• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah korban yang terus meningkat setiap tahun (Valdez and Ferguson

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah korban yang terus meningkat setiap tahun (Valdez and Ferguson"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Memasuki awal abad ke-21 masyarakat Amerika Serikat banyak diperhadapkan dengan berbagai kasus pembunuhan yang melibatkan senjata api. Sebagai negara yang memberikan keluasan hak bagi setiap warga sipilnya untuk memiliki dan membawa senjata api, Amerika harus menghadapi berbagai konsekuensi yang diakibatkan oleh kebijakan tersebut. Negara ini tercatat menjadi salah satu negara yang memiliki tingkat kejahatan senjata api tertinggi di dunia dengan jumlah korban yang terus meningkat setiap tahun (Valdez and Ferguson Jr., 2011: 45).

Ironisnya, kejahatan tersebut kini merebak terjadi di lingkungan pendidikan. Pada bulan Desember 2011, terjadi penembakan di kampus Virginia Tech, yang mengakibatkan dua orang meninggal. Insiden itu mengingatkan kembali pada tragedi pembantaian di kampus yang sama di Virginia yang pernah terjadi di tahun 2007 silam—mengakibatkan sedikitnya 32 orang tewas dan 25 lainnya luka-luka. Penembakan secara brutal tersebut dilakukan oleh Seung-Hui Cho, mahasiswa berumur 23 tahun asal Korea Selatan. Pelakunya sendiri kemudian bunuh diri dengan senjatanya. Peristiwa itu disebut sebagai penembakan massal paling buruk dalam sejarah modern Amerika Serikat

(2)

2

(http://news.detik.com/read/2011/12/09/102853/1786793/1148/penembakan-di-virginia-tech-tragedi-yang-berulang).

Tragedi penembakan pada tahun 2011 dan 2007, sebenarnya bukanlah hal baru dalam sejarah kejahatan senjata api yang terjadi di lingkungan pendidikan di Amerika. Sebelumnya juga telah banyak korban yang jatuh. Pada tahun 2006 lima orang siswi menjadi korban meninggal akibat penembakan di Amish Schoolhouse (http://www.msnbc.msn.com/id/15105305/ns/us_news-crime_and_courts/t/th-girl-dies-after-amish-schoolhouse-shooting/), sedangkan tujuh tahun sebelumnya, 12 orang siswa serta 1 guru meninggal dalam tragedi pembantaian di Sekolah Menengah Atas Columbine, Colorado tahun 1999 (Cook and Ludwig, 2000: 3). Lebih dari sekadar data, serangkaian peristiwa tersebut sesungguhnya menjelaskan bahwa kejahatan senjata api begitu mudah terjadi dalam kehidupan kontemporer masyarakat Amerika. Bahkan berdasarkan fakta sejarah, pembantaian massal tersebut hanyalah salah satu dari sekian banyak contoh kasus kejahatan yang terus terjadi secara berulang di Amerika Serikat, sebagai akibat dari penyalahgunaan senjata api.

Fenomena kejahatan yang kian meresahkan warga ini memicu debat publik nasional mengenai isu kepemilikan senjata api oleh warga sipil. Banyaknya anak sekolahan khususnya para remaja yang kini terlibat dan menjadi korban kejahatan senjata api menjadi keresahan banyak orang tua dan para guru. Situasi ini mendorong kelompok-kelompok masyarakat turun melakukan protes dan

(3)

3

kampanye untuk menekan reprsentatif mereka yang duduk di Statehouse dan

Capitol Hill (Valdez and Ferguson Jr., 2011: 12). Mereka mempermasalahkan

keluasan akses senjata api yang tidak diimbangi dengan kontrol yang baik dari pemerintah. Di pihak lain, terdapat kelompok masyarakat yang tidak menghendaki adanya kontrol senjata api dengan berbagai alasan yang melatarbelakangi, terutama melihat pentingnya makna senjata api dalam tradisi masyarakat Amerika. Masing-masing kelompok pro dan kontra saling berdebat, bersikukuh pada pandangan masing-masing sehingga sukar dicapai titik kesepakatan mengenai jalan keluar yang terbaik.

Para pendukung kontrol senjata api berpendapat bahwa kebebasan yang diberikan kepada warga sipil untuk memiliki dan membawa senjata api ke mana saja adalah penyebab utama mudahnya terjadinya kejahatan. Mereka menuntut pembatasan akses senjata api khususnya di ruang-ruang publik seperti sekolah dan tempat ibadah. Selain itu, mereka percaya bahwa banyak nyawa dapat diselamatkan jika pemerintah semakin mempersulit kepemilikan senjata api (Valdez and Ferguson Jr., 2011: 17-18). Tetapi di sisi lainnya, kelompok oposan bersikeras bahwa pemerintah tidak berhak untuk melakukan pembatasan terhadap nilai dan hak individu yang sudah dijamin di dalam Konstitusi Amerika Serikat. Menariknya, para pendukung hak senjata ini mengusulkan bahwa jika semakin banyak orang dipersenjatai, maka seorang penyerang yang bersenjata dapat lebih mudah dihentikan sebelum dia membunuh orang-orang yang tidak bersalah

(4)

4

(Valdez and Ferguson Jr., 2011: 10). Selain itu, adanya penolakan keras dari kelompok penggemar berburu dan olahraga menembak juga semakin menyulitkan pengaturan regulasi kontrol senjata api oleh pemerintah.

Isu ini pun dimanfaatkan oleh partai sebagai alat politik dalam memenangkan pemilu. Partai Demokrat dan partai Republik menjadi dua representatif utama di Amerika yang mengusung aspirasi masyarakat kelompok pendukungnya. Ketika kandidat yang diusung terpilih maka dengan sendirinya ideologi dari partai tersebut pun akan digaungkan yang akan berpengaruh terhadap penyusunan undang-undang negara. Menariknya, kedua partai ini juga merespon isu kepemilikan senjata api secara berbeda. Partai Republik umumnya kuat mendukung hak senjata api sedangkan Demokrat terkenal pro kontrol senjata.

Tidak hanya partai, tetapi negara bagian di Amerika Serikat juga menunjukkan keberpihakan dan dukungan yang berbeda terhadap isu ini. Salah satunya yang pro hak senjata api adalah negara bagian Utah yang secara khusus menambahkan senjata api sebagai simbol negaranya (http://articles.cnn.com/2011-03-18/us/utah.state.firearm_1_wimmer-state-symbols-garyherbert?_s=PM:US). Selain itu, Maine, Luisiana dan Texas merupakan negara bagian dengan hukum kontrol senjata terlemah, sedangkan dua negara yang memiliki aturan kontrol senjata yang paling ketat yaitu Massachusetts dan Hawai (Open Society Institute, 2000: 3). Adanya situasi politik yang juga melatarbelakangi dan kepentingan

(5)

5

masing-masing kubu yang berseberangan menjadikan hak kepemilikan senjata api menjadi isu yang paling kontrovesial di Amerika hingga saat ini.

Kontroversi hak kepemilikan senjata api sendiri sesungguhnya sudah berlangsung sejak lama, yakni sejak awal diregulasikan Amandemen Kedua (The

Second Amandment) The Bill of Rights. Amandemen Kedua yang diratifikasi pada

pada tanggal 15 Desember 1791 memuat tentang hak membawa senjata api (right

to bear arms) (Stephens Jr. and Scheb II, 2008: 2). Pada masa itu kontroversi yang

terjadi seputar apakah hak yang dimaksudkan di dalam dokumen tersebut adalah hak individu atau hak kolektif.

Seiring waktu beberapa perubahan terjadi. Dua di antaranya yang menarik yaitu perkembangan pokok masalah yang diperdebatkan dan orientasi masyarakat yang cenderung berubah terkait kepemilikan senjata api. Pertama, pokok isu yang kini diperdebatkan mengenai apakah perlu menambah peraturan kontrol senjata api atau tidak. Kedua, orientasi masyarakat yang cenderung berubah yakni senjata api yang dulunya umum dimanfaatkan sebagai alat berburu kini dipilih sebagai solusi utama perlindungan diri di abad modern, sebagai reaksi masyarakat terhadap rawannya kejahatan dalam kehidupan kontemporer Amerika.

Amerika merupakan negara yang menjunjung tinggi nilai demokrasi dan asas kebebasan individu. Kebijakan memiliki senjata api merupakan bagian dari kebebasan individu bagi setiap warga sipil yang dijamin oleh negara, tetapi pada saat yang sama kepentingan pribadi tersebut bersinggungan dengan kepentingan

(6)

6

keamanan kolektif, sehingga memicu debat publik. Kontroversi yang terus berlangsung sejak awal diregulasikan Amandemen Kedua hingga sekarang, ternyata bukan persoalan yang mudah diselesaikan dengan hanya diundangkan suatu peraturan kontrol senjata api yang baru, oleh karenanya dibutuhkan suatu pendekatan lain dalam upaya memahami persoalan sosial tersebut secara lebih mendalam. Tesis ini bermaksud untuk mengkaji perubahan sosial yang melatarbelakangi terjadinya kontroversi hak kepemilikan senjata api di Amerika Serikat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka pertanyaan penelitian yang ingin dijawab adalah:

1. Kontroversi seperti apa yang berhubungan dengan senjata api dari waktu ke waktu?

2. Apa kaitan terus meningkatnya kontroversi kepemilikan senjata api tersebut dengan perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat Amerika Serikat?

1.3 Tujuan Penelitian

a. Mengindentifikasi kontroversi yang muncul yang berhubungan dengan senjata api dari waktu ke waktu;

(7)

7

b. Mendeskripsikan perkembangan dan perubahan yang terjadi sejak awal munculnya kontroversi hak kepemilikan senjata api hingga sekarang ini yang menggambarkan perubahan sosial masyarakat Amerika Serikat.

1.4 Tinjauan Pustaka

Terdapat banyak buku, ulasan, dan penelitian yang membahas perihal hak senjata api di Amerika. Sebagian besar membahas tentang kontrol senjata api, disebabkan isu ini paling aktual dalam perdebatan kontemporer di Amerika. Beberapa buku yang akan dibahas pada bagian ini adalah Gun Control, Second

Edition yang ditulis oleh Angela Valdez dan John E. Ferguson Jr., kemudian Firearms and Violence: A Critical Review yang disusun oleh National Research

Council, dan terakhir Gun Violence: The Real Costs oleh Philip J. Cook dan Jens Ludwig.1

Di dalam buku Gun Control, Second Edition, Valdez dan Ferguson Jr. (2011) memaparkan tentang pengawasan senjata api di Amerika Serikat. Pembahasan diawali dengan beberapa fakta yang mengguncang dunia terkait kasus penembakan yang menimpa dua tokoh penting, Martin Luther king Jr. dan Senator Robert F. Kennedy pada tahun 1968. Kejadian tersebut, berdasarkan

1 Gun Control, Second Edition adalah buku yang diterbitkan oleh Chelsea House tahun

2011, Firearms and Violence: A Critical Review diterbitkan oleh The National Academies Press tahun 2005, sedangkan buku Gun Violence: The Real Costs diterbitkan oleh Oxford University Press pada tahun 2000.

(8)

8

buku ini telah mengundang perdebatan nasional Amerika Serikat terkait isu kontrol senjata api.

Perdebatan terjadi antara dua kelompok yang bertentangan pendapat. Kelompok pertama berargumen bahwa pemerintah tidak berhak mengatur pelarangan kepemilikan senjata api. Masalahnya karena senjata api memiliki latar belakang penting dalam sejarah Amerika yang mewakili semangat frontier para pendiri Amerika yang secara tangguh mengusir penjajah, sehingga senjata api telah melekat dalam citra superioritas bangsa, simbol patriotisme dan sebagai bagian dari budaya Amerika. Di pihak lain, kelompok penentang mendesak bahwa negara harus bertanggung jawab terhadap keamanan segenap rakyatnya, oleh karena itu kepemilikan senjata api harus dibatasi. Terlebih karena terbukti telah banyak kejadian yang menyebabkan korban luka dan kematian akibat penyalahgunaan senjata api. Kubu ini berargumen bahwa hak kepemilikan senjata api tidak terkait dengan sejarah bangsa (anachronism), sebab pada masa itu warga memang membutuhkan perlindungan yang sifatnya langsung karena harus menghadapi serangan asing.

Dalam buku ini juga tercatat bahwa para pejabat terpilih dari kedua partai besar telah menggunakan isu ini sebagai dukungan untuk melakukan kebijakan kontrol terhadap senjata dan dijadikan sarana untuk memenangkan pemilu. Menurut Center for Responsive Politics, kelompok pendukung hak senjata api (pro-gun rights) berkontribusi sebesar $2.400.000 selama siklus kampanye

(9)

2007-9

2008. Sekitar 90% dari uang tersebut masuk ke kelompok Republik, yang umumnya kuat mendukung hak pengunaan senjata. Sedangkan pendukung opsi kontrol senjata (pro gun control) memberikan hampir $58.000, dengan 97% dari mereka membantu kontribusi Demokrat, yang umumnya pro kebijakan kontrol senjata. Buku ini juga menjelaskan bahwa selain mempromosikan kandidat yang mendukung tujuan politik mereka, isu tersebut telah mempengaruhi undang-undang di Kongres, termasuk dengan menggunakan dana yang dihimpun dari masing-masing pendukung. Berdasarkan pokok perdebatan tersebut itulah buku ini menguraikan mengenai infrastruktur dukungan dari masing-masing pihak.

Pada bab awal, buku ini membahas awal mula penafsiran yang keliru terhadap Amandemen Kedua, kemudian bab berikutnya membahas mengenai peraturan kontrol senjata yang terbukti mengurangi tindak kejahatan, disusul oleh bab yang memaparkan realitas bahwa kebijakan kontrol senjata tidak menjamin pencegahan tindak kriminal. Bab-bab selanjutnya menyajikan kajian mengenai pabrik persenjataan. Perlu dijelaskan di sini mengenai jumlah kematian yang diakibatkan oleh penggunaan senjata api, yakni pada tahun 1999 jumlah korban senjata api sebanyak 28.874 jiwa, sedangkan tahun 2000 tercatat sebanyak 28.663 jiwa. Pada tahun 2005 jumlahnya menjadi lebih banyak yakni 31.000 jiwa yang melayang. Korban yang berjatuhan tersebut menguras dana publik yang dikeluarkan oleh pihak keluarga dan pemerintah. Itulah sebabnya terdapat

(10)

10

argumentasi bahwa pabrik senjata harus ikut bertanggung jawab terhadap penyantunan korban senjata api.

Pada bagian akhir buku disimpulkan bahwa perdebatan tidak juga kunjung selesai. Hasil lobi dan tekanan dari masing-masing kelompok pada kenyataannya semakin meneguhkan perdebatan. Pada tahun 2008 dan 2010 The Supreme Court mengeluarkan keputusan yang kontroversial dan memperumit, bahkan dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Sebagaimana dijelaskan pada tahun 2010 Mahkamah Agung menegaskan kepemilikan senjata api sebagai hak individu yang harus dilindungi oleh pemerintah lokal maupun federal. Dengan demikian kelompok pendukung gun-control dan gun-rights, masing-masing menganggap memiliki legalitasnya masing-masing. Oleh sebab itu, isu kepemilikan senjata api telah menjadi isu yang paling kontroversial di Amerika Serikat.

Adapun buku berikutnya yang berjudul Firearms and Violence: A Critical

Review oleh National Research Council (2005) melengkapi kepustakaan

mengenai ekses kekerasan yang diakibatkan oleh penggunaan senjata api. Pengantar buku ini memaparkan sebuah kenyataan yang ada bahwa “Large

segments of the population express contradictory opinions and assert contradictory facts when they discuss the role of firearms in violence and especially how to reduce violent injuries and deaths that involve firearms (ix)”.

(11)

11

kesimpulan terhadap kontroversi yang bersilangan, melainkan hendak memberikan rekomendasi yang terkait dengan kepentingan untuk merancang kebijakan penggunaan senjata api yang mengarah pada perbaikan kondisi empiris, sehingga perdebatan menjadi lebih baik dan berkembang.

Buku yang membedah ekses penggunaan senjata api dalam peradaban modern Amerika Serikat ini disajikan dengan angka-angka dari data kekerasan yang diakibatkan penggunaan senjata api. Pada bab dua misalkan, pembaca disuguhi data yang mengukur kekerasan senjata api dan data kepemilikan. Kemudian disusul oleh data yang menyangkut bentuk-bentuk kekerasan yang disebabkan oleh kekerasan senjata api. Selain itu, disajikan data yang mengukur penggunaan senjata api sebagai alat yang digunakan untuk mempertahankan diri dari para kriminalis. Di sini digambarkan bahwa memang terdapat manfaat bagi seseorang untuk memiliki senjata api, tetapi dengan resiko yang sangat besar. Melengkapi bab tersebut, bab-bab berikutnya membicarakan tentang bagaimana efek samping kepemilikan senjata api terhadap bentuk prilaku social disorder, seperti bunuh diri. Hal tersebut juga didukung oleh deskripsi kebijakan untuk membawa senjata api bagi warga sipil, yang dibahas pada bab enam. Selain itu, buku ini juga menggunakan dukungan data-data statistik, sejumlah regulasi, beserta evaluasi terhadap dampak kebijakan membawa senjata api.

Adapun buku ketiga berjudul Gun Violence: The Real Costs (Cook and Ludwig, 2000). Buku terbitan universitas Oxford ini melengkapi kajian dari

(12)

12

sudut pandang ekonomi terhadap penggunaan senjata api di Amerika Serikat. Meskipun begitu, buku ini memaparkan sisi-sisi dramatis yang mengharukan dari tragedi yang disebabkan oleh penyalahgunaan senjata api. Itulah sebabnya buku ini menggambarkan aspek-aspek ketakutan, kesakitan, kecacatan (disability) serta kematian dini yang diakibatkan oleh penggunaan senjata api. Berdasarkan fakta yang dijelaskan, ekses penggunaan senjata api perlu diketengahkan secara memadai yang sama pentingnya dengan ancaman menakutkan lain, seperti penyakit kanker, polusi serta kegagalan pendidikan. Masalahnya karena harga yang diakibatkan oleh penggunaan senjata api juga besar. Dalam buku ini disebutkan angka per tahunnya adalah $100 miliar. Suatu angka yang besar dan mungkin juga akan semakin tinggi.

Tujuan dari penulisan buku ini adalah untuk mengurangi kemubaziran anggaran yang dikeluarkan sambil pada saat yang sama mengulas penderitaan yang diakibatkan. Itulah sebabnya buku ini mengawali uraian dengan menyajikan kajian mengenai penggunan senjata dan kehidupan Amerika (Gun Violence and

Life in America). Bab ini jelas menerangkan tentang asal mula serta realitas

faktual kekerasan yang disebabkan oleh penggunaan senjata api di dalam kehidupan sehari-hari bangsa Amerika. Sebagaimana judulnya, buku ini menyuguhkan kalkulasi sebenarnya dari ekses penggunaan senjata api, kalkulasi korban, pengobatan rumah sakit serta berbagai dampak dari penggunaan senjata

(13)

13

api: penggunaan senjata api yang tidak terkendali telah berdampak pada kerugian yang besar bagi mayarakat dan negara.

Dari ulasan ketiga buku tersebut dapat kita ketahui bahwa masing-masing buku memaparkan fenomena hak senjata api berdasarkan sudut pandang dan fokus penelitiannya masing-masing. Adapun penelitian ini mengambil sudut pandang lain dalam menjelaskan kontroversi hak kepemilikan senjata api melalui pendekatan sosial untuk melihat bagaimana isu ini telah memengaruhi kehidupan sosial, budaya, dan politik masyarakat yang seiring waktu mengalami berbagai perubahan krusial.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam pembahasan masalah penelitian ini dipayungi oleh teori American Studies sebagai kajian interdisipliner, yang di dalamnya mencakup juga pembahasan sejarah, politik dan sosiologi kontroversi hak kepemilikan senjata api. Kerangka waktu yang menjadi fokus penelitian yaitu bermula pada munculnya regulasi Amandemen Kedua pada tahun 1791, kemudian secara khusus melihat perubahan besar yang terjadi sejak tahun 1986 ketika dua tokoh penting di Amerika terbunuh oleh senjata api, yaitu Martin Luther King Jr. dan Robert Kennedy. Kemudian perkembangan mutakhir pada awal abad ke-21 ini yang menjadikan isu kepemilikan senjata api semakin diperdebatkan. Kerangka waktu yang dipilih berfungsi untuk melihat perbedaan dan perkembangan

(14)

14

kontroversi hak kepemilikan senjata api dibandingkan masa awal diregulasikan Amandemen Kedua. Penelitian ini juga dibatasi hanya pada pembahasan aspek perubahan sosial yang melatarbelakangi terjadinya konflik berkepanjangan terkait isu hak kepemilikan senjata api oleh warga sipil Amerika.

1.6 Landasan Teori

Penelitian ini berada di bawah lingkup American Studies yang memiliki kaidah interdisiplin, yakni yang menggabungkan beberapa pendekatan sekaligus seperti pendekatan sosial, ekonomi, politik, sejarah, dan sebagainya dalam menjawab permasalahan penelitian. Meredith menegaskan “American studies is

an interdiciplinary discipline which utilizes social sciences, literature, history, politics, social and economic structure, etc (1969: 1)”. Oleh karena itu, penelitian

ini juga memanfaatkan pendekatan sejarah, politik dan pendekatan sosiologi dalam menjawab permasalahan penelitian.

Pendekatan sejarah dimanfaatkan dengan tujuan untuk mendeskripsikan keadaan masyarakat Amerika pada masa awal pembentukan negara dan saat ini terkait hak senjata api, selain itu untuk mengamati apakah kejadian masa lalu tersebut masih signifikan atau masih dapat berlaku bagi situasi dan kondisi masa kini. Hal ini penting dicermati mengingat bahwa Amerika Serikat memiliki sejarah panjang dalam penggunaan senjata api yang ikut membentuk karakter bangsanya. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip reconciliation of time yang

(15)

15

diperkenalkan oleh Mc Dowell (1948) yang menekankan pemahaman

past-present-future. “The American Studies move toward the reconciliation of the time, the reconciliation of disciplines and a third long-range goal, namely, a reconciliation of region, nation, and world.” Hal ini tidak terlepas dari sifat American Studies sebagai sebuah disiplin ilmu yang fleksibel untuk mencapai

tujuan besarnya, yaitu mendapatkan pemahaman secara komprehensif dalam membahas permasalahan penelitian.

Sementara itu, pendekatan politik digunakan untuk menjelaskan bagaimana isu hak senjata api telah berkembang menjadi isu politik di kalangan elit politik organisasi pro-kontra dan juga dimanfaatkan oleh kedua partai Republik dan Demokrat yang terus bersaing. Sedangkan hukum kontrol senjata api yang terus berkembang juga menjadi bagian krusial yang memberi dampak langsung bagi kehidupan masyarakat Amerika, dan bahkan menjadi unsur yang mempertajam kontroversi antar-masyarakat.

Adapun pendekatan sosiologi melengkapi keutuhan pembahasan, khususnya dalam menganalisa fenomena kekerasan yang berkembang dalam masyarakat yang dari waktu ke waktu mengalami perubahan signifikan sebagai akibat hak senjata api oleh warga sipil. Dengan begitu, akan didapatkan pemahaman yang komprehensif terkait bagaimana kontroversi hak senjata api berkembang dari waktu ke waktu dan berpengaruh terhadap kehidupan sosial

(16)

16

politik masyarakat Amerika itu sendiri, khususnya yang menggambarkan suatu perubahan sosial masyarakatnya.

1.7 Manfaat Penelitian 1.7.1 Manfaat Teoretis

Melalui penelitian ini diharapkan pembaca mampu mendapatkan pemahaman tentang latar belakang penyebab munculnya kontroversi hak kepemilikan senjata api, yang secara umum orang mengetahui tradisi senjata api melalui pencitraan koboi, gengster, ataupun tokoh heroik lewat berbagai media khususnya televisi. Akan tetapi, dibalik itu senjata api bagi sebagian masyarakat Amerika dipercaya mewakili makna penting sebagai bagian dari warisan budaya dan tradisi masa lampau serta menjadi simbol yang mengusung nilai patriotisme dalam sejarah pendirian bangsa Amerika.

1.7.2 Manfaat Praktis

Adapun secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan acuan dalam memahami perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat Amerika sebagai akibat munculnya kontroversi hak kepemilikan senjata api. Selain itu, diharapkan dapat menjadi bahan studi kasus bagi Indonesia yang beberapa kali mengalami kasus kejahatan senjata api yang cukup serius.

(17)

17

1.8 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari perilaku yang dapat diamati (Maleong, 1989: 3). Penelitian ini bertujuan untuk membuat deskripsi, penjelasan, atau penggambaran keadaan secara sistematis tentang peristiwa yang teramati melalui teks buku ataupun dokumentasi sejarah.

Selain itu, penelitian ini juga menggunakan studi kepustakaan (library

research), yakni data-data yang dibutuhkan dikumpulkan dari kepustakaan.

Sumber data berupa buku-buku, baik buku elektronik (ebook) ataupun buku cetak, koran elektronik, jurnal, hasil penelitian, juga data dari internet yang relevan dengan kajian penelitian. Data-data tersebut dipilah dan dikelompokkan terlebih dahulu berdasarkan fungsi dan kebutuhan, kemudian dianalisis untuk menjawab pertanyaan penelitian. Analisis dan interpretasi data didasarkan pada teori

American Studies yang mencakup kajian interdisipliner.

1.9 Sistematika Penulisan

Tesis ini terdiri dari lima bab. Bab pertama memuat tentang pengantar tema penelitian yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, ruang lingkup penelitian, landasan teori, manfaat penelitian, serta metode penelitian dan teknik pengumpulan data.

(18)

18

Bab kedua memaparkan ihwal sejarah dan budaya awal penggunaan senjata api di Amerika Serikat, hak sipil dalam Amandemen Kedua, munculnya paham individualisme era Jaksonian dan hukum kontrol senjata api pertama di Amerika.

Bab ketiga membahas tentang peningkatan tren kejahatan senjata api di Amerika termasuk pembahasan sejumlah kasus penembakan tokoh politik dan tragedi penembakan massal di lingkungan pendidikan yang mendorong memperketat hukum kontrol senjata api. Selain itu, membahas peningkatan kekerasan senjata oleh pemuda beserta faktor penyebabnya, pro-kontra hak senjata api, partai Republik versus partai Demokrat, permasalahan dalam penegakan hukum kontrol senjata api serta perubahan interpretasi terhadap Amandemen Kedua.

Bab keempat membahas tentang penurunan tren kejahatan senjata api yang dipengaruhi oleh penurunan angka kejahatan oleh pemuda, kemudian menganalisa tentang konteks sosial isu kekerasan senjata yang melatarbelakangi yaitu terkait segregasi dan rasisme, isu feminisme, perubahan budaya, nilai dan tradisi masyarakat yang memengaruhi perubahan tren kejahatan senjata api masa kini serta perubahan sikap dan pandangan masyarakat terkait hak kepemilikan senjata.

Referensi

Dokumen terkait

Tetapi jika kita ingin meninjau indeks saham secara gabungan dari kelima perusahaan tersebut, maka yang dihitung nantinya disebut IHSG (Indeks Harga saham Gabungan). Maka

Kegiatan analisis tugas merupakan pengidentifikasian ketrampilan - ketrampilan utama yang diperlukan dalam pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang digunakan.

Memberikan kuasa dan wewenang kepada Dewan Komisaris Perseroan dengan memperhatikan rekomendasi komite audit, untuk menunjuk Akuntan Publik dan/atau Kantor Akuntan

Departemen Teknik Kimia UI Page 5 Dengan menggunakan matriks tersebut, maka untuk mengetahui nilai d, R, dan a dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara manual

dapat diketahui bahwa, dari 14 responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik lebih sedikit yang mengalami kejadian dermatitis sebanyak 5 responden (35,7%)

Selain itu dapat juga dilakukan komunikasi data antar 2 PC tanpa menggunakan modem, tetapi menggunakan kabel nullmodem seperti pada Gb.. Gb 2: Komunikasi antar PC tanpa

Jika membahas perkembangan negara dari suatu organisasi yang sangat sederhana sampai yang modern, pada umumnya ahli-ahli ilmu politik selalu berpijak pada antropologi. Dua

Pada bab ini, kita akan mempelajari metode-metode untuk menentukan akar persamaan secara numerik, di antaranya adalah metode biseksi, metode regula falsi, metode