RISALAH
RAPAT KERJA PANSUS
RUU TENTANG SUSUNAN DAN
KEDUDUKAN MPR, DPR,DPD
DAN DPRD
RAPAT KE
JENIS RAPAT
DEN GAN
TANGGAL
: 15
: RAPAT KERJA KE-10
: MENTER! DALAM NEGERI
: 4 JIUNI 2003
R ISALAH
PANSUS RUU TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MPR, DPR, DPD, DAN DPRD
Tahun sidang 2002 - 2003 Masa Persidangan IV
Rapatke Ke-5
Jenis Rapat Ra pat kerja ke-10 Deng an Menteri Dalam Negeri RI
Sifat Rapat Terbuka
Hari, tanggal Rabu, 4 Juni 2003 Pukul 14.35 s/d 16.30 Wib
Tempat Ruang Rapat Pansus B, Lt.3 Gedung Nusantara II Ketua M. Yahya Zaini, SH Sekretaris Ors. lskandar N. Basri
Acara Membahas DIM Persandingan
Hadir 35 dari 50 Anggota
FRAKSIPDIPERJUANGAN 1. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO 2. I MADE URIP 3. WILLIAM H. TUTUHARIMA 4. HERi AKHMADI 5. SOEWARNO 6. ZONED MOESNI 7. STERRA PIETERSZ 8. DIDI SUPRIYANTO 9. SADJARWO SUKARDIMAN 10. RUTJI GUNUNG MULJONO 11. WOWO IBRAHIM
12. HOBBES SINAGA 13. SUPARLAN 14. JULIUS USMAN 15. OETOYO
FRAKSIPARTAIGOLKAR 1. M. YAHYAZAINI, SH 2. DRS. T.M. NURLIF 3. DRS. H. BAHARUDDIN ARITONANG 4. ORA. HJ. ROSNANIAR 5. M. YAHYA ZAINI, SH 6. DRS. T.M. NURLIF 7. DRS. H. BAHARUDDIN ARITONANG 8. ORA. HJ. ROSNANIAR 9. HJ. EVITAASMALDA 10. DRS. H. HAJRIYANTO Y. THOHARI, MA 11. DRS. A.H. MUJIB ROHMAT
12. PROF. DR. H. RUSTAM E. TAMBURAKA, MA 13. DRS. IMMANUEL E. BLEGUR
14. DRS. H. FACHRI ANDI LELUASA 15. DRS. IDRUS MARHAM
16. ALEX HESEGEM ANGGOTA FRAKSI PPP 1. HM. THAHIR SAIMIMA, SH 2. HM. SJAIFUL RACHMAN, SH 3. NY. HJ. AISYAH AMINI, SH 4. DRS. HM. ABDUH PADDARE 5. PROF. DR. IR. AM. SAEFUDDIN 6. Dr. H, ZAIN BADJEBER
FRAKSI KEBANGKITAN BANGSA 1. CHATIBUL UMAM WIRANU 2. DRS. ALI MASYKUR MUSA, M.Si 3. H. ANDI NAJMI FUAIDI, SH 4. ORA. IDA FAUZIAH
5. H. MUHYIDDIN SUWONDO, MA 6. G. SETO HARIANTO
FRAKSI REFORMASI 1. IR. A.M. LUTHFI
2. PROF. DR. MOH. ASKIN, SH 3. DRA. Hj. NURDIATI AKMA 4. H. TB. SOENMANDJAJA, SD
FRAKSI TNl/POLRI 1. AMIR TOHAR, S.IP
2. PIETER L.D. WATTIMENA, S.IP 3. KOHIRIN SUGANDA S. M.Sc. 4. Drg. MOERYONO ALADIN, S.IP, MM
FRAKSI BULAN BINTANG H.M. ZUBAIR BAKRY
FRAKSI KKI
DRS. S. MASSARDY KAPHAT
FRAKSI POU
DRS. H. ASNAWI LATIEF
PEMERINTAH
KETUA RAPAT (M. YAHYA ZAINI, SH): Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Selamat siang, salam sejahtera untuk kita sekalian.
Berdasarkan catatan dari sekretariat telah hadir 26 orang dari 50 orang anggota, sambil menunggu teman-teman dari F. PKB dan F. PBB rapat bisa kita mulai karena itu skorsing saya cabut dan rapat dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum.
(RAPAT DIBUKA PUKUL 14.30 WIB)
Bapak Mendagri beserta jajarannya yang kami hormati, para Anggota Pansus, bapak/ibu dan saudara-saudara, kemarin kita sudah memulai membahas DIM yang kita anggap berklasifikasi sedikit lebih berat dibandingkan yang sudah kita putuskan sebelumnya sekarang kita memasuki DIM nomor 2. DIM nomor 2 ini yang mengajukan usul F. KKI tapi tidak hadir, dari F. PDIP kalau dilihat dari rumusan tulisannya sebenarnya sama saja ini cuma cara menulisnya yang berbeda oleh karena itu kita langkahi dulu yang nomor 2 ini karena dari F. KKI tidak ada ini, kita beralih dulu kepada DIM nomor 3.
DIM nomor 3 mengenai Konsideran Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan kedaulatan rakyat atas dasar kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan perlu diwujudkan lembaga permusyawaratan rakyat, lembaga perwakilan rakyat, lembaga perwakilan daerah yang mampu mencerminkan nilai-nilai demokrasi serta dapat menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat termasuk kepentingan daerah sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Disini ada beberapa fraksi mengajukan usul penyempurnaan pertama dari F. PDIP, yang kedua dari F. PPP dari F. PDIP saya kira disini lebih kepada rumusan, namun demikian sebelum kita menentukan posisi DIM ini, kami ingin memberikan kesempatan kepada F. PDIP, saya persilahkan pak.
F. PDIP (HOBBES SINAGA) :
Jadi sebelum memberikan tanggapan ada usul ini pak, kelihatannya memang kalau DIM 2 s/d
12
ini dan ini menyangkut hal-hal yang sangat penting saya kira ini mungkin kalau kita sisir sekarang, argumentasinya sangat panjang barangkali kalau saya usulkan bagaimana kalau kita mulai misalnya menyisir dari DIM 16 dan seterusnya i1tu dan yang disitu mungkin walaupun agak berat tapi paling tidak kalau yang diatas inikan bagian Konsideran ini memerlukan dasar-dasar filosofis dan apa, kalau ini bisa diterima begitu itu dulu saya minta dari forum kita, terima kasih.KETUA RAPAT:
Ya ini ada permintaan dari F. PDIP Pak Hobbes, kalau kita lihat usul perubahan dari fraksi-fraksi walaupun posisi Konsideran itu memang menyangkut hal-hal yang bersifat filosofis, yuridis, dan sosiaologis tetapi sebeniarnya lebih kepada rumusan redaksional ini pak dari usulan fraksi-fraksi, jadi ada fraksi yang melakukan perubahan secara menyeluruh atau mendalam saya kira dilanjutkan saja pak, misalnya F. PDIP disini kata mampu dihapus inikan redaksional ini pak walaupun subtansi redaksional itu penting, saya kira bisa kita mulai saja barangkali apa demikian, dari fraksi-fraksi lain ada pendapat F. Reformasi silahkan.
F. REFORMASI (H. TB. SOENMANDJAJA, SD): Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Pada dasarnya kami mendukung saran dari F. PDIP tadi, memang empat aspek yang disebutkan Pimpinan tadi untuk mempunyai landasan pemikiran bagi kita untuk melakukan pencermatan, pendalaman, bahkan ketingkat finishing touch, sungguhpun demikian apabila memang terkait dengan hal-hal yang sifatnya redaks1ional bisa saja kita diskusikan ~amun kalau melihat rangkaiannya saya mendukung pendapat Pak Hobbes itu tadi Ketua, terima ka~ih.
KETUA RAPAT:
Berikutnya dari F. TNl/POLRI barangkali ada pendapat. F. TNl/POLRI (KOHIRIN SUGANDA S, M.Sc): Terima kasih Pimpinan.
Yang terhormat Pimpinan dan Mendagri beserta jajarannya.
Kami sependapat dengan apa yang dikatakan Pak Hobbes dari F. PDIP mengingat bahwa dasar klausul menimbang dan mengingat ini yang menyangkut masalah filosofls sehingga alasan mendukung karena pada DIM 10 justru kami mengusulkan adanya perubahan subtansi DIM nomor 9 - 10 untuk diangkat ke menimbang sebag1aimana halnya pengalaman kita waktu UU Parpol yang lalu demikian Pimpinan, terima kasih.
KETUA RAPAT :
Yang lain dari F. PG ada pendapat. F. PG (HJ. EVITAASMALDA): Terima kasih Ketua.
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Pada prinsipnya kami sependapat tadi usul dari, bahwa memang kalau bisa ini kita bahas sekarang juga memang yang diangg,ap tadi muatannya kita akui ada filosofinya, yuridis, sosiologis tapi tentunya dalam Pansus ini langkah baik juga kita coba pendalaman ini mer:igingat dari Konsideran inilah yang muaranya nanti masuk dalam pasal demi pasal, jadi kalau ini kita istilahnyalampui dulu juga memang terkesan agak aneh karena sebtulnya subtansi dari UU itu sendiriadalah muatan dari filosofi yang ada dalam Konsideran Menimbang dan juga Mengingat, saya pikir alurnya demikian dan kemarinkan kita sudah sisir itu dan saya pikir tidak ada salahnya kalau hal itu memang agak panjang pembahasannya ya kita sepakat saja dalam forum ini dan ditindaklanjuti dalam forum yang lebih dalam pembahasan Panja atau kalau memang hanya sifatnya perumusan ya mungkin juga kita bisa sepakat dalam Timus dan seterusnya Ketua, sekian terima kasih.
KETUA RAPAT: Dari F. PPP ada saran.
F. PPP (H.M. SJAFUL RACHMAN, SH) :
Bapak Pimpinan, Bapak Mendagri beserta jajaran yang saya hormat.
Dari F. PPP sesungguhnya sekalipun ada beberapa butir ingin mengadakan i perumusan kembali didalam butir menimbang ini seperti dibutir 5 dan 6 dan beberapa butir y~ng lainnya memang ini memerlukan pembahasan yang lebih mendalam namun saya sebetulhya sangat sependapat dengan apa yang disampaikan oleh Pimpinan karena ini merupakan satu rangkaian merupakan titik awal pembahasan DIM-DIM selanjutnya sehingga pada intinya marilah kita mencoba mulai dari DIM yang pertama inilah kita lakukan pembahasan namunmanakala ada hal-hal yang lebih didalami dan tidak bisa diselesaikan dalam kesempatan ini ya kita alihkan ke Panja, namun hal-hal yang
Masih sifatnya bisa disepakati dalam kesempatan ini ya ini bisa diputuskan disini
barangkali demikian Pimpinan. Terima kasih, Assalamu'alaikum Wr.Wb.
KETUA RAPAT:
Silakan.
F. PDIP (HOBBES SINAGA)
lni kebetulan usulan dari F,PBB dan F.PDU yang datang sekarang ini, ini sangat
penting kalau misalnya nanti, karena mereka tiidak datang lantas kita lampaui usulan
mereka ini, ini hal-hal yang sangat mendasar coba kita lihat misalnya dari F,PDU ini
mereka mengatakan bahwa untuk menegakkan kebenaran berdasarkan Ketuhanan YME,
ya mungkin diantara kita ada yang tidak setu_ju tapi inilah satu usulan yang bersifat
filosofis karena orangnya tidak datang lantas kita lampaui begitu saja padahal ini hal-hal
yang sangat mendasar misalriya, itu sebabnya saya bilang untuk hal yang bagian
konsideran ini karena menyangkut hal yang sangat penting saya kira kita lampaui kita
masuk dulu untuk misalnya dari DIM 16, terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih pak Hobbes, ada dua pandangan mengenai perlunya kita bahas
atau kita lampaui dulu DIM didalam konsideran ini, karena itu kami ingin mendapatkan
tanggapan dari pemerintah mengenai masalah ini yang sebenarnya sama saja dibahas
nanti dengan sekarang kecuali tidak ada orangnya dan tidak ada orang itu nanti ambil
posisi nanti sampai kapan misalnya kita tidak bisa membahas, apakah secara terus
menerus kita biarkan kalau orangnya tidak ada menjadi persoalan sementara isinya jelas
bahwa yang bersangkutan adalah sakit misalnya.
F. REFORMASI ( H. TB. SOENMANDJAJA,SD)
Sedikit saja, interupsi Ketua.
Saya kira konvensi biasanya yang sudah-sudah ketika ada pengusul yang tidak
hadir itukan kita menyatakan pas saja gitu pak. Jadi sebagaimana yang sudah biasa
saya kira kita tidak apa itu hanya saja kalau dibeiakan hari ada gugatan ya kita bisa
berdiskusi-lah, terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih pak Suman.
Kami mohon tanggapan dari Pemerintah, kami persilakan Pak Menteri.
PEMERINTAH:
T erima kasih pimpinan Pansus.
Yang terhormat pimpinan dan anggota Pansus yang yang saya hormati,
Ya memang untuk yang kesekian kalinya tatkala kita akan membahas atau
mendiskusikan masalah RUU yang terkait dengan menimbang dan mengingat dimana
menimbang lebih pada aspek dasar-dasar filosofis dan sosiologis sedangkan mengingat
lebih banyak kepada yuridisnya ini sering
terjadi perdebatan yang agak panjang,
mendalam dan akhirnya kita berkutat soal mungkin apakah perlu ada tambahan kata itu
atau tidak dan seterusnya, yang menganggap perlu tentu akan mempertahankan
keperluanya itu, yang menganggap tidak perlu tentu berusaha untuk mempertahankan
bahwa itu tidak perlu. Sekarang kalau kita ingiri membahas ini kita coba sepakati
sebenarnya ha-hal apa yang perlu termuat didalam menimbang dan mengingat itu
landasan-landasan filosofis dan sosiologis maupun yuridisnya itu kita rinci bukan berarti
lalu mengabaikan DIM masing-masin sebab kalau bicara DIM kecenderungan sering
melihatnya naskah itu rumusannya seperti apa kira-kira apa yang bisa
Saya koreksi, saya perbaiki, saya tambahkan, kalau belum ketemu ya sementara tetap
tapi nanti ketemunya pada waktu pembahasan kan baru muncul disini kalau sudah ketemu
ya cepat-cepat apa dikurangi atau dibantu, untuk masuk kesitu memang ternyata tidak
terlalu mudah apalagi sekarang ada yang mengusulkan oleh dua fraksi yang kebetulan
sekarang tidak ada dan tadi sudah dikomentari oleh FPDIP bahwa itu juga cukup
mendasar, nah persoalannya rnendasar dalam pengertian apa mendasar apakah mau
kita tolak apa mendasar kita okomodlasi, karena inikan pengertian mendasar dari sudut
pandang mana, sudut pandang wah ini tidak perlu seperti itu misalnya contoh, ini kan
rujukannyabukan sila kesatu tapi sila keempat tap1i kenapa sudah dibawa-bawa Ketuhanan
YME inikan juga mendasar, mendasar untuk misalnya tidak perlu ada tetapi bagi yang
mengusulkan mungkin kan semua sila itukan satu sama lain yang paling dasar adalah
Ketuhanan YME yang dia mendasari atau menjiwai sila ke dua,tiga, empat dan ke lima,
inikan juga prinsip, Iha ini memang mudah melihatnya, apakah kita akan mencoba
mensepakati saja dulu prinsip-prinsip dasar apa nanti terus rumusanya kita serahkan
kepada tim apakah didalam Panja dan seterusnya karena, kan ini kita mendiskusikan
adanya tambahan contoh misalnya teman dari F>PDIP misalnya menghapus kata mampu
sedangkan misalnya pendapat pemerintah mengatakan bahwa kata mampu ini justru
diperlukan untuk mununjukkan jawaban terhadap tuntutan perkembangan kehidupan itu,
itu harus ada kemampuan, lalu kata mampu itu perlu atau tidak kan, disitu fihak
mengatakan perlu dilain fihak tidak perlu nah inikan apakah itu merupakan hal yang
prinsip mendasar didalam menimbang misalnya apalagi didalam pembuatan RUU tentang
penyusunan UU itu sendiri belum adla dan akibatnya memang setiap kali pembahasan
RUU kita sering terjebak didalam menimbang dan mengingat itu agak panjang ini baru
yang sebenarnya kalau kita
kita sudah tahu prinsip-prinsip dasarnya bagaimana
merumuskan itu tim yang merumuskan tapi prinsip-prinsip dasarnya itu masuk termasuk
contoh misalnya tanggapan atau usulan dari F.PBB yang pemerintah sebenarnya
berpendapat bahwa ditangan rakyat itu berarti maknanya sudah terkandung disitu arti
kedaulatan rakyat, ditangan itukan bukan arti ditangan yang sebenarnya itu tetapi
kewenangan kedaulatan itu itu ada disana, nah jadi memang inikan lalu menjadi orang
mengartikan kalau dikatakan ditangan berarti belum ada dirakyat terpaksa harus dikatakan
ditangan, tangan ini pengertian arti yang efoesme atau permisalan atau yang sebenarnya
inikan karena filosofis.
Kemudian juga dari F.PDU misalnya tadi sudah saya singgung disitu dikatakan
menekan kebenaran berdasarkan Ketuhanan YME, padahal kita didalam menimbang
disini landasannya didalam penyusunan RUU ini sila keempat, kita bicara didalam RUU
Susduk ya konteksnya ada di sila keempat bukan disila Ketuhanan YME juga ya tetapi
apakah itu tepat ditempatkan disana, sebab kalau yak an sumua harus pakai Ketuhanan
YME kalau tidak nanti dianggap tidak Ber Tuhan, tapikan kita harus menempatkan itu
proporsional, kontekstual, dan lfungsional sehingga tidak terkesan, kalau kita tidak
menempatkan seolah-olah kita mengabaikan Ketuhanan YME itukan juga tidak benar,
karena sebenarnya Pancasila ini satu Ketuhanan Yang utuh, Cuma bagaimana kita
merinci dari masing-masing sila ada porsinya, demikian Pimpinan Pansus penjelasan
kami, terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Pemerintah.
Saya kira memang agak jalan tengah ini yang disampaikan pemerintah jadi kita
membahas barangkali rumusanya tetapi prinsip-prinsip yang harus tercantum didalam
konsideran menimbang itu apa saja, saya kira ini penting,apa kita rolling dulu untuk
mengisi juga nanti ketika di Panja kita sudah punya
Gambaran mengenai masalah ini, memang butir a ini ada yang prinsip saya kira kalau kita kembali pada amandemen UUD'45, misalnya begini kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD, ini berbeda saya kira rumusan ini dengan sebelumnya kedaulatan adalah ditangan rakyat yang dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR, saya kira memang dari sistem ketatanegaraan kita berbeda ini barangkali, nanti teman-teman dari F.PPP bisa memberikan penjelasan, misalnya perbedaannya adalah kalau dulu memang rakyat setelah melaksanakan pemilu memberikan kewenangan penuh kepada MPR dan rakyat melepaskan kedaulatannya itu tetap ada ditangan rakyat tinggal kepada siapa dia memberikan kepada DPR, kepada presiden, jadi tetap berada dirakyat kira-kira begitu ada pengertian semacam itu, mungkin disini nanti kita bisa berdiskusi Pak Hobbes mengenai masalah ini, karena dasar dari menimbang a adalah mengenai sila keempat kaitannya dengan pasal 1 ayat (2) saya kira, mungkin kita berdiskusi itu dulu barangkali sebelum kita masuk pada rumusan yang lebiih permanen barangkali sehingga kita bisa mengetahui posisi masing-masing butir menimbang ini apa harus tertera didalamnya, kalau kita setuju kita dari usul pemerintah tadi mungkin bisa kita putar dulu satu kali atau bisa saja sekaligus ini butir a,b, yang terkait dengan menimbang ini ya a,b,c saya kira nanti rumusannya bisa kita susunkan kemudian Pak Hobbes sampai d ya, pertama kita mulai dari Pak Hobbes dulu ya, dari F.PPP apakah yang harus tercantum didalam butir-butir menimbang ini kaitannya dengan substansi perubahan UUD'45 dan landasan-landasan filosofis yang harus ada disini, saya persilahkan Pak Hobbes
F.PDIP (HOBBES SINAGA)
Kalau dilihat dari materi yang dimasukan di konsideran, sepertinya apa yang disampaikan oleh pemerintah sebenarnya pada dasarnya itu sudah tepat artinya didalam konsideran itu dimulai dengan pemahaman kedaulatan rakyat, apa yang dikatakan oleh Ketua tadi betul, sebenarnya jangan mengatakan melaksanakan kedaulatan rakyat itu didalamnya sebenarnya adalah sudah ada pengakuan bahwa kedaulatan itu adalah ditangan rakyat, memang dulu kedaulatan ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR, sekarang kedaulatan ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD artinya MPR bukan bukan lagi satu-satunya lembaga yang menjalankan kedaulatan rakyat, lembaga-lembaga negara yang lain seperti presiden, DPR, DPD, MA, Mahkamah Konstitusi, itulah yang disebut lembaga-lembaga negara itu juga menjalankan kedaulatan rakyat sesuai dengan fungsi masing-masing artinya ditentukan secara limitatif dalam UUD , jadi dengan pembahasan bahwa untuk melaksanakan kedaulatan rakyat ini sebenarnya pemerintah disini sudah secara tepat membuat nanti akan kita lihat kebawah bahwa yang melaksanakan kedaulatan rakyat itu adalah lembaga-lembaga yang nanti ditunjuk disitu, jadi ini memang sudah tepat.
Kemudian soal kata mampu barangkali ini memang mungkin nanti kita perdebatkan, dan bagi kami sebenarnya tidak ada yang terlalu prinsip soal kata mampu ya ada bagus, tidak ada lebih bagus. Kemudia menimbang di b dan itu sebenarnya materinya juga kami anggap memang materi ini b dan c itu memang materi yang tepat dimasukan ke konsideran, disini saya sebenarnya mengusulkan supaya dipadatkan saja toh materi dari dua butir itu bisa disatukan tadi disini hanya menunjukan bahwa lembaga perrnusyawaratan rakyat, lembaga perwakilan rakyat, lembaga perwakilan daerah yang semuanya itu telah menjalankan kedaulatan rakyat tadi itu yang disatukan dan perlu dibentuk UU untuk menyusun MPR, DPR, DPD, dan DPRD jadi artinya mungkin tidak perlu dua butir bisa disatukan tapi inipun tidak terlalu prinsip bagi kami kalau tetap itu mungkin lebih enak misalnya dimasukan didalam dua butir itu mengapa tidak tapi kalau misalnya dia bisa disatukan dalam satu butir misalnya butir b dan c itu kalau itu lebih nyambung mungkin nanti itu nanti yang akan kita perhatikan tapi
yang jelas bahwa posisi mengenai materi dimasukan dalam konsideran saya kira itu sudah tepat, saya kira demikian dari F. PDIP terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Pak Hobbes, berikutnya dari F. TNl/POLRI
F. TNl/POLRI (KOHIRIN SUGANDA S. Mc): Terima kasih Pimpinan.
Yang terhormat Pimpinan dan rekan-rekan Pansus.
Yang terhormat Mendagri, pertama kami menanggapi usulan konsep yang dari pemerintah butir a, saya kira ini sudah tepat dan fraksi kami bersikap tetap dengan resening bahwa butir a sudah menjabarkan tentang Pasal 1 ayat (2) UUD dimana disana kedaulatan ada ditangan rakyat yang dilaksanakan menurut UUD disini terlihat pemerintah menjabarkan apa yang melaksanakan kedaulatan rakyat sesuai UUD ... ada lembaga perwakilan, ada lembaga permusyawaratan dalam hal ini MPR sehingga secara filosofis makna refresentasi permusyawaratan/perwakilan sudah dituangkan dalam butir a.
Kemudian kata-kata mampu saya berpendapat sama dengan pemerintah agar ada stresing bukan hanya hipotesa netral tetapi kita ada stresing bahwa lembaga-lembaga tersebut kedepan itu memang harus mampu mencerminkan tentang memperjuangkan aspirasi masyarakat dalam nilai-nilai demokrasinya.
Untuk yang b kami juga masih sependapat dengan yang dari pemerintah namun demikian kami ada sebuah usulan yang tidak tterlalu prinsip tetapi kami ingin mensatu nafaskan nilai filosofis UU Parpol, UU Pemilu dan UU Susduk sehingga konsideran menimbang b, kami menambahkan ikatan filosofis tersebut karena pada pembahasan usul mengingat, kami ingat menambahkan UU Nomor 12 Tahun 2003 dan UU Nomor 31 Tahun 2002, namun inipun tidak harga mati apabila memang dianggap berlebihan kami tidak terlalu memaksakan tetapi intinya adalah menegaskan saling keterkaitansecara filosofis seluruh UU yang menyangkut bidang politik dalam menghantar ke Pemilu 2004.
Kemudian butir c disini mohon maaf Pimpinan, kami sebenarnya sependapat tetapi melihat pengalaman pada saat pembahasan RUU Parpol bahwa dalam diktum mengingat kami terpaksa loncat ke DIM 10, Tap-Tap MPR ini waktu itu kita angkat pada konsideran menimbang untuk mempertegas sehingga sebenarnya pada butir c disitu tercantum F TNl/POLRI tetap tetapi kaitannya dengan DIM 10 kami tidak ingin Tap MPR dihapus tapi ditarik ke diktum menimbang untuk memperjelas, demikian Pimpinan terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Pak Kohirin dari F. TNl/POLRI , berikutnya dari F. PPP. F. PPP (H.M. SJAIFUL RACHMAN, SH) :
Bapak Pimpinan Pansus yang saya hormati.
Bapak Mendagri beserta jajarannya serta rekan-rekan sekalian.
Dari F. PPP sebagaimana tercantum didalam DIM yang ada dihadapan Bapak-ibu sekalian, bahwa pada DIM nomor 3 F. PPP sependapat dengan rancangan dari pemerintah, lebih-lebih tadi sudah dijelaskan oleh pemerintah tentang mengapa kata mampu itu harus dicantumkan, dengan tidak artinya memahami apa yang disampaikan oleh F. PDIP namun tentunya dari fraksi kami DIM nomor 3 butir a ini kami sependapat dengan usulan pemerintah.
Demikian juga DIM nomor 4 butir b Fraksi PPP juga tetap sesuai atau sependapat dengan rumusan yang diajukan oleh pihak pemerintah, kemudian didalamDIM 5 yaitu huruf c fraksi kami mengusulkan perlunya dirumuskan kembali mengenai keseluruhan konsideran menimbang butir c ini dengan pertimbangan bahwa mengenai konsideran ini seyugyanya disinkronkan dengan
UU Parpol sebagaimana dicantumkan didalam DIM ini mengapa demikian karena seperti
telah dikemukakan bahwa ketentuan didalam butir c ini lebih baik atau lebih sempurna
seandainya konsideran ini secara lebih sempurna dinyatakan seperti yang kami
kemukakan didalam usulan perubahan didalam kolom c ini, saya kira dihadapan bapak
ibu sekalian sudah terurai rumusannya tidak perlu saya bacakan lagi namun demikian
tentunya ini adalah merupakan satu usulan yang menurut pertimbangan fraksi kami
adalad merupakan yang terbaik namun seandainya tentunya tidak merupakan harga yang
mati seandainya ini bisa diusulkan hal yang lebih baik kami juga dapat sependapat dengan
diforum ini, saya kira demikian Pimpinan, terima kasih, Assalamualaikum Wr.Wb.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Pak Syaiful, berikutnya dari F.PG kami persilakan.
F,PG ( DRS.H. BAHARUDDIN ARITONANG ):
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Selamat sore, salam sejahtera untuk kita semua.
Saudara Pimpinan dan Anggota Pansus serta wakil Pemerintah yang kami hormati,
sesungguhnya dalam banyak hal membahas tentang konsideran menirrybang dan
mengingat iini F,PG itu tidak jauh berbeda dengan Pemerintah barangkali berbedaannya
ada beberapa hal. Karena memang sadar bahwa di konsideran menimbang inilah khusus
sebagai landasan filosofis dan sosiologis tertuang politik hukum kaik pemerintah maupun
DPR sesungguhnya bahwa apa yang kita rumuskan di UUD khususnya Pasal 1 ayat (2)
kedaulatan rakyat kemudian di implementasikan yang antara lain adalah
lembaga-lembaga permusyawaratan dan lembaga-lembaga perwakilan, barangkali kami rumuskan begitu
kami lebih tertarik kalau ini perlu kita bperdebatkan lebih panjang lebar lagi nanti mungkin
Ketua di Panja karena kamipun masih tetap ragu penggunaan barangkali perwakilan
rakyat dan perwakilan daerah betapapun mungkin kami setuju dengan apa yang diusulkan
oleh pemerintah barangkali mungkin kita perlu cari rumusan yang lebih pas nanti,
kemudian juga beberapa yang dikemukakan oleh teman tadi dari fraksi-fraksi lain, bahwa
walaupun mungkin disini kami kemukakan dikatakan konsideran menimbang c ada
dimasukkan beberapa materi kami melalui forum ini kami tetap memandang nanti perlu
kita perdebatkan materi yang saya maksudkan ini misalnya adalah Ketetapan MPR masuk
jadi materi kemudian juga termasuk diantaranya GBHN mungkin nanti perlu kuita
perdebatkan atau kita bahas berangkat untuk lebih mendekati apa idealnya seperti yang
kita masukan tadi.
Saudara sekalian, barangkali ini juga nanti konsideran mengingat karena itu kami
melihat masih banyak perkembangan nanti ialah untuk yang lebih tepat nanti apalagi yang
dikemukakan
oleh F.TNl/Polri untuk kita bandingkan nanti
dengan konsideran
menimbang khususnya yang telah disusun di UU tentang Parpol, dan UU Pilpres
barangkali, kalau tidak supaya lebih mengarah nanti supaya tidak lagi terjadi bongkar
pasang walaupun mungkin UU tentang Penyusunan UU belum kita rumuskan tapi perlu
kita memang perbaiki mulai dari sekarang, karena dibeberapa juga UU bahkan landasan
konsideran mengingat Tap MPR-pun masih juga dimuat, seperti kemarin tentang kalau
tidak salah BUMN, padahal kita sepakat Tap itu tidak dijadikan lagi untuk :konsideran
mengingat, ini mungkin artinya perlu waktu yang lebih jernih dan lebih dalam untuk
memperdebat supaya nanti tidak lebih terjadi kerancuan dan
sejalan dengan
penyusuanan UU yang tadi kita siapkan. Barangkali itu catatan kami Ketua walaupun
banyak hal pendapat pada prinsipnya sepakat dengan yang dikemukakan rancangan dari
pemerintah tapi juga kami memperhatikan beberapa catatan dengan fraksi lain tadi dan
kemudian juga kami tidak
berkebaratan kalau apapun yang kami usulkan disini mungkin nanti juga perlu koreksi atau kita sempurnaka, sekian terima kasih. Assalamu'alaikum Wr.Wb.
KETUA RAPAT :
Berikutnya dari Fraksi Reformasi
F-REFORMASI (IR. AM. LUTHFI) : Terima kasih.
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Saudara pimpinan dan bapak menteri beserta jajaran.
Pada dasarnya soal konsideran menimbang ini F- Reformasi dapat menerima apa yang telah disusun oleh pemerintah kecuali beberapa penekanan substansinya sebenarnya kita bisa menerima hanya saja di 3a kami menerima 3b-pun menerima di 5c ini kami hanya ingin memberikan tekanan bahwa UU yang kita ubah ini UU Nomor 4 Tahun 1999 ini tentang Susduk MPR, DPR, dan DPRD ini perlu diegaskan sudah tidak sesuai dengan UUD Neg~ra Republik Indonesia tahun 1945 karena adanya DPD itu jadi ini perlu dimasukan, karena sudah itidak sesuai dengan perkembangna yang menghendaki perubahan ini ditambahkan tertuli didalam usul perubahan kami.
Kemudian di DIM nmor 6 disana bahwa dengan pertimbangan pada hurufja, b, c yang diatas tadi dimana perlu pengganti UU Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susduk ini 1dengan UU disebutkan disini diganti dengan UU baru UU tentang MPR, DPR, DPD dan DPRID jadi isinya sebetlnya juga berubah Cuma ada penegasan yang sebelumnya karena tidak sesuai clengan UUD '45 yang kedua ini yang menggantikannyapun disebut denga UU baru itu saja dari 1
kami terima kasih.
KETUA RAPAT
T erima kasih Pak Luthfi dari F. Reformasi.
Sebelum kepada F-KB perlu kami sampaikan bahwa kami sepakat memb~has prinsip-prinsip dasar apa yang ada dalam dasar-dasar menimbang ini kalaupun kita tidak bisa membahas rumusan-rumusan tapi paling tidak kita sepakati prins1ip-prinsipnya supaya nanti rumusannya bisa kita rumusanya bisa kita rumuskan dibelakang sebagaimana juga juga tadi telah disarnpaikan oleh teman-teman dari fraksi lain, saya dipersilakan dari F.KB.
F-KB (G. SETO HARIANTO) :
Terima kasih saudara Pimpinan dan saudara sekian, Bapak Menteri besert~ jajaran. Jadi pada prinsipnya kami dari F.KB sepekat konsideran menimbang dan miengingat itu memang setidaknya harus memuat tiga aspek baik filosofis, sosiologis, mau[un yuriqis tapi tentu persoalannya adalah apa yang merupakan materi yang harus mencerminkan aspek filosofis, sosiologis, maupun yuridis itu yang saya kira mau tidak mau harus kita bicarakan satu demi satu tidak bisa secara umum, sebagai contoh kadang-kadang pergantian itu bisa mem~erikan atau pergantian satu kata bisa memberikan arti yang berbeda, saya ingin mengambil conto~ usulan dari F-PDIP misalnya yang mengusulkan didalam DIM 3a itu untuk menghapus kata mambu, dari segi
I
bahasa Indonesia memang kedua-duanya benar mau pakai mampu atau tidak mampu atau tidak memnggunakan kata mampu bisa tetapi memiliki pengertian yang sangat menda~ar berbeda, kalau kita tidak menggunakan kata mampu disinimaka pengertiannya adal~h lembaga permusyawaratan rakyat, dan lembaga perwakilan daerah yang mencerminkan demokrasi itu artinya sistem
Rekruitment-nya, susunan strukturnya itu demokratis dia mencerminkan demokrasi tapi kalau dikatakan mampu mencerminkan itu artinya kinerja, jadi nantinya lembaga ini dituntut harus mampu mampu mencerminkan nilai-nilai demokrasi artinya kita mau mengukur hasilnya nanti bagaimana harapannya diwujudkan nah ini pilihan tentu karena dari bahasa dua-duanya sama, jadi menurut hemat saya memang pada akhirnya kita harus melihat bagaimana usulan yang secara umum menurut saya apa yang d~sampaikan dalam konsideran menimbang dalam naskah RUU ini sudah cukup tepat kecuali beberapa perubahan, terima kasih.
KETUA RAPAT:
Teri ma kasih, Pak Seto, dari F.PDIP ada tambhan Pak sebelum Pemerintah. F. PDIP (RUT JI GUNUNG MULJONO) :
Saya cuma melihat ini dari aspek, ini semua sebagai konvensi logis dari amandemen UUD satu sampai dengan empat karena itu mungkin terutama dari aspek filosofis banyak hal-hal yang nanti perlu kita pertimbangkan seperti misalnya DIM 3a tentang menimbang ini, jadi mungkin konvensi logis dari perubahan Pasal 1 ayat (2) bahwa kedaulatan ditangan rakyat dan dilaksanakan sesuai dengan UU lantas UU-nya ini tentu adalah satunya ini, jadi pemerintah ini mengantisipasi aplikasi daripada Pasal 1 ayat (2) kira-kira seperti itu meskipun dari aspek substansial filosofis dan itu masih bisa diperdebatkan tapi prinsipnya kan seperti itu sebab Pasal 1 ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan UU nah UU yang mana, siapa yang melaksanakan, nah UUD-nya itu yang itu jugarancu nanti karena itu diperlukan UU bukan UUD, jadi Pasal 1 ayat (2) kedaulatan ditangan rakyat dan dilaksanakan sesuai dengan UU, nah UU yang mana siapa yang melaksanakan, Iha UUD-nya itu itu juga rancu nanti karena itu diperlukan UU bukan UUD karena di UUD-nya tidak ada itu sehingga jadi ngambang semua karena memang itu kira-kira belum selesai amandemennya itu saya kira itu saja terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih, dari F.PDIP tambahan.
Dari pandangan fraksi-fraksi kelihatannya ada tiga hal saya kira yang perlu kita, dari Pak Thahir ada silahkan.
WAKIL KETUA (H.M. THAHIR SAIMIMA, SH) :
Bapak Menteri dan jajaran yang kami hormati, saya mau mengingat kita pada pembahasan UU Nomor 31 yang sudah kita sahkan, memang pertimbangan yang disampaikandidalam rancangan awal itu seperti yang disampaikan oleh pemerintah tadi dan perbincangannya sangat serius sekali sehingga pada saat itu Panja dan Pansus memutuskan untuk memuat Ketetapan-Ketetapan MPR didalam pertimbangan ini dan itu disetujui secara bersama-sama oleh Pansus Parpol saat itu bersama pemerintah, dasar pikiran seperti itu maka F. PPP menginginkan agar UU Parpol itu bisa dirujuk kembali didalam RUU kita ini, terima kasih.
KETUA RAPAT:
Dari pandangan fraksi-fraksi setidaknya ada empat hal yang ingin disampaikan yang pertama terkait dengan landasan filosofis khusunya menyangkut perubahan UUD'45 Pasal 1 ayat (2) dalam Pasal 1 ayat (2) dalam butir a, kemudian juga landasan sosiologis dan yuridis, disini beberapa fraksi menyebutkan bahwa perlu ditegaskan bahwa UU Nomor 4 Tahun 1999 memang sudah tidak sesuai dengan amandemen UUD'45 maupun dengan tuntutan perkembangan masyarakat.
Yang ketiga, fraksi-fraksi menghendaki agar supaya posisi Tap MPR yang memang akan dievaluasi oleh sidang Tahunan MPR yang sekarang juga diperdebatkan mengenai aksistensinya kedepan sebagaimana juga pernah diberlakukan pada UU Parpol kalau tidak salah, itu posisinya tidak berada di konsideran mengingat tapi diangkat didalam menimbang, ini juga ada beberapa fraksi yang sudah memasukkan usulan semacam itu, karena itu kami mgm mendapatkan tanggapan sekaligus penjelasan dari pemerintah mengenai masalah ini, saya persilakan Pak Menteri,
PEMERINTAH:
Terima kasih Pimpinan Pansus.
Jadi masalah ini memang bisa kita tempus dua kemungkinan, apakah kita akan mendalami lagi mendiskusikan ini lebih dalam dalam Panja atau kita tugasi ada semacam kelompok yang memang merumuskan masalah menimbang dan meng,ingat itu tentu tiap hasil perubahan dari menimbang dan mengingat diinformasikan kedalam Panja untuk didalam pembahasan Batang Tubuh pasal ayat-nya itu tidak bertentaingan dengan yang dari menimbang dan mengingat itu, jadi dua kemungkinan ini ya tergantung keputusan Pansus ini karena juga ada pengalaman yang membuktikan dalam satu Pansus yang perdebatannya lalu sangat bertele-tele akhirnya ada keputusan ya sudah kita tunjuk saja yang mewakili fraksi-fraksi rumuskan itu menimbang dan mengingat kemudian beralih ketempat lain tetapi tiap hasil rumusan di menimbang dan mengingat selalu harus diinformasikan ke Panja, sebab kalau kita akan teliti satu demi satu lagi nanti ketemu kata-kata yang berbeda tentu kembali seperti tadi saya katakan kalau yang mengusulkan tambahan berusaha untuk mempe1rtahankan alasan kenapa ditambah seperti itu kalau yang
mengusulkan dihapus misalnya ya akan mempertahankan dihapuskan itu dengan alasan tertentu dan seterusnya itu, jadi ada dua kemungkinan saya menawarkan apakah kita teruskan di Panja tentu tidak hanya DIM ini tetapi beberapa DIM itu nanti kita dalami atau bersamaan kita dalami di Panja kita juga bisa menugasi tim walaupun namanya bukan Timus tetapi dia khusus spesial merumuskan menimbang dan mengingat dan mengingat, demikian Pimpinan Pansus.
KETUA RAPAT:
Selain yang diusulkan tadi apa dari pemerintah perlu memberikan tanggapan mengenai posisi Tap ini pak sehingga nanti memberikan dasar atau masukan kepada tim atau Panja yang akan kita bentuk, karena ini ada dua atau tiga fraksi yang mengusulkan masuk dalam menimbang tidak lagi didalam mengingat kira-kira begitu dasarnya.
PEMERINTAH:
Dalam UU tentang Parpol Nomor 31 Tahun 2002 itu pada klausul menimbang huruf f itu memasukan Tap-tap MPR yang relevan, yang terkait dengan UU yang sedang dibuat itu, kalau kita mengikuti pola itu tentu kalau kita memasukkan Tap ya tidak keliru begitu, kan dengan Pansus yang sama jangan sampai pada waktu membahas UU Parpol mensepakati tentang sesuatu sepakat, terus pada ketika yang lain Pansus yang sama menyepakati sesuatu yang tidak sama dengan yang pernah disepakati kan ini dinamikanya masih dalam satu rangkaian kecuali nanti ganti Anggota Pansus yang akan datang kalau masih ini menurut pendapat kami dari pihak pemerintah ya kita ikuti saja pola yang pernah diputuskan didalam penyusunan UU tentang Parpol itu kan kebetulan juga Pansusnya sama walaupuni satu-dua anggota ada yang berubah tapi pada prinsipnya Pansus yang sama juga membahas RUU Parpol dan RUU Susduk, terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih dari pemerintah.
Saya kira tawaran yang penting untuk kita diskusikan, barangkali kita bisa mengambil posisi mengenai konsideran menimbang ini jadi kita akan membentuk semacam tim perumus barangkali tapi lakukan melalui Panja kira-kira begitu artinya di panja kita ungkap kembali lansung dibentuk timnya saya kira itu ya ?
( KETOK SATU KALI ) Terima kasih,
Kemudian berikutnya konsideran mengingat, mengingat ini juga kalau kita lihat kembali saya kira juga mungkin masih kepada ketelitian kita untuk memilih mana pasal-pasal yang terkait yang perlu kita masukkan disini tentunya yang secara langsung ada hubungannya dengan UU ini sedangkan yang tidak tidak akan kita muat karena itu kami ingin menawarkan juga apakah posisi konsideran mengingat mulai dari b nomor 8.9,10,11,12,13,14 bisa kita posisikan sama dengan DIM sebelumnya, setuju ya pemerintah setuju ya, jadi kita membentuk Tim Perumus atau Tim kecil tapi dilakukan melalui Panja.
( KET OK SA TU KALI )
Berikutnya DIM nomor 15, ini sudah memasuki pembukaan, berikutnya DIM 16 karena itu terkait dengan DIM nomor 1 tentu kalau kita setuju didepan maka disini juga setujui karena ini menyangkut nama, jadi kalau tidak setuju kemarin kita menetapkan DIM nomor 1 itu adalah ke Panja karena itu bagaimana kalau kita juga bawa DIM ini ke Panja setuju pak ya.
( KET OK SA TU KALI )
Berikutnya DIM nomor 18 dalam ketentuan Um um ayat (1) Majelis Permusyawaratan Rakyat selanjutnya disebut MPR,, adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam UUD'45 disini ada beberapa Fraksi yang mengajukan usul perubahan pertama dari F.PG, kedua dari F.KB, ketiga F. Reformasi, dan keempat F.TNl/Polri karena itu kami ingin mendapatkan penjelasan dari F.PG terlebih dahulu, saya persilakan.
F,PG (DRS.BAHARUDDIN ARITONANG ):
Ya sebenarnya usulan kami juga tidak jauh berbeda dengan yang disampaikan pemerintah Cuma kami melengkapinya dengan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, itu saja Katua terima kasih.
KETUA RAPAT:
Prinsipnya F>PG hanya menambahkan penyebutan UUD'45 sebagaimana yang pernah kita setujui didepan, kemudian dari F.KB ini agak berbeda memang jadi kalau pemerintah dan F,PG sama tapi barangkali dari F.KB ada usul perubahan, saya persilakan Pak Seto.
F.KB ( G. SETO HARIYANTO ): Terima kasih,
Bapak-ibu sekalian, Bapak Menteri yang saya hormati.
Jadi memang pada DIM 18 ini kami sebenarnya ingin melihat bahwa MPR merupakan lembaga yang tidak permanen, dia adalah merupakan forum gabungan dari Anggota DPR dan Anggota DPD dengan konsekuensi tentu nantinya bahwa yang namanya Sidang MPR memang paling tidak kedua unsur itu harus hadir meskipun salah satu unsur hanya satu, kami
Khawatir ketika nanti kita bicara kuorum itu ada kourum yang katakanlah andaikata 2/3 pun itu cukup dengan dihadiri oleh Anggota DPR yang jumlahnya lebih besar itu sudah cukup dan itu sebetulnya tidak mencerminkan MPR sebagaimana yang dimaksud didalam Pasal 2 UUD itulah sebabnya kami mengusulkan agar didalam ketentuan umum ini ditegaskan bahwa MPR pada dasarnya adalah merupakan forum gabungan yang keanggotaannya terdiri atas Anggota DPR dan anggota DPD, jadi tidak boleh ada Sidang MPR yang salah satu unsurnya sama sekali tidak hadir itu maksudnya, terima kasih Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Terima kasih dari F. KB berikutnya dari F. Reformasi apakah perlu ada penjelasan mengenai penamaan UUD ini, silahkan Pak Luthfi.
F. REFORMASI (IR. A.M .. LUTH Fl) : Terima kasih.
Saya kira kalau bisa kita semua sepakat bahwa UUD kita itu namanya Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, jadi ini saya kira sudah empat fraksi mengusulkan nama itu supaya jangan ditulis UUD 1945 atau UUD ' 45, ini nama resminya sekalian ingin mensosialisasikan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
KETUA RAPAT: Terima kasih.
Saya kira dari F. TNl/POLRI juga sama ini penamaan UUD, masih ada tambahan pak dari F. TN l/POLRI.
F. TNl/POLRI (AMIR TOHAR, S.IP):
Sama pak, jadi sesuai dengan Pasal 2 Aturan Tambahan kita konsisten untuk menyebut bahwa Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 itu sudah kita bakukan, jadi kita menyesuaikan Aturan Tambahan Pasal 2, terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih, memang kita sudah menyepakati mengenai perubahan penamaan ini dari DIM-DIM sebelumnya, disini ada satu fraksi dari F. KB yang membuat rumusan yang berbeda dan mempunyai pendapat bahwa MPR itu merupakan joint seasen antara DPR dan DPD, MPR itu ada kalau keduanya itu bergabung, sementara dari pemerintah dan dari fraksi-fraksi lain tetap melihat MPR itu adan dan merupakan lembaga tersendirii kira-kira begitu pandangannya karena itu kami ingin mendapatkan tanggapan dan penjelasan dari pemerintah saya persilahkan.
PEMERINTAH :
Terima kasih Pimpinan Pansus.
Jadi untuk yang terkait dengan penyebutan untuk melengkapi UUD 1945 ditambah dengan Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tentu pemerintah sependapat karena itu adlah rumusan baku tertulisnya dan tentu itu harus dipenuhi sesuai dengan apa yang tercantum didalam UUD itu sendiri, memang sering kadang-kadang orang mencari jalan pintas penyebutan dalam bathiniah itu kadang-kadang langsung tertuangkan didalam tulisan, orang kan sering ambil jalan pintas dan singkat UUD'45 kan seharusnya Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 cuma kalau orang suruh ngomong seperti itu biasanya panjang dan lama nulisnya UUD'45 kalau lebih singkat lagi orang tidak menggunakan UUD'45 orang katakan UUD Iha tapi terjemahannya lalu beda UUD itu apa karena bisa diakronominkani bermacam-macam, sekarang menanggapi
Usulan dari F.KS pemerintah berpendapat bahwa sesuai dengan Pasal 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ini, keberadaan MPR yang sebagai instit1.1si itu isinya terdiri atas Anggota DPR dan DPD yang memiliki tugas dan wewenang sesuai dengan Pasal 3 dan Pasal 8 ayat (2) dan ayat (3) didalam UUD tersebut,. dari ketiga pasal itu maka dapat dikatakan bahwa MPR itu dari susduk kelembagaan mempunyai kedudukan dan kewenanngan yang tersendiri berbeda dengan atau berbeda sama sekali dengan kedudukan DPR dan DPD itu walaupun secara emosional memamng terkait dengan DPD dan DPR tetapi begitu masuk dalam rumah majellis maka dia Anggota Majelis yang sebenarnya tidak bisa lalu misalnya tentang kuorum persidangna 2/3, misalnya dihadiri oleh semua Anggota DPR sudah cukup, ya kalau itu memang ketentuan persidangan mengatakan itu sud ah sah kuorum ya itu berjalan · sebab nanti nomor Anggota MPR kan tidak sama dengan nomor Anggota DPR, juga Anggota DPD mesti memiliki nomor keanggotaan majelis yang lain, Iha apakah akan ada kodenya nanti yang dari DPR kodenya apa, dari DPD kodenya apa yang tentu sebenarnya tidak lagi lazim, kalau dulu ada utusan golongan, utusan daerah, dan juga ada yang dari DPR sehingga mempunyai kode-kode yang dibelakangnya beda-beda atau didepannya yang beda-beda.
Jadi dari sudut kelembagaan karena memiliki kedudukan dan kewenangan tersendiri yang berbeda sama sekali dengan kedudukan dan wewenang DPR dan DPD maka MPR ini memang bukan hanya sekedar persidangan gabungan tetapi memang satu lembaga tersendiri, Cuma adanya kapan ya kalau sedang bersidang ya itulah eksis operasionalnya tapi ka,lau sednang tidak bersidang kelembagaan itu ada, ya paling tidak kan secretariat jenderal majelis itu tetap eksis dan ada dan mungkin barangkali mempunyai Sadan akerja atau Panitia Ad-hoc atau apapun yang sepanjang tahun paling tidak itu dia bisa melakukan tugas-tugas untuk kepentingan majellis dan selain itu karena MPR ini tidak lagi merupakan lembaga tertinggi Negara sebab d'idalam UUD tidak lagi memposisikan MPR sebagai pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat selanjutnya pengertian umum mengenai MPR, DPR, DPD, dan DPRD memang haraus mengacu secara persis sesuai dengan maksud UUD tersebut dan perbedaan hakiki antar lembaga-lembaga tersebut telah dijelaskan didalam pasal-pasal UUD, jadi pemerintah didalam mengkonstruksikan itu, MPR itu eksistensinya ada bukan antara ada dan tiada tapi ada Cuma kalalu begitu dia' melakukan persidangan ya berarti Anggota DPR, DPD melapaskan ke DPR-an dank e-PDP-anya dan karena sudah ada disini yang tinggal dilakkukan persidangan, jadi dengan demikian pemahaman dan pengertian didalam pemerintah mengkonstruksikan memang tetap merupakan lembaga karena dkedudukan dan kewenangnannya memang beda hanya pelakksanyaannya eksistensinya itu kalau memang ada persidangan sedangkan kelalu tidak ada tentu ya apakah tadi Pa!nitia Ad-hoc ataupun Sadan Pekerja dengan secretariat jenderalnya yang selalu eksis, karena mau tidak mau tetap akan terjadi ada administrasi, aspirasi dan surat menyurat kepada majelis, tidak mungkin diluar sedang Sidang MPR itu tidak adakan ada surat kepada majelis tetap itu akan berjalan karena rakyat atau masyarakat melihat kalau ada aspirasi yang terkait dengan fungsi wewenang dan kewajiban majelis yang terkait dengan misalnya perubahan UUD atau perubahan pasal ataupun mungkin yang lain itu pasti akan disampaikan kepada majelis, demikian Pimpinan Pansus terima kasih.
KETUA RAPAT
Saya kira kita sudah mendengarkan penjelasan pemerintah mengenai kedudukan MPR ini sebagai lembaga yang mempunyai kedudukan, wewenang
Dan tugas yang berbeda dengan lembaga-lembaga Negara yang lainnya sehingga dia
eksis tersendiri.
Kami ingin mendapatkan juga tanggapan dari fraksi-fraksi mengenai usul dari
F.KB ini pertama akan kita mulai dari sebelah kanan dulu, dari F.PG dulu silakan.
F.PG ( DRS. H. BAHARUDDIN ARITONANG ):
Kalau F.PG sejak dari awal sama pikirannya persis dengan
pemerintah
sesungguhnya yang jadi persoalan dari F.KB tapi saya lihat tadi ketika Pak Seto
bicarapun sebenarnya agak ragu-ragu Pak Seto, adanya terus terang juga tadi biasanya
kalau Pak Seto yakin itu tegas tapi seperti tadikan sepertinya ragu-ragu karena itu saya
yakin kalau putaran kedua ini Pak Seto ya sudahlah palaing-paling begitu saja, terima
kasih Ketua,
KETUA RAPAT:
Berikutnya Pak Luthfi dari F. Reformasi.
F. REFORMASI ( IR. AM. LUTHFI ):
Terima kasih, sebenarnya masalah ini sudah pernah kita bicarakan panjang lebar
juga, pada waktu kita bicarakan tentang kuorum dan kita sudah sepakat dan selesai
bahwa, sekali dia Anggota MPR dari DPD atau DPR itu statusnya sama karena kalau
tidak apa satu yang bikin dia itu DPD diakui atau empat, atau 17 atau 22 itu susah, waktu
itu kita sudah sepakat jadi saya kira mungkin ini diketiknya sebelum ada kesepakatan ada
kesepakatan yang lalu itu, jadi saya kira mungkin nanti F.KB akan menarik lagi seperti
yang lalu, terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Pak Luthfi, berikutnya dari F.PDIP.
F.PDIP (WILLIAM H. TUTUARIMA):
Terima kasih.
Pertama kami untuk istilah UU tadi kami bisa menyesuaikan tentunya dengan judul UU
setelah diamandemen kemudian yang kedua F.PDIP juga tidak ada perubahan karena
segala sesuatunya sudah diatur dli UUD itu sendiri, saya kira cukup demikian terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih, berikutnya dari F.TNl/Polri:
F.TNI POLRI (KOHIRIN SUGANDA S.M.Sc ):
Terima kasih Pimpinan.
Yang pertama kami penganut Tap MPR yang permanen body namun ada beda pendapat
tadi sedikit kalau Pak Seto menganggap korumnya itu justru mengarah ke joint seeson
tapi beberapa waktu yang lalu kami ngangkat kuorum ini pada putusan dan keabsahan
jadi intinya memang semangatnya sama bahwa kami tidak ingin MPR kedepan itu hanya
dihadiri oleh salah satu saja meskipun kuorum memenuhi tetapi tadi dari pak Luthfi
sudah ada penegasan yang penting berapapun kalau permanen body kami harapkan
paling tidak ada Wakil Ketua MPR yang dari DPD sehingga jadi sah, jadi itulah
keuntungan permanen body, demikian terima kasih.
KETUA RAPAT:
F. PPP (DR. H. ZAIN BADJEBER):
T erima kasih
Saya kira paling tidak ada tiga alasan, k:ita tidak membedakan itu pertama yang
ada didalam UUD'45 sendiri Pasal 7 b kalau tidak salah pada waktu MPR
mengmpeachment itukan peristiwa yang penting, tidak membagi-bagi bahwa itu harus
disepakati oleh sekian suara dari DPR maupun dari DPD demikian pula misalnya Pasal 37
itu waktu dirumuskan itu lama baik di PAH maupun di komisi majelis dirumuskan tidak
terpikir sama sekali waktu itu bahwa sepertinya yang mengajukan itu harus campur bukan
untuk mengajukan usul perubahan kalau tidak salah Pasal 37 ayat (1) lalu untuk putusan
2/3/ dari, itu juga tidak ada sama sekali terlontar pemikiran bahwa itu dari dua kelompok,
lalu kalau kita mau bedakan seperti itu apa beda11ya dengan yang sudah kita atur bahwa
dalam DPD ikut membahas RUU tertentu dengan DPR disitu kan bukan ikut membahas
dalam status yang sama DPR dengan DPD tetapi DPR didalam status Pasal 20 ayat (1)
memegang kekuasaan membentuk undang-undang, dia ikut membahas atau memberi
pertimbangan, nah kalau di MPR juga begitu ya sama saja yang waktu bertemu di DPR
dengan di MPR, waktu DPD ketemu DPR di DPR lalu DPR dan DPD ketemu di MPR
bentuknya kan sma saja, jadi saya kira dengan memakai logika seperti itu apapun kita
namakan MPR ini apa joint session, apa permanen tergantung langkah-langkah yang di
DPR itu kita atur yang bagaimana mungkin disini nampaknya dia joint seesion tapi
dipihak-pihak lain dia joint seesion, jadi tidak dalamstu kalau permanent ya harus semua
ketentuan permanent, saya kira tidak demikian nanti tergantung rumusan-rumusan yang
akan kita berikan, terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih Pak Zain dari F. PPP.
Dari pandangan fraksi-fraksi kelihatannya memang hampir sebagian besar
berpendapat bahwa MPR itu adlah permanen kemudian mengenai kuorum tidak
membeda-bedakan dari mana asal muasal seperti tadi yang disampaikan oleh Pak Zain
walaupun ada dua pertemuan tetapi pertemuannya itu berbeda-beda oleh karena itu kami
ingin mendapatkan tanggapan kembaii dari F. KB apakah sudah memahami alasan-alasan
yang disampaikan teman-teman fraksi-fraksi lain atau jika masih menganggap bahwa joint
seesion menjadi penting.
F. KB (G. SETO HARIANTO) :
Terima kasih.
Jadi pertama memang kami bisa memahami sepenuhnya bahwa tugas-tugas
MPR yang sehari-hari ditangani oleh kesekjenan MPR itu memang harus tetap permanen
sebagaimana dijelaskan oleh pemerintah tadi bahwa sebetulnya bagi kami istilah joint
seesion atau permanen memang tidak terlalu tepat digunakan karena ada dalam sistem
bikameral murni yang dimaksud dengan joint seesion itu DPD bisa mengajukan atau
memiliki hak membentuk UU jadi memang dalam kontek kita itu tidak bisa digunakan,
persoalan sebetulnya yang mendasar justru apa yang juga digaris bawahi oleh rekan dari
F. TNl/POLRI, ketika kita mengatakan dalam Pasal 2 UUD bahwa MPR terdiri atas
Anggota DPR dan Anggota DPD pertanyaannya adalah apakah kalau salah satu unsur
tidak hadir masih bisa disebut sebagai MPR, kalau Pak Menteri mengatakan kelaziman
memang belum ada kelaziman karena ini hal baru paling tidak kelazimannya adalah MPR
masa lalu tidak mungkin bersidang kalau ada salah satu fraksi yang namanya F. UD atau
F. UG atau F. TNl/POLRI tidak hadir tidak bisa dilaksanakan sidang itu harus dihadiri oleh
semua fraksi sekarang persoalan kita adalah bagaimana menjamin itu, mengapa karena
ketika kita mengatakan hanya 2/3 apalagi 50 persen itu cukup oleh Anggota DPR saja
sudah terpenuhi, pertanyaannya adalah sekali lagii apakah itu masih boleh disebut sebagai
sidang
MPR. Kalau tidak bagaimana mengamankan itu persoalannya karena kita tidak tahu
bagaimana perkembangan politik kedepan, bisa saja Anggota DPR sepakat sudahlah kita
sebagai Anggota MPR kompak buat Sidang MPR yang DPD nya tidak setuju karena sah,
inikan persoalan yang sekali lagi pemyataan apa demokrasi macam itu demokrasi angka
yang yang kita mau buat atau semangat demokrasi yang kita mau bangun kalau ya mari
kita membuat batasan rumusan bagaimana mungkin kita tidak usah menekankan bahwa
itu forum gabungan istilah bisa dibuat yang lain tetapi jaminan bahwa pasal 2 itu dipenuhi
itu yang menurut saya harus kita jaga sehingga DPD yang sekarang ini sudah mendapat
banyak keluhan karena dianggap terlalu lemah posisinya atau kewenangan jangan di
MPR yang sebetulnya setara sama-sama Anggota MPR yang tidak ada bedanya dengan
yang berasal dari Anggorta DPR tapi kemudian secara politis bisa dikebiri kalau tidak ada
penegasan, nah itu yang sebetulnya menjadi kerisauan kami, jadi mari kita mencari
rumusan yang lebih memberikan jaminan terhadap pelaksanaan Pasal 2 ayat (1)
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 itu, terima kasih.
KETUA RAPAT:
Saya kira kali ini Pak Seto tidak ragu-ragu Pak Aritonang dan ada alas an yang
saya kira penting dan menarik untuk kita cermati berkaitan dengan esensi sebenarnya
atau hakekat bukan angka-angka menurut beliau, terhadap usulan ini saya kira ada dua
kemungkinan kita pertama menyetujui rumusan dalam ketentuan umum yang diusulkan
oleh pemerintyah tetapi kita akan nanti memperdebatkan didalam hal-hal yang terkait
dengan substansi proses pengambilan keputusan itu juga satu sisi yang perlu kita
pertimbangkan atau kita akan mencari rumusan yang lebih tepat yang secara esensial
juga sudah mencerminkan hal-hal yang sudah disampaikan Pak Seto tadi, kalau itu
posisinya maka kita akan membawa masalah ini kepada Timus, terhadap dua hal ini
barangkali bisa kita lakukan pilihan sehingga nant I kita apakah ke Panja atau ke Timus
sudah kelihatan jalan keluar yang hendak kita tuju, terhadap dua hal ini kami minta
pandangan juga dari pemerintah sebelum kita ambil posisi terhadap DIM ini, saya
persilahkan Pak Menteri.
PEMERINTAH:
Terima kasih Pimpinan,
Jadi memang seperti tadi yang kami sudah jelaskan ini memang kalau kita exercise,
Majelis ini anggotanya terdiri dari Anggota DPR dlan Anggota DPD diluar itu tidak ada lagi
dan kelengkapan majelis ini itu ada komisi nah sekarang persoalannya kita masih
memiliki yang namanya fraksi dimana itu merupakan kepanjangan tangan dari satu partai
yang ada dilembaga, lembaga apapun itu namanya, ini yang menjadi pertanyaan secara
exercise apakah nanti yang namanya wakil-wakil daerah tiap provinsi itu lalu menjadi satu
fraksi sendiri menjadi fraksi daerah inikan juga harus kita apakah mungkin kalau menjadi
satu fraksi daerah ya itu kekuatan juga satu fraksi yang cukup besar/dominan. Nah
apakah didalam persoalan majelis ini nanti sebenarnya kepentingan-kepentingan anatar
fraksi itu yang akan menonjol mengemuka atau menyelesaikan persoalan-persoalan
sesuai dengan wewenang dan tugas majelis karena pertama tugas majelis sudah tidak
memilih lagi presiden misalnya, ltidak lagi menetapkan GBHN ini sebenarnya ya agak
simple sebenarnya, persoalannya apakah mungkin DPR yang 550 kompak atau DPD
yang empat kali jumlah provinsi nanti kompak artinya kalau mau boikot, kalau yang boikot
DPD wah DPR saja bisa cukup tapi apakah juga 550 Anggota DPR itu juga mau kompak
seperti itu toh masing-masing Anggota DPR yang juga dipilih dari daerah pemilihannya itu
tersebar didaerah-daerah sulit itu yang belum tentu kalau itu bisa kompak mau melakukan
seperti itu kalau kita mau berbicara exercise dengan
berbagai kemungkinan, jadi mema11g inikan tetap fraksinya partai-partai itu di DPR dan di MPR ada tetapi yang dulu ada utusan daerah yang jaman lama itu ketua DPP-nya adalah Depdagri terus belakangan tidak punya DPP lagi ya seperti itu dan sekarangkan katanya saya dengar mau bentuk partai sendiri nanti bagaimana ini caranya hubungan antar partai daerah, orang yang dipilih oleh rakyat memilih di provinsi yang mewakili atas nama daerah tapi juga ada sekarang muncul namanya partai daerah dan sudah di deklair kalu tidak: salah Iha ini apa nanti mau mencangkok ke majelis melalui wakil-wakil daerah itu atau bagaimana jadi ini memang antara exercise yang kami kemukakan dengan bahwa persidangan majelis itu ya tidak usah kita mengistilahkan forum gabungan, jadi demikian nanti mekanismenya atau tatibnya di dalam mengatur persidangan itu adalah apakah mau ditambahkan dengan yang penting selalu ada dua unsur itu, kalau ada keharusan seperti itu berarti sekian parpol posisinya disamakan dengan satu kekuatan yang utusan daerah padahal harusnya masing-masing parpol melalui fraksi itu memiliki juga posisi dan kewenangan yang sama kalau itu dibagi Anggota DPR. dalam fraksi-fraksi.
Jadi dengan demikian memang untuk keanggotaan di majelis ini apakah masih tetap pakai fraksi apa kita langsung masuk komisi tanpa melihat fraksi misalnya seperti itu, ini juga perlu kita pikirkan sebab kalau sebagian kita masih gunakan model lama sebagian kta juga ingin membuat pembaharuan tetapi kalau tidaik tegas misalnya dalam konteks kemajelisan bagaimana peranan fraksi apakah betul-betul murni wewenang hak anggota dan mejelis tanpa ada campur tangan fraksi, kalau tidak ada alagi campur tangan fraksi ya tidak ada lagi campur tangan fraksi ya tidak ada lagi didalam majelis itu fraksi dari partai a, b, c, tapi dia memang murni Ang:gota Majelis sebab kalau nanti di dalam tatib itu juga masih menempatkan fraksi memamng akan terjadi sedikit kerancauan, jadi apakah lalu yang DPD itu jadi fraksi Perwakilan Daerah kan belum tentu mau jadi, saya kira demikian tambahan dari kami Pimpinan Pansus untuk mungkin menambahkan berbagai kemungkinan kalau kia exercise didalam kelembagaan majelis di dalam persidangan karena kedudukan, kewenangan majelis memang beda dengan DPR dan DPD, terima kasih.
KETUA RAPAT
Terima kasih dari pemerintah.
Tadi sudah memberikan gambaran mengenai berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada lembaga MPR ini tapi yang pasti tadi dari Pak Seto saya kira Pak Seto sebenarnya sudah memberi pengeertian bahwa forum gabungan itu tidak relevan karena joint session itu ada dalam system be-kameral murni sedangkan kita sudah sepakat tidak murni jadi memang tidak tepat oleh karena itu Pak Seto tidak mempersoalkan itu lagi tadi karena itu maka sebenarnya bukan pada tingkat rumusan tapi pada tingkat esensi tadi yang dikehendaki karena itu kalau boleh disetujui ini mengusulkan dari meja Pimpinan bagaimana kalau riumusan ini kita setujui ini mengusulkan dari meja Pimpinan bagaimana kalau rumusan ini kita setujui tetapi kita nanti membahas yang esensial itu dalam proses berikutnya misalnya dalam soal kuorum pengambilan keputusan mungkin disitu posisinya untuk diperdebatkan kembali tetapi rumusan mengenai majelis ini sudah luas menurut saya karena apa sebagaimana dimaksud dalam UUD ini mungkin pemerintah sudah memperhatikan betul tidak ada kalimat lain yang bisa menafsirkan kecuali sesuai dengan UUD karena permanent body, apakah joint session karena memang rumusan yang diputuskan dalam UUD itu adalah memang tidak murni sehingga dengan rumusan ini akan lebih jelas saya kira apakah demikian Pak Seto bisa diterima rumusan ini kita setujui tapi nanti yang terkait dengan usulan Pak Seto tadi akan bahas didalam soal kuorum