• Tidak ada hasil yang ditemukan

referat herpes zoster

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "referat herpes zoster"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pendahuluan

Herpes zoster (shingles) adalah infeksi varisela-zoster laten yang timbul lagi. Setelah masa gatal singkat atau rasa sakit di sepanjang salah satu atau kadang-kadang pada beberapa dermatom di tubuh, muncul bercak merah yang cepat sekali berubah menjadi papul dan vesikel. Yang lebih sering terkena adalah dermatom torakal dan servikal. Apabila mengenai cabang optalmik dari saraf trigeminal,bisa menyebabkan radang kornea dan dapat berakibat kebutaan. Setelah 1-2 minggu, krusta akan mulai lepas. Lebih dari 10% pasien mengalami neuralgia pascaherpetik (rasa panas terbakar berkelanjutan atau sakit di area yang telah sembuh). Ini bisa berlangsung dari hanya beberapa bulan sampai tahun. (1)

Herpes zoster sebaliknya bisa juga menyerang orang yang sehat, terutama lansia, namun lebih sering menimpa orang yang menderita penyakit parah dan infeksi HIV. Ini merupakan indikator awal atas terjangkitnya infeksi HIV di kalangan orang-orang usia muda. (1)

1.2 Definisi

Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela- zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer.(2)

1.3 Sinonim

(2)

1.4 Epidemiologi

Penyebaran herpes zoster sama seperti varisela. Penyakit ini, seperti yang diterangkan dalam definisi, merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah penderita mendapat varisela. Kadang – kadang varisela ini berlangsung subklinis. Tetapi ada pendapat yang menyatakan kemungkinan transmisi virus secara aerogen dari pasien yang sedang menderita varisela atau herpes zoster.

(2)

Virus varicella-zoster menyebabkan dua sindrom yang berbeda. Infeksi primer muncul sebagai varicella (cacar atau), penyakit ini menular dan biasanya terjadi pada anak-anak. Reaktivasi virus varicella-zoster laten di serabut ganglia dorsalis menyebabkan erupsi kulit yang disebut "herpes zoster" (atau "shingles"). Penurunan virus-specific cell-mediated immune(CMI) responses terjadi alamiah pada proses penuaan yang menyebabkan immunosuppressive illness atau perawatan medis, yang meningkatkan terjadinya shingles.(6)

Lebih dari 90 persen orang dewasa di Amerika Serikat memiliki bukti serologis terinfeksi virus varicella-zoster dan beresiko untuk terjadinya herpes zoster. Kejadian tahunan herpes zoster adalah sekitar 1,5 sampai 3,0 kasus per 1000 orang. Sebuah kejadian 2,0 kasus per 1000 orang akan diartikan terdapat lebih dari 500.000 kasus setiap tahun di Amerika Serikat. Bertambahnya usia adalah faktor risiko utama untuk terjadinya herpes zoster, kejadian herpes zoster pada orang tua dari usia 75 tahun melebihi 10 kasus per 1000 orang/ tahun. Selama hidup risiko terkena herpes zoster diperkirakan 10 sampai 20 persen. (6)

Faktor risiko herpes zoster diperantarai oleh cell mediated immunity (CMI). Pasien dengan penyakit neoplastik (khususnya kanker lymphoproliferative), pengguna obat imunosupresif (termasuk kortikosteroid), dan penerima transplantasi organ berada di risiko tinggi untuk terjadinya herpes zoster. Namun, hal yang mendasari terjadinya kanker tidak dibenarkan pada orang sehat yang mengalami herpes zoster. (6)

(3)

Herpes zoster terjadi dengan frekuensi yang lebih tinggi di antara orang-orang yang seropositif untuk human immunodeficiency virus (HIV) dari kalangan mereka yang seronegatif. Sebuah studi longitudinal menunjukkan suatu kejadian 29,4 kasus herpes zoster per 1000 orang-tahun di antara HIV-seropositif orang, seperti dibandingkan dengan 2,0 kasus per 1000 orang-tahun di antara HIV-seronegatif kontrol. Karena herpes zoster mungkin terjadi pada orang yang terinfeksi HIV yang dinyatakan asimtomatik, pengujian serologi mungkin tepat pada pasien tanpa faktor risiko jelas untuk herpes zoster (Misalnya, orang sehat yang lebih muda dari usia 50 tahun). (6)

1.5 Etiologi

Varicella zoster virus (VZV) adalah penyebab diantara varicella (cacar air) dan zoster (shingles). Tiga genotipe dari α-herpesvirus telah diidentifi kasi dan terbukti memiliki variasi geografis. (4)

1.6 Patogenesis

Selama perjalanan dari varicella, VZV lewat melalui lesi di kulit dan permukaan mukosa ke ujung saraf sensorik dan diangkut secara sentripetal

(4)

sampai serabut saraf sensorik ke ganglia sensoris. Di ganglia, virus membentuk infeksi laten yang bertahan untuk hidup. Herpes zoster terjadi paling sering pada dermatom dimana ruam varicella terbanyak yang diinervasi oleh saraf oftalmikus dari ganglia sensoris trigeminal dari T1 ke L2(3)

Walaupun virus laten di ganglia mempertahankan potensi untuk infektivitas penuh, reaktivasi bias sewaktu-waktu dan jarang, infeksi virus tdak tampak saat fase laten. Mekanisme yang terlibat dalam reaktivasi VZV laten tidak jelas, namun reaktivasi telah dikaitkan dengan immunosupresi, stres emosional, iradiasi dari sumsum tulang belakang, keterlibatan tumor, serabut ganglion dorsalis, atau struktur yang berdekatan, trauma lokal, manipulasi bedah tulang belakang , dan sinusitis frontalis (sebagai endapan zoster oftalmica). Yang paling penting adalah penurunan kekebalan seluler VZV spesifik yang terjadi dengan bertambahnya usia (3)

VZV juga dapat mengaktifkan kembali tanpa menghasilkan penyakit yang jelas. Jumlah kecil yang dilepaskan antigen virus selama reaktivasi tersebut, diharapkan dapat merangsang dan mempertahankan system kekebalan tubuh VZV. (3)

Ketika kekebalan seluler VZV spesifik berada pada beberapa tingkat kritis, reakticasi virus tidak terkandung lagi. Virus berkembang biak dan menyebar di dalam ganglion, menyebabkan nekrosis neuronal dan peradangan parah, sebuah proses yang sering disertai dengan neuralgia parah. Infeksi VZV kemudian menyebar secara antidromikal menuruni saraf sensorik, menyebabkan neuritis parah, dan dilepaskan dari saraf sensorik yang berakhir di kulit, di mana ia menghasilkan karakteristik dari vesikel zoster. Penyebaran infeksi ganglionic proksimal sepanjang akar saraf posterior ke meninges dan hasil serabut di leptomeningitis lokal, pleocyosis cairan serebrospinal, dan myelitis segmental. Infeksi motor neuron di kornu anterior dan radang akun akar saraf anterior untuk palsi lokal yang mungkin menyertai erosi kulit, dan infeksi berkelanjutan dalam sistem saraf pusat (SSP) dapat mengakibatkan komplikasi herpes zoster (meningoenchepalitis, myelitis melintang).(3)

(5)

Varicella dan herpes zoster A. Selama infeksi (varicella dan cacar air) primer varicella-zoster virus (VZV) virus menginfeksi ganglia sensoris. B. VZV tetap dalam

fase laten dalam ganglia untuk kehidupan C. Indiviual dengan fungsi kekebalan tubuh berkurang, VZV aktif kembali dalam ganglia sensoris, turun melalui saraf

sensorik, dan direplikasi di kulit.(3)

Patogenesa Nyeri pada Herpes Zoster dan Postherpetic Neuralgia

Nyeri adalah gejala utama dari herpes zoster. Didahului dengan gejala ini dan umumnya disertai ruam, dan gejala ini sering berlanjut walau ruam sudah sembuh, dengan komplikasi yang dikenal sebagai postherpetic neuralgia (PHN). Sejumlah mekanisme yang berbeda tetapi tumpang tindih tampaknya terlibat dalam patogenesis nyeri pada herpes zoster dan PHN.(3)

Cedera pada saraf perifer dapat memicu sinyal rasa nyeri pada saraf di ganglion aferen. Peradangan di kulit memicu sinyal nosiseptif yang lebih terasa nyeri di kulit. Rilis yang berlebihan dari pengeluaran asam amino dan neuropeptida yang disebabkan oleh rentetan berkelanjutan dari impuls afferent selama fase akut dan prodormal pada herpes zoster kemungkinan dapat menyebabkan cedera eksitotoksik dan hilangnya hambatan interneuron di sumsum tulang belakang. Kerusakan neuron di sumsum tulang belakang, ganglion dan saraf perifer, adalah penting dalam patogenesis PHN. Kerusakan saraf aferen primer dapat menjadi aktif secara spontan dan peka terhadap

(6)

rangsangan perifer dan simpatis. Aktivasi nosiseptor yang berlebihan dan impuls ektopik mungkin, menurunkan sesitivitas SSP. penambahan dan perpanjangan rangsangat pada pusat itu berbahaya. Pada klinis, ini dinamakan allodynia (nyeri dan / atau sensasi yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan oleh rangsangan yang biasanya tidak menyakitkan (sentuhan ringan) dengan rangsang sensori sedikit atau tidak ada sama sekali. (3)

Perubahan anatomi dan Fisiologi bertanggung jawab terhadap manifestasi PHN yang dibentuk di awal perjalanan dari hepes zoster. Hali ini akan menjelaskan korelasi antara keparahan nyeri awal dan adanya nyeri prodormal dengan perkembangan selanjutnya dari PHN, dan kegagalan terapi antivirus untuk mencegah PHN. (3)

Patognesis PHN(3)

(7)

1.7 Gejala klinis

Terbagi menjadi tiga stadium antara lain : (7)

 Stadium prodromal :

Biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada dermatom yang terkena disertai dengan panas, malaise dan nyeri kepala.

 Stadium erupsi :

Mula-mula timbul papul atau plakat berbentuk urtika yang setelah 1-2 hari akan timbul gerombolan vesikel diatas kulit yang eritematus, sedangkan kulit diantara gerombolan tetap normal, usia lesi pada satu gerombolan lain adalah sama sedangkan usia lesi dengan gerombolan lain adalah tidak sama. Lokasi lesi sesuai dermatom, unilateral dan biasanya tidak melewati garis tengah dari tubuh.

 Stadium krustasi :

Vesikel menjadi purulen, mengalami krustasi dan lepas dalam waktu 1-2 minggu. Sering terjadi neuralgi pasca herpetica terutama pada orang tua yang dapat berlangsung berbulan-bulan parestesi yang bersifat sementara.(7,8)

Masa tunasnya 7-12 hari. Masa aktif penyakit ini berupa lesi – lesi baru yang tetap timbul brlangsung kira-kira seminggu, sedangkan masa resolusi berlangsung kira-kira 1-2 minggu. Disamping gejala kulit dapat juga dijumpai pembesaran kelenjar getah bening regional. Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai dengan tempat persarafan. Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelainan motorik, tetapi pada susunan saraf pusat kelainan ini lebih sering karena struktur ganglion kranialis memungkinkan hal tersebut. Hiperestesi pada daerah yang terkena member gejala yang khas. Kelainan pada muka sering disebabkan oleh karena gangguan pada nervus trigeminus (dengan ganglion gaseri) atau nervus fasialis dan otikus (dari ganglion genikulatum).(2)

(8)

Dermatome Tubuh(10)

Herpes zoster oftalmikus disebabkan oleh infeksi cabang pertama nervus trigeminus, sehingga menimbulkan kelainan pada mata, disamping itu juga cabang kedua dan ketiga menyebabkan kelainan kulit pada daerah persarafannya. (2)

Dermatome Wajah(11)

(9)

Sindrom Ramsay Hunt diakibatkan oleh gangguan nervus fasialis dan otikus, sehingga memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis Bell), kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat persarafan, tinnitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus dan nausea, juga terdapat gangguan pengecapan. (2)

Herpes zoster abortif artinya penyakit ini berlangsung dalam waktu yang singkat dan kelainan kulitnya hanya berupa beberapa vesikel dan eritem.

(2)

Herpes zoster generalisata kelainan kulitnya unilateral dan segmental ditambah kelainan kulit yang menyebar secara generalisata berupa vesikel

(3)

(10)

yang soliter dan ada umbilikasi. Kasus ini terutama terjadi pada orang tua atau pada orang yang kondisi fisikny sangat lemah, misalnya pada penderita limfoma malignum.(2)

Neuralgia pascahepatik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan lebih dari sebulan setelah penyakitnya sembuh. Nyeri ini dapat berlangsung sampai beberapa bulan bahkan bertahun-tahun dengan gradasi nyeri yang bervariasi dalam kehidupan sehari –hari. Kecenderungan ini dijumpai pada orang yang mendapat herpes zoster diatas usia 40 tahun.(2)

1.8 Diagnosis

Teknik yang sama digunakan untuk mendiagnosis varicella dan digunakan untuk mendiagnosa herpes zoster juga. Tampilan klinis seringkali cukup untuk menegakkan diagnosis, dan pada hapusan Tzanck dapat mengkonfirmasi kecurigaan klinis.(5,6,9). Namun, lokasi atau penampilan dari

lesi kulit mungkin atipikal (terutama di immunocompromised pasien) sehingga membutuhkan konfirmasi laboratorium. (6)

Kultur virus adalah dimungkin, tetapi virus varicella-zoster itu labil dan relatif sulit untuk pulih dari penyeka lesi kulit. Sebuah uji direct imunofluorescence lebih sensitif dibandingkan kultur virus dan memiliki tambahan keuntungan dari biaya yang lebih murah dan waktu yang lebih cepat. Seperti kultur virus, direct imunofluorescence assay dapat membedakan infeksi virus herpes simplex dengan infeksi virus varisela-zoster. Polymerase-chain-reaction techniques yang berguna untuk mendeteksi DNA virus varicella-zoster di cairan dan jaringan.(6)

Tzanck smear dan Direct Immunoflouscene assay(6)

10

(11)

Herpes simplex zosteriform bisa dengan hasil positif untuk Tzanck smear, namun jumlah lesi biasanya lebih terbatas dan derajat nyeri substansialnya kurang. Persiapan selain Tzanck, uji DFA lebih disukai untuk kultur virus, karena cepat, identifikasi jenis virus, dan memiliki hasil yang lebih akurat. Bila dibandingkan pada VZV, Tzanck smear adalah 75% positif (sampai dengan 10% false-positif dan variabilitas yang tinggi, tergantung pada keterampilan edema interseluler dan intraseluler.(5)

Bagian atas dari dermis, dilatasi pembuluh darah, edema, dan infiltrasi perivaskular limfosit dan leukosit polimorfonuklear, Limfosit atipikal mungkin juga ditemukan. Sebuah vaskulitis leukocytoclastic mendasari kesan infeksi VZV selama HSV. Inflamasi dan perubahan degeneratif juga dicatat dalam serabut ganglia posterior dan serabut saraf dorsalis yang terkena. Lesi sesuai dengan sistem persarafan dari ganglon saraf yang terkena, dengan nekrosis sel-sel saraf.(5)

1.9 Diagnosis banding

Herpes Simpleks Definisi : Penyakit akut yang ditandai dengan timbulnya vesikula yang berkelompok diatas dasar eritema, berulang, mengenai permukaan mukokutaneus. Etiologi : Disebabkan oleh virus herpes simplex. Gejala klinis :Lesi primer didahului gejala prodromal berupa rasa panas ( terbakar ) dan gatal. Setelah timbul lesi dapat terjadi demam, malaise dan nyeri otot.

Predileksi : mukosa

Status dermatologi : berupa vesikel yang mudah pecah, erosi, ulcus dangkal bergerombol di atas dasar eritema dan disertai rasa nyeri. Predileksi pada wanita antara lain labium mayor, labium minor, klitoris, vagina, serviks dan anus. Pada laki-laki antara lain di batang penis, glans penis dan anus. Ekstragenital yaitu hidung, bibir, lidah, palatum dan faring.(9)

(12)

(3)

Varisella Definisi : vesikula yang tersebar, terutama menyerang anak-anak, bersifat mudah menular

Etiologi : virus Varisela zoster.

Predileksi : Paling banyak di badan, kemudian muka, kepala dan ekstremitas.

Gejala Klinis : Pada stadium prodomal timbul banyak makula atau papula yang cepat berubah menjadi vesikula, yang umur dari lesi tersebut tidak sama. Kulit sekitar lesi eritematus. Pada anamnesa ada kontak dengan penderita varisela atau herpes zoster. Khas pada infeksi virus pada vesikula ada bentukan umbilikasi (delle) yaitu vesikula yang ditengah nya cekung kedalam. Distribusinya bersifat sentripetal.(7)

(3)

Dermatitis Kontak Alergika

Definisi : Dermatitis yang disebabkan terpaparnya kulit dengan bahan yang bersifat sebagai alergen. Disini ada 12

(13)

riwayat alergi dan merupakan paparan ulang. Predileksi : Seluruh tubuh

Status dermatologis : Dapat akut, subakut dan kronis. Lesi akut berupa lesi polimorf yaitu tampak makula yang eritematus, batas tidak jelas pada efloresensi dan diatas makula yang eritematus terdapat papul, vesikel, bula yang bila pecah menjadi lesi yang eksudatif.(9)

(3)

Dermatitis herpetivormis

Definisi : Dermatitis yang bersifat kronis dan rasa gatal yang sangat dengan kekambuhan yang tinggi.

Status dermatologi : berupa berupa lesi polimorf yang bergerombol pada dasar yang eritematus.

Predileksi : pada kepala, kuduk, lipatan ketiak bagian belakang, sakrum, bokong dan lengan bawah. Distribusinya simetris, akut dan polimorf.(9)

(3)

Dermatitis Venenata

Definisi : Dermatitis venenata adalah kelainan akibat gigitan atau tusukan serangga yang disebabkan reaksi terhadap toksin atau alergen yang dikeluarkan

(14)

arthropoda penyerang Predileksi : Seluruh tubuh

Status Dermatologis : Berupa eritema, edema, panas, nyeri, bisa berbentuk papula, pustule, maupun krusta. (9)

Terdapat 2 macam lesi yang diakibatkan oleh gigitan serangga, yaitu : (1)

a. Nodul eritematus, akibat

serangga memasukkan (menyuntikkan) bahan – bahan berbahaya ke dalam kulit yang menyebabkan keradangan.

b. Dermatitis kontak iritan, akibat cairan yang dikeluarkan serangga waktu berbenturan / bersentuhan dengan kulit.

(15)

1.10 Penatalaksanaan Umum

1. Analgetika : Metampiron sehari 4 x 1 tablet 2. Bila ada infeksi sekunder :

- Erytromycin 250-500 mg sehari 3 x 1 tablet - Dicloxacillin 125-250 mg sehari 3 x 1 tablet 3. Lokal :

- Bila basah : kompres larutan garam faali - Bila erosi : salep sodium fusidate - Bila kering : bedak salycil 2% Khusus

1. Acyclovir

 Dosis: dewasa : 800 mg sehari 5 kali selama 7-10 hari Anak : 20 mg/kgBB sampai 800 mg sehari 4 kali

Acyclovir tidak dapat menghilangkan neuralgi pasca herpetik 2. Neuralgia pasca herpetik

a. Aspirin : 500 mg sehari 3 kali.

b. Anti depresan trisiklik : Amitriptylin 50- 100 mg/hari - Hari pertama : 1 tablet (25mg)

- Hari kedua : sehari 2 kali satu tablet - Hari ketiga : sehari 3 kali satu tablet

c. Carbamazepine:200mg sehari 1-2 kali ( untuk trigeminal neuralgia).

3. Herpes zoster ophtalmicus perlu konsul ke spesialis mata atau dapat diberikan:

- acyclovir salep mata 5 kali setiap 4 jam

- dan juga ofloxacin atau ciprofloxacin obat tetes mata o hari 1 dan 2 : 1 tetes/2-4 jam,

o hari 3-7 :1 tetes 4 kali/hari.(7,8)

Pencegahan

(16)

Indikasi :

- usia tua (>60 tahun)

- pasien imunokompromais dengan penyakit kronik (7)

1.11 Komplikasi

 Neuralgia paska herpetik.

Adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan lebih dari sebulan setelah penyakitnay sembuh. Neuralgia ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan sampai beberapa tahun. Nyeri bisa dirasakan terus-menerus atau hilang timbulndan bisa semakin memburuk pada malam hari atau jika terkena panas maupun dingin. Keadaan ini cenderung timbul pada umur diatas 40 tahun, persentasenya 10 - 15 % dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Semakin tua umur penderita maka semakin tinggi persentasenya.(9)

 Infeksi sekunder.

Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi. Sebaliknya pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi H.I.V., keganasan, atau berusia lanjut dapat disertai komplikasi. Vesikel sering manjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.(2)

 Kelainan pada mata.

Disebabkan oleh infeksi virus varicella zoster pada cabang pertama pada nervus trigeminus (N. Ophtalmicus) sehingga menimbulkan 16

(17)

kelainan pada mata. Selain itu, virus dapat menyerang cabang kedua (N.Maxilaris) dan cabang ketiga (N.Mandibularis) yang menyebabkan kelainan kulit pada daerah persarafannya. Kelainan yang muncul dapat berupa: ptosis paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioratinitis dan neuritis optic.(9)

 Ramsay Hunt Sindrom

Paralisa wajah akut yang disertai dengan vesikel-vesikel virus herpes zoster pada kulit telinga, liang telinga ataupun keduanya, diakibatkan oleh gangguan nervus fasialis dan nervus optikus, sehingga memberikan gejala paralisa otot muka ( paralisa bell ), kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat ;persarafan, tinitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus dan nausea juga terdapat gangguan pengecapan. Herpes zoster ini terjadi bila mengenai ganglion genikulatum.(9)

 Paralisis motorik

Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat perjalanan virus secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang berdekatan. Paralisis ini biasanya muncul dalam 2 minggu sejak munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi seperti: di wajah, diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan anus. Umumnya akan sembuh spontan.(2)

(18)

Umumnya baik, pada herpes zoster oftalmikus prognosis bergantung pada tindakan perawatan secara dini.(2,9)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsoe, Emmy, Menaldi, et al, 2007, Penyakit Kulit Yang Umum di Indonesia, Hal. 68, Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2. Djuanda Prof, Kosasih, Wiryadi, et al, 2007, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

Hal. 110 – 112 Penyakit Virus oleh Ronny P. Handoko, Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

3. Wolff, Goldsmith, Katz, et al, 2008, Fitz Patrick’ Dermatology in General Medicine Seventh Edition Volumes 1&2 Chapter 194 (pages 1885 – 1889), United States of America, The McGraw – Hill Companies

4. Burns, Tony, Breathnach, Cox, et al, 2010, Rook’s textbook of Dermatology Eight Edition Volume 1 Chapter 33 (pages 33.22), Wiley Blackwell

5. D.James.William, et al, 10th edition © 2006, Saunders Elsevier, Andrews’ Diseases of the Skin Clinical Dermatology, (pages 372 – 377) Philadelphia, Pennsylvanian, USA

6. Gnann, John W, Witley, Richard J, 2002, Journal of Herpes Zoster, New England, New England Journal of Medicine

7. Barakbah, Pohan, Sukanto, et al, 2007, Atlas Penyakit Kulit & Kelamin cetakan kedua Bagian SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Hal 14-19, Surabaya, Airlangga University Press

(19)

8. Murtiastutik. Dwi, 2005, Pedoman Diagnostik Dan Terapi RSU Dr. Soetomo edisi III, hal 56-58, Surabaya

9. Abdullah. Benny, Kurniawan. Ovaldo, dr, SpKK, 2009, Dermatologi Pengetahuan Dasar dan Kasus di Rumah Sakit, Surabaya : Pusat Penerbitan dan Percetakan Universitas Surabaya hal: 86-90

10.http://drugline.org/medic/term/dermatome/ 11. http://zizaidermatology.wordpress.com/2012/02/19/shingles-part-1-viral-phases/ BAB II LAPORAN KASUS 2.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Nur Farida

Umur : 56 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Gebang Lor 94, Surabaya Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan terakhir : SMP

Agama : Islam

Suku/bangsa : Jawa

Status perkawinan : Sudah Menikah Tanggal pemeriksaan : 19 Oktober 2012

(20)

2.2 ANAMNESA (AUTOANAMNESA) Keluhan Utama :

Bintil – bintil berisi air pada wajah Riwayat Penyakit Sekarang

Penderita datang ke poli Kulit dan Kelamin RSU Haji dengan keluhan bintil – bintil bergerombol berisi air yang diketahui sejak 3 hari yang lalu. Awalnya pasien merasa demam dan batuk-batuk sehingga kondisinya kurang fit kemudian timbul merah-merah pada wajahnya dan lama-kelamaan timbul bintil – bintil berisi air bergerombol pada wajah sisi kiri, hanya terdapat pada wajah dan tidak didapatkan pada bagian tubuh lainnya. Pada bintil tersebut terasa gatal, nyeri dan panas, ada bintil-bintil yang masih utuh dan ada yang sudah pecah karena bekas garukan/ gesekan dengan jilbab.

Penderita sebelumnya sudah ke dokter umum, diberi obat minum tetapi tidak tau namanya dan salep acyclovir, salepnya dioleskan 3x sehari tipis-tipis pada bintil – bintilnya tetapi tidak sembuh dan penderita merasa bintil – bintil pada wajahnya semakin banyak dan terasa nyeri, bintil-bintil tsb juga berada dekat mata kiri penderita dan membengkak sehingga mata sulit untuk dibuka, penderita juga mengeluh nyeri pada matanya dan pandangan seperti dobel sehingga pasien disarankan untuk konsul ke poli mata. Penderita tidak pernah digigit serangga sebelumnya pada bagian wajah.

Riwayat Penyakit Dahulu

 Penderita tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.

 Penderita mengaku tidak pernah cacar air sebelumnya  DM (-).

 Alergi obat Golongan Penisilin (+)

(21)

Riwayat Penyakit Keluarga  Alergi, disangkal.

 Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini Riwayat Psikososial

 Penderita mandi 2x sehari

 Air yang dipergunakan di rumah pasien adalah air PDAM.

 Kebersihan rumah dan sekitar tempat tinggal pasien cukup bersih.

2.3 PEMERIKSAAN FISIK 1. Status Generalis

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis Status gizi : Baik

Kepala : dalam batas normal Leher : dalam batas normal Thorax : dalam batas normal Abdomen : dalam batas normal Extremitas : dalam batas normal Genital : lihat status dermatologis 2. Status Dermatologis

 Regio : Regio facialis sinistra, cabang dari nervus trigeminus V1,V2,V3.

(22)

 Effloresensi : Terdapat vesikel yang bergerombol dengan dasar makula eritematosa yang menyebar pada daerah facialis sinistra. Vesikel berisi cairan jernih. Ukuran vesikel bervariasi, sebagian besar vesikel masih tampak utuh dan beberapa tampak pecah. Lokasi lesi unilateral sinistra.

2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tzank Smear : tidak ditemukan multinucleated giant cells

2.5 RESUME

Penderita datang ke poli Kulit dan Kelamin RSU Haji dengan keluhan bintil – bintil bergerombol berisi air yang diketahui sejak 3 hari yang lalu. Awalnya demam (+) batuk(+) kemudian timbul merah-merah pada wajahnya dan lama-kelamaan timbul bintil – bintil berisi air bergerombol pada wajah sisi kiri, terasa gatal, nyeri dan panas, ada yang masih utuh dan ada yang sudah pecah karena bekas garukan/ gesekan dengan jilbab.

Penderita sudah ke dokter umum, diberi obat minum dan salep acyclovir, salepnya dioleskan 3x sehari tipis-tipis mata membengkak, nyeri pada matanya, pandangan seperti dobel sehingga pasien disarankan untuk konsul ke poli mata. Penderita tidak pernah digigit serangga sebelumnya pada bagian wajah

Status Dermatologis

(23)

 Regio : Regio facialis sinistra, cabang dari nervus trigeminus V1,V2,V3.

 Effloresensi : Terdapat vesikel yang bergerombol dengan dasar makula eritematosa yang menyebar pada daerah facialis sinistra. Vesikel berisi cairan jernih. Ukuran vesikel bervariasi, sebagian besar vesikel masih tampak utuh dan beberapa tampak pecah. Lokasi lesi unilateral sinistra.

2.6 DIAGNOSA

Herpes zoster oftalmika sinistra.

2.7 DIAGNOSA BANDING - 2.8 PLANNING PLANNING DIAGNOSA  Tzank smear PLANNING TERAPI Terapi Pengobatan

 Acyclovir tablet 5 x 800 mg selama 7 hari  Erithromycin kapl 2 x 500 mg

 Asam mefenamat 3 x 500 mg/hari

 Jika gejala membaik dan lesi sudah hilang dilanjutkan terapi pencegahan

PLANNING EDUKASI

- Memberi penjelasan kepada penderita bahwa nyeri pada daerah ini bisa timbul lagi tanpa harus ada bintil berisi air..

- Menjaga kesehatan untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh.

(24)

2.9 PROGNOSA

Kurang baik, karena penderita sudah berusia tua.

Foto Kasus (Herpes Zoster Oftalmika Sinistra)

(25)

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Identitas Pasien

Pada kasus ini pasien dengan identitas Ny. NF, seorang wanita berusia 56 tahun. Hal ini sesuai dengan jurnal yang menyatakan bahwa bertambahnya usia merupakan faktor resiko terjadinya herpes zoster.(6)

3.2 Anamnesis

Penderita datang ke poli Kulit dan Kelamin RSU Haji dengan keluhan bintil – bintil bergerombol berisi air yang diketahui sejak 3 hari yang lalu. Awalnya pasien merasa demam dan batuk-batuk sehingga kondisinya kurang fit. Anamnesis diatas sesuai dengan pustaka yang menyatakan bahwa stadium awal dari hepres zoster adalah stadium prodormal yang biasanya ditandai

(26)

dengan rasa sakit dan parestesia pada dermatom yang terkena disertai dengan panas, malaise dan nyeri kepala.(7,8)

Kemudian timbul merah-merah pada wajahnya dan lama-kelamaan timbul bintil – bintil berisi air bergerombol, hal ini sesuai dengan pustaka yang menyatakan bahwa stadium erupsi ditandai dengan mula-mula timbul papul atau plakat berbentuk urtika yang setelah 1-2 hari akan timbul gerombolan vesikel diatas kulit yang eritematus, sedangkan kulit diantara gerombolan tetap normal, usia lesi pada satu gerombolan lain adalah sama sedangkan usia lesi dengan gerombolan lain adalah tidak sama(7,8).

Lokasi pada wajah sisi kiri, hanya terdapat pada wajah dan tidak didapatkan pada bagian tubuh lainnya, hal ini sesuai dengan pustaka yang menyatakan bahwa lokasi lesi sesuai dermatom, unilateral dan biasanya tidak melewati garis tengah dari tubuh.(1,2,7,8)

Pada bintil tersebut terasa gatal, nyeri dan panas, ada bintil-bintil yang masih utuh dan ada yang sudah pecah karena bekas garukan/ gesekan dengan jilbab, hal ini sesuai dengan pustaka yang menyatakan bahwa stadium krustasi ditandai oleh vesikel menjadi purulen, mengalami krustasi dan lepas dalam waktu 1-2 minggu. Sering terjadi neuralgi pasca herpetica terutama pada orang tua yang dapat berlangsung berbulan-bulan parestesi yang bersifat sementara.(7,8)

Bintil-bintil tsb juga berada dekat mata kiri penderita dan membengkak sehingga mata sulit untuk dibuka, penderita juga mengeluh nyeri pada matanya dan pandangan seperti dobel sehingga pasien disarankan untuk konsul ke poli mata, hal ini sesuai dengan pustaka yang menyatakan bahwa Herpes zoster oftalmikus disebabkan oleh infeksi cabang pertama nervus trigeminus, sehingga menimbulkan kelainan pada mata, disamping itu juga cabang kedua dan ketiga menyebabkan kelainan kulit pada daerah persarafannya.(2)

3.3 Pemeriksaan Fisik

Pada status dermatologis regio oftalmikus sinistra, cabang dari nervus trigeminus V1,V2,V3 terdapat vesikel yang bergerombol dengan dasar makula eritematosa yang menyebar pada daerah facialis sinistra. Vesikel

(27)

berisi cairan jernih. Ukuran vesikel bervariasi, sebagian besar vesikel masih tampak utuh dan beberapa tampak pecah. Lokasi lesi unilateral sinistra.

Pada pustaka dikatakan bahwa effloresensi tampak gerombolan vesikel diatas kulit eritematus, isi vesikel sebagian jernih sebagian keruh di beberapa tempat terdapat pustula, erosi, krusta. Kulit diantara gerombolan vesikel normal, unilateral sesuai dermatom.(7)

3.4 Diagnosis dan Diagnosis Banding

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat diambil diagnosis Herpes Zoster Oftalmika sinistra. Pada kasus ini tidak diambil diagnosis banding karena dari anamnesis dan pemeriksaan fisik sudah menunjukkan diagnosis pasti suatu Herpes Zoster Oftalmika sinistra.

3.5 Penatalaksanaan

Pada kasus diatas pasien mendapat terapi berupa Acyclovir tablet 5x800mg selama 7 hari, obat harus dihabiskan dan diminum secara teratur, eritromisin kapl 2x500mg dan asam mefenamat 3x500mg diminum saat nyeri, jika nyeri sudah hilang obat tidaak perlu diminum lagi.

Selain terapi medikamentosa, pasien diberitahu agar menjaga kesehatannya sehingga dapat mempertahankan sistem kekebalan tubuhnya dan tidak mudah terserang infeksi berulang.

3.6 Prognosis

Kurang baik karena pasien berusia 56 tahun, menurut pustaka menyatakan bahwa neuralgia pascahepatik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan lebih dari sebulan setelah penyakitnya sembuh. Nyeri ini dapat berlangsung sampai beberapa bulan bahkan bertahun-tahun dengan gradasi nyeri yang bervariasi dalam kehidupan sehari –hari. Kecenderungan ini dijumpai pada orang yang mendapat herpes zoster diatas usia 40 tahun.(2)

(28)

BAB IV KESIMPULAN

Dilaporkan bahwa terdapat pasien dengan diagnosis Herpes Zoster Oftalmika sinistra pada Ny. NF berusia 56 tahun. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dengan keluhan bintil-bintil berisi air bergerombol pada wajah bagian kiri yang dirasakan sejak 3 hari yang lalu.

Dari pemeriksaan fisik pada regio facialis sinistra tampak vesikel yang bergerombol dengan dasar makula eritematosa yang menyebar pada daerah facialis sinistra. Vesikel berisi cairan jernih. Ukuran vesikel bervariasi, sebagian besar vesikel masih tampak utuh dan beberapa tampak pecah. Lokasi lesi unilateral sinistra.

Pada kasus diatas pasien mendapat terapi berupa Acyclovir tablet 5x800mg selama 7 hari, obat harus dihabiskan dan diminum secara teratur, eritromisin kapl 2x500mg dan asam mefenamat 3x500mg diminum saat nyeri, jika nyeri sudah hilang obat tidaak perlu diminum lagi.Selain terapi medikamentosa, pasien diberitahu agar menjaga kesehatannya sehingga dapat mempertahankan sistem kekebalan tubuhnya dan tidak mudah terserang infeksi berulang.

Prognosa pada pasien ini kurang baik karena usianya lebih dari 40 tahun dan resiko terjadinya neuralgia post herpetik bertambah.

Gambar

Foto Kasus (Herpes Zoster Oftalmika Sinistra)

Referensi

Dokumen terkait

kedua kaki dibuka selebar bahu, kedua tangan lurus di samping badan dan pandangan mata ke depan.. - Mendengar aba-aba dari guru ayunkan kedua lengan ke kiri dan ke kanan

Seorang penderita mengeluh mata kanan kabur tidak nyeri dan ada gambaran putih yang mudah terlihat pada bagian tengah bola mata yang telah dialami 5 tahun yang lalu.. Pada

Dilaporkan sebuah kasus, seorang pria berumur 35 tahun dengan keluhan nyeri pada mata kiri 1,5 tahun yang lalu, nyeri terasa cekot cekot, pandangan mata menjadi double,

Mata kanan tampak vesikel, pustul, bula, erosi, ekskoriasi dan krusta berwarna hitam kekuningan pada daerah alis dan kelopak mata kanan.kiri tampak kelopak mata kiri bengkak telinga