• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vol. 8, No. 3, Juni 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Vol. 8, No. 3, Juni 2020"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Juni 2020 eISSN 2657- 0998

506

Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fisika melalui

Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning di Kelas XII

IPA 6 SMA Syamtalira Bayu Tahun Pelajaran 2018/2019

Badriah

Guru SMA Negeri 1 Syamtalira Bayu Aceh Utara Email : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fisika melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning di Kelas XII IPA 6 SMA Syamtalira Bayu Tahun Pelajaran 2018/2019. Penelitian ini dilakukan di tempat peneliti mengajar di SMA Negeri 1 Syamtalira Bayu pada semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019 dilaksanakan selama 2 bulan dari bulan Juli s/d Agustus 2018. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA 6 SMA Negeri 1 Syamtalira Bayu sebanyak 31 siswa, yang terdiri dari siswa 8 siswa laki-laki dan 23 siswa perempuan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui tes siklus dan observasi aktivitas guru dan siswa. Data hasil penelitian yang diperoleh dianalisis menggunakan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning menunjukkan bahwa pada siklus persentase siswa yang tuntas sebesar 77,4 % dan pada siklus II sebesar 100%. Peningkatan persentase ketuntasan klasikal hasil belajar siswa dari siklus ke siklus II adalah sebesar 22,6%. Aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I berada pada kriteria baik dengan persentase rata-rata keseluruhan yang diperoleh sebesar 76,57% dan pada siklus II sebesar 94,54% berada pada kriteria sangat baik. Mengalami peningkatan sebesar 17,97%. Aktivitas siswa pada siklus I berada pada kriteri baik dengan persentase rata-rata yang diperoleh sebesar 71,65% dan pada siklus II sebesar 82,92% berada pada kriteria sangat baik. Mengalami peningkatan sebesar 11,27%. sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatakan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika di Kelas XII IPA 6 SMA Syamtalira Bayu Tahun Pelajaran 2018/2019.

Kata Kunci : Hasil Belajar siswa, Problem Based Learning, Fisika

PENDAHULUAN

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang fenomena-fenomena di alam semesta. Menurut Depdiknas, (2007:4) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

(2)

507 penemuan. Pada hakekatnya IPA dapat dipandang dari segi produk, proses, dan dari segi pengembangan sikap. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Salah satu bidang ilmu dasar IPA adalah fisika.

Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Alam yang menjadi objek kajian fisika ini sebenarnya tersusun atas kumpulan benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang satu dengan lainnya terkait dengan syarat kompleks (Mundilarto, 2010: 4). Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam, fisika memberikan pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan serta pengurangan dampak bencana alam tidak akan berjalan secara optimal tanpa pemahaman yang baik tentang fisika. Oleh karena itu fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri.

Selain memberikan bekal ilmu kepada siswa, mata pelajaran fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kembangkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali siswa dalam pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Pembelajaran fisika menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup (live skill).

Hal ini berarti bahwa fisika harus diajarkan pada siswa secara utuh baik dari sikap ilmiah, proses ilmiah, maupun produk ilmiah, sehingga siswa dapat belajar mandiri untuk mencapai hasil yang optimal. Kemampuan siswa dalam menggunakan metode ilmiah perlu dikembangkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan nyata. Pada dasarnya fisika merupakan mata pelajaran yang cukup menarik untuk dipelajari karena di dalamnya dapat mempelajari fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Proses belajar mengajar fisika di sekolah perlu selalu ditingkatkan agar kualitas pembelajaran selalu terjaga dan hasil yang diharapkan dapat memenuhi tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Pendidik atau guru bidang studi fisika harus selalu merencanakan adanya kriteria hasil yang memenuhi standar kompetensi siswa di dalam setiap proses pembelajaran (Supriyadi, 2006:35). Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada proses belajar yang dialami siswa sebagai anak didik. Adapun proses belajar yang dilakukan seseorang tergantung dari pandangannya tentang aktivitas belajar .

Namun kenyataannya berdasarkan hasil observasi peneliti yang mengajar fisika di kelas XII IPA 6 SMA Negeri 1 Syamtalira Bayu diketahui hasil belajar fisika siswa rendah atau sebagian besar siswa tidak dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Siswa beranggapan mata pelajaran fisika sebagai pelajaran yang sulit dan sangat membosankan. Karena pada prinsipnya dalam pelajaran fisika memang memerlukan lebih banyak pemahaman konsep dari pada hafalan sehingga sebagian besar siswa kurang bergairah dalam belajar fisika. Secara umum memang proses pembelajaran yang dilakukan

(3)

508

peneliti lebih sering menggunakan pembelajaran konvensional di dalam kelas dan masih didominasi oleh peneliti. Peneliti beranggapan bahwa materi yang diberikan secara ceramah dapat diterima seluruhnya oleh siswa, dimana siswa lebih banyak mendengar dan menulis materi yang disampaikan oleh peneliti. Kenyataan lainnya adalah kurangnya minat dan motivasi siswa dalam rnengikuti setiap proses pembelajaran fisika. Hal ini ditunjukkan oleh kurangnya kemauan siswa untuk menyelesaikan soal-soal latihan fisika dalam proses pembelajaran. Siswa juga kurang aktif merespon pertanyaan guru dan sangat jarang mengemukakan ide. Sehingga mengakibatkan daya serap terhadap materi pelajaran rendah. Untuk mengatasi permasalahan di atas, perlu dilakukan perbaikan oleh peneliti. Upaya perbaikan yang dilakukan peneliti adalah dengan menciptakan pada suasana belajar yang lebih kondusif, konstruktif, demokratis, dan kolaboratif yang diharapkan dapat meningkatkan interaksi belajar mengajar antara peneliti dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa lainnya. lnteraksi siswa dalam kelas merupakan bagian yang sangat penting dalam kelangsungan proses belajar mengajar. Pola interaksi yang seimbang akan membuahkan basil belajar yang optimal. Kemudian peneliti juga harus meningkatkan minat belajar siswa. Minat adalah kecenderungan jiwa yang relatif menetap kepada diri seseorang dan biasanya disertai dengan perasaan senang, (Sulistyorini, 2012: 173).

Menurut Hamalik (2008: 120) minat adalah suatu kerangka mental yang terdiri dari kombinasi gerak perpaduan dan campuran dari perasaan, prasangka, cemas dan kecendrungan-kecenderungan lain yang biasa mengarah individu kepada suatu paham yang tertent. Minat belajar siswa masih rendah terhadap mata pelajaran fisika akan semakin rendah bila strategi dan model pembelajaran yang dipakai guru dalam kegiatan pembelajaran tidak bervariasi, monoton dan membosankan. Pola pembelajaran yang didominasi oleh peneliti dengan ceramah dan tanya jawab tidak membuat siswa menarik. Pembelajaran yang hanya berpusat pada guru, membuat siswa semakin malas mengikuti kegiatan pembelajaran. Untuk itu peneliti memilih salah satu model pembelajaran yang inovatif, model pembelajaran yang meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yaitu model pembelajaran Problem Based Learning. Menurut Shoimin (2014:130) mengemukakan bahwa pengertian dari model Problem Based Learning atau pembelajaran berbasih masalah adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para siswa belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan.

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap model ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah (Kamdi, 2007:77). Model pembelajaran PBL atau pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran .

Menurut Arends dalam Warsono dan Hariyanto, (2012: 147) pada esensinya PBL adalah model pembelajaran yang berlandaskan konstruktivisme dan mengakomodasikan keterlibatan siswa dalam mengajar serta terlibat dalam pemecahan masalah yang

(4)

509 konstektual. Model pembelajaran PBL memiliki ciri-ciri seperti yang diutarakan oleh Amir (2010:12) pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah, biasanya masalah memiliki konteks dengan dunia nyata, siswa secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka, mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah, dan melaporkan solusi dari masalah. Dalam model pembelajaran ini guru menghadapkan siswa pada suatu masalah, kemudian siswa menemukan penyebab dari masalah tersebut, serta menganalisisnya untuk menemukan pengetahuan baru berdasarkan pikiran mereka sendiri.

Penerapan model pembelajaran PBL dalam pembelajaran fisika yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa akan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inquiry, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Sehingga melalui penerapan model pembelajaran PBL akan menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran yang akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakna di SMA Negeri 1 Syamtalira Bayu yang beralamat di Jln. Banda Aceh-Medan KM. 284 Cot Plieng Bayu, Mns Beunot, Kecamatan Syamtalira Bayu Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019 yang direncanakan akan dilaksanakan selama 2 bulan dari bulan Juli s/d Agustus 2018. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah kelas XII IPA 6 SMA Negeri 1 Syamtalira Bayu tahun pelajaran 2018/2019. Jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian sebanyak 31 orang siswa, yang terdiri dari siswa laki-laki 8 orang siswa dan perempuan 23 orang siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus Setiap siklus meliputi planning (perencanaan), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Pengumpulan data dilakukan dengan cara tes dan nontes. Tes berupa Tes siklus yang diberikan setiap akhir siklus dengan menggunakan soal essay untuk mengetahui penguasaan konsep siswa. Non tes berupa lembar observasi, untuk mengamati aktivitas siswa dan guru ketika proses pembelajaran berlangsung. Untuk memperoleh data pada saat proses penelitian, dibutuhkan beberapa metode atau teknik pengumpulan data yang berupa, tes dan observasi. Data hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan deskriptif kualitatif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kondisi Awal

Peneliti merupakan guru fisika yang mengajar di kelas XII IPA 6 SMA Negeri 1 Syamtalira Bayu. Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti diketahui bahwasanya sebagian besar siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Kemudian dalam pelaksanaan pembelajaran siswa kurang berminat dan termotivasi, hal ini

(5)

510

ditunjukkan oleh kurangnya kemauan siswa menyelesaikan soal-soal latihan fisika dan juga kurang aktif merespon pertanyaan guru serta sangat jarang mengemukakan ide. Peneliti menyadari dalam pembelajaran lebih sering menggunakan pembelajaran konvensional di dalam kelas dan masih didominasi oleh peneliti. Sehingga menjadikan siswa pasif dalam pembelajaran, siswa siswa lebih banyak mendengar dan menulis materi yang disampaikan oleh peneli. Proses pembelajaran ini menjadikan siswa beranggapan mata pelajaran fisika sebagai pelajaran yang sulit dan sangat membosankan, sehingga berakibat juga rendahnya daya serap siswa terhadap materi pelajaran.

Upaya perbaikan yang dilakukan peneliti mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Pembelajaran melalui model pembelajaran PBL menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Sehingga siswa memiliki ketertarikan untuk terlibat secara langsung dalam memecahkan masalah, mengidentifikasi akar masalah dan kondisi yang diperlukan untuk menghasilkan solusi yang baik, mengajar makna dan pemahaman, dan menjadi pembelajaran mandiri. Dengan demikian siswa akan terlibat aktif dalam proses pembelajaran, baik secara individu mau dalam kelompok. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran akan meningkatkan daya serap siswa terhadap materi pembelajaran. Sehingga melalui penerapan model pembelajaran PBL ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa.

Deskripsi Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning yang akan di observasi oleh observer. Berikut ini dijabarkan proses pelaksanaan penelitian setiap siklus.

Deskripsi Hasil Siklus I Perencanaan

Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan untuk melakukan proses pembelajaran pada siklus I. Dalam tahap perencanaan ini peneliti menyusun silabus dan Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning. Menyiapkan bahan ajar, membuat materi dan Lembar Kerja Siswa (LKS) serta menyiapkan sarana dan prasarana yang dapat mendukung dalam proses pembelajaran. Kemudian peneliti menyusun instrumen pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian berupa soal tes siklus I serta lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Lembar observasi aktivitas guru digunakan untuk mengamti guru mengelola pembelajaran di dalam kelas sesuai yang telah direncanakan di dalam RPP dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning. Lembar aktivitas siswa untuk mengamati aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning.

Tindakan

Pada tahap ini dilakukan tindakan yang merupakan implementasi dari perencanaan. Peneliti melaksanakan pembelajaran dengan dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning yang dibagi menjadi 3 tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan

(6)

511 inti dan kegiatan penutup. Pada siklus I terjadi tiga kali pertemuan, dua pertemuan pertama merupakan pelaksanaan proses pembelajaran dan pada pertemuan ketiga pelaksanaan tes siklus. Adapun data hasil tes siswa pada siklus I disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 1. Hasil Belajar Siswa Siklus I No.

Kode

Siswa L/P Nilai Siswa Keterangan

1 Siswa 1 P 70 Tidak Tuntas

2 Siswa 2 P 80 Tuntas

3 Siswa 3 P 90 Tuntas

4 Siswa 4 P 85 Tuntas

5 Siswa 5 P 80 Tuntas

6 Siswa 6 P 75 Tidak Tuntas

7 Siswa 7 P 80 Tuntas 8 Siswa 8 P 80 Tuntas 9 Siswa 9 P 80 Tuntas 10 Siswa 10 L 80 Tuntas 11 Siswa 11 L 80 Tuntas 12 Siswa 12 P 85 Tuntas

13 Siswa 13 L 75 Tidak Tuntas

14 Siswa 14 L 80 Tuntas 15 Siswa 15 L 80 Tuntas 16 Siswa 16 P 85 Tuntas 17 Siswa 17 P 90 Tuntas 18 Siswa 18 P 80 Tuntas 19 Siswa 19 P 80 Tuntas 20 Siswa 20 P 90 Tuntas 21 Siswa 21 P 85 Tuntas

22 Siswa 22 P 70 Tidak Tuntas

23 Siswa 23 P 80 Tuntas

24 Siswa 24 P 75 Tidak Tuntas

25 Siswa 25 P 80 Tuntas

26 Siswa 26 P 85 Tuntas

27 Siswa 27 L 80 Tuntas

28 Siswa 28 L 80 Tuntas

29 Siswa 29 P 85 Tuntas

30 Siswa 30 P 70 Tidak Tuntas

31 Siswa 31 L 75 Tidak Tuntas

Jumlah 2490

Rata-rata 80,3

(7)

512

Berdasarkan tabel di atas dapat diperhatikan bahwa dari 31 siswa yang mengikuti tes siklus I, siswa yang tuntas berjumlah 24 siswa sedangkan tidak tuntas berjumlah 7 siswa. Persentase siswa yang tuntas yaitu sebesar 77,4% dan tidak tuntas sebesar 22,6%, dengan rata-rata kelas 80, 3. Berdasarkan KKM yang terdapat di SMA Negeri 1 Syamtalira Bayu siswa tuntas secara individual jika memperoleh nilai minimal 80 dan siswa dikatakan tuntas secara klasikal apabila ≥ 85% siswa tuntas secara individual. Berdasarkan kriteria tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I belum mencapai ketuntasan secara klasikal.

Observasi

Observasi Aktivitas Guru

Kegiatan guru selama proses pembelajaran diamati dengan menggunakan lembar observasi oleh observer. Hasil observasi menunjukkan kesesuaian cara mengajar guru dalam menerapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berada dalam kriteria baik. Terjadi peningkatan persentase dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua. Persentase aktivitas guru yang diperoleh pada pertemuan pertama adalah sebesar 67,19% dan meningkat pada pertemuan kedua menjadi 85,94%. Persentase rata-rata keseluruhan yang diperoleh adalah sebesar 76,57%. Dalam hal ini guru sudah menerapkan tahapan-tahapan model pembelajaran PBL dengan baik.

Observasi Aktivitas Siswa

Hasil observasi kegiatan siswa dalam pembelajaran dapat dilihat pada lapiran. Berikut ini adalah tabel rekapitulasi aktivitas siswa siklus I.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

N

o Langkah-langkah PBL

Rata-rata Tiap Langkah Kategori 1 . Menyadari Masalah 74,2% Baik 2 . Merumuskan Masalah 72,59% Baik 3 . Merumuskan Penyelesain 67,75% Cukup 4 . Mengumpulkan informasi 74,2% Baik 5 . Menentukan Pilihan Penyelesaian 67,75% Cukup 6 .

Menyelesaikan permasalahan 73,39% Baik

Rata-rata Keseluruhan 71,65% Baik

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan persentase rata-rata aktivitas siswa sebesar 71,65% dan berada pada kriteria baik. Pada menyadari dan merumuskan masalah persentase yang diperoleh sebesar 74,2% dan 72,59% berada pada kriteria baik. Sedangkan pada merumuskan penyelesaian dan menentukan piliha penyelesaian persentase yang

(8)

513 diperoleh sebesar 67,75% berada pada kriteria cukup. Pada mengumpulakan informasi dan menyelesaikan permasalahan persentase yang diperoleh sebesar 74,2% dan 73,39% berada pada kriteria baik. Dari hasil persentase yang diperoleh diketahui masih ada aktivitas siswa dalam pembelajaran berada pada kriteria cukup.

Refleksi

Pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran PBL pada siklus I sudah berjalan dengan baik, namun masih terdapat beberapa perbaikan yang harus dilakukan. Hasil belajar siswa berdasarkan hasil tes siklus diketahui belum memenuhi indikator penelitian. Indikator yang ditetapkan oleh peneliti yaitu sebesar 85% siswa memliki nilai di atas KKM sekolah tetapi pada siklus I ini hanya mencapai 77,4%. Dalam proses pembelajaran terlihat ada beberapa siswa yang tidak serius/aktif dalam pembelajaran (bercanda) ketika proses pembelajaran berlangsung, sehingga siswa tidak fokus dalam merumuskan penyelesaian masalah. Kemudian siswa belum terbiasa belajar dengan berbasiskan masalah. Sehingga tingkat kreativitas siswa dalam menemukan ide atau kemampuan merancang penyelesaian masalah masih kurang. Selain itu dalam diskusi kelompok hanya sebagaian siswa yang berani mengungkapkan pendapatnya untuk menentukan kemungkinan penyelesaian masalah. Tetapi dalam mencari informasi diperlukan untuk menemukan pemecahan masalah siswa sudah aktif. Begitu juga dalam menyelesaikan permasalah siswa sudah aktif.

Kelemahan yang terdapat pada siklus I ini perlu dilakukan tindak lanjut dalam proses pembelajaran untuk perbaikkan tindakan dan hasil belajar siswa. Adapun perbaikan yang dilakukan guru adalah sebagai berikut:

1) Guru harus lebih aktif memantau siswa agar tidak ada kesempatan siswa untuk beraktivitas lain selain proses belajar.

2) Guru harus lebih kreatif dalam membimbing siswa merumuskan penyelesaian masalah.

3) Memotivasi siswa agar aktif dalam proses pembelajaran dan terbentuk sikap percaya diri dalam mengungkapkan pendapat.

4) Gurus harus menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran PBL dengan baik, sehingga siswa dapat memahami proses pembelajaran yang akan dilakukan.

5) Guru harus memberikan penguatan dan kesempatan bertanya bagi siswa dan kelompok yang mengalami kesuliatan dalam mengerjakan tugasnya ataupun dalam memahami materi pembelajaran.

Melalui perbaikan proses pembelajaran ini pada siklus II, diharapkan akan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.

Diskripsi Hasil Siklus II Perencanaan

Pada tahap ini peneliti kembali melakukan persiapan untuk melakukan proses pembelajaran pada siklus II. Perencanaan siklus ini juga didasarkan hasil refleksi siklus I.

(9)

514

Perencanaan yang dilakukan peneliti menyusun silabus dan Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP) menggunakan model pembelajaran problem based learning. Kemudian peneliti menyiapkan bahan ajar dan materi yang diperlukan dalam proses pembelajaran. Peneliti juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) serta menyiapkan sarana dan prasarana yang dapat mendukung proses pembelajaran. Untuk mengetahui hasil belajar dan aktivitas guru serta siswa, peneliti menyusun instrumen pengumpulan data berupa soal tes siklus II. Kemudian lembar observasi aktivitas guru dan siswa yang digunakan untuk mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung menggunakan model pembelajaran problem based learning.

Tindakan

Pada tahap ini dilakukan tindakan yang merupakan implementasi dari perencanaan. Peneliti melaksanakan pembelajaran dengan dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning yang dibagi menjadi 3 tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Tindakan pembelajaran yang dilakukan pada siklus II sebanyak 3 kali pertemuan. Dua pertemuan pertama merupakan pelaksanaan proses pembelajaran dan pada pertemuan ketiga pelaksanaan tes siklus II. Adapun data hasil tes siswa pada siklus II disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3. Hasil Belajar Siswa Siklus II

No. Kode Siswa L/P Nilai Siswa Keterangan

1 Siswa 1 P 85 Tuntas 2 Siswa 2 P 90 Tuntas 3 Siswa 3 P 100 Tuntas 4 Siswa 4 P 95 Tuntas 5 Siswa 5 P 90 Tuntas 6 Siswa 6 P 80 Tuntas 7 Siswa 7 P 90 Tuntas 8 Siswa 8 P 90 Tuntas 9 Siswa 9 P 85 Tuntas 10 Siswa 10 L 85 Tuntas 11 Siswa 11 L 90 Tuntas 12 Siswa 12 P 95 Tuntas 13 Siswa 13 L 80 Tuntas 14 Siswa 14 L 90 Tuntas 15 Siswa 15 L 85 Tuntas 16 Siswa 16 P 100 Tuntas 17 Siswa 17 P 100 Tuntas 18 Siswa 18 P 90 Tuntas 19 Siswa 19 P 85 Tuntas 20 Siswa 20 P 100 Tuntas 21 Siswa 21 P 95 Tuntas 22 Siswa 22 P 80 Tuntas

(10)

515 23 Siswa 23 P 90 Tuntas 24 Siswa 24 P 80 Tuntas 25 Siswa 25 P 85 Tuntas 26 Siswa 26 P 95 Tuntas 27 Siswa 27 L 90 Tuntas 28 Siswa 28 L 90 Tuntas 29 Siswa 29 P 95 Tuntas 30 Siswa 30 P 85 Tuntas 31 Siswa 31 L 80 Tuntas Jumlah 2770 Rata-rata 89,4 Ketuntasan Klasikal (%) 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diperhatikan bahwa siswa yang tuntas berjumlah 31 orang siswa (100%), artinya semua siswa telah mencapai nilai KKM yang ditetapkan. Berdasarkan perolehan nilai tersebut hasil belajar siswa pada siklus II telah mencapai ketuntasan secara klasikal, karena persentase siswa yang tuntas adalah 100% dengan rata-rata kelas 89,4 dan mengalami peningkatan ketuntasan klasikal sebesar 22,6% dari siklus I.

Observasi

Observasi Aktivitas Guru

Kegiatan guru selama proses pembelajaran di observasi oleh observer menggunakan lembar observasi. Hasil observasi pada siklus II menunjukkan telah terjadi peningkatan presentase dari siklus I. Pada pertemuan pertama persentase yang diperoleh sebesar 90,63% dan pada pertemuan kedua sebesar 98,44%. Persentase rata-rata keseluruhan yang diperoleh adalah sebesar 94,54%. Dalam hal ini menunjukkan cara mengajar guru dalam menerapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model pembelajaran PBL berkriteria sangat baik. Peran guru pada saat pembelajaran tidak mendominasi kelas tetapi memberikan banyak waktu untuk siswa terlibat langsung selama pembelajaran. Sehingga siswa bisa aktif, kreatif dan dapat menyelesaikan masalah yang ada dengan baik dan benar. Observasi Aktivitas Siswa

Hasil observasi kegiatan siswa dalam pembelajaran dapat dilihat pada lapiran. Berikut ini adalah tabel rekapitulasi aktivitas siswa siklus II.

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

N

o Langkah-langkah PBL

Rata-rata Tiap Langkah Kategori 1 . Menyadari Masalah 90,33% Sangat Baik 2 . Merumuskan Masalah 92,09% Sangat Baik

(11)

516 . 4 .

Mengumpulkan informasi 89,52% Sangat Baik

5 . Menentukan Pilihan Penyelesaian 78,23% Baik 6 . Menyelesaikan permasalahan 88,71% Sangat Baik

Rata-rata Keseluruhan 82,92% Sangat Baik

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan persentase rata-rata aktivitas siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus I. Pada siklus II tidak ada lagi aktivitas siswa berada pada kriteria cukup. Persentase rata-rata aktivitas siswa dalam pembelajaran adalah sebesar 82,92%. Berada pada kriteria sangat baik. Pada merumuskan penyelesaian masalah dan menentukan pilihan penyelesaian persentase yang diperoleh sebesar 76,61% dan 78,23% berada pada kriteria baik. Sedangkan untuk aktivitas lainnya, sudah berada pada kriteria sangat baik. Sehingga dapat dikatan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran pada siklus II adalah sudah aktif.

Tahap Refleksi

Pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran PBL pada siklus II sudah berjalan dengan baik. Hasil belajar telah mencapai ketuntasan klasikal, yaitu sebesar adalah 100%. Pembelajaran yang dilakukan guru pada siklus II berada pada kriteria sangat baik. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran juga berada pada kriteria sangat baik. Oleh karena itu dapat di ambil keputusan bahwa penelitan ini tidak lanjut ke siklus selanjutnya.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas melalui penerapan model problem based learning pada mata pelajaran fisika diketahui hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Pada siklus I persentase siswa yang tuntas yaitu sebesar 77,4 % dan yang belum tuntas sebesar 22,6%. Pada siklus semua siswa telah dengan persentase yang diperoleh sebesar 100%. Peningkatan persentase ketuntasan klasikal hasil belajar siswa dari siklus ke siklus II adalah sebesar 22,6%. Aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I, persentase rata-rata keseluruhan yang diperoleh sebesar 76,57% dan pada siklus II sebesar 94,54%. Mengalami peningkatan sebesar 17,97% dari siklus I. Aktivitas siswa pada siklus I, persentase rata-rata yang diperoleh sebesar 71,65% dan pada siklus II sebesar 82,92%. Mengalami peningkatan sebesar 11,27% dari siklus I. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatakan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika di Kelas XII IPA 6 SMA Syamtalira Bayu Tahun Pelajaran 2018/2019.

(12)

517

DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. T. 2010. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning. Jakarta: Prenada Media Grup.

Depdiknas. 2007. Naskah Akademik: Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA. Jakarta: Pusat Kurikulum Depdiknas.

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Kamdi. 2007. Strategi Pembelajaran. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Mundilarto. 2010. Penilaian Hasil Belajar Fisika. Yogyakarta : P2IS. UNY.

Shoimin, Aris. 2014. Model pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media

Sulistyorini, Muhammad Fathurrohman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Teras.

Supriyadi. 2006. Manajemen dan Teknologi Pembelajaran IPA Fisika. Yogyakarta: FMIPA UNY.

Warsono dan Hariyanto. 2012. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Gambar

Tabel 1. Hasil Belajar Siswa Siklus I  No.
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I  N
Tabel 3. Hasil Belajar Siswa Siklus II
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II  N

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulilah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah Nya, tidak lupa shalawat serta salam saya junjungkan kepada Nabi

Elements of these poems had been in my work for a long time, but the first full-fledged and conscious use of the visual cancrizan was in my poem “the snowflakes of giordano

Kondisi Perpustakaan FIS UNJ harus cepat diperbaiki karena sebagai fakultas yang bergerak dalam bidang keilmuan humaniora membuat Perpustakaan harus mampu memenuhi hasrat para

Beradasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 16 responden pada penderita hipertensi derajat 1 dan 16 penderita hipertensi derajat 2 di wilayah kerka UPK

menjalankan fungsi pengurusan ( management) dan fungsi perwakilan ( representative ) sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan (Pasal 92 ayat (1) dan dalam batas

Pupuk P-alam berbagai ukuran submikron (6.458 nm dan 4.669 nm) dan ukuran nano (100 nm) diuji kelarutannya pada dua jenis tanah (Inceptisols Cibinong-Ciomas dan Andisols

Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu menghasilkan sistem klasifikasi massa pada citra mammografi menggunakan kombinasi seleksi fitur, dan LS-SVM, maka

zaključiti da kada raste dohodak, raste i potražnja za novcem. No ponuda je novca zadana, stoga kamatna stopa mora rasti sve dok se dva suprotna učinka potražnje za