Beban Kerja Mental
Beban Kerja Mental
A.
A. PENDAHULUANPENDAHULUAN Beban
Beban kerja merupakan konkerja merupakan konsekuensi dari kegsekuensi dari kegiatan yang diatan yang diberikan kepada pekerja.iberikan kepada pekerja. Aktivitas pekerja pada dasarnya dapat dibedakan antara aktivitas fisik dan aktivitas Aktivitas pekerja pada dasarnya dapat dibedakan antara aktivitas fisik dan aktivitas mental.
mental. Dalam Dalam prakteknya prakteknya beban beban kerja kerja yang yang dijumpai dijumpai merupakan merupakan kombinasi kombinasi antaraantara beban
beban kerja kerja fisik fisik dan dan beban beban keja keja mental. mental. Menurut Menurut Henry Henry R.Jex R.Jex (1988), (1988), beban beban kerjakerja mental merupakan selisih antara tuntutan beban kerja dari suatu tugas dengan kapasitas mental merupakan selisih antara tuntutan beban kerja dari suatu tugas dengan kapasitas maksimum beban mental seseorang dalam kondisi termotivasi.
maksimum beban mental seseorang dalam kondisi termotivasi.
Pengukuran beban kerja mental dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengukuran Pengukuran beban kerja mental dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengukuran secara objektif dapat dilakukan dengan beberapa anggota tubuh antara lain kedipan secara objektif dapat dilakukan dengan beberapa anggota tubuh antara lain kedipan mata,
mata, flicker flicker test test dan pengukuran asam saliva. Sedangkan untuk pengukuran subjektif dan pengukuran asam saliva. Sedangkan untuk pengukuran subjektif dapat dilakukan dengan menggunakan metode NASA-TLX,
dapat dilakukan dengan menggunakan metode NASA-TLX, Subjective WorkloadSubjective Workload Assessment
Assessment Technique Technique (SWAT), (SWAT), Harper Harper Qoorper Qoorper Rating Rating (HQR),(HQR), dandan Task Difficulty Task Difficulty Scale.
Scale. Pengukuran beban kerja mental secara subjektif merupakan teknik pengukuranPengukuran beban kerja mental secara subjektif merupakan teknik pengukuran yang paling banyak digunakan karena mempunyai tingkat validitas yang tinggi dan yang paling banyak digunakan karena mempunyai tingkat validitas yang tinggi dan bersifat langsung dibandingkan d
bersifat langsung dibandingkan dengan pengukuran lain.engan pengukuran lain.
Tujuan Praktikum Tujuan Praktikum a.
a. Mampu menghitung secara subjektif beban kerja mental operator.Mampu menghitung secara subjektif beban kerja mental operator. b.
b. Mampu mengintrepetasikan dan menganalisa skor perhitungan performansi bebanMampu mengintrepetasikan dan menganalisa skor perhitungan performansi beban kerja mental pada pekerjaan tertentu.
kerja mental pada pekerjaan tertentu. c.
c. Mampu menghitung performansi beban kerja operator dengan menggunakan metodeMampu menghitung performansi beban kerja operator dengan menggunakan metode NASA-TLX.
NASA-TLX. d.
e. Mampu mengintrepetasikan dan menganalisa skor perhitungan beban kerja mental pada pekerjaan tertentu.
f. Mampu memberikan rekomendasi berdasarkan hasil analisa.
B. INPUT DAN OUTPUT Input :
1. Kuesioner NASA-TLX
2. Jumlah Tally Bobot Indikator NASA-TLX 3. Jumlah Rating Indikator NASA-TLX 4. Jenis Pekerjaan
Output :
1. Hasil kuisioner NASA-TLX 2. Score NASA-TLX
3. Kategori beban kerja mental pada suatu pekerjaan 4. Rekomendasi beban kerja
C. LANDASAN TEORI 1. Beban Kerja
Workload atau beban kerja merupakan usaha yang harus dikeluarkan oleh seseorang untuk memenuhi “permintaan” dari pekerjaan tersebut. Sedangkan kapasitas adalah kemampuan/kapasitas manusia. Kapasitas ini dapat diukur dari kondisi fisik maupun mental seseorang. Beban kerja yang dimaksud adalah ukuran (porsi) dari kapasitas operator yang terbatas yang dibutuhkan untuk melakukan kerja tertentu.Menurut Herrianto (2010) beban kerja adalah jumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh seseorang ataupun sekelompok orang selama periode waktu tertentu dalam keadaan normal.
Gambar 1.1 Perincian Bagian Tubuh Nordic Body Map (Sumber : Kroemer, 2
Untuk mencapai beban kerja normal dalam arti volume pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan kerja cukup sulit, sehingga selalu terjadi ketidakseimbangan meskipun penyimpangannnya kecil. Beban kerja terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu :
1) Beban kerja diatas normal artinya waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan lebih besar dari jam kerja tersedia atau volume pekerjaan melebihi
kemampuan pekerjaan;
2) Beban kerja normal artinya waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan sama dari jam kerja tersedia atau volume pekerjaan sama dengan
kemampuan pekerja;
3) Beban kerja dibawah normal artinya waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan lebih kecil dari jam kerja tersedia atau volume pekerjaan lebih rendah dari kemampuan pekerjaan.
1.1 Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja
Beban kerja dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Menurut Tarwaka (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja antara lain :
Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/75/M.PAN/7/2004, beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau target hasil yang harus dicapai dalam satu satuan waktu tertentu dalam keadaan normal
a. Faktor eksternal, yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti;
1. Tugas-tugas yang bersifat fisik, seperti stasiun kerja, tata ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, dan tugas-tugas yang bersifat psikologis, seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan, tanggung jawab pekerjaan.
2. Organisasi kerja, seperti lamanya waktu bekerja, waktu istirahat, shift kerja, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang.
3. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi, lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis
b. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Faktor internal meliputi faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, dan kondisi kesehatan) dan faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan).
1.2 Kategori Beban Kerja
Pengukuran beban kerja dikategorikan menjadi tiga yaitu pengukuran beban kerja berdasarkan pengukuran waktu, mental dan fisik. Kategori pengukuran beban kerja
disajikan pada Gambar 1.1.
Beban Kerja Pengukuran Waktu Pengukuran Mental Pengukuran Fisik 1. Konsumsi Oksigen 2. Denyut Jantung 3. Kalori Secara Langsung Secara Tidak Langsung Objektif
1. Selang Kedipan Mata 2. Flicker Test
3. Pengukuran kadar asam saliva
Subjektif 1. SWAT 2. NASA TLX 3. RSME
4.Modified Cooper Harper Scaling 5. Multidescriptor Scal
2. Beban Kerja Mental (Mental Workload )
A. Definisi Beban Kerja Mental
Menurut Henry R. Jex, 1998, dalam bukunya “Human Mental Workload”, beban
kerja mental adalah:
"Beban kerja yang merupakan selisih antara tuntutan beban kerja dari suatu tugas dengan kapasitas maksimum beban mental seseorang dalam kondisi termotivasi”.
Beban kerja mental yang berlebihan akan mengakibatkan adanya stres kerja. Menurut Lazarus (dalam Fraser, 1992) mengatakan bahwa stres kerja adalah kejadian – kejadian disekitar kerja yang merupakan bahaya atau ancaman seperti rasa takut, cemas, rasa bersalah, marah sedih, putus asa, bosan, dan timbulnya stres kerja disebabkan beban kerja yang diterima melampaui batas – batas kemampuan pekerja yang berlangsung dalam waktu yang relatif lama pada situasi dan kondisi tertentu.
B. Dampak Beban Kerja Mental Berlebihan
Ada beberapa gejala yang merupakan dampak dari kelebihan beban mentalberlebih, seperti yang diterangkan oleh Hancock dan Mesahkati (1988),yaitu:
a. Gejala fisik
Sakit kepala, sakit perut, mudah terkejut, gangguan pola tidur lesu, kaku leher belakang sampai punggung, napsu makan menurun dan lain-lain.
b. Gejala mental
Mudah lupa, sulit konsentrasi, cemas, was-was, mudah marah, mudah tersinggung, gelisah, dan putus asa.
c. Gejala sosial atau perilaku
Banyak merokok, minum alkohol, menarik diri dan menghindar.
Stoner (1986) mengatakan bahwa pekerjaan yang berbeda bagi setiap pekerja akan menimbulkan tingkat stres kerja yang berbeda pula. Stres kerja berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap aspek – aspek pekerjaan terutama terhadap motif berprestasi yang kelak akan berhubungan dengan proses kerja.
C. Pengendalian Beban Kerja Mental Berlebihan
Cara mencegah dan mengendalikan stres kerja menurut Sauter (1990) dalam Prihatini(2007) adalah sebagai berikut
1. Beban kerja mental harus disesuaikan dengan kemampuan dan kapasitas kerja pekerja yang bersangkutan dengan menghindarkan adanya beban berlebih maupun beban kerja yang terlalu ringan.
2. Jam kerja harus disesuaikan baik terhadap tuntutan tugas maupun tanggung jawab di luar pekerjaan.
3. Setiap pekerja harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan karier, mendapatkan promosi dan pengembangan keahlian.
4. Membentuk lingkungan sosial yang sehat yaitu antara pekerja yang satu dengan yang lain.
5. Tugas-tugas harus harus didesain untuk dapat menyediakan stimulasi dan kesempatan agar pekerja dapat menggunakan keterampilannya.
D. Pengukuran Beban Kerja Mental 1) Metode Pengukuran Obyektif
Berdasarkan Widyanti dkk.(2010), Beban kerja mental dapat diukur dengan pendekatan fisologis (karena terkuantifikasi dengan dengan kriteria obyektif, maka disebut metode obyektif). Kelelahan mental pada seorang pekerja terjadi akibat adanya reaksi fungsionil dari tubuh dan pusat kesadaran. Pendekatan yang bisa dilakukan antara lain :
1. Pengukuran selang waktu kedipan mata (eye blink rate)
Durasi kedipan mata dapat menunjukkan tingkat beban kerja yang dialami oleh seseorang. Orang yang mengalami kerja berat dan lelah biasanya durasi kedipan matanya akan lama, sedangkan untuk orang yang bekerja ringan (tidak terbebani mental maupun psikisnya), durasi kedipan matanya relatif cepat.
2. Flicker test
Alat ini dapat menunjukkan perbedaan performansi mata manusia, melalui perbedaan nilai flicker dari tiap individu. Perbedaan nilai flicker ini umumnya sangat dipengaruhi oleh berat/ringannya pekerjaan, khususnya yang berhubungan dengan kerja mata.
3. Pengukuran kadar asam saliva
Memasang alat khusus untuk mengetahui beban kerja yang diterima pekerja yang melibatkan mulut, terutama dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar liur utama yang terletak diluar rongga mulut.
2) Metode Pengukuran Subyektif
Sedangkan metode pengukuran beban kerja secara suyektif menurut Widyanti dkk. (2010) merupakan pengukuran beban kerja mental berdasarkan persepsi subyektif responden/pekerja. Berikut ini merupakan beberapa jenis metode pengukuran subjektif : 1. National Aeronautics and Space Administration Task Load Index (NASA-TLX) 2. Subjective Workload Assessment Technique (SWAT)
3. Modified Cooper Harper Scaling 4. Multidescriptor Scale
5. Rating Scale Mental Effort (RSME)
Tahapan Pengukuran Beban Kerja Mental Secara Subyektif:
1. Menentukan faktor-faktor beban kerja mental pekerjaan yang diamati. 2. Menentukan range dan nilai interval.
3. Memilih bagian faktor beban kerja yang signifikan untuk tugas-tugas yang spesifik. 4. Menentukan kesalahan subjektif yang diperhitungkan berpengaruh dalam
memperkirakan dan mempelajari beban kerja.
Tujuan Pengukuran Beban Kerja Mental Secara Subjektif
1. Menentukan skala terbaik berdasarkan perhitungan eksperimental dalam percobaan. 2. Menentukan perbedaan skala untuk jenis pekerjaan yang berbeda.
3. Mengidentifikasi faktor beban kerja mental yang secara signifikan berhubungan berdasarkan penelitian empiris dan subjektif dengan menggunakan rating beban
kerja sampel populasi tertentu.
Dari beberapa metode tersebut metode yang paling banyak digunakan dan terbukti memberikan hasil yang cukup baik adalah NASA-TLX dan SWAT (Hancock dan Meshkati, 1988).
3. Metode NASA-TLX A. Definisi NASA-TLX
Metode NASA-TLX ( National Aeronautics and Space Administration Task Load Index) merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis beban kerja mental yang dihadapi oleh pekerja yang harus melakukan berbagai aktivitas dalam pekerjaannya. Metode ini di kembangkan oleh Sandra G. Hart dari NASA-Ames Research Center dan Lowell E. Staveland dari San Jose State University pada tahun 1981 berdasarkan munculnya kebutuhan pengukuran subjektif yang terdiri dari skala sembilan
faktor (Kesulitan tugas, tekanan waktu, jenis aktivitas, usaha fisik, usaha mental, performansi, frustasi, stress dan kelelahan). Dari sembilan faktor ini disederhanakan lagi
menjadi 6 yaitu Kebutuhan Mental demand (MD), Physical demand (PD), Temporal demand (TD), Performance (P), Frustation level (FR).
NASA-TLX ( Nasa Task Load Index) adalah suatu metode pengukuran beban kerja mental secara subyektif. Pengukuran metode NASA-TLX dibagi menjadi dua tahap, yaitu perbandingan tiap skala ( Paired Comparison)
dan pemberian nilai terhadap pekerjaan ( Event Scoring ).
B. Indikator NASA-TLX
Dalam melakukan pengukuran NASA-TLX terdapat 6 indikator yang harus diperhatikan (Hancock dan Meshkati, 1988), yaitu:
Tabel 4.1 Indikator NASA-TLX
SKALA RATING KETERANGAN
MENTAL
DEMAND (MD)
Rendah, Tinggi Seberapa besar aktivitas mental dan
perseptual yang dibutuhkan untuk melihat, mengingat dan mencari.Apakah pekerjaan tersebut sulit,sederhana atau kompleks. Longgar atau ketat
Perlu digarisbawahi bahwa yang diukur disini merupakan beban
kerja dari jenis pekerjaannya, bukan beban kerja yang dimiliki
SKALA RATING KETERANGAN
PHYSICAL DEMAND (PD)
Rendah, Tinggi Jumlah aktivitas fisik yang dibutuhkan (misalnya mendorong, menarik dan mengontrol putaran).
TEMPORAL DEMAND (TD)
Rendah, Tinggi Jumlah tekanan yang berkaitan dengan waktu yang dirasakan selama elemen pekerjaan berlangsung. Apakah pekerjaan perlahan atau santai atau cepat dan
melelahkan
PERFORMANCE (OP)
Tidak Tepat, Sempurna
Seberapa besar keberhasilan seseorang di dalam pekerjaannya dan seberapa puas dengan hasil kerjanya
FRUSTATION LEVEL (FR)
Rendah, Tinggi Seberapa tidak aman, putus asa, tersinggung, terganggu, dibandingkan dengan perasaan aman, puas, nyaman dan kepuasaan diri yang dirasakan
EFFORT (EF) Rendah, Tinggi Seberapa keras kerja mental dan fisik yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
C. Pengukuran metode NASA-TLX
Langkah-langkah pengukuran dengan menggunakan NASA TLX adalah sebagai berikut (Hancock dan Meshkati, 1988):
1. Pembobotan
Pada bagian ini responden diminta untuk memilih salah satu dari dua indikator yang dirasakan lebih dominan menimbulkan beban kerja mental terhadap pekerjaan tersebut. Kuesioner NASA-TLX yang diberikan berupa perbandingan berpasangan. Dari kuesioner ini dihitung jumlah tally dari setiap indikator yang dirasakan paling berpengaruh. Jumlah tally menjadi bobot untuk tiap indikator beban mental. Berikut
Tabel 4.2 Perbandingan Indikator MD PD TD OP EF FR MD PD TD OP EF FR 2. Pemberian Rating
Pada bagian ini responden diminta memberi rating terhadap keenam indikator beban mental. Rating yang diberikan adalah subyektif tergantung pada beban mental yang dirasakan oleh responden tersebut. Untuk mendapatkan skor beban mental NASA-TLX, bobot dan rating untuk setiap indikator dikalikan kemudian dijumlahkan dan dibagi
dengan 15 (jumlah perbandingan berpasangan). Berikut skala rating dari NASA TLX:
3. Menghitung nilai produk
Diperoleh dengan mengalikan rating dengan bobot faktor untuk masing-masing deskriptor. Dengan demikian dihasilkan 6 nilai produk untuk 6 indikator (MD, PD, TD, CE, FR, EF):
Produk = rating x bobot factor
4. Menghitung Weighted Workload (WWL)
Diperoleh dengan menjumlahkan keenam nilai produk
5. Menghitung rata-rata WWL
Diperoleh dengan membagi WWL dengan jumlah bobot total
6. Interpretasi Skor
Berdasarkan penjelasan Hart dan Staveland (1981) dalam teori NASA-TLX, skor beban kerja yang diperoleh terbagi dalam tiga bagian yaitu :
Tabel 4.3 Skor NASA-TLX Golongan Beban Kerja Nilai Rendah 0 - 9 Sedang 10 - 29 Agak Tinggi 30 - 49 Tinggi 50 - 79 Sangat Tinggi 80 - 100
Output yang dihasilkan dari pengukuran dengan NASA-TLX ini berupa tingkat beban kerja mental yang dialami oleh pekerja.
Hasil pengukuran dapat menjadi pertimbangan manajemen untuk melakukan rekomendasi, misalnya dengan mengurangi beban kerja untuk pekerjaan yang memiliki skor di atas 80, kemudian mengalokasikannya pada pekerjaan yang memiliki beban kerja di bawah 50 atau langkah-langkah yang lainnya.
Contoh Kasus pengukuran metode NASA-TLX
Pada kasus ini pengukuran beban kerja mental dilakukan pada perawat poliklinik bedah, mata, fisioterapi, internist dan neurologi sebanyak 8 responden. Berikut langkah-langkah pengerjaannya :
1. Pembobotan
Kuisioner perbandingan indikator pada Tabel 4.4 disebar kepada 3 reponden yang bekerja pada satu tempat yang sama. Kemudian dilakukan rekapitulasi pada jumlah tally
kuisioner yang disebarkan sehingga mendapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.4 Indikator
Tabel 4.5 Data Pembobotan Kuisioner
Objek Penelitian Indikator Total
MD PD TD OP EF FR Supir angkutan Umum 1 4 4 3 3 0 15 Supir Taksi 2 2 4 1 3 3 15 Supir Travel 2 3 2 4 0 4 15
EF
D
PD
PD
TD
OP
EF
PD
T
PD
TD
TD
OP
OP
EF
2. Pemberian Rating
Pemberian rating didapatkan dari lembar pengamatan yang telah diisi oleh ketiga operator setelah menyelesaikan BKM Test , operator diminta untuk memberikan rating terhadap indikator beban mental dan rating yang diberikan bersifat subjektif sesuai dengan beban mental yang dirasakan oleh operator terhadap masing-masing pekerjaannya. Hasil
dapat dilihat pada Tabel 4.6. sebagai berikut:
Tabel 4.6. Data Hasil Rating
Objek Indikator MD PD TD OP EF FR Supir angkutan Umum 70 90 40 40 80 0 Supir Taksi 60 70 80 50 70 70 Supir Travel 70 90 60 40 80 60 3. Nilai Produk
Nilai Produk diperoleh dengan mengalikan rating dengan bobot faktor. Dengan demikian dihasilkan 6 nilai produk untuk 6 indikator (MD, PD, TD, P, EF, FR) pada masing-masing tipe soal, hasilnya pada Tabel 4.7. sebagai berikut:
Tabel 4.7. Total Nilai Produk
Objek Indikator MD PD TD OP EF FR Supir angkutan Umum 70 360 160 120 240 0 Supir Taksi 120 140 320 50 210 210 Supir Travel 140 270 120 160 0 240
3. Weighted Workload (WWL)
Weighted Workload diperoleh dengan menjumlahkan keenam nilai produk, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.8. sebagai berikut:
Tabel 4.8. Total Nilai Weighted Workload
Objek Indikator Total
MD PD TD OP EF FR Supir angkutan Umum 70 360 160 120 240 0 950 Supir Taksi 120 140 320 50 210 210 1050 Supir Travel 140 270 120 160 0 240 930 4. Rata-rata WWL
Rata-rata Weighted Workload diperoleh dengan membagi WWL dengan jumlah bobot total yaitu 15, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.9. se bagai berikut:
Tabel 4.9. Perhitungan Rata-rata Weighted Workload
Objek Indikator Total
MD PD TD OP EF FR Supir angkutan Umum 4,67 24 10,67 8 16 0 63,3 Supir Taksi 8 9,33 21,33 3,33 14 14 70 Supir Travel 9,33 18 8 10,67 0 16 62
5. Interpretasi Skor NASA-TLX
Dari total rata-rata WWL yang didapatkan kemudian dihubungkan dengan skor NASA-TLX untuk menentukan golongan beban kerja. Didapatkan kategori untuk setiap tipe soal pada Tabel 4.6. sebagai berikut:
Tabel 4.10. Kategori Penilaian Beban Kerja
Objek Nilai Beban
Kerja
Kategori
Supir angkutan Umum
63,33 Tinggi
Supir Taksi 70 Tinggi
Supir Travel 62 Tinggi
7. Analisi Hasil
7.1 Beban Kerja mental supir angkutan umum
Berdasarkan perhitungan beban kerja yang telah dilakukan dengan menggunakan metode NAS-TLX, beban kerja mental pada operator 1 yang bekerja sebagai supir angkutan umum sebesar 63,33. Maka berdasarkan nilai tersebut, beban kerja yang dialami oleh operator 1 berada pada 50-79 yang artinya beban kerja tinggi. Faktor dominan yang diakibatkan dari beban kerja yang tinggi pada operator 1 adalah faktor kekuatan fisik, dimana dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa salah satu aktivitas yang membuat operator 1 terbebani adalah dalam hal kebutuhan fisik (PD) dimana operator 1 yang berusia > 40 tahun dituntut untuk bekerja sebagai supir angkutan umum yang berkeliling kota mencari penumpang dari pagi hingga sore hari sehingga membutuhkan energi yang banyak dalam melakukan pekerjaannya.
Latihan Soal
Pada kasus ini pengukuran beban kerja mental dilakukan pada perawat poliklinik bedah, mata, fisioterapi, internist dan neurologi sebanyak 8 responden (Hidayat dkk, 2013). Telah diketahui pembobotan dari rekapitulasi pada jumlah tally kuisioner yang disebarkan mendapatkan hasil pada Tabel 4.11 dan pemberian rating juga diketahui pada Tabel 4.12 Maka berapakah interprestasi skor dari tiap pekerjaan ?
Tabel 4.11 Data Pembobotan Kuisioner
D. PRAKTIKUM
Alur pengerjaan praktikum Beban Kerja Mental seperti dijelaskan pada flowchart berikut:
Mulai Sesi Praktikum
Teori dalam kelas : 1. Penyampaian materi 2. Post Test
Pengambilan data
1. Responden kerja
2. Pengisian Kuesioner NASA-TLX 3. Pemberian rating Data yang dibutuhkan terkumpul Pengolahan Data Analisis Data Pengambilan Keputusan Konsultasi kepada asisten pembimbing ACC Asisten No Pengumpulan Laporan Yes
E. REFERENSI
Adipradana, 2008, Analisis beban kerja, Sumber http://adipradana.wordpress.com. [2008-11-27].
Fraser, 1992, Stres dan Kepuasan Kerja, Jakarta : Pustaka Binawan Pressindo Hancock, P. A. & Meshkati, N.,1988, Human Mental Workload . Elsevier.
Hart, S. G. (2006), NASA-Task Load Index (NASA-TLX), 20 years later. In Human Factors and Ergonomics Society 50th Annual Meeting (pp. 904-908). Santa Monica,
CA: Human Factors and Ergonomics Society.
Henry, R. J., 1988,Human Mental Workload, Elsevier Science Publisher B.V., New York, USA.
Herrianto, R.,2010, Kesehatan Kerja. Jakarta :Buku kedokteran EGC.
Hidayat, T.F., Pujangkoro,S. & Anizar, 2013, Pengukuran Beban Kerja Perawat Menggunakan Metode NASA-TLX di Rumah Sakit XYZ, e-Jurnal Teknik Industri FT USU, 1(2), pp.42-47.
James, A.F.Stoner, 1986, Manajemen II. Jakarta: Erlangga
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia, 2004, Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil (Kep. Men.PAN Nomor : KEP/75/M.PAN/7/2004). Jakarta.
Manuaba. 2000. Ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Surabaya : Guna Widya Purnomo, H. 2014. Metode Pengukuran Kerja. Yogyakarta : Sigma
Prihatini, 2007, Analisis Hubungan baban Kerja dengan Stres Kerja Perawat di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang, Medan.
Tarwaka, 2004, Ergonomi untuk Keselamatan Kesehatan Kerja dan Produktivitas ,Penerbit UNIBA Press, Universitas Islam Surakarta
Widyanti, A., Johnson, A. & Waard, D.d., 2010, Pengukuran Beban Kerja Mental Dalam Searching Task Dengan Metode Rating Scale Mental Effort (RSME), JTI Undip, 1(V).