• Tidak ada hasil yang ditemukan

Referat TB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Referat TB"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

REFERAT REFERAT TUBERKULOSIS TUBERKULOSIS Pembimbing : Pembimbing : dr. Nurhayati Sp.P dr. Nurhayati Sp.P Dibuat oleh: Dibuat oleh: D

DIIAAN N PPUUSSPPIITTA A SSAARRII 003300..0055..007700

A ANNDDIITTTTA A ZZAAHHRRAANNII 003300..0055..002255 S STTEELLLLA AA AGGNNEES SS SAALLUU 003300..0055..221122 Kepaniteraan Klinik  Kepaniteraan Klinik 

Ilmu Interna RSUD Karawang Ilmu Interna RSUD Karawang

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Periode 22 Maret – 29 Mei 2010 Periode 22 Maret – 29 Mei 2010

(2)

PENDAHULUAN

Sebagaimana juga halnya di negara-negara berkembang lain, tuberkulosis (TB) di Indonesia masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama. Tuberkulosis merupakan penyakit sistemik yang dapat mengenai hampir semua organ tubuh, yaitu organ  pernafasan

(TBparu-TBP) ataupun di organ di luar paru (TB Ekstraparu- TBE). Kuman TB dapat hidup lama tanpa aktifitas dalam jaringan tubuh (dormant ) hingga sampai saatnya ia aktif kembali. Lesi TB dapat sembuh tetapi dapat juga berkembang progresif atau mengalami proses kronik  atau serius.

Pada tahun 1993 WHO mengeluarkan petunjuk program terapi tuberculosis dan Depkes RI menyebarluaskan petunjuk Panduan Kemasan Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Pedoman

dan tatalaksana yang baru ini patut dipedomani dan dilaksanakan. Dalam makalah ini akan diuraikan diagnosis dan penatalaksanaan TB berdasarkan hal-hal tersebut di atas.

DEFINISI

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Infeksi bersifat sistemik sehingga dapat mengenai semua organ dengan paru sebagai lokal infeksi primer.

ETIOLOGI

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak berspora dan tidak berkapsul. Penyusun utama dinding sel basil TB adalah asam mikolat, lilin kompleks (complex waxes), trehalosa dimikolat yang disebut cord factor. Struktur dinding sel yang kompleks tersebut menyebabkan bakteri ini bersifat tahan asam, yaitu apabila sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asam-alcohol.

EPIDEMIOLOGI

WHO telah mendeklarasikan TB sebagai global health emergency, karena lebih kurang 1/3 penduduk dunia terinfeksi oleh mikrobacterium TB. Sebagian besar dari kasus TB ini (95%) dan kematiannya terjadi pada negara yang berkembang Diantara mereka 75%  berada dalam usia yang produktif, yaitu 20-49 tahun Penduduk yang padat dan tingginya   prevalensi maka lebih dari 65% kasus TB yang baru dan kematiannya muncul di Asia.

(3)

Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari dan 2-3 juta setiap tahun. Indonesia sendiri menempati urutan ke-3 tertinggi di dunia setelah China dan India.

Perkiraan insidens TB dan angka mortaliti , 2002

PATOGENESIS

1. Tuberkulosis Primer 

Penularan terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung ada tidaknya sinar UV ventilasi yang baik dan kelembaban udara. Dalam suasana gelap dan lembab kuman dapat bertahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada jalan nafas atau  paru-paru. Kuman dapat juga masuk melalui luka pada kulit atau mukosa tapi hal ini jarang

terjadi.

Bila kuman menetap di jaringan paru maka akan membentuk sarang TB pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini dapat terjadi dibagian mana saja jaringan paru. Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis local) dan juga diikuti pembesaran getah bening hilus (limfadenitis regional). Sarang primer + limfangitis local + limfadenitis regional = kompleks primer.

(4)

Komplek primer ini selajutnya dapat menjadi :

• Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat

• Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik, kalsifikasi di

hilus atau kompleks (sarang) Ghon.

• Berkomplikasi dan menyebar secara :

a. Per kontinuitatum, yakni menyebar kesekitarnya.

 b. Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru disebelahnya. Dapat   juga kuman tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus.

c. Secara limfogen, keorgan tubuh lainnya d. Secara hematogen, ke organ tubuh lainnya.

2. Tuberkulosis Post Primer 

Kuman yang dormant pada TB primer akan muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi TB dewasa (TB post primer). TB post primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di region atas paru-paru (bagian apical posterior lobus superior  atau inferior). Invasinya adalah ke daerah parenkim paru dan tidak ke nodus hiler paru. Tergantung dari jumlah kuman, virulensi dan imunitas penderita, sarang dini ini dapat menjadi :

1. Diresorpsi kembali dan sembuh tanpa cacat

2. Sarang yang mula-mula meluas, tapi segera menyembuh dengan sebukan jaringan fibrosis. Ada yang membungkus diri menjadi lebih keras, menimbulkan perkapuran dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran.

3. Sarang dini meluas dimana granuloma berkembang menghancurkan jaringan sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis dan menjadi lembek  membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju dibatukkan keluar akan terjadillah kavitas. Kavitas ini mula-mula berdinding tipis, lama-lama dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan fibroblast dalam jumlah besar, sehingga menjadi kavitas sklerotik.

KLASIFIKASI

(5)

1. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA)

• Tuberkulosis paru BTA (+)

- sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukan hasil BTA +

- Hasil pemeriksaan 1 spesimen dahak menunjukan BTA + dan kelainan radiologi

menunjukan gambaran TB aktif.

- Hasil pemeriksaan 1 spesimen dahak menunjukan BTA + dan biakan +

• Tuberkulosis paru BTA (-)

- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukan BTA negative gambaran klinis dan radiologi menunjukan TB aktif 

- hasil pemeriksaan dahak 3 kalimenunjukan BTA negative dan biakan +

2. Berdasarkan Tipe pasien

Tipe pasien berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya :

• Kasus baru

Pasien yangbelum pernahmendapat pengobatan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari 1 bulan.

• Kasus kambuh (relaps)

Pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat OAT dan dinyatakan sembuh atau  pengobatan sudah lengkap kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan

BTA + atau biakan +.

• Kasus Drop out

Adalah pasien yang telah menjalani OAT lebih atau sama dengan 1 bulan, dan tidak  mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatan selesai.

(6)

Pasien BTA + yang masih tetap +, atau kembali menjadi positif pada akhir bula ke-5 atau akhir pengobatan.

• Kasus kronik 

Pasien dengan hasil BTA masih + setelah selesai pengobatan ulang dengan  pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik.

• Kasus bekas TB

-- Hasil BTA – dan gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB tidak aktif, atau foto serial menunjukkan gambaran menetap. Riwayat pengiobatan OAT adekuat akan lebih mendukung.

-- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto thorax ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi.

DIAGNOSIS

Penegakan diagnosis TB paru dilakukan berdasarkan gejala klinis, pemerikssaan jasmani,  pemeriksaan bakteriologi, radiologi, dan pemeriksaan penunjang lainnya.

A. Gambaran klinis • Gejala respiratori – batuk > 2 minggu – Batuk darah – Sesak napas – Nyeri dada • Gejala sistemik  – Demam

 –  Malaise, keringat malam, Penurunan berat badan, anoreksia

• Gejala TB ekstra paru

(7)

– Meningitis TB

– Pleuritis TB

 – TBC tulang dan sendi

B. Pemeriksaan jasmani

Pada pemeriksaan jasmani gejala yang ditemukan tergantung pada organ yang terlibat

Pada tuberkulosis paru umumnya terletak pada lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior serta daerah apeks lobus inferior. Pada pemeriksaan ditemukan antara lain :

Suara napas bronkial, amforik,melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma, dan mediastinum .Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-  paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara

"mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.

C. Pemeriksaan Bakteriologi

• Bahan pemeriksaan

Bahan untuk pemeriksaan bakteriologi dapat berasal dari dahak, cairan pleura, Liquor  cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, Bronchoalveolar Lavage, urin, feses,  jaringan biopsi.

• Cara pengambilan dahak 

Pengambilan dahak lakukan 3 kali yaitu Sewaktu (saat datang pertama kali) – pagi –  sewaktu ( saat mengantarkan dahak pagi) atau dikumpulkan setiap pagi 3 kali  berturut-turut

• Cara pemeriksaan

Dapat dilakukan secara mikroskopik biasa, mikroskopik fluoresen atau biakan. Biakan adalah cara yang terbaik karena dapat untuk memastikan kuman tersebut kuman hidup, dan dapat dilakukan uji kepekaan dan identifikasi kuman bila perlu.

(8)

Pemeriksaan mikroskopik dapat dengan pewarnaan Ziehl Neelsen atau Tan Thiam Hok (gabungan Kinyoun Gabbett), dan biakan dengan cara sederhana

D. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan standart adalah foto thorax PA. Pemeriksaan lain atas indikasi: foto lateral, toplordotik, oblique, CT- Scan.

• Luas lesi :

 –  Minimalàtidak lebih dari sela iga depan, serta tidak dijumpai kaviti

 –  Luas à proses lebih luas dai lesi minimal

• Gambaran radiologis TB inaktif:

– Fibrotik  

– Kalsifikasi

 –  Schwarte

• Gambaran radiologis lesi TB aktif :

 – Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah

  – Kaviti terutama lebih dari satu , dikelilingi oleh bayangan berawan atau nodular 

 – Bayangan bercak milier 

– Efusi pleura

• Destroyed lung

Merupakan gambaran radiologi yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang  berat. Gambaran radiologi destroyed lung terdiri dari:

– Atelektasis

(9)

 – Fibrosis parenkim paru

PEMERIKSAAN KHUSUS

• BACTEC

Adalah metode radiometric. Mycobacterium tuberculosis memetabolisme asam lemak  yang kemudian menghasilkan CO2yang akan dideteksi growth index-nya.

• PCR 

Merupakan pemeriksaan yang mendeteksi DNA,termasuk DNA M. tuberculosis.

• Serologi

 –  ELISAàmerupakan uji serologi yang mendeteksi respon humoral berupa   proses antigen-antibodi yang terjadi. Masalah dalam teknik ini adalah

kemungkinan antibody menetap dalam jangka waktu lama.

 –  Immunochromatographic (ICT)à uji serologi untuk mendeteksi M. tuberculosis dalam serum yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari membran sitoplasma M.tuberculosis.

 –  Mycodotà untuk mendeteksi antibody antimikobakterial dalam tubuh manusia. Uji ini menggunakan antigen lipoarabinomanan (LAM) yang direkatkan oleh suatu alat yang berbentuk sisir plastic.

 –  Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)à untuk mendeteksi reaksi serologi yang terjadi.

 –  IgG TBà adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi antibody IgG dengan antigen spesifik untuk M.tuberculosis. Metode ini lebih sering digunakan untuk mendeteksi TB ekstra paru, tapi tidak cukup baik  untuk mendeteksi TB paru pada anak.

PEMERIKSAAN PENUNJANG LAIN

(10)

uji rivalta +, kesan cairan eksudat, sel limfosit dominan,dan glukosa rendah.

• Pemeriksaan histopatologi jaringan

Bahan jaringan dapat diperoleh melalui biopsy atau autopsy, yaitu: BJH kelenjar  getah bening, biopsi pleura, biopsi jaringan paru, biopsi lesi organ diluar paru yg dicurigai TB

• Pemeriksaan darah

Hb. Anemi bila ada disebabkan oleh peradangan kronik, perdarahan, atau defisiensi.· Laju Endap Darah (LED). Mungkin meninggi, tetapi tidak dapat merupakan indikator  untuk aktivitas penyakit.

• Uji Tuberkulin

Uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik kurang berarti pada orang dewasa. Uji ini akan mempunyai makna bila ditemukan konversi, bula, atau apabila kepositivan dari uji yang didapat besar sekali. Pada malnutrisi dan infeksi HIV dapat memberikan hasil negative.

PENGOBATAN TB

Tujuan obat kemoterapi anti TB (OAT) adalah:

• Menyembuhkan pasien dalam jangka pendek dengan gangguan yang minimal.

• Mencegah kematian karena penyakit yang aktif atau efek lanjutannya.

• Mencegah relaps.

• Mencegah timbulnya kuman yang resisten.

(11)

Jenis, sifat dan dosis OAT lini 1 Jenis obat tambahan lainnya (lini 2) • Kanamisin • Amikasin • Kuinolon

• Makrolid dan amoksilin+ asam klavulanat

Jenis OAT sifat  Harian 3xseminggu Isoniazid (H) Bakterisid 5 (4-6) 10 (8-12) Rifampicin (R) Bakterisid 10 (8-12) 10 (8-12) Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25 (20-30) 35 (30-40) Streptomycin (S) Bakterisid 15 (12-18) 15 (12-18) Ethambutol (E) Bakteriostatik 15

(15-20)

30 (20-35)

(12)

• Ada beberapa obat lain yang sekarang belm digunakan di Indonesia : Kapreomisin, Sikloserin, PAS, Derivat rifampicin dan INH, Thionamides

PANDUAN PEMBERIAN OAT

Pengobatan tuberculosis dibagi menjadi :

PENGOBATAN TB PADA KEADAAN KHUSUS

a. Kehamilan

Pada prinsipnya pengobatan TB pada kehamilan tidak berbeda dengan pengobatan TB   pada umumnya. Menurut WHO, hampir semua OAT aman untuk kehamilan, kecuali

(13)

streptomisin. Streptomisin tidak dapat dipakai pada kehamilan karena bersifat  permanent  ototoxic dan dapat menembus barier placenta.

b. Ibu menyusui dan bayinya

Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui. Pengobatan pencegahan dengan INH dapat diberikan kepada bayi tersebut sesuai dengan berat badannya.

c. Pasien TB pengguna kontrasepsi

Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal sehingga dapat menurunkan efektifitas kontrasepsi tersebut. Seorang pasien TB sebaiknya mengggunakan kontrasepsi non-hormonal, atau kontrasepsi yang mengandung estrogen dosis tinggi (50 mcg).

d. Pasien TB dengan infeksi HIV/AIDS

Tatalaksanan pengobatan TB pada pasien dengan infeksi HIV/AIDS adalah sama seperti pasien TB lainnya.

e. Pasien TB dengan hepatitis akut

Pemberian OAT pada pasien TB dengan hepatitis akut dan atau klinis ikterik, ditunda

sampai hepatitis akutnya mengalami penyembuhan. Pada keadaan dimana pengobatan Tb sangat diperlukan dapat diberikan streptomisin (S) dan Etambutol (E) maksimal 3 bulan sampai hepatitisnya menyembuh dan dilanjutkan dengan Rifampisin (R) dan Isoniasid (H) selama 6 bulan.

d. Pasien TB dengan kelainan hati kronik 

Bila ada kecurigaan gangguan faal hati, dianjurkan pemeriksaan faal hati sebelum  pengobatan Tb. Kalau SGOT dan SGPT meningkat lebih dari 3 kali OAT tidak diberikan dan  bila telah dalam pengobatan, harus dihentikan. Kalau peningkatannya kurang dari 3

kali, pengobatan dapat dilaksanakan atau diteruskan dengan pengawasan ketat. Pasien dengan kelainan hati, Pirasinamid (Z) tidak boleh digunakan. Paduan OAT yang dapat dianjurkan adalah 2RHES/6RH atau 2HES/10HE

(14)

Isoniasid (H), Rifampisin (R) dan Pirasinamid (Z) dapat di ekskresi melalui empedu dan dapat dicerna menjadi senyawa-senyawa yang tidak toksik. Paduan OAT yang paling aman untuk pasien dengan gagal ginjal adalah 2HRZ/4HR.

f. Pasien TB dengan Diabetes Melitus

Diabetes harus dikontrol. Penggunaan Rifampisin dapat mengurangi efektifitas obat oral anti diabetes (sulfonil urea) sehingga dosis obat anti diabetes perlu ditingkatkan. Pada  pasien Diabetes Mellitus sering terjadi komplikasi retinopathy diabetika, oleh karena itu

hati-hati dengan pemberian etambutol, karena dapat memperberat kelainan tersebut.

h. Indikasi operasi

Pasien-pasien yang perlu mendapat tindakan operasi (reseksi paru), adalah:

Untuk TB paru:

 – Pasien batuk darah berat yang tidak dapat diatasi dengan cara konservatif.

 –  Pasien dengan   fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi secara konservatif.

 – Pasien MDR TB dengan kelainan paru yang terlokalisir.

Untuk TB ekstra paru:

  – Pasien TB ekstra paru dengan komplikasi, misalnya pasien TB tulang yang disertai kelainan neurologik.

(15)
(16)

• TB paru yang disertai keadaan/komplikasi

– Hemoptoe masif 

– KU buruk  

– Pneumothorax

– Empiema

 – Efusi pleura masif/ bilateral

 – Dyspnoe berat ( bukan karena efusi pleura)

• TB di luar paru yang mengancam jiwa

– TB paru milier 

– Meningitis TB

KRITERIA SEMBUH

• BTA mikroskopis negatif 2 kali ( pada fase intensif dan akhir pengobatan) dan telah mendapat pengobatan adekuat

• Pada foto thorax, gambaran radiologi serial tetap sama/ perbaikan

• Biakan negatif  KOMPLIKASI • Efusi pleura • Empiema • Pneumothorax • Cor pulmonal

(17)

DAFTAR PUSTAKA

1. Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis. Diunduh dari:

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/06DiagnosisdanPenatalaksanaanTuberkulosis11 5.pdf/06DiagnosisdanPenatalaksanaanTuberkulosis115.html. Diakses tanggal 1 Mei 2010.

2. TB paru . Diunduh dari: www.tbindonesia.or.id/tbnew/arsip/article/140. Diakses

tanggal 1 Mei 2010.

3. Konsensus Tuberkulosis Paru. Diunduh dari:

http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.pdf. Diakses tanggal 1 Mei 2010.

4.   Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis. Diunduh dari:

http://www.scribd.com/doc/3616799/PEDOMAN-NASIONAL-PENANGGULANGAN-TUBERKULOSIS-2007. Diakses tanggal 1 Mei 2010.

5. Yoga,Chandra. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan

Dokter Paru Indonesia. Jakarta: 2006.

6. Danusantoso, Halim.  Buku Saku Ilmu Penyakit paru. Penerbit Hipokrates. Jakarta:

Referensi

Dokumen terkait

 Merupakan file terkompresi lossy.  MPEG-1 untuk format VCD dengan audio berformat MP3.  MPEG-1 terdiri dari beberapa bagian:.. o Synchronization and multiplexing of video and

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak air buah tomat (Lycopersicum esculentum M.) dapat diformulasikan menjadi sediaan masker wajah dalam

bergerak di suatu fluida berpermukaan bebas pada kondisi tenang tidak terganggu, maka pada saat  tidak terganggu, maka pada saat  bergerak akan menimbulkan gelombang sehingga

Hasil korelasi antara luas penggunaan lahan dengan koefisien run off menunjukkan bahwa luas penggunaan/penutupan lahan hutan, pemukiman dan lahan pertanian (ladang, tegalan, sawah)

Pada akhirnya, rekomendasi ini akan bermanfaat bagi para pekerja film, terutama MFI (Masyarakat Film Indonesia) sebagai lembaga film yang mempunyai kepentingan terhadap kemajuan

In no event will PT AIfa Goldland Realty be liable for any damages, including loss of data, lost profits, business interruption, loss of business information or other pecuniary

kasus SD se-Kecamatan Sragen Tahun 2016). Rendahnya pemahaman kepala sekolah tentang supervisi akademik sehingga kepala sekolah hanya memahami supervisi sebagai bentuk