• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU IPA SMP NEGERI SE-KECAMATAN JATISRONO DALAM MENYUSUN RPP TAHUN AJARAN 2016/2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU IPA SMP NEGERI SE-KECAMATAN JATISRONO DALAM MENYUSUN RPP TAHUN AJARAN 2016/2017"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

i

KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU IPA SMP NEGERI SE-KECAMATAN JATISRONO DALAM MENYUSUN RPP

TAHUN AJARAN 2016/2017

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh:

MIFTAH ARIFAH A420130102

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

(2)
(3)
(4)
(5)

1

KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU IPA SMP NEGERI SE-KECAMATAN JATISRONO DALAM MENYUSUN RPP

TAHUN AJARAN 2016/2017

Abstrak

Guru sebagai pendidik profesional merupakan komponen utama yang menentukan keberhasilan suatu pendidikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Kemampuan Pedagogical Content Knowledge (PCK) Guru IPA SMP Negeri Se-Kecamatan Jatisrono dalam menyusun RPP Tahun Ajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan teknik random sampling. Teknik pengambilan sampling dalam penelitian ini meliputi identifikasi, tabulasi, dan deskripsi RPP guru IPA. Populasi dalam penelitian ini adalah 17 guru IPA dengan sampel 15 guru yang menyumbangkan 52 RPP. Hasil identifikasi RPP menunjukkan bahwa kemampuan CK termasuk baik (61,8%), kemampuan PK baik (76,2%), dan kemampuan PCK yang sangat baik (80,5%). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kemampuan PCK guru IPA di SMP Negeri se-Kecamatan Jatisrono dalam menyusun RPP Tahun Ajaran 2016/2017 sangat baik (80,5%).

Kata kunci : Pedagogical Content Knowledge, guru IPA, RPP.

Abstract

Teachers as professional educators are the main components that determine the success of an education. The purpose of this study is to determine the Pedagogical Content Knowledge (PCK) capability of scince teachers Jatisrono High School in Arranging the Lesson Plan 2016/2017 academic year. The type of this research is qualitative descriptive with random sampling technique. Sampling technique in this research includes identification, tabulation, and description of lesson plan of science teacher. The population in this study were 17 science teachers with a sample of 15 teachers who contributed 52 lesson plan. Lesson plan identification results showed good CK ability (61.8%), good PK ability (76.2%), and excellent PCK ability (80.5%). Based on the research that has been done can be concluded that the ability of PCK science teachers in junior high schools in Jatisrono in preparing lesson plan academic year 2016/2017 very good (80.5%).

Keyword : Pedagogical Content Knowledge, Science teacher, Lesson plan.

1. PENDAHULUAN

Guru merupakan komponen utama yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Guru sebagai pendidik profesional bertugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik (Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005). Menurut Suryosubroto

(6)

2

(2009: 10) tugas guru dalam pembelajaran meliputi tugas paedagogis dan administrasi. Shulman (1986: 1), untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa, guru harus memiliki kemampuan Pedagogical Content Knowledge (PCK).

Pedagogical Content Knowledge menurut Shulman (1986: 3) merupakan kombinasi dari dua jenis kompetensi yaitu kompetensi pedagogik (pedagogical knowledge) dan kompetensi profesional (content knowledge). Suryawati (2014) menjelaskan bahwa PCK adalah pengetahuan pedagogik yang berlaku untuk pengajaran konten yang spesifik. Secara sederhana PCK dapat diartikan sebagai cara guru menghubungkan materi (konten) dengan pengetahuan mengajarnya dalam proses pembelajaran. Abell (2008) dan Soraya (2016) menyatakan bahwa guru yang memiliki tingkat PCK yang tinggi dapat diprediksi tingkat prestasi siswa yang diajar juga tinggi. Kemampuan ini sangat penting dimiliki oleh seorang guru untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Sholihah (2016) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kemampuan Content knowledge, Pedagogical Knowledge dan Technological Knowledge calon guru fisika juga rendah yang dapat diamati dari perangkat pembelajaran yang dibuatnya. Guru harus memiliki kemampuan PCK yang tinggi untuk membuat siswa paham secara menyeluruh tentang materi yang diajarkan, sedangkan guru yang memiliki kemampuan PCK rendah dijelaskan oleh Nilsson (2008) terjadi karena guru atau calon guru belum menerima pengetahuan dalam satu unit transformasi, yaitu pengetahuan yang dapat mentransformasikan suatu konten kedalam bentuk pelajaran yang dapat memberikan pemahaman kepada siswa. Pengaplikasian PCK dapat dilakukan oleh guru dalam setiap lembaga pendidikan.

Lembaga pendidikan khususnya Sekolah Menengah Pertama merupakan jenjang yang penting yang harus dilalui oleh siswa. Menurut Syamsu (2004: 26) siswa SMP memiliki usia yang merupakan masa peralihan dari usia anak-anak keusia remaja. Guru SMP harus memiliki kemampuan untuk membelajarkan siswa dengan tepat berdasarkan masa dan latar belakang mereka masing-masing, khususnya guru IPA sebagai guru yang memiliki tanggung jawab besar dalam memahamkan konsep IPA pada siswanya harus memiliki kemampuan PCK yang tinggi. Penguasaan materi dan kemampuan pedagogik guru dapat dilihat dalam RPP yang disusunnya. RPP merupakan pegangan guru dalam melaksanakan pembelajaran dan memuat hal-hal

(7)

3

yang berkaitan dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya mencapai kompetensi dasar yang diharapkan (Hakiim, 2007: 184). Penyusunan RPP memuat perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan hasil pembelajaran (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 tahun 2007). Berdasarkan pentingnya RPP sebagai subjek penelitian yang mampu menggambarkan kemampuan PCK guru, maka dilakukan penelitian di SMP Negeri yang belum pernah diteliti di Jatisrono dengan judul “Kemampuan Pedagogical Content Knowledge (PCK) Guru IPA SMP Negeri Se-Kecamatan Jatisrono dalam Menyusun RPP Tahun Ajaran 2016/2017”. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang ilmu pendidikan terutama tentang kemampuan PCK dalam menyusun RPP dan sebagai bahan evaluasi dalam melaksanakan tugas keprofesionalan guru.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2016 hingga Maret 2017 di SMP Negeri se-Kecamatan Jatisrono. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Kemampuan Pedagogical Content Knowledge (PCK) Guru IPA SMP Negeri Se-Kecamatan Jatisrono dalam Menyususn RPP Tahun Ajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan teknik random sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah 17 guru IPA dengan sampel 15 guru dan 52 dokumen RPP. Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi dan data yang sudah terkumpul kemudian diidentifikasi, ditabulasi, dan dideskripsikan.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data berupa Kemampuan Pedagogical Content Knowledge (PCK) Guru IPA SMP Negeri Se-Kecamatan Jatisrono dalam Menyusun RPP Tahun Ajaran 2016/2017 terdapat dalam tabel 1. Tabel 1 mengungkapkan bahwa kemampuan PCK guru IPA di SMP Negeri se-Kecamatan Jatisrono adalah sangat baik (80,5%), guru telah mampu mengimplementasikan PCK dan menyeimbangkan CK dan PK dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa guru IPA di SMP Negeri Se-Kecamatan Jatisrono

(8)

4

telah mampu memilih strategi, media dan evaluasi yang sesuai dengan materi pembelajaran, jenjang peserta didik, kondisi lingkungan sekolah dan kurikulum.

Tabel 1. Rekapitulasi Data Kemampuan Pedagogical Content Knowledge (PCK) Guru IPA SMP Negeri Se-Kecamatan Jatisrono dalam Menyusun RPP Tahun Ajaran 2016/2017

Sub Aspek % Keterangan

Kesesuaian materi dengan:

a. Strategi 76,6 Baik

b. Media 88,2 Sangat Baik

c. Evaluasi 89,1 SSangat Baik

x 84,6 Sangat Baik

Kesesuaian jenjang peserta didik dengan:

a. Strategi 100 Sangat Baik

b. Media 83,2 Sangat Baik

c. Evaluasi 89,6 Sangat Baik

x 90,9 Sangat Baik

Kondisi lingkungan sekolah sebagai acuan untuk:

a. Pengembangan materi ajar 64,1 Baik

b. Memilih strategi mengajar 100 Sangat Baik

c. Memilih media mengajar 76,6 Sangat Baik

x 80,2 Sangat Baik

Kesesuaian kurikulum dengan:

a. Materi 46,7 Cukup

b. Strategi 100 Sangat Baik

c. Evaluasi 48,3 Cukup

d. Kaidah penyusunan rencana

pembelajaran 78 Baik

x 68,2 Baik

Rerata PCK 80,5 Sangat Baik

Kriteria Penilaian (Widoyoko, 2013):

≤ 20% : Sangat Kurang (SK) > 60% - 80% : Baik (B)

> 20% - 40% : Kurang (K) > 80% : Sangat Baik (SB)

(9)

5

Mencermati tabel 1 diketahui bahwa kesesuaian materi dengan strategi termasuk baik (76,6%), hal ini menunjukkan bahwa guru IPA SMP Negeri se-Kecamatan Jatisrono telah mampu memilih strategi yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Penguasaan strategi pembelajaran menjadi bagian penting bagi guru terutama strategi pembelajaran yang menekankan siswa aktif mencari pengetahuan secara mandiri dengan mempertimbangkan kekhasan dan pengetahuan awal siswa (Arnyana, 2007). Kesesuaian materi dengan media termasuk sangat baik (88,2%), hal ini terjadi karena guru telah mampu menentukan, membuat, menggunakan dan mengkolaborasikan media dengan materi yang diajarkan. Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan belajar serta membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa (Hamalik dalam Arsyad, 2011: 15). Kesesuaian materi dengan evaluasi termasuk sangat baik (89,1%), guru IPA telah mampu menyesuaikan jenis soal, teknik penilaian dan variasi soal dengan materi. Evaluasi penting untuk dilakukan dalam. Suyanto (2013) juga menjelaskan bahwa penilaian merupakan komponen penting dalam pembelajaran untuk menentukan tolak ukur pemahaman siswa dalam pembelajaran yang biasanya dilakukan untuk mengetahui apakah program tersebut berhasil atau tidakpembelajaran dan dilampirkan dalam RPP. Margiyono (2011) menjelaskan evaluasi pembelajaran dilakukan guru untuk melihat ketercapaian tujuan pembelajaran oleh siswa.

Tabel 1 menunjukkan bahwa kesesuaian jenjang pendidikan peserta didik dengan strategi pembelajaran termasuk sangat baik (100%), guru IPA di SMP Negeri se-Kecamatan Jatisrono telah mampu memilih model, metode, dan pendekatan dengan baik serta mampu mengkolaborasikan model, metode dan pendekatan dengan baik. Natalia (2013) menjelaskan bahwa siswa SMP cenderung kurang aktif dan kurang berani dalam mengemukakan pendapat dalam pembelajaran serta malu untuk bertanya. Strategi yang sesuai dengan siswa SMP adalah strategi menyenangkan yang mampu meningkatkan keaktifan siswa dan menumbuhkan interaksi siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. Kesesuaian jenjang pendidikan peserta didik dengan media termasuk sangat baik (83,2%), guru IPA SMP Negeri se-Kecamatan Jatisrono telah mampu memilih, menentukan, membuat,

(10)

6

menggunakan dan mengkolaborasikan berbagai media yang sesuai dengan jenjang peserta didik. Purwono (2012) menjelaskan bahwa dalam pembelajaran siswa SMP membutuhkan media yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar dengan mempertimbangkan segi kecocokan media dengan materi maupun dengan keadaan siswa. Kesesuaian jenjang pendidikan peserta didik dengan evaluasi termasuk sangat baik (89,6%), guru IPA di SMP Negeri se-Kecamatan Jatisono telah memiliki pengetahuan evaluasi yang baik. Suyanto (2013) juga menjelaskan bahwa penilaian merupakan komponen penting dalam pembelajaran untuk menentukan tolak ukur pemahaman siswa dalam pembelajaran yang biasanya dilakukan untuk mengetahui apakah program tersebut berhasil atau tidak.

Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa pengembangan materi sesuai kondisi lingkungan sekolah termasuk baik (64,1%), guru IPA SMP Negeri se-Kecamatan Jatisrono mampu melakukan eksperimen; mampu memilih, menentukan dan mengembangkan sumber belajar serta indikator pembelajaran yang sesuai kondisi lingkungan sekolah meskipun dalam menyusun LKS yang sesuai kondisi lingkungan sekolah masih kurang. Hal ini terjadi karena guru tidak melampirkan LKS dalam RPP yang disusunnya. Hasil penelitian Diba (2009) tentang pengembangan materi Matematika di salah satu SD kota Palembang menunjukkan bahwa siswa sangat antusias dan senang dalam belajar sehingga siswa berani mengkomunikasikan hasil pekerjaan mereka, selain itu siswa juga memberikan sikap positif terhadap materi pembelajaran.Kesesuaian strategi dengan kondisi lingkungan sekolah termasuk sangat baik (100%), guru IPA di SMP Negeri se-Kecamatan Jatisrono banyak menggunakan model cooperative learning dan diskusi dalam kegiatan pembelajarannya. Penggunaan model cooperative learning dan diskusi oleh guru IPA di SMP Negeri se-Kecamatan Jatisrono terjadi karena jumlah siswa yang banyak dengan rata-rata 30 anak tiap kelas, selain itu ruang kelas yang luas dan lingkungan sekolah yang mendukung untuk melakukan kegiatan observasi alam menjadikan guru IPA di Jatisrono memilih strategi ini. Kesesuaian media dengan kondisi lingkungan sekolah dalam penelitian ini termasuk baik (76,6%), guru IPA SMP Negeri se-Kecamatan Jatisrono telah mampu mengembangkan sumber belajar, mampu menyusun LKS yang ada di lingkungan sekolah dan dikembangkan sebagai media

(11)

7

pembelajaran serta mampu memilih media yang mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. Salah satu contoh media pembelajaran yang digunakan oleh guru IPA di SMP Negeri se-Kecamatan Jatisrono yaitu tanaman putri malu dalam materi gerak pada tumbuhan. Pemilihan media realia tersebut terjadi karena SMP Negeri yang ada di Kecamatan Jatisrono berdekatan dengan sawah dan kebun sehingga untuk mendapatkan media pembelajaran yang nyata (realia) mudah dilakukan. Gagne (2006) menjelaskan bahwa media pembelajaran satu tingkat dengan sumber belajar, dimana keduanya disusun secara sadar dan sistematis untuk membantu dalam proses pembelajaran, oleh karena itu bahan ajar yang inovatif harus disusun dari sumber belajar yang inovatif juga.

Tabel 1 menjelaskan bahwa kesesuaian materi dengan kurikulum termasuk cukup (46,7%), guru IPA SMP Negeri se-Kecamatan Jatisrono telah mampu menyusun materi sesuai KD akan tetapi 53,3% guru IPA tidak menjabarkan materi pembelajaran dan tidak menuliskan indikator penilaian kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam RPP yang disusunnya. Setyawanto (2013) menyatakan bahwa 91,76% peserta didik menginginkan penjelasan materi secara lengkap dan runtut disertai dengan contoh sebagai bentuk materi dalam bahan ajar tematik. Adanya penjabaran materi dan indikator dalam RPP menjadi hal yang penting untuk mengetahui rencana pembelajaran yang dibuat guru telah sesuai dengan tujuan pembelajaran atau tidak. Kesesuaian strategi dengan kurikulum termasuk dalam kategori sangat baik (100%), guru IPA telah mampu menentukan, melaksanakan strategi yang sesuai materi, alokasi waktu dan karakter peserta didik serta mampu meningkatkan stratgei yang meningkatkan keaktifan peserta didik. Kesesuaian evaluasi dengan kurikulum termasuk dalam kategori cukup (48,3%), hal ini terjadi karena guru IPA SMP Negeri se-Kecamatan Jatisrono yang tidak melampirkan lembar penilaian afektif dan psikomotorik dalam RPP yang disusunnya. Lampiran penilaian afektif dan psikomotorik yang tidak dilampirkan dalam RPP membuat kesesuaian instrumen penilaian afektif dan psikomotorik dengan indikator tidak diketahui. Kesesuaian instrumen penilaian dengan indikator memudahkan guru dalam menentukan evaluasi dengan materi pembelajaran. Kaidah penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam penelitian ini termasuk baik (78%),

(12)

8

guru IPA telah mampu menyusun RPP secara sistematis dan mampu mengaitkan semua komponen dalam RPP, meskipun dalam beberapa dokumen RPP guru belum memenuhi semua komponen dan melengkapi semua instrumen penilaian dalam RPP. Instrumen yang banyak tidak dilampirkan oleh guru ialah instrumen penilaian afektif dan psikomotorik. RPP menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus (Manizade, 2011). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 BabIV Pasal 20 menyatakan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar.

Pengetahuan konten pedagogik (PCK) merupakan salah satu standar penyiapan calon guru, baik CK maupun PK harus dimiliki oleh calon guru dan guru sebagai penguasaan salah satu tuntutan dari standar kompetensi (SK). Tugas guru sebagai pendidik profesional yakni mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik (Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005) akan tercapai apabila guru memiliki kemampuan PCK yang baik dan kemampuan ini dapat diamati dari RPP yang disusun guru. Sadulloh (2015) menjelaskan bahwa rencana pembelajaran yang standar harus menuliskan langkah-langkah kegiatan tiap pertemuan. Langkah standar yang harus dipenuhi berupa kegiatan pendahuluan yang terdiri atas orientasi dan apersepsi, kegiatan inti yang terdiri atas langkah-langkah yang disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan dan kegiatan penutup yang terdiri atas kesimpulan pembelajaran dan arahan kedepannnya. Berdasarkan uraian tersebut maka implementasi PCK dalam RPP yang disusun guru sangat diperlukan, guna mencapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

4. PENUTUP

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: Kemampuan Pedagogical Content Knowledge (PCK) Guru IPA SMP Negeri se-Kecamatan Jatisrono dalam Menyusun RPP Tahun Ajaran 2016/2017 adalah sangat baik

(13)

9

(80,5%). Saran yang dapat diberikan pelaksana yaitu perlu ditingkatkannya kemampuan CK dalam sub aspek kedalaman materi, PK dalam sub aspek pengembangan evaluasi dan PCK dalam sub apek kesesuaian materi dengan kurikulum. Peningkatan kemampuan CK, PK dan PCK dapat dilakukan melalui kegiatan MGMP, seminar peningkatan kompetensi dan diklat pengembangan diri. Saran bagi peneliti selanjutnya yaitu dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai pembekalan untuk mengkaji Pedagogical Content Knowledge lebih dalam lagi baik pada materi, strategi, media, dan evaluasi khususnya dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

PERSANTUNAN

Terimaksih kepada orang tua, dosen pembimbing, seluruh dosen FKIP Biologi UMS, dan teman-teman Biologi FKIP UMS yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi dan penulisan artikel ilmiah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abel, S. K. (2008). Twenty Years Later: Does Pedagogycal Content Knowlegde remain a useful idea?.International Journal of Science Education, 30 (10), 1405-1416.

Arnyana, I. B. P. (2007). Pengembangan Profesionalisme Guru Biologi di Era Global. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, 0215 (8250), 472-490.

Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Diba, F., Zulkardi, & Saleh, T. (2009). Pengembangan Materi Pembelajaran Bilangan Berdasarkan Pendidikan Matematika Realistik untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Matematika, 3 (1), 33-44.

Gagne, E. D. (2006). The Cognitive Psychology of School Learning. Boston, Toronto: Little, Brown and Company.

(14)

10

Hakiim, L. (2007). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Manizade, A. G., Mason, M. M. (2011). Using Delphi Methodology to Design Assesment of Teacher’s Pedagogical Content Knowledge. Journal Education Study Math, 76(1), 183-207.

Margiyono dan Mampouw. (2011). Deskripsi Pedagogical Content Knowledge Guru Pada Bahasan Tentang Bilangan Rasional. International Seminar and the Fourth National Conference on Mathematics Education2011, 133-144. Yogyakarta: Departmen of Mathematics Education, Yogyakarta State University.

Natalia, M., Yusuf, Y., & Ermadianti. (2013). Penerapan Strategi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII SMP Negeri 14 Pekanbaru Tahun Ajaran 2012/2013. Jurnal Biogenesis, 9 (2), 28-38.

Nilsson, P. (2008). Teaching for understanding: The complex nature of pedagogical content knowledge in pre-service education. International Journal of Science Education, 30(10), 1281-1299.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah.

Purwono, J., Yutmini, S., & Anitah, S. (2014). Penggunaan Media Audio Visual Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Menengah Pertama I Pacitan. Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, 2 (2), 127-144. Sadulloh, U. (2015). Pedagogic (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta.

(15)

11

Setyawanto, A., Sunaryo, H. S., & Basuki, I. A. (2013). Pencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Guru Bahasa Indonesia Tingkat SMP di Kota Malang. Artikel Skripsi Sarjana Pendidikan. Universitas Negeri Malang.

Shulman, L. E. (1986). Those Who Understand: Knowledge Growth in Teaching Educational Research, 15 (2), 4-14.

Sholihah, M., Yuliati, L., & Wartono. (2016). Peranan TPACK terhadap Kemampuan Menyusun Perangkat Pembelajarn Calon Guru Fisika dalam Pembelajaran Post-Pack. Jurnal Pendidikan, 1(2), 144-153.

Soraya, N. (2016). Hubungan Kompetensi Pedagogik Guru dengan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri 1 Kupang Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016. Lampung: Universitas Lampung.

Suryawati, E., Firdaus, L. N. & Yosua, H. (2014). Analisis Ketrampilan Technological Pedagogycal Content Knowledge Guru Biologi SMA Negeri Kota Pekanbaru. Jurnal Biogenesis, 11(1), 67-72.

Suryosubroto, B. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Suyanto, & Djihad, A. (2013). Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional?. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Syamsu, Y. (2004). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Undang-Undang No14. Tahun 2005. Tentang Guru dan Dosen. (Bandung : Citra Umbara).

Widoyoko, E. P. (2013). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gambar

Tabel 1. Rekapitulasi Data Kemampuan Pedagogical Content Knowledge (PCK) Guru IPA SMP Negeri   Se-Kecamatan Jatisrono dalam Menyusun RPP Tahun Ajaran 2016/2017

Referensi

Dokumen terkait

Tahap pengumpulan data yang dilakukan antara lain adalah menganalisis setiap materi pada buku teks yang dianalisis dan menyesuaikannya dengan indikator pembelajaran,

Pengujian hipotesis yang dilakukan membuktikan bahwa ada pengaruh antara motivasi kerja dengan organizational citizenship behavior (OCB).Hal ini mendukung penelitian

PAKET PEKERJAAN : LANJUTAN PEM BANGUNAN PASAR SEM I M ODERN LUBUK SIKAPING.. LOKASI : LUBUK SIKAPING, KABUPATEN

juga pekantoran-perkantoran serta fasilitas umum seperti rumah sakit. Lokasi tapak untuk proyek Gedung Pertunjukan Musik Metal berada di tanah lapang yaitu pesawahan dimana

Alternatif perbaikan 2 yaitu menggunakan kembali malam yang telah digunakan pada proses pelorodan memenuhi syarat sustainable production untuk faktor lingkungan

[r]

BNPT tidak bisa melakukan sendiri bagaimana melawan pemikiran Aman Abdurrahman melalui media online yang mereka kembangkan, tetapi lebih penting lagi peran sarjana, ulama

Observasi dilakukan untuk menemukan data dan informasi dari gejala-gejala atau fenomena secara sistematis dan didasarkan pada tujuan penyelidikan yang telah dirumuskan (Yaya Sunarya