PENERAPAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING TIPE INDEX CARD MATCH (ICM) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN PERTIDAKSAMAAN DI KELAS X
SMA NEGERI 1 SILIMA PUNGGAPUNGGA TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh :
Icowardi Pakpahan NIM 05311311
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iii
Penerapan Pendekatan Active Earning Tipe Index Card Match (ICM) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa Pada Pokok Bahasan Pertidaksamaan Di Kelas X SMA Negeri 1 Silima Pungga-pungga
T.A 2011/2012
Icowardi Pakpahan (05311311)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesulitan – kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengerjakan soal pada pokok bahasan pertidaksamaan dalam pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran Active Learning tipe Index Card Match (ICM) dan untuk megetahui apakah ada peningkatan kemampuan pemecahan masalah matemátika siswa pada pokok bahasan pertidaksamaan dengan pendekatan Active Learning tipe Index Card Match (ICM).
Lokasi penelitian adalah SMA Negeri 1 Silima Pungga – pungga, Subjek penelitian adalah siswa kelas X yang berjumlah 30 orang. Objek yang diteliti adalah penerapan pendekatan Active Learning tipe Index Card Match (ICM) untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Adapun instrumen pengumpul data pada penelitian ini adalah berupa tes, observasi dan wawancara.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dibagi atas dua siklus, masing-masing terdiri dari dua kali pertemuan. Sebelum memberikan tindakan, siswa diberikan tes awal, setiap akhir siklus diberikan tes kemampuan pemecahan masalah. Dari hasil analisis data diperoleh peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika pada pokok bahasan pertidaksamaan siswa kelas X mulai dari tes awal sampai tes kemampuan pemecahan masalah. Banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan belajar dari tes awal yaitu 4 dari 30 orang (13,33%) dengan rata-rata kelas 44,17. Hasil analisis data pada siklus I setelah dilakukan pendekatan Active Learning tipe Index Card Match (ICM), banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan belajar adalah 14 dari 30 orang (46,67%) dengan rata-rata kelas 62,67. Hasil analisis data pada akhir siklus 2 dengan pendekatan yang sama serta dikalaborasikan dengan metode pengajaran ekspositori , banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan belajar adalah 26 dari 30 orang (86,67%) dan rata-rata kelas 82,03. Berdasarkan kriteria ketuntasan belajar klasikal maka pembelajaran ini telah mencapai target ketuntasan belajar klasikal. Kesulitan – kesulitan siswa yang didapat dari hasil wawancara I telah diatasi pada siklus kedua dengan cara memperhatikan siswa – siswa yang mempunyai masalah pada pemecahan masalah.
vi
DAFTAR ISI
halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar isi vi
Daftar Lampiran viii
Daftar Gambar ix
Daftar Tabel x
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 7
1.3. Batasan Masalah 7
1.4. Rumusan Masalah 8
1.5. Tujuan Penelitian 8
1.6. Manfaat Penelitian 8
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1. Kerangka Teoritis 10
2.1.1. Pengertian Masalah Matematika 10
2.1.2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 11
2.1.3. Proses Belajar Matematika 13
2.1.4. Kesulitan Belajar Matematika 15
2.1.5.Diagnostik Mengatasi Kesulitan Belajar Matematika Siswa 16
2.1.6.Pendekatan Pembelajaran Matematika 18
2.1.7.Penerapan Pendekatan Active Learning di Kelas 18
2.1.8 Active Learning Tipe Index Card Match 20
2.2. Materi Pertidaksamaan 23
2.2.1.Daerah Penyelesaian Pertidaksamaan 23
2.2.2.Jenis Pertidaksamaan 24
vii
2.2.4.Implementasi Pendekatan Active Learning tipe Index Card
Match dalam Pengajaran Matematika 28
2.2.5.Teori Belajar yang Mendukung 26
2.2.6.Hasil Penelitian Yang Relavan 30
2.3 Kerangka Konseptual 32
2. 4 Hipotesis Tindakan 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 35
3.2. Subjek dan Objek Penelitian 35
3.2.1. Subjek Penelitian 35
3.2.2. Objek Penelitian 35
3.3. Jenis Penelitian 35
3.4. Alat Pengumpul Data 36
3.4.1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 36
3.4.2. Observasi 36
3.4.3. Wawancara 36
3.5. Rancangan Penelitian 37
3.6. Teknik Analisis Data 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 45
4.1.1 Siklus I 45
4.1.2 Siklus II 65
4. 2 Diskusi Hasil Penelitian 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 86
5.2 Saran 87
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel Analisis Hasil Observasi Guru Pada Siklus I 48
Tabel Deskripsi Data Kesulitan Siswa Setiap Butir Soal Siklus I 53
Table Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Pada Siklus I 63
Tabel Analisis Hasil Observasi Guru Pada Siklus II 68
Tabel Deskripsi Data Kesulitan Siswa Setiap Butir Soal Siklus II 73
Table Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Pada Siklus II 80
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan
kelas berdasarkan alurnya menurut tim
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I 90
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II 97
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III 100
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV 107
Lampiran 5. Kisi – kisi tes diagnostik 109
Lampiran 6. Tes diagnostik 110
Lampiran 7. Alternatif Penyelesaian tes diagnostik 113
Lampiran 8. Tes Awal 116
Lampiran 9. Alternatif Penyelesaian tes Awal 117
Lampiran 10. Kisi – kisi kemampuan pemecahan masalah matematika- I 120
Lampiran 11. Tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa – I 121
Lampiran 12. Alternatif penyelesaian tes kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa 122
Lampiran 13. Kisi – kisi kemampuan pemecahan masalah matematika- II 124
Lampiran 14. Tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa –II 125
Lampiran 15. Alternatif penyelesaian tes kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa 126
Lampiran 16. Tehnik penskoran tes kemampuan pemecahan masalah 129
Lampiran 17. Analisis hasil evaluasi tes wal 131
Lampiran 18. Analisis hasil evaluasi siklus I 133
Lampiran 19. Analisis hasil evaluasi siklus II 135
Lampiran 20. Skor kemampuan masalah matematika siswa setiap siklus 137
Lampiran 21. Pengamatan untuk guru pada pembelajaran pada siklus I 138
Lampiran 22. Pengamatan untuk guru pada pembelajaran pada siklus II 140
Lampiran 23. Lembar hasil wawancara 142
ix
Lampiran 25. Lembar validasi tes kemampuan pemecahan masalah siswa I 125
Lampiran 26. Lembar validasi tes kemampuan pemecahan masalah siswa II 148
Lampiran 27. Contoh kartu ICM 151
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Matematika merupakan suatu pelajaran yang sudah diberikan sejak
pendidikan dasar, menengah dan bahkan sampai pada tingkat pendidikan tinggi
dimana pada tingkat pendidikan dasar dan menengah waktu yang dialokasikan
untuk mempelajari matematika cenderung lebih banyak dibandingkan dengan
mata pelajaran lainnya. Sejalan dengan itu Ruseffendi (1997:81) mengemukakan
bahwa :
“Perlunya belajar matematika karena matematika adalah suatu cara
manusia berpikir. Maksudnya pencarian kebenaran dalam matematika disajikan sebagai suatu cara manusia berpikir, sehingga keabsahan (validitas) dari pemikiran kebenaran tidak diragukan lagi. Misalnya dalam menyelesaikan persoalan sehari-hari atau persoalan lainnnya yang memerlukan matematika sebagai suatu cara yang khusus, misalnya
persamaan, pertidaksamaan, model matematika dan sebagainya”.
Sejalan dengan itu Cornelius (dalam Abdurrahman, 2003: 253)
mengemukakan bahwa :
“Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan
(1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan
budaya”.
Melihat pentingnya peranan matematika tersebut pemerintah terus
berusaha untuk meningkatkan penyempurnaan kurikulum, pelatihan guru dan
perbaikan sarana dan prasarana sekolah. Walaupun demikian kita masih
dihadapkan pada masalah rendahnya hasil belajar siswa yang menyebabkan
rendahnya mutu pendidikan.
Masalah dalam pembelajaran matematika di Indonesia adalah rendahnya
prestasi siswa. Sejalan dengan itu, Mumun Syaban (http://educare.e-fkipunla.net)
2
“Masalah klasik dalam pembelajaran Matematika di Indonesia adalah rendahnya prestasi siswa dan kurangnya motivasi siswa untuk belajar matematika. Hal ini terlihat dari hasil pembelajaran di SMP dan SMA yang ditunjukkan dengan hasil UN dari tahun ke tahun hasilnya belum menggembirakan jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Skor rata-rata yang diperoleh siswa-siswa Indonesia adalah 411. Skor ini masih jauh dibawah rata-rata internasional yaitu 467. Selain itu, bila dibandingkan dengan dua negara tetangga, yaitu Singapura dan Malaysia, posisi peringkat siswa kita jauh tertinggal. Singapura berada pada peringkat
pertama dan Malaysia berada pada peringkat ke sepuluh”.
Seperti yang dikemukan oleh Rasyid Ridho (www.mbeproject.net/mbe.
79.htm/2005) bahwa :
“Fakta yang terjadi akhir-akhir ini banyak keluhan murid tentang
pendidikan. Diantaranya murid menganggap pendidikan kurang memberikan kebebasan berpikir, banyak hapalan, mata pelajaran banyak mengejar kurikulum, mengajarkan pengetahuan bukan keterampilan, dan banyak
mengajarkan logika tanpa melibatkan emosi”.
Selama ini pembelajaran matematika terkesan kurang menyentuh kepada
substansi pemecahan masalah. Siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep
matematika sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat
kurang. Seperti diungkapkan oleh Lilis Widianti
(http://newspaper.pikiran-rakyat.com):
“Selama ini pembelajaran matematika terkesan kurang menyentuh kepada
substansi pemecahan masalah Kebanyakan mengajarkan prosedur atau langkah pengerjaan soal. Bahkan, siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika dan sering dengan mengulang-ulang menyebutkan definisi yang diberikan guru atau yang tertulis dalam buku yang dipelajari, tanpa memahami maksud isinya. Kecenderungan semacam ini tentu saja dapat dikatakan mengabaikan kebermaknaan dari konsep-konsep matematika yang dipelajari siswa, sehingga kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah sangat kurang”.
Pertidaksamaan adalah materi yang di berikan di kelas X SMA. Prasyarat
yang diperlukan untuk mempelajari materi ini adalah persamaan kuadrat dan
bentuk akar. Adapun sub pokok bahasan yang di pelajari pada materi ini yaitu:
(1)Pengertian pertidaksamaan (2) Daerah peyelesaian pertidaksamaan dan (3)Jenis
3
Metode yang digunakan pada pembelajaran pertidaksamaan ini pada
umumnya menggunakan metode konvensional, pengajaran berpusat pada guru,
dalam kegiatan ini siswa kurang aktif sehingga mengakibatkan peran siswa sangat
minim dan siswa lebih banyak mendengar saja tanpa mengeluarkan
gagasan/ide-ide mereka sendiri. Hal ini ditunjukkan dari pendapat siswa yang telah
mempelajari sub pokok bahasan pertidaksamaan (77,11%) mengatakan bahwa
penjelasan yang diberikan guru mata pelajaran matematika belum di pahami
dengan baik.
Siswa menganggap bahwa materi pertidaksamaan ini merupakan salah
satu pelajaran yang sulit dipahami dari observasi awal ada 77,78% siswa yang
menyatakan bahwa pokok bahasan pertidaksamaan sulit dipelajari. Kesulitan yang
sering terjadi, siswa sulit untuk meyelesaikan soal penerapan, sehingga yang
terjadi langkah awalnya tidak dimengerti dan selanjutnya tidak mampu
mengerjakan. Selain itu kesulitan yang sering terjadi, siswa sulit untuk membuat
penyelesaian pada garis bilangan dan meyelesaikan masalah. Peyebab kesalahan
ini adalah siswa kurang memahami prinsip, konsep, apa yang ditanyakan dan
siswa sering kurang teliti hal ini didukung dari hasil survei peneliti (tanggal 6
april 2011) berupa pemberian tes diagnostik kepada siswa kelas XI IPA SMA
Negeri 1 Silima pungga-pungga, tes yang diberikan berupa 5 soal dalam pilihan
berganda dan 4 soal dalam bentuk esai tes ini dilakukan untuk melihat
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika pada sub pokok
bahasan pertidaksamaan.
Berdasarkan pemberian tes diagnostik yang dilakukan penelitian maka
terindefikasi tingkat penguasaan siswa dalam memecahkan masalah sebagai
berikut: 1) tingkat penguasaan kemampuan masalah, tinggi (11,11%), sedang
(26,67%), rendah (62,67%). 2) tingkat penguasaan dalam membuat model
matematika, tinggi (4,44%), sedang (11,11%), rendah (84,44%). 3)tingkat
penguasaan dalam memahami prasyarat, tinggi (6,67%), sedang (15,56%), rendah
(77,78%). 4) tingkat penguasaan dalam perhitungan, tinggi (11,11%), sedang
(33,33%), rendah (55,56%). 5) tingkat penguasaan dalam membuat batas dengan
4
penguasaan dalam mengiriskan batas dengan menggunakan garis bilangan, tinggi
(0%), sedang (4,44%), rendah (95,56%). 6) tingkat penguasaan siswa dalam
penyelesaian masalah tinggi (0%), sedang (11,11%), rendah (88,89%).
Dari data ini jelas bahwa dari aspek memahami masalah, membuat model
matematika, meyelesaikan masalah, membuat garis bilangan, mengiris batas
dengan garis bilangan dan memeriksa prosedur serta melakukan perhitungan,
tingkat penguasaan siswa masih rendah. Dari beberapa uraian diatas peneliti dapat
menyimpulkan bahwa banyaknya siswa yang tidak mampu meyelesaikan soal
dikarenakan proses belajar yang kurang bermakna sehingga meyebabkan
rendahnya kemampuan siswa memecahkan masalah matematika.
Berbicara masalah peningkatan kualitas pendidikan tidak lepas dari upaya
peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Seperti dikemukakan oleh
Abdul Hamid K. (2007: 1) bahwa:
“Peningkatan kualitas pendidikan menunjukkan pada upaya peningkatan
kualitas proses dan hasil pembelajaran. Suatu sistem pendidikan disebut bermutu dari segi proses adalah jika proses belajar mengajar berlangsung secara efektif dan siswa mengalami proses pembelajaran yang bermakna dan ditunjang oleh sumber daya yang memadai. Keefektifan pembelajaran digambarkan oleh prestasi belajar yang dicapai oleh pebelajar. Dengan
kata lain, makin efektif pembelajaran makin baik hasil belajar pebelajar”.
Berkenaan dengan apa yang dikemukakan di atas, maka dari keseluruhan
perangkat tenaga penggerak sektor pendidikan, guru merupakan tenaga pelaksana
yang sangat menentukan. Hal ini didukung oleh Abdul Hamid K. (2007: 1) yang
menyatakan bahwa:
“Di antara faktor-faktor lain, guru sebagai penggerak proses belajar
mengajar memainkan peranan yang sangat besar. Tingkat keterlibatan siswa serta interaksi yang terjadi dalam proses belajar mengajar sangat tergantung pada guru, apakah ia mampu mengembangkan suatu sistem instruksional atau tidak. Guru yang baik akan selalu menerapkan berbagai alternatif pendekatan dalam pengelolaan proses belajar mengajar untuk menghasilkan suatu proses belajar mengajar yang inovatif dan lebih
5
Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan adalah kurikulum,
karena kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh
setiap satuan pendidikan, khususnya guru dan kepala sekolah. Seperti yang
dikemukan oleh Suryosubroto (1997:43). Guru sebagai salah satu komponen
dalam dunia pendidikan berperan serta untuk meningkatkan mutu pendidikan
matematika seperti dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat sehingga
dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa dalam memahami konsep dan prinsip
matematika. Kemampuan guru untuk melaksanakan metode pembelajaran yang
tepat dan bervariasi dapat menciptakan proses belajar mengajar yang baik,
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar (Suryosubroto, 1997: 43).
Seperti yang dikemukakan Balitbang, Nandika (www.Republika.co.id)
menyatakan bahwa:
“Rendahnya kemampuan anak didik pada mata pelajaran matematika dan
sains tidak terlepas dari kemampuan guru dalam mengajarkan siswanya, guru mempunyai peranan yang tidak kecil dalam meningkatkan kualitas anak didik dan ia melihat siswa yang dibina oleh pengajaran yang bagus
pula. Kelihatnnya begitu ”Ujarnya kalau guru bagus, biasanya anaknya
juga bagus jadi peranan guru itu sangat luar biasa pentingnya dalam meningkatkan mutu pendidikan kita saat itu”.
Pada umumnya di sekolah-sekolah sering dijumpai siswa-siswa yang tidak
tertarik belajar matematika. Hal ini terjadi karena pada kenyataannya dalam
pelaksanaan pembelajaran matematika, metode pembelajaran yang ditetapkan
masih konvensional yaitu masih terpusat pada guru. Hal yang sama seperti
dikemukakan oleh Erman Suherman (http://educare.e-fkipunla.net):
“Konon dalam pelaksanaan pembelajaran matematika sekarang ini pada
umumnya guru masih menggunakan metode konvensional yaitu guru masih mendominasi kelas, siswa pasif (datang, duduk, nonton, berlatih,
…., dan lupa). Guru memberitahukan konsep, siswa menerima bahan jadi.
6
Hal tersebut menyebabkan peran dari siswa sangat minim. Sebaliknya
apabila siswa dilibatkan lebih aktif maka potensi dalam diri mereka akan keluar
dan mereka akan mengeluarkan segala keinginan baik itu saran, kritik atau
pertanyaan-pertanyaan bahkan suatu pertanyaan yang akan dapat menambah
rangsangan belajar dalam diri mereka sendiri. Sehingga masing-masing siswa
akan mengeluarkan ide kreatifnya dalam belajar dan dapat meningkatkan motivasi
belajar.
Dengan demikian untuk itu guru dituntut kemahirannya untuk menentukan
suatu perubahan baru strategi belajar dalam rangka menarik perhatian siswa
terhadap materi tersebut dan siswa paham dengan materi yang akan disampaikan.
Perhatian siswa terhadap pelajaran akan dapat dibangkitkan dengan meningkatkan
aktifitas dalam pembelajaran, dan pembelajaran itu akan meningkat bila dalam
proses belajar mengajar melibatkan mental siswa sebanyak mungkin (Sriyono,
1992:17).
Keterlibatan siswa akan meningkat jika materi yang disampaikan dengan
menggunakan pendekatan atau media yang disesuai. Salah satu pendekatan yang
dapat digunakan dalam kelas adalah Active Learning. Joel Wein (dalam Asmani
2099:69), mengatakan bahwa Active Learning adalah suatu pendekatan untuk
mendidik para siswa dengan memberikan peran yang lebih aktif di dalam proses
pembelajaran. Pendekatan Active Learning terdiri dari 101 tipe salah satunya
adalah tipe Index Card Match (ICM) (Silberman,2006:250). Index Card Match
(ICM) merupakan strategi pengulangan materi, sehingga siswa dapat
meningkatkan kembali materi yang telah dipelajarinya dengan baik. Dengan
diingat dan dipelajarinya materi dengan baik, Siswa akan bekerja keras untuk
mencapai tujuan pembelajaran sehingga otomatis kemampuan pemecahan
masalah mereka pun akan semakin meningkat. Hal ini tentu saja akan
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Pendekatan Active Learning tipe Index Card Match (ICM) menurut siswa
untuk berpikir tentang apa yang akan dipelajarinya, berkesempatan berdiskusi
dengan teman, dan membagi pengetahuan yang diperoleh pada yang lain.
7
aktif siswa lebih termotivasi untuk belajar. untuk itu peneliti tertarik
menggunakan metode Active Learning yang diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah yaitu dengan menerapkan pembelajaran dengan
pendekatan Active Learning tipe Index Card Macth (ICM) agar proses
pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa menemukan sendiri cara
menyelesaikan permasalahan tersebut.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis
tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul “Penerapan Pendekatan
Active Learning Tipe Index Card Match (ICM) Untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah siswa Pada Pokok Bahasan Pertidaksamaan di Kelas X SMA Negeri 1 Silima pungga-pungga Tahun Ajaran 2010/2011”.
1.2. Identifikasi Masalah
Masalah merupakan sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan.Dari
latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, ada beberapa masalah yang
dapat diidentifikasi :
1. Masih rendahnya prestasi siswa dalam pembelajaran matematika.
2. Siswa tidak tertarik belajar matematika.
3. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat kurang.
4. Guru jarang mengajarkan siswa menyelesaikan masalah
5. Proses belajar mengajar sangat tergantung pada guru
6. Metode mengajar yang digunakan guru masih konvensional
1.3. Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup masalah, serta keterbatasan waktu, dana
dan kemampuan penulis, maka perlu adanya pembatasan masalah yaitu
pembelajaran pada materi pokok Pertidaksamaan di kelas X SMA Negeri 1 Silima
pungga-pungga dengan penerapan pendekatan Active Learning tipe Index Card
Match (ICM) sebagai upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
8
kesulitan – kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengerjakan soal – soal
pertidaksamaan.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukan di atas dapat ditarik
perumusan masalah :
1. Kesulitan – kesulitan apa saja yang dihadapi oleh siswa dalam
mengerjakan soal pada poko bahasan pertidaksamaan dalam pembelajaran
dengan pendekatan Active Learning tipe Index Card Match (ICM).
2. Apakah ada peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan
menerapkan Pendekatan Active Learning tipe Index Card Match pada
pokok bahasan Pertidaksamaan di kelas X SMA Negeri 1 Silima
pungga-pungga?
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian itu adalah untuk mengetahui :
1. Untuk mengetahui kesulitan – kesulitan apa saja yang dihadapi siswa
dalam mengerjakan soal – soal pada pokok bahasan peridaksamaan dalam
pembelajaran dengan pendekatan Active Learning tipe Index Card Match
(ICM).
2. Untuk mengetahui apakah ada peningkatan kemampuan pemecahan
masalah siswa dengan menerapkan Pendekatan Active Learning tipe Index
Card Match (ICM) pada pokok bahasan Pertidaksamaan di kelas X SMA
Negeri 1 Silima pungga-pungga.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan masukan bagi guru maupun mahasiswa calon guru dalam
memilih salah satu alternatif metode pembelajaran yang tepat, efektif dan
9
2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti sebagai calon guru dalam usaha
melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran khususnya belajar
matematika di kelas.
3. Sumbangan pemikiran dalam dunia pendidikan guna kemajuan
pembelajaran pada umumnya dan pembelajaran matematika pada
khususnya.
4. Sebagai bahan perbandingan atau referensi bagi peneliti lain dalam
mengkaji penggunaan Pendekatan Active Learning Tipe Index Card
89
89 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang disajikan pada BAB
IV maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kesulitan – kesulitan siswa dalam meyelesaikan sistem pertidaksamaan
linear dan pertidaksamaan kuadrat biasa yakni kesulitan pemahaman akan
konsep atau langkah - langkah meyelesaikan pertidaksamaan, serta
kekurang telitian dalam melakukan perhitungan dalam penyelesaian,
kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal aplikasi dari pertidaksamaan
linear atau pertidaksamaan kuadrat yakni kesulitan menentukan apa yang
diketahui dan yang ditanyakkan dalam soal, kesulitan dalam
menerjemahkan soal ke dalam model matematika dan kesulitan
meyelesaikan model matematika atau langkah – langkah meyelesaikan
pertidaksamaan, dan kesulitan memahami prasyarat yang diminta dalam
soal tersebut dan kurang telitian dalam perhitungan.
Upaya – upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan – kesulitan
siswa dalam menyelesaikan pertiaksamaan biasa maupun aplikasinya
yaitu dengan pendekatan pembelajaran active learning tipe indeks card
match dan mengklaborasikan dengan metode pembelajaran ekspositori
mengulangi materi pelajaran yang dianggagap sulit, memberikan soal –
soal yang bervariasi baik saat pembelajaran berlangsung maupun tugas
rumah untuk latihan mandiri.
2. Dengan penerapan Pendekatan Active Learning tipe Index Card Macth,
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada pokok bahasan
Pertidaksamaan kelas X SMA Negeri 1 Silima punggapungga meningkat.
Hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan pada
siklus I setelah dilakukan Pendekatan Active Learning tipe Index Card
Macth, banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan belajar adalah 14 dari
90
akhir siklus II dengan memaksimalkan penerapan Pendekatan Active
Learning tipe Index Card Macth beserta perbaikan dari siklus I,
banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan belajar adalah 26 dari 4 orang
(86,67%) dan rata-rata kelas 82,03. Berdasarkan kriteria ketuntasan belajar
klasikal maka pembelajaran ini telah mencapai target ketuntasan belajar
klasikal.
5.2. Saran
Saran-saran yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Kepada guru matematika khususnya guru matematika X SMA Silima pungga –
pungga , agar selalu memperhatikan kesulitan yang dialami siswa dalam
belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang menuntut pemecahan
masalah. Untuk itu hendaknya guru matematika dapat menggunakan model
pembelajaran pendakatan pembelajaran Active Learning Tipe Index Card
Match sebagai alternatif dalam kegiatan pembelajaran khususnya pada pokok
bahasan pertidaksamaan karena model ini dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa, dapat memotivasi siswa dan melatih siswa untuk
belajar aktif.
2. Bagi guru yang menggunakan pendekatan pembelajaran seperti ini diharapkan
guru dapat memasangkan siswa yang berkemampuan tinggi dengan yang
rendah agar siswa yang berkemampuan tinggi dapat membantu siswa yang
berkemampuan rendah memahami masalah yang diberikan.
3. Pada penelitian ini observator itu tidak menguasai materi penelitian sehingga
hasil yang diperoleh dari hasil observator itu tidak akurat oleh karena itu
penelitian selanjutnya memilih observator yang betul – betul menguasai materi
91
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono., (1999), Pendidikan Bagi anak Kesuliatan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.
Abdusasakir, (2001), Pembelajaran Matematika melalui Pemecahan Masalah, Realisti,http://blog.uinmalang.ac.id/abdussakir/2022/03/06/pembelajaran -matematika-melalui-pemecahan-masalah-realistik-(diakses tanggal 18 maret 2011)
Amustofa, (2009), Strategi Pemecahan Masalah dalam Matematika, http://amustofa70.wordpress.com (diakses pada tanggal 29 agustus 2009).
Arikunto, S., (1999), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.
Asmani, Jamal Ma’mur, 2009, Jurus-jurus Belajar Efektif untuk SMP dan SMA, DIVA Press, Yogjakarta.
Dahar, Ratna, Wilis, (1989), Teori-teori Belajar, Erlangga, Gelora Aksara Pratama.
Hamid K., Abdul, (2007), Teori Belajar dan Pembelajaran, Pasca Sarjana Unimed, Medan.
Harefa, Lina Marleni, (2007), Upaya Meningkatkan minat belajar matematika dengan pendekatan kontekstual pada sub pokok bahasan perbandingan trigonometri dalam segitiga siku-siku di kelas X SMA Swasta Gajah Mada Medan T.A. 2006/ 2007, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.
Hartono, (2009), Strategi Pembelajaran Active Learning,
http://sditalqalam.wordpress.com (diakses pada tanggal 08 Agustus
2009)
Komalasari Kokom. (2010). Pembelajaran Kontekstual konsep dan aplikasi. PT Refika Aditama. Bandung
Margono, S, (2005), Metode Penelitian Pendidikan, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Marpaung, Rafika, M, (2009), Upaya meningkatkan Kemampuan Berpikir kreatif Siswa dengan menerapkan model pembelajaran quantum learning pada pokok bahasan Pythagoras kelas VIII SMPN. 2 Siborong-borong, Skripsi, FMIPA, Unimed.
92
Napitupulu, Jamson, (2008), Penerapan Teori Bruner untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa pada materi Bangun Datar kelas VII SMP Trisakti 2 Medan T.A. 2008/ 2009, Skripsi, FMIPA, Unimed
Nandika Balitbang, (Http://Www.Republika.Co.Id/Koran)
Nova, S., (2005), Penerapan Pendekatan Belajar Aktif Tipe Index Card Match (ICM) Pada Pembelajaran Kimia Di Kelas X SMA KOPRI , UNP, Padang.
Nurkancana, W., (1986), Evaluasi Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya.
Rahmadani, M., (2008), Penerapan Metode Belajar Aktif Tipe Index Card Match (ICM) dalam Pembelajaran Matematika Pada Pokok Bahasan Aljabar di Kelas VII SMP IKAL Medan, skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.
Ridho R., (Http://Www.Mbeproject.Net/Mbe.79.Htm/2005)
Robert, (2009), Proses dan Strategi Pemecahan Masalah Trigonometri, http://robertmath4edu.wordpress.com 9diakses pada tanggal 29 agustus 2009)
Ruseffendi, ET. Dasar-Dasar Matematika Untuk Guru. Bandung: Tarsito, 1979.
Sardiman, Am., (2001), Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Silberman, Melvin, (2006), Active Learning (Terjemahan), 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Yappenddis, Yogyakarta.
Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Salatiga.
Suherman, Erman, (2009), Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika, http://educare.e-fkipunla.net (diakses pada tanggal 16 juli 2009)
Suryosubroto, B., (1997), Proses Belajar Dan Pembelajaran, PT.Rineka Cipta, Jakarta.
Syaban, Mumun, (2009), Menumbuhkembangkan Daya Matematis Siswa. http://educare.e.fkipunia.net (diakses pada tanggal 25 Mei 2009)
Wena, Made, (2011), stratrgi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Bumi Aksara, Jakarta.