• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. Penulis menyajikan teori sebagai kerangka berfikir untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. Penulis menyajikan teori sebagai kerangka berfikir untuk"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II

KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori

Penulis menyajikan teori sebagai kerangka berfikir untuk menjawab rumusan masalah pada bab sebelumnya. Snelbecker dalam Moleong (2006: 189) mendefinisikan teori sebagai seperangkat proporsi yang berinteraksi secara sintaksi (yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis dengan lainnya dengan data dasar yang dapat di amati) dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati. Berbagai teori yang dikemukakan dalam kajian teori disini merupakan sarana untuk menjawab rumusan masalah yang telah dituliskan di depan dan sebagai landasan untuk melakukan analisis dalam penelitian ini.

Penulis akan membahas yang pertama pengertian peranan, kedua pengertian museum, ketiga kerangka tentang pariwisata, dan keempat pengelolaan pariwisata.

1. Peran Pemerintah dalam mengembangkan potensi wisata museum Pengharapan merupakan suatu norma yang dapat mengakibatkan terjadinya peran. Konsep peran selalu berkaitan dengan struktur organisasi (lembaga atau institusi formal) karena dari peran tersebut dapat diketahui struktur organisasi yang ada dalam lembaga atau institusi yang berisi tentang uraian status atau kedudukan seseorang atas suatu peran yang harus dilakukan dan bersifat kolektif.

(2)

11 Peran diperoleh dari uraian jabatan atas suatu pekerjaan dan uraian jabatan memberikan serangkaian pengharapan yang menentukan terjadinya peran. Peranan meliputi tiga hal yaitu:

a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini adalah rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.

b. Peranan merupakan konsep tentang apa yang bisa dilakukan individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peranan bisa dikatakan sebagai perilaku individu yang penting untuk struktur social masyarakat. (Soekanto, 1987: 53)

Dari pengertian tersebut, maka bila dikontekskan dalam hal ini Dinas Pariwisata dilihat dari konsep peran adalah organisasi pemerintah yang menjalankan tugas-tugas negara dan fungsi-fungsi pemerintahan. Tugas itu melekan dalam institusi Dinas Kebudayaan karena merupakan representasi peran negara dengan lingkup kerja tertentu.

Seperti yang diketahui bahwa pemerintah bukanlah satu-satunya pihak yang bertanggung jawab untuk menyelanggarakan berbagai kegiatan pembangunan, tetapi merupakan kenyataan bahwa peran pemerintah dan jajarannya berisifat dominan. Siagian (2003:128) menjelaskan bahwa:

Pemerintah berfungsi antara lain untuk menjabarkan strategi pembangunan nasional menjadi rencana pembangunan, baik kepentingan jangka panjang, sedang dan pendek. Aparat pemerintah pula yang harus menciptakan iklim ya g kondusif untuk meningkatkan kepedulian dan partisipasi berbagai kelompok di masyarakat.

(3)

12 Davey (1998:21) memaparkan bahwa terdapat lima fungsi utama pemerintahan, antara lain adalah pertama, sebagai penyedia layanan, yaitu fungsi-fungsi pemerintahan yang berkaitan dengan penyediaan layanan yang beorientasi pada lingkungan dan masyarakatnya. Kedua, fungsi pengaturan, yaitu fungsi yang berkaitan dengan perumusan dan penegakan peraturan-peraturan. Ketiga, fungsi pembangunan, yaitu fungsi yang berkaitan dengan keterlibatan pemerintah dalam kegiatan ekonomi. Keempat, fungsi perwakilan, yaitu mewakili masyarakat diluar wilayah mereka. Kelima, fungsi koordinasi, yaitu berkaitan dengan peran pemerintah dalam pengkoordinasian, perencanaan, investasi dan tata guna lahan.

Pasal 124 Undang-Undang No 32 Tahun2004 tentang Pemerintah Daerah diatur mengenai dinas daerah yaitu:

a. Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah b. Dinas daerah dipimpin oleh kepala dinas yang diangkat dan

diberhentikan oleh kepala daerah dari pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat atas usul sekretaris daerah

c. Kepala dinas daerah bertanggung jawab kepada daerah melalui sekretaris daerah.

Dinas menurut Badudu (1994) diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan jawatan pemerintah. Sebagai salah satu bentuk lembaga formal yang berhubungan dengan pemerintahan, DInas Kebudayaan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki peran untuk mengatur serta mengelola apa yang menjadi tugas pokok, dan mencapai yujuan organisasi, sesuai dengan

(4)

13 yang terdapat dalam visi dan misi Dinas Kebudayaan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut.

Dinas-dinas daerah sekalipun tugas dan fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan terhadap masyarakat tanpa terlalu memperhitungkan untung dan rugi, tetapi dalam batas-batas tertentu dapat didayagunakan sebagai oraganissai yang memberikan pelayanan jasa dengan imbalan. Sehingga dari sisnilah daerah dapat menambah pendapatan aslinya dan dapat memberikan pelayanan yang berorientasi pada pengembangan daerah.

Berdasarakan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa peran merupakan serangkaian kedudukan, dimana jika seseorang telah melakukan kewajiban dan haknya sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing, maka dapat dikatakan bahwa ia telah melaksanakan perannya. Peran dari Dinas kebudayaan berdasarkan pada azas otonomi dan tugas bantuan. Berikut ini adalah tugas dari Dinas Kebudayaan Propinsi DIY menurut perda No.6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi DIY, yaitu:

a. penyusunan program dan pengendalian di bidang kebudayaan; b. perumusan kebijakan teknis bidang kebudayaan

c. pengembangan, pengelolaan adat dan tradisi, bahasa dan sastra, perfilman, kesenian, permuseuman, sejarah, dan kepurbakalaan, dan rekayasa sosial;

d. pemberian fasilitasi penyelenggaraan kebudayaan Kabupaten/Kota;

e. pelaksanaan koordinasi perijinan di bidang kebudayaan; f. pelaksanaan pelayanan umum sesuai dengan kewenangannya; g. pemberdayaan sumberdaya dan mitra kerja di bidang

kebudayaan;

(5)

14 i. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai

dengan fungsi dan tugasnya.

Sedangkan Pengertian pengembangan menurut J.S badudu (1994) dalam kamus umum bahasa Indonesia adalah hal, cara atau hasil kerja mengembangkan. Sedangkan mengembangkan berarti membuka, memajukan, menjadikan maju dan bertambah baik.

Menurut Yoeti ( 2001:177), hal yang perlu dipertahankan dalam pengembangan suatu daerah menjadi suatu daerah tujuan wisata, agar dapat menarik untuk dikunjungii oleh wisatawan harus memenuhi tiga syarat yaitu:

a. Daerah itu harus mempunyai “something to see” yaitu harus mempunyai objek wisata dan atraksi wisata, yang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain.

b. Di daerah tersebut harus mempunyai “something to do” di tempat tersebut setiap banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, dan harus banyak disediakan fasilitas rekreasi atau amusement yang dapat membuat mereka betah di tempat itu. c. Di daerah harus tersedia apa yang disebut dengan “something

to buy” ditempat tersebut harus tersedia souvenir dan kerajinan rakyat sebagaian oleh-oleh atau souvenir untuk dibawa pulang ketempat asal masing-masing. Selain itu juga harus ada sarana-sarana lain seperti money charger, bank, kantor pos, kantor telpon, dan lain sebagainya.

Sondakh (2010:43) menjelaskan bahwa pada dasarnya terdapat tiga faktor penting dalam pengembangan pariwisata, yaitu

a. Perbaikan infrastruktur b. Perbaikan promosi c. Perbaikan keamanan

Dalam rangka mengembangkan potensi wisata museum, terdapat aktor yang berperan menggerakan sistem. Aktor tersebut

(6)

15 adalah insan-insan pariwisata yang ada dalam berbagai sektor. Secara umum, insan pariwisata dikelompokan dalam tiga pilar utama, yaitu : (1) masyarakat, (2) swasta, dan (3) pemerintah.

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa peran dinas kebudayaan dalam mengembangkan potensi wisata museum adalah uatu usaha yang dilakukan oleh dinas dalam kaitanya dengan wewenang yang dimilikinya untuk mengembangkan wisata museum, yang mencakup dari seluruh penyediaan fasilitas pendukung pariwisata , dan kerjasama yang sinergis dengan berbagai stakeholder pariwisata.

2. Potensi Museum

Museum adalah pengawal warisan budaya. Hal ini terkandung makna bahwa warisan budaya itu juga dapat dipamerkan kepada masyarakat. Tidak berlebihan jika museum disebut cagar budaya jika ia melestarikan warisan budaya dan menampilkannya kepada masyarakat.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya Di Museum, museum adalah lembaga penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda bukti material manusia serta alam dan lingkungan guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya

(7)

16 Intenasional Council of Museum (ICOM), museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan artefak-artefak perihal jati diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan studi, pendidikan dan rekreasi. (Schouten, 1992: 3)

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa museum merupakan cagar budaya dan digunakan sebagai tempat penyimpanan benda-benda sejarah yang dapat dimanfaatkan sebagai pendidikan.

Kategori pengunjung museum dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: pengunjung pelaku studi, pengunjung bertujuaan tertentu, dan pengunjung pelaku rekresi. Pengunjung pelaku studi adalah mereka yang menguasai bidang studi tertentu yang berkaitan dengan koleksi museum untuk menambah pemikirannya, melaksanakan pekerjaan verifikasi persoalan-persoalan tertentu dan sebagainya. Pengunjung bertujuan tertentu adalah mereka yang datang ke museum karena suatu rencana. Pengunjung dengan tujuan rekreasi adalah mereka yang datang ke museum karena untuk mengisi waktu senggang mereka.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995, museum memiliki tugas menyimpan, merawat, mengamankan dan memanfaatkan koleksi museum berupa benda cagar budaya. Dengan demikian museum memiliki dua fungsi besar yaitu :

a. Sebagai tempat pelestarian, museum harus melaksanakan kegiatan sebagai berikut :

(8)

17 1) Penyimpanan, yang meliputi pengumpulan benda untuk menjadi koleksi, pencatatan koleksi, sistem penomoran dan penataan koleksi.

2) Perawatan, yang meliputi kegiatan mencegah dan menanggulangi kerusakan koleksi.

3) Pengamanan, yang meliputi kegiatan perlindungan untuk menjaga koleksi dari gangguan atau kerusakan oleh faktor alam dan ulah manusia.

b. Sebagai sumber informasi, museum melaksanakan kegiatan pemanfaatan melalui penelitian dan penyajian.

1) Penelitian dilakukan untuk mengembangkan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi.

2) Penyajian harus tetap memperhatikan aspek pelestarian dan pengamanannya.(http://belajaritutiadaakhir.blogspot.com/2 011/08/museum-di-indonesia.html. Diakses tanggal 28 Februari 2013)

Museum yang terdapat di Indonesia dapat dibedakan melalui beberapa jenis klasifikasi, yakni sebagai berikut :

a. Jenis museum berdasarkan koleksi yang dimiliki, yaitu terdapat dua jenis :

1) Museum Umum, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan atau lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi.

2) Museum Khusus, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi.

b. Jenis museum berdasarkan kedudukannya, terdapat tiga jenis : 1) Museum Nasional, museum yang koleksinya terdiri dari

kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari seluruh wilayah Indonesia yang bernilai nasional.

2) Museum Propinsi, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari wilayah propinsi dimana museum berada.

3) Museum Lokal, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari wilayah kabupaten atau kotamadya dimana museum tersebut berada. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992 : 15)

(9)

18 Museum di Yogyakarta rata-rata merupakan jenis museum khusus kalau ditinjau dari jenis koleksinya. Masing-masing museum hanya memiliki kumpulan material manusia atau lingkungan yang berkaitan dengan satu cabang jenis koleksi. Sedangkan museum ditinjau berdasarkan kedudukannya museum yang ada di Yogyakarta merupakan jenis museum propinsi dan museum swasta. Museum sonobudoyo merupakan museum yang dikelola oleh pemerintah propinsi melalui Dinas Kebudayaan Propinsi DIY

3. Pariwisata

Secara etimologi, pariwisata berasal dari kata sansekerta, pariwisata terdiri dari dua suku kata “pari” dan “wisata”. “Pari”, berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap; dan “wisata”, berarti perjalanan, berpergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata “travel” dalam bahasa inggris. Menurut Yoeti (1991:109) pariwisata diartikan sebagai:

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keingginan yang beraneka ragam.

Pariwisata adalah semua proses yang ditimbulkan oleh arus perjalanan lalu lintas orang-orang dari luar ke suatu negara atau daerah dan segala sesuatu yang terkait dengan proses tersebut seperti

(10)

19 makan/minum, transportasi, akomodasi dan obyek atau hiburan. (Violetta Simatupang, 2009: 24)

Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu perubahan tempat tinggal sementara seseorang dari luar tempat tinggalnya karena sesuatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah”. (Gamal Suwantoro, 1997: 3)

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pariwisata atau wisata merupakan suatu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang dengan mengunjungi tempat tertentu dengan tujuan tidak untuk mencari penghasilan atau upah, namun kegiatan tersebut ditunjukan untuk rekreasi, pengembangan pribadi, atau memperlajari keunikan daya tarik wisata dalam jangka waktu tertentu.

Banyak jenis wisata yang ditentukan menurut motif tujuan perjalanan, menurut Spillane tujuan wisata dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Pariwisata untuk menikmati perjalanan

Pariwisata ini dilakukan untuk berlibur, untuk mencari udara segar yang baru, untuk melihat sesuatu yang baru dan lain sebagainya. Pariwisata ini tergantung dari karakter, cita rasa, latar belakang kehidupan serta emosi masing-masing individu.

b. Pariwisata untuk rekreasi

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang menghendaki pemanfaatan hari-hari liburnya untuk beristirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani rohaninya, yang ingin menyegarkan keletihan dan

(11)

20 kelelahannya. Biasanya, mereka tinggal selama mungkin di tempat-tempat yang dianggapnya benar-benar menjamin tujuan-tujuan rekreasi tersebut (misalnya di tepi pantai, di pegunungan, di pusat-pusat peristirahatan atau pusat kesehatan) dengan tujuan menemukan kenikmatan yang diperlukan.

c. Pariwisata untuk kebudayaan

Jenis pariwisata ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, untuk mempelajari adat-istiadat, kelembagaan, dan cara hidup rakyat negara lain; untuk mengunjungi monument bersejarah, peninggalan peradapan masa lalu atau sebaliknya penemuan-penemuan besar masa kini, pusat-pusat kesenian, pusat-pusat keagamaan; atau juga untuk ikut serta dalam festival-festival seni musik, teater, tarian rakyat dan lain-lain.

d. Pariwisata untuk olah raga

Pariwisata ini dibagi dalam dua kategori, yaitu:

1) Bigs Sports Events, yaitu peristiwa-peristiwa olah raga besar seperti Olympiade Games, kejuaraan ski dunia, kejuaraan tinju dunia, dan lain-lain yang menarik perhatian tidak hanya pada olah ragawannya sendiri, tetapi juga ribuan penonton atau penggemarnya.

2) Sporting Tourism of the Practitioners, yaitu peristiwa olah raga bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktekkan sendiri, seperti pendakian gunung, olah raga naik kuda, berburu, memancing, dan lain-lain.

e. Pariwisata untuk urusan usaha dagang

Banyak ahli teori, ahli sosiologi maupun ekonomi beranggapan bahwa perjalanan untuk keperluan usaha tidak dapat dianggap sebagai perjalanan wisata karena untuk keperluan voluntary atau suka rela tidak terlibat. Menurut para ahli teori, perjalanan usaha ini adalah bentuk profesional travel atau perjalanan karena ada kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang tidak memberikan kepada pelaku baik pilihan daerah tujuan maupun pilihan waktu perjalanan. f. Pariwisata untuk berkonvensi

Peranan jenis pariwisata ini sangat penting. Tanpa menghitung banyaknya konvensi atau konferensi nasional, banyaknya symposium maupun bidang yang diadakan setiap tahunnya diberbagai negara. Banyaknya Negara yang menyadari besarnya potensi ekonomi dari jenis pariwisata ini sehingga mereka saling berusaha untuk menyiapkan dan mendirikan bangunan-banguanan yang khusus dilengkapi untuk tujuan ini. (Spillane, 1987: 28)

(12)

21 Pariwisata dapat dipelajari tidak hanya dari segi motivasi dan tujuan perjalanan saja, tetapi juga bisa dilihat dari kriteria lain seperti bentuk-bentuk perjalanan wisata yang dilakukan, lamanya perjalanan serta pengaruh-pengaruh ekonomi akibat adanya perjalanan wisata tersebut. Bentuk-bentuk pariwisata tersebut antara lain:

a. Pariwisata individu dan kolektif

b. Pariwisata jangka panjang, pariwisata jangka pendek dan pariwisata ekskursi

c. Pariwisata dengan alat angkutan

d. Pariwisata aktif dan pasif (Spillane, 1987: 31) 4. Manajemen Pariwisata /pengelolaan

Pengelolaan atau manajemen berasal dari bahasa Inggris “management”. Menurut Sudjana (2000: 17) pengelolaan atau manajemen berarti kemampuan dan ketrampilan khusus untuk melakukan sesuatu kegiatan baik bersama orang lain maupun melalui orang lain dalam mencapai tujuan organisasi.

Leiper dalam Pitana (2009: 80), menyatakan pengelolaan (manajemen) merujuk kepada seperangkat peranan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, atau juga bisa merujuk kepada fungsi-fungsi yang melekat pada peran tersebut.

Ahli manajemen mengemukakan sudut pandang yang hampir sama mengenai urutan fungsi manajemen. Fungsi-fungsi manajemen Leiper dalam Pitana (2009:80) yaitu Planning (perencanaan), Directing (mengarahkan), Organizing (termasuk coordinating), Controlling (pengawasan). Luther M. Gullick mengurutkan enam

(13)

22 fungsi manajemen dengan singkatan POSDCORB (Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, dan Budgeting). Harold Koontz dan Cyril O’Donnell mengurutkan lima fungsi manajemen yang dikenal dengan singkatan POSDLC (Planning atau Perencanaan, Organizing atau Pengorganisasian, Staffing atau Penyusunan Pegawai, Directing atau Pengarahan, Leading atau Memimpin). Henry Fayol mengurutkan lima fungsi manajemen yang dikenal dengan singkatan POCCC, yaitu Planning (perencanaan), Organizing (organisasi), Commanding (perintah), Coordinating (pengoorganisasian), Controlling (pengawasan).

Pengelolaan sangatlah penting dalam bidang pengembangan suatu objek pariwisata untuk meraih pengunjung. Secara umum penjelasan mengenai fungsi dan bagian-bagian dari pengelolaan dalam bidang pariwisata yaitu sebagai berikut:

a. Perencanaan

Perncanaan pariwisata berarti pengelolaan secara menyeluruh mengembangkan pembangunan fasilitas-fasilitas pariwisata, sehingga fasilitas-fasilitas tersebut dapat memenuhi tugasnya sebagaimana mestinya. Demikian perencanaan pariwisata merupakan bagian dari pengembangan pembangunan seluruhnya dan dapat menggunakan sumber-sumber kekayaan alam, kemampuan manusia, serta sumber keuangan dengan sebaik-baiknya.

(14)

23 Oka A. Yoeti dalam Muljadi A.J (2009 : 26) menjelaskan bahwa aspek-aspek yang perlu diketahui dalam perencanaan pariwisata yaitu:

1) Wisatawan

Harus terlebih dahulu melalui penelitian, karakteristik wisatawan yang diharapkan datang, dari negara mana saja mereka datang, musim kunjungan, pola perjalanan, keadaan sosial ekonomi, motivasi dan lamanya pengunjung tinggal. 2) Pengangkutan

Melakukan penelitian terlebih dahulu tentang bagaimana fasilitas transportasi yang tersedia atau yang digunakan untuk membawa wisatawan ke daerah wisata yang dituju. Selain itu, bagaimana transportasi lokal yang digunakan untuk menuju daya tarik wisata yang dikunjungi.

3) Daya tarik wisata

Daya tarik wisata yang akan dijual harus memenuhi tiga syarat agar memberikan kepuasan kepada wisatawan antara lain: apa yang dilihat (something to see), apa yang dapat dilakukan (something to do), dan apa yang dapat dibeli (something to buy).

4) Fasilitas pelayanan

Fasilitas apa yang tersedia di daerah tujuan wisata tersebut, sebagaimana akomodasi yang ada, restoran, pelayanan. 5) Informasi dan promosi

Calon wisatawan perlu memperoleh tentang daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi, untuk itu perlu dipikirkan cara-cara publikasi atau promosi yang akan dilakukan. b. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, diperlukan kesiapan dari semua pihak yang terlibat didalamnya, seperti masyarakat, tenaga pendamping lapangan, dan semua pihak yang terlibat di dalamnya. Selain itu juga diperlukan koordinasi dari keterpaduan antar sektor dan stakeholder sehingga tidak terjadi tumpang tindih kepentingan. Pelaksanaan juga diperlukan kesamaan seperti persepsi antara pemerintah dengan tenaga atau petugas lapangan sehingga kedua

(15)

24 belah pihak benar-benar memahami rencana yang akan dilaksanakan.

c. Pengawasan

Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan. Pengawasan hendaknya dilakukan secara terus menerus agar jika terdapat kelemahan pada setiap sektor dapat dikurangi.

d. Penilaian dan evaluasi

Penilaian adalah proses pengukuran dan pembandingan hasil-hasil pekerjaan yang nyata dicapai dengan hasil-hasil-hasil-hasil yang seharusnya dicapai. Penilaian dilakukan sejak dimulainya proses implementasi perencanaan, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas kegiatan dan permasalahan yang timbul dalam implementasi kegiatan sehingga akan diketahui kelemahan dan kelebihan dari perencanaan yang ada, guna perbaikan untuk pelaksanaan tahap berikutnya.

Pengelolaan pariwisata haruslah mengacu pada prinsip-prinsip pengelolaan yang menekankan pada nilai-nilai kelestarian lingkungan alam, komunitas, dan nilai sosial yang memungkinkan wisatawan menikmati kegiatan wisatanya serta bermanfaat bagi kesejahteraan komunitas lokal. Cox dalam Pitana dan Diarta (2000: 81), pengelolaan pariwisata harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut:

(16)

25 a. Pembangunan dan pengembangan pariwisata haruslah didasarkan pada kearifan lokal dan special local sense yang merefleksikan keunikan peninggalan budaya dan keunikan lingkungan.

b. Preservasi, proteksi, dan peningkatan kualitas sumber daya yang menjadi bisnis pengembangan kawasan pariwisata. c. Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada

khasanah budaya lokal.

d. Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis keunikan budaya dan lingkungan lokal.

e. Memberikan dukungan dan legitimasi pada pembangunan dan pengembangan pariwisata jika terbukti memberikan manfaat positif, tetapi sebaliknya mengendalikan dan/atau menghentikan aktivitas pariwisata tersebut jika melampaui ambang batas (carrying capacity) lingkungan alam atau akseptabilitas sosial walaupun di sisi lain mampu meningkatkan pendapatan masyarakat.

Untuk menyinergikan pengelolaan pariwisata yang memenuhi prinsip-prinsip pengelolaan yang diuraikan sebelumnya, diperlukan suatu metode pengelolaan yang menjamin keterlibatan semua aspek dan komponen pariwisata.

B. Peneltian yang Relevan

1. I Wayan Wiwin (2011) dengan judul “Pengelolaan Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik Wisata di Kabupaten Bangli”. Penelitian tersebut dapat diketahui bahwa Cara pengelolaan Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata pada dewasa ini adalah program-program kerja yang telah dilaksanakan oleh pihak pengelola dalam upaya mewujudkan fungsi Museum Gunungapi Batur sebagai daya tarik wisata. Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur telah melaksanakan berbagai program kerja sesuai dengan fungsi dan

(17)

26 wewenang yang diamanatkan dalam Pasal 5 Peraturan Bupati Bangli Nomor 13 Tahun 2007.

2. Hanif Wahyu Wicaksono (2011) dengan judul “Partisipasi Masyarakat Dalam Tahap Perencanaan, Pelaksanaan Dan Pemanfaatan Pengembangan Obyek Wisata Museum Gunung Merapi Di Dusun Banteng, Kelurahan Hargobinangun, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta”. Penelitian tersebut dapat diketahui bahwa berbagai keterlibatan masyarakat setempat dalam pengembangan obyek wisata Museum Gunung Merapi menunjukan mereka mengetahui, mendukung dan ikut berpatisipasi dalam tiap tahapan program pembangunan dan pengembangan Museum Gunung Merapi. Tetapi warga sekitar belum dapat merasakan manfaat dari pembangunan obyek wisata MGM secara adil dan merata. Manfaatnya hanya baru dapat dirasakan secara langsung oleh sedikit warga sekitar saja. Pembangunan Museum Gunung Merapi yang belum selesai menjadi kendala tersendiri dalam menggerakkan perekonomian rakyat sekitar obyek wisata MGM. Kios yang semula dijanjikan untuk warga sekitar obyek wisata belum bisa direalisasikan. Dana yang begitu besar menjadi hambatan bagi pemerintah, sehingga proses pembangunan MGM dilakukan secara bertahap.

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dari penelitian ini dimulai dengan adanya fenomena bahwa wisata museum kalah saing dengan wisata lainnya.

(18)

27 Dengan adanya fenomena seperti itu bagaimana peran pemerintah, khususnya dinas kebudayaan dalam mengembangkan potensi pariwisata museum agar tidak kalah saing dengan wisata lainnya.

Peran dinas kebudayaan dalam pengembangan wisata museum adalah penyediaan fasilitas dan kerjasama. Pengembangan wisata museum tersebut dapat ditentukan dengan empat tahapan pengelolaan pariwisata untuk mengembangkan potensi wisata museum yaitu:

a. Perencanaan b. Pelaksanaan c. Pengawasan

d. Penilaian dan evaluasi

Melalui empat tahapan dalam pengelolaan pariwisata dapat ditentukan hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya. Kemudian dari hambatan tersebut dapat diketahui upaya untuk mengembangkan potensi pariwisata museum Sonobudoyo, Yogyakarta.

(19)

28 Gambar 1. Kerangka Berpikir

D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana peran pemerintah dalam mengembangkan potensi wisata museum di Yogyakarta khususnya Museum Sonobudoyo?

2. Siapa sajakah stakeholder yang terkait dalam pengembangan potensi wisata museum?

3. Apa sajakah hambatan dalam mengembangkan potensi wisata museum di Yogyakarta khususnya Museum Sonobudoyo?

4. Solusi apa sajakah yang di lakukan oleh pemerintah untuk mengatasi hambatan yang ada?

Potensi wisata museum

Peran Pemerintah

Penyediaan Fasilitas

Hambatan

Upaya untuk mengatasi hamabatan dalam pengembangan wisata museum

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh

Dan Alhamdulillah akhirnya dapat membuahkan hasil selesainya skripsi ini dengan judul “Manajemen Obyek Daya Tarik Wisata dalam Upaya Meningkatkan Pelayanan

Penelitian ini menekankan pada pengaruh penggunaan belimbing wuluh terhadap kualitas ekternal telur ayam (berat telur, berat kerabang telur, tebal kerabang telur

Dari 105 responden yang diteliti rata-rata efisiensi teknisnya (TE) sebesar 0,2785, rata-rata produksi aktualnya (QY) 141,90 kg/trip dan nilai efisiensi teknis dibawah

Berdasarkan pemikiran di atas, maka pada tahun 2015 Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usian Dini, Nonformal dan Informal (BP-PAUDNI) Regional IV telah mengalokasikan anggaran

Dari hasil analisa pola frekuensi yang dihasilkan oleh proses data mining pola transaksi yang dihasilkan dapat dijadikan sebuah rekomendasi dalam

Tata Usaha pada UPTD Tindak Darurat Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda Eselon

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas benih tiram mutiara (Pinctada maxima) hasil pemijahan induk alam dengan karakter nacre putih dari tiga habitat yang berbeda