• Tidak ada hasil yang ditemukan

BULETIN. Edisi September 2020 KHUSUS UNTUK ANGGOTA. Edisi September 2020 : 928 TAHUN KE - L

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BULETIN. Edisi September 2020 KHUSUS UNTUK ANGGOTA. Edisi September 2020 : 928 TAHUN KE - L"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Edisi September 2020

JATENG

GINSI

Edisi September 2020 : 928 TAHUN KE - L Sekretariat : Jl. Abdul Rahman Saleh No. 226 H Semarang

Telp/Fax : 024 – 76432943 // 024 – 7602781 // WhatsApp : 082 133 919 046 Email : ginsi.jateng@gmail.com // Website : www.ginsijateng.com

(2)

Edisi September 2020

september 2020

NOMOR : 928 TAHUN KE - L

DAFTAR ISI

 Liputan Khusus : GINSI Rakernas GINSI KE-1, Tumbuhkan Perekonomian Indonesia…………... 1

 Kebijakan Baru Impor Alas Kaki Dinilai Mendukung Produk UMKM ……… 2

 Cina Perketat Impor, Harga Acuan Batu Bara September Turun ………. 5

 Strategi Menteri Perindustrian Capai Target Subtitusi Impor 35 Persen pada 2022 ……….. 6

 Peruntukan Bahan Baku Impor DTP Kini Diatur ……… 7

 Kemenkeu Atur Tata Niaga Post Border pada INSW ………... 9

 Soal Implementasi e-Faktur 3.0, PKP Baru Perlu Lakukan Langkah Ini.. ……… 10

 Kemenkeu Rilis Aturan Baru soal Bea Masuk Impor Barang ………..……… 12

 Nilai Impor Indonesia Naik 2,65 Persen Mencapai USD 10,74 Miliar ……… 13

 Antisipasi Serbuan Sepeda Impor, Kemenperin Beri Pelayanan Sertifikasi SNI ………. 14

 Peraturan Pemerintah: Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2020 Tentang Ketentuan Impor Alas Kaki, Elektronik, Serta Sepeda Roda Dua dan Roda Tiga ... 16

 Laporan Kegiatan BPD GINSI Jateng bulan September 2020 ……… 22

*** dihimpun dari berbagai sumber

(3)

Edisi September 2020

LIPUTAN KHUSUS :

Rakernas GINSI KE-1,

Tumbuhkan Perekonomian Indonesia

Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) menggelar Rakernas ke-1, pada Jumat-Sabtu (18-19/9), di Jakarta, diikuti oleh pengurus dan anggota yang tersebar di seluruh Indonesia.

Rakernas dengan tema ‘Peran Importir Dalam Menopang Pertumbuhan Perekonomian Indonesia’ dibuka oleh Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Perhubungan Laut, Kemenhub Capt. Antoni Arif Priadi.

Hadir pada kesempatan itu, antara lain dari KSO Surveyor Indonesia, pembina Ginsi Sungkono Ali, Ketua Aptesindo Roy Rayadi, Dirut PT Graha Segara Wildan Isa Anwar, dari PT Pelabuhan Tanjung Priok, APBMI, dan perwakilan kantor OP Tanjung Priok.

Saat memberikan sambutan, Capt. Antoni menyatakan bahwa importir memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia. “Impor itu bukan ‘aib’, justru importir barang itu sangat dibutuhkan dimanapun. Bahkan importir mempunyai peran dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia,” katanya.

Dia mengungkapkan, justru kalau tidak ada kegiatan impor, buat apa dibangun pelabuhan yang besar disini.

Makanya, ujar Antoni, kegiatan Rakernas GINSI ini sangatlah bagus, sekaligus untuk bisa meng-up date perekonomian Indonesia.

“Kami berharap dari Rakernas ini dapat menghasilkan berbagai masukan kepada pemerintah (Kemenhub) sebagai partner, mengingat kedepan diperlukan kolaborasi antara pemerintah maupun para pengusaha dan asosiasi,” ungkapnya.

Sementara itu, Capt. Subandi (Ketua Umum GINSI) mengatakan, bahwa Rakernas ini merupakan salah satu amanah yang mesti dilaksanakan, karena ini perintah AD/ART organisasi.

“Semoga dengan kegiatan ini bisa memberikan manfaat bagi semua pihak, bukan saja seluruh pengurus GINSI pusat maupun daerah, namun juga pemerintah,” kata Capt. Subandi.

Mantan anggota DPRD DKI Jakarta ini juga menyatakan jika di tahun 2019 lalu, aktivitas impor nasional turut menyumbang devisa negara mencapai sekitar Rp. 209 triliun.

“Makanya kita jangan alergi dengan impor. Justru dengan adanya impor inilah sektor lain dapat ikut merasakan dan ikut berkembang. Misalnya pelabuhan, pelayaran, PBM, dan angkutan, serta yang lainnya,” jelas Subandi.

Karena impor pulalah, mampu menyerap ratusan ribu tenaga kerja.

Untuk itu, Capt. Subandi mengingatkan agar jajaran pengurus di daerah mampu menjelaskan masalah ini kepada khalayak ramai, bahwa dengan impor telah mampu menyumbang devisa negara hingga mencapai ratusan triliun rupiah, serta mampu menyerap ratusan ribu tenaga kerja.

“Kami berharap Rakernas ini mampu menghasilkan berbagai rekomendasi positif dan strategis untuk kemajuan negara dan bangsa ini, dan sesuai dengan program kerja GINSI kedepan,” kata Subandi.

(4)

Edisi September 2020

Kebijakan Baru Impor Alas Kaki Dinilai

Mendukung Produk UMKM

Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko mengatakan kebijakan pengaturan importasi alas kaki bisa mendorong industri kecil dan menengah (IKM) atau pun usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Pengaturan impor alas kaki tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 68 Tahun 2020.

Eddy mengatakan produk alas kaki paling banyak masuk dari Cina. Produk-produk tersebut, ujar Eddy, banyak menyasar kelompok menengah ke bawah. "Kalau produk kelas menengah ke bawah itu terus menggempur pasar kita, akibatnya industri kecil dan menengah ini akan hancur," ujar Eddy kepada Tempo, Rabu 9 September 2020.

Ketua Umum Asosiasi UMKM Muhammad Ikhsan Ingratubun mengatakan mayoritas produk alas kaki bisa dibuat di dalam negeri. Arus impor alas kaki yang diperketat, ujar Ikhsan, mendorong

pelaku UMKM untuk masuk dalam pasar impor tersebut. Menurut Ikhsan, tak sedikit produk lokal yang memiliki kualitas yang bagus, salah satunya sepatu asal Cibaduyut, Bogor, atau pun Garut di Jawa Barat.

"Dengan pengetatan impor, diharapkan pemerintah juga membuka jalan untuk pengembangan industri dalam negeri, misalnya mendorong investasi," kata Ikhsan. Apalagi, Ikhsan mengatakan rata-rata kandungan komponen impor produk UMKM sebesar 25-35 persen.

Ketua Umum Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Subandi menyayangkan Permendag 68/2020 yang dinilai terburu-buru. Pasalnya, ujar Subandi, pemesanan barang impor biasanya dilakukan jauh sebelum aturan tersebut diterbitkan. Beleid itu ditandatangani pada 25 Agustus lalu, dan langsung berlaku tiga hari setelahnya.

(5)

Edisi September 2020 "Selama proses pemesanan, tidak sedikit

pengimpor yang tahu ada kewajiban Persetujuan Impor (PI), sehingga barang yang tiba sulit dikeluarkan," tutur Subandi.

Menurut dia, hal itu juga berdampak pada penambahan biaya karena bahan yang tertahan di pelabuhan. Selain itu, Subandi berujar kebijakan itu juga berpotensi menyebabkan retaliasi atau tindakan pembalasan di bidang perdagangan antar negara. Hal itu, kata dia, pernah terjadi pada saat pembatasan impor produk hortikultura dari Pakistan yang dibalas dengan pengaturan ekspor kelapa sawit.

Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian Elis Masitoh mengatakan pemerintah mempunyai target pengendalian impor sebesar 35 persen pada 2024. Hal ini dilakukan untuk menjaga pasar dalam negeri. Puncak permintaan produk alas kaki biasanya terjadi pada periode Lebaran dan tahun ajaran baru. Namun, momentum tersebut terlewatkan karena adanya pandemi Covid-19.

Saat ini, ujar Elis, banyak stok alas kaki di pabrik yang menumpuk. Di sisi lain, produk tersebut harus terserap di dalam negeri. Namun, pusat perbelanjaan masih sepi dan daya beli masyarakat juga masih rendah. Untuk itu, kata dia, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah menjaga impor alas kaki masuk ke pasar dalam negeri.

"Biarlah pasar dalam negeri diisi oleh produk lokal. Masyarakat tidak ada pilihan barang impor supaya bangga juga beli produk lokal," kata Elis.

Selain itu, Elis berujar penggunaan produk lokal bisa mempertahankan utilisasi dari industri alas kaki yang berimbas pada penekanan kemungkinan pemutusan hubungan kerja (PHK) tenaga kerja. Dengan begitu, ujar Elis, daya beli masyarakat ikut terangkat.

Ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal Hastiadi mengatakan kebijakan itu tepat dikeluarkan di tengah pandemi. Menurut dia, sumber pertumbuhan ekonomi dalam negeri masih terbatas, misal dari konsumsi rumah tangga hingga belanja pemerintah. Saat ini, ujar Fithra, salah satu yang bisa diharapkan adalah pengendalian surplus neraca perdagangan.

Fithra berujar potensi retaliasi perdagangan tetap ada, terutama dari Cina yang jadi sasaran utama pengaturan impor alas kaki. Namun, pada masa pandemi ini retaliasi bukanlah prioritas bagi mitra dagang Indonesia. Apalagi, kata

dia, yang diatur importasinya adalah barang konsumi. Menurut dia, banyak kelompok barang lain yang masih diimpor oleh Indonesia.

"Ini tidak mempengaruhi kinerja industri karena yang diatur itu barang konsumsi. Ini bukan pembatasan di barang modal atau barang kebutuhan industri yang justru sudah direlaksasi, ujar Fithra.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Didi Sumedi sebelumnya mengatakan beleid tersebut didorong kenaikan impor beberapa barang konsumsi secara signifikan. Didi mencatat pada Mei—Juni 2020 terjadi kenaikan impor barang konsumsi 50,64 persen.

Bahkan, kata dia, ada beberapa barang yang nilai pertumbuhannya di atas 70 persen. Lewat Permendag itu, pelaku usaha kini wajib memiliki Persetujuan Impor (PI) dan harus dilakukan verifikasi di pelabuhan muat yang tertuang dalam Laporan Surveyor (LS) untuk memastikan kebenaran produk/ barang yang diimpor.

Tekan Impor Barang Konsumsi,

Kemendag Terbitkan Permendag

Nomor 68 Tahun 2020

Kementerian Perdagangan menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 68 Tahun 2020 Tentang Ketentuan Impor Alas Kaki, Elektronik, dan Sepeda Roda Dua dan Roda Tiga. Tujuan penerbitan Permendag ini adalah untuk menekan impor barang konsumsi yang masuk ke Indonesia. Permendag ini ditetapkan sejak 19 Agustus 2020 dan mulai berlaku 28 Agustus 2020.

“Pada Mei—Juni 2020 terjadi kenaikan impor barang konsumsi sebesar 50,64 persen dengan produk berupa tank, makanan dan minuman, alas kaki, elektronik, dan sebagainya. Bahkan, terdapat beberapa barang yang nilai pertumbuhannya di atas 70 persen. Untuk itu, Kemendag perlu melakukan pengaturan impor terhadap barang-barang tersebut,” jelas Menteri Perdagangan Agus Suparmanto.

Dalam Permendag tersebut, terdapat tiga jenis kelompok barang yang diatur tata niaganya dengan jumlah total pos tarif/HS sebanyak 11 HS. Untuk kelompok alas kaki yang diatur dalam Permendag ini adalah alas kaki dengan sol dari

(6)

Edisi September 2020 karet dengan pos tarif/HS 6404.11.10, 6404.11.20,

6404.11.90, 6404.19.00, dan 6404.20.00. Sedangkan, untuk elektronik yang diatur adalah mesin pengatur suhu udara dengan pos tarif/HS 8415.10.10 dan 8415.10.90. Kemudian, untuk sepeda roda dua dan roda tiga yang diatur adalah pos tarif/HS 8712.00.10, 8712.00.20, 8712.00.30, dan 8712.00.90. Saat ini, komoditas alas kaki dan elektronik diatur dalam Permendag Nomor 87 Tahun 2015 jo Permendag Nomor 28 Tahun 2020 tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu yang dalam peraturan tersebut hanya mewajibkan Laporan Surveyor (LS) dan mekanisme pemeriksaan dokumen impor dilakukan setelah melewati kawasan pabean (post border). Sedangkan, untuk komoditas sepeda sebelumnya tidak diatur tata niaga impornya.

“Dengan Permendag Nomor 68 Tahun 2020 ini, para pelaku usaha wajib memiliki Persetujuan Impor (PI) dan LS untuk pemenuhan persyaratan impor komoditas tersebut. Selain itu, mekanisme pengawasan yang dilakukan juga mengalami perubahan, yang semula dilakukan di luar kawasan pabean (post border) kini dilakukan di kawasan pabean (border),” imbuh Mendag.

Selain itu, Permendag ini juga mengatur pelabuhan tujuan yang dapat digunakan sebagai pintu masuk. Pelabuhan laut yang dapat digunakan adalah Belawan di Medan, Tanjung Priok di Jakarta, Tanjung Emas di Semarang, Tanjung Perak di Surabaya, Soekarno Hatta di Makassar, Dumai di Dumai, Jayapura di Jayapura, Tarakan di Tarakan, Krueng Geukuh di Aceh Utara, Bitung di Bitung, Merak Mas di Cilegon, dan Kuala Langsa di Langsa.

Untuk pelabuhan darat, yang dapat digunakan adalah Cikarang Dry Port di Bekasi. Sedangkan, untuk pelabuhan udara adalah Kualanamu di Deli Serdang, Soekarno Hatta di

Tangerang, Ahmad Yani di Semarang, Juanda di Surabaya, dan Hasanuddin di Makassar. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Didi Sumedi menambahkan, Permendag ini juga mewajibkan para importir untuk menyampaikan laporan pelaksanaan impornya.

“Laporan tersebut dapat dilakukan secara elektronik, baik terealisasi maupun tidak terealisasi setiap bulan paling lambat tanggal 15 bulan

berikutnya melalui laman

http://inatrade.kemendag.go.id ,” terang Didi. Untuk LS alas kaki yang telah diterbitkan berdasarkan Permendag Nomor 87/M-DAG/PER/10/2015 tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Permendag Nomor 28 Tahun 2020, dinyatakan tetap berlaku sampai dengan selesainya pelaksanaan impor oleh importir.

Hal serupa juga berlaku untuk LS elektronik. Bagi LS untuk elektronik berupa mesin pengatur suhu yang telah diterbitkan berdasarkan Permendag Nomor 84/M-DAG/PER/10/2015 tentang Ketentuan Impor Barang Berbasis Sistem Pendingin sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Permendag Nomor 18 Tahun 2018, dinyatakan tetap berlaku sampai dengan selesainya pelaksanaan Impor oleh importir.

“Sedangkan, untuk impor sepeda roda dua dan roda tiga yang dikapalkan sebelum Permendag ini berlaku dan dapat dibuktikan dengan tanggal konosemen (Bill of Lading), Permendag ini tidak berlaku,” pungkas Didi.

(7)

Edisi September 2020

Cina Perketat Impor, Harga Acuan Batu Bara

September Turun

Harga Batu Bara Acuan (HBA) kembali tertekan akibat rendahnya permintaan dari pasar global dan konsumsi batu bara domestik akibat dari pelemahan ekonomi saat pandemi Covid-19. HBA pada September 2020 ditetapkan US$49,42 per ton atau turun tipis sebesar US$0,92 per ton dari harga acuan bulan sebelumnya, yakni US$50,34 per ton.

"Minimnya serapan ini tak lepas dari belum pulihnya perekonomian Tiongkok dan India yang menjadi target utama penjualan batubara Indonesia," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi melalui keterangan tertulis, Selasa, 2 September 2020.

Menurut Agung, sentimen utama dari kontraksi HBA disebabkan oleh pengetatan kebijakan impor Cina dan India. Kondisi ini berujung pada cadangan batu bara di kedua negara tersebut melimpah sehingga kebutuhan impor batu bara menurun.

"Covid-19 menyebabkan penurunan impor batubara oleh Tiongkok sebesar 20 persen dan

belum pulihnya permintaan dari India pasca-lockdown," ujarnya.

Semenjak Covid-19 ditetapkan sebagai pandemi global, HBA sempat menguat sebesar 0,28 persen pada angka US$ 67,08 per ton di bulan Maret dibanding bulan Februari US$66,89 per ton. Kemudian, HBA terus mengalami pelemahan ke angka US$ 65,77 per ton di bulan April dan US$ 61,11 per ton di bulan Mei. selanjutnya di bulan Juni di angka US$ 52,98 per ton dan di bulan Juli turun lagi di US$ 52,16 per ton.

Sebagai informasi, HBA sendiri diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platts 5900 pada bulan sebelumnya. Kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal per kilogram GAR.

Nantinya, harga acuan ini akan digunakan secara langsung dalam jual beli komoditas batubara (spot) selama satu bulan pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB Veseel).

(8)

Edisi September 2020

Strategi Menteri Perindustrian Capai Target

Subtitusi Impor 35 Persen pada 2022

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita memaparkan strategi mewujudkan dan mengakselerasi pencapaian target program substitusi impor sebesar 35 persen pada 2022, sekaligus mendorong pemulihan ekonomi nasional akibat dampak pandemi Covid-19.

“Adapun empat strategi yang akan kami jalankan, yakni pendalaman struktur industri, kemandirian bahan baku dan produksi, perlunya regulasi dan insentif yang mendukung, serta pengoptimalan program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN),” kata Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita melalui keterangan tertulis, Sabtu, 26 September 2020.

Hal itu dikemukakannya pada Rapat Koordinasi Pimpinan (Rakorpim) Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) dan Kementerian/Lembaga (K/L) di Bintan, Kepulauan Riau, Jumat.

Menperin mengatakan untuk mencapai target tersebut perlu dukungan dan langkah sinergi dari seluruh pemangku kepentingan terkait, mulai lingkup kementerian dan lembaga hingga asosiasi industri.

“Guna mengakselerasinya, kami juga akan fokus pada implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0,” tutur Agus.

Akibat dampak pandemi Covid-19, Kemenperin menambahkan dua sektor prioritas pada peta jalan Making Indonesia 4.0, yaitu industri farmasi dan industri alat kesehatan yang mengalami pertumbuhan dan permintaan yang signifikan.

“Kami dapat pelajaran dari dampak pandemi ini, bahwa kita harus menjadi negara yang mandiri di sektor kesehatan. Jadi, ada tujuh sektor prioritas pada roadmap Making Indonesia 4.0,” katanya.

Lima sektor prioritas sebelumnya adalah industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, kimia, otomotif, serta elektronik.

“Dari lima sektor tersebut saja sudah mempresentasikan 70 persen dari PDB industri yang ada di Indonesia, 60 persen dari ekspor industri, dan 60 persen dari penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia,” ungkap Menperin.

Ia yakin strategi tersebut mampu menarik investasi baru dan menjaga iklim usaha di tanah air. “Dalam implementasinya, kami akan jalankan secara simultan, antara penurunan impor melalui substitusi impor pada sektor industri yang nilai impornya besar, dengan peningkatan utilisasi produksi pada seluruh sektor industri pengolahan,” kata Agus.

Dia membidik utilisasi sektor manufaktur secara keseluruhan sebesar 60 persen hingga akhir tahun ini. Pada 2021, utilisasi bakal digenjot sebesar 75 persen, dan terus dipacu hingga 85 persen di 2022.

“Sebelum hadir Covid-19 di Indonesia, utilisasi industri di Indonesia mencapai 75 persen. Mulai Juni sampai sekarang sudah mulai ada tanda pemulihan, dengan tingkat utilisasi 52 persen. Kinerja gemilang ini tercermin juga dari Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia di bulan Agustus yang berada pada level 50,8 atau menandakan sedang ekspansif,” katanya.

Ia mengatakan strategi penurunan impor ini akan didorong melalui peningkatan invetasi baru.

Kemenperin mencatat rencana sejumlah investasi sektor manufaktur pada periode 2019-2023 yang sudah terdaftar di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), total nilainya menembus Rp 1,04 triliun dari 12 perusahaan.

Sektor-sektornya antara lain industri permesinan dan alat mesin pertanian, industri kimia hulu, industri kimia hilir dan farmasi, industri logam (non-smelter), industri smelter, industri elektronika dan telematika, serta industri makanan hasil laut dan perikanan.

Menperin mengaku sudah menghitung jumlah investasi yang dibutuhkan 35 persen substitusi impor. “Total kebutuhan investasinya sebesar Rp197 triliun, kemudian nilai target produksi Rp 142 triliun, dan biaya investasi Rp 55 triliun. Target produksi ini adalah untuk struktur biaya di luar proses produksi, seperti perizinan, pengadaan lahan dan lainnya,” sebutnya.

Apabila investasi itu terealisasi, lanjur Menperin, akan tercipta sebanyak 397.000 peluang kerja tambahan

(9)

Edisi September 2020

Peruntukan Bahan Baku Impor DTP Kini

Diatur

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 134/2020 memberikan ketentuan khusus mengenai pemanfaatan bahan baku yang diimpor oleh sektor industri tertentu dan mendapatkan bea masuk ditanggung pemerintah (DTP).

Pasal 21 ayat 1 PMK itu menyebutkan sektor industri tertentu yang mendapatkan fasilitas bea masuk DTP wajib menggunakan bahan baku yang diimpor untuk memproduksi barang atau jasa untuk tujuan konsumsi dalam negeri.

Bahan baku yang diimpor, masih dari pasal tersebut, juga wajib digunakan sesuai dengan peruntukannya dan tidak boleh dipindahtangankan kepada pihak lain.

"Dalam hal perusahaan industri sektor tertentu tidak melaksanakan ketentuan [Pasal 21 ayat 1], keputusan menteri ... dicabut dan perusahaan industri sektor tertentu wajib melunasi bea masuk yang terutang," bunyi Pasal 21 ayat 2 PMK No. 134/2020, seperti dikutip Senin (28/9/2020).

Apabila dari kegiatan monitoring dan evaluasi ditemukan adanya penyalahgunaan ketentuan, direktur pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) yang menjalankan fungsi audit,

kepala kantor wilayah DJBC, kepala kantor bea dan cukai, atau pejabat bea dan cukai yang ditunjuk harus menyampaikan pemberitahuan kepada Direktur Fasilitas Kepabeanan DJBC untuk mencabut keputusan menteri keuangan (KMK) pemberian fasilitas bea masuk DTP.

Pemungutan dan penagihan bea masuk terutang akibat pencabutan KMK akan dilaksanakan sesuai ketentuan perundang-undangan pada bidang kepabeanan.

Seperti diketahui,PMK No. 134/2020 memberikan fasilitas bea masuk DTP kepada 33 sektor industri dengan pagu bea masuk DTP yang bervariasi untuk masing-masing sektor industri.

Jenis bahan baku yang dapat diimpor oleh sektor industri tertentu dan mendapatkan bea masuk DTP juga berbeda-beda tergantung sektor industri tertentu yang mengimpor bahan baku tersebut.

Jenis bahan baku yang bisa diimpor dan mendapatkan bea masuk DTP tersebut diperinci pada lampiran B PMK No. 134/2020. Adapun PMK No. 134/2020 ini berlaku terhitung sejak 22 September 2020 hingga 31 Desember 2020.

(10)

Edisi September 2020

Mau Dapat Insentif

Bea

Masuk

DTP?

Begini Syarat dan

Ketentuannya

Kementerian Keuangan menetapkan ketentuan dan syarat yang ketat bagi sektor industri tertentu untuk mendapatkan bea masuk ditanggung pemerintah (DTP).

Merujuk pada Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 134/2020, bea masuk DTP hanya dapat diberikan kepada sektor industri tertentu yang tidak pernah melakukan kesalahan dalam pemberitahuan jumlah atau jenis barang pada pemberitahuan impor barang yang mendapatkan bea masuk DTP selama 1 tahun terakhir.

Sektor industri tertentu yang ingin memperoleh fasilitas bea masuk DTP juga tidak boleh memiliki utang bea masuk, cukai, atau pajak dalam rangka impor yang telah melewati jatuh tempo pembayaran.

"Untuk mendapatkan persetujuan bea masuk DTP, perusahaan industri sektor tertentu mengajukan permohonan kepada menteri [keuangan] melalui direktur," bunyi Pasal 8 ayat 2 PMK No. 134/2020.

Permohonan yang diajukan kepada Ditjen Bea dan Cukai (DJBC) harus memuat identitas perusahaan, daftar bahan baku yang dimintakan bea masuk DTP, invoice dan packing list, dan surat rekomendasi dari pejabat minimal pimpinan tinggi pratama pada kementerian pembina sektor.

Bila bahan baku yang dimintakan bea masuk DTP adalah bahan baku dari gudang berikat atau kawasan berikat, perusahaan sektor industri tertentu juga diwajibkan untuk menyampaikan identitas pengusaha gudang berikat atau pengusaha di gudang berikat (PDGB) serta pengusaha kawasan berikat atau pengusaha di kawasan berikat (PDKB) yang dimaksud.

Data-data yang perlu dicantumkan dalam antara lain nama perusahaan; nomor pokok wajib pajak (NPWP); nomor keputusan menteri mengenai izin pengusaha gudang berikat, PDGB, pengusaha kawasan berikat, atau PDKB; dan nama dan jabatan penanggung jawab.

Permohonan cukup disampaikan industri sektor tertentu kepada DJBC melalui portal DJBC yang terdapat pada sistem Indonesia National Single Window (INSW).

Dokumen identitas perusahaan, daftar bahan baku yang dimintakan bea masuk DTP, invoice dan packing list yang disampaikan melalui INSW akan ditindaklanjuti dengan pemberian surat rekomendasi dari pejabat minimal pimpinan tinggi pratama pada kementerian pembina sektor.

Permohonan akan diteliti oleh DJBC dan akan diterbitkan Keputusan Menteri Keuangan (KMK) mengenai pemberian bea masuk DTP apabila permohonan diterima.

Persetujuan atau penolakan atas permohonan bea masuk DTP yang diajukan secara elektronik harus diberikan paling lama 3 jam terhitung sejak permohonan diterima lengkap dan benar. KMK persetujuan bea masuk DTP kepada industri tertentu hanya berlaku selama 30 hari sejak KMK tersebut ditetapkan.

Seperti diketahui, PMK No. 134/2020 memberikan fasilitas bea masuk DTP kepada 33 sektor industri dengan pagu bea masuk DTP yang bervariasi untuk masing-masing sektor industri.

Bea masuk DTP tidak hanya diberikan atas kegiatan impor langsung dari luar negeri. Fasilitas ini juga diberikan atas bahan baku yang diperoleh industri tertentu dari pusat logistik berikat (PLB), gudang berikat, dan kawasan berikat.

Pengusaha kawasan berikat serta PDKB yang juga termasuk sebagai industri tertentu dalam PMK No. 134/2020 berhak mendapatkan bea masuk DTP atas pengeluaran bahan baku ke tempat lain dalam daerah pabean oleh pengusaha tersebut.

(11)

Edisi September 2020

Kemenkeu Atur Tata Niaga Post Border

pada INSW

Pemerintah menyiapkan fasilitas penyampaian, pencantuman, dan penghapusan ketentuan tata niaga postborder bagi kementerian dan lembaga (K/L) terkait, melalui sistem Indonesia National Single Window (INSW).

Fasilitas tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 132/2020 yang merupakan pelaksana amanat Peraturan Presiden (Perpres) No. 44/2020. Fasilitas tersebut akan disiapkan oleh Lembaga National Single Window (LNSW).

"LNSW mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan INSW dan penyelenggaraan sistem INSW dalam penanganan dokumen kepabeanan, dokumen kekarantinaan, dokumen perizinan…,"

bunyi bagian pertimbangan PMK 132/2020, dikutip Senin (28/9/2020).

PMK 132/2020 tersebut juga diundangkan untuk menjalankan Paket Kebijakan Ekonomi XV yang mengamanatkan perubahan kebijakan

pengawasan tata niaga

dari border menjadi postborder.

Sekadar catatan, pergeseran tata niaga dari border menjadi postborder adalah pelaksanaan pemeriksaan atas pemenuhan persyaratan impor yang awalnya dilakukan di kawasan pabean menjadi di luar kawasan pabean setelah barang melalui kawasan pabean.

Untuk dapat mencantumkan ketentuan tata niaga postborder K/L terkait ke dalam sistem INSW, K/L harus menyampaikan ketentuan tersebut kepada Kepala LNSW dengan disertai informasi-informasi tertentu.

"Ketentuan mengenai tata niaga postborder yang telah dicantumkan pada INSW digunakan sebagai referensi validasi pemenuhan perizinan tata niaga postborder dan pemberian data realisasi impor kepada K/L penerbit ketentuan mengenai tata niaga postborder," bunyi Pasal 4 PMK No. 132/2020.

PMK terbaru ini telah diundangkan pada 21 September 2020 dan akan berlaku 15 hari setelah PMK ini diundangkan.

(12)

Edisi September 2020

Soal Implementasi e-Faktur 3.0, PKP Baru

Perlu Lakukan Langkah Ini

Implementasi secara nasional e-faktur 3.0 akan dimulai pada 1 Oktober 2020. Lantas, apa yang harus dilakukan wajib pajak yang baru aja dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak (PKP) dan belum pernah menggunakan aplikasi e-faktur sebelumnya?

Terkait dengan hal ini,

melalui FAQ Prepopulated Pajak Masukan dan SPT Masa PPN pada Aplikasi e-Faktur, Ditjen Pajak (DJP) menegaskan aplikasi e-faktur 3.0 merupakan patch update yang harus ditambahkan pada aplikasi e-faktur sebelumnya.

“Bagi anda PKP baru per 1 Oktober 2020 terdapat beberapa hal yang perlu menjadi perhatian bahwa aplikasi e-faktur 3.0 yang tersedia di https://efaktur.pajak.go.id/aplikasi merupakan p atch update yang harus ditambahkan kepada aplikasi e-faktur versi sebelumnya [e-faktur 2.2],” jelas DJP, dikutip pada Senin (28/9/2020).

Oleh karena itu, PKP baru harus melakukan beberapa langkah. Pertama, download aplikasi e-faktur 2.2 dan patch update aplikasi e-e-faktur 3.0. Kedua, extract aplikasi e-faktur 2.2. Ketiga, instal aplikasi e-faktur 2.2 terlebih dahulu sebelum patch update aplikasi e-faktur 3.0.

Keempat, extract patch update aplikasi

e-faktur 3.0. Kelima, copy seluruh file (3 file)

hasil extract patch update aplikasi e-faktur 3.0. Keenam, paste file tersebut ke aplikasi e-faktur 2.2. Ketujuh, jalankan instalasi aplikasi e-faktur.

Seperti diberitakan sebelumnya, DJP berencana menutup aplikasi e-faktur 2.2 pekan depan, tepatnya pada Senin 5 Oktober 2020. DJP menegaskan PKP yang saat ini masih menggunakan e-faktur 2.2 wajib beralih ke e-faktur 3.0 mulai 1 Oktober 2020

idak ada keputusan dirjen pajak baru yang diterbitkan kepada PKP terkait dengan implementasi nasional e-faktur 3.0. Beleid yang berlaku adalah KEP-136/PJ/2014 tentang Penetapan Pengusaha Kena Pajak yang Diwajibkan Membuat Faktur Pajak Berbentuk Elektronik.

Adapun fitur tambahan yang ada dalam aplikasi e-faktur 3.0 antara lain prepopulated pajak masukan, prepopulated pemberitahuan impor barang (PIB), prepopulated surat pemberitahuan (SPT), dan sinkronisasi kode cap fasilitas.

(13)

Edisi September 2020

E-Faktur

3.0

Diyakini

Mampu Tekan Penerbitan

Faktur Pajak Fiktif

Implementasi secara nasional e-Faktur 3.0 mulai bulan depan diyakini mampu mempersempit celah pelanggaran hukum terkait dengan pajak pertambahan nilai (PPN).

Direktur Teknologi Informasi dan Komunikasi DJP Iwan Djuniardi mengatakan implementasi e-faktur 3.0 tidak hanya untuk memudahkan wajib pajak (WP) pengusaha kena pajak (PKP) dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, tetapi juga sebagai alat pengawasan terhadap potensi pelanggaran hukum.

Salah satu pelanggaran yang sering ditemui dan ditindak DJP adalah penerbitan faktur pajak fiktif, Faktur pajak fiktif ini diterbitkan tidak berdasarkan pada transaksi sebenarnya sehingga berpotensi merugikan keuangan negara.

“Tujuan implementasi e-Faktur memang seperti itu [mencegah tindak pidana perpajakan]," katanya, Rabu (16/9/2020).

Iwan menyebutkan penerbitan faktur pajak berbasis elektronik dan pengembangan aplikasi

menjadi cara DJP untuk meminimalisasi terjadinya tindak pidana perpajakan seperti penerbitan faktur fiktif. Oleh karena itu, terdapat dua sisi tujuan yang disasar dengan implementasi e-Faktur 3.0.

Menurutnya, DJP dapat melakukan deteksi dini jika ada potensi pelanggaran hukum perpajakan terkait pelaksanaan administrasi PPN. Pengawasan berbasis teknologi informasi menjadi andalan otoritas untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

"Iya, jadi bisa untuk itu [mendeteksi kecurangan]," imbuh Iwan.

Sebagai informasi, fitur tambahan yang ada dalam aplikasi e-Faktur 3.0 antara lain prepopulated pajak

masukan, prepopulated pemberitahuan impor barang (PIB), prepopulated surat pemberitahuan (SPT), dan sinkronisasi kode cap fasilitas.

Fitur prepopulated mempunyai manfaat untuk mengurangi pekerjaan manual saat menginput data pajak masukan dan pemberitahuan impor barang (PIB). Semua data akan disediakan karena sistem DJP dan Ditjen Bea dan Cukai (DJBC) telah terhubung secara host-to-host.

Uji coba sudah dilakukan secara bertahap mulai Februari 2020. Pada September 2020, DJP melakukan uji coba dengan melibatkan 5.445 PKP yang terdaftar di 159 KPP. Implementasi secara nasional dilakukan mulai 1 Oktober 2020

(14)

Edisi September 2020

Kemenkeu Rilis Aturan Baru soal Bea Masuk

Impor Barang

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 131/PMK.04/2020 tentang Tata Cara Pengenaan Tarif Bea Masuk atas Barang Impor Berdasarkan Persetujuan Perdagangan Barang ASEAN.

Regulasi tersebut dirilis guna mengimplementasikan Protokol Pertama untuk Mengubah Persetujuan Perdagangan Barang ASEAN yang telah diratifikasi Indonesia melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 84 Tahun 2020.

Direktur Kepabeanan Internasional dan Antar Lembaga Kemenkeu Syarif Hidayat mengungkapkan PMK tersebut menjadi landasan hukum sekaligus pedoman terkait tata laksana pemberian tarif preferensi atas persetujuan perdagangan barang ASEAN yang diperbarui dalam Perpres 84/2020.

Beberapa ketentuan yang diatur antara lain implementasi Deklarasi Asal Barang dalam skema ASEAN Wide Self Certification (AWSC) yang menggantikan implementasi Invoice

Declaration dalam skema MoU 2nd SCPP, dan penggunaan Surat Keterangan Asal (SKA) Form D format baru.

"Dengan ditetapkannya PMK ini, maka ketentuan ATIGA yang sebelumnya mengacu pada PMK Nomor 229/PMK.07/2017, sekarang mengacu pada PMK ini," ucap Syarif dalam keterangan resmi, dikutip Senin (21/9).

Ketentuan dalam PMK ini, jelas Syarif, berlaku terhadap barang impor yang pemberitahuan pabeannya telah mendapatkan nomor dan tanggal pendaftaran dari kantor pabean sejak aturan ini berlaku.

Selain itu, ditetapkan pula dua ketentuan transisi sesuai kesepakatan negara Anggota ASEAN. Pertama, bahwa Invoice Declaration yang diterbitkan sebelum berlakunya PMK ini masih tetap berlaku dan tata cara pengenaan tarifnya dilaksanakan sesuai dengan tata cara dalam ASEAN Trade in Goods Agreement (Persetujuan Perdagangan Barang ASEAN) dan MoU 2nd SCPP.

Kedua, SKA Form D dengan format lama dapat diterbitkan sampai dengan20 Desember 2020 dan tata cara pengenaan tarifnya dilaksanakan sesuai dengan tata cara sebagaimana tercantum dalam ASEAN Trade in Goods Agreement.

PMK Nomor 131/PMK.04/2020 tersebut, ucap Syarif, KN berlaku mulai 20 September 2020 Dan diharapkan dapat meningkatkan perdagangan barang intra ASEAN.

"Termasuk adanya peningkatan ekspor Indonesia dengan penggunaan skema AWSC ini," pungkasnya.

(15)

Edisi September 2020

Nilai Impor Indonesia Naik 2,65 Persen Mencapai

USD 10,74 Miliar

Total nilai impor Indonesia pada Agustus 2020 mencapai USD 10,74 miliar. Jumlah ini mengalami kenaikan 2,65 persen dibandingkan Juli 2020 sebesar USD 10,46 miliar.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya penurunan impor migas sebesar 0,88 persen. Sementara impor non-migas mengalami kenaikan sebesar 3,01 persen.

“Total impor USD 10,74 miliar, kalau kita bandingkan dengan bulan yang lalu berarti total impor pada bulan Agustus ini mengalami peningkatan 2,65 persen. Impor migas kita turun tetapi nonmigas kita mengalami kenaikan 3,01 persen,” sebut Kepala BPS Suhariyanto dalam video konferensi, Selasa (15/8/2020).

Peningkatan impor non-migas terjadi pada sejumlah komoditas, paling tinggi untuk besi dan baja mencapai USD 89,2 juta. Kemudian logam mulia, perhiasan atau permata, ampas atau sisa industri makanan, serealia, plastik dan barang dari plastik.

Sementara penurunan impor non-migas terbesar terjadi pada Kapal, perahu, dan struktur terapung mencapai USD 60,8 juta. Menyusul setelahnya ada gula dan kembang gula, barang dari besi dan baja, mesin dan peralatan mekanis, dan sayuran.

Beberapa negara asal impor terbesar yakni Tiongkok yang naik hingga USD 138,7 juta, Hong Kong USD 69,6 juta, Ukraina USD 66,6 juta , Kanada USD 58,2, dan Prancis yang juga naik sebesar USD 43 juta.

Sedangkan penurunan impor paling banyak terjadi dari Korea selatan hingga USD 131,8 juta. Menyusul setelahnya, dari Jepang turun USD 99,4 juta, Singapura USD 91,5 juta, Australia USD 17,3 juta, dan dari Polandia turun USD 16,6 juta.

Ekspor Indonesia Turun 4,6 Persen di Agustus 2020, Terbesar Sektor Migas

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total ekspor pada bulan Agustus 2020 sebesar USD 13,07 miliar. Ctatan ini turun 4,62 persen dibanding Juli sebesar USD 13,70 miliar.

“Kalau kita bandingkan posisi ini dengan posisi pada bulan Juli 2020 berarti nilai ekspor Indonesia mengalami penurunan 4,62 persen,” sebut Kepala BPS Suhariyanto dalam video konferensi, Selasa (15/8/2020).

Adapun komoditas migas mengalami penurunan 9,94 persen month to month (mtm). Sementara untuk nonmigas yang mengalami penurunan 4,35 persen mtm.

“Yang membuat ekspor nonmigas nya turun karena beberapa komoditas diantaranya adalah logam mulia perhiasan dan permata, kemudian lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar dan mineral besi dan baja dan juga alas kaki,” beber dia.

Sementara jika berdasarkan year on year (yoy), total nilai ekspor pada Agustus 2020 ini mengalami penurunan 8,36 persen dibandingkan Agustus 2019 sebesar USD 14,26 miliar.

“Total nilai ekspor bulan Agustus tahun 2020 sebesar USD 13,07 miliar ini kalau kita bandingkan dengan posisi bulan Agustus tahun 2019 itu berarti ada penurunan sebesar 8,36 persen,” papar Kecuk. A

Adapun penurunan ekspor untuk migas sebesar 27,45 persen yoy. Sedangkan untuk nonmigas turun 7,16 persen yoy.

(16)

Edisi September 2020

Antisipasi Serbuan Sepeda Impor, Kemenperin Beri

Pelayanan Sertifikasi SNI

Kementerian Perindustrian terus berupaya meningkatkan daya saing industri sepeda di dalam negeri. Salah satu langkah strategis yang sedang didorong adalah penerapan sistem manajemen mutu dan Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda Standar Nasional Indonesia (SPPT SNI).

"Upaya tersebut tertuang di dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 30 Tahun 2018 tentang Pemberlakuan SNI Sepeda Roda Dua Secara Wajib," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Doddy Rahadi di Jakarta, Rabu (8/9).

Menurut Kepala BPPI, Permenperin 30/2018 bertujuan untuk mengantisipasi serbuan impor sepeda dan memberikan perlindungan terhadap industri nasional melalui penciptaan persaingan usaha yang sehat. "Dalam implementasinya, penerapan sistem manajemen

mutu adalah syarat untuk memperoleh SPPT SNI," jelasnya.

Doddy mengemukakan, dua unit litbang di bawah binaannya yang berlokasi di Bandung, yakni Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) serta Balai Besar Logam dan Mesin (BBLM) telah memfasilitasi PT. Kreuz Indonesia terkait bimbingan teknik penerapan sistem manajemen mutu dan pelayanan SPPT SNI. PT. Kreuz Indonesia merupakan salah satu produsen sepeda nasional yang mulai berkembang seiring terjadinya peningkatan order dari pasar domestik.

"Pada awalnya, CV Kreuz membuat rangka sepeda lipat dengan kapasitas mencapai 10-15 unit per bulan. Seiring waktu, terutama dampak pandemi yang membuat masyarakat lebih giat berolahraga dengan bersepeda, pesanan rangka sepeda lipat Kreuz pun semakin meningkat tajam

(17)

Edisi September 2020 sebanyak 100 unit per bulan, dan berubah dari CV

menjadi PT," paparnya.

Doddy menyampaikan, supervisi penerapan sistem manajemen mutu diberikan oleh B4T, sedangkan layanan sertifikasi SNI dan pengujian diberikan oleh BBLM. Bimbingan teknik yang diberikan oleh B4T meliputi pelatihan pengenalan, pemahaman dan dokumentasi sistem manajemen mutu atau Quality Management System (QMS) SNI ISO 9001:2015 kepada PT. Kreuz Indonesia.

Tidak terbatas hanya pelatihan saja, B4T juga memberikan pendampingan dalam penerapan sistem manajemen mutu dan persiapan informasi terdokumentasi dalam rangka pemenuhan persyaratan SNI ISO 9001:2015 tersebut.

Sementara itu, BBLM memberikan layanan pengujian dan SPPT SNI 1049:2008 agar industri sepeda nasional dapat memenuhi kualitas yang telah diatur dalam aturan SNI.

"BBLM juga telah melakukan kunjungan industri, sosialisasi prosedur permohonan SPPT SNI, titik kritis (critical point) pengendalian mutu dan proses produksi sesuai skema sertifikasi dalam Permenperin 30/2018," imbuhnya.

Doddy menegaskan, bentuk dukungan BPPI kepada PT. Kreuz Indonesia dalam rangka pengembangan industri sepeda nasional agar bisa kompetitif. Sehingga mampu menurunkan angka impor dan mengoptimalkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) pada industri sepeda di tanah air.

Hal tersebut senada yang diungkapkan oleh Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, bahwa pihaknya bertekad untuk

semakin memperdalam struktur manufaktur pada industri sepeda di dalam negeri.

Hal ini guna mendorong tumbuhnya produsen komponen sehingga dapat lebih mengoptimalkan penggunaan produk lokal dalam mata rantai produksi sepeda.

"Kami akan koordinasikan dengan berbagai pihak, terutama sektor industrinya itu sendiri untuk bisa mengembangkan sepeda dengan komponen-komponen yang diproduksi di dalam negeri," tuturnya.

Menperin melihat, potensi pasar domestik untuk industri sepeda sangat besar sehingga peluang bisnisnya juga masih terbuka lebar. Apalagi, di tengah kondisi pandemi Covid-19 saat ini, masyarakat banyak yang memilih olahraga dengan bersepeda untuk bisa menjaga kesehatannya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Sepeda dan Mainan (APSMI) Eko Wibowo mengakui selain pasar domestik yang terus bertumbuh, pasar ekspor juga dinilai menjadi lahan yang terbuka bagi pabrikan Indonesia untuk memanfaatkannya. "Selain Eropa, peluang juga bisa disasar di pasar Amerika Serikat untuk produk sepeda kelas tertentu," ujarnya.

APSMI mencatat kebutuhan sepeda dalam negeri saat ini mencapai 7 juta unit. Sedangkan kapasitas produksi dalam negeri hanya berkisar 2,5-3 juta unit.

"Jadi sekarang tinggal bangun ekosistemnya. Selain itu, perkuat industri kecil untuk memasok komponen agar tidak terjadi kekosongan bahan baku dan industri ini bisa berkembang bersama," tandasnya

(18)

Edisi September 2020

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2020

TENTANG

KETENTUAN IMPOR ALAS KAKI, ELEKTRONIK, SERTA SEPEDA RODA DUA DAN RODA TIGA Menimbang :

a. bahwa untuk menunjang kelancaran arus barang, memberikan kepastian berusaha dan mempercepat pelayanan perijinan berusaha, serta meningkatkan efektifitas pelaksanaan kebijakan impor alas kaki, elektronik, serta sepeda roda dua dan roda tiga, perlu melakukan pengaturan mengenai ketentuan impor alas kaki, elektronik, serta sepeda roda dua dan roda tiga;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Ketentuan Impor Alas Kaki, Elektronik, serta Sepeda Roda Dua dan Roda Tiga;

Mengingat :

1. pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4661);

3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5512)

5. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6215);

6. Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2015 tentang Kementerian Perdagangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 90);

7. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 48/M-DAG/PER/7/2015 tentang Ketentuan Umum di Bidang Impor (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1006)

8. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER/2/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 202); 9. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 75

Tahun 2018 tentang Angka Pengenal Importir (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 936);

10. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08 Tahun 2020 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik di Bidang Perdagangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 107);

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : PERATURAN MENTERI

PERDAGANGAN TENTANG KETENTUAN IMPOR ALAS KAKI, ELEKTRONIK, SERTA SEPEDA RODA DUA DAN RODA TIGA.

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke

dalam daerah pabean.

2. Nomor Induk Berusaha yang selanjutnya disingkat NIB adalah identitas pelaku usaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS setelah pelaku usaha melakukan pendaftaran.

3. Angka Pengenal Importir Umum yang selanjutnya disingkat API-U adalah tanda pengenal sebagai Importir Umum.

4. Persetujuan Impor adalah persetujuan yang digunakan sebagai izin untuk melakukan Impor Alas Kaki, Elektronik, serta Sepeda Roda Dua dan Roda Tiga.

5. Verifikasi atau Penelusuran Teknis impor adalah penelitian dan pemeriksaan barang impor yang dilakukan oleh surveyor.

(19)

Edisi September 2020 6. Surveyor adalah perusahaan survey yang

mendapat otorisasi untuk melakukan verifikasi atau penelusuran teknis barang Impor.

7. Laporan Surveyor yang selanjutnya disingkat LS adalah dokumen tertulis yang merupakan hasil kegiatan Verifikasi atau Penelusuran Teknis dari Surveyor yang menyatakan kesesuaian barang yang diimpor.

8. Pusat Logistik Berikat yang selanjutnya disingkat PLB adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang asal luar daerah pabean dan/atau barang yang berasal dari tempat lain dalam daerah pabean, dapat disertai 1 (satu) atau lebih kegiatan sederhana dalam jangka waktu tertentu untuk dikeluarkan kembali.

9. Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau Online Single Submission yang selanjutnya disingkat OSS adalah perizinan berusaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/walikota kepada pelaku usaha melalui sistem elektronik yang terintegrasi.

10. Lembaga Pengelola dan Penyelenggara OSS yang selanjutnya disebut Lembaga OSS adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang koordinasi penanaman modal.

11. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan

12. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan.

Pasal 2

Ketentuan mengenai jenis Alas Kaki, Elektronik, serta Sepeda Roda Dua dan Roda Tiga yang diatur Impornya tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 3

Jenis Alas Kaki, Elektronik, serta Sepeda Roda Dua dan Roda Tiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 hanya dapat diimpor oleh perusahaan pemilik NIB yang berlaku sebagai API-U.

Pasal 4

(1) Menteri berwenang menerbitkan Persetujuan Impor.

(2) Menteri mendelegasikan kewenangan penerbitan Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Direktur Jenderal.

Pasal 5

(1) Perusahaan pemilik NIB yang berlaku sebagai API-U sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 mengimpor Alas Kaki, Elektronik, serta Sepeda Roda Dua dan Roda Tiga setelah mendapat Persetujuan Impor dari Direktur Jenderal. (2) (2) Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) merupakan dokumen pelengkap pabean dalam penyelesaian kepabeanan di bidang impor.

Pasal 6

(1) Untuk memperoleh Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, perusahaan harus mengajukan permohonan secara elektronik kepada Direktur Jenderal melalui laman http://inatrade.kemendag.go.id dengan mengunggah dokumen persyaratan berupa:

a. NIB yang berlaku sebagai API-U; dan

b. rencana impor Alas Kaki, Elektronik, serta Sepeda Roda Dua dan Roda Tiga selama 1 (satu) tahun.

(2) Rencana impor Alas Kaki, Elektronik, serta Sepeda Roda dan Roda Tiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b mencakup uraian barang, Pos Tarif/HS, jumlah, negara asal, pelabuhan muat, dan pelabuhan tujuan. (3) Format atas rencana impor Alas Kaki,

Elektronik, serta Sepeda Roda dan Roda Tiga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan. Menteri ini.

(4) Apabila permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lengkap dan benar, Direktur Jenderal melaporkan rekapitulasi permohonan Persetujuan Impor kepada Menteri.

(5) Direktur Jenderal menerbitkan Persetujuan Impor dengan menggunakan tanda tangan elektronik (digital signature).

(6) Apabila permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak lengkap dan/atau tidak benar, dilakukan penolakan secara elektronik. (7) Direktur Jenderal melaporkan Persetujuan

Impor yang telah diterbitkan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) kepada Menteri.

(20)

Edisi September 2020 Pasal 7

Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 berlaku paling lama 1 (satu) tahun.

Pasal 8

(1) Dalam hal terdapat rencana perubahan mengenai alamat perusahaan, Pos Tarif/HS 8 (delapan) digit, negara asal, dan/atau pelabuhan tujuan impor, perusahaan pemilik NIB yang berlaku sebagai API-U harus mengajukan permohonan perubahan Persetujuan Impor

(2) Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakan Impor Alas Kaki, Elektronik, serta Sepeda Roda dan Roda Tiga setelah mendapat perubahan Persetujuan Impor

(3) Permohonan perubahan Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara elektronik kepada Direktur Jenderal melalui laman http://inatrade.kernendag.go.id dengan mengunggah dokumen persyaratan berupa:

a. Persetujuan Impor

b. NIB yang berlaku sebagai API-U; da

c. perubahan rencana Impor Alas Kaki, Elektronik, serta Sepeda Roda dan Roda Tiga.

(4) Apabila permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) telah lengkap dan benar, Direktur Jenderal melaporkan rekapitu Iasi permohonan perubahan Persetujuan Impor kepada Menteri. (5) Direktur Jenderal menerbitkan perubahan

Persetujuan Impor dengan menggunakan tanda tangan elektronik (digital signature).

(6) Apabila permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak lengkap dan/atau tidak benar, dilakukan penolakan secara elektronik. (7) Direktur Jenderal melaporkan perubahan

Persetujuan Impor yang telah diterbitkan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) kepada Menteri.

Pasal 9

Masa berlaku perubahan Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 mengikuti masa berlaku Persetujuan Impor yang sudah diterbitkan.

Pasal 10

(1) Dalam hal terjadi keadaan kahar yang mengakibatkan sistem elektronik tidak berfungsi, pengajuan permohonan Persetujuan

Impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan perubahan Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dapat disampaikan secara manual kepada Direktur Jenderal.

(2) Apabila permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lengkap dan benar, Direktur Jenderal melaporkan rekapitulasi permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Menteri.

(3) Direktur Jenderal menerbitkan: a. Persetujuan Impor; atau b. perubahan Persetujuan Impor.

(4) Apabila permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak lengkap dan/atau tidak benar, Direktur Jenderal menerbitkan surat penolakan.

Pasal 11

Dalam hal Lembaga OSS telah dapat memproses penerbitan perizinan berusaha bidang perdagangan yang diatur dalam Peraturan Menteri ini, Lembaga OSS untuk dan atas nama Menteri menerbitkan Persetujuan Impor dan perubahan Persetujuan Impor.

Pasal 12

Setiap impor Alas Kaki, Elektronik, serta Sepeda Roda Dua dan Roda Tiga oleh perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 hanya dapat dilakukan melalui pelabuhan tujuan:

a. pelabuhan laut: Belawan di Medan, Tanjung Priok di Jakarta, Tanjung Emas di Semarang, Tanjung Perak di Surabaya, Soekarno Hatta di Makassar, Dumai di Dumai, Jayapura di Jayapura, Tarakan di Tarakan, Krueng Geukuh di Aceh Utara, Bitung di Bitung, Merak Mas di Cilegon, dan Kuala Langsa di Langsa;

b. pelabuhan darat: Cikarang Dry Port di Bekasi; dan

c. pelabuhan udara: Kualanamu di Deli Serdang, Soekarno Hatta di Tangerang, Ahmad Yani di Semarang, Juanda di Surabaya, dan Hasanuddin di Makassar.

Pasal 13

(1) Setiap pelaksanaan impor Alas Kaki, Elektronik, serta Sepeda Roda Dua dan Roda Tiga harus terlebih dahulu dilakukan Verifikasi atau Penelusuran Teknis di pelabuhan muat atau PLB.

(21)

Edisi September 2020 (2) Pelaksanaan Verifikasi atau Penelusuran Teknis

dilakukan oleh Surveyor yang ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 14

Untuk dapat ditetapkan sebagai pelaksana Verifikasi atau penelusuran teknis impor Alas Kaki, Elektronik, serta Sepeda Roda Dua dan Roda Tiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2), Surveyor harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) di bidang Jasa Survey;

b. telah diakreditasi sebagai lembaga inspeksi oleh Komite Akreditasi Nasional sesuai dengan ruang lingkup yang relevan; c c. berpengalaman sebagai surveyor di bidang

Impor paling sedikit 5 (lima) tahun;

d. memiliki cabang atau perwakilan dan/atau afiliasi di luar negeri dan memiliki jaringan untuk mendukung efektifitas pelayanan Verifikasi atau penelusuran Teknis Impor e. mempunyai rekam-jejak (track records)

yang baik dalam hal pengelolaan kegiatan Verifikasi atau Penelusuran Teknis Impor; dan

f. memiliki sistem teknologi informasi yang khusus diimplementasikan sesuai ruang lingkup penugasan, dibuktikan dengan surat pernyataan telah memiliki sistem informasi yang dapat diakses

Pasal 15

(1) Verifikasi atau Penelusuran Teknis Impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) dilakukan terhadap Impor Alas Kaki, Elektronik, serta Sepeda Roda Dua dan Roda Tiga, yang meliputi data atau keterangan paling sedikit mengenai:

a. negara asal dan pelabuhan muat; b. informasi jenis barang;

c. Nomor Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI, untuk Alas Kaki, Elektronik, serta Sepeda Roda Dua dan Roda Tiga yang SNI-nya diberlakukan secara waj ib ;

d. Nomor Pendaftaran Barang;

e. Surat Pemberitahuan Notifikasi atau Surat Persetujuan Izin Edar, untuk Alas Kaki, Elektronik, serta Sepeda Roda Dua dan Roda Tiga yang dipersyaratkan;

f. Certificate of Analysis, untuk Alas Kaki, Elektronik, serta Sepeda Roda Dua dan Roda Tiga yang dipersyaratkan;

g. petunjuk penggunaan (manual) dan kartu jaminan/garansi puma jual dalam Bahasa Indonesia, untuk Alas Kaki, Elektronik, serta Sepeda Roda Dua dan Roda Tiga yang dipersyaratkan;

h. waktu pengapalan; dan i. pelabuhan tujuan.

(2) Hasil Verifikasi atau Penelusuran Teknis Impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk LS untuk digunakan sebagai dokumen pelengkap pabean dalam penyelesaian kepabeanan di bidang Impor. (3) LS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus

memuat pernyataan kebenaran atas hasil Verifikasi atau Penelusuran Teknis Impor dan menjadi tanggung jawab penuh Surveyor. (4) Atas pelaksanaan Verifikasi atau Penelusuran

Teknis Impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Surveyor memungut imbalan jasa dari perusahaan pemilik NIB yang berlaku sebagai API-U yang besarannya ditentukan dengan memperhatikan azas manfaat.

Pasal 16

(1) Perusahaan pemilik API-U yang mengimpor Alas Kaki, Elektronik, serta Sepeda Roda Dua dan Roda Tiga wajib menyampaikan laporan secara elektronik atas pelaksanaan Impor Alas Kaki, Elektronik, serta Sepeda Roda Dua dan Roda Tiga yang dilengkapi dengan scan faktur pajak perusahaan kepada Direktur Jenderal melalui laman http://inatrade.kernendag.go.id. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan laporan terealisasi maupun tidak terealisasi atas pelaksanaan Impor Alas Kaki, Elektronik, serta Sepeda Roda Dua dan Roda Tiga.

(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan setiap bulan paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya.

(4) Dalam hal terjadi keadaan kahar yang mengakibatkan sistem elektronik tidak berfungsi, penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan secara manual kepada Direktur Jenderal.

Pasal 17

Surveyor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 wajib menyampaikan laporan secara tertulis mengenai pelaksanaan Verifikasi atau Penelusuran Teknis Impor Alas Kaki, Elektronik, serta Sepeda Roda Dua dan Roda Tiga kepada Direktur Jenderal

(22)

Edisi September 2020 setiap bulan paling lambat tanggal 15 (lima belas)

bulan berikutnya.

Pasal 18

(1) Perusahaan pemilik NIB yang berlaku sebagai API-U yang tidak melaksanakan kewajiban penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dikenai sanksi administratif berupa pembekuan NIB yang berlaku sebagai API-U.

(2) NIB yang berlaku sebagai API-U yang telah dibekukan dapat diaktifkan kembali apabila perusahaan pemilik NIB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan laporan pelaksanaan Impor Alas Kaki, Elektronik, serta Sepeda Roda Dua dan Roda Tiga.

(3) Pembekuan NIB yang berlaku sebagai API-U sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan pengaktifan kembali NIB yang berlaku sebagai API-U sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Lembaga OSS berdasarkan rekomendasi dari Direktur Jenderal.

Pasal 19

Persetujuan Impor dicabut apabila perusahaan pemilik NIB yang berlaku sebagai API-U

a. terbukti mengu bah data yang tercantum dalam Persetujuan Impor yang telah diterbitkan dengan tidak mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 8;

b. terbukti menyampaikan data yang tidak benar sebagai persyaratan untuk mendapatkan Persetujuan Impor dan/atau perubahan Persetujuan Impor, setelah Persetujuan Impor dan/atau perubahan Persetujuan Impor diterbitkan;

c. terbukti melakukan pelanggaran berdasarkan penilaian dan rekomendasi dari instansi teknis terkait; dan/atau

d. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap atas tindak pidana yang berkaitan dengan penyalahgunaan Persetujuan Impor.

Pasal 20

(1) Pencabutan Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

(2) Berdasarkan pencabutan Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan pencabutan Persetujuan Impor secara elektronik oleh sistem INATRADE.

Pasal 21

Perusahaan pemilik NIB yang berlaku sebagai API-U yang telah dikenai sanksi pencabutan Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 tidak dapat mengajukan permohonan Persetujuan Impor kembali selama 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal pencabutan Persetujuan Impor.

Pasal 22

Penetapan sebagai Surveyor pelaksana Verifikasi atau Penelusuran Teknis Impor Alas Kaki, Elektronik, serta Sepeda Roda Dua dan Roda Tiga dicabut apabila Surveyor:

a. melakukan pelanggaran dalam pelaksanaan kegiatan Verifikasi atau Penelusuran Teknis Impor Alas Kaki, Elektronik, serta Sepeda Roda Dua dan Roda Tiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15; dan/atau

b. tidak melaksanakan kewajiban penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 sebanyak 2 (dua) kali.

Pasal 23

Pencabutan penetapan sebagai Surveyor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 24

(1) Perusahaan yang melakukan Impor Alas Kaki, Elektronik, serta Sepeda Roda Dua dan Roda Tiga tidak sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dikenai sanksi sesuai

dengan ketentuan peraturan

perundangundangan.

(2) Alas Kaki, Elektronik, serta Sepeda Roda Dua dan Roda Tiga yang diimpor tidak sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini wajib diekspor kembali atau dimusnahkan atas biaya importir;.

Pasal 25

(1) Monitoring dan evaluasi kebijakan Impor dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan.

(2) Pengawasan terhadap kegiatan Impor Alas Kaki, Elektronik, serta Sepeda Roda Dua dan Roda Tiga yang dilakukan oleh perusahaan pemilik NIB yang berlaku sebagai API-U dilakukan oleh Direktorat Jenderal

(23)

Edisi September 2020 Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga

Kementerian Perdagangan. Pasal 26

Ketentuan dalam Peraturan Menteri ini tidak berlaku terhadap impor Alas Kaki, Elektronik, serta Sepeda Roda Dua dan Roda Tiga yang merupakan:

a. barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik;

b. barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia;

c. barang kiriman hadiah/hibah untuk keperluan ibadah untuk umum, amal, sosial, kebudayaan atau untuk kepentingan penanggulangan bencana alam;

d. barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain semacam itu yang terbuka untuk umum serta barang untuk konservasi alam;

e. barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;

f. barang untuk keperluan khusus kaum penyandang cacat;

g. barang perlengkapan militer dan kepolisian, yang diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara;

h. barang contoh yang tidak untuk diperdagangkan;

i. barang pindahan

j. barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan, dan pengujian;

k. barang yang telah diekspor kemudian diimpor kembali dalam kualitas yang sama dengan kualitas pada saat diekspor;

l. barang oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang ditujukan untuk kepentingan umum,

m. barang untuk keperluan olahraga yang diimpor oleh induk organisasi olahraga nasional;

n. barang untuk keperluan proyek pemerintah yang dibiayai dengan pinjaman dan/atau hibah dari luar negeri;

o. barang kiriman, barang pribadi penumpang dan awak sarana pengangkut dengan menggunakan pesawat udara paling banyak 2 (dua) buah/barang;

p. barang yang diimpor oleh perusahaan pemilik Angka Pengenal Importir Produsen, yang digunakan sebagai barang modal, bahan baku, dan/atau bahan penolong yang terkait dengan industrinya; dan

q. barang untuk tujuan impor sementara. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 19 Agustus 2020 MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd.

AGUS SUPARMANTO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 25 Agustus 2020

DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

(24)

Edisi September 2020

KEGIATAN BPD GINSI JATENG PERIODE

SEPTEMBER 2020

1. RAPAT PERSIAPAN RAKERNAS GINSI

Rapat ini diadakan pada hari Selasa, 8 September 2020 di Imperial Cake n Bakery pada pukul 11.00 WIB. Pada Rakernas GINSI nanti perwalilan dari GINSI Jawa Tengah yaitu : Bp. Budiatmoko selaku Ketua, Bp. Tri Sulistyanta Selaku Wakil Ketua I, Bp, Hary Nuryanto selaku Wakil Ketua II, Bp, Andreas BW selaku Wakil Ketua III dan Bp. Pitra Jaya selaku Ketua Bidang Organisasi. Rakernas GINSI diadakan pada tanggal 18-19 September 2020 di Jakarta.

Pembahasan Rakernas diantaranya tentang Progam Kerja GINSI dan masukan dari BPD GINSI untuk BPP GINSI.

2. RAKERNAS GINSI KE-1

Rakernas GINSI ke 1 diadakan pada tanggal 18-19 September 2020 di Jakarta. Dalam Rakernas ini BPP GINSI mengundang semua BPD-BPD GINSI yang ada di Indonesia. GINSI Jateng ikut hadir dalam acara Rakernas ini yang diwakilkan oleh: Ketua BPD GINSI Jateng, Wakil I,II, III dan Ketua Bidang Organisasi.

Dalam acara Rakernas ini juga dihadiri oleh tamu-tamu undagan yang berada di lingkup Kementerian.

3. KUNJUNGAN POLDA JATENG KE SEKRETARIAT GINSI JAWA TENGAH

Kunjungan ini diadakan pada hari Senin, 21 September 2020 pukul 14.00 WIB di Kantor Sekretariat GINSI Jawa Tengah., yang diwakilkan oleh Bp. Akbp Asep Maulana SIK Kasubdit 1 Ditreskrimsus Polda Jateng dan Bp. Edi Purnomo. Dalam kunjungan ini membericarakan tetang bagaimana kegiatan impor yang berada di Jawa Tengah

4. GRAND LAUNCHING DAN SOSIALISASI PENERAPAN SECARA PENUH (MANDATORY) SINGLE SUBMISSION- JOINT INSPECTION BALAI KARANTINA – BEA CUKAI

Kegiatan ini diadakan pada hari Senin, 28 September 2020 di Ballroom Gumaya Hotel pada pukul 08.30 WIB. Yang sebelumnya sudah disampaika bahwa pelaksanaan uji coba Single Submission ini telah diadakan pada bulan Juni 2020 lalu.

Implementasi Single Submission (SSM) dan Joint Inspection ini merupakan langkah simplifikasi di Portal Layanan Sistem Nasional Single Window (SINSW) sehingga pengurusan dokumen menjadi lebih simple, efisien dam bernarasi tunggal.

(25)

Referensi

Dokumen terkait

Aspek pelayanan barang pencapaian kinerja pada Terminal Nilam Timur diketahui hasil dari analisis deskriptif dari kondisi eksisting dibandingkan dengan Standart Kinerja yang

Penambahan konsentrasi ikan patin berpengaruh nyata terhadap kadar air kerupuk mentah maupun matang, kadar protein, daya pengembangan, daya patah, dan sifat sensoris kerupuk

Guru menekankan daya juang dalam diri siswa dengan membiasakan mereka bekerja tuntas, bahkan pada jam istirahat atau akhir pelajaran, apabila masih ada siswa yang

Klasifikasi adalah proses menemukan model (fungsi) yang menjelaskan dan membedakan kelas-kelas atau konsep, dengan tujuan agar model yang diperoleh dapat digunakan

Dengan pertimbangan bahwa di dalam karya sastra terdapat unsur intrinsik sehingga penulis dapat melakukan penelitian terhadap novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya

Berdasarkan data curah hujan bulan Agustus 2020 dari stasiun-stasiun BMKG dan pos-pos hujan kerjasama terpilih pada 15 Zona Musim (ZOM) di Bali dapat disajikan dalam

(3) Penetapan besaran tarif jasa kepelabuhanan pada Pelabuhan yang diselenggarakan oleh Unit Penyelenggara Pelabuhan yang dibentuk oleh pemerintah provinsi

Kedua lembaga yang bekerja di Kota Bandung ini yang kemudian menjalin kerja sama hibah dengan IHPCP Jabar untuk penyediaan peralatan suntik steril selama empat bulan