• Tidak ada hasil yang ditemukan

Argumentasi kritis gerakan transformasi Ki Hadjar Dewantara

N/A
N/A
Gede dejan Galang

Academic year: 2024

Membagikan " Argumentasi kritis gerakan transformasi Ki Hadjar Dewantara"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas 1.4 : Argumentasi Kritis

Nama : Gede Dejan Galang Mahardhika Nim : 2464817006

Argumentasi kritis gerakan transformasi Ki Hadjar Dewantara

Pada zaman kolonial Belanda tahun 1854 beberapa bupati meinisiasi pendidikan dengan mendirikan sekolah kabupaten yang hanya diperuntukkan bagi calon pegawai.

Pada saat yang bersamaan didirikanlah sekolah Bumiputera yang hanya memiliki 3 kelas dimana anak-anak diajarkan membaca, menulis dan berhitung seperlunya guna membantu usaha dagang mereka. Selain itu mereka juga memberikan pendidikan bagi calon mudir dokter untuk kepentingan mereka, yaitu guna menangani wabah cacar air disepanjang pantai utara pulau Jawa karena khawatir angka kematian penduduk yang tinggi akan berdampak pada hasil panen mereka. Sistem pendidikan masa kolonial tidak dapat menjadikan warga pribumi belajar sepenuhnya. Melihat fenomena tersebut, Suwardi Suryaningrat atau Ki Hadjar Dewantara mengorganisir dan memperbarui pendidikan nasional dengan mendirikan Taman Siswa pada 3 Juli 1922 di Yogyakarta. Pandangan Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan terlihat dari konsep mengenai Tri Pusat Pendidikan, bahwa dalam kehidupan anak-anak, terdapat tiga tempat penting yang menjadi pusat pendidikan bagi mereka, yaitu alam keluarga, alam perguruan dan alam pergerakan pemuda. Dari konsep tersebut lahirlah istilah Tripusat Pendidikan yang menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional meliputi tiga hal, yaitu pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan masyarakat. Filosofi Ki Hajar Dewantara yang terkandung dalam semboyan "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani" adalah dasar dari dunia pendidikan yang dibuat oleh Bapak Pendidikan ini ketika ia mendirikan Taman Siswa, sebuah lembaga pendidikan bagi pribumi di masa penjajahan. Semboyan ini terdiri dari tiga konsep yang saling terkait, yaitu:

Pertama, Ing Ngarso Sung Tulodo: Artinya "yang di depan memberi contoh." Prinsip ini mengajarkan betapa pentingnya seorang guru atau pemimpin memberikan contoh yang baik kepada murid atau pengikutnya. Sebagai pendidik, kita harus menjadi panutan dalam perilaku, pengetahuan, dan sikap. Dengan memberikan teladan yang baik, kita dapat menginspirasi dan membimbing orang lain untuk mengikuti jalan yang benar. Kedua, Ing Madya Mangun Karso: Artinya "yang di tengah membangun."

Hal ini menggambarkan peran seorang guru dalam membangun ide, inovasi, dan semangat dalam diri siswa untuk mencapai tujuannya. Guru tidak hanya mengajar, tetapi juga membantu siswa membangun keterampilan, pengetahuan, dan semangat untuk mencapai tujuan mereka. Ketiga, Tut Wuri Handayani: Artinya "yang di belakang memberi dorongan." Konsep ini menekankan bahwa seorang guru harus memberikan dorongan dan semangat kepada siswa, memberikan dukungan dan bimbingan agar mereka dapat mencapai tujuan mereka (Wijayanti, 2019; Hermawan, 2021). Dalam konteks pendidikan, filosofi ini menyoroti pentingnya peran seorang guru sebagai panutan, pembangun semangat, dan pendukung bagi murid-muridnya. Ki Hajar Dewantara ingin menekankan bahwa pendidikan tidak hanya tentang pengetahuan, tetapi juga tentang pembentukan karakter dan moral yang baik serta memberikan dukungan kepada setiap individu untuk mencapai potensi mereka. Selain

(2)

itu, filosofi ini mencerminkan komitmen terhadap keadilan sosial, inklusi, dan kesetaraan dalam pendidikan, yang sejalan dengan tujuan pendidikan abad ke21.

Prinsip ini menekankan bahwa pendidikan harus dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus atau kesulitan dalam belajar. Filosofi "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani" juga mencerminkan pandangan bahwa sistem pendidikan tidak hanya berfokus pada pencapaian akademis, tetapi juga pada nilai-nilai moral dan etika. Hal ini sejalan dengan transformasi pendidikan abad ke-21 yang menekankan pentingnya pembentukan empati, kasih sayang, dan tanggung jawab sosial di antara siswa.

Daftar Pustaka

Alimuddin Tampa1, Ja’faruddin2, Andi Mulawakkan Firdaus. Menggali Kearifan Ki Hajar Dewantara: Relevansi Pemikiran dalam Transformasi Pendidikan Abad-21.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN 2023“Penguatan Riset, Inovasi, Kreativitas Peneliti di Era 5.0”LP2M-Universitas Negeri Makassar.330(15). Pada tanggal 28 Jan. 24. https://ojs.unm.ac.id/semnaslemlit/article/download/54110/24018

Dian Khumairok.2022. Gerakan Transformasi Ki Hadjar Dewantara dalam

Perkembangan Pendidikan Sebelum dan Sesudah Kemerdekan. Diakses pada tanggal 28 Januari 2024 https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/gerakan- transformasi-ki-hadjar-dewantara-dalam-perkembangan-pendidikan-sebelum- dan-sesudah-kemerdekan/

Referensi

Dokumen terkait

Implikasi Pendidikan Multikultural ala Ki Hadjar Dewantara.. Melalui tiga matra pendidikan, 1) Keluarga sebagai lembaga pendidikan informal, kedua orang tua dan anggota keluarga

Secara singkat, tujuan pendidikan karakter menurut Ki Hadjar Dewantara adalah memberikan sumbangsih besar bagi perubahan anak didik ke depan melalui pembentukan karakter anak

Sebagai fungsi manajemen, konsep kepemimpinan Jawa Ki Hadjar Dewantara dapat menjadi contoh atau pandangan bagi seorang pemimpin dalam menentukan tujuan pencapaiaan

Film dokumenter juga menjadi salah satu solusi dalam menyampaikan kembali makna dan ajaran pendidikan Ki Hadjar Dewantara sehingga dapat memberi informasi lebih

Konsep pendidikan yang disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara memiliki relevansinya dengan konsep pendidikan yang terdapat dalam Hindu seperti jenjang pendidikan pada anak,

Ki Hadjar Dewantara mengatakan bahwa kesenian yang dipakai sebagai alat pendidikan dalam Taman Siswa tetap bermaksud mempengaruhi perkembangan jiwa anak-anak ke arah

Melihat uraian di atas, terlihat jelas bahwa kemerdekaan dalam penyelenggaraan pendidikan Ki Hadjar berarti memberikan kebebasan yang profesional kepada anak

Dokumen ini membahas tentang enam pokok pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara tentang