• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENAMBAHAN SERAI WANGI (Cymbopogon Nardus L.) TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MASKER SERBUK DAUN KERSEN (Muntingia Calabura L.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENAMBAHAN SERAI WANGI (Cymbopogon Nardus L.) TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MASKER SERBUK DAUN KERSEN (Muntingia Calabura L."

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENAMBAHAN SERAI WANGI (Cymbopogon Nardus L.) TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MASKER SERBUK DAUN

KERSEN (Muntingia Calabura L.)

SKRIPSI

Oleh:

JAMILA A. WAHAB NIM 15.01.042.828

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA SUMBAWA BESAR

(2)
(3)

iii

PENGARUH PENAMBAHAN SERAI WANGI (Cymbopogon Nardus L.) TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MASKER SERBUK DAUN

KERSEN (Muntingia Calabura L.)

SKRIPSI

Diajukan kepada

Universitas Teknologi Sumbawa Sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan

Program Sarjana Strata Satu (S1)

Disusun Oleh: JAMILA A. WAHAB

NIM 15.01.042.828

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA SUMBAWA BESAR

(4)

iv

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi ini disusun oleh

Jamila A. Wahab NIM. 15.01.042.828

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji Sumbawa, 17 Juni 2019

Pembimbing I Mega Trishuta Pathiassana, S.E., M.Sc. NIDN. 0804078902

………

Pembimbing II Chairul Anam Afgani, S.T.P., M.P. NIDN. 0805039301

………

Mengetahui,

Ketua Program Studi Teknologi Industri Pertanian

(Nurkholis, S.T., M.Eng.) NIDN. 0824129102

(5)

v

Skripsi ini disusun oleh

Jamila A.wahab NIM 15.01.042.828

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi Tanggal, 24 Juni 2019

Susunan Dewan Penguji

Ketua : Mega Trishuta Pathiassana, S.E., M.Sc. NIDN. 0804078902

Anggota : Chairul Anam Afgani, S.T.P., M.P. NIDN. 0805039301

Anggota : Dinar Suksmayu Saputri, S.T.P., M.P. NIDN.0728048501

Mengetahui, Mengetahui,

Ketua Program Studi

Teknologi Industri Pertanian

Dekan

Fakultas Teknologi Pertanian

(Nurkholis, S.T., M.Eng.) NIDN. 0824129102

(drh, Samuyus Nealma, M. Vet.) NIDN. 0828089002

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Jamila A. wahab

NIM : 15.01.042.828

Program Studi : Teknologi Industri Pertanian

Fakultas : Teknologi Pertanian

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar tulisan saya, kecuali kutipan atau ringkasan yang semuanya telah saya jelaskan sumbernya. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Sumbawa, 11 Juli 2019 Yang membuat pernyataan

(7)

vii

ABSTRAK

A.wahab, Jamila. 2019. Pengaruh Penambahan Serai Wangi (Cymbopogon nardus L.) terhadap Aktivitas Antioksidan Masker Serbuk Daun Kersen (Muntingia calabura L).Skripsi, Program Studi Teknologi

Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Sumbawa. Pembimbing: (1) Mega Trishuta Pathiassana, S.E., M.Sc, (2) Chairul Anam Afgani, S.TP., M.P. Kersen (Muntingia Calabura L.) merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan masker. Namun, pemanfaatan kersen dalam bidang kosmetik masih sangat jarang ditemukan, karena aroma pada daun kersen yang kurang harum membuatnya tidak begitu populer sebagai bahan kosmetik, sehingga diperlukan suatu bahan tambahan untuk memperbaiki aroma. Serai wangi mampu memberikan aroma yang menyengat pada masker daun kersen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan serai wangi terhadap aktivitas antioksidan dan sifat organoleptik masker serbuk daun kersen. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksperimental dan dilakukan dalam 2 tahap yaitu penelitian pendahuluan dilakukan di Laboratorium Pangan Terpadu Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Teknologi Sumbawa dan Penelitian lanjutan dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Universitas Mataram. Penelitian ini menggunakan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) dengan mengukur serapan pada panjang gelombang 517 nm dengan spektrofotometri UV-Vis. Dengan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan kelompok sempel penambahan serai wangi yaitu K (0 gram), P1 (1 gram), P2 (2 gram) dan P3 (3 gram) dengan tiga kali pengulangan. Data uji aktivitas antioksidan dianalisis menggunakan microsoft excel dengan kurva regresi linear, sedangkan untuk sifat organoleptik dianalisis menggunakan ANOVA dengan taraf nyata 5% serta dilanjutkan dengan uji Duncan apabila terdapat perbedaan signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan serai wangi berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan, organoleptik warna, aroma dan tekstur. Nilai yang didapatkan pada uji antioksidan yaitu `IC50 (K) 36.78 ppm, (P1) 34.69 ppm, (P2) 30.10 ppm, (P3) 28.25 ppm. Hal

ini menunjukkan bahwa semakin banyak penambahan serai wangi, maka semakin kecil nilai IC50 pada masker daun kersen. Pada pengujian organoleptik P1 dengan

penambahan serai wangi 1 gram memiliki tingkat kesukaan panelis tertinggi terhadap warna (3.78), tekstur (3.78) dan aroma (3.47).

(8)

viii

ABSTRACT

A.wahab, Jamila. 2019. The Effects of Addition of Serai Wangi (Cymbopogonnardus L.) to Antioxidant Activity of Kersen Leaf Powder Mask (Muntingia calabura L). Thesis, Agricultural Industry Technology Study Program, Faculty of Technology Sumbawa. Advisors: (1) Mega Trishuta Pathiassana, S.E., M.Sc, (2) Chairul Anam Afgani, S.TP., M.P. Kersen (Muntingia calabura L.) is one of the plants that can be used as the main ingredient in making masks. However, the use of seeds in the cosmetics field is still very rarely found, because the scent of the less fragrant kersen leaves makes it less popular as a cosmetic ingredient, so an additional ingredient is needed to improve the aroma. Scented lemongrass can provide a pungent aroma on kersen leaf masks. The purpose of this study was to determine the effect of adding fragrant lemongrass to antioxidant activity and organoleptic properties of kersen leaf powder masks. This research is an experimental research and carried out in two stages, namely preliminary research conducted at the Integrated Food Laboratory of the Faculty of Agricultural Technology, Sumbawa University of Technology and further research was carried out at the Chemistry Laboratory of the University of Mataram. Using the DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) method by measuring absorption at a wavelength of 517 nm with UV-Vis spectrophotometry. With the design of Completely Randomized Design (CRD) with the addition of fragrant lemongrass groups, namely K (0 gram), P1 (1 gram), P2 (2 gram) and P3 (3 gram) with three repetitions. Then the antioxidant levels and organoleptic properties were analyzed. The test data for antioxidant activity were analyzed using Microsoft Excel with linear regression curves, while for organoleptic properties were analyzed using ANOVA with a real level of 5% and continued with Duncan test if there were significant differences. The results showed that the addition of lemongrass affected the antioxidant activity, organoleptic color, aroma and texture. The values obtained in the antioxidant test were IC50 (K) 36.78 ppm, (P1) 34.69 ppm, (P2) 30.10 ppm, (P3) 28.25 ppm. This shows that the more addition of fragrant lemongrass, the smaller the IC50 value on the kersen leaf mask. In organoleptic P1 testing with the addition of 1 gram fragrant lemongrass the highest level of panelist preference for color (3.78), texture (3.78) and aroma (3.47).

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat terselesaikannya skripsi yang berjudul “Pengaruh Penambahan Serai Wangi (Cymbopogon Nardus L.) terhadap Aktivitas Antioksidan Masker Serbuk Daun Kersen (Muntingia Calabura L)”.

Skripsi ini tidak dapat terlaksana tanpa adanya bantuan dan bimbingan dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak A. Wahab Ambek dan Ibu Sriani sebagai orang tua kandung penulis yang selalu memerikan berdoa dan memberikan perhatiannya baik berupa moral dan materil.

2. Muhammad Ridwan S.Pd selaku suami yang selalu menemani dan memberikan dukungan, nasehat serta sarannya.

3. Bapak drh., Samuyus Nealma, M. Vet selaku Dekan Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Teknologi Sumbawa.

4. Mega Trishuta Pathiassana, S.E., M.Sc, selaku dosen pembimbing utama skripsi.

5. Bapak Chairul Anam Afgani, S.TP., M.P, selaku dosen pembimbing kedua skripsi.

6. Bapak Nurkholis, S.T., M.Eng, selaku Ketua Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Teknologi Sumbawa.

7. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan proposal skripsi ini.

Perlu disadari bahwa dengan segala keterbatasan, skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga masukkan dan kritikan yang konstruktif sangat penulis harapkan demi sempurnanya skripsi ini. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis sendiri untuk meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan ilmu yang diperoleh selama ini.

Sumbawa, 17 Juni 2019

(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR LOGO ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... v

LEMBAR KEASLIAN TULISAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kersen ... 4

2.1.1 Klasifikasi tanaman Kersen (Muntigia calabura L)... 4

2.2 Serai Wangi ... 6

2.2.1 Klasifiksi tanaman Serai Wangi (Cymbopogon nardus L.) ... 6

2.3 Masker ... 8

2.4 Pembuatan Serbuk Masker ... 8

2.5 Antioksidan ... 9

2.6 DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil)... 10

2.7 Organoleptik ... 11

2.8 Spektrofotometri UV-Vis ... 12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat ... 13

3.2 Alat dan Bahan ... 13

3.2.1. Alat ... 13

3.2.2. Bahan... 13

(11)

xi

3.4 Prosedur Penelitian... 14

3.4.1 Pembuatan Seruk Daun Kersen ... 14

3.4.2 Pembuatan Serbuk Serai Wangi ... 16

3.4.3 UjiAktivitas Antioksidan ... 17

3.4.4 Uji Organoleptik ... 17

3.5 Diagram Alir Proses ... 18

3.6 Penelitian yang Relevan ... 18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Masker serbuk daun Kersen ... 20

4.1.1 Hasil Pengamatan Uji Organoleptik Masker Serbuk Daun kersen .... 20

4.2 Pembahasan ... 21 4.2.1 Analisis Antioksidan ... 21 4.2.2 Uji Organoleptik... 23 4.2.2.1 Warna ... 23 4.2.2.2 Tekstur... 25 4.2.2.3 Aroma ... 26 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 29 5.2 Saran ... 29 DAFTAR PUSTAKA ... 30 DAFTAR LAMPIRAN ... 32 RIWAYAT HIDUP

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Parameter Perlakuan Penelitian ... 14

Tabel 4.1 Parameter Uji Kimia dan Organoleptik ... 20

Tabel 4.2 Hasil Nilai Rata-rata dan Hasil Analisis Uji Lanjut Duncan ... 20

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Pohon Kersen ... 4 Gambar 2.2 Serai Wangi ... 6 Gambar 3.1 Diagram Alur Proses Pembuatan Masker Serbuk Daun Kersen .. 15 Gambar 3.2 Diagram Alur Proses Pembuatan Serbuk Serai wangi ... 16 Gambar 3.3 Diagram alur proses penelitian ... 18 Gambar 4.3 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Dan Perhitungan Nilai (IC50) .... 21

Gambar 4.5 Hasil Uji organoleptik Warna Masker Serbuk Daun kersen ... 24 Gambar 4.6 Hasil Uji Organoleptik Tekstur Masker Serbuk Daun kersen ... 25 Gambar 4.7 Hasil Uji Organoleptik Aroma Masker Serbuk Daun kersen ... 26

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Hasil Uji AKtivitas Antioksidan ... 32

Lampiran 2 Hasil Uji analisis ragam (ANOVA) pengaruh Warna ... 33

Lampiran 3 Hasil Uji Duncan Pengaruh Warna Pada Minuman Serbuk Instan ...33

Lampiran 4 Hasil Uji Analisis Ragam (ANOVA) pengaruh tekstur ... 34

Lampiran 5 Hasil Uji Duncan Pengaruh Tekstur ... 34

Lampiran 6 Hasil Uji Analisis Ragam (ANOVA) Pengaruh Aroma ... 34

Lampiran 7 Hasil Uji Duncan Pengaruh Aroma ... 35

Lampiran 8 Gambar Kurva Regresi ... 35

Lampiran 9 Nilai Rata- Rata Uji Organoleptik Warna ... 37

Lampiran 10 Nilai Rata-Rata Uji Organoleptik Tekstur ... 38

Lampiran 11 Nilai Rata-rata Uji Organoleptik Aroma ... 39

Lampiran 12 Kuisioner Uji Organoleptik ... 40

Lampiran 13 Kuisioner Survei ... 41

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat kebutuhan hidup manusia kian berkembang. Tidak hanya kebutuhan akan sandang, papan, pangan, pendidikan dan kesehatan, kebutuhan akan mempercantik diripun kini menjadi prioritas utama dalam menunjang penampilan sehari-hari. Biaya yang mahal terkadang tidak menjadi persoalan untuk mendapatkan kecantikan yang optimal. Terkadang wanita menggunakan produk yang instan untuk mendapatkan hasil perawatan yang cepat dan efektif, namun tindakan tersebut sering menimbulkan efek samping. Sebab, bahan-bahan yang digunakan mengandung bahan kimia yang bisa menimbulkan gangguan pada kulit (Andriani, 2018). Salah satu cara mempercantik diri ialah dengan melakukan perawatan rutin dengan menggunakan masker.

Masker adalah salah satu jenis kosmetik perawatan wajah secara tradisional. Masker sudah dikenal luas bahkan sebelum adanya kosmetik modern. Masker tradisional biasanya terbuat dari bahan-bahan alami. Produk yang digunakan sebaiknya mengandung antioksidan yang baik untuk kulit, serta menjaga kulit tetap sehat dan cerah. Antioksidan adalah zat atau senyawa alami yang dapat melindungi sel tubuh kita dari kerusakan dan penuaan yang disebabkan oleh molekul reaktif (radikal bebas) (Lingga, 2012).

Salah satu tumbuhan yang memiliki potensi antioksidan tinggi dan digunakan sebagai bahan aktif dalam sediaan masker wajah, yaitu kersen (Muntingia Calabura L.) yang dikenal dengan tumbuhan seri. Di beberapa negara kersen dikenal dengan beberapa nama: datiles, aratiles, manzanitas (Filipina),

khoom somz, takhob (laos), krakhop barang (Kamboja), kerup siam (Malaysia), capulin blanco, cacaniqua, niqua, iguito (Spanyol), jamaican cherry, panama berry, singapore cherry (Inggris) dan japanese kers (Belanda) (Kosasih et al.,

2013).

Kersen merupakan salah satu jenis dari marga Muntingia yang tumbuh selalu hijau sepanjang tahun. Tumbuhan ini kaya senyawa flavonoid dengan jenis flavon, flavonon, flavan dan biflavon sebagai kandungan yang penting. Salah satu manfaat dari kandungan flavonoid adalah sebagai antiokasidan. Aktivitasnya telah banyak diteliti bahwa flavonoid memiliki kemampuan untuk mengubah atau mereduksi radikal bebas dan juga sebagai anti radikal bebas. Salah satu bagian dari tumbuhan kersen yang dapat di manfaatkan untuk kesehatan dan kosmetik adalah daun kersen (Zahara,2018).

(16)

2 Daun kersen mengandung kelompok senyawa (lignin), antara lain flavonoid, tannin, triterpen, saponin, dan polifenolyang menunjukkan aktivitas antioksidatif. Berbagai komponen senyawa fenolik pada daun kersen ini, diduga berpotensi sebagai antioksidan yang kuat. Ekstrak etanol 96% daun kersen tua memiliki aktivitas antioksidan sebesar 18,214 mg/L (Kuntorini. 2010). Hal ini juga di buktikan dengan penelitian (Sami et al., 2017). Bahwa nilai IC50 yang

diperoleh dari ekstrak etanol daun kersen terhadap radikal DPPH 6.824 µg/ml. Suatu senyawa memiliki antioksidan sangat kuat apabila, IC50 kurang dari 50

ppm. Jika dibandingkan nilai tersebut maka ekstrak etanol daun kersen termasuk katagori sangat kuat.

Pemanfaatan daun kersen sebagai bahan dasar pemuatan kosmetik, menghasilkan kosmetik tanpa ada aroma yang khas, sehingga, diperluka suatu inovasi pada produk kosmetik masker serbuk daun kersen untuk menambah aroma (Tamu, 2017). Salah satu bahan yang berpotensi dalam pemberian aroma yang khas, yaitu serai wangi (Cymbopongon nardus L.) tanaman serai wangi (Cymbopongon nardus L.) mengandung senyawa citronella yang mampu memberikan aroma pada serai wangi. Saat ini, serai wangi telah digunakan dalam pembuatan parfum, kosmetik, bahan tambahan makanan dan obat. Tanaman serai wangi juga mampu mengasilkan minyak citronellal 7-15% dan graniol 55-65%. (Mangalep, 2018).

Penelitian tentang pemanfaatan serai wangi di bidang kosmetik, diantaranya adalah pembuatan masker gel peel-off minyak serai wangi. pada penelitian tersebut menghasilkan masker yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri (Staphylococcus epidermidis). Karena, mengandung kandungan sitronella dan geraniol yang di buat dalam sediaan masker praktis. Selain sebagai pewangi dan anti bakteri serai wangi juga mengadung antioksidan seperti kandungan senyawa metabolit sekunder pada ekstrak kasar metanol dan fraksi etil asetat dari batang serai wangi (Cymbopogon nardus (L.) adalah flavonoid, fenolik dan terpenoid.

Berdasarkan penelitian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan serai wangi sebagai bahan tambahan pembuatan serbuk masker daun kersen untuk menguji aktivitas antioksidan masker serbuk daun kersen.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh penambahan serai wangi terhadap aktivitas antioksidan masker serbuk daun kersen?

2. Bagaimana pengaruh penambahan serai wangi terhadap sifat organoleptik masker serbuk daun kersen?

(17)

3

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengaruh penambahan serai wangi terhadap aktivitas antioksidan masker serbuk daun kersen.

2. Mengetahui pengaruh penambahan serai wangi, terhadap sifat organoleptik masker serbuk daun kersen.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian meliputi tiga aspek, yaitu:

1. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan dan pengetahuan sehingga dapat menjadi bekal untuk memasuki dunia bisnis, terutama yang berkaitan dengan bahan baku dari daun kersen.

2. Bagi pengembangan ilmu, hasil penelitian ini diharapkan agar dapat menjadi acuan bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian dalam fokus yang sama.

3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi masyarakat akan kesehatan dan pengembangan usaha masker serbuk yang menggunakan daun kersen sebagai bahan bakunya.

(18)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kersen

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Kersen (Muntigia Calabura L).

Berikut klasifikasi kersen (Muntigia Calabura L) menurut (Sari, 2012) Divisi : Angiospermae

Kelas : Dialypetalae

Ordo : Malvales

Suku : Tiliaceae

Genus : Muntingia

Spesies : Muntingia Calabura L.

Gambar 2.1 Pohon Kersen (Zahara, 2018).

Berperawakan pohon kecil yang selalu hijau, dengan tinggi 3-12 m. Percabangannya mendatar, menggantung ke arah ujung, berbulu halus. Daunnya tunggal, berbentuk bulat telur sampai berbentuk lanset, dengan pangkal lembaran daun yang nyata tidak simetris, tepi daun bergerigi, lembaran daun bagian bawah berbulu kelabu. Bunga-bunga terletak pada satu berkas yang letaknya supraaksilar dari daun, bersifat hermafrodit. Buahnya bertipe buah buni, berwarna merah kusam, berdiameter 15 mm, berisi beberapa ribu biji yang kecil, terkubur dalam daging buah yang lembut (Kosasih, 2013).

Kandungan kimia daun kersen, yaitu flavonoid, alkohol, sesquiterspen, ester, derifat furan (Lim, 2012) Dilanjutkan pada penelitian Kosasih et al., (2013), tumbuhan kersen ini mengandung begitu banyak senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Di dalam 100 gram daun kersen mengandung air (77,8 gr), protein 0,384 gr), lemak (1,56), karbohidrat (17,9 gr), serat (4,6 gr), abu (1,14 gr), kalsium (1,24 mg), fosfor (84 mg), besi (1,18 mg), karoten (0,019 gr), tianin (0,065 gr), riboflavin (0,037 gr), niacin (0,55 gr), dan vitamin C 80,5 mg).

(19)

5 Tanaman ini kaya akan flavonoid, flavon dan flavonon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa simplisia daun kersen dan ekstrak metanol daun ini mengandung senyawa golongan flavonoid, kuinon, polifenolat, saponin, steroid, triterpenoid, monoterpenoid dan seskuiterpenoid. Penelitian tentang isolasi senyawa flavanon, flavon, kalkon dan isoflavon serta struktur senyawanya telah dilakukan di Chicago dan hasil penelitiannya yaitu

7-methoxy-3,5,8-trhydroxyflavanone, 5-hydroxy-7-methoxyflavanone; 2,4 dihydroxychalcone;

8,4,2,4-trihydorxychalcone,7-hydroxyisoflavone;7,3,4trimethoxyisoflavone (Brugnera, 2011).

Pada penelitian kuntorini et al., (2013) menjelaskan hasil penelitian bahwa ekstrak metanol daun kersen muda memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 21,786 ppm, sedangkan daun kersen tua memiliki aktivitas antioksidan sebesar 18,214 ppm. Ekstrak metanol daun kersen tua lebih tinggi aktivitas antioksidannya dari pada daun muda, hal tersebut diasumsikan berkaitan dengan jumlah trikoma glanduler pada daun tua lebih banyak dari pada daun muda, karena trikoma glanduler berperan sebagai penyimpan senyawa metabolit sekunder.

Kersen merupakan salah satu jenis dari marga Muntingia yang tumbuh selalu hijau sepanjang tahun. Tumbuhan ini kaya senyawa flavonoid dengan jenis flavon, flavonon, flavan dan biflavon sebagai kandungan yang penting. Salah satu manfaat dari kandungan flavonoid adalah sebagai antiokasidan. Aktivitasnya telah banyak diteliti bahwa flavonoid memiliki kemampuan untuk mengubah atau mereduksi radikal bebas dan juga sebagai anti radikal bebas. Selain itu juga memiliki kemampuan prooksidan tergantung dari konsentrasi dan sumber radikal bebasnya (Zahara, 2018).

Daun kersen berwarna hijau dan berbulu berkhasiat sebagai obat batuk, peluruh dahak, antitumor dan rebusan daun kersen dapat menghambat pertumbuhan mikroba, seperti Corynebacterium diphteriae, Staphylococcus

aureus, dan Staphylococcus epidermidis, serta dapat digunakan sebagai antiseptik,

dan dapat mengatasi penyakit gula darah (Lim, 2012). Secara tradisional, daun kersen telah lama digunakan di Negara Peru dengan pemakaian, seperti mengonsumsi teh untuk menghilangkan rasa sakit, seperti sakit kepala dan juga anti radang (Haki, 2009; Zahara, 2018). Buah kersen dapat dimanfaatkan untuk mengobati sakit kuning, serta jus buah kersen sangat baik dijadikan sebagai minuman bagi seorang atlet untuk mencegah cedera otot saat beraktivitas. Di Srilangka buah kersen sering dimanfaatkan sebagai selai jam fruit sebagai teman makan roti dan lainnya. Bagian-bagian tanaman ini telah digunakan sebagai obat-obatan di daerah Asia Tenggara dan di bagian tropis benua Amerika. Akar kersen telah digunakan sebagai abortifacient (aborsi) di Malaysia. Bunga kersen telah biasa digunakan untuk mengobati sakit kepala, antiseptik, antikejang, dan

(20)

6 diaporetik. Cairan pada bunga tanaman kersen di minum sebagai obat penenang (Zakaria, 2011).

2.2 Serai Wangi

2.2.1 Klasifikasi Tanaman Serai Wangi (Cymbopogon Nardus L.)

(Mangalep, 2018) membuat klasifikasi tanaman Serai Wangi sebagai berikut: Regnum : Plantae Divisio : Spermatophyta Classis : Monocotyledoneae Ordo : Poales Familia : Poaceae Genus : Cymbopogon

Spesies : Cymbopogon nardus (L.)

Gambar 2.2 Serai Wangi (Mangalep, 2018)

Tanaman serai wangi (Cymbopong Nardus L.) merupakan tanaman dengan habitus terna perenial, serai wangi dari suku Poaceae yang sering disebut dengan suku rumput-rumputan. Memiliki akar yang besar, merupakan jenis akar serabut yang berimpang pendek. Batang tanaman serai wangi (Cymbopong Nardus L.) bergerombol dan berumbi, serta lunak dan berongga. Isi batangnya merupakan pelepah umbi untuk pucuk dan berwarna putih kekuningan. Namun, ada juga yang berwarna putih keunguan atau kemerahan. Selain itu, batang tanaman serai wangi (Cymbopong Nardus L.) juga bersifat kaku dan mudah patah. Batang tanaman ini tumbuh tegak lurus di atas tanah.

Daun tanaman serai berwarna hijau dan tidak bertangkai. Daunnya kesat, panjang, runcing dan daun tanaman ini memiliki bentuk, seperti pita yang makin ke ujung makin runcing dan berbau citrus ketika daunnya diremas. Daunnya juga memiliki tepi yang kasar dan tajam. Tulang daun tanaman serai tersusun sejajar.

(21)

7 Letak daun pada batang tersebar. Panjang daunnya sekitar 50-100 cm, sedangkan lebarnya kira-kira 2 cm. Daging daun tipis, serta pada permukaan dan bagian bawah daunnya berbulu halus. Bunga sereh wangi, kalaupun ada pada umumnya bunganya tidak memiliki mahkota dan merupakan bunga berbentuk bulir. Buah tanaman serai jenis (Cymbopong Nardus L.) jarang sekali atau bahkan tidak memiliki buah, sedangkan bijinya juga jarang sekali (Mangalep, 2018)

Serai wangi mengandung bahan aktif alkanoid, tannin, saponin, flavonoid, fenol, steroid dan minyak atsirih sedangkan nutrisi yang terdapat pada serai wangi meliputi, karboidrat (55%) yang menunjukkan bahwa serai merupakan sumber energi yang baik, protein (4,56%) serat (9,28%) dan zat bioaktif yang paling banyak terkandung dalam serai adalah phenolic acid, flavonoid, dan tanin yang berperan sebagai antioksidan. Kandungan phenolic acid, flavonoid, dan tanin dapat menginhibisi radikal bebas. Serai wangi mengandung dua bahan kimia penting yaitu sitronelal dan geraniol. Sitronelal dan geraniol umumnya digunakan untuk bahan dasar pembuatan ester-ester seperti hidroksi sitronelal,

genaniolasetat dan mentol sintetik yang mempunyai sifat lebih stabil dan banyak

digunakan dalam industri wangi-wangian. Hidroksi sitronelal penting untuk sabun dan minyak wangi yang berharga tinggi, sedangkan mentol untuk bahan dasar obat batuk, obat gigi dan pencuci mulut (Mangalep, 2018).

Geraniol merupakan pesenyawaan yang terdiri dari dua molekul isopropen, sedangkan sitronellol merupakan hasil kondensasi dari sitronellal termasuk dalam grup aldehida. Dengan kandungan minyak seperti ini maka daya menguapnya termasuk dalam golongan cepat sampai sedang (top to middle note). Kandungan sitronellal dan geraniol memiliki potensi efek biologis sebagai analgesik, yaitu memberikan efek menenangkan dan pengurangan rasa sakit. Komponen kimia dalam serai wangi cukup kompleks, namun komponen yang paling penting adalah sitronellal dan geraniol. Kedua komponen tersebut menentukan intensitas bau, serta harga minyak sereh wangi. Biasanya jika kadar geraniol tinggi maka kadar sitronellal juga tinggi. Kandungan sereh wangi adalah 0,4% dengan komponen utama sitronellal 66-85%. Kandungan minyak atsiri sebesar 1% dengan komponen utama sitronellal dan geraniol. Terdapat sebelas komponen dari serai wangi yang dapat diidentifikasi dengan analisis kromatografi gas dan spektrometri massa. Komponen-komponen tersebut adalah α-pinen, limonen, linalool, sitronellal, sitronellol, geraniol, sitronelil asetat, ß-kariofilen, geranil asetat, dkadinen dan elemol, dengan komponen utamanya adalah sitronellal (Sousa dan Damio, 2011).

(22)

8

2.3 Masker

Masker merupakan salah satu jenis kosmetik perawatan yang cukup dikenal dan digunakan. Masker biasanya digunakan pada tahap akhir dalam rangkaian perawatan kulit wajah. Masker bekerja mendalam untuk mengangkat sel-sel tanduk yang sudah mati pada kulit. Digunakan setelah dipijat (pengurutan) dengan cara dioleskan pada seluruh kulit wajah, kecuali alis, mata dan bibir. Sehingga, wajah yang menggunakan masker tampak, seperti wajah yang sedang menggunakan topeng. Penggunaan masker untuk perawatan kulit wajah sebenarnya sudah dikenal sejak lama. Pada zaman dahulu, kaum wanita sudah bereksperimen meramu berbagai bahan alam yang dapat digunakan sebagai masker. Selain masker, masyarakat juga sudah mengenal jamu, lulur dalam hal merawat kecantikan kulit (Andriani, 2018).

Pemanfaatan masker sebagai perawatan kulit wajah terus berkembang karena mulai dengan mengembangkan bahan-bahan yang digunakan hingga menggunakan alat-alat yang modern. Banyak produk masker yang beredar di pasaran dan siap digunakan. Membeli produk masker memang lebih praktis. Namun, membuat masker sendiri dengan bahan-bahan alami akan memberikan hasil yang lebih baik. Hal ini dikarenakan, kandungan yang terdapat dalam bahan-bahan tersebut tidak tercampur bahan-bahan kimia (masih asli) dan terbebas dari kemungkinan rusak atau kadarnya berkurang akibat proses pengolahan di pabrik. Di samping itu, menggunakan masker buatan sendiri dari bahan-bahan alami juga murah dan bebas efek samping. Penggunaan masker sebaiknya dilakukan seminggu sekali atau dua kali. Masker bermanfaat untuk memberikan nutrisi untuk kulit. Manfaat masker beragam, sesuai dengan jenisnya. Ada masker yang bermanfaat untuk mencerahkan wajah, mengecilkan pori-pori, melembapkan kulit kering, mengurangi kadar minyak pada kulit yang berminyak, mengurangi jerawat, menyamarkan noda hitam, menyamarkan kerutan, mengatasi kulit kusam, mengencangkan wajah, atau antiaging (Achroni, 2012).

2.4 Pembuatan Serbuk Masker

Serbuk adalah produk yang berbentuk butiran-butiran halus. Serbuk telah lama dikembangkan dan hingga sekarang ini sudah banyak produk serbuk yang diedarkan di pasaran. Penanganan pasca panen yang dapat dilakukan adalah dengan mengolah bahan baku menjadi suatu olahan pangan berupa serbuk sehingga dapat memperpanjang umur simpan (Muchtadi, 2010).

Adapun tahap pembuatan serbuk masker, antara lain: pencucian, pengeringan, penghalusan, dan pengayakan.

1) Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran (tanah) yang menempel, dan memperoleh penampakan yang baik. Pencucian dapat dilakukan dengan menggunakan air atau dengan sikat (Baliwati et al., 2004; Sayekti, 2016).

(23)

9 2) Pengeringan bertujuan mengurangi kadar air bahan pangan seingga dapat mengambat pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan. (Angraiyati, 2017) 3) Penghalusan bertujuan untuk mengurangi endapan pada serbuk yang

dihasilkan (Kumalaningsi dan Suprayogi, 2006; Haryanto, 2017).

4) Pengayakan bertujuan untuk menghasilkan tekstur yang seragam agar dapat diolah lebih lanjut atau diperoleh penampilan atau bentuk komersial yang diinginkan (Bernasconi et al., 2005; Rifkowati, 2016).

2.5 Antioksidan

Antioksidan merupakan salah satu senyawa yang dapat menetralkan radikal bebas dengan mendonorkan salah satu atom hidrogennya. Keberadaan antioksidan alami dalam tubuh sudah tersedia di sebut dengan antioksidan endogen, namun jumlah antioksidan dengan radikal bebas yang masuk ke tubuh sering tidak seimbangan, sehingga diperlukan antioksidan eksogen. Kebutuhan akan antioksidan eksogen memunculkan banyak produk berlabel antioksidan di pasaran, namun produk-produk tersebut dapat menimbulkan efek samping dalam pengonsumsian jangka panjang. Dengan demikian, diperlukan senyawa antioksidan alami yang berasal dari tanaman. Adapun salah satu tanaman yang mengandung senyawa yang bersifat antioksidan adalah Kersen (Muntingia

Calabura L). Antioksidan mempunyai peran menangkal radikal bebas.

Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas sehingga mengurangi kapasitas radikal bebas untuk menimbulkan kerusakan. Ada dua cara dalam mendapatkan antioksdian, yaitu dari luar dan dalam tubuh. Antioksidan didapatkan dengan mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung vitamin A, C, E, beta-karoten, dan antioksidan enzim (Rauf, 2015).

Mekanisme kerja antioksidan dibagi dalam beberapa jenis diantaranya antioksidan primer, yaitu senyawa yang mengakhiri rantai radikal bebas dalam jenis reaksi oksidasi. Beberapa senyawa antioksidan jika dicampur dapat mempengaruhi kinerjanya dengan efek sinergi. Sinergi yaitu senyawa yang mempunyai sedikit sifat antioksidan dan tetapi dapat memperbesar efek dari antioksidan primer. Asam askorbat dan asam sitrat memberi efek sinergi terhadap antioksidan yang lain dan sering dipakai sebagai antioksidan dalam pangan (Ketaren, 1986). Sedangkan sumber-sumber antioksidan dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu antioksidan sintetik (antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa 10 reaksi kimia) dan antioksidan alami (antioksidan hasil ekstraksi bahan alami) (Ardiansyah, 2007). Berdasarkan fungsinya, antioksidan dapat dibedakan menjadi 5 (lima) yaitu sebagai berikut:

1. Antioksidan primer yang berfungsi untuk mencegah terbentuknya radikal bebas baru karena ia dapat merubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang berkurang dampak negatifnya, yaitu sebelum sampai

(24)

10 bereaksi. Antioksidan primer yang ada dalam tubuh yang sangat terkenal adalah enzim superoksida dismutase. Enzim ini sangat penting karena dapat melindungi hancurnya sel-sel dalam tubuh akibat serangan radikal bebas. Bekerjanya enzim ini sangat dipengaruhi oleh mineral-mineral seperi mangan, seng, tembaga, dan selenium yang harus terdapat dalam makanan dan minuman.

2. Antioksidan sekunder berfungsi menangkap radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang lebih besar. Contoh yang popular dari antioksidan sekunder adalah vitamin E, vitamin C, dan betakaroten yang dapat diperoleh dari buah-buahan.

3. Antioksidan tersier merupakan senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan radikal bebas. Biasanya yang termasuk kelompok ini adalah jenis enzim misalnya metionin sulfoksidan reduktase yang dapat memperbaiki DNA dalam inti sel. Enzim tersebut bermanfaat untuk memperbaiki DNA pada penderita kanker.

4. Oxygen Scavanger yang mengikat oksigen sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi, misalnya vitamin C.

5. Chelators atau Sequesstrants mengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih, 2006).

2.6 DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil)

Salah satu metode untuk menganalisis aktivitas antioksidan adalah menggunakan DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). DPPH biasanya digunakan sebagai substrat untuk menguji aktivitas antioksidan beberapa senyawa antioksidan (Kumaran & Karunakaran, 2006). DPPH adalah bubuk kristal berwarna gelap terdiri dari molekul radikal bebas yang stabil. DPPH mempunyai berat molekul 394,32 dengan rumus C18H12N5O6 larut dalam air. DPPH dapat

digunakan untuk menguji kemampuan antioksidan yang terkandung dalam makanan. Prinsipnya elektron ganjil pada molekul DPPH memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 517 nm yang berwarna ungu. Warna ini akan berubah menjadi kuning lemah apabila elektron ganjil tersebut berpasangan dengan atom hidrogen yang disumbangkan senyawa antioksidan. Reaksi terjadi antara DPPH dengan atom H netral yang berasal dari antioksidan (Horton, 2006).

Metode ini dilakukan untuk mengetahui jumlah besar aktivitas antioksidan yang terdapat pada sampel masker serbuk daun kersen dengan variasi penambahan seri wangi secara spektrofotometri dengan DPPH. Karena merupakan metode yang sederhana, mudah, dan menggunakan sampel dalam jumlah yang sedikit dengan waktu yang singkat (Hanani 2005). Menurut Prakash & Miller (2001), adanya aktivitas antioksidan dari sampel mengakibatkan

(25)

11 perubahan warna pada larutan DPPH yang semula berwarna ungu menjadi kuning pucat. Karena elektron pada radikal DPPH berpasangan dengan atom hidrogen dari antioksidan sehingga menjadi DPPH-H yang merupakan radikal stabil.

Nilai IC50 (Inhibitory Concentration) merupakan bilangan yang

menunjukkan konsentrasi ekstrak yang mampu menghambat 50% radikal bebas oleh suatu konsentrasi sampel (Mailandari, 2012). Semakin kecil nilai IC50 berarti

semakin tinggi aktivitas antioksidannya. Nilai IC50 diperoleh dari persamaan

regresi linier. Aktivitas antioksidan dari suatu senyawa dapat digolongkan berdasarkan nilai IC50 yang diperoleh. Suatu senyawa dikatakan sebagai

antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 kurang dari 50, kuat (50-100), sedang

(100-150) dan lemah (151-200). Semakin kecil nilai IC50 maka semakin tinggi aktivitas

antioksidan (Molyneux, 2004; Hidayat et al., 2015).

2.7 Organoleptik

Organoleptik merupakan penilaian mutu produk berdasarkan panca indera manusia melalui saraf sensorik. Penilaian dengan indera banyak digunakan untuk menilai mutu suatu produk terutama produk hasil pertanian dan makanan. Salah satu cara penilaian organoleptik adalah dengan menggunakan uji hedonik. Uji hedonik merupkan penilaian panelis tentang suka atau tidak suka, dapat menerima atau tidak dapat menerima terhadap suatu produk yang diuji. Kriteria yang biasa digunakan dalam penilaian organoleptik terdiri dari rasa, warna, tekstur, dan aroma (Setyaningsih et al., 2010).

Menurut Winarno (2004) bahwa indera yang digunakan dalam menilai sifat inderawi adalah sebagai berikut:

a. Penglihatan yang berhubungan dengan warna kilap, viskositas, ukuran dan bentuk, volume kerapatan dan berat jenis, panjang lebar dan diameter serta bentuk bahan.

b. Indera peraba yang berkaitan dengan struktur, tekstur dan konsistensi. Struktur merupakan sifat dari komponen penyusun, tekstur merupakan sensasi tekanan yang dapat diamati dengan mulut atau perabaan dengan jari, dan konsistensi merupakan tebal tipis dan halus.

c. Indera pembau, pembauan juga dapat digunakan sebagai suatu indikator terjadinya kerusakan pada produk.

Uji organoleptik digunakan untuk menentukan suatu formulasi terbaik berdasarkan tingkat kesukaan dari panelis. Metode uji yang digunakan adalah uji hedonik tehadap beberapa jenis sampel. Uji organoleptik ini dilakukan oleh 10-30 panelis agak terlatih. Parameter mutu yang diuji meliputi warna, aroma, dan tekstur penilaian secara keseluruhan.

(26)

12

2.8 Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometer UV-Vis adalah analisis spektroskopik yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibanding kualitatif (Syifa, 2010).

Berikut Prinsip Kerja Spektrofotometri UV-VIS:

Spektrum elektromagnetik dibagi dalam beberapa daerah cahaya. Suatu daerah akan diabsorbsi oleh atom atau molekul dan panjang gelombang cahaya yang diabsorbsi dapat menunjukan struktur senyawa yang diteliti. Spektrum elektromagnetik meliputi suatu daerah panjang gelombang yang luas dari sinar gamma gelombang pendek berenergi tinggi sampai pada panjang gelombang mikro. Spektrum absorbsi dalam daerah-daerah ultra ungu dan sinar tampak umumnya terdiri dari satu atau beberapa pita absorbsi yang lebar, semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-tampak. Oleh karena itu mereka mengandung electron, baik yang dipakai bersama atau tidak, yang dapat dieksitasi ke tingkat yang lebih tinggi. Panjang gelombang pada waktu absorbsi terjadi tergantung pada bagaimana erat elektron terikat di dalam molekul. Elektron dalam satu ikatan kovalen tunggal erat ikatannya dan radiasi dengan energi tinggi, atau panjang gelombang pendek, diperlukan eksitasinya. Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah bahwa metode ini memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil. Selain itu, hasil yang diperoleh cukup akurat, dimana angka yang terbaca langsung dicatat oleh detector dan tercetak dalam bentuk angka digital ataupun grafik yang sudah diregresikan (Yahya, 2013). Secara sederhana instrumen spektrofotometeri yang disebut spektrofotometer terdiri dari: Sumber cahaya – monokromatis – sel sampel –

(27)

13

BAB III

METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksperimental dan dilakukan dalam tiga tahap. Yaitu tahap pertama, melakukan penelitian pendahuluan yaitu dengan membuat sampel masker serbuk daun kersen dilakukan di Laboratorium Pangan Terpadu Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Teknologi Sumbawa. Pada tanggal 30 maret 2019, kemudian penelitian kedua menguji aktivitas antioksi dan masker serbuk daun kersen, dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Fakultas Mipa, Universitas Mataram. Pada tanggal 8 April 2019, lalu pengujian organleptik dilakukan di Universitas Teknologi Sumbawa pada tanggal 24 April 2019 dan dilakukan survei kesukaan panelis untuk pengembangan produk masker serbuk daun kersen pada tanggal 30 April 2019. Penelitian ini dilakukan selama satu bulan.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

Alat yang digunakan adalah oven, timbangan digital, nampan, spatula,

alat pengayak 80 mesh, tabung reaksi, erlenmeyer, timbangan analitik, gelas ukur, tissue, sarung tangan, labu takar, kuvet, botol vial dan Spektrofotometer UV-Vis.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan adalah air, tissue, daun kersen tua dan daun serta batang serai wangi (yang didapat dari Kelurahan Brang biji, Kecamatan Sumbawa.) DPPH (1,1-Difenil-2-pikrilhidrazil) serta larutan metanol.

3.3 Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini (Uji Organoleptik) yaitu, analisis ragam dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yang terdiri dari 3 taraf perlakuan ditambah dengan faktor kontrol dengan tiga kali ulangan. Jadi, dalam penelitian ini terdapat 10 unit percobaan.

Berikut taraf pada faktor jenis perlakuan, yaitu:

P0: 10 gram serbuk daun kersen dengan konsentrasi 0 gram serai wangi P1: 9 gram serbuk daun kersen dengan konsentrasi serai wangi 1 gram P2: 8 gram serbuk daun kersen dengan konsentrasi serai wangi 2 gram P3: 7 gram serbuk daun kersen dengan konsentrasi serai wangi 3 gram Penggunaan konsentrasi sereh wangi 1 gram, 2 gram dan 3 gram menggunakan acuan dari (Asmawati, 2016) yang menggunakan konsentrasi 2 gram, 3 gram dan 2,5 gram untuk pembuatan masker ekstrak batang wasabi. Kemudian, hasil dari penelitian dianalisa dengan menggunakan uji ANOVA.

(28)

14 Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan, jadi dalam penelitian ini terdapat 10 unit percobaan (satu kontrol). Jika terdapat perbedaan nyata, maka dilanjutkan Uji Duncan dengan taraf signifikan 5%. Pengolahan data dilakukan menggunakan aplikasi SPSS 16.0 SPSS versi 16.0 for windows dan apabila terdapat perbedaan yang nyata maka akan dilakukan uji lanjut post hoc Duncan. Sedangkan data aktivitas antioksidan dianalisis menggunakan Microsoft Excel dan kurva regresi linear parameter perlakuan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.1 Parameter Perlakuan Penelitian

Ulangan Perlakuan

P1(1 gram) P2 (2 gram) P3(3 gram)

1 Y11 Y21 Y31

2 Y12 Y22 Y32

3 Y13 Y23 Y33

Dengan penetapan rancangan didasarkan pada asumsi bahwa semua faktor yang bukan perlakuan dibuat dan dianggap seragam, dengan model matemetika rancangan, sebagai berikut:

Yij = μ + τi + εij Keterangan:

Yij : Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j. Τi : Nilai tengah umum

Εij : Galat percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j i : Perlakuan

j : Ulangan

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Pembuatan Serbuk Daun Kersen.

Proses pembuatan serbuk daun kersen dengan variasi penambahan serai wangi dimulai dengan menyiapkan alat, bahan, dan sarana pendukung dalam pembuatan serbuk daun kersen. Tahap pertama yaitu sortasi, daun kersen di sortir antara daun kersen yang masih muda dan sudah tua. Daun kersen yang di gunakan dalam pembuatan serbuk adalah daun kersen tua, karena berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh (Jun) et al., 2003 dijelaskan bahwa aktivitas antioksidan pada daun kersen tua lebih kuat dari pada daun kersen muda. Setelah dipisahkan proses selanjutnya, yaitu mencuci daun kersen dengan air bersih dan ditiriskan. Setelah selesai ditiriskan, daun kersen dirajang, agar

(29)

15 memudahkan proses pengeringan. Selanjutnya daun kersen dikeringkan dengan oven pada suhu 500C (penggunaan suhu 500C merupakan acuan dari Agraiyati dan Hamzah, 2017) sampai kering hingga tekstur daun remah. Setelah proses pengeringan selesai dilanjutkan pada tahap penghalusan, dimana daun kersen dan serai wangi ditumbuk dengan mortal dan alu kemudian diayak dengan 80 mesh. Berikut diagram alir proses pembuatan serbuk daun kersen.

Gambar 3.1 diagram alir proses pembuatan serbuk daun kersen. (Modifikasi metode Angraiyati dan Hamzah, 2017).

Serbuk daun kersen Penghalusan Mulai Sortasi Pencucian Pengecilan ukuran Pengeringan Pengayakan Selesai Dikeringkan dengan suhu 500C sampai kering Ditumbuk dengan mortal dan alu Di ayak dengan ayakan 80 mesh

(30)

16

3.4.2 Pembuatan Serbuk Serai Wangi.

Setelah semua serbuk siap maka dilakukan penimbangan pada serbuk hingga menghasilkan sembilan (9) sampel masker serbuk daun kersen dengan variasi penambahan serai wangi, ditambah dengan satu (1) sampel sebagai kontrol, yaitu tanpa penambahan serbuk serai wangi. Semua perlakuan siap diuji aktivitas antioksidan dan tingkat kesukaan panelis terhadap masker serbuk daun kersen dengan variasi penambahan serai wangi.

Berikut diagram alir proses pembuatan serbuk serai wangi.

Gambar 3.2 diagram alir pembuatan serbuk serai wangi (Modifikasi Metode Agraiyati dan Hamzah, 2017).

Serbuk Serai Wangi Penghalusan Mulai pencucian Pengecilan ukuran sortasi Pengeringan Pengayakan Selesai Dikeringkan dengan suhu 500C dengan lama pengeringan 6 jam Ditumbuk dengan mortal dan alu Di ayak dengan ayakan 80 mesh

(31)

17

3.4.3 Uji Aktivitas Antioksidan Dpph (Djapiala et al., 2013).

Untuk pengujian antioksidan masker bubuk daun kersen sebanyak 0,2 gr akan dimasukkan ke dalam labu takar 10 ml dan ditambahkan 10 ml methanol hingga tanda batas. Larutan yang telah diencerkan ditambahkan 2 ml larutan DPPH 20 ppm dimasukkan ke dalam botol vial. Kemudian, diinkubasi selama 30 menit pada suhu ruang. Campuran yang telah diinkubasi dimasukkan dalam kuvet dan diukur serapannya pada panjang gelombang 517 nm menggunakan spektrofotometer uv-vis.

Adapun rumus (%) Inhibisi:

(%) inhibisi =

Keterangan:

(%) inhibisi : persentase hambat antioksidan A0 : absorbansi blanko

A1 : absorbansi larutan uji

Setelah didapatkan persentase aktivitas antioksidan kemudian dibuat grafik antara konsentrasi dengan rata-rata (%) aktivitas antioksidan, sehingga didapatkan nilai persamaan regresi y=bx+a, yaitu persamaan yang digunakan untuk mengetahui nilai (R2). R2 adalah nilai yang digunakan untuk memprediksi seberapa besar pengaruh variabel bebas (x) terhadap variabel terikat (y) pada penentuan aktivitas antioksidan IC50. Jika nilai R2 mendekati 0, maka hubungan

korelasi antara variabel x dan y menjadi lemah (tidak berpengaruh). Nilai R2 mendekati -1 sampai 1 maka hubungan korelasi variabel x dan y menjadi kuat (berpengaruh). berikutnya dihitung nilai IC50 dengan rumus sebagai berikut

.

3.4.5 Uji Organoleptik (Setyaningsih et al., 2010).

Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap produk. Pada pengujian ini ada 25 orang panelis yang memberikan penilaiannya berdasarkan tingkat kesukaannya terhadap produk meliputi warna, tekstur dan aroma, pengujian yang dilakukan adalah menggunakan metode hedonik (uji kesukaan) dengan skala penilaian 1-6 yaitu (1) sangat tidak suka, (2) tidak suka, (3) agak tidak suka, (4) agak suka, (5) suka, (6) sangat suka.

(32)

18

3.5 Diagram Alir Proses

Berikut merupakan diagram alir proses peneitian pengaruh penambahan serai wangi terhadap aktivitas antioksidan masker serbuk daun kersen.

Gambar 3.3 Gambar diagram alir proses penelitian.

3.6 Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa penelitian sebelumnya yang relevan sebagai acuan. Penggunaan konsentrasi 10 gram pada daun kersen merupakan acuan dari penelitian sebelumnya, yaitu penelitian (Tamu, 2017) ditemukan sediaan krim ekstrak etanol daun kersen (Muntingia Calibura L) memiliki efektivitas antioksidan yang tinggi. Sedangkan, penggunaan konsentrasi sereh wangi 1 gram, 2 gram dan 3 gram, menggunakan acuan dari (Asmawati, 2016) yang menggunakan konsentrasi 2 gram, 3 gram dan 2,5 gram untuk pembuatan masker ekstrak batang wasabi.

Serbuk ekstrak daun kersen (10 gram)

Konsentrasi serbuk serai wangi 10%, 20%, 30%

Masker serbuk daun kersen

Analisis Data

Uji kimia : Kadar Antioksidan Uji organoleptik : Hedonik

(33)

19 Penggunaan suhu 500C merupakan acuan dari penelitian Agraiyati dan Hamzah, (2017) yang melakukan penelitian terhadap antioksidan pandan wangi dengan memberi variasi lama pengeringan. Sedangkan lama waktu pengeringan merupakan hasil dari penelitian pendahuluan peneliti yang dilakukan di Laboratorium Pangan Terpadu Teknologi Pertanian, pada tanggal 20 maret. Dan mendapatkan hasil bahwa pengeringan selama 3 jam mampu menghasilkan serbuk halus 80 mesh.

(34)

20

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Masker Serbuk Daun Kersen

Data hasil analisis keragaman (signifikansi) masker serbuk daun kersen dengan penambahan serai wangi, pada setiap parameter uji dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Parameter uji kimia dan organoleptik masker serbuk daun kersen

Parameter Uji Signifikan / Not Signifikan

Uji Antioksidan S

Organoleptik (Warna) S

Organoleptik (Aroma) S

Organoleptik (tekstur) S

Berdasarkan data hasil analisis ragam (signifikan) pada Tabel 4.1 didapatkan hasil bahwa penambahan serai wangi berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan, organoleptik warna, aroma dan tekstur pada masker serbuk daun kersen.

4.1.1 Hasil Pengamatan uji Organoleptik Masker serbuk daun kersen

Data hasil analisis ragam sifat organoleptik terhadap warna, aroma dan tekstur pada masker serbuk daun kersen dengan penambahan serbuk serai wangi dan analisis Duncan pada taraf nyata 5% dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Nilai Rata-rata dan Hasil Analisis Uji Lanjut Duncan Sifat Organoleptik (Warna, Aroma, Tekstur pada Taraf Nyata 5% Terhadap Masker Serbuk Daun Kersen.

Perlakuan Parameter uji

Warna Aroma Tekstur

K (serbuk serai wangi 0 gram) 3.60 3.16 3.40

P1 (serbuk serai wangi 1 gram) 3.78 3.47 3.78

P2 (serbuk serai wangi 2 gram) 3.76 3.21 3.69

P3 (serbuk serai wangi 3 gram) 3.78 3.35 3.76

Duncan 5% 0.035 0.00 0.00

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa uji organoleptik warna dan aroma berbeda nyata pada perlakuan P1 (konsentrasi 1 gram) dengan nilai rata-rata tertinggi, yaitu 3.78 yang berarti panelis agak suka terhadap masker serbuk daun kersen, karena panelis menyukai pada rentang skala 3-4. Sedangkan, pada uji organoleptik aroma dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan singnifikan (berbeda nyata) pada semua perlakuan K, P1, P2, dan P3 (konsentrasi 0 gram, 1 gram, 2 gram dan 3 gram) dengan nilai yang dapat dilihat pada Tabel 4.2 yang berarti panelis agak suka terhadap masker serbuk daun kersen. Sementara itu,

(35)

21 pada hasil analisis uji lanjut Duncan pada taraf nyata 5% di semua perlakuan, dihasilkan perbedaan signifikan (berpengaruh). Hal ini disebabkan karena nilai

Pvalue secara berturut-turut (0,035, 0,00, dan 0,00) lebih kecil dari nilai α, yaitu

0,05.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Analisis Antioksidan

Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH (2,2 diphenly-1-picryhydrazyl). DPPH merupakan radikal bebas berupa larutan berwarna ungu yang dapat bereaksi dengan senyawa yang dapat mendonorkan atom hidrogen, sehingga berguna untuk pengujian aktivitas antioksidan pada komponen tertentu dalam suatu ekstrak. Tujuannya adalah mengetahui parameter konsentrasi yang ekuivalen memberikan 50% efek aktivitas antioksidan (IC50).

Inhibition Concentration (IC50) adalah konsentrasi zat antioksidan yang dapat

menyebabkan 50% DPPH kehilangan radikal atau konsentrasi suatu zat antioksidan yang memberikan persen penangkalan radikal bebas sebesar 50% (Molyneux, 2004). Hasil uji aktivitas antioksidan dan perhitungan nilai (IC50)

masker serbuk daun kersen dengan variasi penambahan serai wangi (Kontrol= 0 gram, P1=1 gram, P2= 2 gram dan P3= 3 gram) dapat dilihat pada gambar 4.3.

Gambar 4.3 Hasil uji aktivitas antioksidan dan perhitungan nilai (IC50)

Semakin kecil nilai IC50 menunjukkan semakin tinggi aktivitas

antioksidannya (Molyneux, 2004). Berdasarkan hasil analisis, masker serbuk daun kersen dengan variasi penambahan serai wangi merupakan antioksidan sangat kuat (<50 ppm). Nilai kontrol yang dihasilkan dari uji aktivitas antioksidan tersebut adalah 36.78 ppm. Kemudian, penambahan serai wangi 1 gram, memiliki kandungan antioksidan sebesar 34.69 ppm. Penambahan serai wangi 2 gram

k ( 0 gram) P1 (1 gram) P2 (2 gram) P3 ( 3 gram) 36.78 34.69 30.1 28.25

Konsentrasi serai wangi Uji Aktivitas Antioksidan

(36)

22 mengandung antioksidan sebanyak 30.10 ppm. Lalu, penambahan serai wangi 3 gram mengandung antioksidan sebanyak 28.25 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak penambahan serai wangi, maka semakin kecil nilai IC50 pada

masker daun kersen. Antioksidan berdasarkan nilai IC50 dapat dilihat pada

lampiran Tabel 4.4.

Hal ini dikarenakan bahwa serai wangi juga mengandung beberapa senyawa antioksidan, di antaranya adalah fenolik, flavonoid, dan tanin yang berperan sebagai antioksidan dan berfungsi dapat menginhibisi radikal bebas (Mangalep, 2018). Begitu pula dengan daun kersen yang sudah tua, kaya akan antioksidan, seperti flavonoid. Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang dapat menghambat banyak reaksi oksidasi. Flavonoid memiliki kemampuan sebagai antioksidan karena mampu mentransfer sebuah elektron kepada senyawa radikal bebas (Zahara, 2018).

Hasil pengukuran nilai absorbansi dan persentase (%) inhibisi dapat dilihat pada lampiran Tabel 4.4.

Tabel 4.4 hasil perhitungan regresi linear.

Kurva regresi linear yang diperoleh dari hubungan antara konsentrasi dengan persentasi inhibisi dapat dilihat pada lampiran Gambar 4.1, 4.2, 4.3, dan 4.4. Pada hasil perhitungan regresi linear, diperoleh nilai R2 = 0,9523 untuk nilai konsentrasi 0 gram (kontrol) yang berarti bahwa variabel bebas dari penelitian ini dapat menjelaskan 95% variabel terikatnya. Sedangkan, 5% variabel terikat lainnya dijelaskan oleh faktor lain yang tidak ada pada penelitian yang dilakukan. Perhitungan regresi linear untuk nilai konsentrasi 1 gram (P1) diperoleh nilai R2 = 0,9551 yang berarti bahwa variabel bebas dari penelitian ini dapat menjelaskan 96% variabel terikatnya. Sedangkan, 4% variabel terikat lainnya dijelaskan oleh faktor lain yang tidak ada pada penelitian yang dilakukan. dan pada konsentrasi K dan P1 nilai R2 mendekati +1 (bernilai positif) yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara konsentrasi K, dan P1.Kemudian, nilai konsentrasi 2 gram (P2) hasil perhitungan regresi linear diperoleh nilai R2 = 0,9604 yang berarti bahwa variabel bebas dari penelitian ini dapat menjelaskan 96% variabel terikatnya. Sedangkan, 4% variabel terikat lainnya dijelaskan oleh faktor lain yang tidak ada pada penelitian yang dilakukan. Pada konsentrasi K, P1 dan P2 nilai R2 mendekati +1 (bernilai positif) yang juga berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara konsentrasi K, P1 dan P2. Lalu, untuk nilai konsentrasi 3 gram (P3) hasil perhitungan regresi linear diperoleh nilai R2 = 0,9529 yang berarti

No Kode sampel R2

1 K (0 gram) 0,9523

2 P1 (1 gram) 0,9551

3 P2 (2 gram) 0,9604

(37)

23 bahwa variabel bebas dari penelitian ini dapat menjelaskan 95% variabel terikatnya. Sedangkan, 5% variabel terikat lainnya dijelaskan oleh faktor lain yang tidak ada pada penelitian yang dilakukan. Pada konsentrasi K, P1 dan P2 nilai R2 mendekati +1 (bernilai positif) yang juga berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara konsentrasi K, P1, P2 dan P3.

4.2.2 Uji Organoleptik

Pengujian organoleptik dilakukan oleh 25 panelis tidak terlatih untuk mengetahui tingkat kesukaan terhadap uji warna, aroma, dan tekstur pada masker serbuk daun kersen dengan variasi penambahan serai wangi. Kriterianya adalah warna (hijau tua dan kecoklatan), aroma (segar dan menyengat), dan tekstur (halus dan kasar). Pengujian yang dilakukan adalah menggunakan metode hedonik (uji kesukaan) dengan skala penilaian 1-6, yaitu (1) sangat tidak suka, (2) tidak suka, (3) agak tidak suka, (4) agak suka, (5) suka, (6) sangat suka. Hasil pembuatan masker serbuk daun kersen dengan variasi penambahan serai wangi sebanyak 1 gram, 2 gram dan 3 gram serta terdapat faktor kontrol dalam penelitian ini, yang tidak mendapatkan penambahan daun serai wangi. Tujuan dari penambahan faktor kontrol dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antioksidan masker serbuk daun kersen dan tingkat kesukaan panelis terhadap masker serbuk daun kersen dengan variasi penambahan serai wangi. Berikut ini adalah pemaparan dari hal-hal yang telah diuji.

4.2.2.1 Warna

Warna adalah atribut mutu yang pertama kali dinilai dan merupakan salah satu parameter penting yang menentukan kualitas suatu produk. Selain itu, warna bukan merupakan suatu zat atau benda, melainkan suatu sensasi seseorang karena adanya ransangan dari seberkas energi radiasi yang jatuh ke indera mata atau retina mata (Arista, 2010). Berikut hasil analisis organoleptik warna masker serbuk daun kersen yang dapat dilihat pada Gambar 4.5.

(38)

24 Gambar 4.5 Hasil uji organoleptik warna

Pada Gambar 4.5, pengujian organoleptik terhadap warna berkisar pada rentang skala 4 (agak suka) pada perlakuan P1, P2 dan P3 masker serbuk daun

kersen dengan variasi penambahan serai wangi. Pada konsentrasi K warna masker adalah hijau, yang merupakan serbuk dari daun kersen, sedangkan pada konsentrasi P1 warna masker hijau gelap, karena penambahan serai wangi sebanyak 1 gram, lalu pada konsentrasi P2 warna masker menjadi hijau kecoklatan, dikarenakan penambahan serai 2 gram dan pada konsentrasi P3 warna masker menjadi lebih coklat, karena penambahan serai wangi 3 gram. Pada pengujian organoleptik panelis lebih condong menyukai warna hijau tua dan warna coklat. Warna coklat pada serbuk serai disebabkan oleh senyawa polifenol pada serai wangi yang berperan dalam memberi warna pada suatu tumbuhan seperti warna coklat daun saat musim gugur. Polifenol banyak ditemukan dalam buah-buahan, sayuran serta biji-bijian. Khasiat dari polifenol adalah menurunkan kadar gula darah dan efek melindungi terhadap berbagai penyakit seperti kanker. Polifenol membantu melawan pembentukan radikal bebas dalam tubuh sehingga dapat memperlambat penuaan dini (Arnelia, 2002).

Untuk mengetahui adanya pengaruh warna pada pengujian organoleptik masker serbuk daun kersen dengan variasi penambahan serai wangi, maka dilakukan uji analisa ragam (ANOVA). Adapun hasil uji analisa ragam (ANOVA) dapat dilihat pada lampiran Tabel 4.6. Berdasarkan uji ANOVA, masker serbuk serai dengan variasi penambahan serai wangi menunjukkan bahwa nilai P-value (0,035) lebih kecil dari nilai (0,05). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan dari segi warna. Maka, dilakukan uji lanjut Duncan untuk melihat pengaruh warna pada penambahan serai wangi pada ketiga sampel. Adapun hasil uji Duncan terkait pengaruh warna pada masker serbuk

0 1 2 3 4 5 6

K(0 gram) P1(1 gram) P2(2 gram) P3(3 gram)

3.6 3.78 3.76 3.78 sk a la p en il a ia n t in g k a t k es u k a a n w a rn a

Konsntrasi serai wangi

(39)

25 daun kersen menunjukkan bahwa setiap penambahan konsentrasi serbuk serai berbeda secara signifikan (dapat dilihat pada Tabel 4.7). Pada konsentrasi 3 gram signifikan berbeda dengan konsentrasi 2 gram dan 1 gram. Pada konsentrasi 2 gram berbeda signifikan dengan konsentrasi 1 gram dan 3 gram lalu pada konsentrasi 1 gram signifikan berbeda dengan konsentrasi 2 gram dan 3 gram. Hal ini dapat dilihat pada jumlah rata-rata nilai yang terletak di tempat yang berbeda.

4.2.2.2 Tekstur

Tekstur adalah titik-titik kasar atau halus yang tidak teratur pada suatu permukaan. Tekstur pada masker serbuk daun kersen ini dapat disebabkan oleh adanya penambahan serai wangi. Berikut hasil analisis uji organoleptik tekstur yang dapat dilihat pada gambar 4.6.

Gambar 4.6 hasil analisis uji organoleptik tekstur

Dari hasil uji organoleptik dapat diketahui tanggapan kesukaan panelis terhadap tekstur masker serbuk daun kersen. Tekstur yang memiliki tingkat penerimaan panelis paling tinggi berkisar pada rentang skala 4 (agak suka) yang terdapat pada perlakuan P1, yaitu 3.78.karena pada penambahan serai wangi 1

gram, tekstur masker memiliki butiran-butiran scrub (agak kasar) saat digunakan. Tekstur kasar mengandung butiran scrub yang sangat baik untuk mengangkat sel-sel kulit mati dan melembabkan kulit (Dewi, 2012). Sedangkan, tekstur yang memiliki rata-rata terendah, yaitu pada perlakuan K yang berarti panelis agak tidak suka dengan tekstur masker daun kersen, karena pada konsentrasi 0 gram penambahan serai memiliki tekstur yang halus dan tidak memiliki butiran scrub saat di gunakan.

Untuk mengetahui adanya pengaruh tekstur pada pengujian organoleptik masker serbuk daun kersen dengan variasi penambahan serai wangi dapat

0 1 2 3 4 5 6

K(0 gram) PI(1 gram) P2(2 gram) P3(3 gram)

3.40 3.78 3.69 3.76 Ska la p e n ila ia n t in gka t ke su ka an te kst u r

Konsentrasi serai wangi

(40)

26 dilakukan melalui uji analisa ragam (ANOVA). Adapun hasil uji analisa ragam (ANOVA) dapat dilihat pada lampiran Tabel 4.8. Berdasarkan uji ANOVA pada masker serbuk serai dengan variasi penambahan serai wangi menunjukkan bahwa nilai P-value (0,000) lebih kecil dari nilai (0,05). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan dari segi tekstur. Maka, dilakukan uji lanjut Duncan untuk melihat pengaruh tekstur pada penambahan serai wangi pada ketiga sampel. Hasil uji Duncan yang berkaitan dengan adanya pengaruh tekstur pada masker serbuk daun kersen menunjukkan bahwa setiap penambahan konsentrasi serbuk serai berbeda secara signifikan. (dapat dilihat pada Tabel 4.9). Pada konsentrasi 3 gram signifikan berbeda dengan konsentrasi 2 gram dan 1 gram. Pada konsentrasi 2 gram berbeda signifikan dengan konsentrasi 1 gram dan 3 gram. Kemudian, pada konsentrasi 1 gram signifikan berbeda dengan konsentrasi 2 gram dan 3 gram. Hal ini dapat dilihat pada jumlah rata-rata nilai yang terletak di tempat yang berbeda.

4.2.2.3 Aroma

Aroma merupakan sensasi sensori yang dialami oleh indera pembau yang mana dapat memengaruhi penerimaan konsumen terhadap suatu produk makanan. Timbulnya aroma atau bau ini karena zat bau tersebut bersifat volatile (mudah menguap), sedikit larut air dan lemak. Dalam industri kosmetik, pengujian aroma sangat penting karena memberikan hasil penilaian terhadap produk terkait diterima atau tidaknya suatu produk. Adapun hasil analisis organoleptik terhadap aroma masker serbuk daun kersen, dapat dilihat pada lampiran gambar 4.7.

Gambar 4.7 hasil analisis organoleptik terhadap aroma

Pada gambar 4.7 aroma memperoleh tingkat penerimaan panelis agak tidak suka, hal ini terjadi karena serbuk masker daun kersen dengan variasi

0 1 2 3 4 5 6

K(0 gram) PI(1 gram) P2(2 gram) P3(3 gram)

3.16 3.47 3.21 3.35 S k a la p en il a ia n t in g k a t k es u k a a n a ro m a

konsentrasi serai wangi

(41)

27 penambahan serai wangi memiliki bau khas dan mencolok sehingga aroma serai wangi sebagai bahan tambahan dalam pembuatan masker serbuk daun kersen masih mendominasi. Di dalam serai terdapat senyawa yang dapat membentuk aroma seperti sitronella dan geraniol (Mangalep, 2018). Begitu pula pada konsentrasi 0 gram penambahan serai wangi panelis agak tidak suka dengan aroma dari masker serbuk daun kersen.

Untuk mengetahui adanya pengaruh aroma pada pengujian organoleptik serbuk daun kersen dengan variasi penambahan serai wangi, dapat dilakukan melalui uji analisa ragam (ANOVA). Adapun hasil uji analisa ragam (ANOVA) dapat dilihat pada lampiran tabel 4.10. Berdasarkan Uji ANOVA pada masker serbuk serai dengan variasi penambahan serai wangi menunjukkan bahwa nilai

P-value (0,000) lebih kecil dari nilai (0,05). Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari segi aroma. Maka, dilakukan uji lanjut Duncan untuk melihat pengaruh tekstur pada penambahan serai wangi pada ketiga sampel. Adapun hasil uji Duncan pengaruh aroma pada masker serbuk daun kersen, (dapat dilihat pada lampiran Tabel 4.11). Tabel 4.11 menunjukkan bahwa setiap penambahan konsentrasi serbuk serai berbeda secara signifikan. Pada konsentrasi 2 gram signifikan berbeda dengan konsentrasi 3 gram dan 1 gram. Pada konsentrasi 3 gram berbeda signifikan dengan konsentrasi 1 gram dan 2 gram. Lalu, pada konsentrasi 1 gram signifikan berbeda dengan konsentrasi 2 gram dan 3 gram. Hal ini dapat dilihat pada jumlah rata-rata nilai yang terletak di tempat yang berbeda.

Dari Gambar 4.5, 4.6, dan 4.7 menjelaskan bahwa pada pengujian warna panelis menyukai P1 dengan rata-rata 3.78 dan P3 dengan rata-rata 3.78, sedangkan pada pengujian tekstur panelis lebih menyukai P1 dengan rata-rata 3.78, dan pada pengujian aroma panelis pun lebih menyukai P1 dengan rata-rata 3.47. Hal ini bisa menjadi bahan untuk didiskusikan di mana panelis lebih banyak tertarik dengan konsentrasi (P1 1 gram penambahan serai wangi) dari pada (P3 3 gram penambahan serai wangi) yang justru memiliki kandungan antioksidan terbanyak. Maka, peneliti melakukan survei kembali kepada panelis yang sama untuk dimintai tanggapannya terkait hasil uji lab atas uji kandungan antioksidan tersebut. Dari hasil survei kedua, ditemui adanya perbedaan hasil dengan survei sebelumnya, fokus utama dari survei tersebut adalah melihat apakah setelah panelis mengetahui kandungan antioksidan terbaik, panelis masih bisa memilih P1 (1 gram) atau mengubah keputusannya dengan memilih P3 (3 gram).

Setelah melakukan survei wawancara kepada panelis, didapatkan data bahwa dari 25 panelis yang melakukan uji organoleptik, ada 5 orang panelis memilih tetap pada konsentrasi 1 gram. Hal ini disebabkan karena mereka lebih memilih aroma, warna serta tekstur yang mereka senangi. Sedangkan, 20 orang panelis lainnya lebih memilih konsentrasi 3 gram. Mereka mengubah pilihan

Gambar

Gambar 2.1 Pohon Kersen (Zahara, 2018).
Gambar 2.2 Serai Wangi (Mangalep, 2018)
Gambar 3.2 diagram alir pembuatan serbuk serai wangi  (Modifikasi Metode Agraiyati dan Hamzah, 2017)
Gambar 3.3 Gambar diagram alir proses penelitian.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Uji organoleptik cookies bekatul dilakukan melalui uji mutu hedonik dan uji kesukaan (hedonik) terhadap 30 panelis semi terlatih untuk warna, aroma, rasa dan tekstur dari cookies

Hasil analisis menunjukkan bahwa variasi konsentrasi maltodekstrin dan ekstrak kayu secang menyebabkan perbedaan kualitas minuman serbuk buah kersen pada

Hasil penetapan parameter spesifik dari tiga daerah simplisia daun kersen ialah memiliki nama ilmiah Muntingiae folium, berbentuk serbuk dengan bau aromatis

Komponen yang terdapat dalam kandungan ekstrak daun dan buah kersen dianalisis golongan senyawa nya dengan tes uji warna dengan beberapa pereaksi untuk golongan

Hasil uji organoleptik warna, aroma, rasa dan tekstur jelly mentimun yang dilakukan oleh panelis berdasarkan tingkat kesukaan menunjukkan pengaruh yang tidak

yang akan dilakukan adalah pengukuran aktivitas antioksidan sebagai salah satu parameter yang mewakili keadaan teh daun kersen Muntingia calabura L., total asam dan pH medium

Telah dilakukan penelitian perbandingan metode maserasi dan refluks pada ekstraksi daun Kersen (Muntingia calabura L.) yang berpotensi sebagai antioksidan dengan

KESIMPULAN Amylum temu lawak dapat diformulasikan sebagai masker serbuk berdasarkan evaluasi fisik sediaan meliputi uji organoleptik warna, bau, dan tekstur, uji ukuran partikel, uji