• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang secara resmi tercantum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang secara resmi tercantum"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang secara resmi tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, dan ditetapkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945 diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II No. 7.

Berdasarkan ketentuan yuridis tersebut, maka sudah seharusnya setiap warga Negara terutama kalangan intelektual untuk mempelajari, mendalami, menghayati serta mengembangkan serta mengkaji Pancasila termasuk fungsi ataupun hakikat Pancasila. Sebagai Paradigma kehidupan dalam bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Sehingga pada gilirannya hal ini untuk diterapkan dalam setiap aspek kehidupan dalam rangka bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dalam kaitannya dengan dunia pendidikan maka sudah seharusnya setiap siswa maupun mahasiswa untuk mempelajari lebih dalam Pancasila di bangku sekolah sejak pra sekolah (taman kanak-kanak), pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Dengan demikian sekiranya dapat membantu tugas berat kalangan intelektual untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia.

B. Tujuan

Tujuan dari pnyusunan makalah ini yaitu :

(2)

2. Sebagai generasi intelektual yang akan mampu memahami, menganalisis dan menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

3. Sebagai generasi intelektual yang akan mampu menerapkan fungsi ataupun hakikat Pancasila sebagai Paradigma kehidupan bermasyarakat.

C. Permasalahan

Dengan memperhatikan latar belakang tersebut diatas, agar dalam penulisan makalah ini penulis memperoleh hasil yang diinginkan, maka penulis mengemukakan bebrapa rumusan masalah. Rumusan masalah tersebut diantaranya yaitu :

1. Bagaimana hakikat Pancasila sebagai Paradigma pembangunan Nasional ?

2. Bagaimana pelaksanaan Pancasila sebagai Paradigma pembangunan dibidang Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, dan Hukum ?

3. Apa saja yang mendasari pelaksanaan Pancasila sebagai Paradigma pembangunan dibidang Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, dan Hukum ?

4. Apa salah satu kebijakan dalam pelaksanaan Pancasila dalam pembangunan dibidang Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, dan Hukum?

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertiian Paradigma

Paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan teoritis yang umum, sehingga merupakan suatu sumber hokum-hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri, serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.(Thomas S.Khun , 1970 : 49). Sedangkan menurut Ritzer paradigma merupaan citra mendasar dari sesuatu yang menjadi perbincangan (subject matter) di dalam wilayah “sain”. Ia menerangkan apap yang seharusnya dikaji dan aturan apa yang seharusnya di ikuti dalam menafsirkan jawaban yang diperolehnya. Dia kemudian mengatakan paradigma merupakan unit yang paling luas dari konsensus dalam suatu “sain” dan yang membedakan satu masyarkat ilmiah dari yang lainnya.

Paradigma juga dapat diartikan sebagai cara pandang, nilai-nilai, metode-metode, prinsip dasar atau cara memecahkan masalah yang dianut oleh suatu masyarakat pada masa tertentu. Dalam pembangunan nasional, pancasila adalah sebuah paradigma karena hendak dijadikan sebagai landasan, acuan, metode, nili, dan tujuan yang ingin dicapai disetiap program pembangunan negara kesatuan Republik Indonesia.

Sedangkan kata pembangunan (inggris:development) menunjukkan adanya pertumbuhan, perluasan yang bertalian dengan keadaan yang harus digali dan yang harus dibangun agar dicapai kemajuan dimasa yang akan datang. Pembangunan tidak hanya bersifat kuantitatif tetapi juga kualitatif (manusia seutuhnya) , di dalamnya terdapat proses

(4)

perubahan yang terus menerus menuju kemajuan dan perbaikan kearah tujuan yang dicita-citakan. Dengan demikian, kata pembangunan mengandung pemahaman akan adanya penalaran dan pandangan yang logis, dinamis, dan optimis.

Ilmu pengetahuan sifatnya sangat dinamis hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya hasil penelitian manusia, sehingga dalam perkembangannya banyak ditemukan kelemahan-kelemahan pada teori yang telah ada. Oleh karena itu para ilmuwan sosial kembali mengkaji pradigma ilmu tersebut yaitu manusia. Kemudian mulai berkembang berbagai bidang kehidupan manusia serta ilmu pengetahuan lain misalnya politik, hokum, ekonomi, budaya, serta pengetahuan lainnya.

B. Makna dan Hakikat Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan

Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermsyarakat, berbangsa, dan bernegara bangsa Indonesia melaksanakan pmbangunan nasional. Pembangunn nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mamperhatikan tantangan perkembangan global. Pembangunan nasional juga merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

(5)

Hal ini dapat diwujudkan melalui pelaksanaan penyelenggaraan Negara yang berkedaulatan rakyat serta demokratis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Penyelenggaraan Negara dilaksanakan melalui pembangunan nasional dalam segala aspek kehidupan bangsa, oleh penyelenggara Negara yaitu, lembaga-lembaga Negara besama-sama segenap rakyat Indonesia diseluruh wilayah Negara Republik Indonesia.

Adapun hakikat kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Pembngunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya berdasar pada nilai-nilai dalam Pancasila karena Pancasila sebagai dasar, tujuan dan pedomannya. Disamping itu semua Pembangunan juga harus berdasarkan pada Paradigma hakikat manusia “Monopluralis”, yaitu meliputi susunan kodrat manusia, meliputi aspek rokhani (jiwa) mencakup akal, rasa, dan kehendak, aspek raga (jasmani), sifat kodrat manusia sebagai makhluk pribadi sendiri mencakup aspek individu (pribadi), serta aspek makhluk sosial dan aspek Ketuhanan.

Pancasila dalam paradigma pembangunan sekarang dan dimasa yang akan datang bukanlah lamunan kosong (utopis, akan tetapi menjadi suatu kebutuhan sebagai pendorong semangat (drive)pentingnya paradigma pembangunan yang baik dan benar disegala bidang kehidupan. Jati diri atau kepribadian bangsa Indonesia yang religius, ramah tamah, kekeluargaan, dan musyawarah, serta solidaritas yang tinggi (kepedulian, akan mewarnai jiwa pembangunan nasional baik dalam perencaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dalam evaluasinya.

Berdasarkan konsep tualisasi paradigma pembangunan tersebut diatas, unsur manusia dalam pembangunan sangat penting dan sentral. Karena manusia adalah pelaku dan sekaligus

(6)

tujuan pembangunan itu sendiri. Oleh sebab itu, jika pelaksanaan pembangunan ada ditangan orang yang syarat KKN (Korupsi Kolusi dan Nepotisme) dan tidak bertanggung jawab, segala modal, pikiran, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang diterapkan dapat membahayakan sekaligus merugikan manusia, masyarakat, bangsa dan negara.

C. Pancasilaa sebagai Paradigma Pembangunan POLEKSOSBUD HUKUM

Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu realisasi praksis untuk mencapai tujuan bangsa Adapun pembangunan dirinci dalam berbagai bidang antara lain bidamg Politik, Ekonomi, Sosial Budaya dan Hankam. Hakikat manusia adalah ‘Monopluralis”, oleh karena itu hakikat manusia merupakan sumber nilai bagi pembangunan POLEKSOSBUD HUKUM. Dalam pelaksanaan pembangunan pada hakikatnya membangun manusia secara lengkap, secara utuh meliputi seluruh unsur hakikat manusia Monopluralis, dengan kata lain membangun martabat manusia.

1. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan bidang Politik

Pancasila sebagai dasar filosofis Negara dan bangsa Indonesia mamberikan dasar-dasar nilai demokrasi sebagaimana terkandung dalam sila keempat Pancasila yaitu, “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”.

Dalam system politik Negara harus mendasarkan pada kekuasaan yang bersumber pada penjelmaan hakikat manusia sebagai individu dan makhluk sosial, memiliki hak yang bersifat asasi yaitu kemerdekaan, baik dalam berpendapat, berpikir membentuk

(7)

suatu organisasi. Atas dasar inilah yang memberikan landasan dalam kehidupan politik Negara, sehingga rakyat adalah sebagai asal mula kekuasaan Negara.

Selain system politik Negara Pancasila juga memberikan dasar-dasar moralitas Politik Negara. Drs. Moh. Hatta mengemukakan bahwa Negara berdasarkan atas Ketuhanah Yang Maha Esa, atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini agar mamberikan dasar-dasar moral supaya Negara tidak berdasarkan kekuasaan, oleh karena itu dalam politik Negara termasuk para elit politik dan para penyelenggara Negera untuk memegang budi pekerti kemenusiaan serta memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.

Dalam sila-sila Pancasila tersusun atas urutan-urutan sistematis yaitu :

 Dalam Politik Negara harus mendasarkan pada kerakyatan terdapat dalam Sila IV.  Pengembangan dan aktualisasi Politik Negera berdasarkan moralitas berturut-turut

moral Ketuhanan terdapat dalam Sila I.  Moral kemanusiaan terdapat dalam Sila II.

 Moral persatuan yaitu, moralitas sebagai suatu bangsa terdapat dalam Sila III.

 Aktualisasi dan pengembangan politik negera demi tercapainya keadilan hidup terdapat dalam Sila V.

Adapun kebijakan pembangunan dibidang politik salah satunya adalah memperkuat keberadaan dan keberlangsungan NKRI yang bertumpu pada ke-bhinekatunggalika-an.

2. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan bidang Ekonomi

Landasan ideal pembangunan bidang ekonomi adalah Pancasila yang mendasarkan bahwa hakikat susunan kodrat manusia adalah jasmani rokhani. Oleh karna tiu manusia 7

(8)

Indonesia memerlukan kebutuhan-kebutuhan hidup dalam bidang ekonomi. Yng mendasari bahwa dalam Negara harus tercipta suatu keadilan sosial terutama dalam bidang ekonomi adalah sila kelima Pancasila.

Dalam ilu ekonomi jarang ditemukan pakar ekonomi yang mendasarkan pemikiran pengembangan ekonomi atas dasar moralitas kemanusiaan dan Ketuhanan. Sehingga pengembangan ekonomi mengarah pada persainngan bebas dimana yang kuatlah yang menang. Oleh karena itu sangat penting untuk dikembangkan system ekonomi yang mendasarkan pada moralitas humanistic, ekonomi yang berkemanusiaan.

Atas dasar hal tersebut Mubyarto (1999) mengembangkan ekonomi kerakyatan yaitu ekonomi yang humanistic yang mendasarkan pada tujuan demi kesejahteraan rakyat secara luas. Pengembangan pembangunan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan saja, melainkan demi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh bangsa. Maka system ekonomi Indonesia mendasarkan atas kekeluargaan seluruh bangsa. Pengembangan ekonomi tidak bisa dipisahkan dengan nilai-nilai moral kemanusiaan.

Hal tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa tujuan ekonomi adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia, agar menjadi lebih sejahtera. Oleh karena itu ekonomi harus mandasarkan pada kemanusiaan yaitu demi kesejahteraan kemanusiaan, sehingga kita harus berusaha menghindarkan diri dari peengembangan pembangunan ekonomi yang hanya berdasarkan persaingan bebas dan monopoli yang menimbulkan penderitaan dan penindasan atas manusia satu dengan lainnya.

Kebijakan pembangunan dibidang politik salah satunya adalah mengembangkan system ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan dengan prinsip persaingan sehat dan memperhatikan pertumbuhan ekonomi, nilai-nilai

(9)

keadilan, kepentingan sosial, kualitas hidup, pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan sehingga terjamin kesempatan yang sama dalam berusaha dan bekerja.

3. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan bidang Sosial Budaya

Dalam pengembangan pembangunan aspek sosial budaya haruslah berdasarkan tas system nilai yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki masyarakat. Dalam pengembangan sosial budaya pada masa reformasi ini kita harus mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonsia sebagai makhluk yang berbudaya.

Pancasila memberikan dasar filosofis sila kedua yaitu, kemanusiaan yang beradab, yang berarti hakikat manusia yang beradab dan bermartabat untuk mencapai kesejahteraan rakyat lahir maupun batin baik sosial maupun budaya, karena pada hakikatnya manusia yang beradab adalah manusia yang berbudaya.

Adapun makin meningkat dan meluasnya kesejahteraan rakyat ditandai oleh makin terpenuhinya kebutuhan akan sandang, pangan dan papan secara lebih merata, adil dan berkualitas. Makin meningkatnya derajat kesehatan masyarakat dan meluasnya kesejahteraan sosial, kesetiakawanan sosial, penduduk dan keluarga tertinggal. Makin meluas dan meratanya playanan umum, pndidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi yang berkualitas termasuk pendidikan keahlian, serta makin meluasnya peran serta masyarakat dalam pengembangan pembangunan khususnya bidang sosial budaya dmi peningkatan harkat dan martabat manusia.

Dalaam prinsip etika Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistic, artinya nilai-nilai Pancasila mendasarkan pada nilai-nilai yang bersunber pada harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya. Dalam rangka pengembangan pembangunan

(10)

sosial budaya, Pancasila merupakan sumber normative bagi peningkatan humanisasi dalam bidang sosial budaya.

Sebagai kerangka kesadaran Pancasila dapat merupakan dorongan untuk (1) Universalisasi yaitu, melepaskan simbol-simbol dari keterkaitan struktur dan (2) Transendentalisasi yaitu, meningkatkan derajat kemerdekaan manusia, dan kebebasan spiritual (Koentowijoyo, 1986). Oleh karena itu suatu tugas yang sangat berat bagi bangsa Indonesia pada pasca reformasi saat ini untuk mengembangkan aspek sosial budaya dengan berdasarkan nilai-nilai Pancasila yang telah terinci berdasakan nilai-nilai kemanusiaan, nilai ketuhanan serta nilai keberadaban.

Adapun beberapa kebijakan pembangunan dibidang sosial budaya adalah:

a. Meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigm sehat.

b. Mengambangkan dan membina kebudayaan nasional bangsa Indonesia yang bersumber dari warisan leluhur bangsa, budaya nasional, yang mengandung nilai-nilai universal termasuk kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

4. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan dibidang Hukum

Negara pada hakikatnya merupakan suatu masyarakat hukum. Seperti pada pembukaan UUD 1945 telah menyiratkan bahwa Negara Indonesia harus berdasarkan atas hukum sebagaimana diamanatkan sebagai berikut : “…maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan indonesia itu dalam suatu Undang Undang Dasar negara…”. Hal ini mengandung makna bahwa Negara Indonesia berdasarkan pada suatu Undang Undang Dasar atau dengan kata lain, Negara Indonesia berdasarkan atas Hukum. Hal ini

(11)

ditegaskan lagi dalam penjelasan sebagaimana terkandung dalam pembukaan UUD 1945, sebagai berikut:

“Indonesia ialah Negara yang berdasarkan atas hukum (rehsstaat)”.

“Pemerintah berdasarkan atas hukum (hukum dasar) tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang absolut)”.

Filsafat Pancasila meletakan landasan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sila kedua Pancasila memeberikan landasan bahwa manusia harus “...adil dan beradab...”. Adapun adil dalam pengertian ini adalah adil dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan sesama manusia dan dengan masyarakat bangsa dan negaranya. Sila ketiga “ Persatuan indonesia” Pancasila memberikan landasan bahwa pertahanan dan keamanan Negara haruslah mendasarkan pada tujuan demi kepetingan warga dalam seluruh warra sebagai warga Negara. Dalam sila kelima yaitu “…Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Hal ini berarti bahwa dalam kehidupan Negara harus dijamin dan diwujudkan keadilan dan hal ini dilakukan melalui peraturan perundang-undangan.

Adapun terwujudnya system hukum nasional yang bersumber pada pancasila dan UUD 1945, melalui penataan hukum nasional, penginventarisasian dan penyesuaian unsur-unsur tatanan hukum dalam rangka pembaharuan hukum nasional, peningkatan kualitas penegakan dan tertib hukum, pembinaan aparatur hukum, sarana dan prasarana hukum yang memadai serta peningkatan kesadaran, kepatuhan dan ketaatan hukum, disiplin nasional serta lebih menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia demi terwujudnya budaya hukum dalam rangka pembangunan dan pembaharuan hukum.

(12)

Salah satu kebijakan pembangunan dibidang hukum adalah menata system hukum nasional yang menyeluruh dan terpadu dengan mengakui dan menghormati hukum agama dan hukum adat serta membaharui perundang-undangan warisan kolonial dan hukum nasional yang diskriminitif, termasuk ketidak adilan gender dan ketidaksesuaiannya dengan tuntutan reformasi melalui program legislasi.

(13)

BAB III PENUTUP

A. Simpulan

Hakikat kedudukan Pancasila sebagai Paradigma pembangunan nasional adalah sebagai landasan dalam pelaksanaan dan penerapan pembangunan yang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam tiap sila Pancasila. Hal itu demi terwujudnya kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju, dn kukuh baik kekuatan mental, moral serta etikanya sebagai bangsa Indonesia.

Adapun penyelenggaraan pembangunan Negara dilaksanakan melalui pembangunan nasional dalam segala aspek kehidupan bangsa, yaitu politik, ekonomi, sosial budaya, dan hokum.

Dasar penyelenggaraan pembangunan nasional adalah Pancasila dan UUD 1945. Apabila terdapat penyimpangan-penyimpangan dari ideology Pancasila dan mekanisme UUD 1945, maka mengakibatkan ketidakseimbangan kekuasaan diantara lembaga-lambaga Negara. Selain itu penyelenggaraan pembangunan nasional akan semakin jauh dari tujuan dan cita-cita demokrasi dan kemerdekaan Indonesia. Hal ini ditandai dengan berlangsungnya system kekuasaan yang absolut yang pada akhirnya melahirkan persaingan yang tidak sehat, seerta banyak berkembang budaya korupsi, kolusi dan nepotisme.

(14)

B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran kami terima agar dalam penyusunan makalah berikutnya penulis dapat lebih baik dalam menyusun makalah.

(15)

DAFTA R PUSTAKA

Audi Seven, Suparyanti Yudi, dan Suprihatini Amin. (2005). Kewrganegaraan. Klaten: Cempaka Putih.

Budyanto . (2006). Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga. Jutmini Sri, dan Winarno. (2004). Pendidikan Kewarganegaraan. Solo: Erlangga

.

Kaelan, M.S. (1998). Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan.Yogyakarta: Paradigma. . (2004). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Referensi

Dokumen terkait

Penyebab kecemasan pada keluarga pasien baru antara lain karena keluarga bingung, keluarga kurang mendapat penjelasan, ketakutan akan kematian, ketidakpastian

Hasil daripada temubual yang dialankan berkaitan dengan bentuk amalan nilai al-iffah oleh usahawan iaitu tenang pembawaan dalam menghadapi pesaing-pesaing yang boleh

Berdasarkan penelitian yang dilakukan nilai laju pertumbuhan rumput laut lebih tinggi di lokasi kontrol dibandingkan dengan di lokasi budidaya IMTA, sehingga pertumbuhan

Kedua, penelitian mengenai jenis tema, pola pengembangan tema, dan kohesi dari brosur yang berbeda, misalnya makna interpersonal seperti MOOD yang digunakan untuk

Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut: (1) Berdasarkan persentase skor kinerja ilmiah siswa pertemuan pertama dan kedua diperoleh hasil bahwa

1 Ade Shinta Ramadhani ChIYEP Universitas Gadjah Mada Purbalingga 2 Aditya Very Cleverina ChIYEP Universitas Sebelas Maret Kudus 3 Angela Sarasati ChIYEP Institut Teknologi Bandung

Variabel yang diamati meliputi kadar air dengan metode pengeringan (AOAC, 2007), kadar abu dengan metode pengabuan langsung (AOAC, 2007), kadar lemak dengan metode Soxhlet (AOAC,

Pada jenis ikan Acanthuridae merupakan jenis ikan herbivor tipe pemakan bentik alga umumnya berukuran 15-25cm, terdapat banyak pada Stasiun I karena jenis ikan tersebut