• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI DAN STRUKTUR KOMUNITAS REKRUITMEN KARANG BATU (SCLERACTINIA) DI TAMAN WISATA PERAIRAN (TWP) PULAU PIEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONDISI DAN STRUKTUR KOMUNITAS REKRUITMEN KARANG BATU (SCLERACTINIA) DI TAMAN WISATA PERAIRAN (TWP) PULAU PIEH"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

KONDISI DAN STRUKTUR KOMUNITAS REKRUITMEN KARANG BATU (SCLERACTINIA) DI TAMAN WISATA PERAIRAN (TWP) PULAU PIEH

Toufan Phardana, Suparno, Yempita Efendi

Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta

E-mail : toufanphardana@gmail.com

Abstrak

Potensi rekruitmen karang sangat penting di dalam pengelolaan terumbu karang, karena potensi pemulihan terumbu karang tergantung pada rekruitmen karang. Penelitian Struktur Komunitas Rekruitmen Karang Batu (Scleractinia) di Taman Wisata Perairan Pulau Pieh, bertujuan untuk mengetahui tingkat rekruitmen karang batu dan mengkaji struktur komunitas karang. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Data dikumpulkan pada bulan Nopember 2013 dengan metode Transect Kuadrat pada empat stasiun. Di setiap stasiun dilakukan pada dua kedalaman ( 5 meter dan 10 meter ). Tingkat rekruitmen karang termasuk dalam kategori rendah hingga sedang (0,11 - 4,11 koloni / m²). Kepadatan rekruitmen tertinggi dari genus Acropora dan yang terendah dari genus Seriatopora dan Stylopora. Nilai indeks keanekaragaman (1,18 - 1,72), indeks keseragaman (0,18 - 0,75), indeks dominansi (0,21 - 0,74)dan indeks similaritas (28,57% - 92,30%).

Kata kunci : Struktur Komunitas, Rekruitmen, Scleractinia, Pulau Pieh Pendahuluan

Taman Wisata Perairan (TWP) Pulau Pieh dan Laut Sekitarnya terletak di Provinsi Sumatera Barat tepatnya di sebelah Barat wilayah administratif Kota Padang, Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman. Kawasan ini juga merupakan salah satu dari delapan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) dan Kawasan Suaka Alam (KSA) yang diserahterimakan dari Kementerian Kehutanan ke Kementerian Kelautan dan Perikanan No: BA.01 / Menhut - IV / 2009 dan No: BA.108 / MEN.KP / III / 2009 pada tanggal 4 Maret 2009. Salah satu hal yang kemudian mendasari ditetapkannya kawasan TWP Pulau Pieh dan Laut Sekitarnya menjadi kawasan yang dilindungi, kawasan ini merupakan habitat penting bagi ekosistim perairan, terutama perairan dangkal, yaitu ekosistim terumbu karang. Pulau Pieh sebagai pusat kawasan Taman Wisata Perairan berada pada posisi 100o06’01” BT dan 00o53’11” LS dengan jarak lebih kurang

22 mil laut dari Muara Padang (Maulana,2010 ; Suparno 2008).

Hasil penelitian menunjukan rata - rata tut upan karang hidup d i perairan Pulau Pieh tahun 2010 sebesar 17,5%. Berdasarkan Kriteria kerusakan terumbu karang tergolong rusak parah. Apabila dibandingkan dengan tahun - tahun sebelumnya ternyata sampai dengan tahun 2010 masih terjadi penurunan. Tahun 1994 (76,6%), tahun 1997 (35,54%), tahun 2002 (31,35%), dan pada tahun 2010 (17,5%) (Efendi 2012).

Secara alami pemulihan terumbu karang ditandai dengan kemunculan koloni - koloni karang muda (juvenil) dengan ukuran koloni relatif kecil (Babcok dan Mundy, 1996). Kemunculan koloni karang muda ini memberikan indikasi telah terjadi penambahan koloni baru (rekruitmen) ke dalam populasi dan berkontribusi nyata dalam pembentukan dan perkembangan komunitas karang selanjutnya.

(2)

2 Rekruitmen menjadi bagian penting

dalam proses pembentukan dan

perkembangan komunitas dalam suatu ekosistem terumbu karang di alam. Proses rekruitmen berperan dalam penambahan individu - individu baru ke dalam populasi dewasa sehingga eksistensi dan keberlanjutan populasi dapat dipertahankan dan berlangsung secara terus menerus (Erwin et

al., 2008).

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat rekruitmen karang dengan melihat

kepadatan individu / m2 dan mengkaji struktur komunitas (indeks keragaman, keseragaman, dominasi dan semilaritas).

Metodologi

Pelaksanaan penelitian di lapangan berlangsung selama satu bulan yaitu pada Bulan November 2013. Penelitian ini dilaksanakan di Taman Wisata Perairan (TWP) Pulau Pieh. Pengamatan di lakukan pada transek permanen.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif, data yang di kumpulkan dengan cara survey yang di lakukan pada empat stasiun Utara, Timur, Barat, Selatan, Utara Pulau Pieh. Pengamatan rekruitmen karang digunakan metode transek kuadrat sampling dengan ukuran 1 x 1 meter untuk karang ukuran 0.5 - 10,0 cm sebanyak 9 x ulangan pada kedalaman yang sama, pada setiap stasiun dilakukan pengukuran rekruitmen secara konvensional, pengukuran kelimpahan rekruitmen karang pada habitat alami berdasarkan jumlah anakan karang atau

juvenile yang di definisikan sebagai koloni

karang berukuran ≤5 cm (Van

Moorsel,1998) Pencatatan meliputi jumlah koloni dan tipe substrat dasar perairan,

parameter lingkungan yang diamati adalah suhu , salinitas dan kecerahan.

Identifikasi dilakukan langsung di lapangan didukung foto bawah air dan koleksi untuk identifikasi lebih lanjut. Identifikasi dilakukan sampai tingkatan genus dengan mengacu kepada Veron (2000), Suharsono (2008), English et al (1997), Baird dan Babcock (2000) serta buku - buku identifikasi lainya. Pada waktu yang sama dilakukan pengukuran kualitas perairan.

Hasil dan Pembahasan Kualitas Perairan

Kualitas perairan merupakan faktor penentu bagi pertumbuhan karang. Berikut data kualitas perairan Pulau Pieh.

(3)

3 Tabel 1. Kondisi kualitas perairan Pulau Pieh

No Faktor Fisika - Kimia Stasiun

Utara Timur Selatan Barat

1. Suhu Permukaan (○C) 28 29 29 30

2. Salinitas Permukaan (‰) 32 32 33 33

3. Kecerahan (m) 15 13 15 15

Suhu perairan Pulau Pieh berkisar antara 28 - 30oC. Kisaran suhu ini merupakan suhu yang baik bagi pertumbuhan karang. Menurut Sukarno et al. (1982) suhu yang paling baik untuk pertumbuhan karang berkisar antara 25 - 30 ⁰C.

Menurut Nontji (1987) kisaran salinitas optimal dan baik bagi pertumbuhan karang adalah antara 32 - 35 ‰. Salinitas perairan Pulau Pieh berkisat 32 - 33 ‰ ini termasuk kisaran optimal untuk kehidupan karang. Hal ini disebabkan Pulau Pieh terletak jauh ditengah sehingga tidak ada pemasukan air tawar yang dapat menurunkan salinitas.

Kecerahan merupakan faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan karang, karena “zooxanthella” yang ada dalam jaringan karang membutuhkan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, hasil fotosintesis ini berguna untuk pertumbuhan karang. Semakin tinggi kecerahan semakin baik bagi pertumbuhan karang.

Pada perairan disekitar Pulau Pieh kecerahan berkisar 13 - 15 meter, hal ini menunjukan bahwa perairan Pulau Pieh mempunyai kecerahan tinggi. Kecerahan perairan penting bagi pertumbuhan dan mendukung proses reproduksi dan rekrutment hewan karang (Jokiel, 1985 ; Tomascik dan Sander, 1987).

Tingkat Rekruitmen

Pada perairan Pulau Pieh rekruitmen karang yang di temukan 10 genus. Penelitian Abrar dan Efendi (2002) di perairan Sipora Kepulauan Mentawai menemukan juvenil karang sebanyak 12 famili dengan 25 genus

jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang ditemukan di Perairan Pulau Pieh, hal ini diduga disebabkan karena lokasi penelitian yang memiliki kondisi perairannya yang relatif tenang di Perairan Tuapejat Pulau Sipora sedangkan di Perairan Pulau Pieh memiliki arus yang relatif kuat sehingga mempengaruhi penempelan juvenil karang. Juvenil karang yang akan berkembang sangat membutuhkan perairan yang tenang untuk menempel pada substrat dasar (Abrar dan Efendi, 2002).

Tingkat rekuitmen karang yang paling banyak ditemukan dari genus Acropora. Hal ini disebabkan karena juvenil karang dari genus Acropora ini dapat bertahan terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim dan mudah melekat pada substrat yang baru. Munasik (2008) menyatakan bahwa Acropora merupakan jenis karang perintis yang dapat mudah melekat pada substrat yang baru.

Rekruitmen karang lebih banyak di ditemukan pada kedalaman 5 meter dibandingkan dengan kedalaman 10 meter, hal ini disebabkan karena larva karang hanyut mengikuti arus dan terdampar lalu melekat pada perairan yang dangkal. Munasik (2008) menyatakan bahwa kedalaman berperan penting dalam penempelan larva karang, juvenil karang banyak ditemukan pada daerah yang dangkal dan dekat dengan ekosistim terumbu karang alami. Penin et al. (2007) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kedalaman dengan kelimpahan jenis juvenil karang di daerah Moorea, French Polynesia.

(4)

4 Gambar 5. Perbandingan 10 genus karang batu (Hard Coral)

dengan kepadatan dan persentase pada kedalaman 5 meter

Gambar 5. Perbandingan 10 genus karang batu (Hard Coral) dengan kepadatan dan persentase pada kedalaman 10 meter

Kepadatan rekruitmen tertinggi di Perairan Pulau Pieh yaitu dari genus Acropora dan yang terendah dari genus Stylopora dan Seriatopora. Dari genus lain termasuk dalam kategori sangat rendah - rendah. Tingkat rekruitmen karang di

perairan Pulau Pieh berada dalam kategori sangat rendah hingga sedang. Kategori tingkat rekuitmen karang mengacu pada Engelhardt (2001). 163 66 68 17 23 30 10 1 1 9 42,01% 17,01% 17,53% 4,38% 5,93% 7,73% 2,58% 0,26% 0,26% 2,32% Acropora Favia Favites Montastrea Merrulina Galaxea Pocillopora Seriatopora Stylopora Porites Persentase (%) Kepadatan(koloni/m²) 123 41 54 14 19 4 32 0 0 10 41,41% 13,80% 18,18% 4,71% 6,40% 1,35% 10,77% 0,00% 0,00% 3,37% Acropora Favia Favites Montastrea Merrulina Galaxea Pocillopora Seriatopora Stylopora Porites Persentase (%) Kepadatan(koloni/m²)

(5)

5 Tabel 2. Tingkat rekruitmen karang pada total densitas karang dalam kuadrat 1x1 meter

menurut Engelhardt (2001)

Tingkatan rekuitmen karang Kepadatan rekruitmen karang dalam 1x1 m2

Sangat Rendah 0-2,5

Rendah 2,6-5

Sedang 5,1-7,5

Tinggi 7,6-10

Sangat Tinggi >10

Sumber : Engelhardt (2001) dalam Pitasari et al (2011) Kepadatan rekruitmen karang pada suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti arus, salinitas dan kecerahan, kesediaan rekruitmen. Palupi et al (2012) mengatakan perbedaan kondisi bentik terumbu dan topografi perairan sangat menentukan keberhasilan juvenile untuk dapat berkembang menjadi karang dewasa. Rendahnya kepadatan karang diperairan Pulau Pieh disebabkan karena arus yang sangat kuat, sehingga menganggu penempelan larva karang, selain itu kondisi karang yang baik juga mempengruhi kepadatan juvenil.

Siringoringo et al (2012) menyatakan karang dewasa akan menghambat pertumbuhan juvenil karang dalam hal kompetisi ruang, kompetisi makanan, dan ketersediaan substrat bagi penempelan larva karang. Selain tutupan karang hidup, rendahnya kepadatan juvenil berhubungan dengan adanya karang lunak dan fauna lain. Pola rekruitmen karang seperti ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bachtiar et al. (2012) di P. Pantar dan P. Marisa NTT.

Lebih lanjut Bachtiar et al (2012) menyebutkan bahwa ada kecenderungan setelah melewati batas tertentu semakin tinggi tutupan karang hidupnya, jumlah juvenil karang akan semakin kecil. Hal tersebut berhubungan dengan kompetisi ruang antara karang dewasa dengan juvenil dan sempitnya ruang penempelan bagi larva

karang baru. Hal Yang serupa juga di temukan oleh Pitasari et al (2011) pada penelitian di Pantai Pasir Putih Situbondo menemukan tingkat rekruitmen tertinggi berada pada lokasi yang banyak ditemukan karang mati (DC), sedangkan pada terumbu karang yang kondisinya baik tingkat rekruitmennya rendah.

Kepadatan tertinggi ditemukan pada genus Acropora, hal ini disebabkan karena famili dari karang Acroporidae dan Pocilloporidae merupakan famili karang perintis dan tahan terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim, juvenil dari karang ini dapat bertahan dalam waktu yang lama didalam kolom air.

Struktur Komunitas

Pengukuran struktur komunitas meliputi, indeks keragaman (H'), indeks keseragaman (E), indeks dominansi (C) dan indeks similaritas (S). Indeks keragaman Shanoon - Winner digunakan untuk melihat keragaman rekruitmen karang di Perairan Pulau Pieh. Indeks keragaman masing-masing stasiun pada dua kedalaman dapat dilihat pada Tabel 3.

(6)

6 Tabel 3. Nilai indeks Keanekaragaman (H'), indeks Keseragaman (E), dan indeks

Dominansi(C)

Stasiun Kedalaman 5 m Kedalaman 10 m

H' E C H' E C

Utara 1,36 0,59 0,36 0,42 0,18 0,74

Timur 1,72 0,75 0,23 1,66 0,72 0,25

Selatan 1,67 0,73 0,21 0,42 0,64 0,25

Barat 1,18 0,51 0,43 1,68 0,75 0,23

Dari tabel dapat dilihat indeks keanekaragaman rekruitmen karang pada masing-masing stasiun pada kedalaman 5 meter berkisar antara 1,18 - 1,72. Ini menunjukan bahwa keanekaragaman rekruitmen karang di Perairan Pulau Pieh termasuk pada kategori sedang. Sedangkan indeks keanekaragaman rekruitmen karang di Perairan Pulau Pieh pada kedalaman 10 meter berkisar antara 0,42 - 1,68. Ini menunjukan keanekaragaman rekruitmen karang pada kedalaman 10 meter masuk dalam kategori rendah - sedang.

Indeks keanekaragaman rekruitmen karang di Perairan Pulau Pieh pada umumnya termasuk dalam kategori sedang. Kecuali pada stasiun Utara pada kedalaman 10 meter nilai indeks keanekaragaman masuk dalam kategori rendah. Hal ini diduga disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak cocok untuk pertumbuhan rekruimen karang, arus yang relatif kuat pada daerah ini menyebabkan tidak adanya juvenil karang yang dapat menempel pada substrat dasar perairan. Selain itu adanya suatu spesies yang mendominasi sehingga dapat menurunkan keanekaragaman spesies. Odum (1998) mengatakan keanekaragaman komunitas dapat menurun apabila komunitas tersebut didominasi oleh satu atau beberapa spesies saja.

Indeks keseragaman di Perairan Pulau Pieh berkisar antara 0,18 - 0,75. Hal ini menunjukan bahwa komunitas rekruitmen karang di Perairan Pulau Pieh berada dalam kondisi tertekan-labil. Artinya keseragaman rekrutmen karang dalam komunitas kurang merata, diduga disebabkan karena adanya suatu genus dari rekruitmen yang pertumbuhannya lebih mencolok atau lebih mendominasi.

Indeks dominansi rekruitmen karang di Perairan Pulau Pieh tergolong tinggi berkisar antara 0,21 - 0,74. Hal ini disebabkan karena adanya rekruitmen yang mendominasi pada setiap stasiun yaitu dari genus Acropora.

Indeks similaritas digunakan untuk melihat kehadiran rekruitmen yang sama pada masing-masing stasiun pada dua kedalaman di Perairan Pulau Pieh. Indeks similaritas di Perairan Pulau Pieh dapat dilihat pada Tabel 4.

(7)

7 Tabel 4. Indeks similaritas rekrutmen karang di perairan Pulau Pieh

Kedalaman 5 m

Kedalaman 10 m

Lokasi Utara Timur Selatan Barat

Utara 28,57%

Timur 80,00%

Selatan 92,30%

Barat 76,90%

Indeks similaritas rekruitmen karang di Perairan Pulau Pieh pada masing-masing stasiun antar kedalaman, seperti yang tercantum pada Tabel 4, pada stasiun Barat, Selatan dan Timur tergolong tinggi.

Pada stasiun Utara indeks similaritas antar kedalaman tergolong rendah. Tinggi atau rendahnya indek similaritas dipengaruhi oleh sama atau tidaknya spesies yang ada pada komunitas tersebut. Tingginya indeks similaritas pada stasiun Barat, Selatan dan Timur diduga disebabkan oleh kondisi lingkungan pada setiap stasiun yang hampir sama. Berbeda dengan indeks similaritas pada stasiun Utara tergolong rendah, hal ini diduga disebabkan oleh arus yang relatif kuat sehingga mempengaruhi penempelan rekruitmen karang pada stasiun ini.

Keberhasilan kolonisasi didukung oleh beberapa persyaratan termasuk tipe substrat, arus, salinitas, cukup cahaya, sedimentasi dan faktor biologis seperti ketersedian lapisan tipis mikroalgae (biofilm) di atas permukaan substrat bisanya dari kelompok diatom dan bakteri (Sorokin, 1991 ; Richmon,1997).

Kesimpulan

Tingkat rekruitmen karang termasuk dalam kategori rendah hingga sedang (0,11 - 4,11 koloni / m²). Kepadatan rekruitmen tertinggi dari genus Acropora dan yang terendah dari genus Seriatopora dan Stylopora. Nilai indeks keanekaragaman (1,18 - 1,72), indeks keseragaman (0,18 - 0,75), indeks dominasi (0,21-0,74) dan indeks similaritas (92,30-28,57 % ).

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional Pekanbaru yang telah memfasilitasi penelitian ini dan ucapan yang sama kepada rekan-rekan di Minang Bahari yang telah membantu dalam mengumpulkan data.

Daftar Pustaka

Abrar, M dan Yempita, E. 2002. Distribusi dan Struktur Juvenil Karang Pasca Kejadian Pemutihan Karang (Bleaching) 1998 di Perairan Sipora Kepulauan Mentawai Sumatra Barat.

Konferensi Nasional III. Pengelolaan

Sumberdaya Pesisir dan Lautan Indonesia.

Babcock, R.C. and C. P. Mundy. 1996. Coral recruitment: consequences of settlement choice for early growth

and survivorship of two

scleractinians. J. Exp. Mar. Biol. Ecol (206): 179-201

Baird, A. H. R. C. Babcock, dan C. P. Mundy. 2003. Habitat Selection By Larvae Influences The Depth Distribution of Six Common Coral Species. Marine Biology Ecology

Progres Series,252. P 289-293

Bachtiar, I., M. Abrar, dan A. Budiyanto.

2012. Rekruitmen Karang

Scleractinia di Perairan Pulau Lembata. Ilmu Kelautan, 17(1) : 1–7. Efendi, Y. 2012. Monitoring Tutupan

(8)

8 Makalah yang dipresentasikan

dalam Seminar Nasional Pengembangan Perikanan dengan Memanfaatkan Sumberdaya Alam dan Potensi Lokal

Erwin, PM, Song B, Szmant AS. 2008. Settlement behavior of Acropora

palmata planulae: Effects of biofilm

age and crustose coralline algal cover. Proceedings of the 11th International Coral Reef Symposium, Ft Lauderdale, Florida, 7-11 July 2008. English S, Wilkinson C, Baker V. 1997.

Survey manual for tropical marine resources. Townsville: Asutralian

Institute of Marine Science

Jokiel PL, 1985. Lunar periodicity of planulae release in the reef coral pocillopora damicornis in relation to various enviromental factors. Proc.

5th Inetrnat. Coral Reef Symp. Tahiti.

(4): 307-312

Maulana, R. A. 2010. Kondisi dan Komposisi

Karang Hidup di Terumbu Karang

Pulau Pieh Kabupaten Padang

Pariaman Sumatra Barat. Skripsi

Sarjana Biologi universitas Andalas. Padang

Munasik. 2008. Kondisi Terumbu Buatan Berbahan Beton Pada Beberapa Perairan di Indonesia. Prosding

Musyawarah Nasional Terumbu

Karang II. Jakarta

Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan Jakarta. 135 hal

Odum, E. P. 1998. Dasar-dasar Ekologi

Edisi Tiga. Diterjemahkan oleh T.

Samingan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Richmond, RH. 1997. Reproduction and recruitment in corals: Critical links in the persistence of reef. Di dalam:

Birkeland (ed). Life and death of coral reefs. New York: Chapman & Hall Richmond, RH. 1993. Effect of coastal runoff

Suharsono, 2008. Jenis-jenis karang di Indonesia. Program COREMAP LIPI. Jakarta: 372

Siringoringo, R.M, Ratna, D.P, Tri A.H 2012. Status Rekruitmen Karang Scleractinia di Perairan Kendari Sulawesi Tenggara. Jurnal Ilmu

Kelautan. Vol 17 (3): 170-175

Palupi, R.D. Siringringo, R.M. Hadi, T.A. 2012. Status Rekruitmen Karang Scleractinia Di Perairan Kendari Sulawesi Tenggara. Ilmu Kelautan. Vol.XVII (3): 170-175

Penin, L, M. Adjeroud, M.S. Pratchett, & T.P. Hughes. 2007. Spatial distribution of juvenile and adult corals around Moorea (French Polynesia ): implications for population regulation. Bull. Mar. Sci., 80(2):379–390.

Pitasari, A. Saptarin, D. Aunurohim. 2011.

Tingkat Rekruitmen Karang Pada Tiga Tipe Substrat di Pantai Pasir Putih Situbondo. Jurusan Biologi

Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya.

Suparno. 2008. Pengelolaan Kawasan Perairan Pulau Pieh dan Sekitarnya Ditinjau Dari Dimensi Kawasan Konservasi Laut dan Wisata Bahari.

Jurnal Mangrove dan Pesisir. Vol

VIII No.1

Sukarno, M. Hutomo. M. K. Moosa dan P. Darsono. 1982. Terumbu Karang di

Indonesia Sumberdaya,

Permasalahan, dan Pengelolaannya.

(9)

9 Sorokin Y.I. 1991. Coral reef ecology.

Ecological Studies 102.

Springer-Verlag, Berlin Heildelberg, Germany, 465pp

Tomascik T, Sander F. 1987. Effect of euthrophication on reef building corals II. Structur of scleractinian corals communities on freenging reef Barbados, West Indies. Mar. Biol. (94): 53-775

Van Moorsel, M.N. W.G., 1998, Juvenile Ecology and Reproductive Strategy of Reef Coral, Caribia: Caribbean Marine Biology, 167 p.

Veron, JEN. 2000. Corals the World. Australian Institute of Marine Science.Townsville

Gambar

Gambar  5.  Perbandingan  10 genus karang  batu  (Hard Coral)  dengan kepadatan dan persentase pada kedalaman  10 meter

Referensi

Dokumen terkait

Batang tarik (Trackstang) berfungsi untuk mengurangi lendutan gording pada arah.. sumbu x (miting atap) sekaligus untuk mengurangi tegangan lendutan yang timbul

Bank Syariah mandiri merupakan bank yang menerapkan hukum islam di dalamnya, pengawasan terhadap seluruh karyawan merupakan hal yang penting pada setiap

Prestasi akademik siswa akan tercatat di rapor yang akan ditunjukan kepada orang tuanya. Tentunya semua siswa tidak menginginkan prestasi akademik mereka menurun. Untuk itu semua

Penggunaan gedung dan material adalah menggunakan material bekas bangunan lama dan/atau dari tempat lain untuk mengurangi kebutuhan akan bahan mentah yang baru, sehingga

Selanjutnya penetapan iniakan diusulkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen untuk diterbitkan Surat Perintah Kerja ( SPK ) agar dapat segera memulai proses pengadaan

Moewardi dengan asuhan memeriksa keadaan umum, memeriksa ikterik, kolaborasi dengan dokter SPA untuk dilakukan foto terapi, pemberian ASI 260 cc setiap 2 jam, jaga lingkungan

Pupuk kandang merupakan salah satu contoh pupuk organik yang berasal dari kandang ternak, baik berupa kotoran padat (faeces) yang bercampur sisa makanan maupun air kencing

Berdasarkan contoh kesalahan konsep yang ditemukan pada buku ajar SMA dapat dikelompokkan kesalahan konsep genetika terjadi akibat enam sebab yakni penyajian