• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

Sebagai bahan kajian untuk memperoleh teori dasar yang relevan guna mendukung permasalahan yang diajukan dan bisa mencapai sasaran yang diharapkan.

1. Pengertian Kerajinan

Kerajinan menurut Sumintarsih (2001) dalam Isyanti (2003 : 17) kerajinan merupakan bagian dari hasil karya manusia yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan manusia pendukungnya. Kerajinan tersebut membutuhkan modal ketelitian, keuletan, ketekunan dan mengandalkan keterampilan tangan. Chairin Haryati Yoedowinata (1987 : 2-3) berpendapat bahwa kerajinan atau craft diartikan sebagai suatu karya yang dikerjakan memakai alat sederhana dengan mengendalikan kecekatan tangan, dikerjakan oleh pribadi terlatih. Craft biasanya dikerjakan oleh pengrajin-pengrajin daerah terutama dengan dasar industri rumah tangga. Menurut Soepratno dalam Krisnadi (2004 : 7) sebagai berikut seni kria (kerajinan) yaitu sejenis kegiatan atau keterampilan yang dapat menghasilkan barang-barang yang bermutu seni, jadi hasil karya kerajinan tersebut dibuat sesuai dengan rasa keindahan dan ide-ide murni sehingga menjadi bentuk barang yang indah dan menarik.

Hasan Shadily (1990 : 19) berpendapat bahwa kerajinan adalah jenis kesenian yang menghasilkan berbagai barang perabotan, hiasan atau barang-barang lain yang artistik, terbuat dari kayu, besi, porselin, emas gading, katun tenunan, dan sebagainya. SP. Gustami (2000 : 6) menyatakan cabang-cabang seni kerajinan diantaranya seni batik, tenun, ukir kayu, topeng, anyam rotan, keramik, wayang kulit, wayang golek, gamelan, keris, perhiasan dan lain sebagainya.

Kerajinan merupakan hasil karya yang dihasilkan manusia, biasanya kerajinan berupa barang yang terbuat dari bahan yang bermacam-macam

(2)

commit to user

seperti logam, kayu, bambu, tulang, kulit dan masih banyak lagi lainnya. Pada proses pembuatan kerajinan membutuhkan keahlian khusus dari pengrajin. Bahan dan alat yang dibutuhkan juga harus memadai, agar produk yang dihasilkan bagus dan berkualitas.

2. Perhiasan

a. Pengertian Perhiasan

Husni & Siregar (2000 : 1) kata „perhiasan‟ bentuk dasarnya adalah „hias‟. Menurut Buku Kamus Bahasa Indonesia, edisi kedua, terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka, kata „hias‟ adalah kata kerja yang berarti memperelok diri dengan pakaian dan sebagainya yang indah-indah, atau berdandan. Kata hias bila dilekati konfiks per-an menjadi „perhiasan‟ statusnya berubah menjadi kata benda yang berarti „barang apa yang dipakai untuk berhias‟. Kamus Bahasa Indonesia (1996 : 348) perhiasan berasal dari kata “hias” yang artinya indah/cantik. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke II (1995 : 19) perhiasan yaitu “barang tambahan yang artinya barang berfungsi sebagai pelengkap dan pemanis busana”.

Perhiasan adalah sebuah benda yang digunakan untuk merias atau mempercantik diri. Perhiasan biasanya terbuat dari emas ataupun perak dan terdiri dari berbagai macam bentuk mulai dari cincin, kalung, gelang, liontin dan lain-lain. Biasanya perhiasan diberikan untuk hadiah. Perhiasan mempunyai bentuk beragam mulai dari bulat, hati, kotak dan lain-lain. Perhiasan biasanya berasal dari bahan tambang.

(www.wikipedia.com/29/01/2014)

Perhiasan adalah sebuah hasil karya yang diciptakan oleh manusia. Berbagai macam jenisnya antara lain bros, kalung, anting, gelang, cincin dan lain-lainnya. Perhiasan telah dikenal manusia dari zaman dahulu sampai sekarang. Mulai dibuat dengan bahan-bahan yang sederhana seperti daun, bunga, kayu, batu, tulang, kulit kerang. Sekarang bahan yang digunakan sudah mengalami perkembangan seperti dari bahan kaca, tembaga, emas, perak dan sebagainya.

(3)

commit to user

Perhiasan digunakan sebagai sarana untuk memperindah diri. Meskipun zaman dahulu banyak digunakan sebagai sarana upacara ritual, penolak bala (jimat), simbol dari status sosial dan melengkapi pakaian penari. Sekarang ini perhiasan lebih istimewa dipakai saat acara pernikahan. Tata rias pengantin yang dilengkapi dengan perhiasan dapat menambah nilai keindahan dari diri pengantin. Gambar-gambar perhiasan :

Gambar 2.1. Perhiasan pada pakaian adat pengantin Jawa Tengah. (Sumber : Husni & Siregar, 2000 : 24)

(4)

commit to user

Gambar 2.2. Perhiasan kepala “Mahkota” Kembang Goyang dan Untaian Melati wanita Banjar. (Sumber : Husni & Siregar, 2000 : 28)

Gambar 2.3. Perhiasan kepala dan telinga merupakan kebanggaan tingkat sosial suku Dayak. (Sumber : Husni & Siregar, 2000 : 44)

(5)

commit to user

Gambar 2.4. Perhiasan yang bentuknya emas permata merupakan lambang kemewahan dan kecantikan. (Sumber : Husni & Siregar, 2000 : 28)

Gambar 2.5. Perhiasan tangan dan jari digunakan untuk menari. (Sumber : Husni & Siregar, 2000 : 49)

(6)

commit to user

Gambar 2.6. Perhiasan kepala wanita Bali yang dikenakan untuk menari. (Sumber : Husni & Siregar, 2000 : 30)

b. Jenis-Jenis Perhiasan 1) Perhiasan Kepala

a) Perhiasan Rambut

Perhiasan rambut yang dikenakan oleh pengantin perempuan dan laki-laki di setiap daerah lebih berfungsi sebagai pelengkap busana. Perhiasan rambut yang dikenakan dengan cara disisipkan diantara rambut disebut sunting dan bila sunting dipadu dengan sebuah sisir disebut sisir hias/suri. Sedangkan hiasan rambut yang dikenakan dengan cara ditusukkan pada sanggul/ konde disebut tusuk sanggul/tusuk konde.

b) Perhiasan Dahi

Perhiasan dahi adalah perhiasan yang dikenakan melingkar sepanjang dahi, dikenal dengan istilah jamang.

Jamang lazim digunakan sebagai benda aksesori atau perhiasan

kepala pengantin perempuan di beberapa daerah Sumatera. Perhiasan yang dipakai di dahi disebut patam dhoi, berbentuk

(7)

commit to user

tiara (mahkota) yang diletakkan di dahi. Perhiasan ini pada umumnya dibuat dari emas atau suasa. Tiara patam dhoi dihiasi juga dengan butir-butir permata yang beraneka warna.

c) Perhiasan Telinga

Perhiasan telinga adalah perhiasan yang dikenakan pada bagian telinga umumnya oleh perempuan, berfungsi sebagai pelengkap perhiasan untuk mempercantik penampilan si pemakai. Perhiasan telinga yang dikenakan dengan cara digantung pada ujung daun telinga disebut antingan, sedangkan yang dikenakan dengan cara ditusukkan pada ujung daun telinga bagian bawah disebut giwang atau subang, dan yang dikenakan dengan menjepitkan disebut sumping. Pada lempengan ini hanya diberi bentuk ragam hias dengan motif daun-daunan, teknik pembuatannya dengan cara tuangan atau cetakan.

(Husni & Siregar, 2000 : 53-55) 2) Perhiasan Badan

Perhiasan badan terdiri dari perhiasan leher, dada, pinggang, tangan dari jari. Jenis perhiasan badan antara lain : kalung, bros, selempang, ikat pinggang, gelang lengan, gelang tangan, dan cincin.

a) Perhiasan Leher

Perhiasan leher pada umumnya berupa perhiasan kalung. Bentuknya ada yang terdiri dari dua komponen yaitu rantai dan liontin, tetapi ada juga yang hanya terdiri dari satu komponen yakni berupa rantai saja.

b) Perhiasan Dada

Perhiasan ini umumnya berupa bros dan selempang. Bros adalah sejenis perhiasan yang dikenakan dengan memakai peniti pengait disematkan pada busana bagian dada. Selempang adalah sejenis hiasan yang melingkar dari bahu kiri sampai pada bagian pinggang kanan atau sebaliknya.

(8)

commit to user c) Perhiasan Tangan

Perhiasan tangan adalah sejenis perhiasan yang dikenakan pada lengan atas, siku, dan pergelangan tangan, jenis perhiasan tangan terdiri dari kelat bahu dan gelang tangan. d) Perhiasan Jari

Perhiasan jari pada umumnya berupa cincin, bentuknya lingkaran kecil. Cincin dapat dibuat dari emas, perak, suasa atau tembaga. Untuk memperindah bentuk cincin dapat diletakkan batu permata, dan ada juga cincin yang diberi hiasan huruf yang biasanya huruf awal nama seseorang. Bagi sepasang pengantin yang akan melaksanakan akad nikah, adakalanya melaksanakan tukar cincin yang ini disebut „cincin pertunangan‟.

(Husni & Siregar, 2000 : 108-109) 3) Perhiasan Kaki

Perhiasan kaki adalah perhiasan yang melingkar pada bagian betis dan pergelangan kaki. Perhiasan ini dapat dibuat dari emas, perak, tembaga sepuh emas. Secara umum dapat dikatakan bahwa orang jarang sekali memakai perhiasan gelang kaki saat berpergian atau menghadiri upacara-upacara resmi. Perhiasan ini hanya digunakan pada saat membawakan tari adat. Tarian adat yang ditarikan oleh pemuda pemudi yang memakai perhiasan pada betis kakinya untuk menambah semaraknya bunyi irama tari-tarian tersebut. (Husni & Siregar, 2000 : 184)

Jenis-jenis perhiasan terdiri dari tiga bagian, yaitu perhiasan kepala, perhiasan badan dan perhiasan kaki. Perhiasan kepala meliputi mahkota, tusuk konde dan anting. Perhiasan badan meliputi kalung, bros, gelang tangan dan cincin. Perhiasan kaki meliputi gelang kaki. Perhiasan mempunyai jenis yang bermacam-macam dan bentuk yang beragam. Bentuk dan motif hiasannya juga berbeda-beda disetiap daerah.

(9)

commit to user 3. Bros

a. Pengertian Bros

Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Daryanto, SS (1998 : 107) bros adalah perhiasan bermata mutiara yang disematkan pada pakaian (bagian atas, baju dan sebagaianya). Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007 : 166) bros adalah perhiasan terbuat dari emas, perak, dan sebagainya. Bermata intan (berlian, mutiara, dsb) yang disematkan pada pakaian (biasanya di bagian dada). Menurut Harini Endang (2001 : 9) bros adalah ornamen peniti yang digunakan bersama dengan pakaian biasanya bros ini dipakai untuk memperindah hiasan lain yang telah dipakai.

Bros adalah benda perhiasan dekoratif yang dirancang agar dapat terpasang disematkan ke pakaian atau media lain. Pada bagian belakang bros terdapat jarum dan kait seperti peniti untuk menyematkan perhiasan ini pada kain. Selain dikenakan pada pakaian, ada beberapa jenis bros yang berfungsi sebagai ikat atau hiasan rambut. Secara historis, bros pertama kali dikenal pada zaman Perunggu. Awalnya bangsa Romawi, Yunani, dan bangsa Jerman dan suku yang bermigrasi di Eropa dari zaman Perunggu menggunakan gesper hias. Bros berfungsi sebagai perhiasan, namun kadang-kadang juga berfungsi sebagai pengancing pakaian, yaitu sebagai peniti dengan bentuk yang lebih besar dan lebih cantik. (Iva Hardiana, 2013 : 4)

Bros adalah perhiasan yang cara memakainya dengan cara disematkan atau dikaitkan pada pakaian (biasanya di bagian dada) atau media lain menggunakan peniti yang terpasang di belakang bros tersebut. Selain itu, bros biasanya dihiasi dengan batu permata seperti intan, berlian, mutiara baik yang asli maupun yang imitasi atau tiruan.

b. Jenis-Jenis Bros

Bros biasanya terbuat dari logam mulia, seperti emas atau perak, tapi logam lain seperti perunggu, kuningan atau beberapa materi lainnya juga lazim digunakan sebagai bahan. Kini bahan pembuat bros sudah

(10)

commit to user

sangat beragam, seperti kristal, manik-manik, kayu, keramik, kaca, berbagai jenis kain hingga plastik. Bros seringkali dihiasi dengan intan atau bertatahkan batu permata baik yang asli maupun yang imitasi. (Iva Hardiana, 2013 : 4)

Bros mempunyai banyak fungsi yang dapat dimanfaatkan. Selain dapat dikenakan pada pakaian untuk memperindah diri dalam berpakaian, bros juga dapat dikenakan pada jilbab sebagai pengait dalam memakai jilbab. Bros mempunyai banyak pilihan, mulai berasal dari bahan kain, rajutan, plastik, logam maupun bahan-bahan yang lainnya.

Gambar-gambar bros :

Gambar 2.7. Bros dari bahan kain. (Sumber : Iva Hardiana, 2013 : 5)

(11)

commit to user

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Penelitian dari Dian Cahyadi berjudul Pemberdayaan Potensi Desain Perhiasan Kandawarik Dan Strategi Pengembangannya Di Sulawesi Selatan : Studi kasus pada pengrajin perhiasan emas / perak di Borong, Kota Makassar Tahun 2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dapat disimpulkan : Perhiasan Kandawarik merupakan suatu warisan yang dihasilkan melalui perjalanan panjang dalam sejarahnya, sebagai potensi yang memiliki nilai-nilai tradisi. Sebagai sebuah produk, perhiasan Kandawarik memiliki potensi besar sebagai aset budaya dan aset ekonomi. Arah pengembangan desain yang dihasilkan diharapkan mampu bersaing di pasar perhiasan dunia. Kekayaan ragam hias dan ragam produk yang dihasilkan memiliki kandungan nilai-nilai dari tradisi lokal dengan bentuk-bentuk yang universal menjadi kekuatan utama untuk mampu berkompetisi dan mengembangkan diri.

2. Penelitian dari Suryati berjudul Perhiasan Produk Sanggar “Solo Ayu” Surakarta (Sebuah Tinjauan Desain) Tahun 2003. Hasil penelitian dapat disimpulkan : Jenis-jenis hasil kerajinan perhiasan sanggar “Solo Ayu” antara lain : jenis perhiasan kepala dan jenis perhiasan badan. Proses produksi kerajinan logam sanggar “Solo Ayu”. Langkah-langkah proses produksi barang kerajinan aksesoris logam adalah sebagai berikut : persiapan dan pemilihan bahan baku logam, teknik pemotongan, teknik pembentukan, teknik mematri, teknik merangkai, teknik finishing. Adapun jenis finishing antara lain : teknik lapis perak dan teknik chrom emas. Bentuk hasil kerajinan perhiasan sanggar “Solo Ayu”. Secara garis besar bentuk/model variasi hasil kerajinan perhiasan logam sanggar “Solo Ayu” meliputi sebagai berikut : tusuk konde, anting-anting/subang, kalung, bros, gelang, cincin.

3. Penelitian dari Harini Endang Sri Rahayu berjudul Studi Pembuatan Perhiasan Cincin Batu Permata Produksi Slamet Raharjo Surakarta Tahun 2001. Hasil penelitian dapat disimpulkan : Bentuk dan jenis motif/ornamen perhiasan cincin batu permata ada beberapa bentuk yaitu bentuk waluan, segi empat, segi enam, segi delapan dan bentuk mangkokan. Jenis motif/ornamen yang diterapkan adalah motif garuda, naga, bunga dan daun, singa, garis

(12)

commit to user

lurus/diagonal. Proses pembuatan emban cincin untuk batu permata terdiri dari beberapa tahap yaitu : tahap awal meliputi persiapan pembuatan desain; persiapan proses desain. Tahap pembuatan meliputi persiapan bahan dan alat, proses pengecoran bahan logam, penempatan bahan logam, pembentukan dasar perhiasan, proses penyempurnaan bentuk, proses pembuatan motif/ornamen pada perhiasan, tahap akhir finishing dan proses pembuatan batu permata. Bentuk visualisasi cincin karya Slamet Raharjo antara lain : cincin dengan motif kepala singa, naga, bunga, garuda, motif garis lurus/diagonal dan sebagainya.

Hasil penelitian relevan yang telah dipaparkan mempunyai hubungan terkait dengan masalah-masalah yang akan diteliti dalam penelitian kerajinan perhiasan bros ini. Ketiga penelitian relevan tersebut sama-sama meneliti tentang perhiasan. Mulai yang pertama penelitian ini berjudul Pemberdayaan Potensi Desain Perhiasan Kandawarik Dan Strategi Pengembangannya Di Sulawesi Selatan : Studi kasus pada pengrajin perhiasan emas / perak di Borong, Kota Makassar Tahun 2005. Penelitian ini memaparkan mengenai sejarah perhiasan dan pengembangan desain. Kedua berjudul Perhiasan Produk Sanggar “Solo Ayu” Surakarta (Sebuah Tinjauan Desain) Tahun 2003. Penelitian ini memaparkan jenis dan bentuk perhiasan yang dihasilkan serta langkah-langkah proses pembuatan. Ketiga berjudul Studi Pembuatan Perhiasan Cincin Batu Permata Produksi Slamet Raharjo Surakarta Tahun 2001. Penelitian ini sama dengan penelitian kedua yaitu memaparkan jenis dan bentuk perhiasan serta proses pembuatannya. Penelitian mengenai kerajinan perhiasan bros ini tidak jauh berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah dipaparkan tersebut. Rumusan masalahnya juga meliputi sejarah perhiasan yang dibuat, alat dan bahan serta proses pembuatan perhiasan, yang terakhir adalah bentuk perhiasan yang dihasilkan pengrajin. Berbagai paparan yang dihasilkan dapat membantu dalam penelitian kerajinan perhiasan bros ini. Dapat digunakan sebagai kajian yang tepat untuk penelitian ini.

(13)

commit to user

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan gambaran alur penalaran yang didasarkan pada masalah-masalah dalam penelitian. Kerangka berpikir berguna untuk mempermudah alur penalaran yang didasarkan pada masalah penelitian.

Berdasarkan masalah penelitian yang telah dikemukakan di atas, dapat diambil suatu pemikiran bahwa pada setiap pembuatan kerajinan perhiasan bros, pengrajin tentu mempunyai latar belakang dalam membuatnya. Pembuatan kerajinan perhiasan bros dapat dilakukan pengrajin menggunakan bahan dan peralatan yang memadai, serta desain. Selain itu, juga diperlukan manajemen dan teknik produksi dalam pembuatannya. Saat pembuatan kerajinan perhiasan bros dimulai, pengrajin melalui beberapa tahap dalam proses produksinya. Setelah proses produksi selesai, maka dapat dihasilkan kerajinan berupa perhiasan bros. Skema kerangka berpikir yang digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.9. Skema kerangka berpikir. Pengrajin Perhiasan Bros di Dukuh Kendel Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali

Latar Belakang Pembuatan Kerajinan Perhiasan Bros Bahan Peralatan Proses Produksi Produk Teknik Produksi Manajemen Produksi Desain

Gambar

Gambar 2.1. Perhiasan pada pakaian adat pengantin Jawa Tengah.
Gambar 2.2. Perhiasan kepala “Mahkota” Kembang Goyang dan Untaian Melati  wanita Banjar
Gambar 2.4. Perhiasan yang bentuknya emas permata merupakan lambang  kemewahan dan kecantikan
Gambar 2.6. Perhiasan kepala wanita Bali yang dikenakan untuk menari.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Belajar merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan atau hasil belajar.Setiap proses belajar mengajar, tentunya guru selalu memacu pada tujuan pembelajaran untuk

Hasil survey pada reponden yang mengkonsumsi minuman beralkohol selama 2-4 tahun sebanyak 22% responden, menyatakan bahwa 27,27% tidak mendapatkan manfaat

Struktur tiga dimensi TenCate Polyfelt ® Polymat EM menyediakan proteksi erosi tanah yang segera dan menahan lapisan tanah atas untuk pertumbuhan vegetasi yang lebih

Mempelbagaikan pilihan buku untuk memberi lebih banyak pilihan kepada pelanggan supaya dapat menarik lebih ramai pelanggan ke kedai yang akan meningkatkan jualan.. Menyediakan

( 2002, p298 - 299 ) angka kejadian Down syndrome meningkat jelas pada wanita yang melahirkan anak setelah berusia 35 tahun ke atas. Semakin tua ibu, semakin besar peluangnya

(3) Fungsi dari Learning Through Music yang dapat merangsang siswa di dalam mengingat materi pelajaran yang terkandung di dalamnya, selain itu mampu menstimulus

Pada pertanyaan pertama , pilihlah karakter-karakter yang diharapkan pada pemimpin kota Medan menurut pendapat Anda dengan cara melingkari karakter-karakter tersebut

• Guru juga meminta setiap siswa menceritakan kesulitan- kesulitan yang dihadapi selama membuat surat undangan3.