1.1 Latar Belakang Masalah
Kaplan dan Norton (1996) mendefinisikan “Balanced Score Card (BSC)” merupakan suatu sistem manajemen, pengukuran dan pengendalian yang secara komprehensif dapat memberikan pemahaman tentang performa bisnis. Dalam prosesnya “Balanced Score Card (BSC)” menemukan cara pandang bahwa strategi adalah titik awal dimana scorecard bisa dikembangkan. Secara konseptual “Balance Score Card (BSC)” berasumsi bahwa “Strategi” adalah pusat bagi pergerakan organisasi.
Sebagai pusat sistem, berarti strategi harus menjadi dasar dan referensi aktivitas organisasi, anggaran, sistem pengukuran kinerja, sistem insentif, program kerja harian dan sebagainya. Hal paling mendasar dari suatu isu strategi adalah bagaimana mengamankan organisasi agar tetap eksis di masa depan. Pengamanan organisasi dianggap sebagai pondasi bagi strategi–strategi yang lain. Strategi mendasar itulah yang kerap dihubungkan dengan survival strategy yang dikaitkan dengan bagaimana memenangkan bisnis dari persaingan.
Di pihak lain, Parmenter (2010) menyatakan sistem pengukuran kinerja tradisional yang banyak mengandalkan pada basis laporan keuangan akuntansi sudah tidak lagi memadai bagi pengambilan keputusan dalam lingkungan persaingan turbulen seperti sekarang ini. Agar suatu organisasi bisa selalu fokus
pada strategi, maka salah satu prinsip penting yang harus diimplementasikan adalah “menerjemahkan strategi dalam bentuk operasional”. Penerjemahan strategi tersebut akan terkait dengan bagaimana membangun “Key Performance Indicators (KPI)” baik pada level corporate, level divisi/ departemen, maupun pada level karyawan.
Pengukuran kinerja saat ini sedang menjatuhkan berbagai organisasi di seluruh dunia, baik perusahaan multinasional, departemen pemerintah, maupun badan amal kecil lokal. Hal tersebut disebabkan karena ukuran kinerja yang mereka gunakan dibuat dengan rencana yang belum matang (Parmenter, 2010). Hanya dibentuk dalam satu hari tanpa adanya kaitan apa pun dengan faktor-faktor keberhasilan kritis (critical success factor) organisasi tersebut. Pengukuran yang dilakukan berkala setiap bulan atau caturwulan digunakan untuk membuat penilaian. Apakah “ini adalah caturwulan yang buruk” atau “kemarin adalah bulan yang baik”.
Selama beberapa tahun ini muncul istilah yang sering digunakan oleh para manajer untuk mengelola kinerja pegawai secara efektif dengan menggunakan metode Key Performance Indicators atau juga disebut KPI. Parmenter (2010) menyatakan bahwa KPI merupakan seperangkat ukuran yang fokus terhadap aspek kinerja organisasi yang paling kritis untuk keberhasilan perusahaan baik masa kini maupun masa depan perusahaan.
KPI digunakan untuk mengevaluasi performa dari keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan dalam melakukan kegiatan tertentu yang dilaksanakan
oleh organisasi tersebut. Keberhasilan tersebut didefinisikan dalam hal yang dapat memberi kemajuan organisasi dalam menuju tujuan strategis (strategic goals). Menurut Voralkukipat dan Rezgui (2007), pentingnya KPI mendorong banyak peneliti manajemen pengetahuan untuk percaya bahwa masa depan manajemen pengetahuan akan tergantung pada nilai KPI
Loan dan Nestian (2012) menyatakan kinerja pada KPI merupakan sejauh mana menetapkan tujuan yang dicapai. Dalam memilih KPI yang tepat diperlukan pemahaman yang baik mengenai apa yang paling diperlukan oleh organisasi saat ini untuk mencapai tujuan. Setiap perusahaan mempunyai KPI yang berbeda-beda yang ditentukan berdasarkan kebutuhan dari peningkatan kinerja apa yang diperlukan oleh organisasi.
Salah satu dari tujuan utama jasa akuntan publik sebagai auditor adalah memberikan opini yang akurat dan dapat dipercaya dalam pengambilan keputusan. Kualitas hasil audit dari akuntan publik ditentukan dari banyak faktor. De Angelo (1981) menyatakan kualitas audit merupakan probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien. Sedangkan probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis auditor, dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor (Deis dan Giroux, 1992). Sementara itu Christiawan (2002) menyatakan bahwa kualitas audit ditentukan oleh 2 hal yaitu kompetensi dan independensi. Kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas audit (Agusti dan Pertiwi, 2013). Dalam melaksanakan audit, auditor harus
bertindak sebagai seorang ahli di bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya diperluas melalui pengalaman dan praktek audit (SPAP, 2001). Selain itu, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum.
Penelitian yang dilakukan oleh Iveta (2012), berhasil membuktikan bahwa KPI dapat mencerminkan kinerja organisasi saat ini. Pada penelitian Putri dan Suputra (2013), bahwa kinerja auditor memiliki pengaruh pada independensi, profesionalisme, dan etika profesi yang juga memiliki pengaruh langsung pada kualitas audit (Agusti dan Pertiwi, 2013). Wati (2010) menyatakan kualitas audit yang baik menandakan bahwa auditor memiliki kinerja yang baik, maka dari itu penulis mencoba melakukan penelitian hubungan langsung antara KPI dengan kualitas audit.
Penelitian terdahulu mengenai kualitas audit dan kinerja audit telah banyak dilakukan antara lain seperti: Deis dan Giroux (1996); Agusti dan Putri (2013); Angelo (1981). Penelitian tentang KPI juga dilakukan untuk mengukur kinerja sumber daya manusia, contoh penelitian tersebut antara lain: Iveta (2012); Sawang (2011); Velimirofic dan Stankovic (2010).
Penelitian ini akan menguji pengaruh dari KPI terhadap kualitas audit, namun berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam beberapa hal.
1. Penelitian ini berbeda dengan penelitian Loan et. al (2012) yang menentukan relevansi KPI pada performance management di rumah sakit. Penelitian ini menentukan pengaruh KPI terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh KAP.
2. Dalam penelitian sebelumnya Putri et. al (2013) menyatakan bahwa independensi dan kompetensi berhubungan secara signifikan terhadap kinerja auditor sedangkan KPI mempunyai pengaruh terhadap kinerja sumber daya manusia (Iveta, 2012) maka dari itu penulis melakukan penelitian apakah KPI memiliki pengaruh pada kualitas audit.
Untuk meningkatkan kinerja auditor pada KAP maka penelitian ini akan menguji KPI yang selama ini digunakan oleh KAP Rachmad Wahyudi di Surakarta dalam penggunaannya untuk memperoleh kualitas audit sesuai tujuan utama. Berdasarkan latar belakang diatas maka judul yang diambil oleh penulis adalah “Pengaruh Sistem Pengendalian Intern berbasis Key Performance Indicator terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Auditor KAP di Surakarta dan Yogyakarta)”
1.2 Perumusan Masalah
Pentingnya penelitian mengenai kualitas audit sangat diperlukan pada saat ini. Penelitian ini dimotivasi dengan masih banyaknya kasus yang terjadi pada auditor KAP, baik itu mengenai profesionalisme maupun kualitas audit. Skandal di dalam negeri terlihat dari akan diambilnya tindakan oleh Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) terhadap 10 Kantor Akuntan Publik yang melakukan pelanggaran, menyusul keberatan pemerintah atas sanksi berupa peringatan plus yang telah diberikan. Sepuluh Kantor Akuntan Publik tersebut diindikasikan melakukan pelanggaran berat saat mengaudit bank-bank yang
dilikuidasi pada tahun 1998. Selain itu terdapat kasus keuangan dan manajerial perusahaan publik yang tidak bisa terdeteksi oleh akuntan publik yang menyebabkan perusahaan didenda oleh Bapepam (Winarto, 2002 dalam Christiawan, 2002). Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah penggunaan KPI di KAP wilayah Surakarta dan Yogyakarta berpengaruh terhadap kualitas audit?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris tentang pengaruh KPI terhadap kualitas audit yang dilakukan oleh auditor di KAP Surakarta dan Yogyakarta.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik untuk praktisi maupun untuk akademisi dalam penelitian serupa selanjutnya:
1. Bagi Praktisi
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk KAP dan auditor dengan tujuan dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit dan
selanjutnya dapat meningkatkannya. Dan dapat berguna bagi pengguna jasa audit untuk menilai kualitas jasa audit dari KAP.
2. Bagi Akademisi
Untuk akademisi yang ingin mengetahui dan memperdalam tentang KPI dan dapat digunakan sebagai pengetahuan serta bahan pertimbangan penelitian berikutnya. Penulis berharap penelitian ini dapat dijadikan referensi dan dapat digunakan sebagai dokumentasi ilmiah yang berguna untuk perkembangan ilmu.
3. Bagi masyarakat umum
Manfaat untuk masyarakat umum atau pihak yang tidak terkait langsung adalah diharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat membantu untuk menjadi referensi dan dapat digunakan sebagai dokumentasi ilmiah yang berguna bagi pengembangan ilmu dan teknologi.