Gajah Mada Medan T.A. 2006/ 2007, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.

Hartono, (2009), Strategi Pembelajaran Active Learning,

http://sditalqalam.wordpress.com (diakses pada tanggal 08 Agustus

2009)

Komalasari Kokom. (2010). Pembelajaran Kontekstual konsep dan aplikasi. PT Refika Aditama. Bandung

Margono, S, (2005), Metode Penelitian Pendidikan, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Marpaung, Rafika, M, (2009), Upaya meningkatkan Kemampuan Berpikir kreatif Siswa dengan menerapkan model pembelajaran quantum learning pada pokok bahasan Pythagoras kelas VIII SMPN. 2 Siborong-borong, Skripsi, FMIPA, Unimed.

(22)

92

Napitupulu, Jamson, (2008), Penerapan Teori Bruner untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa pada materi Bangun Datar kelas VII SMP Trisakti 2 Medan T.A. 2008/ 2009, Skripsi, FMIPA, Unimed

Nandika Balitbang, (Http://Www.Republika.Co.Id/Koran)

Nova, S., (2005), Penerapan Pendekatan Belajar Aktif Tipe Index Card Match (ICM) Pada Pembelajaran Kimia Di Kelas X SMA KOPRI , UNP, Padang.

Nurkancana, W., (1986), Evaluasi Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya.

Rahmadani, M., (2008), Penerapan Metode Belajar Aktif Tipe Index Card Match (ICM) dalam Pembelajaran Matematika Pada Pokok Bahasan Aljabar di Kelas VII SMP IKAL Medan, skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.

Ridho R., (Http://Www.Mbeproject.Net/Mbe.79.Htm/2005)

Robert, (2009), Proses dan Strategi Pemecahan Masalah Trigonometri, http://robertmath4edu.wordpress.com 9diakses pada tanggal 29 agustus 2009)

Ruseffendi, ET. Dasar-Dasar Matematika Untuk Guru. Bandung: Tarsito, 1979.

Sardiman, Am., (2001), Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Silberman, Melvin, (2006), Active Learning (Terjemahan), 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Yappenddis, Yogyakarta.

Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Salatiga.

Suherman, Erman, (2009), Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika, http://educare.e-fkipunla.net (diakses pada tanggal 16 juli 2009)

Suryosubroto, B., (1997), Proses Belajar Dan Pembelajaran, PT.Rineka Cipta, Jakarta.

Syaban, Mumun, (2009), Menumbuhkembangkan Daya Matematis Siswa. http://educare.e.fkipunia.net (diakses pada tanggal 25 Mei 2009)

Wena, Made, (2011), stratrgi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Bumi Aksara, Jakarta.

Gambar

Tabel Analisis Hasil Observasi Guru Pada Siklus I
Gambar 3.1.  Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan

Referensi

Dokumen terkait

Data hasil uji hedonik 35 panelis terhadap minuman herbal daun krisan siap minum dengan komposisi 2,5 gram daun krisan kering: 12,5 gram gula: 250 ml air seduhan yang telah

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang atas bimbingan berkat, rahmat dan karunia-Nya yang telah penulis terima selama proses penelitian dan penulisan skripsi

[r]

Entomopathogenic Nematodes to Control Oryctes rhinoceros Larvae in the Rainy Season.

Keefektifan model pembelajaran berpikir induktif yang berorientasi kecerdasan naturalis melalui media foto jurnalistik berdasarkan analisis jenis, bentuk, dan penggunaan kosakata

Kemudian diperkuat oleh Santrock (2003) bahwa pola asuh authoritarian dan permissive kurang efektif bagi perkembangan remaja dibandingkan dengan orang tua yang bersifat

Tanggal : Pebruari 2013 PA/KPA Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi Lainnya (K/L/D/I) Kabupaten Jombang.

Surat Keputusan Kepala Desa Kedungpanjang tentang pembentukan kelompok usaha bersama KUBE PKK WRSE 3.. Rencana Anggaran Biaya