• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

10

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN)

DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN

DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

Dwi Novrianda

Fakultas Keperawatan Universitas Andalas e-mail: dwinov_82@yahoo.co.id

Abstract: Nutritional problems are important issues that need to be even more so in the toddler because the most

vulnerable groups of nutrients. This study aims to assess nutritional status of toddlers (1-3 years) in terms of weight / height at Padang Besi. The study was a descriptive study design. It was conducted from August 2010 until April 2011. The samples were 109 people with proportional random sampling. Data analysis was done by univariate using table of frequency distribution. The result showed 87,2 % nutrititional status was normal and 12,8 % was low. It is expected that health workers in the health center to further increase the frequency of health promotion such as counseling on nutritional status of toddlers for knowledge, attitudes and actions of mothers about nutrition for the better, and monitoring nutritional status of toddler to the Public Health Center.

Keyword: nutritional status, weight, height, toddler

Abstrak: Masalah gizi merupakan masalah yang penting yang perlu diperhatikan pada anak batita karena kelompok yang paling rawan gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil status gizi batita (1-3 tahun) ditinjau dari BB/TB di Kelurahan Padang Besi. Jenis penelitian ini adalah deskriptif.. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2010 sampai April 2011. Jumlah sampel sebanyak 109 orang ibu dan diambil secara proporsional random sampling. Analisa data dilakukan secara univariat menggunakan tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 87,2 % status gizi batita normal dan 12,8 % status gizi kurus. Diharapkan petugas kesehatan yang ada di Puskesmas untuk lebih meningkatkan frekuensi promosi kesehatan seperti penyuluhan tentang status gizi batita agar pengetahuan, sikap dan tindakan ibu tentang gizi menjadi lebih baik, dan pentingnya monitoring status gizi batita ke Puskesmas.

Kata kunci : Status gizi, berat badan, tinggi badan, batita Status gizi diartikan sebagai keadaan fisik seseorang atau sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dari ukuran-ukuran gizi tertentu (Soekirman 2002). Anak berusia di bawah 3 tahun (batita) merupakan masa tumbuh kembang yang berlangsung cepat dan disebut sebagai masa keemasan (golden age). Pada masa ini otak berkembang cepat dan akan berhenti saat anak berusia tiga tahun. Perkembangan otak ini tidak bisa diperbaiki bila anak batita kekurangan gizi. Oleh karena itu batita memerlukan zat-zat makan yang relatif lebih banyak dengan kualitas yang lebih tinggi (Sutomo, 2010).

Masa batita (1-3 tahun) adalah masa paling rawan terhadap gizi karena periode pasca penyapihan atau masa peralihan makan

dari makanan pendamping ASI ke makanan orang dewasa. Anak-anak biasanya menderita bermacam-macam penyakit infeksi serta berada dalam status gizi rendah. Gizi kurang berdampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan intelektual dan produktivitas. Anak yang kekurangan gizi pada usia batita akan tumbuh pendek, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak yang berpengaruh pada rendahnya tingkat kecerdasan (DepKes RI, 2007).

Untuk mengukur status gizi batita dengan menggunakan antropometri yaitu indeks berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dan lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U). Pada

(2)

11 studi ini menggunakan indeks BB/TB. Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Oleh karena itu, indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini (Supariasa, 2002).

Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization, [WHO]) melaporkan bahwa kesehatan masyarakat Indonesia terendah di ASEAN dan peringkat ke-142 dari 170 negara. Data WHO menyebutkan angka kejadian gizi buruk dan kurang pada balita tahun 2002 masing-masing meningkat menjadi 8,3 persen dan 27,5 persen serta pada 2005 naik lagi menjadi masing-masing 8,8 persen dan 28 persen (Dina, 2007). Data RISKESDAS tahun 2007 melaporkan dari 25 juta balita Indonesia 4,6 juta balita gizi kurang diantaranya 1,4 juta gizi buruk dan 3,4 juta balita tergolong kurus diantaranya 1,6 juta sangat kurus (Depkes RI, 2009). Menurut laporan Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Barat, jumlah balita gizi buruk tahun 2008 sebanyak 2.177 balita dari 431.399 balita (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, 2008).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2009, untuk status gizi balita dari 5.919 balita yang ditimbang berdasarkan BB/U diketahui 140 balita mengalami gizi buruk dan 647 balita mengalami gizi kurang. Dari 11 Kecamatan yang ada di Kota Padang, Kecamatan Lubuk Kilangan menduduki peringkat pertama yaitu dari 323 balita yang ditimbang menurut BB/U diketahui 26 balita (8,05%) mengalami gizi buruk dan 88 balita (27,24%) yang mengalami gizi kurang dan BB/TB diketahui 6 balita (1,86%) sangat kurus, 23 balita kurus (7,12%), sangat kurus dan kurus 29 balita (8,98%) (Dinas Kesehatan Kota Padang [DKK], 2009).

Berdasarkan hal di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang status gizi Batita (1-3

Tahun) ditinjau dari BB/TB di Kelurahan Padang Besi Puskesmas Lubuk Kilangan Padang Tahun 2011.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian dilakukan di lima Posyandu di Kelurahan Padang Besi wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Padang yaitu Posyandu Lubuk Sarik, Posyandu Atas Bukit, Posyandu Mutiara Indah, Posyandu Kantor Lurah, dan Posyandu Dalam Koto. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 10 Februari-19 Maret 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang balitanya berusia 1-3 tahun di Posyandu Kelurahan Padang Besi Puskesmas Lubuk Kilangan Padang berjumlah 149 orang ibu dan batita umur 1-3 tahun sebanyak 149 orang batita. Sampel pada penelitian ini berjumlah 109 orang ibu-ibu dan batita. Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan menggunakan teknik proporsional random sampling, yaitu pengambilan sampel dari tiap-tiap sub populasi dengan memperhitungkan besar kecilnya sub-sub populasi tersebut.

Dengan menggunakan teknik tersebut diperoleh jumlah sampe yang dibutuhkan di Posyandu Atas Bukit sebanyak 23 orang, Posyandu Mutiara Indah sebanyak 29 orang, Posyandu Dalam Koto sebanyak 20 orang, Posyandu Kantor Lurah Padang Besi sebanyak 24 orang, dan Posyandu Lubuk Sarik sebanyak 13 orang. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan dacin untuk mengukur berat badan, mikrotoa untuk mengukur tinggi badan anak, dan grafik BB/TB WHO-NCHS dengan hasil ukur dikategorikan sebagai normal (> -2 SD - +2 SD) dan kurus (< -2 SD - ≥ -3 SD). Kemudian, data dianalisis secara univariat menggunakan komputerisasi untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase variabel status gizi.

(3)

12 HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran umum subjek penelitian diuraikan berdasarkan pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan keluarga/bulan. Berdasarkan tabel 1 dapat

dilihat bahwa dari 109 orang responden terbanyak yang berpendidikan SMA sebanyak 50 orang (45,8%), tidak bekerja sebanyak 88 orang (80,7%), dan mempunyai penghasilan keluarga per bulan lebih sama dari Rp 880.000 adalah 91 orang (83,5%).

Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden di Kelurahan Padang Besi Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Padang (n=109)

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)

Pendidikan SD SMP SMA/SMK/SPK D2/D3 S1/S2 11 20 50 15 13 10,1 18,3 45,8 13,7 11,9 Pekerjaan Tidak bekerja Bekerja 88 21 80,7 19,3 Pendapatan keluarga/bulan < Rp 880.000,- ≥ Rp 880.000,- 18 91 16,5 83,5

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Status Gizi Batita ditinjau dari BB/TB di Kelurahan Padang Besi Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Padang (n=109)

Status Gizi Batita f %

Normal Kurus 95 14 87,2 12,8

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa hampir seluruhnya mengalami status gizi normal. Saat tidak ditemukan anak dengan status gizi kurus sekali dan gemuk. Lebih lanjut data karakteristik responden menunjukkan bahwa sebanyak 91 orang (83,5%) dengan penghasilan keluarga responden baik (UMR > Rp 880.000) sehingga status gizi anak batita normal 95 orang (87,2%). Hasil penelitian ini sejalan dengan Amos, J. (2001) mengatakan bahwa status gizi anak sangat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain keadaan ekonomi keluarga yang termasuk keluarga miskin, tradisi dan keadaan lingkungan.

Dilihat dari pekerjaan ibu, terdapat sebanyak 88 orang ibu yang tidak bekerja di luar rumah (ibu rumah tangga) dan sebanyak 21 orang ibu yang bekerja di luar rumah. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Harahap (1992) bahwa salah satu dampak negatif yang ditimbulkan sebagai akibat dari keikutsertaan ibu-ibu pada kegiatan di luar rumah (bekerja) adalah ketelantaran anak sebab anak batita sangat bergantung pada pengasuhnya. Ini berarti ibu mempunyai kesempatan dan waktu yang banyak dalam mengasuh anaknya di rumah. Teori ini sesuai dengan Sutomo (2010) menyatakan bahwa saat usia batita 1-3 tahun masih

(4)

13 tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting seperti makan, mandi, buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB). Batita juga dikenal sebagai konsumen pasif, artinya batita menerima jenis makanan yang disajikan orang tuanya. Untuk itu, orang tua harus mengontrol makanan mulai jenis makanan yang disukai, mudah dikunyah, mudah dicerna dan mengandung nutrisi lengkap (Sutomo, 2010). Peran orang tua sangat penting dalam menentukan pola makan anaknya kedepan karena pertumbuhan sangat tergantung dari keadaan atau kondisi gizi dan kesehatan sewaktu masa batita (Djaeni, 2005).

Anak-anak membutuhkan dukungan nutrisi yang lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh dan otak. Masa batita adalah masa kritis, maka kebutuhan nutrisi bagi batita haruslah seimbang, baik dalam jumlah (porsi) maupun kandungan gizi. Pencapaian gizi seimbang pada balita akan membuat anak tumbuh cerdas, sehat serta tidak mudah terserang penyakit. Gizi pada balita harus seimbang, mencakup zat gizi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Balita membutuhkan asupan karbohidrat sebesar 75-90%, protein sebesar 10-20% dan lemak sebesar 15-20% (Sutomo, 2010).

Penilaian status gizi dilakukan secara langsung dengan menggunakan alat ukur antropometri yaitu menilai BB/TB. Status gizi dapat ditentukan dengan membandingkan hasi pengukuran dengan suatu baku mutu atau standar pertumbuhan yang optimal (Supariasa, 2002). Berdasarkan pertimbangan dalam menetapkan batas ambang (cut off point) status gizi yang didasarkan pada asumsi resiko kesehatan, maka status gizi dikategorikan menjadi 2 yaitu gizi normal dan status gizi kurang (kurus). Dimana status gizi normal adalah dengan nilai Z score antara -2 SD s/d +2 SD tidak memiliki atau beresiko paling ringan untuk menderita masalah kesehatan, sedangkan status gizi

kurang(kurus) dengan nilai Z score terletak antara <-2 SD s/d <-3 SD memiliki resiko cukup tinggi untuk menderita masalah kesehatan. Ini berarti jika ada batita dengan gizi kurus, maka berkemungkinan anak batita mempunyai resiko cukup tinggi untuk menderita masalah kesehatan sehingga diperlukan pengawasan dari ibu untuk menjaga kesehatan anaknya (DepKes RI, 2002).

Dalam pertumbuhan anak, kita sering mendapati tinggi dan berat badan anak dengan anak seumuran tidak sama. Kecepatan pertumbuhan pada setiap anak memang tidak sama. Tinggi dan berat badan yang tidak normal dapat menjadi pertanda adanya gangguan pertumbuhan. Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah sel dan ukurannya yang mengakibatkan balita bertambah besar tubuhnya. Penting sekali untuk secara rutin memeriksa kesehatan balita untuk mengetahui pertumbuhan tinggi badan, berat badan sebagai upaya deteksi dini adanya gangguan atau kelainan tumbuh kembang seperti perubahan pola konsumsi makanan atau gangguan kesehatan. Pertumbuhan dan perkembangan balita yang optimal sangat dipengaruhi oleh asupan zat gizi makanan yang baik dan seimbang dikonsumsi yang berguna bagi tumbuh kembang otak (Sutomo, 2010).

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa responden yang mempunyai anak batita hampir seluruhnya berstatus gizi normal (87,2%).

Bagi petugas kesehatan yang ada di Puskesmas untuk lebih meningkatkan frekuensi promosi kesehatan seperti penyuluhan tentang status gizi batita agar pengetahuan, sikap dan tindakan ibu tentang gizi menjadi lebih baik.

Bagi penelitian selanjutnya agar dapat meneliti dengan melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi batita

(5)

14 seperti faktor langsung terdiri dari konsumsi makanan dan penyakit infeksi dan tidak langsung seperti perilaku pemberian makan.

DAFTAR PUSTAKA

Amos, J. (2001). Hubungan persepsi ibu balita tentang kurang gizi dan PMT pemulihan dengan status gizi balita di Kabupaten Padang Pariaman. Jurnal

Tambo gizi Akedemi gizi Padang, hal

53-64.

Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. (2002). Gizi seimbang menuju

hidup sehat bagi balita. Jakarta :

Puskesmas Direktorat Jendral Pelayanan Medik.

Departemen Kesehatan RI. (2009). Buku gizi

kapankah masalah ini berakhir.

Diaksestanggal 28 September 2010 dari http://www.litbang.depkes.go.id.

Dina. (2004). 40% lebih balita indonesia

kurang gizi. Diakses pada tanggal 18

September 2010 dari

http://ayok.wordpress.com/2007/02/16/40 -lebih-balita-indonesia-kurang-gizi/ Dinas Kesehatan Kota Padang. (2008).

Laporan tahunan seksi gizi. Padang:

Dinas Kesehatan Kota Padang.

Dinas Kesehatan Kota Padang. (2009).

Laporan tahunan seksi gizi. Padang:

Dinas Kesehatan Kota Padang.

Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat. (2009). Profil kesehatan. Padang: Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat. Djaeni, A. (2000). Ilmu gizi untuk

mahasiswa dan profesi. Jakarta: Dian

Rakyat.

Puskesmas Lubuk Kilangan. (2010).

Laporan hasil pemantauan status gizi anak balita seksi promosi kesehatan Puskesmas Lubuk Kilangan. Padang:

Puskesmas Lubuk Kilangan.

Supariasa, dkk. (2002). Penilaian status gizi. Jakarta: EGC.

Referensi

Dokumen terkait

Saat ini, keran investasi Indonesia terus dibuka untuk mengatasi perlambatan ekonomi. Hanif Dhakiri telah menyampaikan bahwa berbagai deregulasi dan usaha sengaja

Dalam penelitian ini akan dipelajari karakteristik dari bahan kelongsong AlMg2 yang digunakan di dalam reaktor yaitu laju korosinya setelah dilakukan pemanasan

kami sampaikan Peringkat Teknis Peserta Penawaran E-Seleksi Umum Pengawasan Teknik Pekerjaan Peningkatan Kapasitas Transaksi Gerbang Tol Cikarang Utama dan Penambahan

Mohon agar hadlr 30 menit sebelum jadwal presentasi masing-masing peserta... Jika Personil Tenaga Ahli lnti dan Manajemen Tidak had irlTerlam bat,

APLIKASI PENGENALAN FLORA DAN FAUNA PADA ANAK-ANAK USIA DINI BERBASIS ANDROID..

Metode penelitian yang dilakukan melalui survey kuesioner dengan target responden adalah pihak owner dan kon- traktor pelaksanaan proyek konstruksi bencana alam dan

ini, penulis melakukan pengujian aplikasi secara mandiri dengan melakukan percobaan masuk ke Animasi yang penulis rancang dan berperan sebagai pengguna dan

Sungguh telah diterjuninya bersama Rasulullah sebagai gurunya semua perjuangan bersenjata, baik.Badar, Uhud, Khandaq, Tabuk ... pendeknya semua tanpa keculali .... Dan