• Tidak ada hasil yang ditemukan

Standar Kompetensi : 2. Meningkatkan keimanan kepada Qadha dan Qadar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Standar Kompetensi : 2. Meningkatkan keimanan kepada Qadha dan Qadar."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

21

Standar Kompetensi :

2. Meningkatkan keimanan kepada Qadha‟ dan Qadar.

Kompetensi Dasar:

2.1 Menjelaskan pengertian qadha dan qadar 2.2 Menjelaskan takdir, Iktiar dan tawakkal

2.3 Menjelaskan pentingnya manusia beriman kepada qadha dan qadar 2.4 Menunjukkan prilaku beriman kepada qadha dan qadar

2.3 Menerapkan hikmah beriman kepada qadha dan qadar

Tujuan Pembelajaran:

Dengan mempelajari materi iman kepada qadha dan qadar ini diharapkan siswa dapat: (1) Menjelaskan pengertian Iman kepada qadha dan qadar

(2) Menjelaskan takdir, Iktiar dan tawakkal

(3) Menjelaskan pentingnya manusia beriman kepada qadha dan qadar (4) Menunjukkan prilaku beriman kepada qadha dan qadar

(2)

22

a. Berniatlah mempelajari materi ini untuk meningkatkan keimanan khususnya iman

kepada qadha dan qadar

b. Berdoalah agar Allah yang maha memiliki ilmu membukakan pemahaman dan

membimbing kita untuk beriman kepada qadha dan qadar, dan memberikan hidayahNya.

c. Bacalah Quran surah Al Hadiid [57] ayat 22-24 berikut dan cermati terjemahnya, semoga mendapatkan keberkahan dari kemuliaan Al quran







































































































22. Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (Tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan Telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

23. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,

24. (yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir dan barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

d. Sebelum mempelajari materi iman kepada qadha dan qadar ini setiap siswa perlu

menyimak pertanyaan dan jawaban berikut sebagai pengetahuan dasar, yaitu; (1) Apakah yang disebut iman ?

Jawab: Iman artinya yakin atau percaya (2) Bagaimana kedudukan iman dalam agama?

Jawab:

Dalam ajaran Islam, keiislaman berbicara masalah lahir (ibdah ritual), sedangkan keimanan berbicara masalah batin (keyakinan). Keislaman

(3)

23

seseorang dianggap tidak sempurna apabila tidak ada iman dalam hatinya, demikian juga sebaliknya iman tidak sempurna apabila tidak ada Islam yang ditunjukkan dengan ibadah ritualnya. Namun demikian keimanan memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari keislaman

(3) Apa sajakah yang perlu diimani dalam agama Islam ? Jawab: Rasulullah saw menetapkannya dalam hadits Jibril,

نْ أَ

أَ مِ نْ تُ

مِا مِ

مِ مِ أَ مِ أَ أَ أَ

مِ مِ تُ تُ أَ

مِ مِ نْ تُ أَ أَ

مِ نْ أَل أَ

مِ مِ أَا

أَ مِ نْ تُ أَ

مِ أَ أَل مِ

مِ مِ نْلأَ

مِ رِّ أَ أَ

.

“Engkau beriman kepada Allah, para malaikatNya, kitab-kitabNya, para rasulNya, kepada Qadha dan qadar dan engkau beriman kepada takdir, yang baik maupun yang buruk.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

(4)

24

Ada beberapa pengertian qadha menurut bahasa, dalam Al Quran kata qadha diulang dengan pengertian yang berbeda, yaitu:

a. Hukum atau keputusan terdapat dalam Al Quran surah An Nisa [4] ayat 65





















Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.

b. Ketetapan terdapat dalam Al Quran surah Al Isra [17] ayat 4













Dan Telah kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu ….

c. Perintah, terdapat dalam Al Quran surah Al Isra [17] ayat 23

















Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.

d. Mewujudkan atau menjadikan, terdapat dalam Al Quran surah Fusilat [41] ayat 12











Maka dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa.

e. Kehendak, terdapat dalam Al Quran surah Ali Imran [3] ayat 47



















…. apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, Maka Allah Hanya cukup Berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia.

Menurut istilah qadha adalah perkara yang Allah tetapkan pada makhlukNya dalam bentuk penciptaan, peniadaan atau perubahan sejak azali. (ditetapkan dalam

Kegiatan Inti

A. Bacalah uraian berikut, untuk dapat memahami dengan baik keimanan pada qadha dan qadar!

(5)

25

lauhul mahfudz, sebelum terciptanya langit dan bumi). Diantara contoh qadha adalah hadis berikut yang artinya:

”Sesungguhnya seseorang itu diciptakan dalam perut ibunya selama 40 hari dalam

bentuk nuthfah, 40 hari menjadi segumpal darah, 40 hari menjadi segumpal daging, kemudian Allah mengutus malaekat untuk meniupkan ruh ke dalamnya dan menuliskan empat ketentuan, yaitu tentang rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya, dan (jalan hidupnya) sengsara atau bahagia.” (HR.Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin

Mas‟ud).

Ada beberapa pengertian qadar menurut bahasa, dalam Al Quran kata qadha diulang dengan pengertian yang berbeda, yaitu:

1. Kekuasaan atau kemampuan, terdapat dalam Al Quran surah Al baqarah [2] ayat 236



















…. orang yang mampu menurut kemampuannya dan orang yang miskin menurut kemampuannya (pula) ….

2. Ketentuan atau kepastian, terdapat dalam Al Quran surah Al Mursalat [77] ayat 23







Lalu kami tentukan (bentuknya), Maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan

3. Ukuran, terdapat dalam Al Quran surah Ar ra‟ad [13] ayat 17















Allah Telah menurunkan air (hujan) dari langit, Maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya ….

4. Mengatur dan menentukan sesuatu menurut batas-batasnya, terdapat dalam Al Quran surah Fusilat [41] ayat 10













…. dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa ….

Menurut istilah qadar adalah perkara yang Allah tetapkan sesuai ukuran atau kadar tertentu pada waktu terjadinya.

(6)

26

Meskipun ada ulama yang

memandang qadha dan qadar adalah kesatuan makna yang tidak dapat dipisahkan, namun sebagian ulama lain berpandangan bahwa qadha dan qadar adalah dua istilah berbeda. Menurut ulama Asy‟ariyah (diantara tokoh utamanya Abu Hasan Al Asy‟ari) qada merupakan kehendak Allah dalam azalnya mengenai segala hal dan keadaan baik atau buruk, sedangkan qadar merupakan perwujudan kehendak Allah terhadap semua makhluk-makhluknya. Jadi qadha bersifat qadim (lebih dahulu ada) dan qadar bersifat hudus (baru).

Demikian pula menurut Imam Nawawi bahwa qadar atau takdir adalah semua perkara atau benda yang ada di alam ini telah ditentukan dan ditetapkan menurut garisan yang dibuat oleh Allah swt sebelum sesuatu itu berlaku dan terjadi.

Taqdir adalah istilah lain dari qadar, sebagaimana Firman Allah surah Al-Furqaan [25] ayat 2













… dan dia Telah menciptakan segala sesuatu, dan dia menetapkan ukuran-ukurannya (takdirnya)

Takdir dibedakan menjadi dua;

a. Taqdir Mubram, yaitu ketentuan Allah swt yang pasti terjadi dan tidak dapat diubah oleh manusia. Pengertian ini sesuai dengan Al Quran surah Yunus [10] ayat 49













































Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah". tiap-tiap umat mempunyai ajal apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya).

b. Taqdir Mu’allaq, yaitu taqdir yang di dalamnya terlibat usaha manusia. Pengertian ini sesuai dengan Al Quran surah Ar Ra‟ad [13] ayat 11;





















Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.

3. Keterkaitan Qadha dan Qadar

(7)

27

Ikhtiar adalah usaha manusia untuk mendapatkan rahmad Allah antara lain berupa kesenangan, kebahagiaan, kesejahtraan. Menurut Ibnu Sina, ikhtiar diartikan sebagai kekuatan untuk memilih (power of choice). Kekuatan memilih ini berdasarkan atas daya dan pengetahuan yang diberikan Allah SWT melalui upaya dan intelek manusia, sehingga ia dapat memilih sesuatu yang akan dikerjakan atau tidak dikerjakan.

Ikhtiar diperintahkan Allah pada manusia dan setiap ikhtiar yang dilakukan manusia dinilai sebagai sebuah kebaikan atau amal sholeh yang akan mendapatkan pahala. Demikian pula Allah amat murka terhadap orang yang tidak mau berikhtiar atau berputus asa mengharapkan rahmad Allah, orang seperti ini sama dengan kafir. Allah berfirman dalam Al Quran surah Yusuf [12] ayat 87





























…. dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".

Ikhtiar dapat dalam bentuk mengatasi masalah, menjadikan kehidupan lebih baik, menghindarkan diri dari kemudharatan termasuk berdoa kepada Allah. Diantara contoh ikhtiar dapat disimak dari hadits dan peristiwa berikut:

1. Pada suatu hari Nabi Muhammad saw melihat seorang pengemis yang meminta

sedekah, meskipun pengemis tersebut berhak menerima sedekah dari Baitul Mal akan tetapi Nabi ingin agar pengemis tersebut mengubah nasibnya. Nabi memanggil pengemis itu dan bertanya: “adakah sesuatu yang kamu miliki di rumah?” pengemis itu menjawab: “ya, saya memiliki permadani dan sebuah nampan”. Nabi berkata: “bawa kemari barang tersebut!” kemudian nabi menawarkannya kepada sahabat yang lain dan terjual seharga limabelas dinar, lalu nabi menyerahkan uang tersebut pada pengemis dan menasehatkannya agar separuh untuk dijadikan modal usaha dan separuhnya untuk mencukupi kebutuhan keluarga

2. Suatu ketika khalifah Umar bin Khattab ra dan para sahabat berada dalam

perjalanan menuju suatu daerah untuk mengadakan inspeksi, kemudian beluai mendapat laporan bahwa daerah yang akan dikunjungi sedang terjangkit penyakit ta’un (sampar) yang menular. Mendengar berita tersebut khalifah Umar dan rombingan mengurungkan niatnya untuk kembali ke Madinah, seorang sahabat bernama Abu Ubaidillah bin Jarroh bertanya: “wahai khalifah

(8)

28

mengapa tuan lari dari taqdir Allah?” Khalifah Umar menjawab:”betul kita lari dari takdir Allah, dan pergi menuju takdir Allah pula”.

3. Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, seorang pencuri tertangkap dan dibawa kehadapan Khalifah Umar. ” Mengapa engkau mencuri?” tanya Khalifah. Pencuri itu menjawab, ”Memang Allah sudah mentakdirkan saya menjadi pencuri.” Mendengar jawaban demikian, Khalifah Umar marah, lalu berkata, ” Pukul saja orang ini dengan cemeti, setelah itu potonglah tangannya!.” Orang-orang yang ada disitu bertanya, ” Mengapa hukumnya diberatkan seperti itu?”Khalifah Umar menjawab, ”Ya, itulah yang setimpal. Ia wajib dipotong tangannya sebab mencuri dan wajib dipukul karena berdusta atas nama Allah”.

4. Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam: “Tidak ada yang dapat menolak taqdir (ketentuan) Allah ta’ala selain do’a. Dan Tidak ada yang dapat menambah (memperpanjang) umur seseorang selain (perbuatan) baik.” (HR Tirmidzi 2065)

Setiap yang ditakdirkan Allah pada manusia adalah baik sekalipun ada taqdir dalam pandangan manusia buruk karena sesungguhnya Allah adalah sumber kebaikan bukan sumber keburukan, hadis nabi: “Dan keburukan tidak dinisbatkan kepadaNya.” (HR. Muslim). Diantara taqdir baik yang dapat dipandang manusia sebagai takdir buruk seperti yang tergambar dalam firman Allah surah Ar rum ayat 41, “Telah nampak

kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka.”

Secara sederhana tawakkal berarti menyerahkan segala urusan atau keputusan kepada Allah (berserah diri). Beberapa pengertian tawakkal menurut para ulama, antara lain:

a. Ibnu „Abbas berpendapat tawakkal adalah percaya sepenuhnya kepada Allah Ta‟ala.

b. Al Hasan Al Bashri berpendapat tawakkal adalah Ridho kepada Alloh Ta‟ala. c. Ibnu Rojab Al Hanbali berpendapat tawakkal adalah bersandarnya hati dengan

sebenarnya kepada Allah Ta‟ala dalam memperoleh kemashlahatan dan menolak bahaya, baik urusan dunia maupun akhirat secara keseluruhan.

(9)

29

Tawakkal kepada Allah merupakan perintah Allah sebagaimana terdapat dalam Al Quran surah Ali Imran [3] ayat 159



















… Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

Demikian pula Nabi Muhammad saw mengajarkan untuk bertawakkal, seperti yang diceritakan dalam hadis berikut:

Pada zaman nabi Muhammad SAW pernah terjadi bahwa seorang Arab Badui datang menghadap nabi. Orang itu datang dengan menunggang kuda setelah sampai ia turun dari kudanya dan langsung menghadap nabi tanpa terlebih dahulu mengikat kudanya. Nabi menegur orang itu, ”Kenapa kuda itu tidak engkau ikat?.” Orang Arab Badui itu menjawab, ”Biarlah, saya bertawakkal kepada Allah”. Nabi pun bersabda, ”Ikatlah kudamu, setelah itu bertawakkalah kepada Allah”.

Tawakkal kepada Allah penting bagi setiap mukmin kerena akan menjauhkannya dari perbuatan syirik, firman Allah surah At Taghaabun [64] ayat 13



















(Dia-lah) Allah tidak ada Tuhan selain Dia. dan hendaklah orang-orang mukmin bertawakkal kepada Allah saja.

Dalam Al Quran Allah menjelaskan balasan di dunia bagi orang yang tawakkal, yaitu surah Ath Thalaq [65] ayat 3













… dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.

dalam sebuah hadis Nabi juga menjelaskan keutamaan orang yang tawakkal:

Rasulullah saw bersabda: “Sungguh seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya niscaya kalian akan diberi rizki sebagaimana burung-burung, mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Hakim)

Selain itu juga bagi yang bertawakkal akan mendapatkan balasan akhirat, dalam sebuah hadis Nabi bersabda:

Wahai Abdul Qais aku ingin mengajarmu suatu kalimat yang merupakan kekayaan surga, yaitu “lahaula wala quwata illa billah”(tidak ada upaya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah. (Hr. Mutafaqqun „alaihi)

(10)

30

Beriman kepada qadha dan qadar merupakan salah satu rukun iman, yang mana iman seseorang tidaklah sempurna dan sah kecuali beriman kepadanya. Ibnu Abbas pernah berkata, "Qadar adalah nidzam (aturan) tauhid. Barangsiapa yang mentauhidkan Allah dan beriman kepada qadar, maka tauhidnya sempurna. Dan barangsiapa yang mentauhidkan Allah dan mendustakan qadar, maka dustanya merusakkan tauhidnya" (Majmu' Fataawa Syeikh Al-Islam, 8/258).

Oleh karena itu, iman kepada qadha dan qadar ini merupakan faridhah dan kewajiban yang harus dilakukan setiap muslim dan mukmin. Hal ini berdasarkan beberapa hadits berikut ini:

1. Sekiranya Allah swt. menyiksa penduduk langit dan bumi, maka Dia sungguh

melakukannya tanpa menzalimi mereka. Dan sekiranya Dia mengasihi mereka, maka rahmat-Nya lebih baik daripada amal mereka. Dan sekiranya kamu memiliki emas seperti Gunung Uhud atau semisalnya, lalu kamu infakkan di jalan Allah, maka Dia tidak akan menerimanya sehingga kamu beriman terhadap qadar dan kamu mengetahui bahwa apa yang ditakdirkan menimpamu tidak akan meleset darimu dan apa yang ditakdirkan bukan bagianmu tidak akan mengenaimu, dan sesungguhnya jika kamu mati atas (aqidah) selain ini, maka niscaya kamu masuk neraka. (HR. Ahmad, dari Zaid bin Tsabit)

2. Siapa yang tidak ridha dengan qadja-Ku dan qadar-Ku dan tidak sabar terhadap bencana-Ku yang aku timpakan atasnya, maka hendaklah mencari Tuhan selain Aku. (H.R.Tabrani)

Untuk mengetahui prilaku yang mencerminkan keimanan pada qadha dan qadar dapat disimak beberapa ayat Al Quran dan hadis berikut:

1. QS. An-Nahl [16] ayat 53

























Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, Maka Hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.

6. Pentingnya beriman kepada qadha dan qadar

(11)

31

2. Hadis Nabi Muhammad saw.:

"Adam dan Musa berbantah-bantahan. Musa berkata, 'Wahai, Adam, Anda adalah bapak kami yang telah mengecewakan dan mengeluarkan kami dari surga. Lalu Adam menjawab, 'Kamu, wahai Musa yang telah dipilih Allah dengan Kalam-Nya dan menuliskan untkmu dengan Tangan-Nya, apakah kamu mencela kepadamu atas suatu perkara yang mana Allah telah menakdirkan kepadaku sebelum aku diciptakan empat puluh tahun?' Maka Nabi bersabda, 'Maka, Adam telah membantah Musa, Adam telah membantah Musa.'" (HR. Muslim)

Dengan beriman

kepada qadha dan

qadar, banyak hikmah yang penting untuk kehidupan dunia dan akhirat, antara lain: a. Menjadi orang yang bersyukur dan bersabar

b. Tidak memiliki sifat sombong

c. Tidak mudah putus asa (selalu optimis dan giat bekerja) d. Menjadikan jiwanya tenang

Referensi

Dokumen terkait

Satu dari enam balita mengalami kekambuhan limabelas kali, tertinggi dibanding dengan balita lain dalam kategori nilai upaya pencegahan sedang.. Dalam hal tindakan

Di dalam tulisan ini saya sebagai penulis membahas mengenai Rancang Bangun Aplikasi “Game Gatot Kaca Protection”.. Dimana dalam pembuatannya aplikasi ini setidaknya

Suatu tempat jang sangat berlainan dengan Jerusalem sekarang ini jang di kaget oleh bom tetapi djuga tempat dimana Jesus akan mati.. Perdjalanan jang di tundjuk oleh Roh itulah

Oleh itu, semua pindaan serta tambahan terhadap peraturan kewangan sedia ada yang telah dibuat kepada lapan jenis bantuan persekolahan tersebut daripada segi tuntutan,

Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi dalam upaya meningkatkan volume penjualan, dalam penelitian ini menggunakan 3 variabel bebas antara lain jumlah

Perubahan nilai fluks pada proses nano- filtrasi menggunakan membran selulosa asetat dengan gaya sentrifugal yang berbeda dalam peningkatan kadar patchouli alkohol dari minyak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konstruksi karakter nasionalisme pada film Soegija, Analisis Isi untuk Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan

Efikasi : adalah kemanjuran biskuit fortifikasi yang dianjurkan dikonsumsi anak untuk meningkatkan status gizi antropometri, konsentrasi Hb, kadar ferritin (status besi),