• Tidak ada hasil yang ditemukan

Naskah Akademik Prakarsa Bulaksumur Anti Korupsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Naskah Akademik Prakarsa Bulaksumur Anti Korupsi"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

Naskah Akademik

Prakarsa Bulaksumur Anti Korupsi

Rimawan Pradiptyo Abraham Wirotomo Rafiaska Milanida Hilman

Meikha Azzani

Penelitian dan Pelatihan Ekonomika dan Bisnis (P2EB) Fakultas Eknomika dan Bisnis (FEB)

Seminar Nasional ‘Strategi Nasional Penanggulangan Korupsi, Grha Sabha Pramana, Universitas Gadjah Mada,

(2)

Prakarsa  Bulaksumur  An-  Korupsi  (1)  

1. Korupsi  menghambat  pencapaian  tujuan  nasional  dan  

merupakan  musuh  bersama  bangsa  Indonesia.  Kami  sebagai  

elemen  bangsa  wajib  melawan  segala  bentuk  korupsi  dan  

menghindarkan  diri  dari  segala  jenis  perilaku  korup:f    

2. Dalam  upaya  penanggulangan  korupsi,  kami  sebagai  elemen  

bangsa  meyakini  bahwa  aspek  pencegahan  dan  penindakan  

korupsi  :dak  dapat  dipisahkan  dan  didukung  pemberantasan  

pencucian  uang  hasil  korupsi.  Segala  upaya  yang  bertentangan  

dengan  penanggulangan  korupsi  merupakan  ancaman  bagi  

bangsa  Indonesia  dan  wajib  untuk  diperangi  bersama.      

3. Kami  sebagai  elemen  bangsa  menjunjung  :nggi  kejujuran,  

integritas  dan  transparansi  dalam  kehidupan  sehari-­‐hari  

sebagai  basis  penanggulangan  korupsi.  

(3)

Prakarsa  Bulaksumur  An-  Korupsi  (2)  

4.  Kami sebagai elemen bangsa mendukung Polri, KPK dan Kejaksaan

sebagai trisula penanggulangan korupsi. Prasyarat efektivitas

penanggulangan korupsi adalah kebersihan Polri, KPK dan Kejaksaan

dari praktik korupsi. Setiap upaya pelemahan terhadap unsur trisula

penanggulangan korupsi merupakan ancaman bagi bangsa Indonesia

dan wajib untuk diperangi bersama.

5.  Kami sebagai elemen bangsa berusaha sekuat tenaga menciptakan

Indonesia bersih, bersih dari kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN),

bersih dari pelemahan sistem hukum, bersih dari pelemahan trisula

penanggulangan anti korupsi dan bersih dari kriminalisasi.

(4)

A.  Latar  Belakang  (1)  

•  Saat ini Indonesia masih

menghadapi tantangan besar

dalam pemberantasan korupsi.

•  Skor Indeks Persepsi Korupsi

(IPK) Indonesia adalah 34,

ranking 107. Termasuk negara

korup. Dibawah Singapura

(84), Malaysia (52), Filipina

(38), dan Thailand (38).

•  Korupsi melemahkan

sendi-sendi bangsa dan menurunkan

kesejahteraan bangsa.

•  Program anti korupsi tidak

mudah berkembang akibat

belum adanya kesamaan

pandangan antar elemen

bangsa tentang pentingnya

penanggulagan korupsi.

•  Komitmen dan

keberpihakan semua

elemen bangsa dalam

menanggulangi korupsi

perlu selalu ditingkatkan

dari waktu ke waktu.

(5)
(6)

A.  Kinerja  Pemberantasan  Korupsi  

00   01   02   03   04   05   06   07   08   09   10  

IPK  Indonesia  dan  Negara  ASEAN  

Indonesia   Malaysia   Filipina   Singapura   Thailand  

00   01   01   02   02   03   03   04   04   05   05  

IPK  Indonesia  dan  Negara  Berkembang  Lainnya  

(7)

A. Korupsi

•  Definisi dari korupsi dipengaruhi budaya dari tiap masyarakat (Sandholtz dan Koetlze, 2000, UN, 2001).

•  Di Korea Utara, membawa surat k a b a r d a n / a t a u b u k u y a n g bertentangan dengan filosofi negara Korea Utara dapat dikategorikan sebagai korupsi (Bardhan, 1997).

•  Salah satu definisi korupsi yang sering digunakan sebagai acuan dalam studi korupsi lintas negara adalah definisi korupsi menurut Transparency International (TI). Dimana korupsi adalah “the abuse of public office for private gain”.

•  Kofi A. Anann (UN, 2014):

  “korupsi ibarat penyakit menular yang menjalar pelan namun mematikan, menciptakan kerusakan yang sangat luas di masyarakat. Korupsi merusak demokrasi dan supremasi hukum, mendorong pelanggaran terhadap hak a z a s i m a n u s i a , m e n d i s t o r s i perekonomian, menurunkan kualitas kehidupan dan memungkinkan organisasi criminal, terorisme dan berbagai ancaman terhadap keamanan untuk berkembang’

(8)

A. Korupsi Struktural

•  Korupsi di Indonesia bersifat struktural: sistem kelembagaan

yang berlaku memberikan insentif lebih tinggi untuk melakukan

korupsi daripada insentif untuk mematuhi hukum.

•  Indonesia belum menerapkan evidence-based policy dan banyak kebijakan

disusun tanpa basis teoritis yang memadai •  Akibat lemahnya aspek kelembagaan,

masyarakat dipaksa menafikkan faktor hati nurani dan akal sehat.

(9)

A. Kompleksitas Korupsi di Indonesia (Indriati, 2014)

Agent  

Client  

Principal  

Agent   Client   Principal   Middlemen   Rose-­‐Ackerman,  1978;   Klitgaard,  1988   Indria-,  2014  

(10)

A. Kecanggihan Teknik Korupsi di Indonesia

Teori  Korupsi  di   Ekonomika  

Kriminalitas   Teknologi  Baru  dalam  Korupsi  

Makelar  Kasus  dan  Joki  Napi   hanya  ada  di  Indonesia  

Korupsi  oleh  

anggota  masyarakat   • Pra  Pengadilan  

Korupsi  oleh  Polisi   • Pra  pengadilan  

Makelar  Kasus  

Korupsi  oleh  

Jaksa  dan  Hakim   •   Pengadilan  

Korupsi  di  LP   • Pasca  

(11)

•  Penyogokan  kepada  PNS,  

pegawai  negeri  asing  dan  di   sektor  swasta  

•  Penggelapan  di  sektor  publik   dan  swasta  

•  Memperjualbelikan  pengaruh/

kekuasaan  

•  Penyalahgunaan  kekuasaan  

•  Ellicit  enrichment  

•  Pencucian  hasil  korupsi  

•  Penyembunyian  hasil  korupsi  

•  Mempengaruhi  proses  

pengadilan  

•  Penyogokan  kepada  PNS  dan   staff  pengadilan  

•  Penggelapan  di  sektor  publik  

•  Memperjualbelikan  

pengaruh/kekuasaan  

•  Penyalahgunaan  kekuasaan  

•  Ellicit  of  enrichment  

UU  An-  Korupsi  

(12)

A. Keterbatasan UU Anti Korupsi

Diatur  di  UU  Tipikor   Belum  Diatur  di  UU  Tipikor  

Korupsi  

Ekseku-f   Legisla-f   Yudika-f   Lembaga   Internasional  

di  Indonesia   Swasta  

Nasional   Swasta   Internasional   di  Indonesia   Non-­‐Profit   Organisa-on  

(13)

•  Umumnya berpendidikan rendah dan berasal dari keluarga kurang mampu

•  Sebagian besar kejahatan akibat dorongan memenuhi kebutuhan hidup

•  Korban bullying bertendensi sebagai penjahat ketika

dewasa(Bowles

& Pradiptyo, 2005)

•  Perilaku kejahatan sensitif terhadap umur (Bowles and Pradiptyo, 2005) •  Cenderung mudah terdeteksi

•  Umumnya berpendidikan

tinggi dan memiliki jabatan

•  Tindak korupsi cenderung

kurang sensitif terhadap

umur

•  Menggunakan metoda yang

canggih dan tidak mudah

dibuktikan

•  Menggunaan jabatan untuk

menghalangi penyidikan

•  Pendeteksian cenderung

rendah

(14)

A. Biaya Sosial Korupsi

Biaya  Eksplisit   Korupsi   Biaya   An-sipasi   Korupsi   Biaya  Reaksi   Terhadap  Korupsi   Biaya  Implisit  Korupsi  

•  Biaya Eksplisit Korupsi

–  Nilai uang yang dikorupsi, baik itu dinikmati sendiri maupun bukan (kerugian negara secara eksplisit) •  Biaya Implisit Korupsi

–  Biaya oportunita akibat korupsi,

termasuk beban cicilan bunga di masa datang yang timbul akibat korupsi di masa lalu

•  Biaya Antisipasi Tindak Korupsi

–  Biaya sosialisasi korupsi sebagai bahaya laten

–  Reformasi birokrasi untuk menurunkan hasrat

•  Biaya Akibat Reaksi Terhadap Korupsi –  Biaya peradilan (jaksa, hakim, dll)

–  Biaya penyidikan (KPK, PPATK, dll) –  Policing costs (biaya operasional KPK,

PPATK dll)

(15)

A. Intensitas Hukuman Finansial dan Penjara

Skala Korupsi

Total

Gurem Kecil Sedang Besar Kakap

Jumlah Terpidana 43 330 618 365 69 1425 Biaya Eksplisit Korupsi (harga 2012) [A] Rp374,2 juta Rp27,3 miliar Rp411,6 miliar Rp2.9 triliun Rp163,6 triliun Rp166,9triliu n Total Hukuman Finansial (harga 2012) [B] Rp5,09 miliar 35,9 miliar Rp323,3 miliar Rp1.3 triliun Rp13,9 triliun Rp15,6triliun B/A (%) 1429.30% 137.01% 80.86% 42.04% 9.24% 9.24%

Rata-rata penjara: koruptor gurem = 13,7 bulan, koruptor kecil = 15,2 bulan, koruptor besar 43,5 bulan, koruptor kakap = 58,0 bulan (kurang dari 5

(16)

A.  Subsidi  Rakyat  Kepada  Para  Koruptor  

n  Nilai biaya eksplisit korupsi Rp166,9 Triliun, namun total nilai hukuman finansial hanya Rp15,6 Triliun (9,34%)

n Biaya oportunitas korupsi belum termasuk

n Biaya antisipasi dan biaya reaksi terhadap korupsi belum termasuk

n  Lalu siapa yang menanggung kerugian sebesar Rp166,9 T – Rp15,6

T = Rp151,3 T???

n  Tentu saja para pembayar pajak yang budiman

n

Ibu-ibu pembeli sabun colek dan mie instant

n

Anak-anak yang membeli permen, mahasiswa yang top up pulsa

n

Orang tua yang membelikan anaknya obat dan susu kaleng

n

Di Indonesia terjadi pemberian SUBSIDI dari

RAKYAT KEPADA KORUPTOR, dan hal ini

sesuai dengan amanah implisit UU TIPIKOR!!

(17)

Tujuan NKRI

•  Pembukaan UUD 1945

alenia 4:

1.  melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia

2.  memajukan kesejahteraan

umum,

3.  mencerdaskan kehidupan

bangsa, dan

4.  ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan

keadilan sosial

•  Perjalan menuju NKRI 3015

(1000 tahun NKRI) dimulai

dari komitmen bersama

elemen bangsa saat ini

–  Cita-cita ini tidak akan pernah terwujud selama korupsi

marak di Indonesia

•  Tujuan mulai RPJP, RPJM,

Nawa Cita, kebijakan pusat

dan daerah tidak akan

tercapai selama korupsi

marak di Indonesia

Korupsi adalah musuh

bersama (common enemy)

bangsa Indonesia dan

harus dilawan!!

(18)

B.  Korupsi,  Demokrasi  dan  Perlindungan  Rakyat  

•  “Korupsi ibarat penyakit

menular yang menjalar pelan

namun mematikan,

menciptakan kerusakan yang

sangat luas di

masyarakat” (UN, 2004)

•  Kerusakan yang ditimbulkan

memperlemah peran negara

dalam memberi perlindungan

kepada rakyat.

•  Korupsi tidak hanya

membebani generasi

sekarang namun juga

generasi ke depan.

•  Dalam tingkat demokrasi yang

rendah, korupsi cenderung

tinggi. Awal demokratisasi

korupsi bisa meningkat namun

akan menurun ketika

demokrasi telah tercapai

(Mohtadi dan Roe, 2003 dan

Wirotomo, 2013)

0 2 4 6 8 10 0 2 4 6 8 10 Institutionalized Democracy

(19)

B.  Korupsi  dan  Kesejahteraan  Umum  

•  Dua hipotesis:

1.  Grease the wheels,

meningkatkan efisiensi birokrasi (Leff, 1964; Huntington, 1968; Lui, 1985, Egger dan Winner, 2005; Meon dan Weill, 2006; Gazda, 2010; Dreher dan Gassebner, 2011).

2.  Sand the wheels,

memperlambat pertumbuhan (Rose-Ackerman, 1974, Shleifer dan Vishny, 1993, Mauro, 1995, 1998, Tanzi, 1998, Kaufmann dan Wei, 1999, Bowles, 2000, Wei, 2000, Jain, 2001, Cuervo-Cazzura, 2006, Chang, 2013).

•  Korupsi memiliki korelasi

positif dengan:

• Ketimpangan (Indeks Gini) • Pengangguran (Angka

pengangguran)

• Konflik (Indeks konflik)

•  Korupsi memiliki korelasi

negatif dengan:

• Perekonomian (PDB)

• Pembangunan Manusia (HDI) • Demokrasi (Polity IV)

(20)

 B.  Korupsi  dan  Kesejahteraan  Umum  (2)  

Negara  dengan  -ngkat  korupsi   rendah  (biru)  cenderung  memiliki   PDB  per  kapita  yang  lebih  -nggi.    

Korupsi  menurunkan  PDB  (Mauro,   1995,  1998;  Wei,  2000;  Habib  dan   Zurawicki,  2000;  Treisman,  2000)  

Negara  dengan  -ngkat  korupsi   -nggi  (merah)  cenderung  

memiliki  -ngkat  pengangguran   yang  lebih  -nggi.  

 

Korupsi  menghambat  

pembukaan  lapangan  kerja   (Cuervo-­‐Cazurra,  2006)  

(21)

B.  Korupsi  dan  FDI  

•  Negara dengan tingkat korupsi yang tinggi, cenderung akan

mendorong keluar (drive-out) investor yang mengandalkan

kompetisi kualitas dan inovasi teknologi (good investor).

•  Disaat bersamaan, negara dengan tingkat korupsi yang

tinggi, akan menarik investor yang mengandalkan

penyogokan sebagai salah satu praktik usaha (bad investor).

High  Corrup+on  

Countries   Low  Corrup+on  Countries  

Good   Investor   Bad   Investor   Interna+onal     Financial  Market  

(22)

C.  Korupsi  dan  Aspek  Kelembagaan  

•  Kelembagaan berfungsi

menurunkan

ketidaktentuan dan

berusaha menciptakan

sistem hubungan antar

elemen masyarakat.

•  Korupsi meningkatkan

biaya transaksi (North,

1986, 1989, 1990, 1994;

Acemoglu, et al, 2005)

•  Korupsi menciptakan

misalokasi sumber daya

(Rodrik 1990).

•  Korupsi memiliki korelasi

negatif dengan:

•  Kemampuan dasar

administrasi pemerintah (TI) •  Fungsi kepemerintahan (Bertelsmaan Stiftung) •  Kualitas pemerintah (Freedom House) •  Efektifitas pemerintah (PRS Group)

•  Aspek kelembagaan

Indonesia tergolong lemah

(Rokdrik 1990 dan Tample

2003)

(23)

C.  Korupsi  dan  Aspek  Kelembagaan  (2)  

0 2 4 6 8 10 -3 -2 -1 0 1 2

Government Effectiveness - Estimate

Fitted values Corruption Perceptions Index

0 2 4 6 8 10 0 .2 .4 .6 .8 1

ICRG Indicator of Quality of Government

Fitted values Corruption Perceptions Index

Negara  dengan  -ngkat  korupsi   yang  rendah  cenderung  

memiliki  kualitas  pemerintahan   yang  baik  

Negara  dengan  -ngkat  korupsi   yang  rendah  cenderung  

memiliki  pemerintahan  yang   effek-f  dalam  melaksanakan   perannya  

(24)

D.  Op-malisasi  Penanggulangan  Korupsi  

•  Terdapat kesamaan strategi

konvensi anti korupsi di

negara benua Amerika,

Afrika, dan OECD. Meliputi:

a)  Penindakan korupsi b)  Pencegahan korupsi

c)  Kerjasama trans-nasional

•  Kunci keberhasilan

penanggulangan korupsi di

Singapura (Quah 1988):

a)  Political will

b)  Penambahan sumberdaya c)  Memperbaiki gaji pegawai

negeri

•  Terdapat dua elemen dasar:

•  Aspek penindakan dan pencegahan tidak dapat

dipisahkan dan harus ada dalam lembaga anti korupsi untuk

diterapkan secara sinergis dan simultan.

•  Upaya pemisahan adalah

upaya pelemahan terhadap

lembaga anti korupsi tersebut.

Berantas  Korupsi  

TINDAK   CEGAH  

(25)

E.  Budaya,  Norma  dan  Korupsi  (1)  

•  Pola budaya tertentu yang

berkembang di masyarakat

berkaitan dengan resiko

melakukan korupsi (Barr dan

Serra, 2006; Fisman dan

Miguel, 2006; Ostrom, 2000;

Budge et al, 2009).

•  Ketika masyarakat tidak

menanggapi korupsi sebagai

hal yang negative semakin

banyak individu yang akan

melanggar. Rasa bersalah

mulai hilang (Dong, Dulleck,

dan Torgler, 2009; Hauk dan

Saez-Marti, 2001)

•  Tingkat korupsi akan rendah

ketika masyarakat tidak

memberikan toleransi

terhadap korupsi (Quah,

2009; Gong dan Wang,

2012).

•  Korupsi tidak bisa hanya

dilawan melalui pendekatan

kelembagaan, hukuman, dan

transparansi. Namun budaya

anti-korupsi juga sangat

(26)

E.  Budaya,  Norma  dan  Korupsi  (2)  

Penanggulangan anti korupsi di negara maju lebih menekankan pada penguatan sistem kelembagaan anti korupsi, dengan karakteristik sebagai berikut

(dirangkum dari mengkaji best practice di Inggris, Jerman, Finlandia Denmark, Korea Selatan, Singapora, dan Hong Kong):

1.  Korupsi dianggap sebagai ancaman bangsa oleh masyarakat sehingga penanggulangan korupsi adalah suatu keharusan.

2.  Semua lembaga penegak hukum dan lembaga-lembaga pemerintah terkait memiliki misi memerangi korupsi.

3.  Meski bentuk negara mengikuti sistem federal, namun terjadi singkronisasi dan harmonisasi peraturan/perundang-undangan terkait anti korupsi di tingkat pemerintahan pusat hingga di tingkat pemerintah daerah.

4.  Hukuman finansial bagi koruptor setara dengan biaya sosial korupsi yang ditimbulkan dan hukuman tidak langsung serta sanksi sosial berlaku setelah koruptor menjalani hukuman langsung.

(27)

F.  Sinergitas  Kepolisian,  KPK,  dan  Kejaksaan  

• 

Efek-fitas  upaya  

pemberantasan  

korupsi  melalui  

lembaga  an--­‐

korupsi  masih  

dipertanyakan.  

• 

Beberapa  lembaga  

an-  korupsi  justru  

dipersepsikan  

masyarakat  

sebagai  lembaga  

yang  korup  (Global  

Corrup-on  

(28)

E.  Sinergitas  Kepolisian,  KPK,  dan  Kejaksaan  

•  Kinerja KPK merupakan salah

satu terbaik di dunia, dengan

conviction rate 100% dan meraih

beberapa penghargaan

international.

•  Namun pemberantasan korupsi

yang optimum

hanya bisa

terjadi apabila terdapat

sinergi antara Kepolisian,

Kejaksaan dan KPK

(Trisula

Penanggulangan Korupsi).

•  Trisula ini harus bersih dari

korupsi.

Kejaksaan

KPK Kepolisian

(29)

Efek-vitas  Sinergitas  Trisula  Penanggulangan  Korupsi  

Proses  Pengadilan  di  PN  

0. 00 0. 25 0. 50 0. 75 1. 00 s urvi va l ra te s 12345

durasi pengadilan (bulan)

sebelum KPK sejak KPK 0. 00 0. 25 0. 50 0. 75 1. 00 s urvi va l ra te s 2 4 6 8 10

waktu analisis (bulan)

sebelum KPK sejak KPK

(30)

Efek-vitas  Sinergitas  Kepolisian,  KPK  dan  Kejaksaan  

0. 00 0. 25 0. 50 0. 75 1. 00 s urvi va l ra te s 6 12 18 24 30

durasi pengadilan (bulan)

sebelum KPK sesudah KPK

Proses  di  Mahkamah  Agung  (MA)   •  Sejak keberadaan KPK, tidak saja

terjadi peningkatan kecepatan proses pengadilan korupsi yang ditangani KPK namun hal serupa terjadi pada kasus korupsi yang ditangani Kepolisian dan

Kejaksaan.

•  Hal ini mengindikasikan

peningkatan kinerja seluruh aparat penegak hukum, baik KPK,

Kepolisian dan Kejaksaan dalam menangani kasus-kasus korupsi

(31)

Tingkat Pengadilan Negeri:

–  Kasus korupsi yang ditangani KPK secara siginifikan lebih cepat 39,77 persen dibandingkan dengan kasus yang ditangani institusi penegak hukum lain

–  Sejak keberadaan KPK, proses pengadilan yang ditangani oleh Kepolisian dan Kejaksaan secara signifikan lebih cepat 28,78 persen dibandingkan sebelum aktifnya KPK

Tingkat Pengadilan Tinggi:

–  Kasus korupsi yang ditangani KPK secara signifikan lebih cepat 124 persen dibandingkan dengan kasus yang ditangani institusi lain –  Sejak keberadaan KPK, proses pengadilan yang ditangani

Kepolisian dan Kejaksaan secara signifikan lebih cepat 38,38 persen dibandingkan sebelum aktifnya KPK

Tingkat Mahkamah Agung:

–  Kasus korupsi yang ditangani KPK secara siginifikan lebih cepat 158 persen dibandingkan dengan kasus yang ditangani institusi lain

(32)

G.  Indonesia  Bersih  dari  KKN  

•  Karakteristik korupsi di

Indonesia lebih kompleks

dibandingkan korupsi di

negara lain. Korupsi di

Indonesia tidak saja bersifat

sistemik namun juga

struktural.

•  Sistem kelembagaan masih

lemah dan belum

mendukung penanggulangan

korupsi sehingga peraturan

pemerintah justru dapat

menciptakan insentif untuk

korupsi.

•  Teknik korupsi di Indonesia

termasuk tercanggih di dunia

dan sulit mencari padanan di

negara lain (cth: korupsi

dengan makelar kasus dan joki

narapidana).

•  Hukuman penjara kepada

koruptor cenderung ringan dan

remisi memungkinkan lama

penjara hanya 50%-60% dari

waktu penjara yang dijatuhkan.

•  Hukuman finansial cenderung

tumpul, dari total biaya

eksplisit korupsi sebesar Rp

153 T hanya 0.2% yang harus

diganti oleh narapidana

(33)

G.  Indonesia  bersih  dari  KKN  (2)  

•  Strategi aspek kelembagaan:

1.  Pembenahan besaran dan struktur gaji PNS.

2.  Transparansi proses fit and proper test dari DPR.

3.  Pembenahan laporan

keuangan pemerintah (pemda dan K/L).

4.  Transparansi proses

pemberian perizinan terutama terkait SDA.

5.  Peningkatan keterampilan dan kemampuan dalam

pemberantasan korupsi

•  Strategi aspek sosial:

1.  Diseminasi informasi tentang korupsi (terutama dampak) 2.  Peningkatan sadar bahaya

korupsi

3.  Perubahan persepsi dan teloransi terhadap korupsi

Pemahaman  dan  penyusunan   strategi  melawan  korupsi  jelas   masih  jauh  dari  sempurna.        

Kontribusi  dari  se+ap  elemen   masyarakat  sangat  dibutuhkan.  

(34)

Siapkah  menerima  konsekuensi  korupsi?  

(35)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini membahas tentang Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Sadranan yang meliputi: 1) Bagaimana prosesi tradisi sadranan di Gunung Balak Desa Losari

[r]

Menimbang, bahwa tujuan perkawinan sebagaimana pasal 1 Undang-Undang Nomor : 1 tahun 1974 jo pasal 3 Kompilasi Hukum Islam adalah untuk membentuk keluarga

Ingin kembali membuka gedung senisono untuk para seniman tari , seniman lukis ,seniman pahat , seniman membatik dll untuk mempertunjukan karya mereka di

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pelayanan administrasi perkantoran dengan indikator kinerjanya adalah jumlah peralatan dan perlengkapan kantor yang

dikembangkan dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan strategis, baik eksternal.. BAPPEDA DIY 2017 | Road Map Perencanaan Pembangunan Sektor Pelayanan Perizinan Daerah

5 tahun 2011 ialah setiap orang yang melakukan usaha pertambangan tanpa IUP sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, pasal 8 ayat (1), dan setiap pemegang IUP yang dengan

Analisis Penyusunan dan Pengendalian Anggaran Penjualan pada C V. Usaha Bersama Palembang. reuses reiiyusuiiaii /xiiggaraii reiijuaiau paua x,v. usaiia oersaiiia Palembang.