• Tidak ada hasil yang ditemukan

s jkr 0802596 chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "s jkr 0802596 chapter1"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang

memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam

kualitas individu baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan

jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, karena terdapat

beberapa aspek yaitu afektif, psikomotor dan kognitif. Pada kenyataannya,

pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas tetapi titik

perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi pendidikan

jasmani berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan

lainnya yaitu hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan

jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah

pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang

menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani

yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.

Pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat.

Namun esensinya sama, yang jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan

jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangan keutuhan manusia. Dalam

kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut

terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan

(2)

pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada perkembangan moral,

tetapi aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung maupun secara tidak

langsung. Karena hasil-hasil kependidikan dari pendidikan jasmani tidak hanya

terbatas pada manfaat penyempurnaan fisik atau tubuh semata, definisi pendidikan

jasmani tidak hanya menunjuk pada pengertian tradisional dari aktivitas fisik. Kita

harus melihat istilah pendidikan jasmani pada bidang yang lebih luas dan lebih

abstrak, sebagai satu proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh.

Pendidikan jasmani ini karenanya harus menyebabkan perbaikan dalam „pikiran

dan tubuh‟ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang.

Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada ketiga

domain kependidikan: psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan meminjam

ungkapan Robert Gensemer, pendidikan jasmani diistilahkan sebagai proses

menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa.” Artinya, dalam

tubuh yang baik „diharapkan‟ pula terdapat jiwa yang sehat, sejalan dengan

pepatah Romawi Kuno: Men sana in corporesano. Dalam dunia pendidikan, mata

pelajaran pendidikan jasmani mempunyai kedudukan yang sama dengan mata

pelajaran yang lainnya. Pendidikan jasmani sebagai salah satu mata pelajaran di

sekolah memiliki peran yang sangat besar terhadap perkembangan perilaku siswa.

Oleh karena itu pendidikan jasmani perlu mengandung materi pengetahuan dan

keterampilan cabang olahraga dan kesehatan sehingga memberikan peluang bagi

(3)

Lutan (2000:2-3) menyatakan bahwa tujuan pendidikan jasamani adalah untuk:

1. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan

aktivitas jasmani, perkembangan estetika dan perkembangan sosial.

2. Membangun kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai

keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani,

3. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang

optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali,

4. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara berkelompok maupun perorangan,

5. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan

keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan dengan orang lain,

6. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk

aktivitas olahraga.

Permainan bola basket selain dapat mengembangkan kegiatan bermain

para siswa, juga mengandung nilai-nilai yang dapat mengembangkan

pembentukan kepribadian. Permainan bola basket dapat dijadikan sarana untuk

mengembangkan aspek fisik, karena permainan ini melibatkan otot-otot besar

yang terdapat didalam tubuh. Selain itu permainan ini dapat pula membentuk

aspek mental, emosional, meningkatnya percaya diri, meningkatkan tingkat

derajat kebugaran, serta meningkatkan intelektual. Karena di dalam pembelajaran

permainan bola basket terdapat beberapa macam penilaian diantaranya dalam

penilaian afektif ; yaitu kerja sama, percaya diri, kejujuran, menghargai, dan

semangat. Penilaian kognitif ; siswa memahami penjelasan dan dapat menjelaskan

dari beberapa keterampilan yang diajarkan oleh guru. Penilaian motorik; siswa

mampu melakukan beberapa ketarampilan gerak. Hal ini sesuai dengan apa acuan

(4)

pendidikan jasmani di SMK atau SMA. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan

Ateng Abdul Kadir (1992 : 103-109) menyatakan bahwa ;

“Pendidikan jasmani bukan hanya mengembangkan aspek kognitif,

emosi, mental sosial, moral dan estetika”. Tujuan yang ingin dicapai bersifat

menyeluruh, mencakup domain psikomotor, kognitif, dan afektif.

Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani merupakan salah satu

proses interaksi pendidikan antara guru dengan siswa melalui aktivitas jasmani

untuk mencapai tujuan tertentu yang tidak berorientasi pada gerak dan

pengetahuan saja, tetapi juga pada nilai-nilai lainnya.

Permainan bola basket merupakan olahraga beregu baik beregu putra

maupun beregu putri yang membutuhkan kerjasama yang baik dalam regu

tersebut. Kerja sama tersebut dapat dilakukan melalui penggunaan taktik dan

strategi dengan cara mengoper bola dari satu pemain ke pemain lain. Permainan

bola basket terdiri dari lima orang pemain dari setiap regunya. Setiap regu

berusaha memasukan bola ke dalam keranjang regu lawan dan mencegah regu

lawan memasukan bola untuk membuat angka atau skor. Regu yang

mengumpulkan nilai terbanyak dianggap meraih kemenangan dalam suatu

pertandingan (Modul Permainan Bola Basket. Bandung : FPOK UPI Bandung).

Sucipto, Dian Budiana, Lukman Hakim Lubay, dan Jajat Darajat, KN (2010)

menyatakan bahwa :

(5)

Kerjasama siswa pada saat pembelajaran berlangsung akan berpengaruh

besar terhadap kesehariannya baik itu di lingkungan sekolah maupun di luar

sekolah, diantaranya : pada saat siswa melakukan pembelajaran dalam semua

mata pelajaran yang dituntut kekompakan atau kerjasama dalam penyelesaian

tugas pelajaran dia sudah terbiasa dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang

dituntut kerjasama untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dalam permainan

bola basket.

Percaya diri siswa pada saat pembelajaran permainan bola basket yaitu :

tumbuhnya nilai percaya diri yang membuat siswa tersebut percaya akan

keterampilan geraknya yang membuat dia merasa bahwa dribbling akan membuat

dia bebas bergerak melewati lawan, sehingga kemampuan tersebut yang membuat

siswa tersebut benar-benar percaya diri dan membuat dia bisa memberi motivasi

kepada siswa yang lainnya dan mampu membantu temannya dalam penguasaan

gerak dasar tersebut, sehingga di dalam pembelajaran selain pendidikan jasmani

juga siswa akan merasa percaya diri dengan permasalahan di mata pelajaran lain,

itu semua dikarenakan siswa sudah memiliki percaya diri dalam pembelajaran

pendidikan jamani khususnya salah satu keterampilan dasar yaitu ;dribbling

permainan bola basket.

Keseriusan siswa pada saat pembelajaran dribbling permainan bola basket

merupakan hal terpenting dalam penguasaan keterapilan dasar, karena pada saat

siswa melakukan keterampilan yang pada awalnya belum mampu sehingga dia

(6)

sehingga penguasaan pemahaman dan keterampilan motoriknya mengalami

peningkatan.

Kejujuran siswa selama pembelajaran penjdidikan jasmani berlangsung

khususnya dalam pembelajaran bola basket itu adalah sesuatu yang sudah

ditanamkan oleh seorang guru pendidikan jasmani dari pendidikan tingkat bawah

yaitu Sekolah Dasar (SD), bahwa bagian dari pendidikan jasmani yaitu

sportifitas. Karena dalam pmebelajaran pendidikan jasmani khususnya bola basket

ada saatnya siswa melakukan game atau permainan yang didalam permainan

tersebut terdapat peraturan-peraturan yang baku atau sudah dimodifikasi, oleh

guru pendidikan jasmani. Selama permainan tersebut berlangsung secara tidak

disadari siswa tersebut berusaha menekankan atau mematuhi peraturan-peraturan

tersebut dari awal sampai akhir permainan. Sehingga nilai kejujuran dalam

pembelajaran bola basket akan berpengaruh besar pula dalam kesehariannya di

lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

Jika seseorang dapat menguasai teknik dasar dengan baik, maka akan

memudahkan perkembangan teknik berikutnya yang lebih variatif. Keterampilan

dasar permainan bola basket ada 4 yaitu : penguasaan bola (ball handling),

mengoper dan menangkap bola (passing & catching), memantulkan bola ke lantai

(dribbling), tembakan (shooting), dan pergerakan satu kaki ke segala arah (pivot).

Modul Permainan Bola Basket. Bandung : FPOK UPI Bandung.(2010-106)

Stocker (1992:32) menyebutkan bahwa yang disebut dribbling adalah

gerak memantulkan bola ke lantai dengan satu tangan, baik pada saat pemain

(7)

Sedangkan menurut Saichudin dan Januarto (1990:27) dribbling adalah :

“Memainkan bola dengan memantul-mantulkan bola ke atas lantai. Tujuannya untuk membawa bola dengan cara dribbling dan passing ke depan atau ke belakang dan menyusup ke daerah lawan dengan pemain sendiri.

Berdasarkan pengamatan terhadap pembelajaran pendidikan jasmani di

SMA Negeri 1 Lemahabang Kabupaten Cirebon khususnya pada saat permainan

bola basket siswa cenderung merasa bosan dan enggan berpartisipasi karena siswa

kurang termotivasi dari metode yang diajarkan oleh guru penjas dan menjadikan

siswa melakukan pembelajaran permainan basket secara terpaksa dan

menganggap ini adalah formalitas saja dan menyebabkan kurang mahirnya para

siswa dalam melakukan dribbling disetiap pembelajaran bola basket.

Pada dasarnya pembelajaran bola basket walaupun tidak diperuntukkan

buat prestasi, dapat menjaga tingkat kebugaran siswa yang merupakan salah satu

tujuan pendidikan jasmani. Oleh sebab itu penguasaan dribbling bola basket

menjadi hal yang sangat penting karena merupakan salah satu keterampilan dasar

yang apabila dikuasai, dapat membuat siswa menjadi aktif dan menyenangi

pembelajaran ini.

Pembelajaran keterampilan bola basket salah satunya dribling merupakan

salah satu bagian dari pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah, yang pada

dasarnya membuat seorang guru penjas bertanggungjawab untuk mencapai

pembelajaran agar anak memilikisalah satu keterampilan bola basket (dribbling) yang

(8)

Keterampilan merupakan kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh siswa

sebagai bekal dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Apabila seorang anak

mempunyai keterampilan yang baik, maka siswa mempunyai kesempatan yang besar

untuk dapat menguasai kecakapan hidup yang dibutuhkan, dikarenakan dari suasana

pembelajaran yang diberikan oleh seorang guru penjas yang cenderung tradisional,

dengan metode dan media-media yang kurang bervariatifSaiful Muttaqin (2008-01),

online.

Permasalahan yang muncul adalah bagaimana guru pendidikan jasmani dapat

menciptakan, mendorong dan mengelola situasi pembelajaran dengan segenap

kemampuannya agar anak dapat belajar dan mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk

dapat mencapai tujuan pencapaian keterampilan yang baik melalui pembelajaran

pendidikan jasmani bukan merupakan upaya yang mudah. Hal ini disebabkan oleh

pandangan sebagian orang terhadap pendidikan jasmani yang menurutnya hanya

mendatangkan kelelahan saja dan tidak ada manfaat dari kegiatan yang sudah

dilakukannya selama pembelajaran berlangsung. Keadaan ini terjadi hampir di semua

jenjang pendidikan mulai SD sampai SMA yang mengakibatkan rendahnya tingkat

keterampilan gerak siswa di sekolah. Untuk itu tulisan ini memberikan gambaran

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pencapaian pembelajaran keterampilan

gerak melalui pendidikan jasmani di sekolah.

Keterampilan siswa dari beberapa cabang olahraga aktivitas pendidikan

jasmani akan dipengaruhi oleh faktor antara lain :

(9)

Siswa yang memilki postur tubuh gemuk, sedang dan kurus. Begitu pula

siswa yang memiliki tinggi badan yang cukup tinggi dibandingkan dengan siswa

lainnya yang sedang ataupun pendek, tentu akan mempengaruhi tingkat

keterampilan. Tujuan mempelajari biomekanika dalam penerapan ilmu olahraga

adalah : 1) Mengetahui konsep ilmiah dasar yang diaplikasikan dalam bentuk

gerak manusia. 2) Memahami suatu bentuk/model gerak dasar dalam olahraga

sehingga mampu mengembangkannya dengan baik. 3) Mampu memahami

perkembangan gerak dasar. 4) Mampu menerapkan suatu bentuk yang sesuai

dengan karakteristik fisik seseorang dalam berolahraga, dengan baik dan benar.

Oleh karena itu hubungan anatomis dan biomekanika dalam penguasaan

gerak khususnya salah satu keterampilan pembelajaran basket yaitu dribbling

sangatlah berpengaruh dikarenakan pemehaman dan pengembangan dasar dari

materi dribbling tersebut yang membuat struktur yang berbeda-beda

menghasilkan keluesan, kelincahannyapun jelas berbeda.

2. Kemampuan fisik

Kemampuan fisik yang meliputi : daya tahan, kekuatan, koordinasi,

kelentukan, kecepatan, kelicahan, power, keseimbangan, dan ketepatan.

Pengertian kondisi fisik adalah pengertian yang sangat kompleks, oleh karena itu

untuk mengetahui dan memahami secara mendalam perlu mempelajari

komponen-komponen yang membentuk dan saling beraturan antara yang satu

dengan yang lainnya.

Berdasarkan uraian diatas bahwa kemampuan fisik juga mempengaruhi

(10)

itu sendiri khususnya untuk menunjang keberhasilan siswa tersebut menjadi lebih

mudah menguasai dribbling pada pembelajaran bola basket.

3. Kemampuan intelektual

Kemampuan siswa yang memilki daya tangkap atau berfikir yang

berbeda-beda dalam proses pemahaman materi yang dijelaskan oleh seorang guru.

Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum

kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan : pengetahuan

(knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa

(analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan

yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional

(akal).Piaget dan Bringuier, (1980:110) menhyatakan ; .

“Perkembangan kognitif memberikan batasan kembali tentang

kecerdasan, pengetahuan dan hubungan anak didik dengan lingkungannya. Kecerdasan merupakan proses yang berkesinambungan yang membentuk struktur yang diperlukan dalam interaksi terus menerus dengan lingkungan. Struktur yang dibentuk oleh kecerdasan, pengetahuan sangat subjektif waktu masih bayi dan masa kanak – kanak awal dan menjadi objektif dalam masa dewasa awal.

Penjelasan kemampuan kognitif atau intelektual diatas merupakan salah

satu faktor yang penting, karena mempengaruhi dari seberapa cepat siswa

memahami dan menyerap materi dribbling bola basket yang disampaikan oleh

guru pendidikan jasmani disekolahnya. Apabila dalam satu kelas terdapat siswa

yang mayoritas memeiliki intelektual yang baik maka jelas pula akan

(11)

Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar.

Pemahaman (comprehension), kemampuan ini umumnya mendapat penekanan

dalam proses belajar mengajar.

Menurut Bloom Benyamin, (1975: 89). (online) menyatakan bahwa :

“Here we are using the tern “comprehension“ to include those

objectives, behaviors, or responses which represent an understanding of the

literal message contained in a communication.“ Artinya : Disini

menggunakan pengertian pemahaman mencakup tujuan, tingkah laku, atau tanggapan mencerminkan sesuatu pemahaman pesan tertulis yang termuat dalam satu komunikasi. Oleh sebab itu siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkan dengan hal-hal yang lain.

Berdasarkan uraian diatas tentang pemahaman berkaitan dengan

pendidikan jasmani, karena pada poembelajaran penjas bukan hanya kegiatan

yang mengutamakan kegiatan mtorik saja melainkan pemahaman memberikan

pengaruh kepada pembelajaran gerak siswa sebelum mempraktekannya

khususnya pada salah satu keterampilan dasar bola basket (dribbling).

Tahap pemebelajaran keterampilan dalam pendidikan jasmani harus sesuai

rancangan tugas pembelajaran gerak, yang harus disesuaikan dengan siswa yang

dilibatkan. Pemahaman terhadap siswa diarahkan pada persoalan seberapa jauh

siswa sudah mengenal keterampilan yang diajarkan. Berdasarkan pengalaman

siswa tadi, maka tingkat kemampuan siswa dapat dikelompokan berdasarkan

tahapan pembelajaran. Tahapan pembelajaran ini akan membantu dalam

menentukan apa dan bagaimana tugas dapat diberikan.

Untuk kepentingan perancangan tugas, guru pendidikan jasmani perlu

(12)

terhadap pengalaman gerak, pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga

tahapan, yaitu : 1) tahap pemahaman konsep gerak, 2) tahap gerak, dan 3) tahap

otonom.

Berdasarkan dengan pemahaman penulis menilai bahwa berkaitan dengan

bagai mana seorang siswa menjadi lebih paham apabila dibantu dengan media alat

pembelajaran yaitu media audio visual. Pada kegiatan pembelajaran khususnya

pendidikan jasmani penjelasan melalui media audio visual sangatlah membantu

karena banyak kemungkinan manfaat dari media audio visual tersebut, yaitu

diantaranya : 1) penjelasan teori lebih lengkap, 2) siswa akan memahami

leterampilan lebih baik, 3) daya tangkap siswa akan lebih cepat paham dalam

penerimaan materi yang disampaikan oleh guru, 4) dengan penyampaian materi

yang bervariasi, baik dan menarik maka siswa akan mempraktekan keterampilan

dengan baik.

Proses pembelajaran yang kurang bervariasi tanpa melihat kemajuan

zaman adalah salah satu masalah dari pembelajaran dribling di SMA N 1

Lemahabang Kabupaten Cirebon. Hal ini dapat terjadi karena guru yang kurang

membuka wawasan akan kemajuan zaman, dan guru menggunakan media yang

kurang tepat pada pembelajaran dribbling. Media pembelajaran yang maju akan

menjadi salah satu daya tarik dalam pembelajaran yang menarik dan membuat

siswa menjadi semangat akan pembelajaran dribbling basket dan tidak menutup

kemungkinan nilai-nilai yang terkandung di dalam penjas pada pembelajaran

(13)

Keberhasilan tersebut akan merubah paradigma mengenai pembelajaran

pendidikan jasmani yang awalnya membosankan, menjadi pembelajaran yang

menarik dan akan menjadi pembelajaran yang selalu di tunggu pada setiap

pembelajarannya. Hamalik (1986:15) mengemukakan bahwa ;

“Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi, dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan

sangat membantu efektivitas proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi

pelajaran pada saat pembelajaran itu berlangsung selain membangkitkan motivasi

dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan

pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, dan memudahkan

penafsiran data dalam mendapatkan informasi. Media yang akan digunakan pada

keadaan ini adalah media audio visual dalam bentuk video dan film melalui alat

bantu infokus. Suleiman (1985: 12) online menyatakan bahwa ;

“Alat-alat audio-visual mempunyai persamaan istilah yaitu Audio-Visual Education, yang dalam bahasa Indonesia berarti Audio-Visual Pendidikan. Disebutkan juga bahwa media berarti alat-alat pembantu panca indera, atau juga dengan istilah Audio-Visual Communication, yang artinya komunikasi melalui media audio visual.

Media audio visual merupakan bentuk media pembelajaran yang dapat

digunakan dan dapat disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa, contohnya:

pada pembelajaran dribbling basket tingkat pemula tahap penayangan audio

visual disesuaikan dengan penayangan video yang mengajarkan perkenalan bola,

dikarenakan sifat dari audio visual yang dapat menampilkan pesan yang yang

(14)

tidak dibatasi oleh imajinasi guru karena seorang guru dapat mencari ide dari

beberapa sumber pembelajaran dribbling basket diantaraya buku pembelajaran

basket dalam konteks penjas dan dari internet. Media audio visual dapat

digunakan dalam semua fase pembelajaran mulai dari pengantar atau pembukaan

ketika memperkenalkan topik bahasan sampai pada evaluasi hasil belajar siswa

karena penggunaan media audio visual sangat mendukung sistem sistem

pembelajaran tuntas (mastery lerning).

Dan bagi beberapa siswa yang lambat pada saat pemahaman pembelajaran

dribbling basket, maka seorang guru penjas akan selalu memutar kembali dan

mengulang bagian-bagian yang belum dikuasainya, sehingga siswa melihat jelas

kekurangan dalam penguasaan materi dribbling basket.

Berdasarkan uraian diatas, penggunaan media audio visual dapat

digunakan sebagai alternative untuk memberikan pemahaman siswa, dan

meningkatkan keterampilan siswa dalam pembelajaran dribbling pada

pembelajaran bola basket. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian

tentang keterampilan dribbling dengan menggunakan media audio visual. Oleh

karena itu, dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Pengaruh Penggunaan

Media Audio Visual Terhadap Pemahaman dan Keterampilan Dribbling dalam

Pembelajaran Bola Basket di SMA Negeri 1 Lemahabang Kabupaten Cirebon.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang sudah diuraikan, maka

(15)

penggunaan media audio visual terhadap pemahaman dan keterampilan dribbling

dalam pembelajaran bola basket di SMA Negeri 1 Lemahabang Kabupaten

Cirebon.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian yang telah dijelaskan diatas, setiap

penelitian harus didasarkan pada tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan

media audio visual terhadap pemahaman dan keterampilan dribbling dalam

pembelajaran bola basket di SMA Negeri 1 Lemahabang Kabupaten Cirebon.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang peneliti harapkan dari beberapa hasil penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan

penggunaan media audio visual dalam proses pengajaran untuk

meningkatkan kemampuan keterampilan dribbling dalam pembelajaran

bola basket.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Manfaat penelitian ini bagi guru adalah menambah referensi

media-media pengajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran

bola basket khususnya pembelajaran dribbling. Dengan demikian yang

(16)

kreatif dalam memilih media pembelajaran dan pada akhirnya dapat

meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran permainan bolabasket,

khususnya dribbling.

b. Bagi Siswa

Manfaat penelitian ini bagi siswa adalah untuk menambah minat

siswa dan meningkatkan kreativitas, keterampilan serta pemahaman dan

imajinasi siswa dalam pembelajaran dribbling permainan bola basket.

E. Batasan Penelitian

Untuk menghindari timbulnya penafsiran yang terlalu luas, dan untuk

memperoleh gambaran yang jelas maka perlu adanya ruang lingkup penelitian

sebagai berikut :

1. Permasalahan dalam penelitian ini adalah memfokuskan pada pemahaman

dan hasil belajar dribbling dengan menggunakan media audio visual dan

non audio visual dalam pembelajaran bola basket.

2. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Lemahabang Kabupaten

Cirebon.

3. Populasi penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Lemahabang

Kabupaten Cirebon.

4. Sampel yang digunakan adalah siswa di kelas XI IPA 2 sebanyak 30

siswa.

5. Variable bebas dalam penelitian ini adalah audio visual, dan variable

terikatnya yaitu pemahaman dan keterampilan dribbling.

(17)

7. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

F. Anggapan Dasar

Dalam suatu penelitian, anggapan dasar merupakan asumsi yang menjadi

tumpuan segala pandangan kegiatan terhadap masalah yang diteliti, menurut

Arikunto (2006:222) tentang anggapan dasar adalah sebagai berikut :

“Anggapan dasar atau postulat adalah suatu titik tolak pemikiran yang sebenarnya diterima oleh penyelidik, selanjutnya bahwa penyelidik dapat

merumuskan asumsi yang berbeda”.

Adanya media dalam pembelajaran dribbling bola basket berupa audio

visual dapat dinilai penting karena selain dapat menjawab tantangan yang ada,

media audio visual dalam pembelajaran dribbling bola basket juga memiliki

keunggulan yaitu dapat memudahkan proses belajar mengajar baik bagi guru

maupun siswa, karena dengan menggunakan media audio visual siswa dapat

melihat gerakan berulang-ulang yang benar tanpa harus guru tersebut melakukan

gerakan berulang-ulang yang tidak semua gerakannya selalu benar, karena media

audio visual memiliki karakteristik dapat di ulang-ulang dan gerakannya selalu

sama, dari segi kecepatannya pun dapat diatur sesuai kebutuhan.

Selain itu, pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan media

audio visual tidak harus selalu diluar ruangan, melainkan di dalam ruanganpun

bisa dilakukan dengan segi kenyamanan dan suasana yang beda, siswa tanpa harus

merasakan panasnya matahari atau kehujanan. Disamping itu, dengan bantuan

(18)

lebih kreatif karena siswa tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga

aktivitas lain seperti mengamati, memahami, mendemonstrasikan dan lain-lain.

Berdasarkan uraian diatas maka dengan demikian penggunan media audio

visual pada pembelajaran dribbling pada permaianan bola basket berpengaruh

pada perkembangan pemahaman dan keterampilan motorik siswa sehinnga tujuan

pada pendidikan jasmani dapat tercapai.

G. Hipotesis Penelitian

Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009:64) bahwa hipotesis

merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang telah

dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dinyatakan sementara karena

jawaban yang diberikan hanya berdasarkan pada teori yang relevan belum

didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan

masalah penelitian, belum jawaban empirik.

Berdasarkan anggapan dasar yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis

penelitian ini adalah :

“Penggunaan media audio visual memberikan pengaruh lebih baik

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pernyat aan- pernyat aan t ersebut dapat dikat akan bahwa kel uarga yang memiliki j umlah aset cenderung t idak mengalami kesulit an ekonomi dan lebih sej aht

Pada tahap ini, pelaksanaan tindakan dilakukan langsung oleh penulis sendiri sebagai peneliti sekaligus yang mempraktikkan tindakan dalam pembelajaran di kelas.

Kesimpulan dari hasil deskripsi subjek berdasarkan usia diketahui bahwa subjek berusia 64-70 tahun memiliki penyesuain diri pada masa pensiun yang lebih baik dibandingkan subjek

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan pertolongannNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul UJI AKTIVITAS EKSTRAK

[r]

Berdasarkan hasil temuan dan analisis data penelitian, mengenai kemampuan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis melalui pembelajaran dengan model PBL

1) Pilih tugas 5 sebagai database untuk tugas 6, jumlah siswa sebanyak 32 orang 2) Kerjakan fungsi vlookup pada sheet2, sedangkan sheet1 berisi database (tugas 5) 3) Sumber-sumber

“Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi dan Kemampuan Berpikir kritis Siswa SMA Lab UM Melalui Program Piloting