• Tidak ada hasil yang ditemukan

DRAFT SIDa PAMEKASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DRAFT SIDa PAMEKASAN"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH

(SIDa) KABUPATEN PAMEKASAN

LAPORAN AKHIR

LEMBAGA PENELITIAN & INOVASI UNIVERSITAS AIRLANGGA

BERDASARKAN PERJANJIAN KERJA SAMA NOMOR 027.27/01/432.401/SPK/2017

Kampus C Mulyorejo, Surabaya 60115 Phone (031) 5995246, 5955248 Fax (031) 5962066, 5923584

(2)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Program penguatan sistem inovasi daerah (SIDa) merupakan kepanjangan peran

pemerintah untuk mendukung tercapainya pembangunan ekonomi, sosial,dan

budaya masyarakat Indonesia di seluruh kota/kabupaten. Program ini mempunyai

peranan penting dalam mendukung program nasional SINas (Sistem Inovasi

Nasional). Program penguatan SIDa didasarkan pada pada Peraturan Menristek

dan Mendagri Nomor 3 dan Nomor 36 Tahun 2012. yang bertujuan untuk

mendorong daerah memanfaatkan potensi lembaga dan inovasi yang ada di

masing-masing daerah demi kemajuan masyarakat dan pembangunan.

Pola pembangunan daerah di Indonesia saat ini tidak hanya menyasar pada

infrastruktur dan berbagai program pengembangan sumber daya manusia (SDM)

semata. Perencanaan pembangunan daerah dewasa ini menitikberatkan pada

penguatan sistem sosial dan pemanfaatan kearifan lokal (local wisdom)

masyarakat untuk menciptakan peluang pembangunan yang efektif dan efisien

bagi suatu daerah. Guna mencapai tujuan tersebut, langkah awal yang dapat

dijadikan titik awal pembangunan adalah dengan melakukan kajian tentang

potensi kolaborasi antara entitas sosial dan entitas ekonomi yang dapat dimediasi

oleh perguruan tinggi. Artinya potensi-potensi yang dimiliki seluruh elemen yang

ada di daerah, perlu diidentifikasi, diakomodasi, dikelola, dan kemudian

dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat dan pembangunan

di daerah – tak terkecuali di Kabupaten Pamekasan.

SIDa merupakan Peraturan Bersama Menegristek No.03/2012 Dan Mendagri

No.36/2012, adalah Sistem Inovasi Daerah yang selanjutnya disingkat SIDa

adalah keseluruhan proses dalam suatu system untuk menumbuh-kembangkan

inovasi yang dilakukan antarinstitusi pemerintah, pemerintahan daerah, lembaga

(3)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

2

masyarakat di daerah. SIDa ini merupakan program yang akan mendukung SINas

di tingkat nasional. Untuk mencapai SIDa yang diharapkan, tidak bisa

sembarangan. Namun, ada arah serta kebijkan tertentu yang perlu dilakukan.

SIDa dilakukan berdasarkan kondisi, tantangan dan peluang, sesuai kondisi SIDa

yang menjadi tujuan. Permberdayaan seluruh sumber daya (alam maupun

manusia) juga perlu ditingkatkan untuk menunjangnya. SIDa penting dilakukan,

salah satunya yaitu untuk memajukan suatu daerah. Inovasi-inovasi yang nantinya

dapat dikembangkan akan memberikan dampak, yaitu meningkatkan iklim

ekonomi kompetitif, menciptakan ekonomi yang ramah lingkungan, membuka

lapangan kerja baru, membangun kemitraan daripada sukses pribadi, dan

meningkatkan kualitas hidup bagi masyarakat (Global Innovation Report 2012).

Inovasi perlu dikuatkan dalam suatu wilayah negara dan harus menjadi kesatuan

antara ekonomi dan teknologi. Selanjutnya, inovasi perlu dipublikasikan pada

masyarakat agar secara nyata, efektif dan efisien memberikan kontibusi

memajukan bangsa, terutama ekonomi. Ada pihak-pihak tertentu yang akan

berperan dalam peningkatan SIDa ini, yaitu:

1. Institusi Pemerintah (dalam hal ini mencakup pemerintah daerah dan

semua institusinya).

2. Lembaga Kelitbangan (dalam hal ini mencakup Lembaga Kelitbangan

adalah instirusi yang melakukan kegiatan penelitian, pengembangan,

penerapan, pengkajian, perkayasaan, dan pengoperasian yang bertujuan

mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan

yang baru atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses peroduksi).

3. Lembaga Pendidikan

4. Lembaga Penunjang Inovasi

5. Dunia Usaha

(4)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

3

Para pelaku di atas tidak bisa berjalan sendirian. Kesemuanya harus berinteraksi

dan berjejaring untuk menyukseskan program SIDa ini. Secara garis besar

terdapat 3 (tiga) komponen pokok jaringan inovasi meliputi 1)

aktor/lembaga/pelaku 2) keterkaitan, 3) infrastruktur. Dalam interaksi ini, ada

hal-hal yang perlu dilakukan, yaitu:

a. Komunikasi intensif antara lembaga SIDa

Penataan pada komunikasi intensif antar lembaga SIDa, dapat dilakukan

dengan cara-cara berikut ini:

▪ Penyelenggaraan kelompok diskusi terfokus, seminar lokakarya, dan

kegiatan sejenisnya;

▪ Menjalin kerjasama kelitbangan antar lembaga/organisasi SIDa; dan

▪ Forum komunikasi penelitian dan pengembangan daerah.

b. Mobilisasi sumber daya manusia

Mobilisasi sumber daya manusia dapat dilakukan melalui sarana-sarana

berikut ini;

▪ Kerjasama kepakaran, keahlian, kompetensi, keterampilan sumber

daya manusia untuk penguatan SIDa antara pemerintah pusat dan

pemerintah daerah;

▪ Kerjasama kepakaran, keahlian, kompetensi, keterampilan sumber

daya manusia untuk penguatan SIDa antar daerah; dan

▪ Kerjasama kepakaran, keahlian, kompetensi, keterampilan sumber

daya manusia untuk penguatan SIDa antar kabupaten/kota dalam satu

provinsi; dan

▪ Kerjasama kepakaran, keahlian, kompetensi, keterampilan sumber

daya manusia untuk penguatan SIDa

c. Optimalisasi pendayagunaan HKI, informasi, sarana dan prasarana ilmu pengetahuan dan teknologi.

▪ Pemanfaatan HKI;

(5)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

4

▪ Pemanfaatan sarana dan prasarana SIDa

1.2 LANDASAN HUKUM

Ketentuan hukum yang menjadi dasar pelaksanaan penelitian dan penyusunan

roadmap penguatan SIDa Kabupaten Pamekasan adalah sebagai berikut:

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 tentang

Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 84,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4219);

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3

Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran

Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor

4548) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor

4844);

c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang

Kementerian Negara (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 166,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4916);

d. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2010 tentang Komite Inovasi

Nasional;

e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2005 tentang

Alih Teknologi Kekayaan Intelektual Serta Hasil Penelitian dan

(6)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

5

Pengembangan (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 43, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4497);

f. Peraturan Presiden Republik lndonesia Nomor 32 tahun 2010 tentang

Komite Inovasi Nasional;

g. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

(MP3EI) 2011-2025;

h. Peraturan Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor 03/M/PER/VI/2010

Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Riset dan

Teknologi;

i. Peraturan Bersama Menteri Negara Riset dan Teknologi dan Menteri

Dalam Negeri Nomor 03 Tahun 2012 dan Nomor 36 Tahun 2012 tentang

Penguatan Sistem Inovasi Daerah;

j. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4737);

k. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan

dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025;

l. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman

Penelitian dan Pengembangan di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri

dan Pemerintahan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 290);

m. Peraturan Daerah Kabupaten Pamekasan Nomor 21 Tahun 2013 tentang

Rencana Pembangungan Jangka Menengah Daerah Tahun 2013-2018.

1.3 ISTILAH-ISTILAH

a. Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, penerapan, pengkajian,

(7)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

6

yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu

pengetahuan yang baru atau cara baru untuk menerapkan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses

produksi.

b. Sistem Inovasi Daerah yang selanjutnya disingkat SIDa adalah

keseluruhan proses dalam satu sistem untuk menumbuhkembangkan

inovasi yang dilakukan antarinstitusi pemerintah, pemerintahan daerah,

lembaga kelitbangan, lembaga pendidikan, lembaga penunjang inovasi,

dunia usaha, dan masyarakat di daerah.

c. Lembaga Kelitbangan adalah institusi yang melakukan kegiatan

penelitian, pengembangan, penerapan, pengkajian, perekayasaan, dan

pengoperasian yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai

dan konteks ilmu pengetahuan yang baru atau cara baru untuk menerapkan

ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau

proses produksi.

d. Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri yang

selanjutnya disingkat BPP Kemendagri adalah komponen Kementerian

Dalam Negeri yang memiliki tugas pokok dan fungsi menyelenggarakan

penelitian, pengembangan, pengkajian, penerapan, perekayasaan, dan

pengoperasian serta administrasi dan manajemen kelitbangan di bidang

penyelenggaraan pemerintahan dalam negeri.

e. Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah yang selanjutnya disingkat

BPPD adalah Badan Penelitian dan Pengembangan atau lembaga lainnya

di provinsi dan kabupaten/kota yang memiliki tugas pokok dan fungsi

menyelenggarakan kelitbangan serta administrasi dan manajemen

kelitbangan di bidang penyelenggaraan pemerintahan daerah.

f. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan

prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud

(8)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

7

g. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat

daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

h. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya

disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 5

(lima) tahun.

i. Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD,

adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode I (satu) tahun.

j. Hak kekayaan intelektual yang selanjutnya disingkat HKI adalah hak

kekayaan atas segala hasil produksi kecerdasan daya pikir yang berguna

untuk manusia.

1.4 HASIL IDENTIFIKASI AWAL

Di Kabupaten Pamekasan, telah diketahui bahwa di sejumlah desa dan kecamatan

umumnya memiliki potensi dan sumber daya yang prospektif dikembangkan, baik

yang benar-benar sudah dikembangkan maupun potensi latent yang perlu digali

lebih lanjut untuk kemudian dieksplorasi. Potensi yang dimiliki masing-masing

desa dan kecamatan ini, sudah barang tentu akan sangat bermanfaat jika dapat

dikembangkan dan bersaing dengan potensi yang dimiliki daerah lain. Sebagai

bagian dari masyarakat Pulau Madura, di Kabupaten Pamekasan potensi yang ada

bukan hanya di sektor perkebunan dan pertanian, tetapi juga potensi di sektor

perikanan, industri kecil, dan lain-lain yang selama ini mungkin belum dapat

dikembangkan secara maksimal karena berbagai faktor. Dengan dukungan dan

hasil kajian dari stakeholders terkait, diharapkan seluruh potensi yang ada di

Kabupaten Pamekasan akan dapat teridentifikasi dan kemudian dikembangkan

demi kepentingan masyarakat dan pembangunan yang berkelanjutan.

Berdasarkan kondisi di atas, peran perguruan tinggi cukup penting sebagai

rekanan pemerintah daerah dalam proses inisiasi dan pengembangan program

penguatan SIDa. Namun demikian, peran tersebut membutuhkan kajian/penelitian

awal (preliminary research) yang dapat dijadikan rujukan, dan pedoman. Oleh

(9)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

8

pengetahuan masyarakat (societal knowledge management – SKM) melalui

peningkatan peran perguruan tinggi yang ada di wilayah administratif Kabupaten

Pamekasan sebagai kolaborator utama masyarakat. Selain itu, penerapan SKM

dapat memaksimalkan interaksi dan kolaborasi antara perguruan tinggi, industri,

dan masyarakat. Dengan kata lain, peran aktif perguruan tinggi sebagai

kolaborator perlu disesuaikan dengan kebutuhan warga masyarakat sekitar.

1.5 VISI PEMBANGUNAN KABUPATEN PAMEKASAN

Berdasarkan Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pamekasan

Tahun 2013-2018, visi Pemerintah Kabupaten Pamekasan adalah ”Terwujudnya

Pamekasan yang Bersih, Sehat, Cerdas, dan Sejahtera, Berlandaskan Iman dan

Taqwa Didukung Aparat yang Profesional”.

1.6 MISI PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN

Merujuk pada visi Pemerintah Kabupaten Pamekasan di atas, Misi yang

dicanangkan adalah sebagai berikut:

a. Memperluas Pendidikan Berbasis Potensi Daerah dan Pemerataan Kualitas

Pendidikan

b. Meningkatkan dan Mengoptimalkan Hidup Bersih dan Sehat Melalui

Fasilitas Layanan Kesehatan.

c. Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Layanan Publik.

d. Meningkatkan Pembangunan di Bidang Ekonomi dengan Prioritas Sektor

Pertanian dan Optimalisasi Komoditas Unggulan Daerah yang

Berwawasan Lingkungan.

e. Melakukan Percepatan Reformasi Birokrasi di Segala Bidang, dan Tata

Kelola Kepemerintahan yang Baik (Transparan dan Akuntabel)

f. Meningkatkan Kemudahan Pelayanan Publik yang Cepat, Sederhana Serta

(10)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

9

1.6 TUJUAN DAN SASARAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi potensi inovasi daerah di Kabupaten Pamekasan

yang prioritas untuk dikembangkan dalam kurun waktu sepuluh tahun

ke depan.

2. Merumuskan strategi pengembangan potensi inovasi daerah di

Kabupaten Pamekasan.

3. Memetakan potensi kolaborasi jangka pendek, jangka menengah, dan

jangka panjang antara perguruan tinggi dan industri untuk mendukung

pembangunan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat Pamekasan.

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, hasil penelitian ini akan menitikberatkan

pada dua sasaran atau luaran, yaitu:

1. Pemetaan (roadma p) potensi kolaborasi antara perguruan tinggi dan

industri di kabupaten Pamekasan.

2. Rumusan pengembangan SIDa berdasarkan kerangka Societal

(11)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

10

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 KONSEP SISTEM INOVASI DAERAH (SIDa)

Sistem Inovasi Daerah (SIDa) seringkali dikaitkan dengan perencanaan

pembangunan suatu daerah. Perencanaan pembangunan tersebut erat kaitannya

dengan perbaikan dan penambahan infrastruktur derah guna menunjang aktifitas

perekonomian, pendidikan, dan kebudayaan warga masyarakat. Berdasarkan

peraturan Peraturan Bersama Kemenristek dan Mendagri Nomor 3 Tahun 2012

dan Nomor 36 tahun 2012, SIDa memiliki pengertian sebagai,

“keseluruhan proses dalam satu sistem untuk menumbuhkembangkan inovasi yang dilakukan antar

institusi pemerintah, pemerintah daerah, lembaga

kelitbangan, lembaga pendidikan, lembanga penunjang

inovasi, dunia usaha, dan masyarakat di daerah” (pasal 1

ayat 2).

SIDa secara sederhana dapat difahami sebagai sebuah proses secara menyeluruh

yang dilakukan oleh institusi pemerintah dan lembaga terkait di suatu daerah

untuk mengembangkan inovasi potensial bersama dengan warga masyarakat.

Berdasarkan pemahaman tersebut, komitmen dan konsesus pemerintah daerah

yang dimanifestasikan dalam berbagai regulasi (policies) merupakan hal penting

dalam memperkuat daya saing masyarakat dan kesinambungan pembangunan

ekonomi daerah. Oleh sebab itu, perlu adanya upaya bersama dalam proses

pengembangan pola penyelenggaraan kebijakan publik yang berdasarkan hasil

penelitian maupun hasil kolaborasi antara tiga elemen; individu, kelembagaan,

dan sistem. Kolaborasi yang baik antara ketiga tataran tersebut akan membentuk

(12)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

11

(sustainability development) daerah. Baik dalam hal ekonomi, pendidikan, sosial,

maupun budaya.

2.2 UNSUR SISTEM INOVASI DAERAH

Merujuk pada Peraturan Bersama Menteri Negara Riset dan Teknologi dan

Menteri Dalam Negeri Nomor 03 dan Nomor 36 Tahun 2012 tentang Penguatan

Sistem Inovasi Daerah, unsur penguatan SIDa teridiri dari tiga elemen utama,

yaitu: Kelembagaan SIDa, Jaringan SIDa, dan Sumber Daya SIDa.

Gambar 2.1 Unsur-Unsur Penguatan SIDa

2.3 ANALISIS SISTEM INOVASI DAERAH

Pendekatan yang lazim digunakan untuk mengakomodir proses analisis SIDa

adalah ANIS (Analysis of National Innovation System). Pendakatan ANIS

(13)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

12

selaras dengan visi dan misi Pemerintah Daerah ke dalam tiga level inovasi, yaitu;

level makro (policy), level meso (support), dan level mikro (capacity building).

a. Level Makro

Level makro erat kaitannya dengan tingkat inovasi di ranah kebijakan.

Artinya, kondisi kerangka kerja pemerintahan yang tertuang dalam

peraraturan dan kebijakan akan memperngaruhi iklim inovasi.

b. Level Meso

Level ini merupakan manifestasi dari kontribusi lembaga atau SKPD di

suatu daerah dalam mendukung program inovasi. Dukungan dari lembaga

inovasi terhadap program inovasi yang dicanangkan merupakan kalusul

penting penguatan SIDa dapat direalisasikan dengan baik.

c. Level Mikro

Meskipun memiliki ruang lingkup kecil, level ini menitikberatkan pada

variabel inovasi di tengah-tengah masyarakat, baik pemerintahan maupun

non-pemerintahan (universitas, lembaga penelitian, perusahaan, UMKM,

dan organisasi kemasyarakatan). Dengan demikian, dukungan pada level

ini dapat dikatakan sebagai modal utama terciptanya penguatan SIDa.

2.3 SOCIETAL KNOWLEDGE MANAGEMENT (SKM)

Peran pengetahuan (knowledge) sebagai pedoman kemasyarakatn (societal

guidance) dan kepemimpinan (governance) sudah dicetuskan oleh Hayek sejak

tahun 1945 di jurnal The American Economic Review. Peran tersebut pada

awalnya belum jelas terlihat di masyarakat hingga pertengahan 1980-an ketika

Romer memasukkan aspek ekonomi pengetahuan yang dapat diterima sebagai

salah satu faktor pembangunan ekonomi nasional, regional, maupun global.

Gagasan Hayek dan Romer akan lebih mudah dipahami dari sudut pandang

Drucker (1969) yang memperkenalkan ‘kelas’ pekerja pengetahuan (knowledge

worker) dalam ekonomi pengetahuan modern (the modern knowledge economy).

Berdasarkan penjelasan tersebut, pengetahuan, ekonomi, dan masyarakat adalah

tiga aspek penting yang mendukung pembangunan nasional guna memperkuat

(14)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

13

negara di dunia sedang berjuang untuk memasuki era eknomi pengetahuan global

(globalized knowledge economy). Oleh sebab itu, Karl M. Wiig (2007) menegaskan bahwa “every nation needs to manage knowledge effectively” untuk bisa bertahan dan bersaing secara ekonomi, sosial, dan politik. (p. 142).

Ulasan di atas memberikan pemahaman bahwa pengelolaan ilmu pengetahun di

level ‘state’ atau negara sangat diperlukan sebagai salah satu kerangka dasar

ketahanan. Wiig (2007) dalam conceptual paper-nya menyatakan bahwa dampak

paling nyata dari SKM yang komprehensif adalah peningkatan daya saing dan

kualitas hidup masyarakat. Lebih lanjut mengenai SKM, Joanna Käpylä (2012)

mengidentifikasi bahwa framework SKM yang baik akan memungkinkan

masyarakat untuk mengelola pengetahuan mereka untuk kepentingan ekonomi,

sosial, dan budaya. Hal yang tidak jauh berbeda juga dikemukakan oleh Yulong

Li et al. (2012). Li menggarisbawahi bahwa engagement dalam SKM dapat

meingkatkan kualitas pengetahuan organsasi melalui kolaborasi. Dengan kata

lain, pengetahuan dapat dijadikan modal untuk kemajuan masyarakat dengan

dukungan kolaboratif lembaga atau institusi terkait; pemerintah, perguruan tinggi,

dan pelaku usaha/industri.

2.4

KOLABORASI: PENATAAN JARINGAN SIDa

Salah satu unsur penguatan SIDa, seperti penjabaran pada poin 2.2 di atas,

penataan jaringan SIDa merupakan hal vital yang harus mendapat perhatian penuh

Pemerintah Daerah. Kajian empiris mengenai penataan jaringan SIDa secara

khusus dapat diaktualisasikan ke dalam skema kolaborasi yang dapat

mensinergikan unsur sumber daya dan unsur kelembagaan SIDa.

A. Penataan Jaringan SIDa

Jaringan SIDa memungkinkan adanya interaksi antar lembaga atau organisasi

(15)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

14

kahzanah kerjasama kolaboratif yang dapat dilakukan sesuai amanat Peraturan

Menteri terkait SIDa, yaitu:

1 Komunikasi intensif antara lembaga SIDa.

Kegiatan komunikasi intensif yang dimaksud adalah terselenggaranya

kelompok diskusi terfokus, seminar, lokakarya, symposium, dan kegiatan

lainnya. Selain itu, komunikasi intensif juga mencakup kegiatan kerjasama

kelitbangan yang didukung oleh forum komunikasi penelitian dan

pengembangan daerah.

2 Mobilisasi sumber daya manusia.

Empat kegiatan utama dalam hal mobilisasi sumber daya manusia terkait

dengan kerjasama kepakaran, keahlian, komptensi, dan keterampilan

antara pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi, pemerintah pusat, dan

lembaha non-pemerintahan.

3 Optimalisas pendayagunaan HKI, informasi, sarana, dan prasarana ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Kegiatan optimalisasi yang dimaksud pada poin ke tiga di atas lebih pada

pemanfaatan HKI, informasi terkait SIDa, dan optimalisasi pemanfaatan

sarana dan prasarana SIDa.

Berdasarkan ketiga elemen terkait penataan jaringan SIDa di atas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa unsur ini memiliki dimensi yang lebih luas untuk

diimplementasikan ke dalam sebuah kerangka roadmap penguatan SIDa (Gambar

2.2). Elaborasi kelembagaan SIDa ke dalam jaringan membutuhkan kerangka

kolaboratif yang dapat mengakomodir lanksap sosial kemasyarakatan. Oleh sebab

itu, framework SKM di atas akan digunakan oleh peneliti sebagai dasar

(16)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

15

Gambar 2.2 Penataan Jaringan kolaboratif SIDa

B. Kolaborasi Kelembagaan SIDa: Perguruan Tinggi, Institusi Pemerintah, dan Organisasi Kemasyarakatan.

Studi empiris mengenai kolaborasi antara universitas, industri, dan masyarakat

sudah banyak dilakukan oleh beberapa akademisi, misalnya; Salleh & Omar

(2013), Bektaş & Tayauova (2014), dan Fiaz (2013). Hasil studi-studi tersebut

mengungkap kompleksitas fenomena kolaborasi antara ketiga entitas tersebut.

Kompleksitas tersebut dapat dikaji berdasarkanruang lingkup organisasi mulai

dari level korporasi hingga level nasional.

Pada level nasional, Salleh dan Omar (2013) mengambil contoh kasus di Malaysia

untuk mengembangkan model kolaborasi universitas-industri. Mereka melakukan

(17)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

16

kegiatan penelitian. Hasil studi Salleh dan Omar (2013) menekankan pada

pentingnya campur tangan pemerintah melalui unit kerja bidang pendidikan

(misalnya; kementerian pendidikan) untuk menjembatani proses

kolaborasi.Berbeda dengan Salleh dan Omar, studi yang dilakukan Bektas dan

Tayaouva (2014) menitikberatkan pada aktifitas kooperatif universitas-industri.

Aktifitas kooperatif antara kedua institusi tersebut sangat berperan sebagai

stimulus kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh

industri – dan juga masyarakat. Empat faktor utama kolaborasi dalam model yang

dikembangkan Bektas dan Tayaouva yaitu; universitas, industri, pemerintah, dan

organisasi kemasyarakatan.

Selain implikasi signifikan pada level nasional, kolaborasi Universitas dan

industri membuka ruang inovasi dan intensifikasi ilmu pengetahuan untuk

kepentingan kemasyarakatan. Fiaz (2013) mendemonstrasikan bagaimana

penelitian yang dihasilkan universitas secara komulatif mempengaruhi kemajuan

teknologi dan perbaikan ekonomi di Cina. Fiaz menggunakan metode kuantitatif

untuk mengkaji determinasi pusat penelitian dan pengembangan terhadap kinerja

industri. Sebagai determinant, pusat penelitian dan pengembangan – yang

disupport oleh universitas – memunculkan korelasi apik di tengah-tengah

masyarakat melalui kolaborasi ilmu pengetahuan tangible. Bolling & Eriksson

(2016) memaparkan beberapa hambatan kolaborasi universitas-masyarakat dalam

konteks akademik di Swedia. Hambatan dan tantangan tersebut diartikulasikan

dalam sebuah sistem VINNOVA (Swedish Governmental Agency for Innovation

System). Sistem yang diampu pemerintah Swedia tersebut berfungsi sebagai alat

evaluasi kolaborasi universitas-masyarakat. Melalu sistem ini, Bolling &

Erriksson mengidentifikasi tantangan kolaborasi yang terkait dengan kebijakan

pemerintah. Mereka menyimpulkan bahwa kompleksitas tantangan kolaborasi

terletak pada bias indikator-indikator capaian untuk keperluan evaluasi. Kesulitan

dalam menentukan penilaian dan keluasan aspek kolaborasi antara

universitas-masyarakat merupakan dua hal utama yang perlu ditekankan dalam konstruksi

(18)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

17

Gambar 2.3 Kolaborasi Universitas-Industri (Salleh & Omar, 2013, p.662)

Beberapa studi tersebut seraca empiris dapat dijadikan sebagai acuan untuk

mengebangkan model kolaborasi dalam penelitian ini. Selain itu, studi tersebut

mengisyarakatkan peningkatan fungsi dan peranan universitas dalam masyarakat

yang mulai digerakkan oleh informasi dan pengetahuan dalam segala aspek

kehidupannya. Oleh sebab itu, beberapa akademisi akhir-akhir ini mulai menggaungkan ‘revolusi’ peran universitas sebagai sebuah fenomena nyata di masyarakat. Shankar et al. (2013) merekomendasikan framework kolaborasi yang

dapat diguanakan masyarakat untuk menjaga keutuhan pengetahuan yang mereka

(19)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

18

Gambar 2.4 Collaborative Framework sebagai upaya menjaga Pengetahuan di Organisasi (Shanker et a., 2013, p. 2058

Fenomena tersebut secara eksplisit telah menggiring pemerintah untuk bertaruh

dengan mengeluarkan kebijakan maupun anggaran guna menciptakan iklim

kolaboratif yang berorientasi pada pembangunan dan kemajuan. John Brennan

(2012) menangkap fenomena tersebut dengan mempertanyakan eksistensi

universitas ketika masyarakat sudah berdampingan dengan informasi dan

pengetahuan. Hal menarik yang diungkapkan Brennan berkaitan dengan posisi

universitas dalam masyarakat saat ini; apakah universitas terpisah atau menjadi

suatu bagian integral dari agenda masyarakat di berbagai bidang? Pertanyaan ini

merupakan tantangan riil bagi universitas di masa depan. Di akhir tulisannya,

Brennan menyatakan bahwa peran universitas masih akan diakui dalam validasi

dan akreditasi meskipun transfer pengetahuan dan inovasi (mungkin) sudah

(20)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

19

Berdasarkan ulasan teoritis tersebut, penelitian ini mengambil porsi model

kolaborasi antara universitas, perusahaan, dan masyarakat. Lebih lanjut penelitian

ini diharapkan dapat mengungkapan stimuli proposional terhadap peranan

pergruan tinggi terhadap kemajuan daerah.

2.5 HUBUNGAN DOKUMEN PENGUATAN SIDa

Sebagai sebuah gerakan terstruktur yang memiliki dasar hukum dan anggaran

jelas, program penguatan SIDa memiliki proses yang cukup panjang yang disertai

dengan dokumen penunjang sebagai dasar penyusunan kebijakan maupun strategi.

Gambar 2.5 Hubungan Dokumen-Dokumen Penguatan SIDa

Secara garis besar, proses penyusunan program penguatan SIDa terkait dengan

beberapa dokumen perencanaan mulai dari level nasional hingga daerah, baik

jangka panjang, menengah, maupun jangka pendek. Adapun dokumen yang

terkait dengan proses ini meliputi; Rencana Pembangunan Nasional Jangka

Panjang (RPJPN), Renacana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN), Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi, serta RPJPD dan

RPJMD Kabupaten/Kota.

Perlu diketahui bahwa ruang lingkup laporan ini adalah tingkat Kabupaten, yaitu

Kabupaten Pamekasan. Oleh sabab itu, dokumen yang dijadikan acuan atau

rujukan penyusunan Roadmap Penguatan SIDa adalah RPJMD Provinsi Jawa

(21)

20

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 PENDEKATAN PENELITIAN

Pendekatan penelitian ini adalah eksploratif sekuensial (exploratory sequential

research) dengan metode penelitian gabungan (mixed method). Creswell (2014)

menjelaskan bahwa penelitian eksploratif merupakan jenis penelitian yang

digunakan untuk mendeskripsikan permasalahan dengan mengidentifikasi dan

mengeksplorasi konsep atau fenomena. Jenis penelitian ini memungkinkan

peneliti untuk membentuk kerangka penelitian yang lebih mendalam dengan dua

fase pengumpulan data kuantitatif yang kemudian dilanjutkan dengan

pengumpulan data kualitatif atau sebaliknya. Berdasarkan kerangka pengertian

mengenai penelitian eksploratif tersebut, tujuan pendekatan ini jelas untuk

menemukan dan menidentifikasi keberadaan fenomena-fenomena yang

selanjutnya dapat dijadikan rujukan pada tingkat penelitian lanjutan atau

perumusan terhadap permasalahan yang ada di lapangan (Cresswell, 2014).

Meskipun pendekatan eksploratif tidak selalu efektif jika digunakan sebagai dasar

pengambilan keputusan, hasil penelitian eksploratif dapat dijadikan sebagai

langkah awal untuk menentukan fenomena dan permasalahan meskipun tidak

banyak data yang tersedia di lapangan.

Populasi penelitian ini adalah perguruan tinggi dan pelaku dunia usaha, termasuk

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di Kabupaten Pamkeasan. Teknik penentuan

sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Teknik ini

merupakan salah satu tipe sampling non-probabilitas (nonprobability sampling) di

mana hasil penelitian ini akan memberikn kemungkinan bagi peneliti untuk

(22)

21

3.2 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data tahap awal yang akan digunakan pada penelitian ini

adalah indepth interview untuk mengumpulkan data kualitatif tentang berbagai

potensi dan inovasi daerah yang prospektif dikembangkan di Kabupaten

Pamekasan (Tabel 3.1). Sedangkan Focus Group Discussion (FGD) dilakukan

setelah data awal diperoleh. Data dari pengumpulan awal digunakan untuk

menyusun pedoman FGD (Tabel 3.2). Penggunaan metode FGD dalam

penelelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran yang lebih

komprehensif mengenai potensi innovasi dan kolaborasi guna mendukung

program SIDa di kabupaten Pamekasan. Selain itu, hasil FGD akan bermanfaat

sebagai dasar pembuatan roadmap potensi kolaborasi.

a. Indepth Interview

Pada pengambilan data, dilakukan metode indepth interview yang mana

merupakan cara mengambil data/keterangan dengan memberikan sejumlah

pertanyaan sesuai pedoman pertanyaan yang telah disusun pada informan yang

telah dipilih mengenai penelitian dengan cara berinteraksi secara langsung.

Pertanyaan yang diajukan berkisar mengenai kerjasama yang dilakukan untuk

SIDa, potensi ector apa saja yang mampu dikembangkan, tantangan dan

kendala, rencana ke depannya, hingga kolaborasi antara pihak terkait SIDa.

Data yang diperoleh dari hasil indepth interview dan focus group discussion

(FGD) akan diolah dengan teknik coding sederhana sebagai data primer

penelitian. Sedangkan Microsoft Excel akan digunakan untuk tabulasi data hasil

analisis. Metode tersebut digunakan dengan alasan kesesuaian fitur dengan

tujuan/luaran (outcome) penelitian; memetakan dan merumuskan aspek kolaborasi

(23)

22

Tabel 3.1 Lokasi dan Responden Wawancara

Institusi Jumlah Responden

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Negeri (STAIN)

Pamekasan 1 orang

Universitas Madura (Unira) 1 orang

Universitas Islam Madura (UIM) 1 orang

Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Khairat 1 orang

BAPPEDA Pamekasan 2 orang

TOTAL 6 orang

b. Focus Group Discussion (FGD)

Focus Group Discussion (FGD) dilakukan sebagai proses pengumpulan

informasi terkait dengan SiDa ini. Secara spesifik, FGD berbentuk diskusi

kelompok yang terarah. Diskusi ini dipinpin oleh moderator yang mendorong

peserta diskusi agar berargumentasi mengenai SIDa. Interaksi antara setiap

peserta dikusi merupakan hal penting untuk memperoleh informasi, peserta

diskusi mempunyai kesempatan yang sama untuk mengajukan dan memberi

pertanyan, memberikan sebuah tanggapan atau komentar dalam diskusi ini.

Adapun tujuan Focus Group Discussion ini adalah untuk memperoleh informasi

maupun masukan dari suatu permasalahan yang menyangkut SIDa, baik yang

sudah berjalan maupun yang belum berjalan dengan baik. Berbagai permsalahan

yang terungkap akan didiskusikan lebih lanjut oleh peserta FGD lainnya. Dengan

demikian, hal-hal krusial terkait berbagai kendala dan permasalahan dapat

(24)

23

Tabel 3.2 Peserta Focus Group Discussion

No. NAMA INSTANSI

1 Mulyadi DISTAN PHP

2 Agus Kaharoellah STAIN Pamekasan

3 Buna’i STAIN Pamekasan

4 Fathor Rahiem DISKAN

5 Supandi Universitas Islam Madura

6 Rudi Subagio Adi DISKOP & UM

7 Fatharir BAPPEDA Pamekasan

8 Nova Dinas Perpustakaan dan Kearsipan

9 Nurul Hariyanto BAPPEDA Pamekasan

10 Faral Dillah Universitas Madura

c. Data Primer

Data primer yang digunakan pada penelitian ini adalah data kualitatif hasil

wawancara mendalam dan FGD. Data primer digunakan sebagai acuan

penyusunan strategi jangka panjang terkait penguatan SIDa di Kabupaten

Pamekasan.

d. Data Sekunder

Guna meningkatkan hasil analisis dan kesesuaian cakupan penelitian atau

penyusunan roadmap penguatan SIDa di Kabupaten Pamekasan, tim peneliti

melakukan analisis terhadap beberapa laporan resmi yang diterbitkan oleh

Pemerintah Kabupaten Pamekasan, diantaranya adalah:

1. Pamekasan Dalam Angka 2016

2. Statistik Daerah Kabupaten Pamekasan tahun 2016

3. Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Kabupaten

(25)

24

4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten

Pamekasan 2013-2018.

Laporan-laporan tersebut digunakan sebagai data awal penyusunan roadmap

penguatan SIDa. Kesesuaian data sekunder akan membantu peneliti melakukan

pengkajian lebih lanjut terhadap analisis data primer sehingga hasil penelitian ini

lebih reliable dan applicable.

e. Variabel dan Indikator

Variabel dan indikator penelitian ini digunakan sebagai alat untuk memilah fokus

analisis sesuai dengan tujuan penelitian. Berikut adalah variabel dan indicator

pada penelitian ini.

Tabel 3.1 Variabel dan Indikator

No Variabel Indikator

1 Kebijakan dan Regulasi

Regulasi UMKM

Regulasi Penanaman Modal Regulasi Penguatan Inovasi Regulasi Kolaborasi

2 Perkembangan Klaster Inovasi

Perkembangan Klaster Inovasi Bentuk Klaster Inovasi

Fokus Klaster Inovasi

3 Lembaga Pendukung Inovasi

SDM Lembaga Inovasi Kerjasama Inovasi

Program Inovasi Lembaga

4 Infrastruktur Pendukung Inovasi

Kondisi Infrastruktur Inovasi Penggunaan Infrastruktur Inovasi Jaringan Infrastruktur Inovasi

(26)

25

3.4 TAHAPAN PENYUSUNAN ROADMAP SIDa

Pedoman penyusunan sebuah roadmap penguatan SIDa yang lazim digunakan

oleh beberapa pemerintah daerah adalah pedoman yang dikeluarkan oleh BPPT

tahun 2013. Luaran yang dicapai dengan adanya pedoman ini adalah rancangan

awal roadmap penguatan SIDa yang dapat digunakan Pemerintah Daerah untuk

menyusun atau mengubah arah kebijakan, serta strategi evaluasi terhadap SIDa

yang sedang berjalan. Berikut adalah pedoman tahapan penyusunan roadmap

penguatan SIDa yang dikemukakan oleh BPPT tahun 2013.

(27)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

Secara astronomis, Kabupaten Pamekasan berada pada 6051’ – 7031’ Lintang Selatan dan 113019’ - 113058’ Bujur Timur. Secara administrasi, kabupaten Pamekasan mempunyai batas wilayah yaitu sebelah utara bebatasan dengan Laut

Jawa, sebelah timur dengan kabupaten Sumenep, sebelah selatan dengan Selat

Madura, dan sebelah barat dengan kabupaten Sampang. Meskipun termasuk

wilayah kecil, kabupaten Pamekasan adalah salah satu kabupaten yang paling

berkembang di Madura.

Tabel 4.1 Jumlah Kecamatan Kelurahan/Desa, Dusun, RW dan RT

di Kabupaten Pamekasan Tahun 2015

Sumber: Kabupaten Pamekasan Dalam Angka 2016

Kabupaten Pamekasan tercatat sebagai salah satu kabupaten yang berprestasi di

pulau Madura. Luas wilayah administratif Kabupaten Pamekasan mencakup

(28)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

27

administratif Kabupaten Pamekasan terbagi menjadi 13 kecamatan dengan total

178 desa dan 11 kelurahan (Tabel 3.1). Jumlah penduduk pada tahun 2015 tercatat

mencapai 854.194 jiwa dengan komposisi 415.217 laki-laki dan 438.977

perempuan. Jumlah tersebut didominasi oleh penduduk usia produktif (antara 15

hingga 65 tahun.

4.1.2 Karakteristik Wilayah

Di Kabupaten Pamekasan, terdapat sumber daya yang tersebar menjadi 8

kawasan, yaitu:

1. Kawasan pemukiman/perkampungan seluas 11.524,10 hektar yang

tersebar di 13 kecamatan, dan yang paling luas berada di kecamatan

Larangan seluas 584,6 hektar dan yang terkcil berada di kecamatan Galis

281,16 hektar (berdasarkan data tahun 2007).

2. Kawasan Sawah terbagi menjadi 3 jenis, yaitu sawah irigasi, drainese, dan

tadah hujan. Sawah irigasi 1.386,00 hektar, sawah semi irigasi seluas

5.213,03 hektar, dan yang paling luas adalah sawah tadah hujan yang

seluas 8.569,00 hektar. Hal ini dikarenakan keadaan tanah yang tidak

kedap air. Sawah irigasi hanya terdapat di kecamatan Tlanakan, Proppo,

Peganten, Pakong, Batumarmar dan Pasean.

3. Kawasan Tegalan menjadi kawasan yang paling luas diantara yang lain,

yaitu seluas 32.966,34 hektar dan tersebar merata di 13 kecamatan. Paling

luas terdapat di Batumarmar (4.882,10 hektar) dan paling kecil di Pakong

(215,25 hektar).

4. Kawasan hutan. Kabupaten Pamekasan memiliki wilayah hutan seluas

1.218,8 hektar yang terdapat di 5 kecamatan, yaitu Tlanakan, Pademawu,

Galis, Waru, dan Batumarmar.

5. Kawasan tambak garam, udang dan bandeng. Kawasan ini seluas 2.229,1

hektar yang tersebar di 3 kecamatan yaitu Tlanakan, Pademawu, dan

(29)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

28

6. Kawasan jasa perdagangan. Di Pamekasan, kawasan ini seluas 238,2 yang

tersebar di 13 kecamatan. Terbesar di kecamatan Pamekasan (360 hektar)

dan paling kecil di kecamatan Pakong (11,0 hektar).

7. Kawasan industri pertanian mempunyai luas 92,40 hektar yang tersebar di

10 kecamatan, yaitu Tlanakan, Pademawu, Galis, Pamekasan, Larangan,

Pegantenan, Kadur, Pakong, Waru dan Batumarmar. Terluas di kecamatan

Pademawu (32,4).

8. Kawasan tambang mempunyai luas 9.0 hektar yang berada di kecamatan

Kadur.

4.1.3 Aparat Pemerintahan

Kabupaten Pamekasan dipimpin oleh pasangan Bupati dan Wakil Bupati yang

dibantu oleh Sekretaris Daerah, tiga orang asisten, sepuluh kepala bagian, dan

lima orang staf ahli. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Bupati disokong

oleh 32 kepala dinas/badan/kantor/satker, serta 13 orang camat. Sebagian besar

(51%) aparat pemerintahan memiliki tingkat pendidikan Sarjana atau D4,

sedangkan 24% merupakan lulusan SLTA, dan 17% lulusan D3 atau sederajat.

Sebanyak 6% memiliki pendidikan pascasarjana, dan hanya 2% yang hanya

lulusan SLTP.

Tabel 4.2 Dinas, Badan, dan Kantor di Kabupaten Pamekasan

Dinas Badan Kantor

Badan Lingkungan Hidup Satuan Polisi Pamong Praja

Dinas Pertanian Badan Kepegawaian

Daerah

Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Dinas Peternakan Bapemas dan Pemerintahan

(30)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

Dinas PU Bina Marga Balitbangda

Dinas UP Cipta Karya dan

menjadi support system dan menjalankan fungsi control pemerintah Kabupaten

Pamekasan dalam menjalankan good governance.

4.1.4 Perekonomian

Menurut BPS Kabupaten Pamekasan, 2014, Pertumbuhan nilai PDRB Atas Dasar

Harga Berlaku pada tahun 2012 sebesar 6.358.529,02 juta rupiah, pada tahun

2013 mengalami kenaikan sebesar 7.177.900,84, dan pada tahun 2014 naik lagi

sebesar 7.985.414,68. Sama halnya dengan PDRB ADHB, pada PDRB Atas

Dasar Harga Konstan mengalami kenaikan dari tahun 2012 sebesar 2.453.150,29

juta rupiah, pada tahun 2013 naik sebesar 2.607.103,71 juta rupiah, dan pada

tahun 2014 naik sebesar 2.753.883,65 juta rupiah. PDRB merupakan jumlah nilai

tambah barang dan jasa yang diperoleh dari seluruh hasil kegiatan perekonomian

seluruh daerah dalam periode tertentu (LAKIP Pamekasan, 2014).

Data terbaru menunjukkan bahwa pertumbuhan PRDB perkapita Kabupaten

(31)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

30

terjadi peningkatan signifikan dan berimbang antara kenaikan PRDB dan jumlah

penduduk. ADHB Kabupaten mengalami peningkatan dari Rp. 6,99 triliun di

tahun 2010 menjadi 12,31 triliun di tahun 2015. Sedangkan ADHK tercatat

menyentuh angka 9,32 triliun di tahun 2015. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Pamekasan secara garis besar mengalami penurunan sejak tahun 2013 hingga

tahun 2015. Namun, penurunan tersebut tidak terlepas dari perlambatan

perekonomian tingkat provinsi dan nasional.

Gambar 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pamekasan 2013 -2015 Sumber: BPS Kabupaten Pamekasan

Terdapat 3 kelompok sektor terbesar di kabupaten Pamekasan, yaitu premier yang

mengedepankan pertanian, sekunder dengan sektor bangunan, dan tersier dengan

hotel, perdagangan, dan restoran. Sektor-sektor tersebut merupakan pemicu

perekonomian Kabupaten Pamekasan (LAKIP Kabupaten Pamekasan, 2014).

Pertumbuhan perekonomian Kabupaten Pamekasan ini mengalami naik turun.

Pada tahun 2012 ke 2013 mengalami penurunan, lalu pada 2014 mengalami

kenaikan. Pembangunan Jembatan Suramadu yang menghubungkan

Madura-Surabaya, adanya event-event seperti lomba kerapan sapi, pagelaran sapi seronok,

(32)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

31

mempengaruhi pertumbuhan perekonomian Kabupaten Pamekasan. Dalam hal

pengelolaan keuangan daerah, diprediksi realisasi anggaran pendapatan daerah

sebesar Rp1.419.852.623.667,57. Hal ini dilakukan sesuai dengan azas

pengelolaan keuangaan daerah, yaitu aspek keterbukaan (LAKIP Kabupaten

Pamekasan, 2014).

4.1.4 Sosial dan Kependudukan

Sesuai data dari BPS Pamekasan tahun 2016, penduduk Kabupaten Pamekasan

tercatat sebanyak 845.314 jiwa, dimana laki-laki berjumlah 410.800 jiwa dan

perempuan 434.514 jiwa. Sex ratio tercatat sebesar 94.5 dengan pertumbuhan

penduduk sebesar 1.21% dari tahun 2010. Selama lima tahun terakhir, penduduk

Kabupaten Pamekasan mengalami pertumbuhan sekitar 64 jiwa tiap 1 km2.

Sebagian besar penduduk (68,8%) merupakan usia produktif (15-64 tahun).

Sedangkan dependency ratio penduduk Pamekasan mencapai angka 45,3% di

mana 100 penduduk penduduk di usia produktif bertanggungjawab terhadap

sekitar 45 penduduk non-produktif. Angka pengangguran yang tercata pada tahun

2014 sebesar 10.035 penduduk. Jumlah ini mengalami peningkatan signifikan

pada tahun 2015 yang menyentuh angka 18.948.

Sejalan dengan pertumbuhan eknomomi, indeks pembangunan manusia (IPM)

atau human development index Kabupaten Pamekasan menunjukkan peningkatan

selama lima tahun terakhir. IPM Kabupaten Pamekasan merupakan yang tertinggi

dibandingkan dengan Kabupaten Lain di Pulau Madura selama lima tahun

terakhir. Pada tahun 2010 tercatat sebesar 59.37%, sedangkan pada tahun 2015

angka tersebut mencapai 63,10%. Peningkatan IPM tersebut disebabkan oleh

melambungnya perbaikan di beberapa sektor. Kontribusi tertinggi adalah indeks

kesehatan yang mencapai 72,09%. Disusul oleh indeks pendapatan (62,07%), dan

indeks pendidikan sebesar 56,16%. Namun demikian, indeks literasi masyarakat

(33)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

32

Selama lima tahun terakhir, indeks literasi hanya naik sekitar 1% sejak tahun

2010 (12,34%) hingga 2015 (13,34%).

Meskipun luas wilayah Kab. Pamekasan merupakan yang terkecil diantara tiga

kabupaten lain di Madura, jumlah perguruan tinggi yang terdapat di Pamekasan

merupakan yang tertinggi dibandingkan kabupaten lain. Oleh sebab itu, iklim

akademik di Kabupaten Pamekasan merupakan yang paling menjanjikan. Iklim

akademik yang dimaksud adalah kegiatan pengajaran, penelitian, dan pengabdian

masyarakat. Selain itu, iklim akademik yang baik merupakan keuntungan

tersendiri bagi Kabupaten Pamekasan dalam hal ketersediaan tenaga kerja-tenaga

kerja prospektif yang dihasilkan dari perguruan tinggi yang ada. Dengan kata lain,

reproduksi dan pengembangan pengetahuan lebih terjamin dalam wilayah lokal

pemerintah daerah. Berikut adalah sebaran jumlah perguruan tinggi negeri

maupun swasta di Pulau Madura.

Tabel 4.3 Sebaran Jumlah Perguruan Tinggi (PT) di Madura

Kabupaten Jumlah PT

Pamekasan 16

Sumenep 7

Sampang 4

Bangkalan 9

Sumber: Kabupaten Pamekasan dalam Angka 2016

Hingga awal tahun 2017, sebanyak enam belas perguruan tinggi telah berdiri di

Kab. Pamekasan. Perkiraan jumlah mahasiswa yang menempuh pendidikan tinggi

di beberapa perguruan tinggi tersebut adalah sekitar 12.255 mahasiswa yang

didukung oleh sekitar 400 tenaga pengajar/dosen. Data kasar tersebut merupakan

potensi besar untuk pengembangan sistem inovasi daerah (SIDa) dari aspek

(34)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

33

4.2 KONDISI SIDA SAAT INI

4.2.1 Program SIDa Berjalan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) merupakan suatu

fasilitas yang tersedia guna mensejahterakan masyarakat dan meningkatkan daya

saing bangsa. Kondisi yang ada saat ini, dunia global memiliki paradigma yang

besar terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, hal tersebut dapat

meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat di suatu bangsa. Paradigma yang

ada ini merupakan proses transisi perekonomian suatu bangsa dari semula

berbasiskan pada sumber daya alam menjadi perekonomian berbasis pengetahuan

(Knowledge Based Economics). Perekonomian berbasis pengetahuan ini memiliki

keutamaan pada pengguanaa IPTEK sebagai faktor primer yang dapat

menggantikan modal, lahan, dan energi yang dapat meningkatkan daya saing

nasional maupun internasional.

Cara untuk meningkatkan daya saing nasional pada suatu negara yang telah

terbukti berhasi pada berbagai negara maju, indikatornya adalah adanya suatu

Sistem Inovasi Nasional yang dapat bersaing dengan produk luar lainnya di

tingkat nasional maupun tingkat internasinal. Ada berbagai macam faktor yang

mendorong satu daerah menyebabkan adanya suatu sistem inovasi pada suatu

daerah, sebagai berikut:

• Tekanan arus global yang semakin hari semakin meningkat;

• Produk di luar daerah semakin kompleks dan mempunyai siklus yang

singkat karena adanya perubahan teknologi dan tuntutan konsumen yang

semakin cepat;

• Terdapat perubahan persaingan pasar yang semakin cepat dan kompleks

yang dapat memunculkan berbagai dampak positif maupun negatif.

Terdapat tujuan utama lainnya dari adanya inovasi suatu daerah, yaitu untuk

(35)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

34

selain itu untuk meningkatkan kemampuan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) dalam mengakses dan memanfaatkan IPTEK dan dapat

mengembangkan hasil litbang dari daerah tersebut. Kabupaten Pamekasan

memiliki beberapa komoditas unggulan yang dapat dijadikan suatu inovasi daerah

(Tabel 4.4).

Tabel 4.4

Perkembangan Kinerja Bidang Pendidikan Kabupaten Pamekasan Tahun 2009 s.d 2012

(36)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

35

Angka Partisipasi Kasar (APK) menunjukkan proporsi anak sekolah pada suatu

jenjang pendidikan dalam kelompok sesuai jenjang pendidikan tersebut.

Sedangkan Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan proporsi anak sekolah

pada suatu kelompok usia tertentu yang bersekolah pada tingkat yang sesuai

dengan kelompok umurnya. APK dan APM di Kabupaten Pamekasan pada

masing-masing jenjang pendidikan dapat dijelaskan sebagai berikut: Angka

Partisipasi Kasar (APK) pada jenjang SD/MI pada tahun 2009 sebesar 111%,

tahun 2010 mengalami penurunan yang tidak terlalu signifikan sebesar 103,56%,

pada tahun 2011 naik lagi menjadi 113,30% dan pada tahun 2012 turun menjadi

sebesar 106%. Berdasarkan data dari rilis Pamekasan dalam Angka 2016, APM di

semua tingkat pendidikan pada tahun 2015 mengalami penurunan, khususnya di

tiga kecamatan; Pademawu, Pakong, dan Pasean yang angkanya kurang dari

100%.

Pada jenjang SMP/MTs tahun 2009 sebesar 86,63%, pada tahun 2010 mengalami

kenaikan sebesar 94%, pada tahun 2011 naik lagi menjadi sebesar 96,41% dan

pada tahun 2012 naik lagi menjadi sebesar 97%. Pada jenjang SMA/SMK/MA

pada tahun 2009 sebesar 66%, pada tahun 2010 naik menjadi sebesar 80 prosen,

pada tahun 2011 naik lagi menjadi sebesar 86 prosen dan pada tahun 2012 turun

menjadi sebesar 80,6 %.

Selanjutnya dilihat dari hasil Angka Partisipasi Murni (APM) pada jenjang SD/MI

pada tahun 2009 sebesar 97,50%, pada tahun 2010 naiksebesar 98,23 prosen, pada

tahun 2011 naik lagi sebesar 111%, dan pada tahun 2012 turun menjadi sebesar

97%. Pada jenjang SMP/MTs tahun 2009 sebesar 73,63%, tahun 2010

naikmenjadi sebesar 84%, dan pada tahun 2011 naik lagi menjadi sebesar 86%,

dan pada tahun 2012 naik lagi menjadi sebesar 89%. Pada jenjang

SMA/SMK/MA tahun 2009 sebesar 61 prosen, tahun 2010 naik menjadi sebesar

75%, pada tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi 80%, dan pada tahun 2012

(37)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

36

Tabel 4.5

Indikator Derajat Kesehatan Kabupaten Pamekasan Tahun 2008 s.d 2012

Sumber: RPJMD Kabupaten Pamekasan 2013-2018

Tabel 4.6

(38)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

37

Kualitas sumber daya manusia dapat ditingkatkan melalui peningkatan kesehatan

di masyarakat. Faktor kesehatan merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan

masyarakat. Untuk itulah Kabupaten Pamekasan menetapkan peningkatan

aksessibilitas dan kualitas serta pelayanan bidang kesehatan masyarakat pada

urutan ketiga prioritas pembangunan daerah. Pembangunan kesehatan lebih

diarahkan dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan dan kesehatan

masyarakat agar mampu secara mandiri memelihara kesehatan individu dan

keluarganya serta meningkatkan pelayanan kesehatan secara optimal kepada

masyarakat, khususnya masyarakat yang berpenghasilan rendah

Struktur ekonomi Kabupaten Pamekasan dapat dilihat dari kontribusi

masing-masing sektor dalam sumbangannya terhadap PDRB total ADHB. Pada tahun

2013 mengalami peningkatan 6,28 persen, melambat 0,004 persen dibanding

sebelumnya. Peranan terbesarnya di dukung oleh kegiatan ekonomi yang

tergabung dalam kelompok primer mengalami kelambatan 0,86 persen dibanding

dengan tahun 2012. Kondisi yang berbeda terjadi pada sektor sekunder dan sektor

tersier yang mengalami percepatan pertumbuhan masing-masing sebesar 1.30

persen dan 0,51 persen. Di setiap kelompok sektor ini memiliki andalan, yaitu

sektor pertanian (untuk kelompok sektor primer), sektor bangunan (untuk

kelompok sektor sekunder), dan sektor perdagangan, hotel, restoran (untuk

kelompok sektor tersier). Sektor-sektor tersebut merupakan pemicu roda

perekonomian Kabupaten Pamekasan karena sekitar 71,63 persen lebih kegiatan

ekonomi berasal dari sektor-sektor tersebut sehingga perlu mendapat perhatian

dalam rangka pengembangan perekonomian regional.

Di Kabupaten Pamekasan kelompok sektor primer pertanian selama periode

2009-2013 mengalami trend yang cenderung turun walaupun landai. Sedangkan

kelompok sektor tersier cenderung naik meskipun tidak signifikan. Fenomena ini

disatu pihak dapat diinterpretasikan sebagai sinyal positif, yaitu kelompok sektor

primer menstimulus kelompok sektor sekunder/industri dan kelompok sektor

(39)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

38

menunjukkan terjadinya transformasi ekonomi sektoral dari agraris ke industri

atau jasa-jasa. Untuk menuju ke arah tersebut bisa saja terjadi membutuhkan

waktu yang relatif lama. Hal ini bisa dipahami karena sektor pertanian masih

menjadi pilihan utama bagi sebagian besar masyarakat Pamekasan.

Merujuk pada data statistik tahun 2016, struktur ekonomi Kabupaten Pamekasan

tidak mengalami perubahan siginifikan. Secara garis besar struktur ekonomi

Kabupaten Pamekasan masih didoninasi oleh tiga sektor utama, yaitu; pertanian

kehuatanan, dan perikanan (35,9%); kategori perdagangan dan reparasi kendaraan

bermotor (19,6%); dan, sektor konstruksi (10,1%).

Sebagai daerah yang sedang dalam proses transisi, harus diakui tidaklah mudah

untuk memastikan ketersediaan berbagai layanan publik, dan kebutuhan

masyarakat yang benar-benar merata. Akibat keterbatasan dana pembangunan,

sering terjadi arah dan fokus pembangunan dilakukan secara terbatas, sehingga

belum menyentuh aspek-aspek yang dibutuhkan masyarakat secara adil dan

merata. Kinerja Pemerintah Kabupaten Pamekasan yang masih membutuhkan

perhatian adalah:

1. Di bidang pembangunan dan penyediaan infrastruktur publik, beberapa

permasalahan yang timbul di lapangan adalah berkaitan dengan penyediaan

fasilitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik yang masih

belum maksimal, terutama berkaitan dengan upaya pengadaan tanah,

penyediaan fasilitas air bersih, serta pembangunan desa tertinggal yang

belum sepenuhnya dapat dipenuhi. Di sisi lain, ketersediaan infrastruktur di

bidang ekonomi umumnya juga belum tergarap dengan baik, karena

keterbatasan dana pembangunan yang ada. Dalam beberapa tahun terakhir,

ancaman bencana banjir yang terus terjadi di musim penghujan, seringkali

bukan hanya menimbulkan kerusakan fisik sejumlah sarana dan prasarana

(40)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

39

2. Di bidang pendidikan, angka partisipasi sekolah di jenjang SMA sederajat

umumnya belum berkembang dengan optimal, karena masih adanya krisis

kepercayaan di benak sebagian masyarakat terhadap arti penting sekolah.

Selain itu, harus diakui di Kabupaten Pamekasan juga belum terealisasi

secara maksimal profesionalisme guru dan tenaga pendidikan. Di

Kabupaten Pamekasan, untuk pembangunan bidang pendidikan harus diakui

masih ada sebagian guru dan tenaga pendidikan yang belum

memperlihatkan kinerja yang benar-benar profesional dalam

penyelenggaraan proses belajar-mengajar, terutama karena latar belakang

pendidikan yang sebagian belum sesuai dan juga karena ketidakmampuan

untuk membangun suasana belajar yang benar-benar joyfull learning dan

partisipatif.

3. Di bidang kesehatan, beberapa indikator kinerja yang belum tercapai secara

optimal, bukan hanya berkaitan dengan cakupan imunisasi anak yang belum

merata, dan promosi kesehatan yang belum mendapatkan dukungan yang

optimal dari stakeholder, tetapi juga berkaitan dengan belum tercipta

pemerataan dalam standarisasi sarana dan prasarana layanan kesehatan.

4. Di bidang ekonomi, berbagai permasalahan pembangunan yang dihadapi

dan membutuhkan perhatian adalah berkaitan dengan upaya untuk

mendorong perkembangan sektor riil yang fungsional bagi masyarakat

miskin, menciptakan lapangan kerja untuk para pengangguran yang masih

belum dapat direalisasi secara maksimal, dan di lapangan masih sering

terjadi missmatch antara profil tenaga kerja yang ada dengan kesempatan

kerja yang tercipta. Di sisi lain, kendati telah dilakukan pembinaan, tetapi

kualitas SDM pengelola koperasi dan UMKM umumnya masih

membutuhkan berbagai pembenahan. Di Kabupaten Pamekasan, sepanjang

tahun 2014 diketahui bahwa produktivitas sektor pertanian juga cenderung

menurun, terutama karena faktor anomali cuaca dan kepemilikan lahan yang

(41)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

40

berjalan mantap, karena faktor-faktor eksternal, seperti inflasi dan kenaikan

harga BBM yang menimbulkan efek domino yang membebani masyarakat.

5. Kendati kualitas layanan publik di berbagai bidang, khususnya kesehatan

dan pendidikan telah meningkat, namun demikian pemerataan ketersediaan

sarana dan prasana pelayanan publik, dan jumlah sumber daya manusia

yang ada umumnya masih belum sepadan dengan jumlah dan persebaran

masyarakat yang membutuhkannya.

Untuk mencapai sasaran penguatan sistem inovasi daerah, dibutuhkan strategi

yang tepat. Mengacu pada visi, misi dan sasaran penguatan sistem inovasi daerah

serta mempertimbangkan perkembangan terkini kebijakan pemerintah daerah

dalam membangun ekonomi regional, maka arahan strategi utama penguatan

Sistem Inovasi Daerah adalah sebagai berikut:

1. Penguatan pilar-pilar kebijakan tematik sistem dengan fokus utama pada

penguatan kerangka dasar penguatan Sistem Inovasi Daerah.

2. Penguatan sistem inovasi pada tataran sektoral, dengan fokus pada

penguatan klaster industri regional seperti yang tertuang dalam agenda dan

prioritas pembangunan jangka menengah daerah daerah serta posisi Provinsi

Jawa Timur dalam koridor ekonomi yang telah ditetapkan dalam MP3EI,

meliputi 2 (dua) hal yakni:

a. Pengembangan bisnis proses penguatan sistem inovasi pada upaya

mendukung pengembangan rantai nilai komoditas utama wilayah

kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur serta wilayah Provinsi Jawa

Timur sebagai koridor ekonomi yang telah ditetapkan dalam MP3EI.

b. Pengembangan bisnis proses penguatan sistem inovasi pada upaya

mendukung pengembangan konektivitas intra regional dan antar

regional sesuai MP3EI.

3. Penguatan Sistem Inovasi Daerah dengan fokus pada daerah-daerah yang

(42)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

41

4. Penguatan jaringan inovasi dengan fokus pada keterkaitan antar aktor-aktor

pada sub sistem sumber daya inovasi dengan aktor-aktor pada sub sistem

industri serta keterkaitan dengan sub sistem pendukung.

5. Penguatan teknoprener dengan fokus pada pengembangan iklim dan

kerangka dasar yang kondusif bagi pengembangan usaha baru inovatif.

4.2.2 Evaluasi Program.

Rumusan strategi menunjukkan keinginan yang kuat bagaimana pemerintah

daerah menciptakan nilai tambah (value added) bagi stakeholder pembangunan

daerah. Di sini penting untuk mendapatkan parameter utama yang menunjukkan

bagaimana strategi tersebut menciptakan nilai (strategy objective). Melalui

parameter tersebut, dapat dikenali indikasi keberhasilan atau kegagalan suatu strategi sekaligus untuk menciptakan budaya “berpikirstrategis” dalam menjamin bahwa transformasi menuju pengelolaan pembangunan daerah yang baik,

partisipatif, transparan, akuntabel dan berkomitmen terhadap kinerja; strategi

harus dikendalikan dan dievaluasi (learning process).

Dalam rangka menyikapi berbagai permasalahan pembangunan sepanjang tahun

2014, berbagai upaya perbaikan yang perlu ditempuh Pemerintah Kabupaten

Pamekasan ke depan adalah:

1. Mendorong peningkatan pemanfaatan sumber daya air dan irigrasi yang

mendukung upaya pengembangan sektor pertanian, meningkatkan

pembangunan dan pemeliharaan jaringan jalan, serta pembangunan

infrastruktur publik yang merata, khususnya di desa tertinggal. Di tahun

mendatang, khususnya 2015, salah satu fokus program pembangunan di

Kabupaten Pamekasan yang perlu diperhatikan adalah perbaikan dan

penyediaan infrastruktur sosial-ekonomi yang memadai bagi masyarakat,

termasuk pembangunan infrastruktur untuk mengantisipasi ancaman

(43)

Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Pamekasan

42

2014, sebagian masyarakat di beberapa wilayah di Kabupaten Pamekasan

terpaksa mengungsi karena tempat tinggal dan usahanya kebanjiran. Dengan

memprioritaskan pembangunan dan perbaikan infrastruktur untuk

mengantisipasi ancaman banjir diharapkan di tahun 2015 dampak dan

ancaman banjir akan dapat direduksi, atau bahkan dieliminasi.

2. Meningkatkan kualitas dan pemerataan layanan pendidikan. Dalam hal ini,

di tahun mendatang fokus pembangunan akan diarahkan pada upaya

meningkatkan intensitas dan jumlah guru serta tenaga kependidikan yang

akan dilibatkan dalam kegiatan pembinaan dan pelatihan yang berorientasi

pada peningkatan kemampuan (skills) dalam penyelenggaraan belajar

mengajar. Sebagai daerah yang sedang dalam proses transisi, di sadari

bahwa modal sosial yang dibutuhkan sebagai fondasi pembangunan di

Kabupaten Pamekasan adalah kualitas sumber daya manusia yang

berkualitas. Untuk itu, ke depan upaya perbaikan yang dibutuhkan tidak

hanya pada penyediaan layanan pendidikan di berbagai wilayah, tetapi juga

peningkatan kualitas tenaga pendidik dan penyediaan sarana pembelajaran

yang dibutuhkan untuk menyediakan layanan pendidikan yang berkualitas.

3. Di bidang pembangunan kesehatan, program pembangunan di tahun

mendatang akan difokuskan pada peningkatan ketersediaan sarana dan

prasarana kesehatan yang memadai, layanan kesehatan dasar, memantapkan

program KB, meningkatkan kemampuan kualitas dan kuantitas tenaga

kesehatan, dan meningkatkan kapasitas kelembagaan kesehatan. Disadari

bahwa selama tahun 2014 telah diupayakan penyediaan fasilitas layanan

kesehatan, namun demikian untuk tahun 2015 perlu terus ditingkatkan

penyediaan dan kualitas layanan kesehatan, terutama bagi masyarakat

berpenghasilan menengah ke bawah.

4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang koperasi, UMKM

dan kualitas tenaga kerja yang ada agar sesuai dengan kebutuhan pasar kerja

Gambar

Gambar 2.1 Unsur-Unsur Penguatan SIDa
Gambar 2.2 Penataan Jaringan kolaboratif SIDa
Gambar 2.3 Kolaborasi Universitas-Industri (Salleh & Omar, 2013, p.662)
Gambar 2.4 Collaborative Framework sebagai upaya menjaga Pengetahuan di Organisasi (Shanker et a., 2013, p
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sektor yang mampu bertahan sebagai sektor prioritas pada masa yang akan datang yang dapat meningkatkan pembangunan ekonomi di Kabupaten Jember adalah sektor pertanian

 Peningkatan PENGELOLAAN POTENSI ENERGI DAN MINERAL yang Berwawasan Lingkungan Program Prioritas 4 Program Prioritas 4 Meningkatkan perekonomian masyarakat berorientasi

Dimaksudkan untuk memfokuskan pengambangan komoditas unggulan nasional perkebunan yang memiliki manfaat dan fungsi strategis dalam perekonomian nasional dan

Pengembangan pertanian dan agroindustri berbasis komoditas unggulan dapat mengacu pada Teori Dualisme Ekonomi yang diformulasikan oleh Boeke dimana dalam pembangunan

Jenis data yang digunakan adalah data produksi dan harga rata-rata komoditas sektor pertanian selama tahun 2021 .Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditas pertanian

Mampu Mengaplikasikan Konsep dan Prinsip Ilmu di bidang Agribisnis, serta Mampu Merancang dan Mengembangkan Konsep Pembangunan Pertanian yang Berwawasan

Berdasarkan hasil penelitian, maka didapatkan beberapa sektor unggulan, namun sektor yang menjadi prioritas untuk dikembangkan pada pemasaran Madura yaitu pertanian.. Sektor

Skripsi ini menganalisis komoditas unggulan regional sektor pertanian di Sulawesi Selatan pada tahun