• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. Wacana dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal teringgi atau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II. Wacana dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal teringgi atau"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Wacana

1. Pengertian Wacana

Wacana dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal teringgi atau terbesar (Kridalaksana,2008: 259). Menurut Stubbs (dalam Tarigan, 1993: 25) wacana adalah organisasi bahasa di atas kalimat atau di atas klausa, dengan perkatan lain unit-unit linguistik yang lebih besar dari pada kalimat atau klausa seperti pertukran-pertukaran percakapan atau teks-teks tertulis secara singkat apa yang disebut teks bagi wacana adalah kalimat bagi ujaran (utterance). Deese (dalam Tarigan 1993: 25) berpendapat bahwa wacana adalah seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa perpaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat dirangkum pengertian wacana itu adalah seperangkat proposisi yang berhubungan dan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar yang dinyatakan dalam karangan yang utuh (buku,novel, seri ensiklopedia, dan sebagainya). Wacana dapat berwujud karangan, paragraf, kalimat atau kata yang dapat menghasikan rasa kepaduan bagi penyimak atau pembaca.

2. Jenis Wacana

(2)

Klasifikasi diperlukan untuk memahami, mengurai, dan menganalisis wacana secara tepat. Ketika analisis dilakukan perlu diketahui terlebih dahulu jenis wacana yang dihadapi. Pemahaman ini sangat penting agar proses pengkajian, pendekatan dan teknik-teknik analisis wacana yang digunakan tidak keliru.

Wacana berdasarkan pendapat Baryadi (2002: 9) dijeniskan antara lain: media yang dipakai untuk mewujudkannya, keaktifan partisipan komunikasi, tujuan pembuatan wacana, bentuk wacana, langsung tidaknya pengungkapan, genre sastra dan isi wacana. Penulis membatasi teori wacana, jenis wacana berdasarkan tujuan pembuatan wacana yang meliputi: narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Di antara wacana tersebut yang sesuai data peneliti yaitu wacana persuasi.

B. Wacana Persuasi

1. Pengertian Wacana Persuasi

Istilah persuasi merupakan alihan bentuk kata persuation dalam bahasa Inggris. Bentuk persuation tersebut dituturkan dari kata kerja to persuade yang artinya membujuk atau meyakinkan. Jadi wacana persuasi adalah wacana yang berisi paparan berdaya bujuk, ajak, ataupun berdaya himbauan yang dapat membangkitkan ketergiuran pembacanya untuk menuruti himbauan implisit maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis ataupun pembuatnya (Marwoto, dkk., 1987: 176).

Menurut (Moeliono (peny.) 2005: 864) persuasi dapat berarti (a) ajakan kepada seseorang dengan cara memberikan alasan dan prospek baik yang meyakinkan: bujukan halus, (b) karangan yang bertujuan membuktikan pendapat.

(3)

Persuasi tidak mengambil bentuk paksaan atau kekerasan terhadap orang yang menerima persuasi. Oleh sebab itu wacana persuasi memerlukan upaya-upaya tertentu untuk merangsang orang mengambil keputusan sesuai dengan keinginannya. Upaya yang biasa digunakan adalah menyodorkan bukti-bukti, walapun tidak setegas seperti yang dilakukan dalam argumentasi. Bentuk-bentuk persuasi yang dikenal umum adalah : propaganda yang dilakukan oleh golongan-golongan atau badan-badan tertentu, iklan-iklan dalam surat kabar, majalah, atau media masa lainnya selebaran-selebaran, kampanye lisan, dan sebagainya. Semua bentuk persuasi tersebut biasanya mempergunakan pendekatan emotif, yaitu berusaha membangkitkan dan merangsang emosi para pembaca persuasi selalu bertujuan untuk mengubah pikiran orang lain. Ia berusaha agar orang lain dapat menerima dan melakukan sesuatu yang kita inginkan. Untuk menerima atau melakukan sesuatu yang kita inginkan, perlu diciptakan sesuatu dasar yaitu dasar kepercayan. Persuasi itu sendiri adalah suatu usaha untuk menciptakan kesesuaian kesepaktan melalaui kepercayaan. Orang yang menerima persuasi akan turut puas dan gembira karena ia tidak menerima keputusan itu berdasarkan ancaman (Keraf,1994: 118-119).

Dari beberapa pengertian wacana persuasi tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud wacana persuasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha membujuk atau meyakinkan orang lain atau para pembaca, agar melakukan sesuatu sesuai dengan yang dikehendaki oleh penulis atau pembuat wacana tersebut.

2. Ciri-Ciri Wacana Persuasi

Adapun ciri-ciri wacana persuasi adalah sebagai berikut. a. Menggunakan Bahasa Emotif

(4)

Bahasa emotif di sini bukanlah suatu bahasa yang membuat orang emosi karena marah, tetapi bagaimana seseorang merasakan sesuatu perasaan yang datang dari hati untuk melakukan sesuatu. Bahasa emotif juga membuat seseorang penasaran terhadap sesuatu untuk bisa mengalami atau terlibat di dalamnya.

b. Menggunakan Struktur Kalimat yang Unik

Struktur kalimat yang unik maksudnya adalah struktur kalimat yang cenderung membuat para pembaca menikmati dan mudah mengerti, serta terkesan ketika para pembaca membaca sebuah tulisan yang menggunakan bahasa persuasi dan struktur kalimat yang mudah dimengerti.

(5)

c. Pilihan Kata yang Khusus

Kata-kata yang digunakan adalah kata-kata umum dan mudah dipahami oleh pembacanya.

d. Ajakan yang Efektif

Ajakan yang efektif adalah suatu ajakan yang tidak bertele-tele dan tidak bersembunyi secara makna tetapi ajakan yang bisa membuat hati seseorang tersentuh dan bergerak serta ada dorongan untuk melakukansesuatu (http://Immer-online. blogspot. Com / 2010 / II / persuasif.html).

3. Teknik-Teknik Persuasi

Menurut Keraf (1994: 124-131) persuasi juga memepergunakan fakta-fakta sebagai dasar, maka teknik-teknik atau metode-metode yang dipergunakan dalam argumentasi dapat dipergunakan juga dalam persuasi. Metode tersebut definisi atau genus, sebab-akibat, keadaan atau sirkumstansi,persamaan atau perbandingan, kebalikan atau pertentangan, kesaksian atau autoritas, teknik-teknik atau metode-metode yang digunakan dalam persuasi adalah sebagai berikut : rasionalisasi, identifikasi, sugesti, konformitas, kompensasi, penggantian dan proyeksi.

a. Rasionalisasi

Rasionalisasi sebagai sebuah teknik persuasi dapat dibatasi sebagai suatu proses penggunaan akal untuk memberikan suatu dasar pembenaran kepada suatu persoalan, di mana dasar atau alasan itu tidak merupakan sebab langsung dari masalah itu. Kebenaran yang di bicarakan dalam persuasi bukanlah suatu

(6)

kebenaran mutlak, tetapi kebenarn yang hanya berfungsi untuk melakukan dasar-dasar dan melicinkan jalan agar keinginan, sikap, kepercayaan, keputusan, atau tindakan yang telah ditentukan atau diambil dapat dibenarkan.

Dalam rasionalisasi, penulis mengajukan alasan agar pembaca menerima suatu hal, walaupun diteliti secara seksama alasan-alasan yang diajukan itu tidak tepat.

b. Identifikasi

Dalam persuasi berusaha menghindari situasi konflik dan sikap ragu-ragu. Untuk itu penulis harus menganalisis pembacanya dan seluruh situasi yang dihadapi dengan seksama. Dengan menganalisis pembaca dan seluruh situasi, maka penulis dapat dengan mudah mengidentifikasi dirinya dengan pembaca.

Agar identifikasi dapat berjalan sebagaimana diharapkan, harus diciptakan dasar umum yang sama. Bila dasar umum itu belum diciptakan, ia harus berusaha mencari dasar umum yang seluas-luasnya. Identifikasi merupakan kunci keberhasilan penulis. Apabila terdapat situasi konflik antara penulis dan pembaca, penulis akan lebih mudah mengidentifikasi dirinya dengan ciri, tingkat pengetahuan, dan kemampuan pembaca atau mereka yang akan membaca tulisannya.

c. Sugesti

Sugesti adalah suatu usaha membujuk atau mempengaruhi orang lain untuk menerima suatu keyakinan atau pendirian tertentu tanpa memberi suatu dasar kepercayaan yang logis pada orang yang ingin dipengaruhi. Dalam kehidupan

(7)

sehari-hari, sugesti itu biasanya dilakukan dengan kata-kata dan nada suara. Rangkaian kata-kata yang menarik dan meyakinkan, disertai nada suara yang penuh dan berwibawa dapat mempengaruhi seseorang yang diajak berbicara dengan mudah. Satu dua fakta yang mencoba mengkongkritkan kata-katanya tadi sudah dapat membawa hasil yang diinginkan.

d. Konformitas

Konformitas adalah suatu keinginan atau suatu tindakan untuk membuat diri serupa dengan sesuatu hal yang lain. Konformitas adalah suatu mekanisme mental untuk menyesuaikan diri atau mencocokkan diri dengan suatu yang diinginkan itu.

Teknik konformitas ini mirip dengan identifikasi. Perbedaannya dalam identifikasi penulis hanya menyajikan beberapa hal yang menyangkut dirinya dengan pembaca, sedangkan dalam konformitas penulis memperlihatkan bahwa dirinya mampu berbuat dan bertindak sebagai para pembaca.

(8)

e. Kompensasi

Kompensasi adalah suatu tindakan atau suatu hasil dari usaha untuk mencari suatu pengganti (substitut) bagi suatu hal yang tidak dapat diterima, suatu sikap atau suatu keadaan yang tidak dapat dipertahankan.

Dalam persuasi pembicara dapat mondorong lawan bicara untuk melakukan suatau tindakan atau perbuatan lain. Tindakan yang diinginkan oleh pembicara, yaitu dengan menujukan secara meyakinkan bahwa mereka memiliki kemampuan. f. Penggantian

Penggantian (displacement) adalah suatu proses yang berusaha menggantikan suatu maksud atau hal yang mengalami rintangan dengan suatu maksud atau hal yang lain yang sekaligus menggantikan emosi kebencian asli, atau kadang-kadang emosi cinta kasih yang asli. Dalam persuasi pembicara berusaha meyakinkan lawan bicara mengalihkan sesuatu objek atau tujuan tertentu kepada suatu tujuan tertentu.

g. Proyeksi

Proyeksi suatu teknik untuk menjanjikan sesuatu yang tadinya adalah subjek menjadi objek. Sesuatubersifat atau watak yang dimiliki sesorang tidak mau diakui lagi sebagai sifat atau wataknya, tetapi dilontarkan sebagai sifat dan watak orang lain. Jika seseorang diminta untuk mendeskripsikan seseorang yang tidak disenanginya ia akan berusaha untuk mendeskripsikan hal-hal yang baik mengenai dirinya sendiri. Kesalahan yang dilakukan seseorang dilemparkanya kepada orang lain bahwa orang lain itu yang melakukannya.

(9)

Dalam penelitian ini dari beberapa teknik-teknik persuasi di atas penulis hanya membatasi : rasionalisasi, identifikasi dan sugesti saja sedangakan untuk teknik konformitas, kompensasi, penggantian dan proyeksi tidak digunakan karena keterbatasan waktu sehingga penulis tidak menggunakan teknik tersebut.

C. Rambu Lalu Lintas

1. Pengertian Rambu Lalu Lintas

Rambu lalu lintas adalah salah satu alat perlengkapan jalan dalam bentuk tertentu yang memuat lambang, huruf, angka, kalimat, atau perpaduan diantaranya yang digunakan, untuk memeberi peringatan, petunjuk, larangan dan perintah bagi pengguna jalan. Lalu lintas adalah gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan. Sebenarnya hal yang pertama dan harus diketahui oleh masyarakat adalah mengenal dan mengetahui arti dan maksud dari rambu-rambu lalu-lintas yang di sediakan atau terpasang di jalan umum.

1. Jenis Rambu Lalu lintas

a. Berdasarkan Jenis Pesan yang Disampaikan

1) Rambu Peringatan

Rambu yang memperingatkan adanya bahaya agar para pengemudi berhati-hati dalam menjalankan kendaraannya. Misalnya: Rambu yang menunjukkan adanya lintasan kereta api, atau adanya persimpangan berbahaya bagi para pengemudi. 2) Rambu Petunjuk

(10)

Rambu yang memberikan petunjuk atau keterangan kepada pengemudi atau pemakai jalan lainnya, tentang arah yang harus ditempuh atau letak kota yang akan dituju lengkap dengan nama dan arah letak itu berada.

3) Rambu Larangan dan Perintah

Rambu ini untuk melarang atau memerintah semua jenis lalu lintas tertentu untuk memakai jalan, jurusan atau tempat-tempat tertentu. Misalnya: (1) Rambu dilarang berhenti, (2) kendaraan harus lewat jalan tertentu (3) semua kendaraan dilarang lewat

b. Berdasarkan Cara Pemasangan a. Rambu Tetap

Yang dimaksud dengan rambu tetap adalah semua jenis rambu yang ditetapkan menurut Surat Keputusan Menteri Perhubungan yang dipasang secara tetap.

(11)

b. Rambu Tidak Tetap

Sedangkan rambu tidak tetap adalah rambu yang dipasang dan berlaku hanya beberapa waktu, dapat ditempatkan sewaktu-waktu dan dapat dipindah-pindahkan

Dari dua klasifikasi jenis rambu lalu lintas di atas penulis membatasi hanya mengenai jenis rambu-rambu lalu lintas berdasarkan jenis pesan yang disampaikan meliputi: (a) rambu peringatan, (b) rambu petunjuk (c) rambu larangan, dan (d) rambu perintah .

D. Pragmatik

Bidang pragmatik dalam linguistik dewasa ini mulai mendapat perhatian para peneliti dan pakar bahasa Indonesia. Pragmatik cenderung mengkaji fungsi ujaran atau fungsi bahasa daripada bentuk atau strukturnya. Dengan kata lain, pragmatik lebih cenderung ke fungsionalisme daripada formalisme. Menurut Levinson (dalam Djajasudarma, 2006: 4) pragmatik adalah studi terhadap semua hubungan antara bahasa dan konteks yang di gramatikalisasikan atau ditandai (terlukisan) di dalam struktur suatu bahasa.

Firth (dalam Wijana, 1996: 5) mengemukakan bahwa kajian bahasa tidak dapat dilakukan tanpa mempertimbangkan konteks situasi yang meliputi partisipasi, tindakan partisipasi (baik tindak verbal maupun nonverbal), ciri-ciri situasi lain yang relevan dengan hal yang sedang berlangsung, dan dampak-dampak tindak tutur yang diwujudkan dengan bentuk-bentuk perubahan yang timbul akibat tindakan partisipan.

Studi bahasa adalah sebagai kajian tentang sistem tanda. Sebagai salah satu sistem tanda, bahasa merupakan sistem makna yang membentuk budaya manusia. Sistem makna ini

(12)

berkaitan dengan struktur sosial masyarakat. Kata-kata atau secara lebih luas bahasa yang digunakan oleh manusia memperoleh maknanya dari aktivitas-aktivitas yang merupakan kegiatan sosial dengan perantara-perantara dan tujuan-tujuan yang bersifat sosial juga ( Halliday dan Hasan dalam Wijana,1996: 5).

Pragmatik sebagai suatu cabang semiotik, ilmu tentang tanda sebenarnya telah dikemukakan sebelumnya oleh seorang filsuf, yang bernama Charles Moris (dalam Schiffrin, 2007: 269) mengidentifikasikan tiga cara untuk mempelajari tanda-tanda: sintaksis adalah studi tentang hubungan formal antara tanda-tanda yang satu dengan yang lain, semantik adalah studi tentang bagaimana tanda-tanda tersebut dihubungkan dengan objek-objek yang dirujuknya atau yang dapat dirujuknya, pragmatik adalah studi tentang hubungan tanda-tanda dengan interpreter. Dengan demikian, pragmatik adalah studi tentang bagaimana interpreter menggunakan atau mengikutsertakan pemakai tanda atau penerima tanda pada saat memaparkan (pengontruksian dari interpretan) tanda itu sendiri.

Dari berbagai pengertian pragmatik di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud pragmatik adalah salah satu cabang ilmu bahasa yang mempelajari bahasa secara eksternal yaitu antara bahasa dan konteks situasi yang meliputi partisipasi, tindakan partisipasi (baik tindak verbal maupun nonverbal), dan dampak-dampak tidak tutur yang diwujudkan dengan bentuk-bentuk perubahan yang timbul akibat tindakan partisipan.

E. Hubungan Wacana dan Pragmatik

Media merupakan sarana dalam jalur komunikasi. Sarana sebagai upaya dalam masyarakat tutur berupa berbicara-menyimak (speaking-listening), sedangkan di dalam masyarakat, wacana berupaya menulis -membaca (writing-reading). Sarana sebagai

(13)

masyarakat wacana berfungsi sebagai pengawet (tulisan) yang dapat disimpan dan diwariskan secara turun temurun. Sarana pada masyarakat tutur sulit diawetkan karena terikat ruang dan waktu (berlaku pada saat tertentu saat ujaran terjadi ) (Djajasudarma, 2006: 53).

Konsep masyarakat wacana dan masyarakat tutur dilihat dari kepentingan yang berbeda, yakni antara kelompok sosioloinguistik dan sosioretorik. Dalam masyarakat, kepentingan komunikatif kelompok (antara lain berupa sosialisasi atau solidaritas kelompok) dapat diamati melalui pengembangan dan pemeliharaan wacana melalui ciri-cirinya. Pada masyarakat sosioretorik, penentuan adalah faktor perilaku berbahasa (linguistik).

Masyarakat wacana (baik tutur maupun wacana) yang melibatkan penulis, pembaca (masyarakat wacana tulis) dan pembicara menyimak memiliki hubungan dengan pragmatik. Pragmatik berhubungan dengan wacana melalui bahasa dan konteks. Dalam yang selalu berhubungan, yakni sintaktis, semantik, dan pragmatik. Sintaksis merupakan hubungan antar unsur, semantik adalah makna, baik dari setiap unsur maupun makna antar hubungan (pertimbangan makna leksikal dan makna gramatikal ), dan pragmatik yang berhubungan dengan hasil ujaran (pembicara, pendengar, dan penulis, pembaca (Djajasudarma, 2006: 54).

Keunggulan wacana dapat dipertimbangkan melalui hubungan lain gramatikal, semantik, dan leksikal. Pragmatik mencakup deitik (misalnya, sebutan kehormatan atau honorifiks), praduga (presupposition), dan tindak tutur (speech acts). Berdasarkan unsur-unsur itu, pragmatik mengkaji unsur-unsur makna ujaran yang tidak dapat dijelaskan melalui referensi langsung pada pengungkapan ujaran.

Menurut Djajasudarma (2006: 54) pragmatik mencakup studi interaksi antara pengetahuan kebahasaan dan unsur pengetahuan tentang dunia yang dimiliki oleh pendengar atau pembaca. Studi ini melibatkan unsur interpretatif yang mengarah pada studi tentang

(14)

keseluruhan pengetahuan dan keyakinan akan koteks. Konteks merupakan ciri atau gambaran yang berfokous pada budaya dan linguistik yang sesuai dengan ujaran yang dihasilkan dan iterpretasinya. Beberapa ciri atau gambaran konteks adalah adanya pengetahuan tentang: norma (norma pembicara dan kaidah sosial), dan status (konsep-konsep status sosial ), ruang dan waktu, tingkat formalitas, media (sarana), tema, wilayah bahasa.

Mulyana (2005: 79) berpendapat bahwa pendekatan pragmatik terhadap wacana perlu mempertimbangkan faktor-faktor nonverbal seperti :

1. para lingual (intonasi, nada, pelan, keras );

2. kinesik(gerak tubuh dalam komunikasi, gerakan mata, tangan kaki, dan sebagainya); 3. proksemik (jarak yang diambil oleh para penutur);

4. kronesik (penggunan dan strukturisasi waktu dalam interaksi);

Di samping itu yang mempelajari pragmatik mencakup empat hal yaitu: (1) dieksis, (2) praanggapan , (3) tindak tutur, dan (4) implikatur.

Dalam penelitian ini penulis membatasi teori pragmatik hanya mengenai tindak tutur.

1. Pengertian Tindak Tutur

Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) adalah fungsi bahsa sebagai sarana penindak. Setiap kalimat atau ujaran yang diucapkan oleh sebenarnya mengandung fungsi komunikasi terentu. Tuturan dari seseorang (penutur) tentu saja tidak semta-mata hanya asal bicara, tetapi mengandung maksud tertentu. Fungsi inilah yang menjadi semangat para penutur untuk menindakan sesuatu.

Tindak tutur mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pragmatik karena tindak tutur adalah satuan analisisnya.

(15)

Searle (dalam Wijana, 1996: 17-21) mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur yakni tindak lokusi (locutionary act), tidak ilokusi (illocutionary act) dan tindak perlokusi (perlocutionary act).

(16)

a. Tindak Lokusi

Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur ini disebut sebagai The act of Saying Something.

b. Tindak Ilokusi

Sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Bila hal ini terjadi, tindak tutur yang terbentuk adalah tindak ilokusi. Tindak ilokusi disebut sebagai The Act of Doing Something.

Tindak ilokusi sangat sukar untuk diidentifikasi karena terlebih dahulu harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan penutur, kapan dan dimana tindak tutur itu terjadi. Dengan demikian, tindak ilokusi merupakan bagian sentral untuk memahami tindak tutur.

c. Tindak Perlokusi

Sebuah tuturan yang diutarakan seseorang sering kali mempunyai daya pengaruh atau efek bagi yang mendengarkannya. Efek atau daya pengaruh ini dapat secara sengaja atau tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya. Tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur disebut dengan tindak perlokusi. Tindak ini disebut The Act of Affecting Someone.

F. Aspek dan Efek Komunikasi

Istilah komunikasi dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communication yang bersumber dari kata komunis yang berarti ‘sama’. Sama di sini maksudnnya ‘sama makna’, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada

(17)

kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna atau dapat dikatakan mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu (Effendy, 2009: 9).

Dengan demikian maka dibutuhkan suatu aspek komunikasi. Menurut Mulyana (2007: 77) aspek komunikasi dibedakan atas empat macam yaitu:

1. Aspek berupa fisik (iklim cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding, penataan tempat duduk, jumlah peserta komunikasi, dan alat yang tersedia untuk menyampaikan pesan).

2. Aspek psikologis (sikap, kecenderungan, prasangka, dan emosi para peserta komunikasi).

3. Aspek sosial (norma kelompok, nilai sosial, dan karakteristik budaya).

4. Aspek waktu (kapan berkomunikasi: hari apa, jam berapa, pagi, siang, sore, malam)

Efek komunikasi adalah efek atau dampak yang ditimbulkan oleh komunikasi berupa umpan balik (feedback). Umpan balik dapat bersifat positif, dan bersifat negatif. Umpan balik positif adalah tanggapan atau respon komunikan yang menyenangkan komunikator sehingga komunikasi berjalan lancar. Umpan balik negatif adalah tanggapan komunikan yang tidak menyenangkan komunikatornya sehingga komunikator tidak bisa melanjutkan komunikasinya (Effendy, 2009: 14).

(18)

G. Kerangka Pikir

Analisis wacana persuasi dalam ragam bahasa rambu-rambu lalu lintas terdiri dari beberapa teori yang dipaparkan meliputi, jenis wacana diklasifikasikan berdasarkan jumlah penutur yaitu, wacana monolog dan wacana dialog. Berdasarkan media penyampaiannya yaitu, wacana tulis dan wacana lisan. Berdasrkan sifat wacana fiksi (prosa, puisi, drama), dan wacana non fiksi. Berdasarkan tujuannya di bagi menjadi: wacana narasi, wacana deskripsi, wacana eksposisi, wacana argumentasi, dan wacana persuasi.

Dalam analisis wacana persuasi dalam ragam bahasa rambu-rambu lalu lintas ini, teori wacana persuasi lebih dijelskan secara rinci yaitu mencakup wacana persuasi, ciri-ciri wacana persuasi, teknik-teknik wacana persuasi, dan bentuk wacana persuasi. Pengertian wacana persuasi yang dipaparkan berisi pengertian-pengertian wacana persuasi. Ciri-ciri wacana persuasi yaitu, menggunakan bahasa emotif, menggunakan struktur kalimat yang unik, pilihan kata yang khusus dan ajakan yang efektif. Teknik-teknik wacana persuasi yaitu rasionalisasi, identifikasi, sugesti, konformitas, kompensasi, penggantian, dan proyeksi. Teori ragam bahasa rambu-rambu lalu lintas di jelaskan secara rinci mulai dari pengertian rambu lalu lintas dan jenis rambu lalu lintas, berdasarkan jenis pesan yang disampaikan.

Teori pragmatik mencakup pengertian pragmatik, hubungan wacana dan pragmatik, dalam teori hubungan wacana dan pragmatik dijelaskan bagaimana hubungan antara wacana dan pragmatik, termasuk kajian pragmatik yang dapat di terapkan dalam wacana. Kajian pragmatik tersebut dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu dieksis, praanggapan, tindak tutur, dan implikatur. Kajian tindak tutur dapat diklasifikasikan lagi

(19)

menjadi dua yaitu, berdasarkan bentuk tindak tutur, dan berdasarkan jenis tindak tutur. Berdasarkan bentuk tindak tutur meliputi, tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi.

Referensi

Dokumen terkait

Layanan konseling individual adalah suatu layanan konseling yang dilksanakan oleh konselor kepada klien untuk membantu klien terentaskan dari masalah yang dihadapinya dengan

Setelah dilakukan penelitian, diperoleh keluaran daya maksimum untuk laser CO 2 sealed-off pada arus listrik 10,75 mA dengan jumlah garis radiasi laser yang dihasilkan sebanyak

Turbin Aliran Silang dengan busur sudu 74 o , radius sudu 0,875 dan jumlah sudu 24 mampu menghasilkan daya sebesar 48,1 watt pada variasi tinggi bukaan nosel 9 mm dan debit 8,2

Contoh-contoh serangga parasitoid tersebut diantaranya yaitu Apanteles sp., pada hama kupu kuning, parasitoid dari family Encirtidae pada telur boktor, parasitoid family

introduction of an academic writing the writer usually contrast ideas of previous studies, to be specific the study focused on the adversative conjuncts in the introduction

129 2.Uji Linieritas Iklim (X2)Organisasi Terhadap Produktivitas Sekolah (Y)... Uji Linierias data Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Terhadap Iklim Organisasi

Penelitian ini merupakan studi kasus dengan judul ”Analisis Kebutuhan dan Sumber Pemenuhan Modal Kerja untuk Meningkatkan Profitabilitas (Studi Kasus pada Perusahaan Tenun

Penggunaan Tes Diagnostik Kesulitan Belajar dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Impresum.. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan