• Tidak ada hasil yang ditemukan

PUTUSAN NOMOR HK 2010/32/X/MP.12 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN MAHKAMAH PELAYARAN TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PUTUSAN NOMOR HK 2010/32/X/MP.12 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN MAHKAMAH PELAYARAN TENTANG"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

528

PUTUSAN NOMOR HK 2010/32/X/MP.12

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN MAHKAMAH PELAYARAN

TENTANG KECELAKAAN KAPAL

TUBRUKAN KT. LEOTON - 1 MENUNDA TK. MIGE - 1 DENGAN KM. BAHTERA LAJU - 1

DI PERAIRAN MAKARTI ALUR PELAYARAN SUNGAI MUSI PALEMBANG

Pada tanggal 28 Maret 2012, pukul 04.00 WIB, KT. Leoton - 1 menunda TK. Mige – 1, awak kapal 8 (delapan) orang termasuk Nakhoda, dalam pelayarannya

dari Pelabuhan Muntok Bangka dengan tujuan Pelabuhan Palembang, telah bertubrukan dengan KM. Bahtera Laju – 1, awak kapal 6 (enam) orang termasuk Nakhoda yang bertolak dari Dermaga 16 Ilir Palembang dengan tujuan Sungai Selan Bangka, di perairan Makarti alur pelayaran Sungai Musi, Palembang.

Dalam peristiwa tubrukan tersebut tidak terdapat korban jiwa ataupun luka, KT. Leoton – 1 bagian lambung kanan lecet, TK. Mige – 1 tiang lampu kanan rusak,

sedangkan KM. Bahtera Laju - 1 beserta muatannya tenggelam.

Direktur Jenderal Perhubungan Laut dengan suratnya Nomor KL.205/4/11/DN-12, tanggal 30 Mei 2012, melimpahkan Berkas BAPP Kecelakaan Kapal Tubrukan KT. Leoton - 1 yang menunda TK. Mige - 1 dengan KM. Bahtera Laju - 1 tersebut kepada Mahkamah Pelayaran.

Berdasarkan Pasal 251 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008, tentang Pelayaran Juncto Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998, tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2004, Juncto Pasal 373 huruf (a) Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD), Mahkamah Pelayaran telah melakukan Pemeriksaan Lanjutan Kecelakaan Kapal untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya kecelakaan kapal tersebut dan menentukan ada atau tidak adanya kesalahan atau kelalaian dalam Penerapan Standar Profesi Kepelautan, serta menjatuhkan Sanksi Administratif kepada Tersangkut yang terbukti bersalah atau lalai.

Berkas-berkas yang diterima oleh Mahkamah Pelayaran, antara lain berupa: KT. LEOTON - 1.

1. Berita Acara Tubrukan Kapal, dibuat di Palembang, tanggal 28 Maret 2012, oleh Nakhoda;

(2)

529

2. Laporan Kecelakaan Kapal (LKK), Nomor GM.761/1/1/AD-PLG.2012, dibuat di Palembang, tanggal 29 Maret 2012, oleh Nakhoda, dan diketahui Kantor Administrator Pelabuhan Palembang;

3. Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan (BAPP), tanggal 29 dan 30 Maret 2012, oleh Kantor Administrator Pelabuhan Palembang, terhadap :

a. Tajarudin, jabatan Nakhoda; b. Khaidir Rustam, jabatan KKM; c. Muchtar, jabatan Juru Mudi.

4. Berita Acara Pendapat (Resume), dibuat tanggal 03 April 2012, oleh Kantor Administrator Pelabuhan Palembang;

5. Dokumen Kapal, terdiri dari :

a. Pas Tahunan, Nomor PK.205/2/6/AD.PLG-12, diberikan di Palembang, tanggal 24 Februari 2012, oleh Kantor Administrator Pelabuhan Palembang; b. Surat Ukur Dalam Negeri, Nomor 3537/PPm, dikeluarkan di Batam, tanggal

14 Oktober 2011, oleh Kantor Pelabuhan Batam;

c. Sertifikat Keselamatan Konstruksi Kapal Barang Sementara, Nomor PK.005/2/19/AD.PLG-12, diterbitkan di Palembang, tanggal 15 Januari 2012, berlaku sampai dengan tanggal 14 April 2012, oleh Kantor Administrator Pelabuhan Palembang;

d. Sertifikat Keselamatan Perlengkapan Kapal Barang, Nomor PK.006/9/5/AD.PLG-12, diterbitkan di Palembang, tanggal 11 Juni 2012, berlaku sampai dengan tanggal 10 September 2012, oleh Kantor Administrator Pelabuhan Palembang;

e. Sertifikat Keselamatan Radio Kapal Barang Sementara, Nomor PK.002/1/12/AD.PLG-2012, diterbitkan di Palembang, tanggal 15 Januari 2012, berlaku sampai dengan tanggal 14 April 2012, oleh Kantor Administrator Pelabuhan Palembang;

f. Sertifikat Garis Muat Kapal Pelayaran Dalam Negeri Sementara, Nomor PK.102/1/15/AD.PLG-12, diberikan di Palembang, tanggal 15 Januari 2012, berlaku sampai dengan tanggal 14 April 2012, oleh Kantor Administrator Pelabuhan Palembang;

g. Sertifikat Nasional Pencegahan Pencemaran oleh Minyak Dari Kapal, Nomor PK.401/1/12/AD.PLG-12, diberikan di Palembang, tanggal 15 Januari 2012, berlaku sampai dengan tanggal 14 April 2012, oleh Kantor Administrator Pelabuhan Palembang;

(3)

530

h. Pengoperasian Kapal Tramper di Dalam Negeri, Nomor AT.551/52/16/152/12, dikeluarkan di Jakarta, tanggal 27 Januari 2012, oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut;

i. Surat Keterangan Susunan Perwira, Nomor PK.683/III/048/Ad.Mtk-2012, diberikan di Muntok, tanggal 27 Maret 2012, oleh Kantor Administrator Pelabuhan Muntok;

j. Surat Persetujuan Menunda, Nomor GM.757/III/090/Ad.Mtk.2012, dikeluarkan di Muntok, tanggal 27 Maret 2012, oleh Kantor Administrator Pelabuhan Muntok;

k. Daftar Anak Buah Kapal, diterbitkan di Muntok, tanggal 27 Maret 2012, oleh PT. Payung Samudera, Cabang Muntok dan diketahui oleh Kantor Administrator Pelabuhan Muntok;

l. Daftar Muatan, diterbitkan di Muntok, tanggal 27 Maret 2012, oleh PT. Payung Samudera, Cabang Muntok;

m. Surat Persetujuan Berlayar, Nomor H2/KM/17/308/III/2012, diterbitkan di Muntok, pada tanggal 27 Maret 2012, oleh Kantor Administrator Pelabuhan Muntok.

6. Sertifikat Keahlian Pelaut terdiri dari :

a. ANT V, Nomor 6200516346N50202, tanggal 29 Oktober 2002, dikeluarkan di Jakarta, atas nama Tajarudin;

b. ANT V, Nomor 6200153218N50210, tanggal 25 Februari 2010, dikeluarkan di Jakarta, atas nama Eko Mulyono;

c. ATT V, Nomor 6200503778T50202, tanggal 25 Juni 2002, dikeluarkan di Jakarta, atas nama Khaidir Rustam;

d. ATT V, Nomor 6200508261T50202, tanggal 08 Agustus 2002, dikeluarkan di Jakarta, atas nama M. Ali Mirun.

TK. MIGE - 1.

1. Dokumen Kapal, terdiri dari :

a. Surat Ijin Perpanjangan Model E, Nomor PK.205/3/8/AD.PLG-12, diberikan di Palembang, tanggal 15 Maret 2012, oleh Kantor Administrator Pelabuhan Palembang;

(4)

531

b. Surat Ukur Internasional (1969), Nomor 3540/PPm, dikeluarkan di Batam, tanggal 14 Oktober 2011, oleh Kantor Pelabuhan Batam;

c. Sertifikat Keselamatan Konstruksi Kapal Barang Sementara, Nomor PK.005/2/20/AD.PLG-2012, diterbitkan di Palembang, tanggal 15 Januari 2012, berlaku sampai dengan tanggal 14 April 2012, oleh Kantor Administrator Pelabuhan Palembang;

d. Sertifikat Garis Muat Internasional, Nomor 012488, diberikan di Jakarta, tanggal 21 Desember 2011, berlaku sampai dengan tanggal 17 Oktober 2016, oleh Biro Klasifikasi Indonesia;

e. Sertifikat Klasifikasi Lambung, Nomor Register 14672, dikeluarkan di Jakarta, pada tanggal 21 Desember 2011, berlaku sampai dengan 17 Oktober 2016, oleh Biro Klasifikasi Indonesia;

f. Pengoperasian Kapal Tramper di Dalam Negeri, Nomor AT.551/52/16/161/12, dikeluarkan di Jakarta, tanggal 27 Januari 2012, oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut;

g. Surat Persetujuan Berlayar, Nomor H2/KM/17/309/III/2012, diterbitkan di Muntok, pada tanggal 27 Maret 2012, oleh Kantor Administrator Pelabuhan Muntok.

KM. BAHTERA LAJU – 1.

1. Berita Acara Tubrukan Kapal, dibuat di Palembang, tanggal 29 Maret 2012, oleh Nakhoda;

2. Laporan Kecelakaan Kapal (LKK), Nomor GM.761/1/2/AD-PLG.2012, dibuat Palembang, tanggal 29 Maret 2012, oleh Nakhoda, dan diketahui oleh Kantor Administrator Pelabuhan Palembang;

3. Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan (BAPP), oleh Kantor Administrator Pelabuhan Palembang, tanggal 30 Maret 2012, terhadap :

a. Mas Cik, jabatan Nakhoda,; b. Agusdin, jabatan KKM;

c. Jakfar Sidik, jabatan Juru Mudi.

4. Berita Acara Pendapat (Resume), dibuat oleh Kantor Administrator Pelabuhan Palembang, tanggal 03 April 2012;

(5)

532 5. Dokumen Kapal, terdiri dari :

a. Pas Tahunan, Nomor PK.674/4/05/P.Slr, diberikan di Sungai Lumpur, tanggal 10 Juli 2011, oleh Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Sungai Lumpur;

b. Surat Ukur Cara Pengukuran Dalam Negeri, Nomor 987/DDs, dikeluarkan di Palembang, tanggal 15 Januari 2003, oleh Kantor Administrator Pelabuhan Palembang;

c. Sertifikat Keselamatan Konstruksi Kapal Barang, Nomor PK.654/8/03/P.Slr-2011, diterbitkan di Sungai Lumpur, tanggal 17 Desember PK.654/8/03/P.Slr-2011, berlaku sampai dengan tanggal 16 Juni 2012, oleh Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Sungai Lumpur;

d. Sertifikat Keselamatan Perlengkapan Kapal Barang, Nomor PK.654/8/04/P.Slr-2011, diterbitkan di Sungai Lumpur, tanggal 17 Desember 2011, berlaku sampai dengan tanggal 16 Juni 2012, oleh Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Sungai Lumpur;

e. Sertifikat Perangkat Radio Telekomunikasi Kapal Berukuran Tonase Kotor 35 s/d 300, Nomor PK.654.1/2/05/P.Slr-2012, dikeluarkan di Sungai Lumpur, tanggal 17 Maret 2012, oleh Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Sungai Lumpur;

f. Daftar Awak Kapal, diterbitkan di Palembang, tanggal 26 Maret 2012, oleh Nakhoda, dan diketahui oleh Kantor Administrator Pelabuhan Palembang; g. Daftar Muatan, diterbitkan di Palembang, tanggal 27 Maret 2012, oleh

Pengirim, dan diketahui oleh Nakhoda;

h. Surat Persetujuan Memuat di Deck, Nomor GM.681/3/21/AD.PLG-12, diberikan di Palembang, tanggal 26 Maret 2012, oleh Kantor Administrator Pelabuhan Palembang;

i. Surat Persetujuan Berlayar, Nomor G.11/KM.17/243/III/2012, dikeluarkan di Palembang, tanggal 26 Maret 2012, oleh Kantor Administrator Pelabuhan Palembang;

6. Sertifikat Keahlian Pelaut terdiri dari :

a. Surat Keterangan Kecakapan 60 Mil, Nomor PK.658/001/VII/KPL.PLS-2007, tanggal 16 Juli 2007, oleh Kantor Pelabuhan Pulau Sambu, atas nama Mas Cik;

(6)

533

b. Surat Keterangan Kecakapan 60 Mil, Nomor PY.68/IX/I/Ad.Mtk-97, tanggal 02 Oktober 1997, oleh Kantor Administrator Pelabuhan Muntok, atas nama Agusdin Bin A. Rozak.

Dari berkas dan keterangan dalam Pemeriksaan Pendahuluan serta keterangan lainnya dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut :

A. Berkas dan keterangan yang diberikan dalam pemeriksaan pendahuluan : 1. Data Kapal.

KT. LEOTON - 1.

Nama : Leoton - 1

Jenis : Kapal Tunda

Bendera : Indonesia

Pembuatan/Konstruksi : Batam 2011/Baja

Isi kotor : GT. 38

Isi bersih : NT. 12

Tanda Pendaftaran : 2011 Dda No.2183/L Tanda Selar : GT. 38 No. 3537/IPPm

Tenaga Penggerak Utama : 2 (dua) unit Merk Caterpillar Type 3408 2 x 450 HP

Ukuran Pokok

Panjang : 15,65 meter Lebar : 4,80 meter

Dalam : 2,30 meter

Pemilik : PT. Bina Mulia Jaya Abadi di Muntok Bangka Barat

Nakhoda : Tajarudin

Awak Kapal : 8 (delapan) orang, termasuk Nakhoda

TK. MIGE – 1.

Nama : Mige - 1

Jenis : Tongkang Geladak

Bendera : Indonesia

Pembuatan/Konstruksi : Batam Tahun 2011/ Baja

Isi kotor : GT. 467

Isi bersih : NT. 141

Tanda Selar : GT.467 No.3540/PPm

Ukuran Pokok

Panjang : 47,52 meter Lebar : 14,85 meter

Dalam : 2,64 meter

(7)

534

Pemilik : PT. Bina Mulia Jaya Abadi di Muntok Bangka Barat

KM. BAHTERA LAJU - 1.

Nama : Bahtera Laju - 1

Jenis : Kapal Motor

Bendera : Indonesia

Pembuatan/Konstruksi : Palembang 2002/kayu

Isi kotor : GT. 35

Isi bersih : NT. 21

Tenaga Penggerak Utama : 1 (satu) Unit Mesin Merk Carterpillar 190 PK

Ukuran Pokok

Panjang : 18,40 meter Lebar : 5,00 meter

Dalam : 1,70 meter

Pemilik : Joni / Jony di Palembang

Nakhoda : Mas Cik

2. Jalannya Peristiwa. KT. LEOTON - 1.

a. Tanggal 27 Maret 2012, pukul 21.30 WIB, KT. Leoton – 1 menunda TK. Mige – 1 yang bermuatan mobil tangki LPG sebanyak 12 (dua belas) unit, bertolak dari Pelabuhan Muntok Bangka dengan tujuan Pelabuhan Palembang;

b. Tanggal 28 Maret 2012, dalam pelayarannya di Perairan Makarti Alur Pelayaran Sungai Musi kapal mengalami jarak tampak terbatas, tanpa penasehat Pandu di atas kapal dengan menyusur pada tepi alur sebelah kiri, dan pada pukul 03.45 WIB Nakhoda berkomunikasi dengan KT. Pasific melalui VHF chanel 16 untuk persiapan berpapasan pada lambung sebelah kanan, tetapi beberapa saat kemudian Nakhoda melihat sinar lampu putih tepat di haluan kapal dan mengambil aksi memerintahkan Juru Mudi untuk mengambil haluan ke kiri;

c. Dalam perkembangannya ternyata sinar lampu putih tetap mengarah ke KT. Leoton – 1, dan ketika Nakhoda menghidupkan lampu sorot kearah objek tersebut, pada jarak sekitar 20 (dua puluh) meter terlihat sebuah kapal yang berlawanan arah dengan haluan menuju KT. Leoton – 1, dan karena dekatnya jarak antara kedua kapal maka pada pukul 04.00 WIB, telah terjadi tubrukan antara bagian haluan kapal yang kemudian diketahui bernama KM. Bahtera Laju – 1 dengan lambung kanan KT. Leoton – 1 dan kemudian bertubrukan dengan lambung kanan TK. Mige 1;

(8)

535

d. Akibat dari tubrukan tersebut tidak ada korban jiwa ataupun cidera pada pihak KT. Leoton – 1, bagian lambung kanan KT. Leoton – 1 lecet, dan tiang lampu sebelah kanan TK. Mige – 1 rusak.

KM. BAHTERA LAJU – 1

a. Tanggal 27 Maret 2012, pukul 23.00 WIB, KM. Bahtera Laju – 1 bertolak dari Dermaga 16 Ilir Pelabuhan Palembang dengan tujuan Sungai Selan Bangka, Nakhoda berlayar di Alur Pelayaran Sungai Musi tanpa penasehat Pandu di atas kapal dengan kondisi penglihatan jarak tampak terbatas; b. Tanggal 28 Maret 2012, ketika kapal berlayar di daerah Pulau Keramat Alur

Pelayaran Sungai Musi Palembang sekitar pukul 03.45 WIB, Nakhoda berkomunikasi melalui Radio VHF dengan kapal yang menuju arah masuk Pelabuhan Palembang yang menginformasikan bahwa KM. Bahtera Laju – 1 pada posisi Pulau Keramat yang berjarak lebih kurang 2 (dua) mil dari Perairan Makarti, yang intinya kedua kapal sepakat untuk berpapasan pada lambung kiri, dan Nakhoda KM. Bahtera Laju – 1 tidak pernah merasa berkomunikasi dengan KT. Leoton – 1;

c. Beberapa saat kemudian setelah melakukan komunikasi Radio, di haluan terlihat lampu dengan jarak yang sangat dekat dan belakangan diketahui sebagai KT. Leoton – 1, KM. Bahtera Laju – 1 mengambil langkah menghindar dengan kemudi cikar kanan, tetapi usaha tersebut tidak berhasil, dan akhirnya pada pukul 04.00 WIB, bagian haluan KM. Bahtera Laju – 1 bertubrukan dengan lambung kanan KT. Leoton – 1 dan kemudian bertubrukan dengan lambung kanan TK. Mige – 1;

d. Akibat dari tubrukan tersebut tidak ada korban jiwa ataupun cidera pada pihak KM. Bahtera Laju - 1, bagian haluan KM. Bahtera Laju – 1 hancur, air sungai masuk ke kapal, mesin induk mati, kapal hanyut ke tepi alur, kapal dan muatannya karam, dan awak kapal dievakuasi dengan bantuan perahu pompong.

3. Dalam peristiwa kecelakaan ini, Mahkamah Pelayaran menetapkan Tersangkut dan Saksi – saksi sebagai berikut :

KT. LEOTON - 1.

Tersangkut : Nakhoda, Tajarudin. Saksi-saksi : 1) KKM, Khaidir Rustam;

2) Juru Mudi, Muchtar. KM. BAHTERA LAJU - 1.

Tersangkut : Nakhoda, Mas Cik. Saksi : 1) KKM, Agusdin;

2) Juru Mudi, Jakfar Sidik.

(9)

536

B. Dalam upaya untuk memperoleh keterangan lebih lanjut sehubungan dengan tubrukan antara KT. Leoton – 1 menunda TK. Mige – 1 dengan KM. Bahtera Laju - 1, pada tanggal 28 Maret 2012, pukul 04.00 WIB, di perairan Makarti Alur Pelayaran Sungai Musi Palembang, Mahkamah Pelayaran telah memanggil secara patut kepada Tersangkut dan Saksi – saksi guna didengar keterangannya di hadapan sidang Pemeriksaan Lanjutan Kecelakaan Kapal, di Kantor PT. Pelabuhan Indonesia II Cabang Palembang, tanggal 05 dan 06 September 2012. Keterangan yang diberikan di hadapan Sidang Majelis Mahkamah Pelayaran adalah sebagai berikut :

KT. LEOTON - 1.

1. Tersangkut Nakhoda, Tajarudin, dalam keadaan sehat dan tidak didampingi oleh Penasehat Ahli, memberikan keterangan sebagai berikut:

a. Lahir di : Palembang Tanggal : 11 Juni 1969 Agama : Islam

Alamat : Komp. Azhar Blok L 6 No.18, RT. 16/RW.04, Tanah Mas, Tulang Kelapa, Banyuasin

Pendidikan

Umum : 1) SD, tahun 1983, di Palembang; 2) SMP, tahun 1986, di Palembang; 3) SMA, tahun 1989, di Palembang.

Pelaut : ANT V, Tahun 2002, di Jakarta (penyesuaian MPT, tahun 1993) Pengalaman Berlayar :

1) Nakhoda, KT. Metra, 30 Maret 1996 s/d 12 Desember 2000;

2) Nakhoda, KT. Metra Sejahtera, 13 November 2002 s/d 26 Februari 2008; 3) Nakhoda, KT. Tri Metra, 30 Oktober 2009 s/d 30 April 2010;

4) Nakhoda, KT. Leoton – 1, 30 Januari 2012 s/d 12 April 2012.

b. Tanggal 27 Maret 2012, pukul 21.30 WIB, KT. Leoton – 1 menunda TK. Mige - 1 yang memuat 12 (dua belas) unit truk tangki LPG, bertolak dari Pelabuhan Muntok Bangka dengan tujuan Pelabuhan Palembang, dan diawaki oleh 8 (delapan) orang awak kapal serta 12 (dua belas) orang supir truk sebagai pelayar;

(10)

537

c. Tanggal 28 Maret 2012, ketika kapal memasuki alur Pelayaran Sungai Musi Palembang daya tampak terbatas karena kabut sehingga Tersangkut Nahkoda menurunkan kecepatan kapal dan bergerak dengan kecepatan aman, dalam berjaga-jaga dianjungan Tersangkut Nahkoda hanya didampingi oleh Juru Mudi Jaga, keadaan cuaca langit cerah berawan sebagian, tidak ada angin, arus pasang naik;

d. Pukul 03.45 WIB, Tersangkut Nahkoda melakukan komunikasi melalui Radio VHF Chanel 16 dengan KT. Pasific untuk berpapasan pada lambung kanan (hijau-hijau), tetapi beberapa saat kemudian pada jarak sekitar 30 (tiga puluh) meter Tersangkut Nahkoda melihat lampu putih tepat dihaluan kapal dan ketika diberi lampu sorot terlihat ada kapal yang mendekat dengan jarak lebih kurang 20 (dua puluh) meter, selanjutnya Tersangkut Nahkoda memerintahkan kemudi cikar kiri untuk menghindari tubrukan, tetapi upaya tersebut tidak berhasil dan pada pukul 04.00 WIB terjadi tubrukan antara haluan KM. Bahtera Laju - 1 dengan lambung kanan KT. Leoton – 1 dan lambung kanan TK. Mige - 1;

e. Tersangkut Nakhoda menerangkan bahwa KT. Leoton - 1 dilengkapi dengan radar yang saat kejadian radar dalam keadaan dioperasikan, namun tidak dapat menditeksi adanya objek yang mendekat (KM. Bahtera Laju - 1), karena radar kurang berfungsi dengan baik, kapal berlayar pada tepi kiri alur pelayaran dan tidak memperdengarkan isyarat bunyi dalam kondisi tampak terbatas, dan dalam pelayaran tersebut Tersangkut Nahkoda tidak pernah terpikirkan adanya kapal-kapal lain yang melayari alur Pelayaran selain KT. Pasific;

f. Meskipun Tersangkut Nakhoda kurang memahami Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut, tetapi berdasarkan kebiasaan, Tersangkut Nahkoda mengetahui bahwa apabila memasuki alur pelayaran sempit harus berlayar pada tepi sebelah kanan alur, dan apabila berpapasan atau menghindar haluan harus menyimpang ke kanan;

g. Setelah terjadi tubrukan, Tersangkut Nakhoda melakukan pengecekan terhadap keselamatan ABK dan para Pelayar dengan hasil lengkap dan tidak ada yang cidera, kemudian Tersangkut Nakhoda memeriksa kerusakan kapal dan kedapatan lecet pada lambung kanan KT. Leoton – 1 serta tiang sebelah kanan TK. Mige – 1 rusak;

h. Selanjutnya Tersangkut Nakhoda berusaha untuk menolong pihak KM. Bahtera Laju – 1, tetapi ketika tiba di lokasi ternyata sudah ada kapal lain yang membantu mengevakuasi korban, dan selanjutnya KT. Leoton – 1 kembali ke TK. Mige – 1 untuk diamankan di tempat berlabuh jangkar.

(11)

538

2. Saksi Juru Mudi, Muchtar, dalam keadaan sehat dibawah sumpah memberikan keterangan :

a. Lahir di : Palembang Tanggal : 10 Juli 1972 Agama : Islam

Alamat : Pipa Putih Laut Okan Hilir, Palembang Pendidikan

Umum : 1) SD, tahun 1984, di Palembang; 2) SMP, tahun 1988, di Palembang. Pelaut : ANTD, tahun 2011, di Jakarta. Pengalaman Berlayar :

1) Juru Mudi, KT. Metra, tahun 2002 s/d 2011;

2) Juru Mudi, KT. Leoton – 1, tahun 2011 s/d kejadian.

b. Dalam keterangannya, Saksi membenarkan bahwa KT. Leoton – 1 menunda TK. Mige – 1 bertolak dari Pelabuhan Muntok tujuan Pelabuhan Palembang, dengan muatan mobil tangki LPG sebanyak 12 (dua belas) unit, dan Saksi bertugas sebagai Juru Mudi Jaga di Anjungan;

c. Pada saat kapal mendekati Pulau Keramat, Saksi mendengar Tersangkut Nakhoda berkomunikasi dengan KT. Pasifik – 1 sepakat berpapasan kanan-kanan;

d. Tidak lama setelah komunikasi, Saksi melihat pada jarak lebih kurang 15 (lima belas)meter ada kapal yang melintas di depan KT. Leoton – 1;

e. Pukul 04.00 WIB terjadi tubrukan antara KM. Bahtera Laju - 1 dengan KT. Leoton - 1 kemudian dengan TK. Mige - 1 di perairan Makarti alur

pelayaran Sungai Musi Palembang, selanjutnya Tersangkut Nakhoda mengambil alih kemudi dan mengurangi kecepatan kapal, setelah itu Nakhoda melabuhkan TK. Mige – 1 di Pulau Keramat;

f. Tersangkut Nakhoda membawa KT. Leoton - 1 mendekati KM. Bahtera Laju – 1 untuk melakukan pertolongan, namun KM. Bahtera Laju – 1 sudah dibantu oleh perahu Pompong, kemudian KT. Leoton – 1 kembali ke TK. Mige – 1 untuk berlabuh di Pulau Singgris.

3. Saksi KKM, Khaidir Rustam, dalam keadaan sehat dan di bawah sumpah, memberikan keterangan :

a. Lahir di : Palembang Tanggal : 05 Maret 1967

(12)

539 Agama : Islam

Alamat : Jl. Bari Raya II, Blok P2 No. 18, Komplek Multiwahana RSSB, Palembang

Pendidikan

Umum : 1) SD, tahun 1983, di Palembang; 2) SMP, tahun 1986, di Palembang; 3) STM, tahun 1989, di Palembang. Kepelautan : ATT V, tahun 2002, di Jakarta. Pengalaman Berlayar :

1) Juru Minyak, KM. Indra Jaya, tahun 1989 s/d 1991; 2) Juru Minyak, KM. BTG Samudra XI, tahun 1991 s/d 1992; 3) Juru Minyak, KT. Mawar, tahun 1992 s/d 1994;

4) Masinis II, KT. Mawar, 1994 s/d 1995;

5) KKM, KT. Mawar, 09 November 2005 s/d 2011; 6) KKM, KT. Leoton I, 25 Oktober 2011 s/d kejadian

b. Pada saat kejadian, Saksi berada di kamar mesin melaksanakan tugas jaga, mengetahui terjadinya kapal tubrukan dari suara benturan badan kapal, selanjutnya Saksi langsung naik ke Anjungan, dan diberitahu oleh Tersangkut Nakhoda bahwa KT. Leoton - 1 tubrukan dengan kapal kayu; c. Saksi diperintahkan oleh Tersangkut Nakhoda untuk memeriksa ke kamar

mesin, setelah dilakukan pemeriksaan tidak ada kerusakan atau kebocoran; d. Atas perintah Tersangkut Nahkoda, KT. Leoton – 1 yang sedang menunda

TK. Mige – 1 tetap berlayar mencari posisi untuk lego jangkar;

e. Selanjutnya TK. Mige – 1 dilabuhkan, dan KT. Leoton - 1 mendekati kapal kayu tersebut untuk membantu, setelah sampai ditempat kejadian KM. Bahtera Laju - 1 tersebut telah dibantu perahu Pompong untuk diselamatkan.

KM. BAHTERA LAJU - 1.

1. Tersangkut Nakhoda, Mas Cik, dalam keadaan sehat, tidak didampingi Penasihat Ahli memberikan keterangan :

a. Lahir di : Ujung Pandang Tanggal : 14 Januari 1954 Agama : Islam

Alamat : Jl. Barok, Ulu Sungai Selan, Bangka Tengah

(13)

540 Pendidikan

Umum : SD, di Sulawesi Selatan.

Pelaut : SKK 60 Mil, tahun 1981, di Palembang. Pengalaman Berlayar :

1) Nakhoda, PT. Sekarmusi Ekaraya, tahun 1996 s/d 2005; 2) Nakhoda, KM. Bahtera Laju – 1, tahun 2005 s/d kejadian.

b. Tanggal 27 Maret 2008, pukul 23.00 WIB, KM. Bahtera Laju – 1 bertolak dari Dermaga 16 Ilir Palembang tujuan Sungai Selan Bangka, kapal mengangkut muatan campuran lebih kurang 80 Ton, dan Nakhoda telah berpengalaman melayari Alur Pelayaran Sungai Musi lebih kurang 15 (lima belas) tahun;

c. Tanggal 28 Maret 2008, Tersangkut Nakhoda dalam bernavigasi dan berolah gerak di Alur Pelayaran Sungai Musi tanpa didampingi penasehat Pandu di atas kapal, didampingi seorang Juru Mudi Jaga, dalam kondisi daya tampak terbatas, langit berawan sebagian, dan arus pasang naik; d. Sekitar pukul 03.45 WIB, Nakhoda berkomunikasi melalui radio dengan

kapal yang bergerak ke arah masuk Pelabuhan Palembang tetapi tidak ditanyakan nama kapalnya dan kedua kapal sepakat berpapasan pada lambung kiri (merah-merah), dan Tersangkut Nakhoda menerangkan bahwa tidak pernah berkomunikasi dengan KT. Leoton – 1;

e. Beberapa saat setelah berkomunikasi, Tersangkut Nakhoda melihat sinar lampu putih persis di haluan kapal dengan jarak yang sudah dekat tetapi tidak bisa diperkirakan karena pandangan dalam daya tampak terbatas, selanjutnya Tersangkut Nakhoda memberikan sorot lampu satu kali ke arah sebelah kanan, dan diiringi dengan perintah kemudi ke kanan, tetapi Nakhoda melihat KT. Leoton – 1 haluannya tetap ke kiri, dan pada pukul 04.00 WIB, tubrukan tidak dapat dihindarkan;

f. Bagian haluan KM. Bahtera Laju – 1 bertubrukan dengan lambung kanan KT. Leoton – 1, kemudian bertubrukan lagi dengan lambung kanan TK. Mige – 1, dan akibat dari tubrukan tersebut haluan KM. Bahtera Laju – 1 hancur, air masuk ke dalam kapal, mesin induk mati, kapal hanyut ke tepi alur dan karam, selanjutnya Tersangkut Nakhoda meminta bantuan kepada perahu yang lewat dan pada pagi harinya seluruh awak kapal dievakuasi oleh perahu pompong dengan selamat;

g. Tersangkut Nakhoda menerangkan bahwa KM. Bahtera Laju – 1 berlayar menyusuri alur Pelayaran Sungai Musi pada alur sebelah kanan sesuai dengan kebiasaan, bernavigasi secara tradisional yang dilengkapi dengan

(14)

541

peta laut saja, dan memahami kalau kapal berpapasan harus menyimpang ke kanan.

2. Saksi Juru Mudi, Jakfar Sidik, dalam keadaan sehat dan di bawah sumpah, memberikan keterangan :

a. Lahir di : Banyumas Agama : Islam

Alamat : Jl. KH. Azhari, Lorong Masawah, RT. 34 / No. 16, SU II, Palembang

Pendidikan

Umum : 1) SR, tahun 1953, di Jawa Tengah; 2) STN, tahun 1955, di Jawa Tengah.

Pengalaman Berlayar :

Juru Mudi, pada kapal milik PT. Sekarmusi Ekaraya, tahun 1993 s/d kejadian.

b. Saksi membenarkan bahwa kapal sedang berlayar dari Palembang tujuan Sungai Selan, pada tanggal 28 Maret 2012 saksi jaga pada pukul 02.00 WIB, berada di Anjungan memegang kemudi dengan Nakhoda sebagai pemegang komando;

c. Pukul 03.45 WIB, kapal mendekati Tikungan Pulau Keramat, saat melewati tikungan Pulau Keramat terjadi komunikasi antara kapal Bahtera Laju - 1 dengan kapal yang menuju arah masuk yang menjawab akan memasuki tikungan Pulau Keramat dan saat itu disepakati kapal berpapasan merah-merah atau kiri-kiri. Saksi menyatakan saat itu cuaca berkabut dan penglihatan daya tampak terbatas. Saksi sebagai juru-mudi jaga dan kondisi alat kemudi dalam keadaan baik. Saat itu, saksi melihat satu lampu penerangan dan tak lama kemudian melihat lampu sorot yang menyilaukan pandangan Saksi dan posisi kapal sudah saling berhadapan dan Nakhoda memerintahkan cikar kanan;

d. Pukul 04.00 WIB, terjadi tubrukan antara KM. Bahtera Laju - 1 dengan KT. Leoton - 1 yang menunda TK. Mige - 1 di perairan Makarti Alur

Pelayaran Sungai Musi. Setelah terjadi tubrukan, Nakhoda memerintahkan Saksi untuk ke kiri kemudian setelah lepas dari KT. Leoton – 1, KM. Bahtera Laju - 1 tertubruk oleh TK. Mige - 1 yang ditunda KT. Leoton - 1. KM. Bahtera Laju – 1 stop mesin, dan haluan kapal tersangkut di haluan kanan depan mendekati ramp door TK. Mige – 1, kemudian KM. Bahtera Laju - 1, mesin mundur untuk melepaskan dari posisi TK. Mige - 1. Setelah terlepas kapal hanyut mengikuti arus pasang ke pinggir dan dibantu oleh KM. Garuda Sakti untuk mengkandaskan KM. Bahtera Laju - 1. Akibat dari peristiwa tubrukan ini tidak ada korban jiwa.

(15)

542

3. Saksi KKM, Agusdin, dalam keadaan sehat dan di bawah sumpah, memberikan keterangan :

a. Lahir di : Lingkis

Tanggal : 16 Agustus 1976 Agama : Islam

Alamat : Desa Lingkis, Kec. Jejawi, Ogan Komering Ilir Pendidikan

Umum : 1) SD, tahun 1990, di Lingkis; 2) SMP, tahun 1993, di Lingkis; 3) SMA, tahun 1996, di Palembang.

Pelaut : SKK 60 Mil, tahun 1997, di Bangka Pengalaman Berlayar :

KKM, pada kapal milik PT. Sekarmusi Eka Raya, tahun 2005 s/d kejadian. b. Saat kejadian Saksi sedang berada di kamar mesin melaksanakan tugas

jaga, setelah mendengar benturan Saksi memeriksa kamar mesin, ternyata ada kebocoran di haluan depan masuk ke kamar mesin;

c. Saksi menghidupkan pompa, namun tidak mampu untuk memompa air karena air yang masuk ke kamar mesin tidak sebanding dengan kapasitas pompa, setelah kamar mesin tergenang air, mesin induk mati, dan Saksi naik ke Anjungan.

C. Pendapat Mahkamah Pelayaran.

Atas dasar penelitian dan pemeriksaan secara seksama terhadap berkas yang diterima Mahkamah Pelayaran dalam Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan (BAPP) serta keterangan-keterangan dari Tersangkut dan Saksi-saksi dalam sidang Pemeriksaan Lanjutan Kecelakaan Kapal di Kantor PT. Pelindo II Cabang Palembang, tanggal 05 dan 06 September 2012, sehubungan dengan tubrukan KT. Leoton – 1 menunda TK. Mige – 1 dengan KM. Bahtera Laju - 1, tanggal 28 Maret 2012, pukul 04.00 WIB, di perairan Makarti Alur Pelayaran Sungai Musi Palembang, telah sampai pada pendapat sebagai berikut :

(16)

543 1. Tentang Kapal, Surat Kapal dan Awak Kapal.

a. Kapal.

1) KT. LEOTON - 1.

KT. Leoton - 1 adalah jenis kapal tunda, konstruksi baja, berbendera Indonesia dengan isi kotor GT. 38, kapal dibangun tahun 2011 di Batam. Kapal berbaling-baling ganda dan digerakkan oleh mesin penggerak utama merk caterpillar type 3408 dengan daya 2 x 450 HP.

2) TK. MIGE - 1.

TK. Mige - 1 adalah jenis kapal tongkang geladak, konstruksi baja, berbendera Indonesia, isi kotor GT. 412, tongkang dibangun tahun 2011, di Batam, tongkang di diklasifikasikan pada Biro Klasifikasi Indonesia, Nomor Register 14672, tanda klas lambung adalah 100 P “Pontoon”.

3) KM. BAHTERA LAJU – 1.

KM. Bahtera Laju - 1 adalah jenis kapal motor, konstruksi kayu, berbendera Indonesia dengan isi kotor GT. 35, kapal dibangun tahun 2002 di Palembang. Kapal berbaling-baling tunggal dan digerakkan oleh mesin penggerak utama merk caterpillar dengan daya 190 PK. Kapal Docking terakhir tanggal 07 Juni 2011 sampai dengan tanggal 22 Juni 2011, di Palembang.

b. Surat-surat Kapal. 1) KT. LEOTON - 1.

Memiliki Sertifikat Keselamatan Kontruksi Kapal Barang yang dikeluarkan oleh Administrator Pelabuhan Palembang tanggal 15 Januari 2012 yang berlaku sampai dengan 14 April 2012, Pas Tahunan, Surat Ukur, dan surat-surat lain yang dipersyaratkan dan masih berlaku.

2) TK. MIGE - 1.

Memiliki Sertifikat Keselamatan yang dikeluarkan oleh Administrator Pelabuhan Palembang tanggal 15 Januari 2012 yang berlaku sampai dengan tanggal 19 Januari 2012, Surat Ukur, dan surat ijin sementara pengganti surat laut.

(17)

544 3) KM. BAHTERA LAJU – 1.

Memiliki Sertifikat Keselamatan Kontruksi Kapal Barang yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor UPP Sungai Lumpur yang berlaku sampai dengan tanggal 16 Juni 2012 dan Pas Tahunan, Surat Ukur, dan Surat-surat lain yang dipersyaratkan masih berlaku.

c. Awak Kapal.

1) KT. LEOTON - 1.

Berdasarkan Daftar Awak Kapal yang dibuat oleh PT. Payung Samudra Cabang Muntok, kapal diawaki 8 (delapan) orang termasuk Nakhoda. Susunan perwira KT. Leoton - 1 sesuai dengan Surat Keterangan Susunan Perwira yang dibuat oleh Administrator Pelabuhan Muntok, tanggal 27 Maret 2012, No. PK.683/III/048/Ad.Mtk.2012, sebagai berikut:

Bagian Dek :

NAKHODA : TAJARUDIN ijazah ANT V, tahun 2002. MUALIM I : EKO MULYONO ijazah ANT V, tahun 2010.

Bagian Mesin :

KKM : KHAIDIR RUSTAM ijazah ATT V, tahun 2002. MASINIS I : MUHAMMAD ALI MIRUN ijazah ATT V, tahun 2002. 2) KM. BAHTERA LAJU - 1.

Berdasarkan Daftar Awak Kapal yang dibuat oleh Nakhoda KM. Bahtera Laju - 1, tanggal 26 Maret 2012, dan diketahui oleh Kantor Administrator Pelabuhan Palembang, serta Agent PT. Sekarmusi Ekaraya, kapal diawaki 7 (tujuh) orang termasuk Nakhoda, sebagai berikut:

Bagian Dek :

NAKHODA : MAS CIK ijazah SKK 60 MIL, tahun 2007.

Bagian Mesin :

KKM : AGUSDIN ijazah SKK 60 MIL , tahun 1997. Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa :

1) KT. Leoton - 1 saat menunda TK. Mige – 1, pada saat tubrukan memiliki kondisi kapal dengan perlengkapan yang baik, akan tetapi sertifikat dan surat-surat kapal masih bersifat sementara dan pengawakannya memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku;

(18)

545

2) TK. Mige – 1 saat ditunda KT. Leoton – 1, kondisi baik, dokumen sertifikat dan surat-surat kapal lengkap;

3) KM. Bahtera Laju - 1, pada saat tubrukan memiliki kondisi kapal dengan perlengkapan tradisional, sertifikat dan surat-surat kapal yang lengkap dan masih berlaku, serta diawaki tidak sesuai dengan peraturan perundangan-perundangan yang berlaku.

2. Tentang Cuaca.

a. Menurut Badan Meteorologi, dan Geofisika, Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Priok, dengan suratnya tanggal 21 Mei 2012, perihal Analisis Keadaan Angin Permukaan, Arus Laut, Cuaca, Jarak Penglihatan dan Gelombang di wilayah Perairan Makarti, Alur Pelayaran Sungai Musi Palembang, posisi 02° 29’ 36” S dan 104° 56’ 45”’ T, tanggal 28 Maret 2012, pukul 04.00 WIB, adalah sebagai berikut :

Cuaca : Cerah - Berawan.

Arah Angin : Barat.

Kecepatan Angin Rata – Rata : 5 – 12 knots. Arah Arus : Barat Daya - Barat. Kecepatan Arus : 0,0 cm/det.

Jarak Penglihatan : 4,0 – 5,0 mil. Arah Gelombang : Utara – Timur Laut

Tinggi Gelombang : berkisar 0,2 m – 0,4 m.

b. Menurut Buku Kepanduan Bahari Indonesia Jilid I, Tahun 2010, Bab I, halaman 34, disebutkan bahwa di Pantai Timur Sumatera diantara Selat Bangka dan Selat Sunda, Musim Timur berlangsung dari Mei sampai November, dari arah Timur Tenggara Musim Barat dari Desember sampai april mula-mula dari Barat – Barat Daya kemudian dari Barat – Barat Laut. Angin Darat dan Angin Laut agak kuat sehingga akan menyebabkan sedikit perbedaan dalam arah dan ketetapannya angin musim pada siang dan malam hari. Angin Laut pada siang hari datang dari Arah Timur – Tenggara, dan angin darat dari Selatan – Tenggara. Selama musim Timur cuaca baik dan udara cerah, tetapi sering terjadi kabut.

Musim Barat menyebabkan udara berawan, angin kuat, hujan dan jarak penglihatan kurang baik. Kecepatan angin lebih dari 5 (lima) knot jarang terjadi dan hanya terjadi pada musim Barat. Keadaan laut pada umumnya baik, arus terutama terdiri dari arus sembir searah dengan angin yang sedang berlangsung, beserta arus yang lemah dari Selatan melalui Pantai Sumatera.

(19)

546

c. Menurut keterangan Tersangkut dan Saksi di dalam Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan maupun keterangan di hadapan sidang pemeriksaan lanjutan kecelakaan kapal menerangkan bahwa pada saat kejadian keadaan cuaca gelap, langit berawan sebagian, air pasang naik sedang, dan daya tampak terbatas.

Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa keterangan Tersangkut dan Saksi – saksi tentang keadaan cuaca pada saat kejadian dapat diterima.

3. Tentang Muatan dan Stabilitas Kapal. a. KT. LEOTON – 1/ TK. MIGE - 1.

Ukuran pokok kapal sesuai Surat Ukur Internasional (TMS. 1969). L x B x H = 47, 52 m x 14, 85 m x 2, 64 m.

Lambung Timbul Bebas (LT) = 603mm = 0, 603 m. Tebal plat geladak diperkirakan t = 7 mm = 0,007 m. Sarat Maksimal H = 2,64 m t = 0,007 m + = 2,647 m LT = 0,603 m - Sarat Maksimal = 2, 044 m. Displacement (D) = 47,52 x 14,85 x 2,044 x 0,90 x 1,025 = 1330,608 Ton.

Berat tongkang kosong (W) = 0,30 x D. = 399,182 Ton. Kapasitas Angkut (DWT) = D – W.

= 931,426 Ton.

Muatan tongkang 12 (dua belas) mobil LPG + 12 supir.

Jika diperkirakan berat 1 (satu) mobil LPG + 1 (satu) supir = 15 Ton, maka berat total muatan = 15 x 12 = 180 Ton.

Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa muatan TK. Mige – 1 tidak melebihi kapasitas angkutnya, stabilitas kapal baik.

b. KM. BAHTERA LAJU - 1.

Ukuran pokok sesuai Surat Ukur Dalam Negeri L x B x H = 18,40 x 5,00 x 1,70 m.

L = 18,40 m LT Min = 45 cm AT = 5 cm.

(20)

547 Sarat maksimal = H – LT.

= 1,70 m – 0,45 m = 1,25 m.

Displacement (D) = 18,40 x 5,00 x 1,25 x 0,68 x 1,025 = 80,155 Ton.

Berat kapal kosong (W) = 0,30 x D. = 24,046 Ton. Kapasitas Angkut (DWT) = D – W.

= 80,155 – 24,046 Ton. = 56,109 Ton.

Jumlah muatan yang diangkut = 80 Ton

Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa muatan KM. Bahtera Laju – 1 melebihi kapasitas angkutnya, stabilitas kapal kurang baik. 4. Tentang Navigasi dan Olah Gerak.

a. KT. LEOTON – 1/ TK. MIGE - 1.

1) Tanggal 27 Maret 2012, pukul 21.30 WIB, KT. Leoton – 1 menunda TK. Mige – 1 bertolak dari pelabuhan Muntok dengan tujuan Palembang, tanggal 28 Maret 2012 saat memasuki Alur Pelayaran Sungai Musi Palembang, kapal mengalami daya tampak terbatas, dan kapal bernavigasi pada sisi alur sebelah kiri, serta tidak memperdengarkan isyarat bunyi ataupun memperlihatkan isyarat cahaya;

2) Pukul 03.45 WIB, Nakhoda KT. Leoton - 1 berkomunikasi melalui Channel 16 dengan KT. Pasifik 1 dan keduanya sepakat untuk bertemu kanan-kanan. Namun, Nakhoda melihat di depan haluan kapal dengan jarak kurang lebih 30 (tiga puluh) meter terlihat sinar lampu berwarna putih, kemudian memerintahkan Juru Mudi untuk mengambil haluan ke kiri, Nakhoda kemudian menyalakan lampu sorot ke arah haluan kapal dan melihat ada kapal pada jarak sekitar 20 (dua puluh) meter kemudian memerintahkan Juru Mudi untuk cikar kiri, karena jarak sudah terlalu dekat maka pada pukul 04.00 WIB, terjadi tubrukan dengan KM. Bahtera Laju – 1 di Perairan Makarti Alur Pelayaran Sungai Musi Palembang; 3) Setelah terjadi tubrukan Tersangkut Nakhoda berolah gerak untuk

melabuhkan TK. Mige – 1 di dekat Pulau Keramat, kemudian Tersangkut Nakhoda berusaha membantu KM. Bahtera Laju – 1, tetapi ketika sampai di tempat kapal sudah ditolong oleh kapal lain, dan selanjutnya KT. Leoton – 1 kembali ke TK. Mige – 1 untuk dilabuhkan di Pulau Singgris yang aman.

(21)

548

Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa cara bernavigasi dan berolah gerak yang dilakukan Nakhoda kurang dapat diterima.

b. KM. BAHTERA LAJU - 1.

1) Pada tanggal 27 Maret 2012, pukul 23.00 WIB, KM. Bahtera Laju – 1 bertolak dari Dermaga 16 Ilir Pelabuhan Palembang, bernavigasi dan berolah gerak melayari Alur Pelayaran Sungai Musi pada sisi alur sebelah kanan dan kapal hanya dilengkapi dengan alat-alat navigasi tradisional; 2) Tanggal 28 Maret 2012, dini hari kapal mengalami keadaan daya tampak

terbatas, sehingga Tersangkut Nakhoda berolah gerak dengan mengurangi kecepatan kapal, sekitar pukul 03.45 WIB, Terangkut Nakhoda mencoba berkomunikasi melalui Radio VHF dengan kapal - kapal yang menuju arah masuk dan mendapat jawaban dari sebuah kapal yang tidak ditanyakan nama kapalnya, intinya kedua kapal sepakat untuk berpapasan pada lambung kiri atau merah-merah, serta Nakhoda menginformasikan kalau posisi KM. Bahtera Laju – 1 melintas Pulau Keramat;

3) Ketika kapal tiba di Perairan Makarti Alur Pelayaran Sungai Musi-Palembang, Tersangkut Nakhoda melihat ada sinar lampu putih tepat di haluan kapal, untuk menghindari tubrukan Tersangkut Nakhoda berolah gerak dengan merubah haluan ke kanan, tetapi karena kapal yang di haluan merubah haluan ke kiri, dan jaraknya terlalu dekat maka pada sekitar pukul 04.00 WIB, terjadi tubrukan dengan KT. Leoton – 1, kemudian bertubrukan lagi dengan TK. Mige – 1 yang ditunda;

4) Setelah terjadi tubrukan, haluan KM. Bahtera Laju – 1 menempel pada lambung kanan TK. Mige – 1, kemudian KM. Bahtera Laju – 1 berolah gerak dengan mesin mundur penuh dan setelah lepas kemudi cikar kiri untuk berolah gerak ke tepi alur, tapi berhubung haluan kapal hancur dan air masuk ke kapal maka mesin induk mati, kapal hanyut ke tepi alur dan karam.

Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa cara bernavigasi dan berolah gerak yang dilakukan Tersangkut Nakhoda dapat diterima.

(22)

549 5. Tentang sebab terjadinya peristiwa.

a. KT. LEOTON – 1/ TK. MIGE - 1.

1) Berdasarkan aturan dalam Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut 1972 mengenai tata cara berlayar pada alur pelayaran sempit, setiap kapal diwajibkan untuk berlayar sedekat mungkin dengan batas luar alur pelayaran yang terletak disisi lambung kanannya, tetapi pada kenyataannya KT. Leoton – 1 berlayar dekat dengan batas luar alur pelayaran yang terletak disisi lambung kirinya, sehingga akan berlawanan haluan dengan kapal-kapal yang bergerak berlawanan arah; 2) KT. Leoton – 1 berlayar dalam penglihatan tampak terbatas, pada waktu

dini hari yang gelap, radar tidak dapat berfungsi dengan baik, pengamatan dilakukan oleh Tersangkut Nakhoda sendiri dan didampingi Juru Mudi Jaga, dan kapal tidak memperlihatkan isyarat cahaya maupun memperdengarkan isyarat bunyi sebagaimana diatur dalam Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut 1972 (P2TL);

3) KT. Leoton – 1 ketika terlibat dalam situasi berhadapan dengan KM. Bahtera Laju – 1 mengambil tindakan dengan merubah haluan ke kiri, sedangkan menurut aturan dalam Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut 1972 (P2TL) harusnya merubah haluan ke kanan.

b. KM. BAHTERA LAJU -1.

1) KM. Bahtera Laju – 1 berlayar pada batas luar alur pelayaran yang terletak di sisi lambung kanannya secara benar, dan hal ini akan berlawanan haluan dengan KT. Leoton – 1 yang berlayar pada tepi alur pelayaran sebelah kiri;

2) KM. Bahtera Laju – 1 berlayar dalam penglihatan tampak terbatas, pada waktu dini hari yang gelap, hanya dilengkapi alat navigasi tradisional, pengamatan dilakukan oleh Tersangkut Nakhoda sendiri dan didampingi Juru Mudi Jaga, dan kapal tidak memperlihatkan isyarat cahaya maupun memperdengarkan isyarat bunyi sebagaimana diatur dalam Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut Tahun 1972 (P2TL);

3) Dalam situasi berhadapan dengan KT. Leoton - 1, KM. Bahtera Laju – 1 merubah haluan ke kanan, sehingga titik tubrukan tidak dapat dihindari.

(23)

550

Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa sebab terjadinya peristiwa dikarenakan tidak tepatnya cara bernavigasi KT. Leoton – 1 dengan menyusur alur pelayaran sempit pada sisi alur sebelah kiri, minimnya sarana bantu navigasi kedua kapal untuk berlayar di alur pelayaran sempit pada dini hari dan dalam penglihatan daya tampak terbatas, serta kurang tepatnya KT. Leoton – 1 dalam berolah gerak untuk menghindari tubrukan dengan merubah haluan ke kiri.

6. Tentang Upaya Penyelamatan. KT. LEOTON - 1.

1) Setelah terjadi tubrukan, Tersangkut Nakhoda berolah gerak untuk menyelamatkan KT. Leoton – 1 dan TK. Mige -1 dengan berlabuh jangkar di dekat Pulau Keramat, kemudian Tersangkut Nakhoda memeriksa kondisi fisik KT. Leoton – 1 dan TK. Mige – 1, dengan hasil kondisi kapal masih aman dan hanya ada kerusakan kecil yang tidak mengancam terhadap keselamatan kapal;

2) Selanjutnya KT. Leoton – 1 mendekati KM. Bahtera Laju – 1 dengan maksud memberi bantuan, tetapi ketika tiba dilokasi terlihat KM. Bahtera Laju – 1 sudah karam di tepi alur dan sudah dibantu oleh kapal lain, kemudian KT. Leoton – 1 berolah gerak kembali ke TK. Mige – 1 untuk ditunda dan dilabuhkan di dekat Pulau Singgris yang lebih aman dan tidak mengganggu alur pelayaran.

Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa upaya penyelamatan yang dilakukan oleh Tersangkut Nakhoda KT. Leoton – 1 dapat diterima.

KM. BAHTERA LAJU - 1.

1) Setelah terjadi tubrukan, haluan KM. Bahtera Laju – 1 menempel pada lambung kanan TK. Mige – 1, kemudian Tersangkut Nakhoda mengambil tindakan penyelamatan dengan mesin mundur untuk lepas dari TK. Mige – 1, dan setelah lepas Tersangkut Nakhoda melakukan olah gerak menyelamatkan kapal ke arah tepi alur sungai yang lebih dangkal;

2) Ketika dalam situasi olah gerak penyelamatan mesin induk mati karena terendam air, kapal hanyut ke tepi alur dan Tersangkut Nakhoda memerintahkan kepada ABK untuk bersiap-siap menggunakan baju renang, Tersangkut Nakhoda meminta tolong kepada kapal-kapal yang lewat untuk membantu agar KM. Bahtera Laju – 1 lebih cepat ke tepi alur, dan akhirnya kapal kandas dan karam di tepi alur serta awak kapal dapat dievakuasi dengan selamat.

(24)

551

Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa upaya penyelamatan yang dilakukan oleh Tersangkut Nakhoda KM. Bahtera Laju - 1 dapat diterima.

7. Tentang Kesalahan dan Kelalaian.

Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap para Tersangkut dan para Saksi yang dilakukan oleh Mahkamah Pelayaran dan didukung oleh keterangan dalam Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan, maka dapat dikemukakan sebagai berikut :

KT. LEOTON – 1

1) Bahwa Tersangkut Nakhoda KT. Leoton – 1 yang menunda TK. Mige -1, patut diduga telah bertindak tidak sesuai dengan kebiasaan pelaut yang baik (good seamanship) dengan berlayar pada alur pelayaran sungai yang sempit dan berbelok-belok, pada malam hari dalam daya tampak terbatas, serta alat navigasi radar tidak dapat berfungsi dengan baik;

2) Bahwa Tersangkut Nakhoda KT. Leoton – 1 dalam berlayar menyusur alur pelayaran sempit dan dalam menghindar pada situasi berhadapan tidak sesuai dengan aturan dalam Peraturan Pencegahan Tubrukan di laut (P2TL) tahun 1972.

Dengan demikian Mahkamah pelayaran berpendapat bahwa Tersangkut Nakhoda KT. Leoton - 1 dapat dipersalahkan telah bertindak tidak sesuai dengan Pasal 342 Kitab Undang – Undang Hukum Dagang (KUHD), Pasal 343 Kitab Undang – Undang Hukum Dagang (KUHD), dan Pasal 9 huruf (a) Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut tahun 1972;

KM. BAHTERA LAJU – 1

Bahwa Tersangkut Nakhoda KM. Bahtera Laju – 1, patut diduga telah bertindak tidak sesuai dengan kebiasaan pelaut yang baik (good seamanship) dengan berlayar pada alur pelayaran sungai yang sempit dan berbelok-belok, pada malam hari dalam kondisi daya tampak terbatas, dan kapal hanya dilengkapi alat navigasi tradisional.

Dengan demikian Mahkamah pelayaran berpendapat bahwa Tersangkut Nakhoda KM. Bahtera Laju - 1 dapat dipersalahkan telah bertindak tidak sesuai dengan Pasal 342 Kitab Undang – Undang Hukum Dagang (KUHD).

(25)

552 D. Putusan :

Atas dasar kenyataan-kenyataan tersebut di atas, berdasarkan Pasal 373 huruf (a) Kitab Undang – Undang Hukum Dagang (KUHD), Pasal 253 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, dan Pasal 18 huruf (b) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal dengan mempertimbangkan hal-hal yang meringankan dan memberatkan, Mahkamah Pelayaran :

MEMUTUSKAN :

I. Menyatakan bahwa tubrukan antara KT. Leoton – 1 menunda TK. Mige – 1 dengan KM. Bahtera Laju – 1 di perairan Makarti alur pelayaran Sungai Musi, Palembang, tanggal 28 Maret 2012, pukul 04.00 WIB, disebabkan para Tersangkut Nakhoda kedua kapal melakukan pelayaran di daerah alur pelayaran sungai yang sempit dan berbelok-belok, pada malam hari, dalam kondisi daya tampak terbatas, dan kedua kapal tidak dilengkapi alat navigasi yang memadai. II. Menyatakan bahwa tubrukan antara KT. Leoton – 1 menunda TK. Mige – 1

dengan KM. Bahtera Laju – 1 dikarenakan Tersangkut Nakhoda KT. Leoton – 1 telah berlayar di alur pelayaran sempit pada sisi alur sebelah kiri yang merupakan jalur berlayar bagi kapal-kapal yang berlawanan arah.

III. Menghukum Tersangkut Nakhoda KT. Leoton - 1, bernama Tajarudin, tanggal lahir 11 Juni 1969, memiliki Sertifikat keahlian Pelaut ANT V, Nomor 6200516346N50202, Tahun 2002, dengan mencabut sementara Sertifikat Keahlian Pelaut tersebut untuk bertugas sebagai Nakhoda di Kapal-kapal Niaga berbendera Indonesia selama jangka waktu 2 (dua) bulan.

IV. Menghukum Tersangkut Nakhoda KM. Bahtera Laju - 1, bernama Mas Cik, tanggal lahir 14 Januari 1954, memiliki Surat Keterangan Kecakapan 60 Mil, Nomor PK.658/001/VII/KPL.PLS-2007, Tahun 2007, dengan PERINGATAN. V. Putusan ini mulai berlaku sejak Berita Acara Pelaksanaan Putusan Mahkamah

Pelayaran dari Direktur Jenderal Perhubungan Laut diterima oleh Terhukum.

(26)

553

Demikian Putusan Mahkamah Pelayaran yang dibacakan oleh Ketua Majelis dalam sidang terbuka di Jakarta, pada hari Kamis, tanggal 18 Oktober 2012, dengan dihadiri oleh para Anggota Majelis dan Sekretaris Majelis, dengan dihadiri oleh Terhukum Nakhoda KT. Leoton – 1 dan tidak dihadiri oleh Terhukum Nakhoda KM. Bahtera Laju – 1.

Ketua : TTD Capt. A. Utoyo Hadi, S.H., M.Si., M.Mar.

Anggota : TTD Capt. Djemmy R. Sumakud, S.H, M.M, M.Mar.

Anggota : TTD Mulyono, S.H., M.Eng.

Anggota : TTD Ir. Benny Haryono, M.M.

Anggota : TTD Asril Pasaribu, S.H.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian tugas akhir ini, adapun metode yang dilakukan yakni pengumpulan data melalui studi literasi yang bersumber dari antara lain: kajian desain yang disajikan

Analisis wah target peningkata ce improvem kan bagia Perwakilan dap kinerj gan targe dengan ket aratur Neg tikberatkan menyempu utama (IKU gi BPKP gsung. maksudka ksanaan g telah

Desain Komunikasi Visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan kreatif, teknik dan media untuk menyampaikan pesan dan gagasan secara visual, termasuk

Dalam mengatasi kesulitan mengenai keadaan barang berupa busana dan memperoleh barang-barang tersebut, orang mulai berpikir dengan cara apa busana yang dibutuhkan

Sehingga judul di atas memiliki pengertian yaitu tempat yang memiliki fungsi untuk menampung dan mempertemukan berbagai kalangan yang bergerak di bidang mode dan mampu

• Terwujudnya bangunan Jogja Fashion Center di Yogyakarta sebagai wadah untuk menampung aktivitas yang berkaitan dengan fashion, yang feminin dan anggun melalui pengolahan

Adanya sistem produksi berdasarkan pesanan (job order) dalam memproduksi susu pasteurisasi, membawa kerugian bagi KPBS Pangalengan baik dalam pemanfaatan sumberdaya maupun

Teknologi merupakan salah satu penentu faktor daya saing, yang efisiensi dan efektifitasnya harus dapat diukur pada setiap periode sehingga dapat menjadi bahan evaluasi