• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah BAB. 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah BAB. 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah BAB. 1 PENDAHULUAN 1.1  Latar Belakang Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumberdaya manusia. Penentu gizi yang baik terdapat pada jenis pangan yang baik pula yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Jenis pangan yang baik harus mempunyai ketahanan pangan dan keamanan pangan yang baik. Ketahanan pangan (food security) ini harus mencakup aksesibilitas, ketersediaan, keamanan dan kesinambungan. Aksesibilitas  di   sini   artinya  setiap  rumah  tangga  mampu  memenuhi   kecukupan  pangan  keluarga dengan gizi yang sehat. Ketersediaan pangan adalah rata­rata pangan dalam jumlah yang memenuhi kebutuhan konsumsi di tingkat wilayah dan rumah tangga. Sedangkan keamanan pangan (food safety) dititikberatkan pada kualitas pangan yang memenuhi kebutuhan gizi.

Ketahanan   pangan   merupakan   basis   ketahanan   ekonomi   dan   ketahanan   nasional   secara berkesinambungan. Namun. di Indonesia ketahanan pangan ini belum bisa terpenuhi secara optimal karena banyak masyarakat yang terkendala dengan kemiskinan. Kemiskinan ini yang mengakibatkan timbulnya penyakit gizi seperti busung lapar, kwashiorkor, dll. 

Pemenuhan   kebutuhan   pangan   perlu   adanya   sistem   ketahanan   pangan   yang   handal,   yang bertumpu   pada   optimalisasi   pemanfaatan   potensi   keragaman   sumber   daya   pangan   lokal.   Untuk mencapai   ketahanan   ekonomi   dan   pembentukan   sumber   daya   manusia   yang   berkualitas,   perlu ketersediaan pangan yang cukup bagi setiap rumah tangga. Guna mewujudkan ketahanan pangan perlu memperhatikan tiga subsistem yang saling terkait, yaitu subsistem produksi (produsen/petani sebagai pelaku), subsistem konsumsi (konsumen sebagai pelaku) dan subsistem distribusi (distributor dan pedagang).  Subsistem distribusi merupakan faktor penentu pemerataan pemenuhan kebutuhan pangan di masyarakat untuk pemenuhan gizi yang baik. Apabila distribusi pangan tidak berjalan dengan baik maka akan menimbulkan berbagai masalah dalam masyarakat yang berdampak negatif. Maka perlu adanya penyusunan mekanisme distribusi yang baik agar dampak­dampak negatif tidak terjadi. Dalam subsistem distribusi terdapat pula beberapa factor yang mempengaruhi salah satunya adalah system pemasaran, apabila dalam distribusi system pemasarannya tidak efektif maka penyaluran bahan pada konsumenpun terhambat.

(2)

1.2  Rumusan Masalah 1.      Apa pengertian subsistem distribusi pangan dan gizi? 2.      Apa saja faktor yang mempengaruhi subsistem distribusi? 3.      Apa pengertian system pemasaran? 4.      Apa saja prinsip – prinsip dalam pemasaran? 5.      Apa saja kendala pada system pemasaran bahan pangan? 1.3    Tujuan 1.      Mengetahui pengertian  subsistem distribusi pangan dan gizi. 2.      Mengetahui factor yang mempengaruhi subsistem distribusi. 3.      Mengetahui pengertian system pemasaran. 4.      Mengetahui prinsip – prinsip dalam pemasaran. 5.      Mengetahui kendala dalam pemasaran bahan pangan.

(3)

BAB 2. KAJIAN  PUSTAKA 2.1    Pengertian Ketahanan pangan Ø  Undang­Undang Pangan No.7 Tahun 1996: kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Ø  USAID (1992: kondisi ketika semua orang pada setiap saat mempunyai akses secara fisik dan ekonomi untuk memperoleh kebutuhan konsumsinya untuk hidup sehat dan produktif. Ø  FAO (1997) : situasi dimana semua rumah tangga mempunyai akses baik fisik maupun ekonomi untuk

memperoleh   pangan   bagi   seluruh   anggota   keluarganya,   dimana   rumah   tangga   tidak   beresiko mengalami kehilangan kedua akses tersebut. Berdasarkan definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ketahanan pangan memiliki 5 unsur yang harus dipenuhi : 1. Berorientasi pada rumah tangga dan individu 2. Dimensi watu setiap saat pangan tersedia dan dapat diakses 3. Menekankan pada akses pangan rumah tangga dan individu, baik fisik,    ekonomi dan sosial 4. Berorientasi pada pemenuhan gizi 5. Ditujukan untuk hidup sehat dan produktif 2.2 Sistem pangan dan gizi

Ketahanan   pangan   merupakan   suatu   sistem   yang   terdiri   atas   subsistem  ketersediaan, distribusi, konsumsi dan status gizi.  Kinerja dari masing­masing subsistem tersebut tercermin dalam hal  stabilitas pasokan pangan, akses masyarakat terhadap pangan, serta pemanfaatan pangan  (food utilization) termasuk pengaturan menu dan distribusi pangan dalam keluarga.  Kinerja dari keempat subsistem ketahanan pangan akan terlihat pada status gizi masyarakat, yang dapat dideteksi dari status gizi anak balita ( usia dibawah lima tahun ).  

(4)

Sistem pangan individu, rumah tangga atau masyarakat yang lebih luas bukanlah sesuatu yang statis tetapi dinamis. Dinamika ini antara lain dipengaruhi oleh tingkat kerentanan (vulnerability) dan kemampuan individu atau rumahtangga dalam menghadapi perubahan. Penyebab kerentanan adalah shock yaitu perubahan mendadak dan tidak terduga (karena alam, ekonomi, konflik, dan lainnya). 

Seasonality atau musiman yang dapat diperkirakan dengan hampir pasti, seperti perubahan secara musiman   dari   harga,   produksi,   dan   iklim.   Setiap   individu   dan   unit   sosial   yang   lebih   besar mengembangkan system penyesuaian diri dalam merespon perubahan tersebut (shocks, trends, dan seasonality). Respons itu bersifat jangka pendek yang disebut coping mechanism atau yang lebih jangka panjang yang disebut adaptive mechanism.  Mekanisme dalam menghadapi perubahan dalam jangka pendek terutama bertujuan untuk mengakses pangan ( entitlement ), sedangkan jangka panjang bertujuan untuk memperkuat sumber­ sumber kehidupannya ( livelihood assets ). Apabila salah satu atau lebih, dari ke empat subsistem tersebut   tidak   berfungsi   dengan   baik,   maka   akan   terjadi   masalah  kerawanan   pangan  yang   akan berdampak peningkatan kasus gizi kurang dan atau gizi buruk. Dalam kondisi demikian, negara atau daerah dapat dikatakan belum mampu mewujudkan ketahanan pangan.

2.3    Subsistem Distribusi 

Subsistem   distribusi  merupakan   salah   satu   subsistem   dari   sistem   ketahanan   pangan   yang mewujudkan sistem distribusi yang efektif dan efisien, sebagai prasyarat untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu, dengan harga yang terjangkau. Bervariasinya kemampuan produksi pangan antar wilayah dan antar musim menuntut kecermatan dalam mengelola sistem distribusi, sehingga pangan tersedia sepanjang waktu di seluruh wilayah. Kinerja subsistem distribusi dipengaruhi oleh kondisi prasarana dan sarana, kelembagaan   dan   peraturan   perundangan.  Penguatan   di  subsistem   produksi/ketersediaan  pasokan tidak   akan   memberi   nilai   tambah   bagi   masyarakat   apabila   tidak   didukung   dengan   berjalannya subsistem   distribusi.   Melihat   kondisi   Indonesia   adalah   negara   kepulauan   yang   memiliki   variasi kemampuan produksi antar wilayah dan antar musim, manajemen distribusi yang baik dan berpihak kepada seluruh  lapisan  masyarakat  sangat   mutlak  diperlukan  untuk  menjaga  stabilitas  harga dan pasokan   sepanjang   waktu.   Hal   ini   membawa   konsekuensi   bagi   pemerintah   untuk   menciptakan perundangan   dan   sebuah   lembaga   yang   mampu   memastikan   terciptanya   kondisi   dimana   seluruh masyarakat memiliki kemampuan untuk mengakses pangan secara mudah dengan harga yang rasional dan terjangkau sepanjang waktu.

(5)

Kebijakan   menyerahkan   kelancaran   subsistem   distribusi   komoditi   pangan   pokok   kepada entitas bisnis  dalam mekanisme pasar, tentu saja, akan memicu kerawanan sosial dan berpotensi dimanfaatkan   oleh   spekulan   tanpa   mempertimbangkan   kepentingan   nasional.   Hal   ini   berkorelasi dengan   fluktuasi   harga   dan   pasokan   pada   komoditi   pangan   pokok   yang   dampaknya   akan menimbulkan kerugian bagi konsumen rakyat. Hampir semua negara berkembang di dunia memiliki perangkat hukum dan kelembagaan untuk melakukan intervensi kebijakan, dalam rangka menjaga stabilitas harga dan pasokan untuk komoditi pangan strategis yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak.   Indonesia   memiliki   Bulog   sebagai   lembaga   pangan   yang   pada   masanya   diakui   dapat menjamin bekerjanya subsistem distribusi secara optimal. Dalam perjalananya, Bulog mengalami berbagai   proses   transformasi,   semisal   kelembagaan,   dengan   pembatasan   kewenangan   berkaitan dengan kegiatan operasional dan pengelolaan komoditi (hanya beras). Transformasi Bulog paling signifikan adalah akibat dari tekanan IMF dan World Bank pada era liberalisasi, yang berakibat tereduksinya   peran   Bulog   secara   signifikan   dalam   menunjang   keberhasilan   subsistem   distribusi pangan.   Bulog   mempunyai   beban   untuk   menjalankan   fungsi   komersial,   ditengah   fungsi   sosial menjaga stabilisasi harga pangan.

2.4 Sistem Pemasaran

Ada beberapa definisi mengenai pemasaran diantaranya adalah :

a.   Philip   Kotler   (Marketing)   pemasaran   adalah   kegiatan   manusia   yang   diarahkan   untuk   memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.

b. Menurut Philip Kotler dan Amstrong pemasaran adalah sebagai suatu proses sosial dan managerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain.

c.   Pemasaran   adalah   suatu   sistem   total   dari   kegiatan   bisnis   yang   dirancang   untuk   merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang­ barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan.  d. Menurut W Stanton pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli maupun pembeli potensial. Konsep Pemasaran Konsep­konsep inti pemasaran meluputi: kebutuhan, keinginan, permintaan, produksi, utilitas, nilai   dan  kepuasan;   pertukaran,   transaksi   dan   hubungan   pasar,   pemasaran   dan  pasar.   Kita  dapat

(6)

membedakan   antara   kebutuhan,   keinginan   dan   permintaan.   Kebutuhan   adalah   suatu   keadaan dirasakannya ketiadaan kepuasan dasar tertentu. Keinginan adalah kehendak yang kuat akan pemuas yang spesifik terhadap kebutuhan­kebutuhan yang lebih mendalam. Sedangkan Permintaan adalah keinginan   akan   produk   yang   spesifik   yang   didukung   dengan   kemampuan   dan   kesediaan   untuk membelinya

3.2 Pengertian Sistem Pemasaran

Sistem   adalah  sekolompok  item   atau   bagian­bagian  yang   saling   berhubungan  dan   saling berkaitan secara tetap dalam membentuk satu kesatuan terpadu. Jadi dapat diartikan sistem pemasaran adalah kumpulan lembaga­lembaga yang melakukan tugas pemasaran barang, jasa, ide, orang, dan faktor­faktor  lingkungan yang saling memberikan pengaruh dan membentuk serta mempengaruhi hubungan perusahaan dengan pasarnya..  Dalam pemasaran kelompok item yang saling berhubungan dan saling berkaitan itu mencakup : 1. Gabungan organisasi yang melaksanakan kerja pemasaran. 2. Produk, jasa, gagasan atau manusia yang dipasarkan. 3. Target pasar. 4. Perantara (pengecer, grosir, agen transportasi, lembaga keuangan). 5. Kendala lingkungan (environmental constraints).  Sistem pemasaran yang paling sederhana terdiri dari dua unsur yang saling berkaitan, yaitu organisasi pemasaran dan target pasarnmya. Unsur­unsur dalam sebuah sistem pemasaran serupa dengan unsur­unsur yang ada pada sistem radio stereo. Bekerja secara terpisah, tetapi pada waktu dipertemukan secara tepat. Lingkungan Sebuah Sistem Pemasaran  a. Lingkungan makro ekstern. Lingkungan makro tersebut ialah: a. Demografi (kependudukan). b. Kondisi ekonomi.

(7)

c. Teknologi. d. Kekuatan sosial dan budaya. e. Kekuatan politik dan legal. f. Persaingan. b. Lingkungan mikro eksternal a. Pasar (market) b. Pemasok c. Pialang (marketing intermediaries)  c. Lingkungan Non­ – Pemasaran Intern Kekuatan non – pemasaran lainnya adalah lokasi perusahaan, ketangguhan bagian penelitian dan pengembangan. Kekuatan intern bersifat menyatu (interest) dalam organisasi dan dikendalikan oleh manajemen. 2.5 Prinsip Pemasaran

Menurut   Philip   Kotler   dalam   bukunya   Marketing   Management   Analysis,   Planning,   and Control, mengartikan pemasaran secara lebih luas, yaitu: Pemasaran adalah: Suatu proses sosial, dimana   individu   dan   kelompok   mendapatkan   apa   yang   mereka   butuhkan,   dan   mereka   inginkan dengan menciptakan dan mempertahankan produk dan nilai dengan individu dan kelompok lainnya. Dalam prinsip pemasaran dikenal 4 elemen penting dalam strategi pemasaran, yaitu:  1.      Product (produk),  2.      Price (harga), 3.       Place (tempat) dan  4.      Promotion (promosi).  1. Produk (Jasa)  Kebijaksanaan mengenai produk atau jasa meliputi jumlah barang/jasa yang akan ditawarkan perusahaan, pelayanan khusus yang ditawarkan perusahaan guna mendukung penjualan barang dan jasa,   dan   bentuk   barang   ataupun   jasa   yang   ditawarkan.   Produk   merupakan   elemen   yang   paling

(8)

penting. sebab dengan inilah perusahaan berusaha untuk memenuhi "kebutuhan dan keinginan" dari konsumen. namun keputusan itu tidak berdiri sebab produk/jasa sangat erat hubungannya dengan target market yang dipilih. Sedangkan sifat dari produk/jasa tersebut adalah sebagai berikut:  1. Tidak berwujud  Jasa mempunyai sifat tidak berwujud, karena tidak bisa dilihat, dirasa, diraba, didengar atau dicium, sebelum ada transaksi pembelian.  2. Tidak dapat dipisahkan  Suatu produk jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, apakah sumber itu merupakan orang atau benda. Misalnya jasa yang diberikan oleh sebuah hotel tidak akan bisa terlepas dari bangunan hotel tersebut.  3. Berubah­ubah  Bidang jasa sesungguhnya sangat mudah berubah­ubah, sebab jasa ini sangat tergantung kepada siapa yang menyajikan, kapan disajikan dan dimana disajikan. Misalnya jasa yang diberikan oleh sebuah hotel berbintang satu akan berbeda dengan jasa yang diberiakan oleh hotel berbintan tiga.  4. Daya tahan 

Jasa   tidak   dapat   disimpan.   Seorang   pelanggan   yang   telah   memesan   sebuah   kamar   hotel   akan dikenakan biaya sewa, walaupun pelanggan tersebut tidak menempati karnar yang ia sewa.  2. Harga ( Price)  Setiap perusahaan selalu mengejar keuntungan guna kesinambungan produksi. Keuntungan yang diperoleh ditentukan pada penetapan harga yang ditawarkan. Harga suatu produk atau jasa ditentukan pula dari besarnya pengorbanan yang dilakukan untuk menghasilkan jasa tersebut dan laba atau keuntungan yang diharapkan. Oleh karena itu, penetuan harga produk dari suatu perusahaan merupakan masalah yang cukup penting, karena dapat mempengaruhi hidup matinya serta laba dari perusahaan.  Kebijaksanaan harga erat kaitannya dengan keputusan tentang jasa yang dipasarkan. Hal ini disebabkan harga merupakan penawaran suatu produk atau jasa. Dalam penetapan harga, biasanya didasarkan pada suatu kombinasi barang/jasa ditambah dengan beberapa jasa lain serta keuntungan yang   memuaskan.   Berdasarkan   harga   yang   ditetapkan   ini   konsumen   akan   mengambil   keputusan apakah   dia   membeli   barang   tersebut   atau   tidak.   Juga   konsumen   menetapkan   berapa   jumlah

(9)

barang/jasa yang harus dibeli berdasarkan harga tersebut. Tentunya keputusan dari konsumen ini tidak hanya berdasarkan pada harga semata, tetapi banyak juga faktor lain yang menjadi pertimbangan, misalilya kualitas dari barang atau jasa, kepercayaan terhadap perusahaan dan sebagainya.  Hendaknya setiap perusahaan dapat menetapkan harga yang peling tepat, dalam arti yang dapat memberikan keuntungan yang paling baik, baik untuk jangka pendek maupun unluk jangka panjang.  3. Saluran Distribusi ( Place )  Setelah perusahaan berhasil menciptakan barang atau jasa yang dibutuhkan dan menetapkan harga yang layak, tahap berikutnya menentukan metode penyampaian produk/jasa ke pasar melalui rute­rute yang efektif hingga tiba pada tempat yang tepat, dengan harapan produk/jasa tersebut berada ditengah­tengah kebutuhan dan keinginan konsumen yang haus akan produk/jasa tersebut.  Yang tidak boleh diabaikan dalam langkah kegiatan memperlancar arus barang/jasa adalah memilih saluran distribusi (Channel Of Distribution). Masalah pemilihan saluran distribusi adalah masalah   yang   berpengaruh   bagi   marketing,   karena   kesalahan   dalam   memilih   dapat   menghambat bahkan memacetkan usaha penyaluran produk/jasa dari produsen ke konsumen.  Distributor­distributor atau penyalur ini bekerja aktif untuk mengusahakan  perpindahan bukan hanya secara fisik tapi dalam arti agar jasa­jasa tersebut dapat diterima oleh konsumen. Dalam memilih saluran distribusi ini ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut:  a. Sifat pasar dan lokasi pembeli  b. Lembaga­lembaga pemasaran terutama pedagang­pedagang perantara  c. Pengendalian persediaan, yaitu menetapkan tingkat persediaan yang ekonomis.  d. Jaringan pengangkutan.  Saluran distribusi jasa biasanya menggunakan agen travel untuk menyalurkan jasanya kepada konsumen. Jadi salah satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam kebijaksanaan saluran distribusi itu sendiri dengan memperhitungkan adanya perubahan pada masyarakat serta pola distribusi perlu mengikuti dinamika para konsumen tadi.  4. Promosi ( Promotion) 

(10)

Aspek   ini   berhubungan   dengan   berbagai   usaha   untuk   memberikan   informasi   pada   pasar tentang produk/jasa yang dijual, tempat dan saatnya. Ada beberapa cara menyebarkan informasi ini, antara lain periklanan (advertising), penjualan pribadi (Personal Selling), Promosi penjualan (Sales Promotion) dan Publisitas (Publicity)  ? Periklanan (Advertising): Merupakan alat utama bagi pengusaha untuk mempengaruhi konsumennya. Periklanan ini dapat dilakukan oleh pengusaha lewat surat kabar, radio, majalah, bioskop, televisi, ataupun dalam bentuk poster­poster yang dipasang dipinggir jalan atau tempat­tempat yang strategis.  ? Penjualan Pribadi (Personal selling): Merupakan kegiatan perusahaan untuk melakukan kontak langsung dengan calon konsumennya. Dengan kontak langsung ini diharapkan akan terjadi hubungan atau interaksi   yang   positif   antara   pengusaha   dengan   calon   konsumennya   itu.   Yang   termasuk   dalam personal selling adalah: door to door selling, mail order, telephone selling, dan direct selling. 

? Promosi Penjualan (Sales Promotion): Merupakan kegiatan perusahaan untuk menjajakan produk yang dipasarkarlnya   sedemikian   rupa   sehingga   konsumen   akan   mudah   untuk   melihatnya   dan   bahkan dengan  cara  penempatan  dan  pengaturan  tertentu,   maka  produk  tersebut   akan  menarik  perhatian konsumen. 

? Publsitas (Pubilicity): Meripakan cara yang biasa digunakan juga oleh perusahaan untuk membentuk pengaruh   secara   tidak   langsung   kepada   konsumen,   agar   mereka   menjadi   tahu,   dan   menyenangi produk yang dipasarkannya, hal ini berbeda dengan promosi, dimana didalam melakukan publisitas perusahaan tidak melakukan hal yang bersifat komersial. Publisitas merupakan suatu alat promosi yang mampu membentuk opini masyarakat secara tepat, sehingga sering disebut sebagai usaha untuk "mensosialisasikan" atau "memasyarakatkan ".  Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah tercapainya keseimbangan yang efektif, dengan mengkombinasikan komponen­komponen tersebut kedalam suatu strategi promosi yang terpadu untuk berkomunikasi dengan para pembeli dan para pembuat keputusan pembelian. 

Dewasa   ini   banyak   pakar   pemasaran   yang   menganggap   kemasan   (Packaging)   sebagai   P kelima dalam elemen strategi pemasaran. Sebuah kemasan yang berhasil merupakan perpaduan antara pemasaran   dan   desain,   tetapi   ada   perbedaan   yang   sangat   besar   antara   cara   berpikir   para   pakar pemasaran dengan para desainer. Kita sebagai desainer cenderung berpikir lebih subjektif dan kreatif ­ mencari ide. Sedangkan seorang staf pemasaran lebih berpikir secara objektif dan marketing oriented ­   bagaimana   meningkatkan   penjualan   dengan   biaya   seminimal   mungkin.   Akan   tetapi   dibalik

(11)

perbedaan itu, ada satu kesamaan tujuan, yaitu mendapatkan respons positif dari pengamat sasaran. Karena   itu   seorang   desainer   komunikasi   visual   perlu   mengerti   konsep   dasar   pemasaran   dan hubungannya dengan visualisasi, sebaliknya seorang staf pemasaran perlu mengerti cara visualisasi para konsumennya. Dengan berkembangnya jumlah produk di pasar ditambah dengan persaingan yang tajam dewasa ini , membuat pasar menjadai sebuah arena di mana setiap produk harus mampu bersaing dengan produk lainnya. Ditambah lagi dengan banyaknya pasar swalayan (self service), menuntut sebuah produk menjadi wiraniaga tan wicara (silent sales person), di mana produk tersebut harus mampu menjual. Faktor­faktor inilah yang meningkatkan pentingnya peranan desain kemasan dalam pemasaran. Menurut Hermawan Kartajaya, kita tidak boleh menganggap remeh “estetika” (baca:desain). Hal ini disebabkan oleh bertambahnya jumlah produsen yang ikut serta dalam persaingan pasar. Dahulu   ketika   jumlah   produk   di   pasar   masih   sedikit,   estetika   tidak   punya   arti   apa­apa   di   mata konsumen. Konsumen tidak peduli dengan bentuk produk yang unik, pilihan kemasan yang lain daripada yang lain, dan lain­lain. Tetapi kini ketika informasi sangat mudah didapat dan diakses dari berbagai   sumber   seperti   koran,   majalah,   televisi   hingga   internet,   maka   mau   tidak   mau   estetika memegang peranan penting dan menjadi nilai tambah di samping kualitas produk dan layanan pasca jual.

Ada tiga alasan penting mengapa estetika penting dalam pemasaran, yaitu:

1.      Estetika   dapat   menciptakan   loyalitas   konsumen   dengan   memberikan   pengaruh   psikologis   dan

emosional. Contohnya melalui keunikan sebuah logo pada kemasan.

2.      Estetika dapat menjadi standar perusahaan untuk menetapkan harga. 

3.      Estetika   dapat   membuat   sebuah   produk   menjadi   berbeda   (point   of   differentiation)   di   tengah

persaingan merek yang semakin ketat.

2.6 Kendala Dalam Pemasaran Bahan Pangan

Pada saat panen raya, pasokan pangan hasil pertanian berlimpah ke pasar sehingga menekan harga dan kurang menguntungkan petani. Sebaliknya, pada musim panen rendah, harga – harga bahan

(12)

pangan   meningkat   dengan   tajam   karena   kekurangan   pasokan   sehingga   memberatkan   konsumen. Kelembagaan pemasaran belum mampu mewujudkan system yang adil di antara para pelakunya. Pemasaran pangan biasanya melalui rantai perdagangan yang panjang. Dari petani, pangan berturut – turut bergerak ke pedagang pengumpul desa, pedagang menengah konsumen di kecamatan, pedagang besar di kota, pengecer penjaja sampai ke konsumen. Masing – masing pelaku pada mata rantai perdagangan tersebut mengambil keuntungan serta memperhitungkan penyusutan, jasa pengangkutan, jasa penyimpanan, dan jasa pelayanan sehingga perbedaan harga penjualan oleh produsen dan harga pembelian oleh konsumen sangat besar. (Yayuk dkk, 2010) BAB 3. PENUTUP 3.1  Kesimpulan

Berdasarkan   uraian   diatas   kita   dapat   mengambil   kesimpulan   bahwa   sistem   pemasaran merupakan bagian dari  sistem distribusi yang mempengaruhi banyaknya barang di suatu daerah. Sistem pemasaran senderi merupakan kumpulan lembaga yang melakukan tugas pemasan barang, jasa, ide, orang dan faktor­faktor lingkungan yang saling memberikan pengaruh dan membentuk serta mempengaruhi hubungan dengan pasarannya. Dalam sistem pemasaran sangat diperlukan organisasi pemasaran  dan target  pasarnya  serta  prinsip­prinsip pemasaran  untuk dapat  mencapai  hasil  yang cukup baik dalam mempengaruhi distribusi pangan. Maka dari itu industri kecil maupun besar harus memperhatikan bagaimana konsep dan sistem pemasaran usahanya tersebut. Perusahaan yang mampu mempertahankan   serta   meningkatkan   penjualannya   maka   perusahaan   tersebut   telah   mampu menerapkan prinsip­prinsip pemasaran dengan baik, serta dapat tercapai keseimbangan yang efektif dengan mengkombinasikan komponen dari prinsip pemasaran ke dalam suatu strategi promosi untuk berkomunikasi dengan para pembeli. 

(13)

∙         Agar   penerimaan  petani   meningkat   maka  mata  rantai   pemasaran  harus  diperpendek,   antara  lain melalui koperasi seperti KUD (koperasi unit desa). Salah satu tujuan ideal koperasi adalah mengambil alih peranan pedagang pengumpul dan pedagang menengah dalam mekanisme pemasaran produksi. Berbagai kasus menunjukkan bahwa adanya koperasi justru memperpanjang mata rantai pemasaran karena peranan pedagang perantara masih tetap berfungsi. ∙         Agar stabilitas harga pangan tetap terjamin maka pemerintah daerah harus campur tangan secara langsung maupun tidak langsung dalam system pangan. DAFTAR PUSTAKA Khumaidi,M. 1989 . Gizi Masyarakat . Bandung : IPB Press. Purwanto, Heri. 1995. Menyimpan Bahan Pangan. Bogor : PT Penebar Swadaya Kotler, Philip.1987.Marketing 1. Jakarta : Erlangga. Wirya, Iwan. 1999. Kemasan yang Menjual. Jakarta: Gramedia. Baliwati, Yayuk Farida dkk. 2010. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Referensi

Dokumen terkait

Logo merupakan lambang yang dapat memasuki alam pikiran/suatu penerapan image yang secara tepat dipikiran pembaca ketika nama produk tersebut disebutkan (dibaca),

Seperti halnya dengan pengetahuan komunikasi terapeutik perawat, kemampuan perawat yang sebagian besar pada kategori cukup baik tersebut kemungkinan karena adanya

Penelitian yang dilakukan di TK AndiniSukarame Bandar Lampung betujuan meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan melalui media gambar pada usia

Ketersediaan informasi lokasi rumah sakit, fasilitas dan layanan yang tersedia di rumah sakit dan tempat kejadian dapat tersedia secara jelas dan terkini sehingga penentuan

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji syukur dan sembah sujud, penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah, dan kasih sayang-Nya sehingga penyusun

H1: (1) Terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan yang diberi insentif dengan karyawan yang tidak diberi insentif (2) Terdapat perbedaan

7.4.4 Kepala LPPM menentukan tindakan perbaikan yang harus dilakukan pada periode Pelaporan Hasil Pengabdian kepada masyarakat berikutnya.. Bidang Pengabdian kepada masyarakat

Ketika orang-orang dari budaya yang berbeda mencoba untuk berkomunikasi, upaya terbaik mereka dapat digagalkan oleh kesalahpahaman dan konflik bahkan