9 2.1 Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan suatu kegiatan dalam penelitian yang bertujuan
untuk melakukan kajian secara sungguh-sungguh mengenai teori-teori dan
konsep-konsep yang berkaitan dengan topik yang akan diteliti. Pada kajian pustaka ini, akan
dikemukakan teori-teori serta penelitian-penelitian terdahulu yang ada
hubungannya dengan penelitian ini untuk dijadikan sebagai landasan teori dalam
pelaksanaan penelitian (Sugiyono, 2016 : 58).
2.1.1 Harga Saham
2.1.1.1 Definisi Harga Saham
Definisi Harga saham menurut Samsul (2016:197) adalah sebagai berikut :
“Harga saham merupakan harga yang terbentuk di pasar saham yang besarannya dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran. Investor akan tertarik menjual sahamnya ketika melihat ada kecenderungan harga saham akan menurun”.
Sedangkan definisi harga saham menurut Musdalifah Aziz (2015:80) adalah
sebagai berikut:
“Harga saham merupakan harga pada pasar riil, dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena harga saham merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya”.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa harga saham
merupakan harga sebuah saham perusahaan yang terjadi di pasar saham dan
ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham.
2.1.1.2 Indikator Harga Saham
Suatu harga saham dapat dilihat dari Nilai Harga Saham. Menurut Jogiyanto
Hartono (2016:161) yang mana mengungkapkan harga saham sebagai nilai saham,
mejelasakan bahwa nilai harga saham terdiri dari tiga nilai harga saham yang mana
sebagai berikut:
1. Nilai Buku (book value)
Nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan perusahaan emiten.
Yang mana nilai buku sendiri dipengaruhi oleh nilai-nlai lain seperti nilai nominal
(par value), agio saham (additional paid capital atau in excess of par value), nilai
modal yang disetor (paid in capital), dan laba yang ditahan (retained earnings).
2. Nilai Pasar (market value)
Nilai pasar (market value) berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku
merupakan nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan, maka nilai
pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang
ditentukan oleh pelaki pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan
3. Nilai Intrinsik (intrinsic value)
Nilai intrinsik (intrinsic value) atau nilai fundamental (fundamental value)
merupakan nilai seharusnya dari suatu saham perusahaan atau nilai sebenarnya
suatu saham perusahaan. Harga saham pada umumnya menunjukan harga yang
tercipta dari pergerakan pasar atau bursa, yang dimaksud dengan pergerakan pasar
disini adalah pergerakan yan dilakukan oleh penjual dan pembeli. Sehingga yang
dimaksud dengan harga saham adala harga pasar saham. Kerena harga itu
merupakan perwujudan dari harga atau nilai sekarang (present value) yang berlaku
pada pasar saham.
Harga saham bisa dilihat juga dari jenis harga saham, Menurut
Widoatmodjo (2005:45) dalam Aziz, Mintarti dan Nadir (2015:81), harga saham
dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:
1. Harga Nominal merupakan harga yang ditetapkan oleh suatu emiten untuk
menilai setiap lembar saham yang dikeluarkannya, harga nominal ini tercantum
dalam lembar saham tersebut.
2. Harga Perdana merupakan harga sebelum harga tersebut tercatat di bursa efek.
Besarnya harga perdana ini tergantung dari persetujuan antara emiten dengan
penjamin emisi.
3. Harga Pasar merupakan harga jual saham dari investor yang satu ke investor
yang lainnya, harga pasar terjadi setelah saham suatu perusahaan tersebut
4. Harga Pembukaan merupakan harga yang diminta oleh penjual dan pembeli
saham pada saat jam bursa dibuka.
5. Harga Penutupan merupakan harga yang diminta penjual dan pembeli saat akhir
hari buka.
6. Harga Tertinggi, harga saham tidak hanya sekali atau dua kali dalam satu hari,
tetapi bisa berkali -kali dan tidak terjadi pada harga saham yang lama, dari harga
yang terjadi tentu ada harga yang paling tinggi pada satu hari bursa tersebut,
harga itu disebut harga tertinggi.
7. Harga Terendah merupakan kebalikan dari harga tertinggi, yaitu harga yang
paling rendah pada suatu hari bursa.
8. Harga Rata-rata merupakan harga rata-rata dari harga tertinggi dan terendah.
Harga ini bisa dicatat untuk transaksi harian, bulanan, atau tahunan.
Berdasarkan nilai harga saham diatas maka indikator harga saham pada
penelitian ini diambil dari nilai harga saham penutupan (closing price). Harga
penutupan saham yang digunakan adalah harga saham pada tutup tahun dari
masing-masing perusahaan karena harga saham pada tutup tahun dianggap dapat
mewakili fluktuasi harga saham yang terjadi dalam satu periode (Rahmawati Fadila
2.1.2 Earning Per Share (EPS)
2.1.2.1 Definisi Earning Per Share (EPS)
Menurut Fahmi (2015:82), mendefinisikan Earning Per Share (EPS)
sebagai berikut :
”Earning Per Share atau pendapatan per lembar saham merupakan bentuk
pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari
setiap lembar saham yang dimiliki”.
Menurut Kasmir (2013:207), mendefinisikan Earning Per Share (EPS)
sebagai berikut :
“Rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio nilai buku, merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai
keuntungan bagi pemegang saham”.
Sedangkan menurut Darmadji & Fakhrudin (2012:154), mendefinisikan
Earning Per Share (EPS) sebagai berikut :
“Earning Per Share (EPS) adalah rasio yang mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba untuk setiap lembar saham yang
beredar”.
Berdasarkan pengertian diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
Earning Per Share (EPS) adalah rasio untuk mengukur keuntungan yang diterima
tidak menghasilkan kinerja yang baik dengan memperhatikan pendapatan.
Pendapatan yang rendah karena penjualan yang tidak lancar atau berbiaya tinggi.
2.1.2.2 Indikator Earning Per Share (EPS)
Rumus Earning Per Share (EPS) menurut Fahmi (2015:83) sebagai
berikut:
Earning Per Share (EPS) =
Earning After Tax
Jumlah Saham yang beredar
Rasio ini membandingkan antara pendapatan setelah pajak dengan jumlah
saham yang beredar yang dilakukan perusahaan tersebut. Apabila kinerja keuangan
suatu perusahaan dalam menghasilkan pendapatan setelah pajak atas penjualannya
semakin meningkat, maka pendapatan yang akan diterima oleh investor juga akan
meningkat.
2.1.3 Ukuran Perusahaan
2.1.3.1 Definisi Ukuran Perusahaan
Definisi ukuran perusahaan menurut Hartono (2013: 422) adalah sebagai berikut:
“ Ukuran perusahaan merupakan indikator yang ditunjukkan seberapa besar suatu perusahaan memiliki kekayaan (assets) yang dimanfaatkan untuk menjalankan usaha, tetapi juga bisa ditunjukkan oleh kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan penjualan, maupun indikator lainnya”.
Sedangkan menurut Kurniasih (2012:148) mendefinisikan ukuran
perusahaan sebagai berikut :
“Ukuran perusahaan merupakan suatu nilai yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan”.
Dari pengertian-pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ukuran
perusahaan merupakan suatu ukuran atau skala yang menggambarkan besar
kecilnya suatu perusahaan dengan melihat total assets atau kekayaan perusahaan
tersebut.
2.1.3.2 Indikator Ukuran Perusahaan
Menurut Harahap (2013:23), menyatakan bahwa pengukuran perusahaan
yaitu:
“Ukuran perusahaan diukur dengan logaritma natural (Ln) dari rata-rata total aktiva (total aset) perusahaan. Penggunaan total aktiva berdasarkan pertimbangan bahwa total aktiva mencerminkan ukuran perusahaan dan diduga mempengaruhi ketepatan waktu”.
Kemudian menurut Murniati (2016:23), menyatakan bahwa pengukuran
perusahaan yaitu:
“Semakin besar suatu perusahaan merupakan reputasi yang baik dalam perusahaan, sehingga diharapkan akan meningkatkan harga saham
Sedangkan menurut Jogiyanto (2013:282), menyatakan bahwa pengukuran
perusahaan yaitu:
“Ukuran aktiva digunakan untuk mengukur besarnya perusahaan, ukuran aktiva tersebut diukur sebagai logaritma dari total aktiva”.
Selain itu menurut Prasetyantoko (2008:257), menyatakan bahwa
pengukuran perusahaan yaitu:
“Ukuran perusahaan dapat menggunakan tolak ukur aset. Aset total dapat menggambarkan ukuran perusahaan, semakin besar aset biasanya
perusahaan tersebut semakin besar”.
Dibawah ini adalah perhitungan yang menggunakan microsoft exel, ukuran
perusahaan yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
Ukuran Perusahaan = Logaritma Natural (Ln) x Total Aset Perusahaan
2.2 Kerangka Pemikiran
2.2.1 Harga Saham dipengaruhi oleh Earning Per Share (EPS)
Keterkaitan antara Earning Per Share dan harga saham menurut
Widoatmodjo (2014:96) yang menyatakan bahwa:
“Didalam perdagangan saham Earning Per Share (EPS) sangat berpengaruh pada harga saham. Semakin tinggi Earnig Per Share (EPS) semakin mahal
Kemudian menurut Kasmir (2013:207) menyatakan bahwa:
“Semakin tinggi nilai Earning Per Share (EPS), maka semakin besar
keuntungan yang akan diperoleh pemegang saham sehingga berpengaruh
terhadap harga saham.”
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Christian V.Datu dan Djeini
Maredesa (2017) yang menyatakan bahwa:
“Earning Per Share (EPS) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia, Earning Per
Share (EPS) merupakan hal utama yang perlu diperhatikan dan dijadikan
tolak ukur yang lebih baik oleh investor dalam membuat keputusan investasinya, sehingga hal tersebut mempengaruhi permintaan terhadap saham perusahaan yang bersangkutan yang pada akhirnya akan mempengaruhi harga saham”.
Sedangkan hasil dari penelitian Gilang Ramdhani dan Inta Budi Setyanusa
(2013) menyatakan bahwa:
“Apabila Earning Per Share (EPS) mengalami peningkatan maka tingkat harga saham juga akan meningkat. Karena dengan meningkatnya EPS pada perusahaan akan membuat investor tertarik untuk menginvestasikan dananya pada saham di perusahaan tersebut”.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan antara Earning Per Share dengan harga saham. Semakin
tinggi tingkat Earning Per Share maka hal tersebut menunjukkan kemampuan
kinerja perusahaan tersebut dalam menghasilkan pendapatan bersih dari setiap
penjualannya juga tinggi. Hal ini akan menarik para investor untuk membeli saham
perusahaan serta memberikan kepercayaan kepada investor untuk berinvestasi pada
perusahaan tersebut. Dengan banyaknya permintaan atas suatu saham perusahaan
2.2.2 Harga Saham Dipengaruhi Oleh Ukuran Perusahaan
Keterkaitan antara Ukuran perusahaan dan harga saham menurut Riyanto
(2008:75) yang mengatakan bahwa:
“Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya perusahaan dilihat dari
besarnya nilai equity, nilai penjualan atau nilai aktiva. Perusahaan yang berskala besar akan memiliki aset yang besar pula, sehingga perusahaan yang berskala besar cenderung memiliki prospek usaha dalam jangka waktu yang relatif lebih stabil, lebih lama, lebih mampu menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan perusahaan berskala kecil. Selain itu perusahaan berskala besar cenderung akan mengatasi kemungkinan risiko-risiko yang terjadi karena memiliki aset yang besar. Jadi semakin tinggi ukuran perusahaan, maka akan semakin tinggi pula harga saham”.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Wawan Utomo, dkk (2016)
berpendapat bahwa:
“Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan tersebut yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata - rata total penjualan asset, dan rata-rata total aktiva. Ukuran perusahaan merupakan rasio yang didapat dengan menghitung nilai logaritma natural dari total aset perusahaan. Ukuran perusahaan yang semakin besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut terus bertumbuh yang mengindikasikan bahwa perusahaan mempunyai kemampuan dalam menghasilkan laba. Hal ini akan berdampak pada naiknya harga saham”. Sedangkan penelitian menurut Ruttanti Indah Mentari (2015) menyatakan
bahwa:
“Ukuran perusahaan ini mengukur seberapa besar dan kecil dari suatu perusahaan, dengan melihat total asset pada laporan keuangan. Semakin besar ukuran suatu perusahaan maka sudah tidak diragukan lagi perusahaan tersebut unggul dalam segi kekayaan dan performance yang bagus, sehingga akan memberikan daya tarik kepada investor untuk percaya dan mau menanamkan modalnya kepada perusahaan dengan membeli saham, hal ini pun menyebabkan harga saham bergerak naik”.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arkasmiralda
Habsari dan Akhmadi (2018) bahwa:
“Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Dimana perusahaan dengan ukuran yang besar akan dapat meningkatkan harga sahamnya. Sehingga semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi pula harga sahamnya”.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti bermaksud menggambarkannya
dalam suatu bagan kerangka pemikiran sebagai bentuk alur pemikiran peneliti yaitu
sebagai berikut:
Gambar 2.1
Paradigma Penelitian X1
Earning Per Share (EPS) - Fahmi (2015:82,83)
- Kasmir (2013:207)
- Darmadji & Fakhrudin (2012:154)
X2 Ukuran Perusahaan - Hartono (2013: 422) - Kurniasih (2012:148) - Harahap (2013:23) Y Harga Saham - Samsul (2015:197) - Musdalifah Aziz (2015:80) - Widoatmodjo (2014:96)
- Christian V.Datu dan Djeini Maredesa (2017)
- Gilang Ramdhani dan Inta Budi S (2013)
- Kasmir (2013:207)
- Wawan Utomo, dkk (2016) - Riyanto (2008:75)
- Ruttanti Indah Mentari (2015) - Habsari dan Akhmadi (2018)
2.3 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2012:39), Hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian tersebut
telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis di atas maka hipotesis penelitian
adalah sebagai berikut:
H1 : Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap Harga Saham.