• Tidak ada hasil yang ditemukan

t ips 0907653 chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "t ips 0907653 chapter3"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan metode penelitian survai. Menurut

Singarimbun (1992:1) bahwa penelitian survai adalah “penelitian yang mengambil

sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner dan test sebagai alat

pengumpul data yang pokok.” Data dalam penelitian ini dikumpulkan

menggunakan kuesioner dan tes. Setelah data diperoleh kemudian hasilnya

dipaparkan secara deskriptif dan pada akhir penelitian akan dianalisisi untuk

menguji hipotesis yang diajukan pada awal penelitian.

Kerlinger (Iskandar, 2009:3) menjelaskan bahwa penelitian survai

mengkaji populasi yang besar maupun kecil dengan menyeleksi serta mengkaji

sampel yang dipilih dari populasi itu untuk menemukan insidensi, distribusi dan

interelasi relatif dari variabel-variabel sosiologi dan psikologi. Menurut tingkat

eksplanasinya, penelitian ini termasuk jenis penelitian asosiatif. Sugiyono

(2009:11) menyatakan bahwa penelitian asosiatif ialah penelitian yang mencari

hubungan antar satu atau beberapa variabel dengan variabel lainnya. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif

menuntut ketelitian, ketekunan dan sikap kritis dalam menjaring data yaitu

populasi dan sampel, karena data hasil penelitian ini berupa angka-angka yang

harus diolah secara statistika, maka antar variabel-variabel yang diajukan objek

(2)

pendekatan statistika yang akan digunakan sebagai pengolahan data yang pada

gilirannya merupakan hasil analisis yang dapat dipercaya (validitas dan

reliabilitas), dengan demikian mudah untuk digeneralisasi sehingga rekomendasi

yang dihasilkan dapat dijadikan rujukan.

Menurut Sugiyono (2009:14), penelitian kuantitatif didasarkan kepada

paradigma positivism digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,

pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, dan analisis data bersifat

kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan.

B.Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi merupakan seluruh subjek penelitian. Menurut Mantra

(Singarimbun, 1995:149) menjelaskan bahwa “dalam suatu penelitian yang

menggunakan metode survai, tidaklah selalu perlu meneliti semua individu dalam

populasi, karena di samping memakan biaya yang sangat besar juga

membutuhkan waktu yang lama.” Dengan meneliti sebagian dari populasi,

diharapkan bahwa hasil yang diperoleh akan menggambarkan sifat populasi

bersangkutan sehingga untuk dapat mencapai tujuan ini, maka cara-cara

pengambilan sebuah sampel harus berdasarkan memenuhi syarat-syarat tertentu.

Pengambilan sampel responden peserta didik di tiap sekolah dengan teknik

(3)

secara acak dan berstrata secara proposional. Hal ini dilakukan karena kondisi

populasi penelitian ini terdiri dari beberapa kelompok individu dengan

karakteristik yang berbeda-beda, yaitu peserta didik kelas VII.

Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, jumlah

seluruh peserta didik SMPN kelas VII di kecamatan Pangalengan adalah 999. Dari

jumlah populasi tersebut dapat dihitung jumlah minimal sampel penelitian dengan

menggunakan rumus dari Taro Yamone (Rahmat, 1995:82), sebagai berikut :

n = �

� (�)2+ 1

Keterangan :

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

D = nilai kritis/tingkat kesalahan yang ditetapkan sebesar 5% atau 10%

Dengan menggunakan rumus tersebut, maka tingkat kesalahan yang

digunakan adalah 10%, didapatkan ukuran sampel sebesar:

n = 999

999 (0.1)2+ 1 = 91.00

Dengan demikian minimal sampel yang harus diambil adalah sebanyak 91

responden.Untuk membantu menentukan perwakilan dari setiap sampel, maka

menggunakan rumusan dari Singarimbun (1991:89) sebagai berikut:

n

k

=

��

(4)

Keterangan:

nk = jumlah anggota sampel dalam jumlah sampel Pk = jumlah anggota populasi yang ada dalam kelompok P = jumlah populasi

n = jumlah sampel

Jumlah sampel untuk masing-masing bagian setelah dilakukan perhitungan

dengan mengunakan rumus di atas, dapat dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Daftar Sampel

No Nama Sekolah Populasi Peserta Didik kelas VII

Sampel Peserta Didik

1 SMPN 1 469 43

2 SMPN 2 395 36

3 SMPN 3 135 12

Jumlah 999 91

Sumber: Hasil Hitungan, 2011

Adapun yang menjadi latar belakang dari pengambilan sampel kelas VII

ini didasari karena kelas VII program IPS telah mulai mempelajari konsep-konsep

bentuk muka bumi.

C.Operasional Variabel Penelitian

Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau

obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu

obyek dengan obyek yang lain (Hatch dan Farhady dalam Sugiyono, 2009:60).

Variabel mempunyai kaitan yang sangat erat dengan teori yang memiliki tujuan

untuk memberikan gambaran yang sistematis tentang suatu fenomena. Gambaran

yang sistematis tersebut dijabarkan dengan menghubungkan variabel yang satu

(5)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS (X1) yang

memiliki defenisi konseptual adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh peserta

didik setelah melakukan kegiatan belajar, keberhasilan peserta didik dalam

mengikuti pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar. Prestasi belajar adalah

hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, atau diciptakan secara individu

maupun secara berkelompok (Djamarah, 1994:19). Dalam hal ini hasil belajar

diambil dari capaian nilai rata-rata prestasi yang dicapai peserta didik pada mata

pelajaran IPS dalam periode tertentu.

Persepsi peserta didik tentang kompetensi profesionalisme guru IPS (X2)

yang memiliki defenisi konseptual adalah kecakapan atau kemampuan yang

dimiliki oleh guru yang diindikasikan dalam satu kompetensi, yaitu kompetensi

yang berhubungan dengan tugas profesionalnya sebagai guru dengan pandangan

dari peserta didik. Sedangkan defenisi operasional, persepsi kompetensi yang

merefleksikan kemampuan dan kecakapan seorang guru dalam menjalankan

profesinya terutama kemampuan menguasai atau mendalami subject matter

(bidang studi), cara mengajar dan prilakunya (Uno, 2009:43). Persepsi secara

langsung dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam merespon sesuatu.

Keterkaitan penafsiran peserta didik terhadap guru akan mempengaruhi kualitas

belajar peserta didik tersebut dalam proses pembelajaran di kelas.

Pengetahuan peserta didik tentang kebencanaan (Y1)dalam hal ini

diartikan sebagai pendukung dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun

(6)

mampu mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003:140). Pengetahuan

tentang bencana merupakan faktor penting dalam kesiapsiagaan.

Pemahaman peserta didik tentang Kebencanaan (Y2) dapat diartikan

sebagai mengerti benar atau memahami dengan benar akan konsep dari

kebencanaan. Menurut Bloom (Arifin, 2000:98) pemahaman didefinisikan sebagai

kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari.

Pemahaman merupakan hasil dari proses belajar mengajar yang mempunyai

indikator individu dapat menjelaskan atau mendefinisikan suatu unit informasi

dengan kata-kata sendiri.

Kesiapsiagaan (Y3), menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007

tentang penanggulangan bencana, merupakan serangkaian kegiatan yang

dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui

langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

Untuk memudahkan penelitian dan agar variabel penelitian dapat lebih

operasional, maka dikemukakan beserta indikator-indikator dari masing-masing

(7)

Tabel 3.2

1. Persepsi Kompetensi Akademik:

 Kognisi

 Penafsiran

 Tanggapan

2. Persepsi Kompetensi Pedagogik:

 Kognisi

 Penafsiran

 Tanggapan

3. Persepsi Kompetensi Kepribadian:

 Kognisi

 Penafsiran

 Tanggapan

4. Persepsi Kompetensi Sosial:

 Kognisi

1. Mengetahui terminoligi secara umum

2. Mengetahui fakta yang spesifik

3. Mengetahui konsep dasar

Pemahaman Peserta

1. Pengetahuan dan sikap terhadap risiko

bencana

2. Rencana untuk keadaan darurat bencana

3. Sistem peringatan bencana

4. Kemampuan memobilisasi sumber daya

Sumber : Modifikasi Standar Kompetensi Profesionalisme Guru, Taxonomy Bloom, dan LIPI-UNESCO/ISDR (2006:46)

D.Hubungan Antarvariabel

Bertolak dari operasional variabel penelitian sebagaimana diuraikan di

atas, maka alur hubungan antar variabel dapat dirumuskan.berdasarkan hubungan

antar variabel tersebut, terdapat keterkaitan antar variabel sebagai berikut, variabel

(8)

Bagan 3.1Hubungan Antarvariabel

berdasarkan bagan hubungan antar variabel tersebut, terlihat keterkaitan

antar variabel satu dengan variabel lainnya, yaitu :

1. Variabel X1 memiliki memiliki hubungan dengan variabel Y1

2. Variabel X1 memiliki memiliki hubungan dengan variabel Y2

3. Variabel X1 memiliki memiliki hubungan dengan variabel Y3

4. Variabel X2 memiliki memiliki hubungan dengan variabel Y1

5. Variabel X2 memiliki memiliki hubungan dengan variabel Y2

6. Variabel X2 memiliki memiliki hubungan dengan variabel Y3

7. Variabel X1 dan X2 secara bersama-sama memiliki hubungan dengan

variabel Y1

8. Variabel X1 dan X2 secara bersama-sama memiliki hubungan dengan

variabel Y2

9. Variabel X1 dan X2 secara bersama-sama memiliki hubungan dengan

variabel Y3 Hasil Belajar IPS

(X1)

Pengetahuan Peserta Didik tentang Kebencanaan

(Y1)

Persepsi Profesionalisme

Guru IPS (X2)

Pemahaman Peserta Didik tentang Kebencanaan

(Y2)

(9)

E.Teknik Pengumpulan

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur berupa

instrumen tes dan studi dokumentasi. Instrumen tes digunakan untuk mengukur

variabel pemahaman kebencanaan. Dengan bentuk tes objektif, tes objektif

merupakan keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes yang telah

tersedia. Menurut Popham (Purwanto, 2009: 72) menyebutnya dengan istilah tes

jawaban dipilih.

Sedangkan untuk studi dokumentasi digunakan untuk mengamati

catatan-catatan prestasi, baik yang menyangkut prestasi akademik maupun nonakademik.

Dokumentasi diambil dari nilai rata-rata prestasi peserta didik pada mata pelajaran

IPS dalam periode tertentu pada materi pokok keragaman bentuk muka bumi,

proses pembentukan, dan dampaknya terhadap kehidupan.

Teknik pengumpulan data, dilakukan dengan menempuh langkah-langkah

sebagai berikut:

- Menyusun kisi-kisi tes

- Merumuskan pertanyaan-pertanyaan

- Melakukan uji coba

- Menguji tingkat validitas dan realibilitas

(10)

a. Penyusunan Instrumen

(1) Instrumen Pengukuran Persepsi Kompetensi Profesionalisme Guru

Instrumen ini disusun dari konstruk persepsi yang dikonseptualisasikan

melalui indikator dan dikembangkan dari defenisi persepsi Mar’at (1985) ; Thoha

(1983) ; Abdurachman (1988), sedangkan profesionalisme guru yang dimodifikasi

dari Standar Profesionalisme Guru PP No.16 Tahun 2007 terdiri dari tiga kategori

persepsi profesionalisme guru IPS :

(a) Kepercayaan, pendapat (Kognisi) mengenai profesionalisme guru geografi

akademik, pedagogik, kepribadian, dan sosial.

(b) Penafsiran mengenai profesionalisme guru IPS akademik, pedagogik,

kepribadian, dan sosial.

(c) Tanggapan mengenai profesionalisme guru IPS akademik, pedagogik,

kepribadian, dan sosial.

Berdasarkan kategori-kategori di atas, tersusun 32 butir pernyataan yang

terlebih dahulu diujicobakan sebelum dijadikan alat penelitian. Kisi-kisi

(11)

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Pengukur Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Profesionalisme Guru IPS

Variabel Indikator Aspek Butir

Instrumen

1. Pemahaman teori/konsep materi bentuk muka bumi

1,6

2. Penjelasan Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS kelas VII:

mendeskripsikan keragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan dan

dampaknya terhadap kehidupan.

3,4,

3. Menunjukkan manfaat materi pelajaran IPS:faktor-faktor dan penyebab terjadinya gempa bumi dan akibatnya yang

ditimbulkannya.

1. Penerapan pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran materi IPS kelas VII:bentuk muka bumi, gempa bumi.

2,7,14

2. Pemilih materi pembelajaran bentuk muka bumi, gempa bumi sesuai dengan tujuan pembelajaran

9,11,13

3. Pengalokasikan waktu yang efesien dan efektif

16,18

4. Pemanfaatan sumber dan media pada pembelajaran bentuk muka bumi, gempa bumi

17, 19

5. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan interaktif

20, 22

6. Memotivasi peserta didik 21,24

7. Melakukan evaluasi pada setiap materi pembelajaran IPS

1. Berprilaku jujur, berahlak mulia, dan teladan

25,27

2. Menunjukkan pribadi yang arif dan bijaksana

28

3. Memberikan contoh teladan pada peserta didik

1. Berinteraksi secara efektif dengan peserta didik baik di dalam maupun di luar kelas

30

2. Bersikap adil dan tidak diskriminatif pada peserta didik lainnya

31

3. Dapat berkomunikasi dengan orang tua peserta didik /teman sejawat secara efektif

32

Sumber : Modifikasi Standar Kompetensi Profesionalisme Guru

Skala yang digunakan adalah skala interval 5-4-3-2-1, skor 5 menggambar

sangat setuju, skor 4 setuju, skor 3 ragu-ragu, skor 2 tidak setuju, skor 1 sangat

(12)

(2) Instrumen Pengetahuan Peserta Didik tentang Kebencanaan

Instrumen ini disusun berdasarkan indikator yang hendak dicapai,

soal-soal tes yang digunakan berupa tes objektif. Instrumen ini mencakup ranah

kognitif pada aspek pengetahuan (C1), aspek pengetahuan terbagi atas tiga bagian,

yaitu mengetahui terminologi secara umum, mengatahui fakta yang spesifik,

mengetahui konsep dasar.

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Pengetahuan Peserta didik tentang Kebencanaan

Variabel Indikator No Item

Pengetahuan peserta didik tentang Kebencanaan

Y1

 Mengetahui terminologi secara umum 1,2,3, 13

 Mengetahui fakta yang spesifik 5, 7, 9, 10,

12, 14, 15

 Mengetahui konsep dasar 4, 6, 8, 11,

(3) Instrumen Pemahaman Peserta Didik tentang Kebencanaan

Instrumen ini disusun berdasarkan indikator yang hendak dicapai,

soal-soal tes yang digunakan berupa tes objektif. Indikator pemahaman terdiri dari:

(13)

Tabel 3.5

Kisi-kisi Instrumen Pemahaman Peserta didik tentang Kebencanaan

Variabel Indikator No Item

Pemahaman peserta didik tentang Kebencanaan

Y2

 Translasi 1,2,3, 13

 Interpretasi 5, 7, 9, 10,

12, 14, 15

 Ekstrapolasi 4, 6, 8, 11,

Pengukuran data keduanya adalah ratio karena data yang jaraknya sama

serta mempunyai nilai yang absolut (Sugiyono, 2009:25). Dari bentuk objektif

mempunyai dua kemungkinan yaitu benar apabila pada sebuah butir soal, peserta

didik mampu menjawab sesuai dengan kunci jawabannya dan salah apabila

peserta didik memilih jawaban yang tidak sesuai dengan kunci jawabannya. Oleh

karena keberadaannya bersifat pasti, maka peserta didik akan memperoleh skor 1

(satu) apabila menjawab benar dan 0 (nol) apabila menjawab salah.

(4) Instrumen Kesiapsiagaan

Instrumen ini disusun berdasarkan parameter kesiapsiagaan bencana,

menurut tim peneliti LIPI-UNESCO/ISDR yaitu, pengetahuan dan sikap terhadap

risiko bencana,rencana untuk keadaan darurat bencana, sistem peringatan

(14)

Tabel 3.6

Kisi-kisi Instrumen Kesiapsiagaan

Variabel Indikator No Item

Kesiapsiagaan bencana

Y3

 Pengetahuan dan sikap terhadap risiko

bencana

1,2,3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,

11, 12

 Rencana kesiapsiagaan bencana 13, 14,

15,16, 17

 Sistem peringatan bencana 18, 19

 Memobilisasi sumber daya 20, 21

Keseluruhan instrumen yang telah disusun, selanjutnya diujicobakan di

salah satu SMP Negeri terhadap 41 orang peserta didik kelas VII. Selanjutnya

dianalisis untuk diketahui validitas dan realibilitasnya sehingga layak dijadikan

instrumen penelitian. Analisis dilakukan dengan menggunakan program Microsoft

Excel dan SPSS (Statistical Process and Social Scince) versi 17.0.

F. Uji validitas

Dalam penelitian ini diperlukan hasil penelitian yang valid dan realiable

dengan instrumen yang valid dan realiable, Sugiyono (2009: 173) menjelaskan

instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data

(mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur.

Somantri dan Sambas Ali Muhidin (2006:47) menyatakan bahwa “uji

reliabilitas dan validitas diperlukan sebagai upaya memaksimalkan kualitas alat

(15)

dilakukan untuk menilai kualitas alat ukur, Singarimbun dan Sofian Effendi

(1995:124) menjelaskan bahwa “validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur itu dapat mengukur apa yang ingin diukur”, sedangkan uji reliabilitas

dilakukan untuk mengetahui konsistensi instrumen sebagai alat ukur sehingga

hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Somantri dan Sambas Ali Muhidin

(2006:47-48) menjelaskan bahwa “hasil pengukuran dikatakan dapat dipercaya

apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek

yang sama (homogen) diperoleh hasil yang sama, selama aspek yang diukur

dalam diri subjek belum berubah”. Relatif sama yang dimaksud dalam hal ini

tetap ada toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa

kali pengukuran. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur validitas yaitu

sebagai berikut:

r

xy

=

�∑ − ∑

(∑ )

√{�∑ 2− ∑ )2 {�∑ 2 –(∑ )2}

Keterangan :

N = Jumlah Responden

X = skor yang diberikan oleh rater 1

Y = skor yang diberikan oleh rater 2

Selanjutnya untuk menguji signifikansi, angka korelasi yang diperoleh dari

setiap item dibandingkan dengan angka kritis tabel korelasi. Penentuan r

digunakan rumus sebagai berikut :

t = r �−2

(16)

Keterangan :

r = Koefesien korelasi internal n = Banyaknya responden

Kaidah keputusan nilai korelasi yang dihasilkan kemudian dibandingkan

dengan nilai t-tabel pada taraf nyata sebesar α = 0,05 dan derajat kepercayaan

sebesar dk = N2. Setelah dibandingkan, kemudian diambil keputusan dengan

kaidah sebagai berikut :

1) Jika nilai korelasi yang dihasilkan lebih besar dari harga tabel, maka alat

ukur yang digunakan dinyatakan valid.

2) Jika nilai korelasi yang dihasilkan lebih kecil atau sama dengan nilai

t-tabel maka alat ukur yang digunakan dinyatakan tidak valid.

Hasil uji validitas instrumen pengukuran persepsi profesionalisme guru

IPS ,pengetahuan peserta didik tentang kebencanaan dan pemahaman peserta

didik tentang kebencanaan adalah sebagai berikut :

(a). Instrumen pengukuran persepsi peserta didik tentang profesionalisme guru

IPS, hasil yang didapat adalah menunjukkan bahwa dari 55 butir intrumen

kuesioner, diperoleh 53 butir instrumen kuesioner atau sebanyak 96,36% yang

memiliki nilai r-hitung > nilai r-kritis pada taraf signifikansi a = 5 % dengan nilai

r-kritis 0,308. Sedangkan sisanya sebanyak 2 butir instrumen kuesioner atau

sebanyak 3,63% memiliki nilai r-hitung < r-kritis. Dengan demikian diperoleh

butir instrumen kuesioner valid sebanyak 53 dan 2 butir instrumen kuesioner

dinyatakan drop atau tidak dapat digunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

(17)

Tabel 3.7

Ujicoba Pengukuran Validitas Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Profesionalisme Guru IPS

Sumber : Hasil Penelitian, 2011

Dari tabel di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat 53 butir

instrumen kuesioner yang dinyatakan valid dan 2 butir instrumen kuesioner

mewakili setiap indikator.

(b). Untuk mengetahui validitas instrumen pengukuran pengetahuan peserta didik

(18)

kemudian angka tersebut dibandingkan dengan nilai n-kritis pada taraf

signifikansi a = 5% yaitu sebesar 0,308. Dari item 15 item pertanyaan diperoleh

15 item pertanyaan atau 100% dengan besaran angka korelasinya berada di atas

nilai n-kritis, dengan demikian diperoleh 15 item pertanyaan yang valid atau dapat

digunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.8.

Tabel 3.8

Ujicoba Pengukuran Validitas Instrumen Pengetahuan Peserta didik tentang Kebencanaan

Sumber : Hasil Penelitian, 2011

(c). Untuk mengetahui validitas instrumen pengukuran pemahaman peserta didik

tentang kebencanaan, dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product moment dan hasilnya diperoleh angka korelasi tiap item pernyataan untuk kemudian angka tersebut dibandingkan dengan nilai n-kritis pada taraf

signifikansi a = 5% yaitu sebesar 0,308. Dari item 15 item pertanyaan diperoleh

15 item pertanyaan atau 100% dengan besaran angka korelasinya berada di atas

nilai n-kritis, dengan demikian diperoleh 15 item pertanyaan yang valid atau dapat

(19)

Tabel 3.9

Ujicoba Pengukuran Validitas Instrumen Pemahaman Peserta didik tentang Kebencanaan

Sumber : Hasil Penelitian, 2011

G.Hasil Reliabilitas alat ukur Penelitian

Reliabilitas merupakan keandalan yang dapat diartikan dapat

dipercaya.Kepercayaan berhubungan dengan ketetapan dan konsistensi. Menurut

Kerlinger (Purwanto, 2009:154) memberikan batasan tentang reliabilitas yaitu :

1. Reliabilitas dicapai apabila kita mengukur himpunan objek yang sama berulang kali dengan instrument yang sama atau serupa.

2. Reliabilitas dicapai apabila ukuran yang sebenarnya untuk sifat yang diukur,

3. Keandalan dicapai dengan meminimalkan alat pengukuran yang terdapat dalam suatu instrumen pengukuran.

Dari defenisi reliabilitas tersebut dapat disimpulkan bahwa reliabilitas

berhubungan dengan kemampuan alat ukur untuk melakukan pengukuran secara

cermat.Reliabilitas merupakan akurasi dan presisi yang dihasilkan oleh alat ukur

dalam melakukan pengukuran.Pengujian alat ukur tes dan kuesioner

(20)

reliabilitas Alpha Cronbach dengan nilai 0.60 hingga 0.7 adalah nilai terendah yang dapat diterima. Rumus pengujian koefesioen reliabilitas Alpha Cronbach

sebagai berikut:

r

i

=

(�−1)

{ 1 -

∑ �2

2

}

Keterangan:

K = mean kuadrat antara subjek ∑Si2

= mean kuadrat kesalahan

St2 = varians total (Sugiyono, 2009:365)

Berdasarkan hasil perhitungan, angka koefesien reliabilitas instrumen

pengukuran persepsi peserta didik tentang profesionalisme guru IPS sebesar

0.949; koefesien reliabilitas instrumen pengukuran pengetahuan peserta didik

tentang kebencanaan sebesar 0.618; koefesien reliabilitas instrumen pemahaman

peserta didik tentang kebencanaan sebesar 0.703.Dari hasil perhitungan yang

didapat maka dapat disimpulkan bahwa keempat instrumen penelitian tersebut

memiliki keajegan sebagai alat ukur.

H.Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Uji normalitas data

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara frekuensi

hasil observasi dengan frekuensi harapan (teoretis), Somantri dan Sambas Ali

Muhidin (2006:292) menjelaskan bahwa “jika frekuensi hasil observasi sangat

dekat dengan frekuensi yang diharapkan, maka hal tersebut menunjukkan

kesesuaian yang baik, dan kesesuaian yang baik akan membawa kepada

penerimaan hipotesis”. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan

(21)

kriteria yang digunakan untuk mengukur apakah data tersebut berdistribusi

normal atau tidak dengan cara melihat nilai signifikansi yang tertera pada hasil

pengolahan.

Adapun kaidah yang digunakan menurut Priyatno (2009:58) yaitu sebagai

berikut jika nilai signifikansi (Sig.) > 0.05, maka data yang ada berdistribusi normal, sedangkan jika nilai signifikansi (Sig.) < 0.05, maka data yang ada tidak berdistribusi normal. Jika hasil data yang diolah merupakan data normal, maka

selanjutnya dalam pengujian hipotesis dapat menggunakan perhitungan statistika

parametrik, namun jika hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa data tidak

berdistribusi normal maka dalam pengujian hipotesis menggunakan perhitungan

statistika non parametrik.Jikauji normalitas dilakukan secara manual, maka

langkah-langkah yang diperlukan sebagai berikut (Riduwan, 2008:187):

1) Menentukan skor terbesar dan skor terkecil yang kemudian dilanjutkan

menghitungan Rentangan (R) dengan rumus

2) Menentukan banyaknya kelas interval

3) Menentukan panjang kelas (i) dengan rumus:

BK R i `

4) Menentukan rata-rata dengan rumus

n fx X

i

5) Menentukan simpangan baku dengan rumus

 

1

. 2

 

n n

fx fx

n

(22)

6) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan langkah sebagai

berikut:

o Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri kelas interval pertama

dikurangi 0,5 dan skor kanan kelas ditambah 0,5.

o Mencari nilai Z-score dengan rumus

S

Kriteria pengujian adalah pada taraf signifikansi α 0,05 dikatakan data

berdistribusi normal jika χ2

hitung≤ χ2tabel, sedangkan jika χ2hitung> χ2tabel maka data

dinyatakan tidak normal.

2. Uji homogenitas data

Uji homogenitas dilakukan guna mengetahui apakah skore setiap variabel

memiliki varians yang homogen atau tidak.Uji homogenitas ini sendiri merupakan

salah satu syarat untuk menggunakan statistik parametrik.Sebagaimana yang

dikatakan oleh Sugiyono (2009:150) bahwa “statistik parametris memerlukan

terpenuhi beberapa asumsi atau syarat, diantaranya yaitu data yang akan dianalisis

harus berdistribusi normal, varians data harus homogen dan harus memenuhi

asumsi linieritas”. Uji homogenitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan bantuan software SPSS v.17, dengan kriteria pengujian jika signifikansi (Sig) yang diperoleh > α (0.05) maka variansi setiap sampel sama

(homogen), namun jika signifikansi (Sig) yang diperoleh < α (0.05) maka variansi

(23)

menunjukkan bahwa variansi data homogen, maka pengujian hipotesis dapat

menggunakan statistik parametris.

Jika uji homogenitas dilakukan secara manual, maka langkah-langkah

yang diperlukan sebagai berikut:

1) Mencari nilai F dengan menggunakan rumus (Fisher, 1985:23):

)

2) Menentukan nilai F daftar dengan mencari nilai

Fα = (n1-1)(n2-1)

3) Menentukan homogenitas dengan kriteria, jika F hitung < Fα (n1-1)(n2-1)

maka kedua variansi tersebut homogen, sedangkan jika F hitung ≥ Fα (n1

-1)(n2-1) maka kedua variansi tidak homogen.

3. Uji linieritas

(24)

membentuk garis linier atau tidak.Sebagaimana yang dikatakan oleh Sugiyono

(2008:265) bahwa “jika tidak linier maka analisis regresi tidak dapat

dilanjutkan”.Untuk itulah mengapa sebelum dilakukannya uji hipotesis, maka

terlebih dahulu dilakukan uji linieritas.

Dijelaskan lebih lanjut oleh Sugiyono (2008:274) mengenai kriteria uji

linieritas bahwa untuk mengetahui regresi tersebut linier atau tidak, maka dapat

dilihat dari nilai Fhitung yang kemudian dibandingkan dengan nilai Ftabel. Adapun

kriterianya yaitu apabila Fhitung<Ftabel maka regresi tersebut dikatakan linier,

namun sebaliknya jika Fhitung>Ftabel maka regresi tersebut tidak linier, dan

konsekuensinya analisis regresi tidak dapat dilanjutkan. Adapun langkah-langkah

uji linieritas yaitu:

a) Hitung Jumlah Kuadrat Regresi (JKReg[a]) dengan rumus:

 

b) Hitung Jumlah Kuadrat Regresi (JKReg [b/a]) dengan rumus:



c) Hitung Jumlah Kuadrat Residu (JKRes) dengan rumus:

Re ( / ) Re ( ) 2

Res Y JK gb a JK ga

JK

d) Hitung Rata-rata Jumlah Kuadrat Regresi (RJKReg[a]) dengan rumus:

)

(25)

)

f) Hitung Raa-rata Jumlah Kuadrat Residu (RJKRes) dengan rumus:

2

g) Hitung Jumlah Kuadrat Error (JKE) dengan rumus:

 

h) Hitung Jumlah Kuadrat Tuna Cocok (JKTC) dengan rumus:

E s

TC

JK

JK

JK

Re

i) Hitung Rata-rata Jumlah Kuadrat Tuna Cocok (RJKTC) dengan rumus:

2

j) Hitung Rata-rata Jumlah Kuadrat Error (RJKE) dengan rumus:

k n

JK

RJK E

E  

k) Mencari nilai Fhitung dengan rumus:

E

l) Tentukan aturan untuk pengambilan keputusan atau kriteria uji linier; jika

Fhitung≤ Ftabel maka Ho diterima (linier).

m) Carilah nilai Ftabelmenggunakan tabel F

(26)

4. Uji hipotesis

Pengujian hipotesis pertama dan kedua masing-masing dengan teknik

korelasi dan regresi sederhana, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Menghitung koefesien korelasi product momentdari Pearson, yaitu teknik pengujian untuk menyatakan tingkat hubungan antar variable penelitian, yaitu

hubungan antara variabel X dan Y. Rumus yang digunakan adalah :

r

xy

=

� Σ 1 1− Σ 1 (Σ 1)

√{�Σ 12−(Σx1 )2}{�Σ 12−(Σ 12}

Selanjutnya untuk mengetahui apakah korelasi tersebut signifikan atau

tidak, maka digunakan uji dua pihak yaitu uji signifikasi korelasi product moment

dengan menggunakan formulasi sebagai berikut :

t = √�−2

√1− 2

Keterangan :

t = uji dua korelasi product moment

r = Koefesien korelasi product moment

n = Ukuran jumlah sampel (Sugiyono, 2007:148)

Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel penelitian,

digunakan pedoman interpretasi sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 3.10

Tabel. 3.10

Pedoman Interpretasi Hubungan Antar Variabel Penelitian Interval Koefesien Tingkat Hubungan

0.00-0.199 Sangat rendah

0.20-0.399 Rendah

0.40-0.599 Sedang

0.60-0.799 Kuat

0.80-1.000 Sangat kuat

(27)

b) Menghitung regresi sederhana, yaitu teknik analisis untuk melakukan prediksi

seberapa jauh perubahan nilai variabel terikat bila nilai variabel bebas

dirubah, dengan menggunakan rumus :

Y = a + bX

Keterangan :

a = Σy1 Σx12 − (Σx1y1) �Σ 12− Σ 1 2 b =

�Σ 1 1− Σ 1 (Σ 1) �Σ 12− Σ 1 2

Keterangan :

y = nilai variabel Y yang akan diramalkan x = nilai variabel X

a = perpotongan garis regresi nilai Y bila X = 0

b = koefesien regresi, yaitu besarnya perubahan yang terjadi pada Y bila terjadi perubahan pada X

∑ = jumlah dari n = jumlah sampel

c) Menghitung koefesien determinasi, yaitu teknik pengujian hipotesis yang

berfungsi untuk mengetahui seberapa besar faktor yang mempengaruhi

hubungan antar variabel. Adapun rumus yang digunakan adalah :

cd = r2 x 100 %

Keterangan :

Cd = Koefesien determinasi

Gambar

Tabel 3.1 Daftar Sampel
Tabel 3.2 Variabel Penelitian
Tabel 3.3
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Pengetahuan Peserta didik tentang Kebencanaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kakao sebagai komoditas unggulan daerah menghadapi berbagai kendala teknis dan non teknis yang sangat terkait dengan pengelolaan tanaman di lapang, antara lain cara

Application Layer merupkan tempat aplikasi-aplikasi yang menggunakan TCP / IP stack berada, contohnya antara lain SMTP (Simple Mail Transfer Protokol) adalah

Dikolom selected groups, kita bisa memilih group yang kita inginkan dengan mengklik add route group, dan yang kita pakai adalah ROUTE_GROUP yang sebelumnya telah kita buat..

Menyadari hal tersebut Analitika Mandiri Utama menyelenggarakan pelatihan Good Laboratory Practices - GLP untuk membantu laboratorium, industri, organisasi, instansi dan pelaku

Judul Skripsi : Pengaruh Konsentrasi Dan Interval Waktu Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Atonik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Selada ( Lactuca

Microsoft Visual Basic merupakan salah satu bahasa pemrograman yang memungkinkan para programmer untuk membuat aplikasi yang berbasi Windows dengan sangat mudah,

Dari penelitian dan perancangan sistem yang telah dilakukan untuk Sistem Informasi Rencana Anggaran Biaya (RAB) Pembagunan Jaringan Terdistribusi (Menengah, Rendah, Gardu)

The previous chapters have all been using the View - based Application template available in the iPhone SDK because it is the simplest way to get started in iPhone programming. When