BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
Sa
Salah lah satsatu u kekelomlompopok k umuumur r yayang ng sersering ing lupluput ut dadari ri pepertirtimbambangngan- an-pertimbangan khusus dalam pemakaian obat adalah kelompok usia lanjut. pertimbangan khusus dalam pemakaian obat adalah kelompok usia lanjut. Hal ini dapat dimengerti mengingat usia lanjut secara fisiologis umumnya Hal ini dapat dimengerti mengingat usia lanjut secara fisiologis umumnya dianggap sama dengan kelompok umur dewasa. Namun sebenarnya, pada dianggap sama dengan kelompok umur dewasa. Namun sebenarnya, pada per
periode iode terttertentu entu telatelah h terjterjadi adi berbberbagaagai i penpenuruurunan nan fungfungsi si berbberbagaagai i orgorganan tubuh. Penurunan fungsi bisa disebabkan karena proses menua, maupun tubuh. Penurunan fungsi bisa disebabkan karena proses menua, maupun perubahan-perubahan lain yang secara fisik kadang tidak terdeteksi. Terdapat perubahan-perubahan lain yang secara fisik kadang tidak terdeteksi. Terdapat perbedaan pendapat mengenai batasan usia lanjut, namun pada umumnya perbedaan pendapat mengenai batasan usia lanjut, namun pada umumnya para
para penpeneliteliti i menmengambgambil il batabatas s ! ! tahtahun. un. ""anang g perperlu lu menmendapdapat at perhperhatiaatiann adalah, bahwa ternyata pada pasien usia lanjut, umumnya dijumpai lebih dari adalah, bahwa ternyata pada pasien usia lanjut, umumnya dijumpai lebih dari satu jenis penyakit, satu atau lebih di antaranya bersifat kronis, sementara satu jenis penyakit, satu atau lebih di antaranya bersifat kronis, sementara penyak
penyakit lain it lain yang akut, jika yang akut, jika tidak ditangani dengan baik dapat memperburuktidak ditangani dengan baik dapat memperburuk kondisi penderita. Populasi kelompok usia lanjut sangat ber#ariasi di bebagai kondisi penderita. Populasi kelompok usia lanjut sangat ber#ariasi di bebagai negara, namun umumnya kurang dari $!% jumlah total
negara, namun umumnya kurang dari $!% jumlah total pe
pendndududukuk. . PePendndududuk uk &n&ndodonenesisia a dedengngan an ususia ia di di atatas as ! ! tatahuhun n hahanynyaa merupakan sebagian kecil dari populasi penduduk di &ndonesia, yaitu ',( % merupakan sebagian kecil dari populasi penduduk di &ndonesia, yaitu ',( % )*conomist, $++, tetapi jumlahnya terus meningkat dan mereka merupakan )*conomist, $++, tetapi jumlahnya terus meningkat dan mereka merupakan pengguna obat yang paling utama. Timbulnya penyakit yang menetap, seperti pengguna obat yang paling utama. Timbulnya penyakit yang menetap, seperti arth
arthritisritis, , penypenyakit akit karkardio#dio#askuaskularlar, , penpenyakyakit it ParParkinskinson, on, dan dan diabdiabetesetes, , akanakan
P
meningkat dengan bertambahnya usia. Penyakit 5 penyakit tersebut biasanya meningkat dengan bertambahnya usia. Penyakit 5 penyakit tersebut biasanya ditangani dengan penggunaan terapi obat. leh karena itu, pasien lanjut usia ditangani dengan penggunaan terapi obat. leh karena itu, pasien lanjut usia mem
memererluklukan an leblebih ih babanynyak ak obobat, at, teterutrutama ama babagi gi mermerekeka a yayang ng menmendederitritaa b
beerrmamaccaamm--mmaaccaam m ppeennyyaakkiit t yyaanng g mmeenneettaapp. . PPeerruubbaahhaan n ddaallaamm penatala
penatalaksanaan obat ksanaan obat seringkseringkali ali terjadi akibat terjadi akibat faktor-fafaktor-faktor ktor farmakokfarmakokinetikinetik dan farmakodinamik yang terkait dengan bertambahnya usia.
dan farmakodinamik yang terkait dengan bertambahnya usia. 4a
4anynyaknaknya ya obobat at yayang ng dirdiresesepkepkan an untuntuk uk papasiesien n lalanjunjut t ususia ia akaakann menimbulkan banyak masalah termasuk polifarmasi, peresepan yang tidak menimbulkan banyak masalah termasuk polifarmasi, peresepan yang tidak tepat dan juga kepatuhan.
tepat dan juga kepatuhan.
P
BAB II TEORI UMUM
II.1 Perubahan-Perubahan Pada Usia Lanjut Yan Ber!aitan Denan Pe"a!aian Obat
Sejumlah perubahan akan terjadi dengan bertambahnya usia, termasuk anatomi, fisiologi, psikologi, juga sosiologi. Perubahan fisiologi yang terkait lanjut usia akan memberikan efek serius pada banyak proses yang terlibat dalam penatalaksanaan obat. *fek pada saluran pencernaan, hati, dan ginjal.
Tabel $. Perubahan fisiologi yang terkait usia pada saluran pencernaan, hati dan ginjal.
7eduksi sekresi asam lambung Penurunan motilitas gastrointestinal 7eduksi luas permukaan total absorpsi 7eduksi aliran darah jaringan )splanchnic 7eduksi ukuran hati
7eduksi aliran darah hati 7eduksi filtrasi glomerulus 7eduksi filtrasi tubuler ginjal
II.1.1 #ar"a!$!ineti!
bat harus berada pada tempat kerjanya dengan konsentrasi yang tepat untuk mencapai efek terapeutik yang diharapkan.
perubahan farmakokinetik pada pasien lanjut usia memiliki peranan penting dalam bioa#ailabilitas obat tersebut.
1. Abs$r%si
Penundaan pengosongan lambung, reduksi sekresi asam lambung dan aliran darah jaringan ) splanchnic), semuanya secara teoritis berpengaruh pada absorpsi. Tetapi pada kenyataannya, perubahan-perubahan yang terkait dengan usia ini tidak berpengaruh secara bermakna terhadap bioa#ailabilitas total obat yang terabsorpsi. 4eberapa pengecualian termasuk digoksin maupun obat dan substansi lain dengan mekanisme aktif yang absorpsinya berkurang, contohnya adalah tiamin, kalsium, besi, dan beberapa jenis gula. &. Distribusi
8aktor-faktor yang menentukan distribusi obat termasuk komposisi tubuh, ikatan plasma-protein dan aliran darah organ. Semuanya akan mengalami perubahan dengan bertambahnya usia, akibatnya konsentrasi obat akan berbeda pada pasien lanjut usia jika dibandingkan dengan pasien yang lebih muda pada pemberian dosis obat yang sama.
• 1omposisi Tubuh
Total air dalam tubuh dan massa tubuh tanpa lemak ) lean body mass mengalami penurunan dengan bertambahnya usia sehingga menyebabkan penurunan #olume distribusi obat yang larut air. 9kibatnya, konsentrasi obat tersebut dalam plasma akan meningkat, sebagai contohnya adalah digoksin dan simetidin.
• &katan Plasma Protein
:umlah albumin plasma berkurang dengan bertambahnya usia. bat-obat yang bersifat asam )contoh ; simetidin, furosemide, warfarin berikatan dengan protein tersebut, jadi konsentrasi obat-obat tersebut dalam keadaan bebas akan meningkat pada pasien lanjut usia. :umlah asam alpha $-glikoprotein plasma )dimana obat-obat basa, seperti lidokain, terikat tidak berubah atau meningkat sampai jumlah yang tidak bermakna secara klinis.
• 9liran <arah rgan
Perubahan aliran darah organ akan mengakibatkan penurunan perfusi pada anggota gerak, hati, mesentrium, otot jantung, dan otak. Perfusi menurun sampai dengan '! % pada pasien lanjut usia jika dibandingkan dengan pasien usia 6! tahun. 4ukti klinis tidak menunjukkan secara jelas tentang adanya perubahan dalam distribusi obat, tetapi secara teoritis setidaknya penurunan kecepatan distribusi ke jaringan harus diperhatikan.
'. E(i"inasi
=etabolisme hati dan ekskresi ginjal adalah mekanisme penting yang terlibat dalam pemindahan obat dari tempat kerjanya. *fek dosis obat tunggal akan diperpanjang dan konsentrasi keadaan jenuh ) steady state akan meningkat jika kedua proses tersebut menurun.
• =etabolisme Hati
Setelah diabsorpsi, obat-obat yang diberikan secara oral akan melewati sirkulasi portal ke hati. Substansi yang larut lemak akan termetabolisme secara ekstensif di sini sehingga mengakibatkan penurunan bioa#ailabilitas sistemik. leh karena itu, adanya penurunan metabolisme disini )metabolisme lintas pertama- first pass metabolisme akan meningkatkan bioa#ailabilitas sistemik obat. Pada pasien lanjut usia tampak adanya gangguan metabolisme lintas pertama untuk beberapa macam obat, termasuk klormetia>ol, labetolol, nifedipin, nitrat, propranolol, dan #erapamil.
Terdapat reduksi massa hati sebanyak (! % mulai usia (? sampai dengan +? tahun, sehingga menurunkan kapasitas metabolisme intrinsik hati pada pasien lanjut usia. 1eadaan tersebut bersama-sama dengan penurunan aliran darah hati, menjadi penyebab utama dalam peningkatan bioa#ailabilitas obat yang mengalami metabolisme lintas pertama. Sebagai contoh adalah efek hipotensif dari nifedipin yang meningkat secara bermakna pada pasien lanjut usia.
8aktor utama lain yang berpengaruh pada metabolisem obat oleh ahti terkait dengan perubahan en>imatik yang muncul dengan bertambahnya usia. @ontohnya, kecepatan metabolisme oleh sistem sitokrom P '!? dapat
menurun sampai dengan '? % jika dibandingkan dengan dewasa muda. Pada obat-obat dengan indeks terapeutik sempit, perubahan seperti ini dapat bermakna secara klinis.
• *liminasi Ainjal
Penurunan aliran darah ginjal, ukuran organ, filtrasi glomerular dan fungsi tubuler, semuanya merupakan perubahan yang terjadi dengan tingkat yang berbeda pada lanjut usia. 1ecepatan filtrasi glomerular menurun sekitar $ % per tahun dimulai pada usia '? tahun. Perubahan-perubahan tersebut mengakibatkan beberapa obat dieliminasi lebih lambat pada lanjut usia, seperti pengaruhnya pada fungsi ginjal. 4eberapa bukti menunjukkan bahwa konsentrasi obat dalam jaringan meningkat sebanyak !?% sebagai akibat perubahan-perubahan tersebut.
Pada prakteknya, fungsi ginjal sangat ber#ariasi pada lanjut usia. leh karena itu, dosis obat-obatan yang diekskresi secara primer oleh ginjal harus disesuaikan untuk masing-masing indi#idu. bat-obatan dengan indeks terapeutik sempit harus diberikan dengan pengurangan dosis.
II.& #ar"a!$dina"i!
Perubahan-perubahan farmakodinamik pada pasien lanjut usia dapat merubah respons terhadap obat. Penurunan dalam kemampuan menjaga keseimbangan homeostatik, perubahan pada reseptor-reseptor spesifik dan tempat sasaran akan dipertimbangkan.
a. Penurunan kemampuan dalam menjaga keseimbangan homeostatik
1emampuan pengaturan yang memadai dan tepat mengenai keadaan fisiologi tubuh sangat diperlukan dalam homeostatis. *ndokrin, transmisi neuromuskuler dan respons organ, semuanya akan menurun dengan bertambahnya usia, yang berakibat pada ketidakmampuan untuk menjaga keseimbangan homeostatik. Sistem yang biasanya mengalami gangguan termasuk ;
Pengaturan temperatur
Hipotermia yang tidak diharapkan dapat terjadi pada pasien lanjut usia yang mendapat beberapa macam obat. "ang terlibat adalah obat yang menyebabkan sedasi, gangguan kepekaan subyektif terhadap temperatur, penurunan mobilitas maupun akti#itas otot dan #asodilatasi. bat yang dimaksudkan adalah termasuk ben>odia>epine, opioid, alkohol, dan antidepresan trisiklik.
8ungsi usus dan kandung kemih
1onstipasi sering muncul pada lanjut usia sebagai akibat penurunan motilitas gastrointestinal. bat-obat antikolinergik, opiate, antihistamin, dan antidepresan trisiklik dapat memperburuk masalah tersebut. bat-obat antikolinergik juga dapat menyebabkan retensi urin pada pria lanjut usia, terutama dengan hipertrofi prostat. 1etidakstabilan kandung kemih juga sering terjadi, terutama pada wanita lanjut usia dengan disfungsi uretra. <iuretika kuat )loop diuretic dapat mengakibatkan tercirit )incontinence pada pasien-pasien tersebut.
Pengaturan tekanan darah
Pada pasien lanjut usia terdapat penumpulan refleks takikardia yang normal terlihat pada pasien dewasa muda ketika berdiri. leh karena itu, hipotensi postural merupakan masalah yang sering terjadi pada lanjut usia. Hal ini mengakibatkan obat-obat dengan efek antihipertensi cenderung memperparah masalah ini.
1eseimbangan cairan3elektrolit
Pada lanjut usia terjadi penurunan kemampuan untuk mengekskresikan kelebihan air. bat-obat yang dapat mengakibatkan retensi cairan, seperti kortikosteroid dan anti inflamasi non steroid )9&NS, dapat menyebabkan masalah bagi pasien lanjut usia.
8ungsi kognitif
Sistem saraf pusat mengalami sejumlah perubahan struktur dan kimiawi saraf )neurochemical dengan bertambahnya usia. 9kti#itas en>im kholin asetiltransferase menurun pada lanjut usia dan hal ini mengindikasikan penurunan transmisi kolinergik. Transmisi ini sangat berkaitan dengan fungsi kognitif normal. bat-obat seperti antikolinergik, hipnotik, dan penghambat reseptor beta dapat memperburuk efek tersebut sehingga menimbulkan kebingungan pada pasien lanjut usia.
b. Perubahan pada reseptor-reseptor spesifik dan tempat sasaran
Sebagian besar obat akan memberikan efek setelah berikatan dengan reseptor yang spesifik. Perubahan densitas reseptor atau afinitas molekul obat pada reseptor akan merubah responsnya terhadap obat. Aangguan akti#asi en>im atau perubahan respons jaringan sasaran itu sendiri juga dapat menyebabkan perubahan respons terhadap obat.
9drenoseptor alfa
7esponsi#itas adrenoseptor alfa-$ tidak mengalami perubahan pada lanjut usia, sebaliknya terjadi penurunan responsi#itas pada adrenoseptor alfa-6.
9drenoseptor beta
8ungsi adrenoseptor beta menurun dengan bertambahnya usia. leh karena itu, terapi beta bloker pada lanjut usia dapat menjadi kurang efektif, kemungkinan akibatnya adalah penurunan efek antihipertensi.
4en>odia>epin
Pasien lanjut usia lebih sensitif terhadap efek sedasi obat golongan ben>odia>epine jika dibandingkan dengan pasien yang lebih muda. Penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan jumlah atau afinitas tempat ikatan ben>odia>epine. =ekanisme efek ini tidaklah diketahui.
II.& Perese%an Yan Tida! Te%at dan P$(i)ar"asi
<iperkirakan bahwa setidaknya 6!% obat yang diresepkan untuk pasien lanjut usia tidak efektif atau tidak diperlukan. Seringkali dijumpai obat sekunder yang kemungkinan diresepkan untuk mengatasi efek samping obat yang lain. 4eberapa masalah yang seringkali dijumpai pada e#aluasi pengobatan pasien lanjut usia antara lain ;
• 1etidaksesuaian dalam jumlah yang diresepkan • &tem yang sebenarnya sudah tidak diperlukan • Petunjuk yang tidak memuaskan
• 8rekuensi, inter#al atau kekuatan dosis yang tidak tepat • <uplikasi dalam terapi
• &nteraksi obat 5 reseptor
Polifarmasi merupakan problem utama dalam kelompok pasien ini. Semakin banyak jumlah obat yang diterima pasien maka semakin besar pula resiko efek samping obta, interaksi obat-obat, dan interaksi obat-penyakit. 7esiko rendahnya tingkat kepatuhan pasien juga meningkat.
Tabel 6. <aftar obat dapat menimbulkan masalah pada pasien lanjut usia *e($"%$! Obat A(asan Menin!atn+a Resi!$
Ber"asa(ah
9ntidepresan trisiklik =enyebabkan gangguan kognitif
Peningkatan distribusi ke jaringan adipose 7eduksi metabolisme
9ntipsikotik =enyebabkan gangguan kognitif 7eduksi metabolisme
pioid =enyebabkan gangguan kognitif
<igoksin 7eduksi ekskresi
Penghambat 9@* 7eduksi ekskresi
Carfarin Peningkatan sensi#itas
/e#odopa 7eduksi sensiti#itas
4en>odia>epin aksi panjang 7eduksi metabolisme
9&NS Peningkatan toksisitas terhadap lambung Sulfonilurea aksi panjang 7eduksi eliminasi
4eta bloker 7eduksi khasiat
7eduksi ekskresi ginjal 1ortikosteroid Aangguan kognitif
Peningkatan toksisitas terhadap lambung 9nti muskarinik Peningkatan sensiti#itas
4eberapa sefalosporin 7eduksi ekskresi ginjal
<iuretika tia>id Tidak efektif pada gangguan ginjal II.' E#E* ,AMPIN OBAT PADA U,IA LANUT
4erbagai studi menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara jumlah obat yang diminum dengan kejadian efek samping obat. 9rtinya, makin banyak jenis obat yang diresepkan pada indi#idu-indi#idu usia lanjut, makin tinggi pula kemungkinan terjadinya efek samping. Secara epidemiologis, $ dari $? orang )$?% akan mengalami efek samping setelah pemberian $ jenis obat. 7esiko ini meningkat mencapai $??% jika jumlah obat yang diberikan mencapai $? jenis atau lebih. Secara umum angka
kejadian efek samping obat pada usia lanjut mencapai 6 kali lipat kelompok usia dewasa. bat-obat yang sering menimbulkan efek samping pada usia lanjut antara lain analgetika, antihipertensi, antiparkinsion, antipsikotik, sedatif dan obat-obat gastrointestinal. Sedangkan efek samping yang paling banyak dialami antara lain hipotensi postural, ataksia, kebingungan, retensi urin, dan konstipasi. Tingginya angka kejadian efek samping obat ini nampaknya berkaitan erat dengan kesalahan peresepan oleh dokter maupun kesalahan pemakaian oleh pasien.
1. *esa(ahan %erese%an
1esalahan peresepan sering kali terjadi akibat dokter kurang memahami adanya perubahan farmakokinetika3farmakodinamika karena usia lanjut. Sebagai contoh adalah simetidin yang acap kali diberikan pada kelompok usia ini, ternyata memberi dampak efek samping yang cukup sering )misalnya halusinasi dan reaksi psikotik, jika diberikan sebagai obat tunggal. bat ini juga menghambat metabolisme berbagai obat seperti warfarin, fenitoin dan beta blocker. Sehingga pada pemberian bersama simetidin tanpa lebih dulu melakukan penetapan dosis yang sesuai, akan menimbulkan efek toksik yang kadang fatal karena meningkatnya kadar obat dalam darah secara mendadak.
&. *esa(ahan %asien
Secara konsisten, kelompok usia lanjut banyak mengkonsumsi obat-obat yang dijual bebas3tanpa resep )T@. Pemakaian obat-obat-obat-obat T@ pada penderita usia lanjut bukannya tidak memberi resiko, mengingat kandungan >at->at aktif dalam satu obat T@ kadang-kadang belum jelas efek
farmakologiknya atau malah bersifat membahayakan. Sebagai contoh adalah beberapa antihistamin yang mempunyai efek sedasi, yang jika diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi kognitif akan memberi efek samping yang serius. <emikian pula obat-obat dengan kandungan >at yang mempunyai aksi antimuskarinik akan menyebabkan retensi urin )pada penderita laki-laki atau glaukoma, yang penanganannya akan jauh lebih sulit dibanding penyakitnya semula.
'. *etida!-je(asan in)$r"asi %en$batan
Pasien-pasien usia lanjut sering pula menjadi korban dari tidak jelasnya informasi pengobatan dan beragamnya obat yang diberikan oleh dokter. 1eadaan ini banyak dialami oleh penderita-penderita penyakit yang bersifat hilang timbul )sering kambuh. 1esalahan umumnya berupa salah minum obat )karena banyaknya jenis obat yang diresepkan pada suatu saat, atau berupa ketidaksesuaian dosis dan cara pemakaian seperti yang dianjurkan. 1elompok usia ini tidak jarang pula memanfaatkan obat-obat yang kadaluwarsa secara tidak sengaja, karena ketidaktahuan ataupun ketidakjelasan informasi.
II./ Obat-Obat Yan ,erin Direse%!an Pada Usia Lanjut Dan Perti"banan Pe"a!aian
1. Obat-$bat siste" sara) %usat Sedativa-hipnotika:
=engingat sering diresepkannya obat-obat golongan sedati#a-hipnotika pada pasien usia lanjut, maka efek samping obat golongan ini yang diketahui maupun tidak diketahui oleh pasien relatif lebih sering terjadi. Pasien merasa tidak enak badan setelah bangun tidur )dapat terjadi sepanjang hari, sempoyongan, kekakuan dalam bicara dan kebingungan beberapa waktu sesudah minum obat. Sebagai contoh, waktu paruh beberapa obat golongan ben>odia>epin dan barbiturat meningkat sampai $,! kali. Namun lora>epam dan oksa>epam mungkin kurang begitu terpengaruh oleh perubahan ini. *fek samping yang perlu diamati pada penggunaan obat sedati#a-hipnotika antara lain adalah ataksia.
Analgetika:
<engan menurunnya fungsi respirasi karena bertambahnya umur, maka kepekaan terhadap efek respirasi obat-obat golongan opioid )analgetika-narkotik juga meningkat. :ika tidak sangat terpaksa dan indikasi pemakaian tidak terpenuhi, maka pemberian analgetika-narkotik pada usia lanjutnya hendaknya dihindari.
Antidepresansia
bat-obat golongan antidepresan trisiklik yang cukup banyak diresepkan ternyata sering menimbulkan efek samping pada usia lanjut, yang antara lain berupa mulut kering, retensi urin, konstipasi, hipotensi postural, kekaburan pandangan, kebingungan, dan aritmia jantung. :ika terpaksa diberikan, maka sebaiknya dimulai dari dosis terendah, misalnya imipramin $? mg pada malam hari. Selain itu diperlukan pula pemantauan yang terus menerus untuk mencegah kemungkinan efek samping tersebut.
&. Obat-$bat !ardi$0as!u(er Antihipertensi
Pengobatan hipertensi pada usia lanjut sering menjadi masalah, tidak saja dalam hal pemilihan obat, penentuan dosis dan lamanya pemberian, tetapi juga menyangkut keterlibatan pasien secara terus menerus dalam proses terapi. Hal ini karena pengobatannya umumnya jangka panjang. :ika terapi non-obat dirasa masih memungkinkan, pembatasan masukan garam, latihan )eDercise, dan penurunan berat badan, serta pencegahan terhadap faktor-faktor risiko hipertensi )misalnya merokok dan hiperkholesterolemia perlu dianjurkan bagi pasien dengan hipertensi ringan. Namun jika yang dipilih adalah alternatif pengobatan, maka hendaknya dipertimbangkan pula hal-hal berikut;
- Penyakit lain yang diderita ) associated illness
- bat-obat yang diberikan bersamaan ) concurrent therapy - 4iaya obat )medication cost , dan
- 1etaatan pasien ) patient compliance.
Pilihan pertama yang dianjurkan adalah diuretika dengan dosis yang sekecil mungkin. *fek samping hipokalemia dapat diatasi dengan pemberian suplemen kalium atau pemberian diuretika potassium-sparing seperti triamteren dan amilorida. 1emungkinan terjadinya hipotensi postural dan dehidrasi hendaknya selalu diamati. :ika diuretika ternyata kurang efektif, pilihan selanjutnya adalah obat-obat antagonis beta-adrenoseptor )Ebeta bloker. 0ntuk penderita angina atau aritmia, beta blocker cukup bermanfaat sebagai obat tunggal, tetapi jangan diberikan pada pasien dengan kegagalan ginjal kongestif, bronkhospasmus, dan penyakit #askuler perifer. Pengobatan dengan beta-$-selektif yang mempunyai waktu paruh pendek seperti metoprolol !? mg $-6D sehari juga cukup efektif bagi pasien yang tidak mempunyai kontraindikasi terhadap pemakaian beta-blocker. <osis awal dan rumat hendaknya ditetapkan secara hati -hati atas dasar respons pasien secara indi#idual.
Vasodilator perifer
2asodilator perifer seperti pra>osin, hidrala>in, #erapamil dan nifedipin juga ditoleransi dengan baik pada usia lanjut, meskipun pengamatan yang
seksama terhadap kemungkinan terjadinya hipotensi ortostatik perlu dilakukan. =eskipun beberapa peneliti akhir-akhir ini menganjurkan kalsium antagonis, seperti #erapamil dan diltia>em untuk usia lanjut sebagai obat lini pertama. Tetapi mengingat harganya relatif mahal dengan frekuensi pemberian yang lebih sering, maka dikhawatirkan akan menurunkan ketaatan pasien.
Obat-obat antiaritmia:
Pengobatan antiaritmia pada usia lanjut akhir-akhir ini semakin sering dilakukan mengingat makin tingginya angka kejadian penyakit jantung koroner pada kelompok ini. Namun demikian obat-obat seperti disopiramida sangat tidak dianjurkan, mengingat efek antikholinergiknya yang antara lain berupa takhikardi, mulut kering, retensi urin, konstipasi, dan kebingungan. Pemberian kuinidin dan prokainamid hendaknya mempertimbangkan dosis dan frekuensi pemberian, karena terjadinya penurunan klirens dan pemanjangan waktu paruh.
Glikosida jantung:
<igoksin merupakan obat yang diberikan pada penderita usia lanjut dengan kegagalan jantung atau aritmia jantung. &ntoksikasi digoksin tidak jarang dijumpai pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal, khususnya jika kepada pasien yang bersangkutan juga diberi diuretika. Aejala intoksikasi digoksin sangat beragam mulai anoreksia, kekaburan penglihatan, dan psikosis hingga gangguan irama jantung yang serius. =eskipun digoksin dapat memperbaiki kontraktilitas jantung dan memberi efek inotropik yang menguntungkan, tetapi kemanfaatannya untuk kegagalan jantung kronis tanpa disertai fibrilasi atrial masih diragukan. leh sebab itu, mengingat kemungkinan kecilnya manfaat klinik untuk usia lanjut dan efek samping digoksin sangat sering terjadi, maka pilihan alternatif terapi lainnya perlu dipetimbangkan lebih dahulu. <iuretika dan #asodilator perifer sebetulnya cukup efektif sebagian besar penderita.
'. Antibi$ti!a
Prinsip-prinsip dasar pemakaian antibiotika pada usia lanjut tidak berbeda dengan kelompok usia lainnya. "ang perlu diwaspadai adalah pemakaian antibiotika golongan aminoglikosida dan laktam, yang ekskresi utamanya melalui ginjal. Penurunan fungsi ginjal karena usia lanjut akan mempengaruhi eliminasi antibiotika tersebut, di mana waktu paruh obat menjadi lebih panjang )waktu paruh gentasimin, kanamisin, dan netilmisin dapat meningkat sampai dua kali lipat dan memberi efek toksik pada ginjal )nefrotoksik, maupun organ lain )misalnya ototoksisitas.
/. Obat-$bat antiin)(a"asi
bat-obat golongan antiinflamasi relatif lebih banyak diresepkan pada usia lanjut, terutama untuk keluhan-keluhan nyeri sendi )osteoaritris. 4erbagai studi menunjukkan bahwa obat-obat antiinflamasi non-steroid )9&NS, seperti misalnya indometasin dan fenilbuta>on, akan mengalami perpanjangan waktu paruh jika diberikan pada usia lanjut, karena menurunnya kemampuan metabolisme hepatal. 1arena meningkatnya kemungkinan terjadinya efek samping gastrointestinal seperti nausea, diare, nyeri abdominal dan perdarahan lambung )6?% pemakai 9&NS usia lanjut mengalami efek samping tersebut, maka pemakaian obat-obat golongan ini hendaknya dengan pertimbangan yang seksama. *fek samping dapat dicegah misalnya dengan memberikan antasida secara bersamaan, tetapi perlu diingat bahwa antasida justru dapat mengurangi kemampuan absorpsi 9&NS.
. La!sansia
Pada usia lanjut umumnya akan terjadi penurunan motilitas gastrointestinal, yang biasanya dikeluhkan dalam bentuk konstipasi. Pemberian obat-obat laksansia jangka panjang sangat tidak dianjurkan, karena di samping menimbulkan habituasi juga akan memperlemah motilitas usus. Pemberian obat-obat ini hendaknya disertai anjuran agar melakukan diet tinggi serat dan meningkatkan masukan cairan serta jika mungkin dengan latihan fisik )olah raga.
II. Prinsi% Pen$batan Pada Usia Lanjut
Secara singkat, pemakaian3pemberian obat pada usia lanjut hendaknya mempertimbangkan hal-hal berikut;
a. 7iwayat pemakaian obat
&nformasi mengenai pemakaian obat sebelumnya perlu ditanyakan,
mengingat sebelum datang ke dokter umumnya penderita sudah melakukan upaya pengobatan sendiri.
&nformasi ini diperlukan juga untuk mengetahui apakah
keluhan3penyakitnya ada kaitan dengan pemakaian obat )efek samping, serta ada kaitannya dengan pemakaian obat yang memberi interaksi.
b. bat diberikan atas indikasi yang ketat, untuk diagnosis yang dibuat . Sebagai contoh, sangat tidak dianjurkan memberikan simetidin pada kecurigaan diagnosis ke arah dispepsia.
c. =ulai dengan dosis terkecil. Penyesuaian dosis secara indi#idual perlu dilakukan untuk menghindari kemungkinan intoksikasi, karena penanganan terhadap akibat intoksikasi obat akan jauh lebih sulit.
d. Hanya resepkan obat yang sekiranya menjamin ketaatan pasien, memberi resiko yang terkecil, dan sejauh mungkin jangan diberikan lebih dari 6 jenis obat. :ika terpaksa memberikan lebih dari $ macam obat, pertimbangkan cara pemberian yang bisa dilakukan pada saat yang bersamaan.