• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH UMUR POHON INDUK DAN JENIS MEDIA TERHADAP KEBERHASILAN STEK PUCUK BINTARO (Cerbera manghas L.) DINA KUSUMAH DEWI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH UMUR POHON INDUK DAN JENIS MEDIA TERHADAP KEBERHASILAN STEK PUCUK BINTARO (Cerbera manghas L.) DINA KUSUMAH DEWI"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH UMUR POHON INDUK DAN JENIS MEDIA

TERHADAP KEBERHASILAN STEK PUCUK BINTARO

(Cerbera manghas L.)

DINA KUSUMAH DEWI

DEPARTEMEN SILVIKUTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Umur Pohon Induk dan Jenis Media terhadap Keberhasilan Stek Pucuk Bintaro (Cerbera

manghas L.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Dina Kusumah Dewi

(4)

2

ABSTRAK

DINA KUSUMAH DEWI. Pengaruh Umur Pohon Induk dan Jenis Media terhadap Keberhasilan Stek Pucuk Bintaro (Cerbera manghas L.). Dibimbing oleh EDJE DJAMHURI dan ATOK SUBIAKTO.

Bintaro (Cerbera manghas L.) merupakan salah satu jenis pohon yang tumbuh alami di pesisir pantai, bijinya dapat menghasilkan bahan bakar nabati (biofuel) berkualitas. Perbanyakan bintaro secara generatif dapat mengurangi ketersediaan biji sebagai penghasil bahan bakar nabati. Oleh karena itu, perbanyakan vegetatif merupakan salah satu teknik untuk mengatasi masalah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh umur pohon induk (6 bulan dan 10 tahun) dan jenis media (zeolite, arang sekam, campuran cocopeat dan sekam padi (2:1)) terhadap keberhasilan stek pucuk bintaro. Parameter yang diamati adalah persen bertunas, persen berakar, panjang akar primer, dan berat kering akar. Perbedaan umur pohon induk memengaruhi keberhasilan stek pucuk bintaro. Pohon induk berumur 6 bulan memberikan hasil paling tinggi terhadap semua parameter pengamatan dibandingkan dengan pohon induk berumur 10 tahun. Media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) serta media arang sekam memberikan respon lebih tinggi terhadap jumlah akar primer dan berat kering akar dibandingkan dengan media zeolite.

Kata kunci : bintaro, biofuel, jenis media, stek pucuk, umur pohon induk.

ABSTRAK

DINA KUSUMAH DEWI. The Effect of Parent Tree’s Age and the Media Types on the Success of Bintaro Cutting Sprout (Cerbera manghas L.). Supervised by EDJE DJAMHURI dan ATOK SUBIAKTO.

Bintaro (Cerbera manghas L.) is one of tree species that grows naturally on coastal areas which it seeds may produce a high quality of biofuel. Bintaro propagation generatively may reduce the seeds availability as bio fuel producer. Therefore, the vegetative propagation is one of the technique that may solve the problem. The purpose of this research were to examine the effect of parent tree’s age (6 month old and 10 years old) and the media types (zeolite, charcoal chaff, mixed of cocopeat and rice husk (2:1)) on the success of bintaro cutting sprout. Parameters observed are percentage of germinate, percentage of roots, length of primary root, and dry weight of roots. The difference of parent tree age influence significantly the cutting success of bintaro sprout. The parent tree within 6 month old gave the highest result toward all parameters observed rather than the parent tree of 10 years old. The mixed media of cocopeat and rice husk (2:1) and also the charcoal chaff gave higher respond toward the amount of primary roots and dry weight of roots compared to the zeolite media type.

(5)

3

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Silvikultur

PENGARUH UMUR POHON INDUK DAN JENIS MEDIA

TERHADAP KEBERHASILAN STEK PUCUK BINTARO

(Cerbera manghas L.)

DINA KUSUMAH DEWI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(6)
(7)

5

Judul Skripsi : Pengaruh Umur Pohon Induk dan Jenis Media terhadap Keberhasilan Stek Pucuk Bintaro (Cerbera manghas L.) Nama : Dina Kusumah Dewi

NIM : E44090022

Disetujui oleh

Ir Edje Djamhuri Pembimbing I

Ir Atok Subiakto, M App Sc Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS Ketua Departemen

(8)

Judul Skripsi : Pengaruh Vmur Pohon Induk dan Jenis Media terhadap Keberhasilan Stek Pucuk Bintaro (Cerbera manghas L.) Nama :Dina Kusumah Dewi

NIM :E44090022

Disetujui oleh

Ir Edje Djamhuri Sc

Pembimbing I Pemblmbing II

MS

(9)

6

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala curahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul. “Pengaruh Umur Pohon Induk dan Jenis Media terhadap Keberhasilan Stek Pucuk Bintaro (Cerbera manghas L.)”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir Edje Djamhuri dan Ir Atok Subiakto, M App Sc selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, perhatian, dan bantuannya. Ayah (Drs Dudi Hermawan T) dan Ibu (Euis Anida H, Spd) tercinta atas semua dukungan dan kasih sayang yang diberikan, baik moril maupun materil serta doa yang selalu diberikan kepada penulis. Kakak tercinta Wujud Fathoni; Trifalah Nurhuda, Spd; dan Inda Asifa, Spd atas segala doa dan dukungannya kepada penulis. Adik tercinta Dini Kusumah Putri dan Tawangki Sri Fadilah atas segala doa dan dukungannya kepada penulis. Seluruh Laboran dan Staf Departemen Silvikultur Kehutanan IPB yang banyak memberikan bantuan kepada penulis. Seluruh Staf dan Pekerja Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Kehutanan Bogor yang banyak memberikan bantuan kepada penulis. Teman satu bimbingan, yaitu Yuli Hasmaliah, S Hut yang selalu memberikan dukungan kepada penulis. Teman-teman keluarga besar Departemen Silvikultur dan keluarga besar Fakultas Kehutanan IPB angkatan 46 yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas dukungan dan kerjasamanya selama menempuh kuliah di Fakultas Kehutanan IPB. Irfan Misbahudin Firmansyah, S Hut dan keluarga yang selalu memberikan doa, dukungan, dan kasih sayang kepada penulis. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu penulis, baik yang tersebutkan maupun yang tidak tersebutkan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

(10)

7

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iv DAFTAR GAMBAR iv DAFTAR LAMPIRAN iv PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3

Waktu dan Lokasi Penelitian 3

Alat dan Bahan 3

Rancangan Percobaan 3

Prosedur Penelitian 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Hasil 8

Pembahasan 15

SIMPULAN DAN SARAN 17

Simpulan 17

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 17

(11)

8

DAFTAR TABEL

1 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh perlakuan umur pohon dan jenis media terhadap rata-rata persen bertunas, persen berakar, jumlah akar primer, dan berat kering akar stek pucuk bintaro 8

2 Hasil uji Duncan pengaruh umur pohon induk terhadap persen

bertunas stek pucuk bintaro 10

3 Hasil uji Duncan pengaruh umur pohon induk terhadap persen

berakar stek pucuk bintaro 12

4 Hasil uji Duncan pengaruh umur pohon induk terhadap jumlah akar

primer stek pucuk bintaro 13

5 Hasil uji Duncan pengaruh jenis media terhadap jumlah akar primer

stek pucuk bintaro 13

6 Hasil uji Duncan pengaruh umur pohon induk terhadap berat kering

akar stek pucuk bintaro 14

7 Hasil uji Duncan pengaruh jenis media terhadap berat kering akar

stek 15

DAFTAR GAMBAR

1 Mekanisme KOFFCO dengan air cooler (Subiakto dan Sakai 2007) 4

2 Jenis media perakaran stek pucuk bintaro; (a) arang sekam; (b)

zeolite; (c) cocopeat dan sekam padi (2:1) 5

3 Pohon induk stek pucuk bintaro; (a) 6 bulan; (b) 10 tahun 5

4 Perendaman bahan stek pucuk bintaro; (a) menggunakan larutan

arang aktif; (b) menggunakan larutan IBA 6

5 Penanaman stek pucuk bintaro 6

6 Perkembangan persen bertunas stek pucuk bintaro setiap minggu 9

7 Persen bertunas stek pucuk bintaro pada akhir pengamatan (12

minggu setelah tanam) 9

8 Kondisi stek pucuk bintaro pada akhir pengamatan; (a dan c) pohon induk berumur 10 tahun; (b dan d) pohon induk berumur 6 bulan 10

9 Perkembangan persen berakar stek pucuk bintaro setiap minggu 11

10 Persen berakar stek pucuk bintaro pada akhir pengamatan (12

minggu setelah tanam) 11

11 Kondisi perakaran stek pucuk bintaro pada akhir pengamatan; (a) pohon induk berumur 10 tahun; (b) pohon induk berumur 6 bulan 12

12 Jumlah akar primer stek pucuk bintaro pada akhir pengamatan (12

minggu setelah tanam) 12

13 Berat kering akar stek pucuk bintaro pada akhir pengamatan (12

(12)

9

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rekapitulasi nilai rata-rata persen bertunas, persen berakar, jumlah akar primer dan berat kering akar stek pucuk bintaro. 19

2 Sidik ragam pengaruh umur pohon dan jenis media terhadap persen

bertunas stek pucuk bintaro. 19

3 Hasil uji duncan umur pohon terhadap persen bertunas stek pucuk

bintaro. 19

4 Sidik ragam pengaruh umur pohon dan jenis media terhadap persen

berakar stek pucuk bintaro. 19

5 Uji duncan pengaruh umur pohon terhadap persen berakar stek

pucuk bintaro. 20

6 Sidik ragam pengaruh umur pohon dan jenis media terhadap jumlah

akar primer stek pucuk bintaro. 20

7 Hasil uji duncan umur pohon terhadap jumlah akar primer stek

pucuk bintaro. 20

8 Hasil uji duncan jenis media terhadap jumlah akar primer stek pucuk

bintaro. 20

9 Sidik ragam pengaruh umur pohon dan jenis media terhadap berat

kering akar stek pucuk bintaro. 20

10 Hasil uji duncan umur pohon terhadap berat kering akar stek pucuk

bintaro. 21

11 Hasil uji duncan jenis media terhadap berat kering akar stek pucuk

(13)
(14)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan bahan bakar fosil (BBF) sebagai energi yang tidak terbarukan akan meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi serta industri, sehingga akan terjadi krisis BBF. Selain itu, penggunaan BBF yang berasal dari batu bara, minyak bumi, dan gas alam akan meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) terutama karbondioksida di atmosfir sebagai penyumbang emisi terbesar terhadap pemanasan global (Asmani 2011). Pengembangan bahan bakar nabati (biofuel) melalui pemanfaatan berbagai sumber energi yang bersifat terbarukan perlu dilakukan dalam mencari solusi energi alternatif. Biofuel yang bersifat terbarukan seperti biodiesel, bioetanol, dan biooil merupakan salah satu alternatif solusi masalah lingkungan. Pranowo (2010) menyatakan bahwa salah satu jenis pohon yang sudah diteliti dapat menghasilkan biodiesel adalah bintaro.

Menurut Pranowo (2010), bintaro merupakan tanaman yang sangat potensial untuk penghijauan dan menghasilkan bahan bakar nabati yang berasal dari bijinya. Buahnya terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan kulit terluar (epikarp), lapisan serat seperti sabut kelapa (mesokarp), dan bagian biji yang dilapisi oleh kulit biji atau tista (endokarp). Bagian yang menghasilkan minyak nabati sebagai bahan baku biodiesel adalah pada bijinya, sedangkan pada bagian mesokarp dapat diperas sehingga menghasilkan biopestisida.

Saat ini buah bintaro masih belum dimanfaatkan, dibiarkan jatuh berserakan di bawah pohon sebagai sampah. Meningkatnya pengetahuan terhadap bintaro sebagai bahan baku biodiesel menyebabkan bertambahnya kebutuhan terhadap buah bintaro dimasa yang akan datang, sehingga perlu dilakukan pembangunan hutan tanaman bintaro. Keberhasilan pembangunan hutan tanaman bintaro sangat ditentukan oleh ketersediaan bibit yang memadai, oleh karena itu diperlukan penguasaan teknik perbanyakan yang dapat menghasilkan bibit bintaro secara cepat dengan kualitas fisik, fisiologis dan genetik yang tinggi.

Teknik perbanyakan bibit tanaman bintaro yang berasal dari biji (generatif) akan mengakibatkan masalah seperti penyediaan buah dengan jumlah yang banyak, pengecambahan biji memerlukan waktu yang lama serta perbanyakan tidak dapat dilakukan setiap saat. Hal yang diperlukan dalam mengatasi masalah tersebut yaitu perbanyakan bibit tanaman bintaro dilakukan dengan menggunakan teknik perbanyakan vegetatif secara stek. Teknik perbanyakan vegetatif secara stek dapat dilakukan secara masal tanpa dipengaruhi ketersediaan biji yang akan digunakan sebagai bahan baku biodiesel, dapat menghasilkan keturunan yang sama dengan induk yang memiliki keunggulan genetik dan perbanyakan dapat dilakukan setiap saat. Teknik stek merupakan metode perbanyakan vegetatif yang lebih efektif dan efisien, karena pelaksanaannya lebih mudah dan murah dibandingkan dengan metode perbanyakan vegetatif lainnya.

Menurut Finkeldey (2005), perbanyakan bibit secara stek merupakan salah satu kegiatan pemuliaan pohon. Tujuan dari pemuliaan pohon hutan adalah untuk memperoleh pohon-pohon yang memiliki sifat dan hasil yang lebih tinggi nilainya. Pemuliaan biasanya didasarkan pada keunggulan sifat-sifat tertentu yang dimiliki oleh tetua (pohon induk) yang kemudian diseleksi dan ditetapkan sebagai pohon

(15)

2

plus. Sehingga dalam kegiatan perbanyakan bibit bintaro sebagai bahan baku BBF, dibutuhkan pohon plus bintaro yang dapat menghasilkan buah yang banyak dengan biji yang mempunyai kandungan minyak yang tinggi.

Banyak faktor yang memengaruhi keberhasilan dari perbanyakan tanaman secara stek, baik faktor yang berasal dari tanaman itu sendiri (internal) maupun faktor yang berasal dari lingkungan (eksternal). Faktor bahan tanaman meliputi genetik, kandungan cadangan makanan dalam jaringan stek, ketersediaan air, hormon endogen dalam jaringan stek, umur tanaman, dan jenis tanaman. Faktor lingkungan yang memengaruhi keberhasilan penyetekan antara lain media perakaran, kelembaban, suhu, intensitas cahaya, dan teknik penyetekan.

Salah satu faktor yang menentukan kualitas bahan stek adalah tingkat

juvenile pucuk yang sangat dipengaruhi oleh umur pohon. Yasman dan Smits

(1988) menyatakan bahwa umur bahan stek sangat menentukan keberhasilan dari stek yang dibuat, sehingga bahan dasar pembuatannya perlu diambil dari bibit hasil cabutan atau kebun pangkas yang bersifat juvenile atau muda. Selain itu keberhasilan stek dipengaruhi oleh kondisi media perakaran. Jenis media yang digunakan untuk media perakaran akan sangat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar stek. Media perakaran memiliki fungsi yaitu untuk menjaga stek tetap pada tempatnya selama pertumbuhan, menjaga kelembaban agar tetap tinggi, dan dapat menyediakan oksigen yang cukup (Hartmann et al. 1997). Pemilihan media memperhatikan tiga karakteristik yaitu media yang baik harus memiliki kandungan kimia yang minimal agar tidak mengganggu proses penyerapan air oleh stek dari media, memiliki aerasi cukup namun dapat mengikat air, dan higienis atau populasi mikrobanya rendah (Subiakto dan Sakai 2007).

Teknik perbanyakan vegetatif secara stek pada jenis pohon bintaro sampai saat ini belum banyak dilakukan penelitian. Oleh karena itu, penelitian yang berkaitan dengan teknik perbanyakan vegetatif secara stek sangat penting dikembangkan dalam rangka menunjang kegiatan pengadaan bibit bintaro untuk membangun hutan tanaman bintaro.

Perumusan Masalah

Salah satu jenis pohon yang dapat menghasilkan biofuel adalah bintaro.

Biofuel yang dihasilkan berasal dari biji bintaro, sehingga diperlukan buah bintaro

dalam jumlah yang banyak. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan perlu dilakukan pembangunan hutan tanaman bintaro. Pembangunan hutan tanaman bintaro memerlukan bibit dalam jumlah yang banyak. Pengadaan bibit bintaro secara generatif memerlukan waktu yang relatif lama dan tidak dapat dilakukan setiap saat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengadaan bibit melalui perbanyakan vegetatif secara stek. Stek dapat dilakukan setiap saat dalam jumlah yang banyak dan keturunan yang dihasilkan sama dengan induk yang memiliki keunggulan genetik. Faktor yang memengaruhi keberhasilan stek antara lain adalah umur pohon induk dan jenis media perakaran. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh umur pohon induk dan jenis media terhadap keberhasilan stek pucuk bintaro.

(16)

3

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji metode pengadaan bibit bintaro melalui teknik perbanyakan vegetatif secara stek pucuk. Menguji pengaruh umur pohon induk dan jenis media terhadap keberhasilan stek pucuk bintaro.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu diperolehnya informasi mengenai umur pohon induk dan jenis media yang tepat untuk pengadaan bibit bintaro melalui perbanyakan stek pucuk. Informasi ini diharapkan dapat mendukung pengadaan bibit bintaro dalam rangka membangun hutan tanaman.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu dari bulan Juli sampai dengan bulan September 2013. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca persemaian Komatsu FORDA Fog Coolling System (KOFFCO) Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Kehutanan Bogor.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sungkup propagasi, gunting stek, cutter, pot-tray, sprayer, ember, gelas ukur, kalkulator, kamera, oven, timbangan analitik, dan alat tulis. Ruang pengakaran stek menggunakan KOFFCO system. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pohon induk bintaro berumur 10 tahun dan 6 bulan, zeolite, arang sekam, campuran cocopeat dan sekam padi (2:1), fungisida Dithane M 45 (2 gram perliter air), akuades, dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Indole Butiric Acid (IBA).

Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan percobaan faktorial 2x3 dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Setiap kombinasi perlakuan diulang 5 kali dan setiap ulangan terdiri atas 20 stek pucuk. Faktor yang diteliti meliputi faktor umur pohon induk (A) terdiri atas dua taraf yaitu berumur 10 tahun (A1) dan berumur 6 bulan (A2), serta faktor jenis media (B) yang terdiri atas tiga taraf yaitu zeolite (B1), arang sekam (B2), campuran cocopeat dan sekam padi 2:1 (B3). Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2006), model statistika rancangan percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut.

(17)

4

Yijk = μ + Ai + Bj + (AB)ij + Σ ijk Keterangan.

Yijk = nilai pengamatan karena pengaruh bersama dari faktor umur pohon induk ke-i dan faktor jenis media ke-j serta ulangan ke-k

μ = nilai rata-rata umum

Ai = pengaruh faktor umur pohon induk ke-i Bj = pengaruh faktor jenis media ke-j

(AB)ij = pengaruh interaksi antara faktor umur pohon induk ke-i dan faktor jenis media ke-j

Σ ijk = pengaruh kesalahan percobaan dari faktor umur pohon induk ke-i dan faktor jenis media ke-j serta ulangan ke-k.

Prosedur Penelitian Metode Kerja

Percobaan ini dilakukan dalam ruangan KOFFCO system, yaitu sebuah sistem lingkungan terkendali yang telah disesuaikan untuk kebutuhan stek tanaman. Sistem KOFFCO terdiri atas rumah kaca dengan pengontrol suhu elektronik yang terhubung dengan Air Cooler untuk melakukan pengkabutan sehingga suhu ruangan dapat terjaga pada kisaran 29–30 oC dengan kelembaban relatif (RH > 95%). Selain itu di dalamnya juga terdapat shading net yang berguna untuk menjaga kebutuhan cahaya stek pucuk dan stek batang (5 000–10 000 lux). Stek ditanam pada pot-tray yang dimasukkan ke dalam kotak propagasi (Subiakto

et al. 2005). Mekanisme KOFFCO system dengan air cooler disajikan pada

Gambar 1.

Gambar 1 Mekanisme KOFFCO dengan air cooler (Subiakto dan Sakai 2007) Penyiapan Sungkup Propagasi

Sungkup yang digunakan dibersihkan terlebih dahulu dengan cara dicuci. Bagian dasar sungkup diberi zeolite setinggi 1 cm untuk menjaga kestabilan kelembaban dalam sungkup.

(18)

5

Penyiapan Media

Media perakaran stek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu zeolite, arang sekam serta campuran cocopeat dan sekam padi (2:1). Media kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoclav pada suhu 120 oC dengan tekanan 1.5 bar uap selama 1 jam. Media perakaran yang telah siap dimasukkan ke dalam

pot-tray yang telah dicuci dengan air mengalir, kemudian dimasukkan ke dalam kotak

propagasi yang bagian dasarnya telah diberi zeolite yang telah dicuci dengan air bersih secara merata. Satu set pot-tray terdiri atas 40 polytube. Selanjutnya media di aklimatisasi dalam ruang KOFFCO selama 2 hari. Jenis media yang digunakan disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Jenis media perakaran stek pucuk bintaro; (a) arang sekam; (b) zeolite; (c) cocopeat dan sekam padi (2:1)

Pengambilan Bahan Stek

Bahan stek pucuk diambil dari pohon induk bintaro berumur 10 tahun yang terdapat di Taman Rektorat IPB dan diambil dari pohon induk bintaro berumur 6 bulan berasal dari semai bintaro hasil pengecambahan yang terdapat di persemaian Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB. Seminggu sebelum kegiatan stek dilakukan, semai bintaro dipindahkan ke persemaian Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Kehutanan Bogor agar dapat beradaptasi dengan lingkungan.

Pengambilan bahan stek pucuk dari pohon induk berumur 10 tahun dikarenakan evaluasi kegiatan pemuliaan pohon seperti uji keturunan biasanya dilakukan setelah pohon menunjukkan sifat fenotipe yang sangat jelas. Evaluasi kegiatan mengenai fenotipe yang unggul biasanya dilakukan setelah pohon berumur 1/4 daur atau diatas umur 10 tahun. Sedangkan pengambilan bahan stek pucuk dari pohon induk berumur 6 bulan dikarenakan keberhasilan stek dipengaruhi oleh tingkat juvenil, sehingga dalam kegiatan perbanyakan secara masal dapat menggunakan pohon induk berumur 6 bulan dalam kebun pangkas. Pohon induk yang digunakan disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Pohon induk stek pucuk bintaro; (a) 6 bulan; (b) 10 tahun

a b

a

c b

(19)

6

Penyiapan Bahan Stek

Stek pucuk dipilih dari tunas ortotroph yang sudah berkayu dan dalam keadaan dorman. Setiap bahan stek dipotong sehingga memiliki panjang 6–7 cm. Setelah itu masing-masing bahan stek disisakan 2–3 helai daun dan setiap helaian daun dipotong setengah bagian untuk mengurangi proses transpirasi. Bagian pangkal stek dipotong dengan kemiringan 45°. Kegiatan ini dilaksanakan pada pagi hari pukul 07.00–09.00 WIB.

Perlakuan Bahan Stek

Bahan stek direndam terlebih dahulu dalam larutan arang aktif dengan dosis 5 gram perliter air selama 15 menit sebelum kegiatan penanaman dilaksanakan. Setelah itu bahan stek direndam kembali dalam larutan IBA 100 ppm selama 15 menit. Larutan IBA yang digunakan sebanyak 1 liter dengan konsentrasi 100 ppm. Perendaman bahan stek menggunakan larutan arang aktif dan IBA disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4 Perendaman bahan stek pucuk bintaro; (a) menggunakan larutan arang aktif; (b) menggunakan larutan IBA

Penanaman

Bahan stek di tanam pada media perakaran yang sudah dilubangi dengan menggunakan stik berdiameter lebih besar dari bahan stek, kemudian stek ditanam dalam lubang tersebut sekitar sepertiga dari panjang stek dan tanah sekitarnya dimampatkan ke arah stek. Stek yang sudah tertanam disiram secukupnya dengan menggunakan hand sprayer kemudian pot-tray ditutup dengan sungkup. Kegiatan penanaman dilakukan pada pagi hari pukul 07.00–09.00 WIB. Penanaman bahan stek disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5 Penanaman stek pucuk bintaro

(20)

7

Pemeliharaan

Pemeliharaan stek terdiri atas penyiraman, penyiangan serta pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan hand sprayer. penyiangan dilakukan dengan cara pembersihan daun yang rontok dan rumput atau gulma yang tumbuh pada media stek. Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan cara penyemprotan fungisida dithane (2 gram perliter air), dilakukan setiap minggu selama 4 minggu pertama dan untuk selanjutnya penyemprotan dilakukan setiap dua minggu.

Pengamatan dan Pengambilan Data

Parameter yang diukur dalam penelitian ini meliputi. a) Persen bertunas

Pengamatan persen bertunas dilakukan setiap minggu, sedangkan penghitungan persen bertunas dilakukan di akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam) dengan membandingkan jumlah stek yang bertunas dengan keseluruhan stek yang di tanam. Penerapan penghitungannya menggunakan rumus.

100 ditanam yang stek Jumlah bertunas yang stek Jumlah bertunas Persen = × b) Persen berakar

Pengamatan persen berakar dilakukan setiap minggu, sedangkan penghitungan persen bertunas dilakukan di akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam) dengan membandingkan jumlah stek yang bertunas dengan keseluruhan stek yang di tanam. Penerapan penghitungannya menggunakan rumus.

100 ditanam yang stek Jumlah berakar yang stek Jumlah berakar Persen = × c) Jumlah akar

Penghitungan jumlah akar dilakukan di akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam). Jumlah akar yang dihitung adalah akar utama/primer, yaitu akar yang tumbuh dan muncul langsung dari bahan stek.

d) Berat kering akar

Penghitungan berat kering akar dilakukan di akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam). Berat kering akar dihitung dengan cara mengeringkan semua akar pada setiap stek ke dalam oven dengan suhu 70 oC selama 24 jam. Pemilihan suhu 70 oC dilakukan agar kandungan nitrogen tidak menguap. Setelah itu, akar yang sudah kering ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik.

Analisis Data

Data yang dihasilkan dari penelitian ini dianalisis menggunakan Sidik Ragam pada taraf nyata 1%, 5% dengan menggunakan Microsoft Office Excell 2007, notepad, software SAS 9.1.3. Apabila berpengaruh nyata, analisis

(21)

8

dilanjutkan dengan Uji Jarak Nyata Duncan (Duncan Multiple Range

Test/DMRT) pada taraf nyata 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pengamatan pengaruh umur pohon induk dan jenis media dilakukan terhadap parameter pertumbuhan stek pucuk bintaro yang terdiri atas persen bertunas, persen berakar, jumlah akar primer, dan berat kering akar. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa umur pohon induk berpengaruh sangat nyata terhadap persen bertunas, persen berakar, jumlah akar primer, dan berat kering akar. Penggunaan jenis media hanya berpengaruh nyata pada jumlah akar primer dan berat kering akar. Interaksi antara umur pohon induk dan jenis media tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter pertumbuhan stek bintaro. Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh perlakuan umur pohon dan jenis media terhadap rata-rata persen bertunas, persen berakar, jumlah akar primer, dan berat kering akar disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh perlakuan umur pohon dan jenis media terhadap rata-rata persen bertunas, persen berakar, jumlah akar primer, dan berat kering akar stek pucuk bintaro

Sumber keragaman Persen bertunas (arcsin√%) Persen berakar (arcsin√%) Jumlah akar primer (buah)

Berat kering akar (gram)

Umur pohon induk 53.50** 110.07** 25.04** 32.90**

Jenis media 0.34tn 1.41tn 3.95* 7.08*

Interaksi 0.27tn 0.53tn 0.34tn 1.55 tn

* = berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05; ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 0.01; tn = tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05.

Persen Bertunas

Pengamatan terhadap perkembangan persen bertunas stek pucuk bintaro dilakukan setiap minggu. Stek pucuk bintaro yang berasal dari pohon induk berumur 6 bulan dengan jenis media arang sekam mengalami perkembangan bertunas lebih cepat yaitu dari minggu ke-2 sampai minggu ke-7 dan mulai stabil dari minggu ke-8 sampai minggu terakhir pengamatan (12 minggu setelah tanam), sedangkan stek pucuk bintaro yang berasal dari pohon induk berumur 10 tahun dengan jenis media Zeolite mengalami perkembangan bertunas paling lambat yaitu dari minggu ke-3 sampai minggu ke-8 dan mengalami penurunan dari minggu ke-9 sampai minggu terakhir pengamatan (12 minggu setelah tanam) akibat kematian bahan stek karena kelembaban yang terlalu tinggi. Hasil pengamatan terhadap perkembangan persen bertunas stek pucuk bintaro setiap minggu disajikan pada Gambar 6.

(22)

9

A = Umur pohon induk (A1 : 10 tahun A2 : 6 bulan); B = Jenis media (B1 : Zeolite B2 : Arang sekam B3 : Campuran cocopeat dan sekam padi 2:1).

Gambar 6 Perkembangan persen bertunas stek pucuk bintaro setiap minggu Persen bertunas bervariasi antara 47% sampai dengan 96%. Persen bertunas tertinggi pada akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam) ditunjukkan oleh stek pucuk bintaro yang berasal dari pohon induk berumur 6 bulan dengan jenis media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) yaitu sebesar 96%, sedangkan persen bertunas terendah ditunjukkan oleh stek pucuk bintaro yang berasal dari pohon induk berumur 10 tahun dengan jenis media zeolite yaitu sebesar 47%. Hasil pengamatan persen bertunas dan kondisi stek pucuk bintaro pada akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam) disajikan pada Gambar 7 dan 8.

A = Umur pohon induk (A1 : 10 tahun A2 : 6 bulan); B = Jenis media (B1 : Zeolite B2 : Arang sekam B3 : Campuran cocopeat dan sekam padi 2:1).

Gambar 7 Persen bertunas stek pucuk bintaro pada akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam) 0 0 10 23 42 52 61 72 69 58 48 47 0 0 16 27 48 63 68 75 70 66 61 61 0 0 19 28 47 60 68 76 75 70 59 53 0 16 34 61 79 89 98 99 99 96 95 95 0 19 37 56 78 92 99 98 98 96 93 93 0 15 34 55 75 89 98 100 100 99 97 96 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 P er sen B er tuna s (%) Minggu ke- A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 47 61 53 95 93 96 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3

P er sen b er tu n as ( % ) Perlakuan

(23)

10

Gambar 8 Kondisi stek pucuk bintaro pada akhir pengamatan; (a dan c) pohon induk berumur 10 tahun; (b dan d) pohon induk berumur 6 bulan Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa umur pohon induk berpengaruh sangat nyata terhadap parameter persen bertunas. Berdasarkan uji Duncan, stek pucuk yang berasal dari pohon induk berumur 6 bulan memiliki persen bertunas paling tinggi (80.73%) dan berbeda nyata dengan stek pucuk yang berasal dari pohon induk berumur 10 tahun (47.29%). Hasil uji Duncan pengaruh umur pohon induk terhadap persen bertunas stek pucuk bintaro disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil uji Duncan pengaruh umur pohon induk terhadap persen bertunas stek pucuk bintaro

Sumber keragaman Persen bertunas (arcsin√%)

Umur pohon induk 6 bulan 80.73a

Umur pohon induk 10 tahun 47.29b

a dan b berbeda nyata pada taraf uji 0.05.

Persen Berakar

Pengamatan perkembangan persen berakar stek pucuk bintaro dilakukan setiap minggu. Stek pucuk bintaro yang berasal dari pohon induk berumur 6 bulan dengan jenis media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) mengalami perkembangan berakar lebih cepat yaitu dari minggu ke-3 sampai minggu ke-7 dan mulai stabil dari minggu ke-8 sampai minggu terakhir pengamatan (12 minggu setelah tanam), sedangkan stek pucuk bintaro yang berasal dari pohon induk berumur 10 tahun dengan jenis media Zeolite mengalami perkembangan berakar paling lambat yaitu dari minggu ke-5 sampai minggu ke-8 dan mulai stabil dari minggu ke-9 sampai minggu terakhir pengamatan (12 minggu setelah tanam). Hasil pengamatan terhadap perkembangan persen berakar stek pucuk bintaro setiap minggu disajikan pada Gambar 9.

a b

(24)

11

A = Umur pohon induk (A1 : 10 tahun A2 : 6 bulan); B = Jenis media (B1 : Zeolite B2 : Arang sekam B3 : Campuran cocopeat dan sekam padi 2:1).

Gambar 9 Perkembangan persen berakar stek pucuk bintaro setiap minggu Persen berakar bervariasi antara 6% sampai dengan 91%. Persen bertunas tertinggi pada akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam) ditunjukkan oleh stek pucuk bintaro yang berasal dari pohon induk berumur 6 bulan dengan jenis media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) serta jenis media arang sekam yaitu sebesar 91%, sedangkan persen bertunas terendah ditunjukkan oleh stek pucuk bintaro yang berasal dari pohon induk berumur 10 tahun dengan jenis media

zeolite yaitu sebesar 6%. Hasil pengamatan persen berakar dan kondisi stek pucuk

bintaro pada akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam) disajikan pada Gambar 10 dan 11.

A = Umur pohon induk (A1 : 10 tahun A2 : 6 bulan); B = Jenis media (B1 : Zeolite B2 : Arang sekam B3 : Campuran cocopeat dan sekam padi 2:1).

Gambar 10 Persen berakar stek pucuk bintaro pada akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam) 0 0 0 0 3 6 8 7 9 8 7 6 0 0 0 0 10 19 20 24 24 25 24 22 0 0 0 0 14 23 25 32 32 27 25 22 0 0 2 26 46 69 82 93 89 85 85 85 0 0 8 31 68 83 91 95 94 93 93 91 0 0 12 32 73 88 96 99 97 95 93 91 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 P er sen B er ak ar ( % ) Minggu ke- A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 6 22 22 85 91 91 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3

P er sen b er ak ar ( % ) Perlakuan

(25)

12

Gambar 11 Kondisi perakaran stek pucuk bintaro pada akhir pengamatan; (a) pohon induk berumur 10 tahun; (b) pohon induk berumur 6 bulan Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa umur pohon induk berpengaruh sangat nyata terhadap parameter persen berakar. Berdasarkan uji Duncan, stek pucuk yang berasal dari pohon induk berumur 6 bulan memiliki persen berakar paling tinggi (75.07%) dan berbeda nyata dengan stek pucuk yang berasal dari pohon induk berumur 10 tahun (20.63%). Hasil uji Duncan pengaruh umur pohon induk terhadap persen berakar stek pucuk bintaro disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil uji Duncan pengaruh umur pohon induk terhadap persen berakar stek pucuk bintaro

Sumber keragaman Persen berakar (arcsin√%)

Umur pohon induk 6 bulan 75.07a

Umur pohon induk 10 tahun 20.63b

a dan b berbeda nyata pada taraf uji 0.05.

Jumlah Akar Primer

Pengamatan terhadap keberhasilan stek pucuk dalam membentuk jumlah akar primer dilakukan pada akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam). Hasil pengamatan terhadap jumlah akar primer stek pucuk bintaro pada akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam) disajikan pada Gambar 12.

A = Umur pohon induk (A1 : 10 tahun A2 : 6 bulan); B = Jenis media (B1 : Zeolite B2 : Arang sekam B3 : Campuran cocopeat dan sekam padi 2:1).

Gambar 12 Jumlah akar primer stek pucuk bintaro pada akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam)

1 3 3 5 6 7 0 1 2 3 4 5 6 7 8

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3

Jum la h aka r p ri m er ( b ua h) Perlakuan a b

(26)

13

Gambar 12 menunjukkan jumlah akar primer bervariasi antara 1 buah sampai dengan 7 buah. Jumlah akar primer terbanyak ditunjukkan oleh stek pucuk bintaro yang berasal dari pohon induk berumur 6 bulan dengan jenis media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) yaitu sebanyak 7 buah, sedangkan jumlah akar primer terendah ditunjukkan oleh stek pucuk bintaro yang berasal dari pohon induk berumur 10 tahun dengan jenis media zeolite yaitu sebanyak 1 buah.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa umur pohon induk berpengaruh sangat nyata terhadap parameter jumlah akar primer. Berdasarkan uji Duncan, stek pucuk yang berasal dari pohon induk berumur 6 bulan memiliki jumlah akar primer paling tinggi (5.60 buah) dan berbeda nyata dengan stek pucuk yang berasal dari pohon induk berumur 10 tahun (2.13 buah). Hasil uji Duncan pengaruh umur pohon induk terhadap jumlah akar primer stek pucuk bintaro disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil uji Duncan pengaruh umur pohon induk terhadap jumlah akar primer stek pucuk bintaro

Sumber keragaman Jumlah akar primer (buah)

Umur pohon induk 6 bulan 5.60a

Umur pohon induk 10 tahun 2.13b

a dan b berbeda nyata pada taraf uji 0.05.

Jenis media perakaran mampu meningkatkan kemampuan stek pucuk bintaro dalam melakukan pertumbuhan dan perkembangan akar. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jenis media berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah akar primer. Berdasarkan uji Duncan, jenis media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) memiliki jumlah akar primer paling tinggi (4.70 buah), tetapi tidak berbeda nyata dengan jenis media arang sekam (4.40 buah), sedangkan zeolite memiliki jumlah akar primer paling rendah (2.50 buah) dan berbeda nyata dengan jenis media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) serta jenis media arang sekam. Hasil uji Duncan pengaruh jenis media terhadap jumlah akar primer stek pucuk bintaro disajikan pada tabel 5.

Tabel 5 Hasil uji Duncan pengaruh jenis media terhadap jumlah akar primer stek pucuk bintaro

Parameter Jumlah akar primer (buah)

Cocopeat+sekam padi (2:1) 4.70a

Arang sekam 4.40a

Zeolite 2.50b

Angka pada baris yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf uji 0.05.

Berat Kering Akar

Pengamatan terhadap berat kering akar stek pucuk bintaro dilakukan pada akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam). Hasil pengamatan terhadap berat kering akar stek pucuk bintaro pada umur 12 minggu setelah tanam disajikan pada Gambar 13.

(27)

14

A = Umur pohon induk (A1 : 10 tahun A2 : 6 bulan); B = Jenis media (B1 : Zeolite B2 : Arang sekam B3 : Campuran cocopeat dan sekam padi 2:1).

Gambar 13 Berat kering akar stek pucuk bintaro pada akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam)

Gambar 13 menunjukkan berat kering akar bervariasi antara 0.03 gram sampai dengan 0.17 gram. Berat kering akar terbesar ditunjukkan oleh stek pucuk bintaro yang berasal dari pohon induk 6 bulan dengan jenis media campuran

cocopeat dan sekam padi (2:1) yaitu sebesar 0.17 gram, sedangkan berat kering

akar terendah ditunjukkan oleh stek pucuk bintaro yang berasal dari pohon induk berumur 10 tahun dengan jenis media zeolite yaitu sebesar 0.03 gram.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa umur pohon induk berpengaruh sangat nyata terhadap parameter berat kering akar. Berdasarkan uji Duncan, stek pucuk yang berasal dari pohon induk berumur 6 bulan memiliki berat kering akar paling tinggi (0.12 gram) dan berbeda nyata dengan stek pucuk yang berasal dari pohon induk berumur 10 tahun (0.04 gram). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jenis media berpengaruh nyata terhadap parameter berat kering akar. Hasil uji Duncan pengaruh umur pohon induk terhadap berat kering akar stek pucuk bintaro disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil uji Duncan pengaruh umur pohon induk terhadap berat kering akar stek pucuk bintaro

Sumber keragaman Berat kering akar (gram)

Umur pohon induk 6 bulan 0.12a

Umur pohon induk 10 tahun 0.04b

a dan b berbeda nyata pada taraf uji 0.05.

Berdasarkan uji Duncan, jenis media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) memiliki berat kering akar paling tinggi (0.12 gram) tetapi tidak berbeda nyata dengan jenis media arang sekam (0.08 gram), sedangkan zeolite memiliki jumlah akar primer paling rendah (0.05 gram) dan berbeda nyata dengan jenis media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) serta jenis media arang sekam. Hasil uji Duncan pengaruh jenis media terhadap berat kering akar stek pucuk bintaro disajikan pada tabel 7.

0,03 0,04 0,06 0,08 0,12 0,17 0,00 0,02 0,04 0,06 0,08 0,10 0,12 0,14 0,16 0,18

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3

B er at k er in g ak ar ( g ram ) Perlakuan

(28)

15

Tabel 7 Hasil uji Duncan pengaruh jenis media terhadap berat kering akar stek pucuk bintaro

Parameter Berat kering akar (gram)

Cocopeat+sekam padi (2:1) 0.12a

Arang sekam 0.08a

Zeolite 0.05b

Angka pada baris yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf uji 0.05.

Pembahasan

Berdasarkan sidik ragam, umur pohon induk bintaro berpengaruh sangat nyata terhadap persen bertunas, persen berakar, jumlah akar primer, dan berat kering akar. Perbedaan umur pohon induk memengaruhi keberhasilan stek pucuk bintaro. Makin tua umur pohon induk bintaro, makin menurun kemampuan stek pucuk bintaro untuk bertunas maupun berakar. Senada dengan yang diungkapkan oleh Riodevriza (2010), bahwa perbedaan umur pohon induk S. selanica berpengaruh sangat nyata terhadap keberhasilan stek, makin tua pohon induk keberhasilan stek makin kecil. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa bahan stek yang berasal dari pohon induk muda memiliki kemampuan dalam pembentukan tunas maupun akar adventif yang lebih mudah, dan kemampuan ini semakin dewasa akan semakin menurun. Hal ini dipengaruhi oleh kandungan auksin dalam bahan stek. Supriyanto dan Prakasa (2011) menyatakan bahwa pertumbuhan tunas dan akar pada stek dipengaruhi oleh ketersediaan hormon auksin pada bahan stek. Makin tua bahan stek, kandungan auksin di dalamnya makin rendah sehingga memengaruhi terhadap keberhasilan stek. Sesuai dengan penelitian pada tanaman hutan lainnya, kandungan auksin endogen dapat meningkatkan kemampuan perakaran stek meranti. Kandungan auksin dalam bahan stek meranti umur ≤ 2 tahun lebih tinggi yaitu sebesar 82.24 ppm dibandingkan dengan bahan stek umur 10 tahun yaitu sebesar 73.75 ppm dan 25 tahun yaitu sebesar 69.78 ppm (Danu 2009).

Stek pucuk bintaro yang berasal dari pohon induk berumur 6 bulan mampu menghasilkan akar primer lebih banyak dengan kandungan biomassa yang lebih besar dibandingkan dengan stek pucuk bintaro yang berasal dari pohon induk berumur 10 tahun. Hal ini dikarenakan stek pucuk bintaro yang berasal dari pohon induk berumur 6 bulan memiliki kemampuan bertunas serta dapat mempertahankan keberadaan daun lebih tinggi dibandingkan dengan stek pucuk bintaro yang berasal dari pohon induk yang berumur 10 tahun. Sehingga kemapuan berakar lebih besar ditunjukkan oleh stek pucuk yang berasal dari pohon induk berumur 6 bulan. Menurut Bleasdale (1981), stek tanpa daun dan tunas tidak dapat berakar karena hormon yang dibutuhkan untuk pembentukan akar diproduksi oleh daun dan tunas yang aktif. Diperkuat oleh pernyataan Salisbury dan Ross (1995), bahwa daun muda dan tunas yang aktif mampu memacu pertumbuhan akar.

Jumlah akar primer berbanding lurus dengan berat kering akar. Makin banyak jumlah akar, makin besar biomassa yang terbentuk. Hal ini dikarenakan makin banyak jumlah akar primer, akar akan makin banyak pula menyerap unsur hara maupun air dalam media tanam. Menurut Suartini (2006), akar yang telah

(29)

16

berkembang dan membentuk percabangan yang lebih banyak dapat mensuplai serapan hara dan air sehingga dapat meningkatkan biomassa. Sehingga perakaran yang cenderung lebih banyak diharapkan akan dapat meningkatkan katahanan pertumbuhan stek pucuk bintaro.

Faktor lain yang memengaruhi keberhasilan stek adalah jenis media perakaran. Berdasarkan sidik ragam, jenis media hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah akar primer dan berat kering akar. Sedangkan terhadap persen bertunas dan persen berakar memberikan hasil yang tidak berpengaruh. Hal ini dikarenakan pada umumnya semua jenis media mampu mendukung pembentukkan tunas maupun akar stek. Rochiman dan Harjadi (1973) menyatakan bahwa perbedaan macam media terhadap pembentukan akar tidak nyata selama media dapat memenuhi syarat-syarat pembentukan akar yaitu ringan, tidak mahal, mempunyai komposisi yang seragam, mudah tersedia, mampu menyimpan air dan bebas hama penyakit. Akar membutuhkan ruang bergerak serta ketersediaan air yang cukup dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan akar. Sehingga jumlah akar primer maupun berat kering akar yang terbentuk dipengaruhi oleh sifat fisik media perakaran seperti porositas tanah, bulk

density (kerapatan tanah) maupun drainase. Hal ini berhubungan dengan proses

translokasi air dan udara dalam proses metabolisme stek untuk pertumbuhan dan perkembangan akar stek.

Jenis media yang digunakan untuk media perakaran akan sangat memengaruhi terhadap pertumbuhan dan perkembangan akar stek. Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Danu et al. (2011) menunjukkan bahwa jenis media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) memiliki bulk density yang rendah sebesar 0.68 g/cc, drainase yang baik sebesar 58.85%, dan daya simpan air yang cukup yaitu sebesar 10.27% vol dibandingkan dengan jenis media campuran

cocopeat dan arang sekam (2:1) dengan bulk density rendah yaitu 0.75 g/cc,

drainase baik sebesar 7.26%, dan daya simpan air besar yaitu 14.11% vol serta jenis media zeolite memiliki bulk density tinggi yaitu sbesar 1.1 g/cc, drainase yang baik 14.63%, namun kemampuan untuk mempertahankan ketersediaan air dalam media sangat rendah 3.27% vol.

Jenis media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) memberikan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap jenis media arang sekam baik untuk parameter jumlah akar primer maupun berat kering akar. Perakaran stek dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada jenis media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) serta jenis media arang sekam. Hal ini dikarenakan jenis media campuran

cocopeat dan sekam padi (2:1) serta jenis media arang sekam memiliki sifat fisik

yang memenuhi syarat media dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan akar seperti bulk density rendah, drainase yang baik serta daya simpan air cukup.

Jenis media zeolite memberikan hasil yang lebih rendah dibandingkan jenis media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) serta jenis media arang sekam untuk parameter jumlah akar primer maupun berat kering akar. Jenis media zeolite memiliki porositas tinggi, kerapatan yang tinggi, drainase baik namun sulit dalam mempertahankan ketersediaan air. Media zeolite merupakan media yang lebih padat dibandingkan dengan media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) serta media arang sekam, sehingga lebih sulit meneruskan air dan ditembus akar. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap proses translokasi air dan udara dalam proses metabolisme stek untuk pertumbuhan dan perkembangan akar stek. Sesuai

(30)

17

dengan penelitian pada tanaman hutan lainnya, media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) menghasilkan stek damar berakar terbaik dibandingan dengan jenis media campuran cocopeat dan arang sekam serta media zeolite (Danu et al. 2011).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Umur pohon induk berpengaruh sangat nyata terhadap persen bertunas, persen berakar, jumlah akar primer, dan berat kering akar. Pohon induk berumur 6 bulan memberikan respon lebih tinggi terhadap semua parameter pengamatan dibandingkan dengan pohon induk berumur 10 tahun. Media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) serta media arang sekam memberikan respon lebih tinggi terhadap jumlah akar primer dan berat kering akar dibandingkan dengan media

zeolite.

Saran

Kegiatan pengadaan bibit bintaro dalam mendukung pembangunan hutan tanaman dapat dilakukan dengan menggunakan teknik perbanyakan vegetatif secara stek. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kemampuan pertumbuhan stek pucuk bintaro setelah ditanam di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Asmani N. 2011. Membangun perhutanan sosial berbasis energi terbarukan tanaman bintaro disentra produksi pangan. Prosiding seminar nasional AvoER ke-3. Universitas Sriwijaya.

Bleasdale JKA. 1981. Plant Physiology in Relation to Horticulture. Amerika (US): The Avi Publishing Company, INC. Westport, Connecticut.

Danu. 2009. Hubungan antara umur pohon dan tingkat juvenilitas dengan keberhasilan stek dan sambungan pucuk meranti tembaga (Shorea leprosula MIQ) [tesis]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Danu, Subiakto A, Putri KP. 2011. Uji stek pucuk damar (Agathis loranthifolia

Salisb.) pada berbagai media dan zat pengatur tumbuh. Penelitian Hutan

dan Konservasi Alam 8(3): 245-252.

Finkeldey R. 2005. Pengantar Genetika Hutan Tropis. Djamhuri E, Siregar IZ, Siregar UJ, Kertadikara AW, penerjemah. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Terjemahan dari: An Introduction to Tropical

(31)

18

Hartmann HT, Kester DE, Davies FT, Geneve RL. 1997. Plant Propagation:

Principles and Practices. Ed ke-6. Englewood Cliffs, New Jersey (US):

Prentice Hall.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan. Bogor (ID) : IPB Press.

Pranowo D. 2010. Bintaro (Cerbera manghas Linn.) tanaman penghasil minyak nabati. Tree 1(23):91.

Riodevriza. 2010. Pengaruh umur pohon induk terhadap keberhasilan stek dan sambungan Shorea selanica Bl [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Rochiman K, Harjadi SS. 1973. Pembiakan Vegetatif. Bogor (ID): Departemen Agronomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Salibury FB, Ross CW, 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Lukman DR dan Sumaryono, penerjemah. Bandung (ID): Intitut Teknologi Bandung. Terjemahan dari : Plant Physiology

Suartini S. (2006). Pengaruh dosis rooton-f terhadap pertumbuhan semai cabutan sentang (Melia excelsa Jack.) [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Subiakto A, Sakai C, Purnomo A, Taufiqurahman. 2005. Teknik perbanyak stek beberapa spesies dipterokarp di P3HKA, PT. SBK dan PT. ITCIKU. Prosiding Peran Konservasi Sumberdaya Genetik, Pemuliaan dan Silvikultur dalam Mendukung Rehabilitasi Hutan; Yogyakarta 26 – 27 Mei 2005.Yogyakarta (ID): Proyek ITTO. Fakultas Kehutanan UGM.

Subiakto A, Sakai C. 2007. Pedoman Pembuatan Stek Jenis-Jenis Dipterokarpa

Dengan Koffco System. Kerjasama Badan Litbang Kehutanan, Komatsu dan

JICA, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor (ID): Kementerian Kehutanan.

Supriyanto, Prakasa E. 2011.Pengaruh zat pengatur tumbuhan rooton-f terhadap pertumbuhan stek Duabanga mollucana Blume. Silvikultur Tropika 3:59-65. Yasman I, Smits WTM. 1988. Metode Pembuatan Stek Dipterocarpaceae.

Samarinda (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan.

(32)

19

Lampiran 1 Rekapitulasi nilai rata-rata persen bertunas, persen berakar, jumlah akar primer dan berat kering akar stek pucuk bintaro.

N o Perlakuan Persen bertunas (%) Persen Berakar (%) Jumlah akar primer (buah) Berat kering akar (gram) 1 A1B1 47 6 1 0.03 2 A1B2 61 22 3 0.04 3 A1B3 53 22 3 0.06 4 A2B1 95 85 5 0.08 5 A2B2 93 91 6 0.12 6 A2B3 96 91 7 0.17

A = Umur pohon induk (A1 : 10 tahun A2 : 6 bulan); B = Jenis media (B1 : Zeolite B2 : Arang sekam B3 : Cocopeat+sekam padi 2:1).

Lampiran 2 Sidik ragam pengaruh umur pohon dan jenis media terhadap persen bertunas stek pucuk bintaro.

Sumber keragaman Db Jumlah

kuadrat Kuadrat tengah F hit Pr (>F) Umurpohon 1 8386.08 8386.08 53.50** <.0001 Jenismedia 2 105.49 52.75 0.34tn 0.72 umurpohon*jenismedia 2 83.36 41.68 0.27tn 0.77 Galat 24 3761.83 156.74 Total 29 12336.76

Data yang diolah sebelumnya ditransformaikan arcsin √%; * = berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05; ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 0.01; tn = tidak berbeda nyata pada taraf uji 0.05.

Lampiran 3 Hasil uji duncan umur pohon terhadap persen bertunas stek pucuk bintaro.

Kelompok duncan Rataan N Umur pohon

A 80.73 15 6 bulan

B 47.29 15 10 tahun

Data yang diolah sebelumnya ditransformaikan arcsin √%; A dan B berbeda nyata pada taraf uji 0.05.

Lampiran 4 Sidik ragam pengaruh umur pohon dan jenis media terhadap persen berakar stek pucuk bintaro.

Sumber keragaman Db Jumlah

kuadrat Kuadrat tengah F hit Pr (>F) Umurpohon 1 22232.75 22232.75 110.07** <.0001 Jenismedia 2 570.01 285.01 1.41tn 0.26 umurpohon*jenismedia 2 212.48 106.24 0.53tn 0.60 Galat 24 4847.55 201.98 Total 29 27862.79

Data yang diolah sebelumnya ditransformaikan arcsin √%; * = berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05; ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 0.01; tn = tidak berbeda nyata pada taraf uji 0.05

(33)

20

Lampiran 5 Uji duncan pengaruh umur pohon terhadap persen berakar stek pucuk bintaro.

Kelompok duncan Rataan N Umur pohon

A 75.07 15 6 bulan

B 20.63 15 10 tahun

Data yang diolah sebelumnya ditransformaikan arcsin √%; A dan B berbeda nyata pada taraf uji 0.05.

Lampiran 6 Sidik ragam pengaruh umur pohon dan jenis media terhadap jumlah akar primer stek pucuk bintaro.

Sumber keragaman Db Jumlah

kuadrat

Kuadrat tengah F hit Pr (>F)

Umurpohon 1 90.13 90.13 25.04** <.0001

Jenismedia 2 28.47 14.23 3.95* 0.03

umurpohon*jenismedia 2 2.47 1.23 0.34tn 0.71

Galat 24 86.40 3.60

Total 29 207.47

* = berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05; ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 0.01; tn = tidak berbeda nyata pada taraf uji 0.05.

Lampiran 7 Hasil uji duncan umur pohon terhadap jumlah akar primer stek pucuk bintaro.

Kelompok duncan Rataan N Umur pohon

A 5.60 15 6 bulan

B 2.13 15 10 tahun

A dan B berbeda nyata pada taraf uji 0.05.

Lampiran 8 Hasil uji duncan jenis media terhadap jumlah akar primer stek pucuk bintaro.

Kelompok duncan Rataan N Umur pohon

A 4.70 10 Cocopeat+sekam padi (2:1)

A 4.40 10 Arang sekam

B 2.50 10 Zeolite

A dan B berbeda nyata pada taraf uji 0.05.

Lampiran 9 Sidik ragam pengaruh umur pohon dan jenis media terhadap berat kering akar stek pucuk bintaro.

Sumber keragaman Db Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F hit Pr (>F) Umurpohon 1 0.05 0.05 32.90** <.0001 Jenismedia 2 0.02 0.01 7.08* 0.004 umurpohon*jenismedia 2 0.01 0.002 1.55tn 0.23

Galat 24 0.04 0.002

Total 29 0.11

* = berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05; ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 0.01; tn = tidak berbeda nyata pada taraf uji 0.05

(34)

21

Lampiran 10 Hasil uji duncan umur pohon terhadap berat kering akar stek pucuk bintaro.

Kelompok duncan Rataan N Umur pohon

A 0.12 15 6 bulan

B 0.04 15 10 tahun

A dan B berbeda nyata pada taraf uji 0.05

Lampiran 11 Hasil uji duncan jenis media terhadap berat kering akar stek pucuk bintaro.

Kelompok duncan Rataan N Umur pohon

A 0.12 10 Cocopeat+sekam padi (2:1)

A 0.08 10 Arang sekam

B 0.05 10 Zeolite

(35)

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 13 Desember 1990, anak keempat dari enam bersaudara pasangan Drs Dudi Hermawan T dan Euis Anida H, Spd. Penulis menempuh pendidikan di SD Negeri Kencana Indah 3 dan lulus pada tahun 2003 serta SMP Negeri 1 Solokan Jeruk dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Majalaya dan pada tahun 2009 penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur USMI. Penulis memilih Program Studi Silvikultur, Fakultas Kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan yakni sebagai sekretaris Badan Eksekutif Mahasiswa tahun 2011, staf divisi Humas dan Sponsorship acara save our mangrove tahun 2010-2011, sekretaris acara Tree Grower Community (TGC) in Action tahun 2012, dan lain-lain. Tahun 2011, penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Gunung Tangkuban Perahu-Cikiong, Jawa Barat. Tahun 2012, penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi, Jawa Barat. Kemudian pada tahun 2013, penulis melaksanakan Praktek Kerja Profesi (PKP) di KPH Jember Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Umur Pohon Induk dan Jenis Media terhadap Keberhasilan Stek Pucuk Bintaro (Cerbera manghas L.)” yang dibimbing oleh Ir Edje Djamhuri dan Ir Atok Subiakto, M App Sc untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB.

Gambar

Gambar 1  Mekanisme KOFFCO dengan air cooler (Subiakto dan Sakai  2007)  Penyiapan Sungkup Propagasi
Gambar 2   Jenis media perakaran stek pucuk bintaro; (a) arang sekam; (b) zeolite;
Gambar 4 Perendaman bahan stek pucuk bintaro; (a) menggunakan larutan arang   aktif; (b) menggunakan larutan IBA
Gambar 6  Perkembangan persen bertunas stek pucuk bintaro setiap minggu  Persen bertunas bervariasi antara 47% sampai dengan 96%
+5

Referensi

Dokumen terkait

Data merupakan data primer yang diambil dari hasil pemeriksaan HbA1c dan trigliserida pada pasien DMT2..

Hasil penelitian menemukan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari bimbingan karier melalui pelatihan perencanaan studi lanjut dengan efikasi diri dalam pengambilan

Hasil pengujian menunjukkan bahwa papan zephyr yang dibuat dengan menggunakan perekat urea formldehida dan phenol formaldehida tanpa bahan finishing mempunyai keawetan IV,

Dengan adanya lingkungan yang nyaman, aman, budaya kerja yang harmonis dan juga fasilitas dan alat bantu kerja yang baik di dalam organisasi, akan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah lahan yang tergolong kelas sangat sesuai untuk perluasan kawasan budidaya ubi Cilembu di (abupaten Sumedang tersebar di Kecamatan

Dalam menetapkan prioritas yang terpenting adalah menetukan tujuan, tugas, pekerjaan secara berkala mulai dari hal yang terpent- ing.Kemudian apabila kita

Kerapatan tanaman dapat menyebabkan terjadinya kompetisi antar tanaman, sehingga pengaturan kerapatan tanaman yang tepat sangat diperlukan dalam produksi tanaman sorgum.Penelitian

Soehadi (2012) menyatakan bahwa tantangan yang dihadapi perusahaan dalam membangun online community adalah membangun fasilitas yang mampu mengorkestrasikan pelanggan dan