• Tidak ada hasil yang ditemukan

cepat berubah (wawancara Nadim, 25 Maret 2014).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "cepat berubah (wawancara Nadim, 25 Maret 2014)."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

BERDIRINYA SMK HKTI 1 PURWAREJA KLAMPOK

A. Latar Belakang Pendirian

Pada sekitar tahun 1965 di Kabupaten Banjarnegara khususnya Kecamatan Purwareja Klampok dan sekitarnya terjadi peningkatan jumlah pengangguran. Kurangnya pengetahuan akan dunia kerja serta kurangnya keahlian untuk terjun ke dalam dunia kerja menjadi salah satu faktor terciptanya banyak pengangguran di daerah tersebut. Selain itu masih minimnya lembaga kepelatihan dan pendidikan untuk menunjang kemampuan mereka agar bisa masuk dalam dunia kerja juga menjadi salah satu alasan semakin meningkatnya angka pengangguran. Kondisi ekonomi masyarakat sekitar yang kebanyakan tidak mampu memberikan bekal pendidikan kepada anaknya untuk ke mengenyam pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi setelah lulus dari SMP atau sederajat (wawancara Nadim, 25 Maret 2014).

Dalam mengetahui permasalahan ini Soegeng Diposoemarto beserta rekan-rekannya ingin meningkatkan mutu SDM yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja seiring dengan potensi yang ada. Mutu pendidikan merupakan prioritas utama untuk masa depan masyarakat yang lebih baik. Dalam kaitan ini, BLKP Purwareja Klampok sangatlah peduli dalam menanggapi permasalahan berikut yang dituangkan dalam bentuk agenda pendirian lembaga pendidikan. Sehingga mampu menjawab tantangan masyarakat yaitu teknologi dan lingkungan yang cepat berubah (wawancara Nadim, 25 Maret 2014).

(2)

Sekolah adalah penentu pendidikan dan BLKP Purwareja Klampok dengan dikepalai oleh Soegeng Diposoemarto serta didukung oleh rekan-rekannya yang juga para pegawai di BLKP Purwareja Klampok untuk mengembangkan program kerja dalam bentuk penyelenggaraan pendidikan yaitu SMK/STM. Gagasan tersebut dapat dijadikan koreksi dan solusi untuk meningkatkan kualitas masyarakat serta membangun masyarakat di daerah Purwareja Klampok dan sekitarnya.

SMK/STM merupakan salah satu jenjang pendidikan yang diorientaskan untuk mencetak tenaga profesional tingkat menengah. Tenaga profesional inilah yang nantinya diharapkan menjadi sumber daya manusia yang mampu mengolah sumber daya alam khususnya dibidang pertanian. Pentingnya pembangunan di bidang pertanian tersebut disadari betul oleh Soegeng Diposoemarto yang bertekad mencetak dan membangun teknologi serta SDM dibidang pertanian. Setelah melalui beberapa perundingan akhirnya ditetapkanlah keputusan dari para tokoh untuk mendirikan sebuah Sekolah Menengah Kejuruan dengan nama STM Pertanian.

Pendirian STM Pertanian ini di daerah Purwareja Klampok yang merupakan daerah yang mempunyai potensi pertanian dan memang cukup menjanjikan khususnya di Kabupaten Banjarnegara. Belum terolahnya lahan secara maksimal juga termasuk salah satu alasan utama. Selain hal tersebut pada waktu itu belum banyak Sekolah Menengah Kejuruan yang didirikan dan belum ada STM Pertanian di Kabupaten Banjarnegara. Para tokoh yang pada waktu itu adalah para pegawai di BLKP (Balai Latihan Kerja Pertanian) Purwareja Klampok

(3)

mempunyai ide atau gagasan untuk mendirikan sebuah sekolah. Sekolah menengah kejuruan tersebut didirikan dalam rangka dapat melaksanakan pendidikan dan pelatihan yang efektif dan efisien yaitu STM Pertanian. Para tokoh tersebut antara lain Soegeng Diposoemarto selaku Kepala BLKP, kemudian Sitam selaku Wakil Kepala BLKP, Toro, Wandi dan Nadim selaku instruktur di BLKP (wawancara Nadim, 25 Maret 2014).

STM Pertanian didirikan atas dasar banyaknya pengangguran yang ada di daerah Purwareja Klampok dan sekitarnya. Mereka belum siap untuk terjun ke dunia kerja karena tidak mempunyai bekal keterampilan yang memadai untuk terjun ke dunia kerja. Meningkatnya jumlah orang yang berminat untuk mengikuti pelatihan kerja di Balai Latihan Kerja Pertanian (BLKP) Purwareja Klampok. Balai kepelatihan tersebut hanya memberikan pelatihan berupa kursus saja dan tidak memberikan pengetahuan ataupun pendidikan yang lebih. Sementara itu peminat dari masyarakat akan pendidikan yang memberikan bekal keterampilan semakin bertambah dari tahun ke tahunnya.

STM ini didirikan dengan tujuan sebagai salah satu wadah yang efektif yang dapat meningkatkan dan mengembangkan sikap, kecakapan dan keterampilan kerja. Sehingga tenaga kerja yang bersangkutan lebih berdaya guna dan berhasil guna. Tepatnya tanggal 1 Februari berdasarkan perijinan dari Dinas Pendidikan Daerah serta Departemen Tenaga Kerja dan Koperasi berdirilah sebuah Sekolah Menengah Kejuruan yaitu STM Pertanian di Kecamatan Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara (wawancara Nadim, 25 Maret 2014).

(4)

Pada awal berdirinya yaitu pada tanggal 1 Februari 1968 STM Pertanian tersebut belum memiliki gedung pribadi. Gedung yang dipergunakan masih berinduk atau bertempat di gedung Balai Latihan Kerja Pertanian (BLKP) Purwareja Klampok dan bekerjasama dengan BLKP Klampok. Baik dari tenaga pengajar, alat-alat praktek, serta lahan yang digunakan semua masih bekerjasama dengan BLKP Klampok (wawancara Nadim, 25 Maret 2014).

STM Pertanian tersebut dikepalai oleh Ir. Rustam yang sebelumnya adalah pegawai Pemerintah Daerah Banjarnegara yang ditugaskan untuk menjadi Kepala Sekolah di STM tersebut. Bahan atau materi yang diberikan di STM Pertanian ini sebagian besar sama dengan materi yang diajarkan pada Balai Latihan Kerja Pertanian (BLKP) tersebut. Selain bahan dan materi, sistem kurikulum yang dipakai oleh STM Pertanian juga sama dengan kurikulum di Balai Latihan Kerja Pertanian (BLKP), yaitu berbentuk kursus.

Selama STM Pertanian berinduk di gedung BLKP, sekolah ini mendapatkan dua rombongan belajar. Materi yang diajarkan di sekolah tersebut hanya seputar pengetahuan mengenai pertanian. Tenaga pengajar yang mengajar pun adalah guru yang mengajar di Balai Latihan Kerja Pertanian (BLKP) Purwareja Klampok. Namun seiring berjalannya waktu dari Balai Latihan Kerja Pertanian (BLKP) itu sendiri ikut serta mencarikan guru dari luar BLKP untuk membantu mengajarkan siswa mengenai pelajaran umum. Pada akhirnya STM Pertanian mendapat beberapa bantuan tenaga pengajar dari sekolah lain (wawancara Indo Poestoko, 25 Maret 2014).

(5)

STM Pertanian ini hanya berjalan dua tahun di Balai Latihan Kerja Pertanian (BLKP), yaitu dari tahun 1968-1970. Pada tahun 1971 STM Pertanian tidak lagi berinduk atau berjalan di Balai Latihan Kerja Pertanian (BLKP), karena jumlah peminatnya dan jumlah siswanya semakin banyak. Maka dari itu gedung BLKP tidak dapat menampung banyaknya siswa setiap tahunnya (wawancara Indo Poestoko, 25 Maret 2014).

Sitam sebagai kepala Balai Latihan Kerja Pertanian (BLKP) yang baru setelah menggantikan R. Soegeng Diposoemarto bekerjasama dengan Camat Purwareja Klampok. Kemudian beliau menginstruksi bahwa STM Pertanian dipindahkan ke Gedung Aula Balai Desa Purwareja Klampok. Setelah mendapatkan instruksi tersebut para pengurus STM Pertanian kemudian memindahkan sementara kegiatan belajar mengajar di Aula Balai Desa Purwareja Klampok. Pindahnya STM Pertanian dari Balai Latihan Kerja Pertanian (BLKP) ke Aula Balai Desa Purwareja Klampok tidak menurunkan minat terhadap masyarakat untuk bersekolah di STM Pertanian ini. Hal ini dibuktikan dengan bertambahnya peserta didik yaitu sebanyak dua rombongan belajar ditahun ajaran baru 1970/1971 (wawancara Indo Poestoko, 25 Maret 2014).

Pada tahun 1971 terjadi pergantian Kepala Sekolah yaitu Ir. Rustam digantikan Siam Andarwaluyo. Akan tetapi kegiatan pembelajaran di Aula Balai Desa Purwareja Klampok ini juga hanya berjalan selama dua tahun yaitu dari tahun ajaran 1970/1971 sampai dengan tahun ajaran 1972/1973. Hal ini dikarenakan Balai Desa Purwareja Klampok akan ada pembongkaran dan

(6)

rehabilitasi gedung. Sehingga tidak memungkinkan untuk tetap dilakukannya proses kegiatan belajar mengajar di gedung Aula Balai Desa Purwareja Klampok.

Mengetahui hal tersebut pengurus STM Pertanian yang dikepalai oleh Siam ini merencanakan untuk pindah dengan keinginan mengusulkan kepada pemerintah daerah. Beliau berencana mengusulkan agar sekolah ini bisa tetap berdiri serta mempunyai gedung sekolah secara resmi dan pribadi. Setelah melalui beberapa pertimbangan dan perundingan, kemudian Siam selaku Kepala Sekolah yang baru dan ketua pengurus dari STM Pertanian mengusulkan secara resmi kepada pemerintah daerah agar sekolah ini bisa terus berdiri dan mempunyai gedung pribadi (wawancara Siam Andarwaluyo, 27 Maret 2014).

Pada tahun 1974 STM Pertanian ini mendapatkan dana dari pemerintah daerah untuk keberlangsungan sekolah agar tetap berdiri, dana ini bisa diperoleh dari pemerintah. Walaupun sudah mendapatkan dana untuk keberlangsungan sekolah tersebut, akan tetapi STM Pertanian masih terikat dan masih bekerjasama dengan Balai Latihan Kerja Pertanian (BLKP) Purwareja Klampok. Baik dari para tenaga pengajar maupun lahan untuk praktek. Selain mendapatkan dana dari pemerintah daerah untuk keberlangsungan, STM Pertanian ini juga diijinkan untuk menempati gedung yang rencananya akan didirikan untuk SMA Negeri tetapi tidak jadi dan gedung tersebut juga belum terpakai. Pada akhirnya STM Pertanian dari Aula Balai Desa Purwareja Klampok berpindah ke gedung tersebut dan ditetapkan serta diresmikan sebagai gedung STM Pertanian (wawancara Siam Andarwaluyo, 27 Maret 2014).

(7)

Setelah STM Pertanian ini mempunyai gedung sendiri, sempat juga dari pihak pemerintah daerah Kabupaten Banjarnegara mengusulkan kepada pemerintah pusat agar STM Pertanian ini dapat dijadikan menjadi sekolah yang berstatus negeri. Namum dari pihak pengurus STM Pertanian itu sendiri tidak menghendaki sekolah ini untuk dijadikan menjadi sekolah negeri. Hal ini dikarenakan pada waktu itu status pemerintah sangat menekan. Dan akhirnya STM Pertanian ini tetap dinaungi oleh yayasan pertanian daerah (wawancara Siam Andarwaluyo, 27 Maret 2014).

Selang beberapa waktu sekolah ini berjalan, pada tahun 1974 mendapatkan pergantian kepala sekolah. Siam Andarwaluyo kembali ditugaskan di Dinas Pertanian Daerah setempat. Kemudian Siam Andarwaluyo digantikan oleh Ir. Tawan dari pengurus pertanian Kalibagor Banyumas. Guna keberlangsungan dari STM pertanian, Ir. Tawan selaku kepala STM Pertanian yang baru merencanakan mencari sumber yayasan pertanian pusat guna kelangsungan sekolah yang lebih maju.

Setelah Ir. Tawan mengajukan kepada pusat kemudian Ir. Tawan pun mendapatkan sumber naungan dari sebuah yayasan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Walaupun telah mendapatkan dana dan sebuah yayasan yang menaungi tetapi nama sekolah tersebut masih bernama STM Pertanian. Pada tahun 1995 muncullah peraturan pemerintah yaitu adanya pergantian nama STM menjadi SMK. Pada tahun 1995 STM Pertanian ini diresmikan secara langsung oleh ketua umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) yaitu Bapak Siswono. Pada tanggal 7 Februari 1995 secara resmi STM Pertanian berganti

(8)

nama menjadi SMK HKTI 1 Purwareja Klampok (wawancara Nadim dan Indo Poestoko, 25 Maret 2014).

B. Tokoh-Tokoh Pendiri

STM Pertanian yang terletak di daerah Purwareja Klampok didirikan pada tanggal 1 Februari 1968, dan berdirinya SMK ini diprakarsai oleh tokoh-tokoh yang pada waktu itu menjadi pegawai BLKP (Balai Latihan Kerja Pertanian). Tokoh pendiri STM Pertanian di antaranya adalah Soegeng Diposoemarto selaku Kepala BLKP, kemudian Sitam selaku Wakil Kepala BLKP, Toro, Wandi, dan selaku instruktur di BLKP. Berikut adalah biografi tokoh pendiri STM Pertanian.

Soegeng Diposoemarto lahir di Desa Pekuncen, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas pada tanggal 12 November 1912. Pria kelahiran Banyumas ini tumbuh besar dan mengenyam pendidikan dasar hingga menengah di Kabupaten Banyumas. Beliau tumbuh besar dalam kalangan keluarga yang cukup terpandang dikalangan masyarakat, karena ayahnya adalah seorang Demang Siraman. Selang bebarapa waktu setelah lulus dari sekolah, yaitu pada tahun 1940-an Soegeng Diposoemarto bekerja di Dinas tenaga kerja Kabupaten Banyumas. Kemudian pada tahun 1950-an pria ini memprakarsai berdirinya KKPR (Kursus Kades Pertanian Rendah) yang berada di Desa Pasiraman Lor, Kawedanan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Namun pada tahun 1953 KKPR ini dipindahkan ke Kawedanan Purwareja Klampok dan berubah nama menjadi BLKP (Balai Latian Kerja Pertanian). Selama BLKP berada di Purwareja Klampok dari tahun 1953-1968, BLKP ini dikepalai oleh Soegeng Diposoemarto.

(9)

Diahir kepemimpinanya di BLKP, yaitu tahun 1968 Soegeng Diposoemarto bersama rekan-rekannya sesama pegawai BLKP yaitu Sitam selaku Wakil Kepala BLKP, Toro, Nadim dan Wandi selaku instruktur di BLKP memprakarsai berdirinya sebuah STM Pertanian (wawancara Nadim, 25 Maret 2014).

Sitam lahir pada bulan Februari tahun 1928 dan tumbuh besar di Desa Ketanggung, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap. Beliau mendapatkan pendidikannya di Kabupaten Banyumas. Setelah menyelesaikan pendidikannya pada tahun 1948, beliau memulai karirnya dengan bekerja di Dinas Pertanian dan ditempatkan di luar Jawa tepatnya di Dinas Pertanian Jambi. Selang beberapa tahun menjalankan tugasnya di Jambi, pada tahun 1950 beliau ditugaskan kembali dan dipindahkan ke Lembang Jawa Barat untuk bekerja di Balai Latihan Kerja Lembang. Setelah cukup lama bekerja di Jawa Barat, beliau kembali ditugaskan untuk berpindah ke Balai Latihan Kerja Pertanian di Kecamatan Purwareja Klampok. Belum lama beliau bertugas, pada tahun itu beliau bersama rekan-rekan yang bekerja di BLKP Purwareja Klampok telah memprakarsai pendirian sebuah STM Pertanian. Pada tahun 1969 beliau dipercaya untuk menjadi kepala di BLKP Purwareja Klampok setelah mengganti Soegeng Diposoemarto. Semenjak kepemimpinannya, BLKP Purwareja Klampok mengalami banyak perkembangan dan kemajuan yang sangan signifikan. Berkat kepandaian, keterampilan, serta kebijaksanaan beliau, BLKP Purwareja Klampok menjadi sangat maju dan bisa bekerjasama dengan Kantor Transmigrasi Pusat bahkan bekerjasama dengan POLDA. Kemudian beliau pensiun pada tahun 1984 (wawancara Nadim, 25 Maret 2014).

(10)

Toro adalah pria kelahiran Banjarnegara 11 Mei 1926. Pria ini pernah berdomisili di Purwareja Klampok Banjarnegara, namun karena mengikuti jejak orangtua kemudian beliau pindah ke daerah kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga dan kemudian bertempat tinggal di Bobotsari Kabupaten Purbalingga. Semasa hidupnya beliau mengenyam pendidikan dasar atau yang pada masa itu adalah SR (Sekolah Rakyat) hingga pendidikan menengah di Kabupaten Purbalingga. Selang beberapa waktu setelah lulus dari sekolah rakyat, beliau menjadi pejuang republik Indonesia yang ikut mempertahankan kemerdekaan negara Indonesia. Kemudian pada tahun 1965 Toro bekerja di BLKP (Balai Latihan Kerja Pertanian) Purwareja Klampok dan menjabat sebagai kepala seksi bidang pertanian, dan pada tahun 1968 beliau bersama rekan-rekanya yang bekerja di BLKP memprakarsai berdirinya sebuah STM Pertanian yang berada di daerah Purwareja Klampok (wawancara Nadim, 25 Maret 2014)

Wandi seorang pejuang kemerdekaan Indonesia yang ikut mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia ini adalah pria kelahiran Maos Kabupaten Cilacap tanggal 24 November 1928. Beliau tumbuh besar di kalangan keluarga yang berkecukupan. Beliau menempuh pendidikan dasar hingga menengah di daerah Maos, Kabupaten Cilacap. Kemudian pada tahun 1963 beliau bekerja di BLKP (Balai Latihan kerja pertanian) Purwareja Klampok dan menjabat sebagai mekanisasi, pada tahun-tahun akhir jabatanya, yaitu tahun 1968 beliau bersama rekan-rekan sejawatnya yang ada di BLKP memprakarsai berdirinya sebuah STM pertanian yang berdiri di kecamatan Purwareja Klampok (wawancara Nadim, 25 Maret 2014).

(11)

Nadim adalah pria kelahiran Purwokerto 2 Maret 1939. Beliau tumbuh besar dalam kalangan keluarga yang berkecukupan karena ayahnya adalah seorang lurah. Nadim menghabiskan masa Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) di daerah Purwokerto. Selang beberapa waktu setelah lulus dari SMA tepatnya pada tahun 1966 kemudian beliau bekerja di Balai Latihan Kerja Pertanian (BLKP) Purwareja Klampok dan menjabat sebagai Instruktur di BLKP, selain menjadi instruktur beliau juga dipercaya untuk mengajar mata pelajaran eksata di BLKP. Semasa kerjanya di BLKP beliau bersama rekan-rekanya sesama pegawai BLKP memprakarsai berdirinya sebuah STM Pertanian yang berdiri pada tahun 1968 di Kecamatan Purwareja Klampok. Setelah memprakarsai berdirinya sebuah sekolah, Nadim masih bekerja di BLKP hingga masa ahir kerjanya yaitu pada tahun 1995 (wawancara Nadim, 25 Maret 2014).

C. Perijinan

Gagasan untuk mendirikan sebuah institusi pendidikan yaitu STM Pertanian yang berada di Purwareja Klampok di prakarsai oleh tokoh-tokoh yang pada waktu itu merupakan pegawai Balai Latihan Kerja Pertanian (BLKP) Purwareja Klampok yaitu Soegeng Diposoemarto selaku Kepala BLKP, kemudian Sitam selaku Wakil Kepala BLKP, Toro, Nadim dan Wandi selaku instruktur di BLKP. Dengan adanya keinginan untuk mendirikan sebuah institusi pendidikan, maka para pendiri ini terlebih dahulu memohon ijin kepada pemerintah daerah setempat, yaitu pemerintah Kabupaten Banjarnegara.

(12)

Pengurus perijinan pendirian STM Pertanian Purwareja Klampok tidak terdokumentasi dengan baik, namun berdasarkan penuturan Nadim selaku salah satu tokoh pengajar dari STM Pertanian bahwa dalam hal perijinan pendirian STM Pertanian Purwareja Klampok, yaitu dengan cara mengajukan permohonan ijin berupa sebuah proposal dengan berbagai lampiran persyaratan pendirian institusi pendidikan swasta setingkat sekolah menengah kepada Dinas Pendidikan setempat, yaitu Dinas Pendidikan tingkat kecamatan Purwareja Klampok. Setelah mengajukan perijinan ke Dinas Pendidikan Kecamatan, para pendiri kemudian bermusyawarah dengan pengurus Dinas Kecamatan untuk membahas perijinan ke tingkat yang lebih tinggi dan menentukan persyaratan yang wajib diurus (wawancara Nadim, 25 Maret 2014).

Setelah semuanya terurus dan semua persyaratan memadai, dari Dinas Pendidikan tingkat kecamatan ditindak lanjuti ke Dinas Pendidikan yang tarafnya lebih tinggi lagi yaitu Dinas Pendidikan tingkat Kabupaten Banjarnegara. Setelah mendapat persetujuan dari Dinas pendidikan tingkat Kabupaten kemudian dari Dinas Pendidikan Kabupaten di tindak lanjuti ke tingkat Dinas Pendidikan tingkat provinsi, yaitu provinsi Jawa Tengah. Perijinan diberikan secara tertulis dan diberikan secara resmi dari Dinas Kabupaten kepada pemohon sekolah. Selain memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan oleh pemerintah, pihak pendiri juga harus memenuhi berbagai ketentuan pengelolaan sekolah dibawah naungan yayasan.

Pengelola wajib mematuhi persyaratan dan ketentuan dan teknis bidang penyelenggaraan pendidikan, ketentuan tersebut diantaranya adalah: pengelola

(13)

harus wajib mematuhi kurikulum yang berlaku, pengelola wajib menyediakan ruang belajar, pengelola wajib menyediakan peralatan penunjang pembelajaran, dan pengelola wajib menyediakan tenaga pengajar yang berkompeten sesuai dengan bidangnya. Setelah semua syarat dan ketentuan untuk pendirian sekolah terpenuhi, dari Dinas Pendidikan Kabupaten menyetujui serangkaian persyaratan tersebut dan ditetapkanlah surat keputusan pendirian STM Pertanian pada tanggal 1 Februari 1968 (wawancara Indo Poestoko, 25 Maret 2014).

Setelah STM Pertanian berjalan beberapa tahun, kemudian pada tahun 1977 sekolah ini melakukan pendaftar ulangan. Berdasarkan piagam yang berlaku sebagai surat keputusan pendaftar ulangan sekolah swasta kejuruan di Jawa Tengah yang diberikan oleh Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah Bidang Pendidikan Menengah Kejuruan kepada STM Pertanian Purwareja Klampok pada tanggal 3 Maret 1977 dengan nomor 00/06/77/030. Piagam ini diberikan kepada STM Pertanian dengan ketentuan-ketentuan yang harus dipatuhi oleh STM Pertanian, berikut adalah ketentuan-ketentuan yang harus dipatuhi.

1. Sekolah wajib melaporkan data-data murid pada awal tahun, pertengahan tahun dan ahir tahun termasuk hasil EBTA.

2. Sekolah wajib melaporkan data-data guru, baik tetap maupun tidak tetap yang sekurang-kurangnya dilakukan sekali setahun pada tiap awal tahun.

3. Sekolah wajib melaporkan data-data fisik dan perlengkapan pendidikan yang sekurang- kurangnya dilakukan sekali setahun. Selambat- lambatnya pada pertengahan tahun.

(14)

4. Kepala sekolah atau guru yang diserahi pimpinan untuk sekolah swasta yang bersangkutan harus mendapat persetujuan dari Kepala Bidang Pendidikan Menengah Kejuruan.

5. Administrasi sekolah harus dilaksanakan dengan tertib menurut pedoman yang telah ditentukan oleh Bidang Pendidikan Menengah Kejuruan.

6. Sekolah wajib mentaati segala ketentuan- ketentuan Kanwil yang pembinaanya dilaksanakan oleh Bidang Pendidikan Menengah Kejuruan dalam rangka pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan.

7. Bagi sekolah- sekolah swasta yang bersangkutan yang ternyata tidak mentaati ketentuan- ketentuan diatas, Piagam dapat dicabut kembali (Arsip STM Pertanian tahun 1977).

(15)

D. Perekrutan Guru

Guru adalah aktor utama dalam dunia pendidikan. Peran guru atau tenaga pendidik diharapkan tidak hanya sebagai tenaga pengajar, melainkan juga sebagai tenaga pendidik yang dapat membentuk kepribadian peserta didik untuk hal yang lebih baik. Untuk menjamin mutu pendidikan maka diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Setelah STM Pertanian Resmi berdiri pada tanggal 1 Februari 1968, kemudian sekolah ini berinduk di BLKP Purwareja Klampok dan bekerja sama langsung dengan pihak BLKP Purwareja Klampok. Untuk menunjang proses pembelajaran di STM Pertanian, dari pihak pendiri STM Pertanian memohon bantuan dari staf pengajar BLKP untuk ikut bekerjasama dan memberikan pembelajaran pada peserta didik STM Pertanian. Staf pendidik dari BLKP memberikan pembelajaran seputar Pertanian kepada siswa-siswi STM Pertanian.

Para pendiri dari BLKP merasa kurang dalam pembelajaran, karena hanya ada pembelajaran seputar pertanian, kemudian setelah beberapa perundingan, pihak pendiri memutuskan untuk merekrut guru dari luar BLKP untuk membantu memberikan pembelajaran umum seperti Bahasa Indonesia di STM Pertanian. Setelah keputusan untuk merekrut guru dari luar BLKP, kemudian para pendiri segera mencari beberapa guru untuk ikut bekerja sama dan menjadi staf pengajar di STM Pertanian. Pengurus STM Pertanian melakukan beberapa observasi ke sekolah lain guna mendapat penambahan guru yang kompeten dan memadai untuk mendidik para siswa-siswinya dengan maksimal (wawancara Maryati, 25 Maret 2014).

(16)

Setelah proses pencarian ahirnya para pendiri menemukan Tenaga pengajar pada tahun pertama yaitu tahun dimana STM Pertanian baru diresmikan tanggal 1 Februari 1968. Para guru yang dipercaya untuk mengajar di STM Pertanian antara lain, Nadim yang mengampu mata Pelajaran Eksata, Mirat yang mengampu Mata Pelajaran Pertanian, Karso yang mengampu Mata Pelajaran Perikanan, Maryati mengampu Mata Pelajaran Bahasa Inggris, Sodikin mengampu Mata Pelajaran Peternakan serta satu Tenaga Pengajar dari sekolah lain yang membantu yaitu Parno mengajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia (wawancara Nadim dan Maryati, 25 April 2014).

Referensi

Dokumen terkait

Media pembelajaran yang menggunakan program adobe flash merupakan suatu media pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran mandiri, menarik, dan

Diharapkan tulisan ini dapat digunakan sebagai masukan bagi penyelenggara diklat, guru, ataupun pihak manajemen sekolah maupun instansi terkait untuk mengoptimalkan

Geometri kabur yang dibahas dalam skripsi ini meliputi titik kabur, jarak kabur antara dua buah titik kabur, garis kabur, luas dan keliling himpunan bagian kabur, tinggi

Seorang wanita yang mempunyai tingkat pen- didikan tinggi cenderung untuk menjadi wa- nita karier seperti terlihat pada Tabel 1 bahwa responden di Jurang Ombo yang secara umum

Tes dilakukan pada awal pembelajaran (pre test) hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan awal siswa dalam materi sumber daya alam dengan menggunakan

Pada bab ini dijelaskan mengenai rangkaian uji coba perangkat lunak. Pada bab ini juga akan dibahas mengenai perhitungan parameter dalam algoritma AAC. Tujuan dari

Peralatan komputer yang secara fisik dapat dilihat, dipegang, diraba dan dipindahkan secara langsung.. ● SOFTWARE (Perangkat

7.2.1 Tuliskan jumlah kegiatan Pelayanan/Pengabdian kepada Masyarakat (*) yang sesuai dengan bidang keilmuan PS selama tiga tahun terakhir yang dilakukan oleh dosen tetap yang