• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI TRILOGI KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA DI SD TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN TAMAN SISWA YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI TRILOGI KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA DI SD TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN TAMAN SISWA YOGYAKARTA."

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

i

IMPLEMENTASI TRILOGI KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA DI SD TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN

TAMAN SISWA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Lilik Nugroho NIM 09110244034

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

“Bermimpilah setinggi langit, walaupun kalian tidak mencapai langit setidaknya kalian melewati ribuan bintang”

(Harjunot Ali)

“Jadi diri sediri, cari jati diri sendiri, dan dapat hidup yang mandiri” “Optimis, karena hidup terus mengalir dan kehidupan terus berputar” “Sesekali melihat kebelakang untuk melanjutkan perjalanan yang tiada

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan anugerah-Nya, karya ini ku persembahkan untuk:

1. Nusa, Bangsa, dan Agama

2. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan kasih sayang, do’a di setiap ibadahnya, dorangan moril dan materil salama ini hingga kini penulis berhasil menyusun karya tulis ini.

(7)

vii

IMPLEMENTASI TRILOGI KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA DI SD TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN

TAMAN SISWA YOGYAKARTA

Oleh Lilik Nugroho NIM 09110244034

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengkaji lebih mendalam tentang Implementasi Trilogi Kepemimpinan Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam pendidikan formal yang berfokus: (1) untuk mengetahui penerapan trilogi kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta, (2) untuk mengetahui kendala dan upaya penerapan kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru. Teknik yang digunakan dalam pengambilan data adalah observasi, wawancara, dan dokumen. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data dengan langkah-langkah, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian tentang Implementasi Kepemimpinan Trilogi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta, ditarik kesimpulan; 1) Penerapan kepemimpinan Trilogi Ki Hadjar Dewantara di SD Taman Muda Tamansiswa menerapkan sistem among sebagai sistem pendidikan yang didasarkan asas kemerdekaan dan kodrat alam yang selanjutnya dikembangkan menjadi lima asas pokok yang disebut Pancadarma Taman Siswa yang meliputi asas kemerdekaan atau kebebasan, asas kodrat alam, asas kebudayaan, asas kebangsaan dan asas kemanusiaan; 2) Hambatan yang ditemui dalam menerapkan Trilogi kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara terdapat dua faktor yang diantaranya adalah faktor internal atau faktor yang berasa dari dalam sekolah dan faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar sekolah. Faktor yang berasal dari dalam sekolah meliputi sumber daya manusia dalam hal ini pendidik atau guru, Sarana dan prasarana yang disediakan sekolah, dan kemampuan siswa itu sendiri; 3) Upaya sekolah untuk mengatasai beberapa hambatan adalah dengan mengembangkan sumber daya manusia dalam hal ini pendidik atau guru melalui pembinaan, Diklat pendidikan, dan pemberian tugas tambahan bagi guru.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya yang sungguh tak terkira sehingga penulis diberikan kekuatan serta kesabaran untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Implementasi Trilogi Kepemimpinan Pendidikan Ki Hadjar Dewantara di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta” ini dengan baik dan lancar.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa dukungan serta bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung dan secara tidak langsung. Maka dari itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang ikut serta mensukseskan penyusunan skripsi ini. Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta beserta seluruh jajarannya yang telah memberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi.

2. Bapak Dr. Arif Rohman,M.Si, selaku Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan Prodi Kebijakan Pendidkan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah menyetujui skripsi ini.

3. Ibu Prof. Dr. Farida Hanum, M.Si, selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan pengarahan, nasehat dan bantuannya selama ini.

4. Ibu Dr. Rukiyati, M. Hum, selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini, atas bimbingan, dukungan, bantuan dan kesabarannya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bapak/Ibu seluruh Dosen Program Studi Kebijakan Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya selama masa studi.

(9)

ix

Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Bapak, Ibu, dan adik-adikku serta segenap keluarga tercinta di Klaten yang selalu memberikan do’a dan semangat.

8. Teman-teman Program Studi Kebijakan Pendidikan angkatan 2008, serta teman-teman di Klaten atas dukungan yang diberikan selama ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka segala saran, kritik, dan masukan yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya penulis dan umumnya bagi semua pembaca.

Yogyakarta, 18 Januari 2017 Penulis,

(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Implementasi Kebijakan Pendidikan ... 8

B. Kepemimpinan ... 12

1. Pengertian Kepemimpinan ... 13

2. Kepemimpinan Pendidikan Ki Hajar Dewantara ... 16

C. Penelitian yang Relevan ... 28

D. Kerangka Berfikir ... 31

E. Pertanyaan Penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 33

B. Setting Penelitian ... 34

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 35

(11)

xi

E. Teknik Analisis Data ... 36

F. Keabsahan Data ... 38

G. Instrument Penelitian ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Setting Penelitian ... 41

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 41

a. Visi dan Misi ... 42

b. Profil Sekolah ... 43

c. Profil Pendidik dan Tenaga Kependidikan ... 45

d. Pengkondisian Sarana Prasarana dan Lingkungan Sekolah ... 46

B. Hasil Penelitian ... 49

1. Implementasi Trilogi Kepemimpinan Pendidikan Ki Hadjar Dewantara di SD Taman Muda Tamansiswa ... 49

a. Implementasi Ing NgarsoSung Tuladha ... 49

b. Implementasi Ing Madyo Mangun Karsa ... 55

c. Implementasi Asas Kepemimpinan Tut Wuri Handayani ... 60

d. Manfaat Penerapan Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara ... 63

e. Faktor Pendukung Penerapan Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara ... 65

C. Pembahasan ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN D. Kesimpulan ... 77

E. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(12)

xii

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Wawancara ... 39

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Konsep Trilogi Ki Hadjar Dewantara ... 20

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Catatan Lapangan ... 83

Lampiran 2. Pedoman Observasi, Dokumentasi dan Wawancara ... 94

Lampiran 3. Transkip Wawancara dan Reduksi ... 99

Lampiran 4. Dokumen Foto ... 119

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kepemimpinan pada hakikatnya merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk membina, membimbing, mengarahkan dan mengerakkan orang lain agar dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Sudarwan, 2010: 31). Adapun sekolah ya n g merupakan suatu komunitas pendidikan, yang salah satu esensinya adalah membentuk jiwa kepemimpinan kepada setiap individu di dalam sekolah dalam rangka menuju menjadi manusia yang seutuhnya, yaitu manusia yang baik dan berkarakter. Pengertian baik dan berkarakter mengacu pada norma yang dianut, yaitu nilai-nilai luhur Pancasila yang sepenuhnya terintegrasi ke dalam harkat dan martabat manusia (Sri Sugiharti, 2013: 7).

(16)

2

madya mangun karsa, tut wuri handayani, di dalam Sekolah Taman Siswa mempunyai kebijakan untuk menerapkan kepemimpinan pendidikan mencakup konsep Ki Hadjar Dewantara.

Adanya kenyataan di dunia yang terus mengalami perkembangan, pergaulan hidup antar satu bangsa dengan bangsa lainnya tidak dapat terhindarkan. Pengaruh kebudayaan dari luar semakin mungkin untuk masuk berakulturasi dengan kebudayaan nasional. Oleh karena itu, seperti dianjurkan Ki Hadjar Dewantara, haruslah bisa memilih mana yang baik untuk menambah kemuliaan hidup dan mana kebudayaan luar yang akan merusak jiwa rakyat Indonesia dengan selalu mengingat: semua kemajuan di lapangan ilmu pengetahuan harus terorientasikan dalam pembangunan martabat bangsa (Sri Sugiharti, 2013: 10).

(17)

3

Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin seharusnya dalam praktek

sehari-hari selalu berusaha memperhatikan dan mempraktekkan delapan

fungsi kepemimpinan di dalam kehidupan sekolah, yaitu ; (1) kepala sekolah

harus bertindak arif, bijaksana, adil, tidak ada pihak yang dikalahkan atau

dianakemaskan; (2) Saran dari kepala sekolah sangat diperlukan, sehingga

akan menambah semangat, rela berkorban, rasa kebersamaan dalam

melaksanakan tugas masing-masing; (3) Kepala sekolah harus bertanggung

jawab untuk memenuhi atau menyediakan dukungan yang diperlukan oleh

para guru, staf, dan siswa, baik berupa dana, peralatan, waktu, bahkan

suasana yang mendukung; (4) Kepala sekolah harus menjadi katalisator atau

mampu menimbulkan dan menggerakkan semangat para guru, staf dan siswa

dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan; (5) Kepala sekolah harus

dapat menciptakan rasa aman di dalam sekolah; (6) Kepala akan menjadi

pusat perhatian , oleh karena itu penampilan seorang kepala sekolah harus

selalu dijaga integritasnya, terpercaya, dihormati sikap perilakunya; (7)

Kepala sekolah harus selalu membangkitkan semangat, percaya diri para guru

dan memahami siswa; (8) Kepala sekolah harus selalu dapat menghargai

apapun yang dihasilkan oleh para mereka yang diberi tanggung jawab

(Wahjosumidjo, 2010: 106-109).

(18)

4

kepemimpinan, yaitu Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani (membimbing dengan keteladanan, membina dengan membangun kehendak, dan mendorong kreativitas dengan memberikan kekuatan). Trilogi kepemimpinan ini sangat baik jika diterapkan oleh kepala sekolah dalam memimpin anggotanya untuk lebih meningkatkan kinerja anggota sehingga akan memberikan kemajuan pada perkembangan sekolah (Sri Sugiharti, 2013:2).

Berdasarkan pra penelitian dapat diketahui bahwa SD TAMAN MUDA Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta sudah melaksanakan kemimpinan pendidikan dan konsep triologi Ki Hadjar Dewantara. Dedikasi SD TAMAN MUDA Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta dalam konsep triologi sudah melibatkan Kepala Sekolah, Guru, dan murid. Sehingga SD TAMAN MUDA Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta terlihat lebih tertib, teratur, dan lebih disiplin dibandingkan sekolah dasar yang lain

Berdasarkan pertimbangan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti Implementasikan Trilogi Kemimpinan Pendidikan Ki Hajar Dewantara di SD TAMAN MUDA Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti dapat mengidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Pembelajaran di sekolah pada era global ini lebih menekankan pada transfer pengetahuan.

(19)

5 C. Batasan Masalah

Mengingat keterbatasan kemampuan peneliti dan luasnya cakupan dalam permasalahan, maka penelitian ini difokuskan pada Implementasi Trilogi Kepemimpinan pendidikan ki Hadjar Dewantara di SD TAMAN MUDA Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, peneliti merumuskan masalah-masalah yang akan dibahas di dalam penelitian, antara lain:

1. Bagaimanakah Implementasi Trilogi Kepemimpinan Pendidikan Ki Hadjar Dewantara di SD TAMAN MUDA Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta?

2. Apa saja kendala dan upaya untuk mengatasi dalam Implementasi Trilogi Kepemimpinan Pendidikan Ki Hadjar Dewantara di SD TAMAN MUDA Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan:

1. Implementasi Trilogi Kepemimpinan Pendidikan Ki Hadjar Dewantara di SD TAMAN MUDA Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta.

(20)

6 F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi banyak pihak antara lain: 1. Manfaat Teoritis

a. Dapat dijadikan sebagai referensi untuk informasi konsep tentang implementasi kebijakan dan evaluasi pendidikan terutama pada mata kuliah evaluasi pendidikan serta masukan dalam studi evaluasi dari pelaksanaan suatu program atau kebijakan yang sedang dijalankan. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah

Sebagai bahan masukan dan informasi terkait dengan Implementasi Trilogi Kepemimpinan pendidikan Ki Hadjar Dewantara di SD TAMAN MUDA Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta.

b. Bagi peneliti

Sebagai pengembangan pengetahuan dalam penelitian tentang Implementasi Trilogi Kepemimpinan Pendidikan Ki Hadjar Dewantara di SD TAMAN MUDA Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta.

c. Bagi Dinas Pendidikan atau Pengambil Kebijakan

(21)

7 d. Bagi Program Studi

(22)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Implementasi Kebijakan Pendidikan

Implementasi mempunyai banyak makna menurut para pandangan ahli, karena proses implementasi berlangsung lebih rumit dan kompleks dibandingkan dengan perumusannya. Implementasi berarti menyediakan sarana untuk melaksanakan suatu kebijakan dan dapat menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu tertentu. Adapun definisi implementasi kebijakan yang dikemukankan oleh para ahli sebagai berikut;

“Menurut Van Meter dan Van Horn, implementasi kebijakan sebagai keseluruhan tindakan yang dilakukan oleh individu-individu, pejabat-pejabat atau kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan terlebih dahulu” (Arif Rohman, 2009: 134).

Adapun definisi implementasi kebijakan lain dikemukakan oleh M. Grindle sebagai berikut;

“M. Grindle mengemukakan bahwa implementasi mencakup tugas-tugas membentuk suatu ikatan yang memungkinkan arah suatu kebijakan dapat direalisasikan sebagai hasil dari aktivitas pemerintah” (Arif Rohman, 2009: 134).

(23)

9

pengoperasian program tersebut adalah: (1) pengorganisasian, pembentukan atau penataan kembali sumberdaya, unit-unit serta metode untuk menjalankan program agar bisa berjalan; (2) interpretasi, yaitu aktivitas yang menafsirkan agar program menjadi rencana dan pengarahan yang tepat dan dapat diterima serta dilaksanakan; (3) aplikasi, berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, pembayaran, atau lainnya yang disesuaikan dengan tujuan atau perlengkapan program.

Dari paparan tersebut, nampak bahwa proses implementasi kebijakan pendidikan merupakan proses yang tidak hanya menyangkut dari perilaku-perilaku badan admisnistratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada kelompok sasaran (target groups), melainkan juga menyangkut faktor-faktor hukum, politik, sosial yang langsung atau tidak langsung, dan berpengaruh terhadap perilaku dari berbagai pihak yang terlibat dalam program. Dimana semuanya itu menunjukkan secara spesifik dari proses implementasi yang sangat berbeda dengan proses formulasi kebijakan pendidikan.

(24)

10 a. Standar dan Sasaran Kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terstruktur sehingga dapat direalisir. Apabila standar sasaran kebijakan kabur, akan terjadi multiinterpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara para agen implementasi.

b. Sumberdaya

Implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya baik sumberdaya manusia maupun sumberdaya non-manusia.

c. Hubungan antar Organisasi

Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.

d. Karakteristik Agen Pelaksana

Karakteristik agen pelaksana mencakup struktur birokrasi dan pola-pola lingkungan yang terjadi dalam birokrasi yang akan mempengaruhi implementasi suatu program.

e. Kondisi Sosial, politik dan ekonomi

(25)

11

bagaimana sifat opini politik yang ada di lingkungan, dan apakah elite politik mendukung implementasi kebijakan.

f. Disposisi implementasi

Disposisi implementasi mencakup tiga hal penting, yakni: (1) Respon implementasi terhadap kebijakan yang akan mempengaruhi kemauannya untuk melakukan kebijakan; (2) Kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan; (3) Intensitas disposisi implementator, yakni prefensi nilai yang dimiliki oleh implementator.

(26)

12

kebijakan. Keempat sturuktur birokrasi yaitu berkenaan dengan kesesuaian organisasi birokrasi menjadi penyelenggara implementasi kebijakan publik. Tantangannya adalah bagaimana agar tidak terjadi bureaucratic fragmentation, karena ini menjadikan proses implementasi menjadi jauh dari efektif. Dari kedua tahapan menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam tahapan implementasi sangat memerlukan variabel-variabel yang jelas dan telah terstruktur dengan baik.

(27)

13

guna; (3) pendekatan perilaku, yaitu meletakkan dasar semua orientasi dari kegiatan implementasi kebijakan pada perliaku manusia sebagai pelaksana bukan pada organisasinya sebagaimana pendekatan struktural atau pada teknik manajemennya sebgaimana pendekatan prosedural dan manajerial; (4) pendekatan politik, lebih melihat pada faktor-faktor politik atau kekuasaan yang dapat memperlancar atau menghambat porses implementasi kebijakan.

2. Kepemimpinan

a. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan berasal dari kata pimpin. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan ke-pemimpinannya.

(28)

14

mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni memengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok.

Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisai karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi tersebut. C. Turney (1992) dalam Martinis Yamin dan Maisah (2010: 74) mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu group proses yang dilakukan oleh seseorang dalam mengelola dan menginspirasikan sejumlah pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi melalui aplikasi teknik-teknik manajemen.

(29)

15

Sudarwan Danim (2004: 56) mengatakan kepemimpinan adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok yang tergabung di dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun pendapat lain menyatakan bahwa pemimpin adalah seseorang yang mempengaruhi orang lain/ sekelompok orang untuk mengerahkan usaha bersama, guna mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan (Ary H. Gunawan, 2008:218).

Kepemimpinan adalah proses pemberian bimbingan atau teladan dan pemberian jalan yang mudah (fasilitas) daripada pekerjaan orang-orang yang terorganisir dalam organisasi formal guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sejalan dengan Sudarwan Danim, 2010: 6, yang menyatakan bahwa kepemimpian adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasikan dan memberi arah kepada individu atau kelompok yang tergabung di dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditentukan sebelumnya.

3. Kepemimpinan Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

(30)

16 a. Trilogi Ki Hadjar Dewantara

Konsep Trilogi Ki Hadjar Dewantara yang digunakan sebagai pijakan pemimpin di Taman Siswa yakni Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Trilogi Ki Hadjar Dewantara. Adapun akan dijelaskan mengenai masing-masing trilogi dari ki Hadjar Dewantara sebagai berikut:

1) Ing Ngarso Sung Tuladha

Ing Ngarso Sung Tuladha secara harfiah berarti bahwa pemimpin yang berada di depan hendaknya memberi contoh. Sung berasal dari kata asung yang dalam bahasa Jawa berarti memberi. Dalam kalimat tersebut Ki Hadjar Dewantara berpesan agar sung itu diartikan menjadi, karena antara memberi dan menjadi mempunyai makna yang berbeda.

(31)

17 2) Ing Madya Mangun Karsa

Ing Madya artinya di tengah-tengah. Mangun berarti membangkitkan atau menggugah dan Karsa diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat. Makna dari Ing Madya Mangun Karsa adalah seseorang di tengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat.

Ing Madya Mangun Karsa mengandung arti bahwa seorang pemimpin jika di tengah-tengah pengikutnya harus mampu memberi motivasi agar semua bisa mempersatukan semua gerak dan perilaku secara serentak untuk mencapai tujuan bersama.

(32)

18

Tut Wuri artinya mengikuti dari belakang dan handayani berarti memberikan dorongan moral atau dorongan semangat, sehingga artinya Tut Wuri Handayani ialah seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Tut Wuri Handayani berarti bahwa pemimpin harus sanggup memberi kemerdekaan kepada para pengikutnya dengan perhatian sepenuhnya untuk memberikan petunjuk dan pengarahan jika kemerdekaan yang diberikan akan membahayakan dari para anggota. Kemerdekaan diberikan pemimpin melalui tanggung jawab kepada yang dipimpin, memberikan kesempatan kepada mereka untuk memperlihatkan kemampuannya dan sebagai pemimpin ia berdiri dibelakang, tetap waspada dan sikap turun tangan jika diperlukan.

Berdasarkan penjabaran konsep trilogi Ki Hadjar Dewantara di atas maka untuk mempermudah dalam memahaminya dapat dibuat bagan sebagai berikut:

KELOMPOK

KEL OM POK

KELOMPOK

P

P

P

T

T

T

Tut Wuri Handayani

Ing Ngarsa Sung

Tuladha

(33)

19

Gambar. 1. Konsep Trilogi Ki Hadjar Dewantara Keterangan :

P : Pemimpin T : Tujuan

b) Tujuan Trilogi Kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara

Dewantara, 1964 (dalam Wenti Suparti, 2013: 62) berpendapat tujuan trilogi kepemimpinan Ki Hajar Dewantara adalah sebagai berikut:

1) Mencapai Hidup Tertib Dan Damai

Manusia merdeka lahir dan batin yang dikehendaki adalah individu yang merdeka perasaannya dan merdeka perbuatannya. Masyarakat tertib damai sebagai tujuan merupakan salah satu pergaulan hidup manusia yang tata tertib dan teratur. Tidak hanya dari fisiknya saja yang tenang dan tertib sedangkan jiwanya tertekan pada kebebasan tetapi tata dan tertib dengan sukarela, tentram dan damai.

(34)

20

Tertib yang sebenarnya tidak akan ada jika tidak ada damai antara manusia itu, hanya mungkin ada dalam keadilan sosial sebagai wujud berlakunya kedaulatan adab kemanusiaan yang menghilangkan segala rintangan manusia terhadap sesamanya dalam syarat-syarat kehidupannya serta menjamin tertibnya syarat hidup lahir batin, sama rata dan sama rasa. 2) Membentuk Manusia yang Merdeka

Sistem yang diterapkan oleh Belanda yaitu sistem untuk meningkatkan orde ini terdapat keganjilan. Terutama dalam prakteknya dimana anak dijadikan budak yang bisa mereka atur sekehendak mereka, maka didikan yang sedemikian itu sebagai perkosaan atas kehidupan batin anak sehingga budi pekertinya rusak disebabkan selalu hidup di bawah paksaan dan hukuman yang biasanya tidak setimpal dengan kesalahannya. Kalau meniru cara seperti Belanda tidak akan bisa membentuk orang yang mempunyai kepribadian.

(35)

21

Ki Hadjar Dewantara menawarkan konsep trilogi kepemimpinannya yang bersifat memanusiakan manusia dengan cara membentuk karakter pribadi (berakhlak mulia) untuk dapat menjadi teladan, keterampilan pemimpin untuk dapat membangun semangat kemauan dan selanjutnya dapat mendorong dengan memerdekakan anak didik untuk berkreatifitas dengan tetap memberi kekuatan.

Pandangan Ki Hadjar Dewantara mengimplisitkan landasan tugas pamong adalah mengacu kepada pemulihan harkat dan martabat manusia (anak) dan diarahkan kepada bakat dan kodratnya. Hal ini berarti bahwa pamong bersikap menuntun dan memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan kreatifitas yang memberikan faedah bagi tumbuhnya anak.

c) Prinsip Trilogi Ki Hadjar Dewantara 1) Prinsip Keteladanan

Yang dimaksud keteladanan yaitu setiap saat atau setiap kesempatan menjadi contoh atau suri tauladan. Pamong senantiasa diharapkan untuk selalu bertutur kata dan bertingkah laku baik untuk menjadi panutan bagi orang yang dipimpinnya.

(36)

22

(diteladani) tidak diragukan keberadaannya. Ki Hadjar Dewantara mengingatkan pula bahwa di dalam hal laku pendidikan termasuk syarat yang berat. Pamong harus menguasai diri sendiri serta mengatur hidupnya untuk dapat dicontohkan oleh orang-orang yang ada di bawah pimpinannya.

Memang ada suatu kenyataan bahwa orang banyak/massa itu sebenarnya selalu membutuhkan tuntunan dari seorang pemimpin yang ditaati dan dipatuhi. Keteladanan ini diibaratkan dalam peribahasa Belanda yang berbunyi Woorden wekken, voorbeelden trekken yang mempunyai arti kata-kata itu menyadarkan, contoh-contoh teladan itu menarik. Hal ini memberikan pengertian bahwa tingkah laku dan sikap yang dilakukan oleh pemimpin lebih berarti dan lebih diperhatikan oleh bawahannya daripada nasehat yang selalu diucapkannya.

(37)

23

Dalam suatu kepemimpinan, masalah partisipasi setiap staf pada setiap usaha lembaga dipandang sebagai kepentingan yang mutlak. Pemimpin dengan berbagai usaha mencoba membangkitkan kesadaran setiap stafnya agar mereka merasa dan rela ikut bertanggungjawab dan selanjutnya aktif ikut serta dalam pelaksanaan program pendidikan. Berhasilnya pemimpin dalam menimbulkan minat, kemauan dan kesadaran bertanggungjawab pada setiap staf akan meningkatkan partisipasi mereka.

Ki Hadjar Dewantara mengajarkan dengan Tringa yaitu ngerti-ngrasa-nglakoni (mengerti, merasakan dan melakukan). Setiap cita-cita kita diperlukan pengertian, kesadaran dan kesungguhan dalam pelaksanaannya, tahu dan mengerti saja tidak cukup dan tidak ada artinya kalau tidak dilaksanakan dan memperjuangkannya. Pemimpin dituntut untuk ikut aktid tidak hanya menyuruh orang yang dipimpinnya.

(38)

24 3) Prinsip kooperatif

Adanya partisipasi dari para staf belum berarti bahwa kerja sama diantara mereka telah terjalin dengan baik. Kerja sama merupakan interaksi sosial antara individu atau kelompok yang secara bersama – sama mewujudkan kegiatan untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama itu tidak hanya berlangsung antara orang – orang yang berada dalam lembaga atau sekolah tetapi juga diperluas dengan mereka yang berada di luar lembaga, yang ikut berkepentingan untuk keberhasilan program pendidikan. Di dalam prinsip ini Kepala Sekolah harus mementingkan kerjasama dengan staf dan pihak lain dalam melaksanakan kegiatan sekolah. Hal ini merupakan buah dari Ing Madya Mangun Karsa.

4) Prinsip Kebebasan

(39)

25

Ki Hadjar Dewantara juga memberikan contoh yang sangat sederhana mengenai pelaksanaan kebebasan yang dimisalkan dengan radio. Setiap orang boleh disukainya. Namun harus ingat kepada kepentingan orang lain, yaitu tidak menyembunyikan dengan suara keras yang memecahkan telinga. Apalagi kalau ada tetangga atau orang lain yang sedang tidur, istirahat dan sebagainya yang memerlukan suasana tenang.

Dengan demikian kebebasan diri juga berarti dapat memelihara kebebasan orang lain, tidak menyusahkan atau merepotkan orang lain. Batas kebebasan itu diatur oleh norma-norma masyarakat, nilai peraturan-peraturan dan hukum yang berlaku wajib ditaati. Hal ini berarti manusia bebas harus dapat mengendalikan diri, tepo selira dan mengatur diri sendiri secara disiplin mematuhi segala peraturan. Prinsip ini sesuai dengan konsep Tut Wuri Handayani.

c) Fungsi Trilogi Ki Hadjar Dewantara 1) Mengganti sistem pendidikan barat

(40)

26

yang dikenal dengan Trilogi Kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara. Trilogi kepemimpinan diharapkan dapat mengganti sistem Belanda yang mendidik dengan memaksa seperti majikan dengan budak, tanpa mengetahui kemampuan individu sehingga tidak dapat mengembangkan kreatifitas yang dimiliki. Sistem Belanda yang tidak sesuai dengan kultur di Indonesia memang seharusnya dihilangkan.

2) Sebagai sarana mengembangkan potensi kodrati anak Konsep ini menjaga kelangsungan kehidupan batin si anak dan tidak ada paksaan, tetapi juga tidak membiarkan anak-anak. Pamong harus mengamati agar anak-anak tumbuh menurut kodratnya. Setiap anak pasti mempunyai potensi yang tertanam pada masing-masing individu yang digali untuk dapat dikembangkan. Melalui Trilogi Ki Hadjar Dewantara pengembangan potensi dapat dikembangkan dengan memberi motivasi (Ing madya Mangun Karsa) dan kebebasan untuk hidup mandiri (Tut Wuri Handayani).

B. Penelitian yang Relevan

(41)

27

beberapa penelitian terdahulu sebagai bahan acuan dari hasil penelitian. Adapun hasil penelitian tersebut adalah:

(42)

28

Penelitian oleh Nilam Widyarini tahun 2010 yang berjudul “Kepemimpinan spiritual untuk kejayaan Indonesia (Mengungkap

relevansi konsep kepemimpinan spiritual dari fry dengan kepemimpinan

(43)

29

mengaktualisasikan nilai-nilai pribadinya yang etis (luhur) untuk kebaikan bersama.

Prinsip kepemimpinan yang menggerakan orang-orang untuk mencapai tujuan bersama melalui motivasi intrinsik seperti itu telah digariskan oleh Ki hadjar Dewantara melalui kepemimpinannya di Taman Siswa sejak tahun 1922. Kepemimpinan yang diterapkan dalam organisasi pendidikan itu rupanya tetap relevan untuk kondisi saat ini dan untuk berbagai jenis organisasi, termasuk organisasi pemerintah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa berdasarkan kesesuaian kepemimpinan Taman Siswa tersebut dengan kepemimpinan spiritual yang dikonsepkan oleh Fry untuk menyongsong abad 21.

Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Wenti Suparti dan Nilam Widyarini di atas, diketahui bahwa belum ada penelitian penelitian tentang implementasi kepemimpinan trilogi pendidikan ki Hadjar Dewantara di SD TAMAN MUDA Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta.

C. Kerangka Berpikir

(44)

30

merupakan salah satu perguruan yang didirikan dan menganut ajaran Trilogi kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara.

Trilogi kepemimpinan tersebut memiliki arti Ing Ngarsa Sung Tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik). Ing Madya Mangun Karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan Tut Wuri Handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan).

Sudah waktunya guru-guru meninggalkan metode lama mengajar yang hanya sekadar melaksanakan tuntutan tugas dan mengejar target kurikulum semata, sehingga tidak memiliki idealisme menjadi seorang pendidik. Tinggalkan mengajar tanpa dilandasi hakikat dari mengajar itu sendiri.

(45)

31

Gambar 2. Kerangka berpikir D. Pertanyaan Penelitian

Dari skema kerangka berpikir penelitian, peneliti selanjutnya merumuskan pertanyaan penelitiannya sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi Ing Ngarsa Sung Tuladha di SD TAMAN MUDA Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta?

2. Bagaimana implementasi Ing Madya Mangun Karsa di SD TAMAN MUDA Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta?

3. Bagaimana implementasi Tut Wuri Handayani di SD TAMAN MUDA Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta?

4. Apa sajakah yang menjadi faktor pendukung dalam Implementasi Trilogi Kepemimpinan pendidikan Ki Hadjar Dewantara di SD TAMAN MUDA Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta?

Implementasi Trilogi Kepemimpinan Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

SD TAMAN MUDA Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta (Perguruan dari Ki

Hadjar Dewantara)

Penerapan Ing Ngarsa Sung

Tuladha

Penerapan Ing Madya Mangun

Karsa

(46)

32

(47)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif jenis deskriptif yang bertujuan memberikan penjelasan mendalam mengenai implementasi trilogi kepemimpinan pendidikan ki Hadjar Dewantara di SD TAMAN MUDA Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala atau

keadaan (Suharsimi Arikunto, 2003: 310). Dengan pendekatan kualitatif deskriptif, peneliti bermaksud mendeskripsikan, menggambarkan dan menguraikan bagaimana implementasi trilogi kepemimpinan pendidikan ki Hadjar Dewantara di SD TAMAN MUDA Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta.

B. Setting Penelitian

(48)

34 C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian memiliki kedudukan yang sangat sentral dalam penelitian, karena pada subjek penelitian itulah data tentang variabel yang diteliti berada dan diamati oleh peneliti (Suharsimi Arikunto, 2003: 119). Adapun yang akan menjadi subjek dalam penelitian ini antara lain; (1) Kepala Sekolah SD TAMAN MUDA Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta; (2) Guru dan Tenaga Kependidikan, untuk mencari data tentang implementasi kepemimpinan pendidikan menurut ki Hadjar Dewantara, untuk mencari informasi tentang implementasi trilogi kepemimpinan pendidikan ki Hadjar Dewantara dan juga proses, metode, hasil dari ajaran kepemimpinan pendidikan di sekolah.

D. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Suharsimi Arikunto (2010: 266) membagi metode pengumpulan data menjadi lima bagian yaitu metode tes, penggunaan angket, penggunaan metode interview, penggunaan metode observasi, dan penggunaan metode dokumen. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara mendalam dan dokumen.

a. Observasi

(49)

35

observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih. Dalam penelitian ini observasi dilakukan dengan cara melihat proses pembelajaran yang berlangsung, metode guru ketika memberikan materi, keadaan peserta didik ketika di dalam kelas, dan lingkungan di sekitar sekolah.

b. Wawancara

Moleong (2007: 186) mendeskripsikan wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Sedangkan menurut Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2008: 72) mengungkapkan wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan cara mewawancarai kepala sekolah SD TAMAN MUDA Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta, guru dan tenaga kependidikan SD TAMAN MUDA Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta, dan peserta didik SD TAMAN MUDA Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta.

c. Dokumen

(50)

36

mengumpulkan foto-foto, yang berupa penerapan dari ajaran Ki Hajar Dewantara tentang Kepemimpinan Pendidikan.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data, merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Miles and Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Adapun metode yang digunakan adalah analisis model interaktif (Interactive Model of Analysis) sebagai berikut:

Gambar 3. Skema Metode Analisis Model Interaktif Sumber: Miles and Huberman (2007)

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Reduksi Data

(51)

37 a. Data Reduction (Reduksi data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama peneliti berada dilapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

b. Data Display (Penyajian data)

Setelah data reduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

c. Drawing Conclusion /verification (Kesimpulan)

(52)

38

tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

F. Keabsahan Data a. Triangulasi Data

Dalam bukunya Sugiyono (2011: 372-374) triangulasi data digunakan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Triangulasi data terdapat dua macam, yaitu:

1) Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang diperoleh dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan yang spesifik. 2) Triangulasi Teknik

(53)

39 G. Instrumen Penelitian

Sedangkan yang digunakan sebagai alat atau instrument dalam penelitian ini sesuai dengan fokus penelitian yaitu peneliti sendiri yang telah dibantu dengan menggunakan pedoman observasi, wawancara, dokumen. Instrumen tersebut disusun berdasarkan fokus penelitian yakni, implementasi trilogi kepemimpinan pendidikan ki Hadjar Dewantara di SD TAMAN MUDA Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta.

Adapun kisi-kisi untuk penyusunan pedoman observasi, wawancara, dan dokumentasi adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara No

.

Indikator

1. Penerapan ajaran kepemimpinan pendidikan “Ing Ngarsa Sung Tuladha” di SD TAMAN MUDA Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta 2. Penerapan ajaran kepemimpinan pendidikan “Ing Madya Mangun Karsa”

di SD TAMAN MUDA Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta 3. Penerapan ajaran kepemimpinan pendidikan “Tut Wuri Handayani” di

SD TAMAN MUDA Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta 4. Strategi dalam memanfaatkan faktor pendukung dan mengurangi

factor penghambat

Tabel 2. Kisi-Kisi Pedoman Observasi

No. Indikator

1. Keadaan umum SD TAMAN MUDA Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta

2. Interaksi Kepala Sekolah, guru

(54)

40

Tabel 3. Kisi-Kisi Pedoman Kajian Dokumen

No. Aspek Yang Di Amati Indikator 1. Aspek Sekolah  Sejarah Sekolah

 Visi dan visi

 Data guru

 Data siswa

(55)

41 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Setting Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian

SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa terletak di Jl. Tamansiswa Nomor 25, Desa Wirogunan, Kecamatan Mergangsan, Kotamadya Yogyakarta. Selokah ini merupakan sekolah dasar swasta dari yayasan Majelis Ibu Pawiyatan Tamansiswa yang telah berdiri sejak tahun 1922 dan mulai beroprasi pada tahun 1923. Sekolah ini berada pada kawasan yang kental nuansa pendidikan dan seni budaya. SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa berada satu kompleks dengan Taman Indriya (TK) dan Taman Madya (SMP) dari yayasan yang sama serta gedung kuliah Jurusan Seni Rupa Universitas Sarjanawiayata Tamansiswa. Selain itu di kompleks perguruan Tamansiswa ini juga terdapat Museum Budaya Dewantara Kirti Griya dan Pendopo Agung Tamansiswa yang biasa digunakan masyarakat umum.

(56)

42

swasta SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa ini merupakan salah satu sekolah swasta yang memiliki akreditasi A sejak tahun 2009 yang memperhatikan kualitas peserta didiknya terutama dalam hal budi pekerti dan nilai-nilai budaya.

Dalam mencapai pembelajaran maksimal diperlukan tenaga pendidik dan kependidikan yang berkompeten. Berikut ini data pendidik dan tenaga kependidikan yang ada di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa.

a. Visi Dan Misi 1) Visi

Menjadi Sekolah Bermutu, Berbasis Seni Budaya Dan Pendidikan Budi Pekerti Luhur

2) Misi

a) Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang efektif, efisien dan terukur untuk mewujudkan pendidikan bermutu

b) Menyelenggarakan pendidikan kesenian dan penanaman nilai – nilai budaya untuk mewujudkan pendidikan berbasis seni budaya

(57)

43 3) Tujuan

a) Meningkatkan mutu pembelajaran dengan meningkatkan kemampuan pamong, baik kompetensi akademik maupun profesionalismenya, yang diharapkan pada gilirannya mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.

b) Memenuhi 8 (delapan) aspek standar nasional pendidikan secara bertahap, dengan tekanan melengkapi sarana dan prasarana pendidikan, tersedianya dana operasional yang cukup, serta membuka peluang peran serta masyarakat secar proporsional.

c) Implementasi secara intergral nilai-nilai budi pekerti luhur dan konsep-konsep Ketamansiswaan dalm pembelajaran khususnya, dan pendidikan pada umumnya.

d) Menyiapkan peserta didik dengan bekal yang cukup untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. b. Profil Sekolah

Nama : SD TAMAN MUDA IBU

PAWIYATAN TAMANSISWA

NSS : 102046012006

NPSN : 20403357

Status : Swasta

(58)

44 Tahun beroperasi : 1923

Alamat sekolah : Jl. Tamansiswa No 25 Yogyakarta 55151

No. Telp : ( 0274 ) 388546

E-mail : sdtamanmudaip@yahoo.com Desa / Kelurahan : Wirogunan

Kecamatan : Mergangsan Kabupaten/kota : Yogyakarta

Propinsi : Daerah Istimewa Yogyakarta

c. Profil Pendidik dan Tenaga Kependidikan

SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa memiliki tenaga pendidik yang mengampu berjumlah 18 orang yang terdiri dari 5 pendidik PNS, 2 pendidik yayasan, 12 pendidik honorer dan satu pendidik tambahan. Dalam pelaksanaan tugasnya pendidik dibantu oleh tenaga kependidikan yaitu 3 karyawan serta 2 pesuruh atau tukang kebun. Pendidik di sekolah ini kebanyakkan merupakan tenaga tidak tetap atau honorer. Tapi meskipun begitu pendidik disekolah ini memiliki kemampuan yang memadahi karena seluruh pendidik di sekolah ini sudah menempuh minimal jenjang pendidikan S1.

(59)

45

computer, vokal, dan seni lukis yang memang membutuhkan orang yang ahli dibidangnya. Jumlah total peserta didik SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa pada tahun ajaran 2014/2016 sebanyak 125 anak yang terbagi dalam 6 kelas. Jumlah masing-masing peserta didik pada tiap kelas adalah 22 anak di kelas I, 23 anak di kelas II, 16 anak di kelas III, 15 anak di kelas IV, 15 anak di kelas V, dan 34 anak di kelas VI. Masing-masing kelas hanya terdapat satu rombongan belajar.

d. Pengkondisian Sarana Prasarana dan Lingkungan Sekolah

Pemaksimalan penyelenggaraan pendidikan berbasis budaya juga didukung oleh pengkondisian sarana prasarana dan lingkungan sekolah dengan baik. Terdapat berbagai sarana dan prasarana dari milik sekolah sendiri maupun dari yayasan yang digunakan dalam kegiatan pendidikan. Dari hasil observasi yang terlampir pada data sarana prasarana dari SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa, sarana pendukung yang digunakan oleh sekolah ini adalah satu set gamelan milik yayasan, LCD proyektor, tape recorder dan speaker. Berbagai sarana ini dalam kondisi baik dan sering digunakan pada pembelajaran. Sedangkan prasarana yang sering digunakan menunjang pelaksanaan pendidikan berbasis budaya Jawa antara lain:

1. Ruang Kelas

(60)

46

berada dilantai atas. Ruangan kelas tergolong kondusif dengan jumlah meja dan kursi yang lebih, biasanya digunakan untuk pendamping peserta didik ABK. Selain itu, di dalam ruang kelas terdapat papan tulis, papan pajangan karya dan berbagai referensi buku pelajaran yang mendukung proses. Program-program pendidikan berbasis budaya Jawa yang dilaksanakan diruang kelas antara lain adalah pelajaran seni suara daerah, pelajaran batik ekstra kulikuler bahasa Jawa dan ekstra kulikuler dolanan anak. Terkadang ruang kelas juga digunakan untuk pelajaran tari. 2. Halaman sekolah

Halaman sekolah SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa cukup luas berada tepat di depan sekolah. Halaman ini biasa digunakan untuk kegiatan program dolanan anak dan berolahraga

3. Pendopo Agung Tamansiswa

(61)

47

fasilitas umum sehingga apabila pendopo ini sedang digunakan terpaksa program-program tersebut dilaksanakan diruangan alternatif atau bahkan diliburkan jika memang tidak memungkinkan.

4. Interaksi antar kepala sekolah dan guru

Dari situasi di sekolah aspek kepala sekolah sangat berperan banyak bagi guru, dimana kepala sekolah mengayomi guru agar tercipta keadaan yang kondusif, sehingga guru tentram melakukan kewajibannya seperti mengajar, seperti yang saya observasi di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan, interaksi kepala sekolah sangatlah bagus, saat guru ingin berdiskusi tentang kegiatan ekstrakulikuler dan masukan-masukan lain untuk siswa, terlihat tidak canggung untuk membahasnya, dan kepala sekolah sangat terbuka dengan guru, para guru juga tidak segan mengobrol yang tidak termasuk dalam lingkup sekolah. Dari kegiatan guru di sekolah selain mengajar, juga mengayomi siswa saat istirahat contohnya siswa mengadu ketika ada siswa yang jahil.

(62)

48

punakawan dan pandawa dalam pewayangan Jawa yang ditulis menggunakan tulisan Jawa atau aksara Jawa pada tiap ruangan. Fasilitas ini bisa digunakan peserta didik untuk belajar.

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti melalui wawancara mendalam dan observasi tentang implementasi kepemimpinan pendidikan di SD Taman Muda Tamansiswa didapatkan data sebagai berikut:

2. Implementasi Kepemimpinan Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara di SD Taman Muda Tamansiswa

a. Implementasi Ing Ngarso Sung Tuladha

Ing Ngarso Sung Tuladha memiliki arti bahawa sebagai seorang pemimpin ketika berada di depan harus dapat menjadi contoh bagi yang dipimpinnya. Implementasi asas kepemimpinan ing ngarso sung tuladha di SD Taman Muda Tamansiswa dengan menerapkan sistem among yang diajarkan oleh Ki Hadjar Dewantara. Sistem among yang berarti “menjaga”. Lebih jelasnya dijelaskan oleh AR yang merupakan Kepala SD Taman Muda Tamansiswa, berikut hasil wawancaranya:

(63)

49

Berdasarkan penjelasan yang disampaikan AR, pendidikan yang diselenggarakan di SD Taman Muda Tamansiswa ini menerapkan pendidikan tanpa sebuah hukuman, dengan harapan siswa dapat berkembang dengan sendirinya bukan karena suatu paksaan. Berdasarkan hasil observasi selama penelitian, penerapan pendidikan tanpa paksaan memang telah dilaksanakan, hal ini dapat dilihat ketika siswa melakukan kesalahan siswa tidak mendapatkan hukuman melainkan siswa diberi sebuah nasehat oleh guru yang langsung menangani permasalahan tersebut. Selain itu juga terlihat pada saat pembelajaran di kelas, terlihat bahwa siswa lebih sering melakukan pembelajaran secara berkelompok dan siswa melakukan sebuha diskusi sesuai dengan materi pembelajarannya, sedangkan guru lebih kepada pendampingan dan fasilitator. Dalam penerapannya baik kepala sekolah maupun guru selalu berusaha menjadi contoh bagi siswanya, dengan demikian siswa akan mencontoh perilaku gurunya, hal ini dikarenakan satu teladan lebih baik daripada seribu nasehat. Seperti yang dijelaskan oleh LH berikut ini:

“…dalam penerapannya, saya selalu memberikan contoh yang baik bagi murid-murid saya, seperti hal yang paling sederhana, saya selalu berpakaian yang rapi, selain itu senyum sapa salam saya juga lakukan tidak hanya kepada guru, kepada murid pun saya juga tidak enggan untuk menyapa mereka…” WWC/LH/19-05-2016

(64)

50

menyambut dengan baik ketika akan dilakukan wawancara. Lebih lanjut dijelaskan oleh ESR tentang implementasi asas ing ngarso sung tuladha. Berikut hasil wawancara dengan ESR:

“…saya mencoba menjadi contoh dan teladan bagi anak-anak mas, karena 1 teladan lebih baik dari seribu nasehat, semisal ada sampah disekitar sekolah, saya tanpa ragu akan mengambil dan membuang sampah tersebut, dengan harapan siswa pun juga melakukan hal tersebut, saya juga sering menyapa murid saya, dan masih banyak yang saya lakukan mas untuk menjadi contoh yang baik bagi siswa saya…”WWC/ESR/24-05-2016

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahawa di SD Taman Muda Tamansiswa, guru dituntut agar dapat menjadi contoh ataupun teladan yang baik bagi siswa-siswanya. Berdasarkan hasil observasi selama penelitian, tidak jarang dijumpai guru membersihkan ruangan kelas ataupun halaman, perilaku semacam ini bertujuan agar siswa dapat mencontoh perilaku guru salah satunya tantang menjaga kebersihan lingkungan belajar.

Upaya yang dilakukan untuk dapat menjadi teladan yang baik bagi siswa-siswanya, AR selaku kepala sekolah memberikan bimbingan kepada guru, baik bimbingan secara pribadi dengan guru maupun bersama-sama. Berikut penjelasan lebih lanjut tentang bimbingan yang dilakukan kepala sekolah dalam membimbing guru untuk dapat mengimplementasikan asas ing ngarso sung tuladha:

(65)

51

Berdasarkan data di atas, upaya yang dilakukan AR terlihat ketika koordinasi yang dilaksanakan pada pagi hari sebelum jam pelajaran dimulai. AR memberikan suatu pengarahan tentang pelaksanaan pembeljaran yang baik sesuai dengan asas kepemimpinan Ki Hajar Dewantara. Upaya yang dilakukan kepala sekolah tersebut dijelaskan lebih lanjut oleh LH, berikut hasil wawancara dengan LH:

“…upaya yang dilakukan ya salah satunya melalui sharing -sharing ketika diwaktu luang, tukar pikiran lah mas, biasanya kami sharing tentang cara megajar, menangani siswa yang terlalu aktif maksudnya siswa yang rame dikelas, hal lainnya seperti sharing tetang kegiatan ekstrakurikuler mas, terkadang ada juga yang sharing bagaimana baiknya dalam mengajar ekstrakurikuler di sekolah…”WWC/LH/19-05-2016

Berdasarkan data di atas selama penelitian, terlihat beberapa guru sedang melakukan diskusi tentang cara mengajar di kelas. Upaya yang lainnya yang dilakukan untuk membimbing guru dalam mengimplementasikan asas ini dijelaskan oleh ESR berikut ini:

“…kadang ada pembinaan dari kepala sekolah mengenai asas kepemimpinan ki hajar dewantara…biasanya kepala sekolah mendatangkan narasumber, kadang dari dinas atau lembaga pendidikan tingkat SD mas, kepala sekolahpun sering mas memberi pembinaan pada saat rapat atau brefing dengan guru, biasanya kepala sekolah memberikan pembinaan tentang cara mengajar dikelas dengan baik, terkadang juga kepala sekolah keliling mas masuk kekelas yang sedang pelajaran, ya sekedar memantau biasanya…”WWC/ESR/24-05-2016

(66)

52

pembinaan dan pemantauan yang dilakukan oleh kepala sekolah tentang keterlaksanaan asas kepemimpinan Ki Hajar Dewantara. Pemantauan yang dilakuakn AR terlihat ketika pembelajaran berlangsung, tidak jarang AR berkeliling dan mengamati keterlaksanaan pembelajran di kelas. Penerapan asas kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara pun dilakukan di tingkat siswa sebagaimana di jelaskan oleh ESR berikut ini:

“…Progamnya sendiri, kalau dalam pembelajaran bisa melalui pembelajaran yang bersifat kelompok mas, jadi siswa yang berperan untuk menjadi ketuanya diharapkan dapat mengelola kelompoknya dengan baik, di samping itu penanaman asas kepemimpinan di dalam organisasi sekolah mas…”WWC/ESR/24-05-2016

Berdasarkan data diatas, pembelajaran di kelas sering menggunakan metode cooperative learning, hal ini ditunjukkan ketika pembelajaran di kelas, siswa duduk tidak selalu menghadap ke depan, melainkan siswa duduk berdasarkan kelompknya masing-masing yang telah ditentukan dan mendiskusikan tugas yang diberikan oleh guru. Dijelaskan lebih lanjut oleh LH tentang penerapan asas kepemimpinan yang terjadi ditingkat siswa. Berikut hasil wawancara dengan LH:

(67)

53

Berdasarkan penjelasan tersebut, bahwa penerapan asas kepemimpinan di tingkat siswa dilakukan dengan cara memberikan suatu penugasan secara kelompok kepada siswa, mengikutsertaan siswa dalam organisasi dan mengikutsertakan siswa dalam sebuah panitia kecil dalam kegiatan sekolah dengan harapan siswa dapat belajar mengelola kelompoknya sendiri. Mengikutsertakan siswa dalam sebuah kegitan sekolah dapat dilihat dari foto-foto kegiatan yang diletakkan pada majalah dinding sekolah.

Aktivitas siswa yang menunjukkan keterlaksanaan asas kepemimpinan ini terlihat pada saat pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil observasi peneliti, peneliti mengamati kegiatan siswa pada saat pembelajaran berlangsung dan memang siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan cara metode diskusi. Secara tidak langsung siswa dapat melatih kepemimpinannya didalam kelompoknya sendiri, siswapun terlihat aktif didalam kelompoknya, walaupun tidak semua aktif dalam kegiatan pembelajaran secara kelompok tersebut. Dalam pengamatan siswa pun membagi tugas dengan teman sekelompoknya.

b. Implementasi Ing Madyo Mangun Karsa

(68)

54

karsa yang dilakukan di SD Taman Muda Tamansiswa dilakukan dengan cara memberikan dukungan kepada anggotanya dalam hal ini kepala sekolah memberikan dukungan kepada guru agar dapat meningkatkan kinerja dalam mengemban tugas-tugasnya sebagai guru sebagaimana yang dijelaskan oleh AR berikut ini:

“…saya sendiri sebagai kepala sekolah menerapkan asas ini seperti ketika rapat koordinasi, sebagai kepala sekolah saya harus dapat memotivasi guru-guru untuk terus meningkatkan kinerjanya, selain itu sebagai kepala sekolah saya harus dapat menjalin kerjasama yang baik, baik kepada guru, karyawan bahkan kepada murid…”WWC/AR/11-05-2016

Berdasarkan data diatas, kepala sekolah memberikan motivasi kepada guru terlihat ketika koordinasi pagi sebelum jam pelajaran dimulai. Menurut LH penerapan asas kepemimpinan ing madya mangun karsa juga dilakukan pada siswa. Penerapan yang dilakukan kepada siswa tidak berbeda jauh seperti yang dilakukan oleh kepala sekolah kepda guru, hanya saja cara penyampaian yang dilakukan berbeda. Penerapan kepada siswa guru harus lebih bisa mendukung siswanya agar dapat belajar tanpa sebuah paksaan dan peran guru hanya sebagai fasilitator sebagaimana dijelaskan oleh LH berikut ini:

“…penerapannya tidak berbeda jauh dengan asas kepemimpinan yang tadi mas, jadi siswa dilibatkan dalam aktivitas kelompok, didalam kelompok ini saya lebih cenderung sebagai fasilitator saja…”WWC/LH/19-05-2016

(69)

55

“…saya disisni berperan sebagai pendukung kegiatan mas, jadi seperti kalau mendapat tugas kelompok berdiskusi, saya hanya akan menjadi motivator bagi siswa, jadi saya berharap siswa dapat mengembangkan kemampuannya secara mandiri…”WWC/ESR/24-05-2016

Selama penelitian berlangsung, peneliti melakukan pengamatan kepada sejumlah aktivitas yang dilakukan siswa pada saat pembelajran di kelas. Hasil yang didapatkan selama observasi adalah aktivitas pembelajaran siswa di kelas mengarah pada pembelajaran kelompok, guru berperan sebagai motivator dan fasilitator, hal ini terlihat pada saat guru memberikan motivasi kepada salah satu kelompok yang kurang aktif dalam pembelajaran. Untuk dapat menerapkan asas kepemimpinan ing madya mangun karsa kepala sekolah sebagai pemimpin di lingkungan sekolah tentunya melakukan bimbingan baik terhadap guru maupun siswa seperti yang diungkapkan AR berikut ini:

“…untuk membimbing guru saya selalu menekankan kepada guru untuk berpegang pada asas kepemimpinan Ki Hajar Dewantara. Seperti asas partisipasi, sebagai guru ketika mengajar, guru tidak hanya bertugas sebagai fasilitator saja, melainkan guru juga harus dapat berpartisipai dalam sebah pembelajran untuk membangun suasana belajar yeng lebih baik. selain asas partisipasi asas kooporatif…”WWC/AR/11-05-2016

(70)

56

produktif dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Bimbingan yang diberikan kepala sekolah kepada guru, juga dilakukan oleh guru kepada siswanya. Bimbingan yang diberikan untuk membiasakan siswa menjadi seorang pemimpin walaupun dalam lingkup yang kecil. Berikut penjelasa yang diberikan LH:

“…dalam membimbing siswa saya lebih cenderung memberikan penugasn yang bersifat kelompok, dari penugasan kelompok tersebut kan siswa dapat belajar bagaimana cara mengelola kelompoknya, bagaimana cara membagi tugas dan bagaimana cara memimpin kelompoknya dengan begitu siswakan dapat belajar kepemimpinan secara tidak langsung…” WWC/LH/19-05-2016

Pernyataan serupa juga disampaikan oleh ESR, berikut hasil wawancara dengan ESR tentang bimbingan yang diberikan kepada siswa:

“…mengikutsertakan siswa dalam kegiatan yang bersifat sebuah pengorganisasian, selain itu ya lebih pada penugasan yang bersifat kelompok…”WWC/ESR/24-05-2016

(71)

57

“…selain yang saya sebutkan tadi progam sekolah lainnya yaitu memberikan tugas tambahan seperti guru menjadi sebuah panitia suatu kegiatan yang diadakan di sekolah, dengan demikian guru secara tidak langsung akan menerapka asas-asas kepemimpinan seperti yang diungkapkan oleh Ki Hadjar Dewantara…”WWC/AR/11-05-2016

Tugas tambahan yang diberikan kepada guru, merupakan progam yang dilakukan kepala sekolah dalam upaya menerapkan asas kepemimpinan KI Hajar Dewantara. Progam yang diberikan kepala sekolah kepada guru untuk menerapkan asas kepemimpinan ing madya mangun karsa dilakukan dengan memberikan tugas tambahan kepada guru, dengan demikian guru secara tidak langsung memiliki peran sebagai pemimpin yang harus dapat menerapkan asas kepemimpinan yang diajarkan oleh Ki hajar Dewantara. Penerapan progam ini terlihat pada saat peneliti melakaukan observasi diluar kegiatan belajar dan mengjar. Pada kegiatan ekstrakurikulerpun terlihat beberapa guru yang mendampingi dalam kegiatan ekstrakuliluler tersebut diantaranya dalah kegiatan pramuka, computer, seni musik, seni rupa. Karawitan dan masih banyak lagi.

Progam bimbingan juga diberikan kepada siswa dengan lebih menekankan kepada pembelajaran cooperative atau pembelajaran berbasis kelompok. Pejelasan tersebut diberikan oleh ESR pada saat wawancara, berikut hasil wawancara dengan ESR:

(72)

58

Dengan memberikan penugasan secara kelompok, siswa akan dengan sendirinya dibantu oleh guru belajar kepemimpinan walaupun pada lingkup yang kecil. Berdasarkan hasil observasi diluar jam sekolah, ditemui kegiatan yang bersifat berkelompok yaitu kegiatan ekstra karawitan. Kegiatan ini merupakan kegitan ekstrakurikuler wajib diikuti ileh siswa kelas empat sampai dengan siswa kelas enam. Kegiatan ini membutuhkan kerjasama yang baik untuk menghasilkan sebuah alunan musik tradisional yang baik.

Berdasarkan penejalasan tentang implementasi asas kepemimpinan ing madya mangun karsa dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa untuk dapat menerapkan asas kepemimpinan ini, kepala sekolah memberikan bimbingan dan pembinaan kepada guru agar dapat menerapkan asas kepemimpinan ini pada siswa. Selain membimbing dan memberikan pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada guru, kepala sekolah juga memberikan tugas tambahan kepada guru.

c. Implementasi Asas Kepemimpinan Tut Wuri Handayani

(73)

59

lingkungan sekolah dengan menerapkannya sistem “among” sebagai mana dijelaskan oleh AR berikut ini.

“…dengan menerapkan Sistem Among, jadi saya sebagai kepala sekolah harus dapat menjadi seorang pamong yang dapat mendorong dan mensuport seluruh kegiatan dan aktivitas sekolah dalam upaya mencapai tujuan sekolah…”WWC/AR/11-05-2016 Dijelaskan lebih lanjut tentang penerapan dan pelaksanaan sistem among di SD Taman Muda Tamansiswa oleh LH. berikut hasil wawancara dengan LH:

“…Untuk penerapan asas ini saya pribadi lebih memberi kebebasan kepada murid, dengan demikian siswa bisa berkembang tanpa ada sebuah paksaan…”WWC/LH/19-05-2016 Penjelasan LH tersebut senada dengan penejalasan yang diberikan oleh ESR, berikut hasil wawancara dengan ESR:

“…untuk asas ini, saya lebih banyak melakukan pemantauan kepada siswa-siswa, sejauh mana mereka mengembangkan dirinya secara mandiri…”WWC/ESR/24-05-2016

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama penelitian, ketika pembelajaran berlangsung, guru terlihat mengamati aktivitas diskusi kelompok yang dilakukan oleh siswa. Hal ini dilakukan agar siswa dapat mengembangkan potensi dirinya secara mandiri, akan tetapi guru juga tidak hanya mengamati kegitan siswa saja melainkan juga membantu siswa ketika menemui kesulitan-kesulitan dalam belajar kelompok.

(74)

60

diri secara mandiri dengan harapan dalam belajar dan mengembangkan diri tidak terdapat paksaan dari manapun. Keterlaksanaan penerapan asas kepemimpinan ini perlu adanya suatu progam yang pada intinya dapat membimbing siswa untuk dapat belajar dan mengembangkan diri secara mandiri. Bimbingan yang diberikan guru kepada siswa pada intinya sama dengan asas yang lainnya sebagaiman yang dijelaskan oleh LH berikut ini:

“…untuk membimbing siswa, sama mas dengan asas yang lain, jadi diikutkan dalam sebuah oranisasi atau penugasan yang bersifat kelompok…” WWC/LH/19-05-2016

Pembelajran yang bersifat kelompok atau cooperative merupakan salah satu bimbingan yang diberikan guru kepada siswa untuk dapat mengembangkan diri secara mandiri. Lebih lanjut dijelaskan oleh kepala sekolah bahawa dalam menerapkan asas kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara juga diperlukan sebuah dukungan, berikut penjelasan yang diberikan oleh AR tentang bimbingan yang diberikan kepada guru dalam rangka menerapkan asas kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara:

Gambar

Gambar 2. Kerangka berpikir
Gambar 3. Skema Metode Analisis Model Interaktif Sumber: Miles and
Tabel 1. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara
Tabel 3. Kisi-Kisi Pedoman Kajian Dokumen
+5

Referensi

Dokumen terkait

Film dokumenter juga menjadi salah satu solusi dalam menyampaikan kembali makna dan ajaran pendidikan Ki Hadjar Dewantara sehingga dapat memberi informasi lebih

Ki Hadjar Dewantara perannya dalam memperjuangkan pendidikan nasional tahun 1922-1959 ini diteliti karena pendidikan bagi rakyat Indonesia yang sangat kurangnya

Pandangan Ki Hadjar Dewantara yang akan ditelaah dalam artikel ini meliputi: tri pusat pendidikan karakter, teori Trikon sebagai rujukan pendidikan karakter, asas dan

lembaga sekolah yang sejak masa pemikiran Ki Hadjar Dewantara kolonial bangsa Indonesia didirikan dalam pendidikan Taman Siswa oleh Ki Hadjar Dewantara yaitu

Secara mendalam Ki Hadjar Dewantara tidak sepakat dengan system pendidikan yang diwariskan oleh kolonial belanda, orientasi pada pendidikan warisan tersebut hanya pada segi

Ki Hadjar Dewantara dikenal sebagai pelopor pendidikan untuk masyarakat pribumi di Indonesia ketika masih dalam masa penjajahan Kolonial Belanda. Mengenai profil Ki Hajar

Soewardi Dikenal Raden Mas Soewardi Soerjaningrat Ж Nama: Ki Hadjar Dewantara Berganti di usia 40 Tahun Caka Ж Lahir: Yogyakarta, 2 Mei 1889 Diperingati sebagai Hari Pendidikan

Pandangan Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan terlihat dari konsep mengenai Tri Pusat Pendidikan, bahwa dalam kehidupan anak-anak, terdapat tiga tempat penting yang menjadi pusat