• Tidak ada hasil yang ditemukan

t ips 0809614 chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "t ips 0809614 chapter3"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan menggunakan paradigma kualitatif dengan metode penelitian studi kasus, karena dalam penelitian sosial tidak selalu dapat digeneralisir seperti halnya ilmu eksak. Hal ini disebabkan oleh perbedaan dalam subjek penelitian. Seperti diketahui ilmu-ilmu sosial mempelajari tingkah laku manusia yang bersifat dinamis karena dipengaruhi potensi-potensi berpikir, emosi, pengalaman seseorang, kondisi sosial budaya, nilai-nilai yang berlaku dan dianut akan sangat berpengaruh pada hasil penelitian.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan memahami permasalahan yang terjadi di kalangan penyalahgunaan narkotika, aturan yang berlaku dalam komunitas mereka dalam situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap dan pandangan-pandangan mereka. Penelitian ini mencoba mengamati kehidupan para pengguna narkotika dan memahami secara lebih mendalam semua hal yang berkaitan dengan kehidupan mereka selama kurang lebih delapan bulan.

(2)

1. Sifatnya yang responsif 2. Adaptif

3. Lebih holistik

4. Kesadaran pada konteks tak terkatakan 5. Mampu memproses segera

6. Mampu mengejar klarifikasi dan mampu meringkas segera

7. Mampu menjelajahi jawaban ideosinkretik dan mampu mengejar pemahaman yang lebih mendalam.

Penelitian kualitatif sebagaimana yang didefinisikan oleh Bogdan dan Taylor (1975: 4), yaitu :

Refers to research procedures with procedure descriptive data : people‟s own written or spoken words and the observable behavior. This approach, direct itself at scvetting and the individuals within those setting and the study, be it an organization or an individual, is not reduced to an isolated variable or to a hypothesis, but is viewed instead as part of a whole.

(3)

sebagai fokus penelitian. Kemudian tahap selanjutnya dilakukan analisis yang mendalam terhadap data dan informasi yang diperoleh, menemukan tema dengan cara memfokuskan data yang diperoleh menjadi suatu bangunan pengetahuan yang baru. Hasil akhir dari penelitian ini, bukan sekedar menghasilkan data atau informasi yang sulit dicari, tetapi juga harus mampu menghasilkan informasi-informasi yang bermakna.

Permasalahan sosial yang dipilih sebagai tema penelitian ini adalah sebuah realitas sosial yang membutuhkan pemahaman sehingga dalam pengumpulan data dilakukan wawancara secara langsung dan observasi untuk mencari pemahaman tersebut. Paradigma penelitian kualitatif berpandangan bahwa realitas sosial tidak dapat dipisahkan dari pikiran dan persepsi subjek (orang yang diteliti maupun peneliti).

(4)

menangkap yang tersirat/tersembunyi (tacit knowledge.) Dari lapangan dapat terungkap seberapa dalam informasi dan makna dapat dimunculkan. Dalam paradigma ini memahami sebuah realitas tanpa membawa alat ukur.

Creswell (1998: 40) menjelaskan tentang studi kasus yang menunjuk kepada kajian yang terikat waktu dan tempat tertentu, serta didukung bahan kontekstual berkaitan dengan setting kasus tersebut. Data dikumpulkan dari berbagai sumber untuk mengungkapkan gambaran mendalam mengenai kasus tersebut. Studi kasus dapat juga dijelaskan sebagai eksplorasi tentang “sistem

terbatas” (bounded system) atau dapat juga beberapa kasus yang telah melewati waktu tertentu, melalui pengumpulan data secara mendalam yang berasal dari berbagai sumber informasi.

B. PEMILIHAN INFORMAN PENELITIAN

(5)

Lincoln dan Guba (1985: 247) mengemukakan bahwa :

“Naturalistic sampling is, then, very different from conventional sampling. It is based on informational, not statistical considerations. Its purpose is to maximize information, not to facilitate generalization”.

Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif (naturalistic) sangat berbeda dengan penentuan sampel dalam penelitian konvensional (kuantitatif). Dalam penelitian kualitatif, penentuan sampel penelitian tidak didasarkan perhitungan statistik. Sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan.

Karena itu, menurut Lincoln dan Guba (1985: 247), dalam penelitian naturalistik spesifikasi informan tidak dapat ditentukan sebelumnya. Sedangkan ciri-ciri khusus informan purposive, yaitu :

1. Emergent sampling design / sementara.

2. Serial selection of sample units / menggelinding seperti bola salju (snowball).

3. Continuous adjustment or focusing of the sample / disesuaikan dengan kebutuhan.

4. Selection to the point of redundancy / dipilih sampai jenuh.

Seperti telah dikutip di atas, besarnya informan purposif ditentukan oleh pertimbangan informasi. Seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985: 247) bahwa : “If the purpose is to maximize information, then sampling is terminated when no new information is forth-coming from newly sampled units; this redundancy is the primary criterion”. Dalam hubungan ini Nasution (1988: 248)

(6)

apabila telah sampai kepada taraf “redundancy” (datanya telah jenuh), ditambah informan tidak lagi memberikan informasi yang baru, artinya bahwa dengan menggunakan informan selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti.

Bila pemilihan sampel atau informan benar-benar menguasai situasi sosial yang diteliti (subjek), hal itu merupakan keuntungan, karena tidak memerlukan banyak informan lagi, sehingga penelitian cepat selesai. Jadi yang menjadi kepedulian dalam penelitian ini adalah “tuntasnya” perolehan informasi dengan keragaman variasi yang ada, bukan banyaknya informan sumber data.

(Miles & Huberman, 1986: 41-42)

Gambar 3.2. Proses pemilihan informan sumber data sampai kepada subjek penelitian para pengguna dan mantan pengguna narkotika. A

F C

I

K

D

E

J G

H

(7)

Berdasarkan gambar 3.2 tersebut dapat dijelaskan bahwa : peneliti telah merencanakan A sebagai orang pertama dari data yang diperoleh. Informan pangkal ini dipilih orang yang dapat “membukakan pintu” untuk mengenali keseluruhan medan secara luas, atau memberikan petunjuk untuk mendapatkan informan lain yaitu B. Selanjutnya dapat diperoleh informasi dari D, E, F dan seterusnya dalam hal ini sebagai subjek penelitian. Setelah dirasa jenuh, maka penelitian pun dihentikan karena sudah tidak dapat memberikan informasi lainnya. Penelitian ini mengambil enam orang informan dari beberapa instansi, yaitu Dinas Sosial, Kepolisian, Lembaga Permasyarakatan, Badan Narkotika Kabupaten, Bappeda Kabupaten Indramayu, Panti Rehabilitasi, sebagai informan pangkal. Informan pokok ada delapan orang para pengguna dan mantan pengguna, yang kemungkinan akan bertambah sesuai keadaan di lapangan.

(8)

C. INSTRUMEN DAN TEKNIS PENGUMPULAN DATA

Sesuai metode dan karakteristik penelitian kualitatif, maka instrumen utama penelitian adalah peneliti sendiri dibantu oleh pedoman wawancara secara terbuka. Dalam hal ini, peneliti sebagai “human instrument” berperan sebagai perencana, penentu fokus penelitian, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.

Dalam melakukan kegiatan di lapangan peneliti menggunakan catatan lapangan (field notes). Karena peneliti sebagai instrumen penelitian harus berupaya semaksimal mungkin bersikap dan berperilaku sebagai berikut : (1) mengkoordinir pengambilan informasi dari subjek penelitian, (2) menghindari perilaku dan pembicaraan yang tidak pasti tentang kepribadian yang menjadi subek penelitiannya, (3) menghindari kompetisi dengan subjek penelitian, (4) bersikap jujur, dan (5) menjaga kerahasiaan data yang disampaikan.

Dengan demikian diharapkan data yang terkumpul memiliki tingkat kepercayaan yang cukup meyakinkan sehingga hasil penelitian yang diperoleh memenuhi syarat untuk penelitian kualitatif.

(9)

banyak pada observasi berperan serta (participant observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi baik data primer (data utama) maupun data sekunder (data penunjang).

1. Observasi (pengamatan)

Nasution (1982: 123) mengatakan bahwa: “observasi dilakukan untuk

memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti yang terjadi dalam kenyataannya”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan memahami makna dari perilaku tersebut.

(10)

2. Wawancara

Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang efektif di dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif. Wawancara menggunakan komunikasi dua arah antara peneliti dan responden, yaitu pihak-pihak yang menjadi sumber utama dalam penelitian ini. Dalam hal ini peneliti mengadakan wawancara dengan para pengguna dan mantan pengguna, juga dengan informan pangkal yang membukakan jalan kepada para pengguna, dengan perwakilan masyarakat di Dinas Sosial Kabupaten Indramayu, Polres Indramayu dan Lembaga Pemasyarakatan Kabupaten Indramayu. Materi yang digali dalam wawancara adalah segala hal yang berkaitan dengan penanganan penyalahgunaan narkotika sebagai penyimpangan sosial masyarakat, yaitu seputar keadaan ekonomi, kebiasaan, status dan peran sosial orangtua, serta pertanyaan yang bersifat pribadi mengenai kehidupan masa lalu, mengapa dan kapan mulai menggunakan narkotika.

Penjelasan di atas sejalan dengan Esterberg (2002) yang mendefinisikan wawancara sebagai berikut: “a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topik”. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan gagasan melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

(11)

yang akan diteliti, dan ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini berdasarkan pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.

Dalam wawancara, peneliti menggunakan wawancara tak berstruktur (unstructured interview). Wawancara tak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanya.

Hasil wawancara yang relevan dijadikan sumber dan dikemas menjadi materi pembelajaran IPS. Perolehan data terbanyak sebagai sumber pembelajaran yaitu hasil wawancara dengan para mantan pengguna yang telah menjalani program rehabilitasi sehingga lebih dapat memberikan relevansi dan pemahaman positif bagi para siswa.

3. Studi dokumentasi

(12)

dikumpulkan dalam penelitian ini antara lain laporan ungkap kasus narkotika dari Kepolisian Kabupaten Indramayu dan Undang-undang Narkotika No 35 tahun 2009.

4. Administrasi Pembelajaran IPS

(13)

siswa agar terhindar dari perilaku penyimpangan sosial yang diakibatkan oleh penyalahgunaan narkotika.

D. TAHAP PENGUMPULAN DATA

Data yang dikumpulkan untuk keperluan studi ini adalah berbagai hal mengenai :

1. Latar belakang umum dan psikologis subjek penelitian, mengenai beberapa hal yang menyangkut kehidupan pribadi mereka, seperti :

a. Kondisi keluarga.

b. Masa lalu kehidupannya.

c. Saat pertama kali mulai mencoba narkotika. d. Latar belakang (alasan) menggunakan narkotika.

e. Reaksi/tanggapan keluarga setelah mengetahui subjek terlibat narkotika. f. Subjek memikirkan atau tidak resiko yang akan diterimanya setelah terjun

dalam dunia gelap narkotika.

g. Subjek menikmati/menyenangi/membiarkan keadaannya.

2. Latar belakang sosial-ekonomi subjek penelitian, mengenai kondisi keluarga dan diri sendiri, seperti :

(14)

3. Latar belakang kultural subjek penelitian, mengenai lingkungan tempat mereka berasal dan dimana mereka tinggal, seperti :

a. Kebiasaan atau budaya yang sudah berlangsung di lingkungan subjek penelitian.

b. Suasana dan hubungan antar keluarga di rumah. c. Pergaulan di antara sesama anak-anak dan remaja.

d. Sikap dan tindakan dari masyarakat terhadap kegiatan para pengguna narkotika.

(15)

E. VALIDITAS

Guba dalam Noeng Muhadjir (1996: 126) menjelaskan ada tiga teknik untuk menguji terpercayanya temuan, yaitu: a) memperpanjang waktu tinggal dengan mereka, b) observasi lebih tekun, dan c) menguji secara triangulasi. Sedangkan Creswell (1997: 213) menyatakan, “He expands on two procedural concept: triangulation and member checking. He suggest that triangulation of information-searching for convergence of information-relates directly to “data situations” in developing in a case study..

Untuk tingkat kredibilitas setiap informasi yang diperoleh dalam penelitian ini mesti mendapatkan pembenaran dari sumber informasinya maupun sumber lain. Untuk itu dilaksanakan beberapa kegiatan sebagai berikut:

1. Informasi yang terkumpul dalam catatan lapangan melalui wawancara, dikofirmasikan secara langsung kepada responden untuk memperoleh pembenaran juga koreksi atau kritik, dan responden lainnya memungkinkan lebih lengkapnya dan menjamin keabsahan informasi tersebut. Tahap ini biasanya disebut tahapan member check yang dilakukan untuk memeriksa kebenaran data. Member check merupakan kegiatan yang tidak dapat diabaikan, karena merupakan langkah pengecekan ulang data yang telah diperoleh peneliti dari responden.

(16)

untuk mendekati ketuntasan bagi pengelolaan data selanjutnya. Kemudian melakukan triangulasi dengan teman sejawat untuk memperoleh respons dan kritik ilmiah. Menurut Nasution (1996: 32) “triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan cara memanfaatkan sesuatu di luar data sebagai pembanding yang dapat digunakan untuk memeriksa keabsahan data.”

3. Dari data yang dikumpulkan baru dianggap baik dan valid manakala ada penguat, untuk itu peneliti melakukan bimbingan dan meminta tambahan rujukan dari para pembimbing sebagai expert opinion agar lebih menguatkan untuk mengangkat kasus penyalahgunaan narkotika ini ke dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.

F. ANALISIS DATA

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.

(17)

dilakukan, juga setelah selesai di lapangan. Kegiatan menganalisis data dalam penelitian merupakan suatu pekerjaan penting untuk dilakukan, karena melalui kegiatan tersebut peneliti akan mendapatkan makna terhadap data yang dikumpulkan.

Peneliti tidak mencari data untuk membuktikan kebenaran atau menolak hipotesis yang dibuat sebelumnya melainkan membuat abstraksi ketika fakta-fakta khusus terkumpul dan dikelompokkan bersama-sama. Hal ini disebabkan karena penulis mengamati situasi yang terjadi dan mengangkatnya menjadi suatu kasus yang layak untuk diteliti dan dianalisis. Dalam hal ini Nasution (1988: 275) menyatakan bahwa “analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian.”

1. Analisis sebelum di lapangan

Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan atau data sekunder yang akan digunakan untuk fokus penelitian, antara lain dari Dinas Sosial, BNK dan Polres Kabupaten Indramayu, namun demikian, fokus penelitian itu masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama berada di lapangan.

2. Analisis data di lapangan

(18)

saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Respondennya adalah sumber data primer yaitu para pengguna (dua orang wanita), mantan pengguna narkotika (enam orang pria) dan mantan pengguna sekaligus pengedar eksnarapidana (satu orang pria). Bila jawaban mereka setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu, sehingga diperoleh data yang dianggap kredibel. Miles and Huberman dalam Moleong (2007: 287), mengemukakan bahwa “aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.” Aktivitas dalam analisis data itu adalah reduction, data display dan conclusion drawing/verification.

Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar berikut :

(Sumber : Moleong,2007: 287)

Gambar 3.3. Komponen Analisis Data Model Interaktif Data

Collection

Data reduction

Data Display

(19)

a. Data reduction (reduksi data)

Mereduksi data berarti mengurangi, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, selanjutnya mencari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya. Dalam mereduksi data, peneliti harus terus berpegang pada tujuan utama yang akan dicapai dalam penelitian ini. Dalam melakukan reduksi data, peneliti tetap mendiskusikannya dengan para pembimbing sebagai „expert opinion‟ atau pakar di bidangnya seperti yang penulis lakukan, sehingga dapat menambah wawasan untuk mengembangkan pengembangan teori yang signifikan.

b. Data display (penyajian data)

(20)

keterhandalannya rendah. Data display ini dilakukan untuk mempermudah melihat gambaran penelitian secara menyeluruh atau bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, flowchart dan sejenisnya. dalam penelitian ini penulis menyajikan data dengan teks yang bersifat naratif.

c. Conclusion drawing/verification

Peneliti melakukan verifikasi atau memberi makna dari data yang dikumpulkan. Pemberian penafsiran atau makna ini dihubungkan dengan konsep pendukung berkenaan dengan upaya penanganan penyalahgunaan narkotika sebagai penyimpangan sosial masyarakat. Verifikasi dilakukan dengan cara mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hipotesis dan sebagainya. Kesimpulan awal penelitian masih bersifat sementara, karena masih sangat tentatif dan kabur. Agar diperoleh kesimpulan yang lebih mantap, kesimpulan senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung. 3. Analisis data setelah selesai dari lapangan

Proses penelitian kualitatif setelah memasuki lapangan, dimulai dengan menetapkan seeorang informan kunci “key informan” yang merupakan informan yang mampu dipercaya untuk “membukakan pintu” kepada peneliti untuk

(21)

selama ini pembelajran IPS telah mampu memberikan pemahaman mengenai bahaya penyalahgunaan narkotika kepada para siswa?” Kemudian menuliskan

laporan hasil penelitian.

G. TAHAP PELAKSANAAN PENELITIAN

Tahap penelitian yang dimaksud disini adalah aktivitas yang dilakukan secara berurut dari awal sampai akhir penelitian, yang nantinya memberikan gambaran tentang keseluruhan perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan data, analisis dan penafsiran data, sampai pada penulisan laporan penanganan penyalahgunaan narkotika sebagai penyimpangan sosial masayarakat di Kabupaten Indramayu.

Secara umum tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini ada empat tahap, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Moleong (2004:85), yaitu :

1. Tahap pralapangan

(22)

2. Tahap pekerjaan lapangan

Tahapan pekerjaan lapangan atau pelaksanaan studi adalah kegiatan yang dilakukan peneliti di lokasi penelitian, yakni pengumpulan data melalui teknik-teknik yang telah ditetapkan sesuai dengan prosedur penelitian dan kondisi lapangan, meliputi: (1) memahami latar penelitian dan persiapan diri, (2) memasuki lapangan, dan (3) berperan serta sambil mengumpulkan data. Kegiatan ini dilakukan di SMP N 3 Balongan. Dalam melakukan penelitian ini, dikembangkan berbagai macam rubrik penelitian yang nantinya dapat membantu pelaksanaan proses pembelajaran dari sekolah. Peneliti mencoba menuangkan hasil penelitian ini untuk dijadikan sumber dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model reflective inquiry yang mengembangkan kemampuan mengambil keputusan atau decision making skill. Kemampuan ini berfungsi saling melengkapi dengan kemampuan memecahkan masalah atau problem solving. yang dikembangkan dalam pengajaran ilmu sosial yang berorientasi pada karakter ilmu sosial.

3. Tahap analisis data

(23)

soal-soal katagori pemahaman (C2) yang akan diberikan kepada siswa dalam pembelajaran di kelas.

4. Tahap penulisan laporan

Gambar

Gambar 3.2.  Proses pemilihan informan sumber data sampai kepada subjek penelitian para pengguna dan mantan pengguna narkotika
Gambar 3.3. Komponen Analisis Data Model Interaktif

Referensi

Dokumen terkait

Memperpanjang masa pengamatan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari

Data dari empat macam variabel penelitian akan dikumpulkan dari para responden dengan mengadakan angket dalam bentuk skala sikap model Likert dan inventori ragam

Proses wawancara difokuskan kepada mahasiswa yang oleh peneliti dianggap memiliki kriteria objektif dan mampu menjadi representatif dari informasi yang diinginkan

Data yang dikumpulkan dari lapangan adalah hasil pengamatan langsung terhadap situasi yang mengikutinya dalam situasi natural, wajar, sebagaimana adanya, kemudian

Dalam tahap ini keseluruhan pedoman penelitian yang berhasil dikumpulkan, baik dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi dalam proses pembelajaran PKn dengan

Keuntungan menggunakan kuesioner (rating scale) adalah dapat mengumpulkan data dari jumlah besar subjek; data yang dikumpulkan lebih objektif daripada menggunakan

Keuntungan menggunakan kuisioner ( rating scale ) adalah dapat mengumpulkan data dari jumlah besar subjek; data yang dikumpulkan lebih objektif daripada menggunakan

Selain meminta ijin pada pemilik sekolah, peneliti juga meminta ijin pada kepala sekolah dengan menunjukkan surat keterangan dari UPI untuk memudahkan peneliti mengikuti